Presidential Regulation No. 39 of 2014 Indonesia Investment Negative List (Wishnu Basuki)
BAB III PEMBAHASAN 3.1. Tinjauan Perusahaan 3.1.1 ......pemberontakan PKI di Madiun, dan lain-lain....
Transcript of BAB III PEMBAHASAN 3.1. Tinjauan Perusahaan 3.1.1 ......pemberontakan PKI di Madiun, dan lain-lain....
22
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Tinjauan Perusahaan
3.1.1. Sejarah Singkat Kepolisisan Negara Republik Indonesia (POLRI)
Pada awalnya kepolisian berada dalam lingkungan Kementerian Dalam
Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang hanya bertanggung jawab
masalah administrasi, sedangkan masalah operasional bertanggung jawab kepada
Jaksa Agung.
Kemudian mulai tanggal 1 Juli 1946 dengan Penetapan Pemerintah tahun
1946 No. 11/S.D. Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggung jawab langsung
kepada Perdana Menteri. Tanggal 1 Juli inilah yang setiap tahun diperingati
sebagai Hari Bhayangkara hingga saat ini.
Sebagai bangsa dan negara yang berjuang mempertahankan kemerdekaan
maka Polri di samping bertugas sebagai penegak hukum juga ikut bertempur di
seluruh wilayah RI. Polri menyatakan dirinya “combatant” yang tidak tunduk
pada Konvensi Jenewa. Polisi Istimewa diganti menjadi Mobile Brigade, sebagai
kesatuan khusus untuk perjuangan bersenjata, seperti dikenal dalam pertempuran
10 November di Surabaya, di front Sumatera Utara, Sumatera Barat, penumpasan
pemberontakan PKI di Madiun, dan lain-lain.
23
Pada masa kabinet presidential, pada tanggal 4 Februari 1948 dikeluarkan
Tap Pemerintah No. 1/1948 yang menetapkan bahwa Polri dipimpin langsung
oleh presiden/wakil presiden dalam kedudukan sebagai perdana menteri/wakil
perdana menteri.
Dengan Keppres RIS No. 22/1950 dinyatakan bahwa Jawatan Kepolisian
RIS dalam kebijaksanaan politik polisional berada di bawah perdana menteri
dengan perantaraan jaksa agung, sedangkan dalam hal administrasi pembinaan,
dipertanggungjawabkan pada menteri dalam negeri.
Umur RIS hanya beberapa bulan. Sebelum dibentuk Negara Kesatuan RI
pada tanggal 17 Agustus 1950, pada tanggal 7 Juni 1950 dengan Tap Presiden RIS
No. 150, organisasi-organisasi kepolisian negara-negara bagian disatukan dalam
Jawatan Kepolisian Indonesia. Dalam peleburan tersebut disadari adanya
kepolisian negara yang dipimpin secara sentral, baik di bidang kebijaksanaan
siasat kepolisian maupun administratif, organisatoris.
Waktu Presiden Soekarno menyatakan akan membentuk ABRI yang
terdiri dari Angkatan Perang dan Angkatan Kepolisian, R.S. Soekanto
menyampaikan keberatannya dengan alasan untuk menjaga profesionalisme
kepolisian. Pada tanggal 15 Desember 1959 R.S. Soekanto mengundurkan diri
setelah menjabat Kapolri/Menteri Muda Kepolisian, sehingga berakhirlah karier
Bapak Kepolisian RI tersebut sejak 29 September 1945 hingga 15 Desember
1959.
Dengan Tap MPRS No. II dan III/1960 dinyatakan bahwa ABRI terdiri
atas Angkatan Perang dan Polisi Negara. Berdasarkan Keppres No. 21/1960
24
sebutan Menteri Muda Kepolisian ditiadakan dan selanjutnya disebut Menteri
Kepolisian Negara bersama Angkatan Perang lainnya dan dimasukkan dalam
bidang keamanan nasional.
Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU Pokok kepolisian No.
13/1961. Dalam UU ini dinyatakan bahwa kedudukan Polri sebagai salah satu
unsur ABRI yang sama sederajat dengan TNI AD, AL, dan AU.
Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965, pendidikan
AKABRI disamakan bagi Angkatan Perang dan Polri selama satu tahun di
Magelang. Sementara pada tahun 1964 dan 1965, pengaruh PKI bertambah besar
karena politik NASAKOM Presiden Soekarno, dan PKI mulai menyusupi
memengaruhi sebagian anggota ABRI dari keempat angkatan.
Pada tahun 1969 dengan Keppres No. 52/1969 sebutan Panglima
Angkatan Kepolisian diganti kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi Kepala
Kepolisian Negara RI, namun singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri.
Pergantian sebutan ini diresmikan pada tanggal 1 Juli tahun 1969 sampai dengan
saat ini.
3.1.2. Visi Dan Misi Polri
1. Visi
Terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima,
tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang mantap serta terjalinnya
sinergi polisional yang proaktif.
25
2. Misi
a. Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui
kegiatan/operasi penyelidikan, pengamanan dan penggalangan;
b. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara
mudah, responsif dan tidak diskriminatif;
c. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk
menjamin keselamatan dan kelancaran arus orang dan barang;
d. Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan keamanan
dalam negeri;
e. Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada
masyarakat patuh hukum;
f. Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proporsional,
transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan
rasa keadilan;
g. Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan modern
seluruh sumber daya Polri guna mendukung operasional tugas
Polri;
h. Membangun sistem sinergi polisional interdepartemen dan lembaga
internasional maupun komponen masyarakat dalam rangka
membangun kemitraan dan jejaring kerja (partnership
building/networking).
26
3.1.3. Lambang Polri
Sumber : www.polri.go.id
Gambar 3.1.3. Lambang Polri
3.1.4. Arti Lambang Polri
Lambang Polisi bernama Rastra Sewakottama yang berarti "Polri adalah
Abdi Utama dari pada Nusa dan Bangsa." Sebutan itu adalah Brata pertama dari
Tri Brata yang diikrarkan sebagai pedoman hidup Polri sejak 1 Juli 1954.
Polri yang tumbuh dan berkembang dari rakyat, untuk rakyat, memang
harus berinisiatif dan bertindak sebagai abdi sekaligus pelindung dan pengayom
rakyat. Harus jauh dari tindak dan sikap sebagai "penguasa". Ternyata prinsip ini
sejalan dengan paham kepolisian di semua Negara yang disebut new modern
police philosophy, "Vigilant Quiescant" (kami berjaga sepanjang waktu agar
masyarakat tentram).
Prinsip itu diwujudkan dalam bentuk logo dengan rincian makna sbb:
a) Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara.
b) Tiang dan nyala obor bermakna penegasan tugas Polri, disamping
memberi sesuluh atau penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani
27
masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi kamtibmas yang
mantap.
c) Pancaran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang
dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus 1945, hari Proklamasi
Kemerdekaaan yang berarti Polri berperan langsung pada proses
kemerdekaan dan sekaligus pernyataan bahwa Polri tak pernah lepas dari
perjuangan bangsa dan negara.
d) Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa menuju
kehidupan adil dan makmur, sedangkan 29 daun kapas dengan 9 putik dan
45 butir padi merupakan suatu pernyataan tanggal pelantikan Kapolri
pertama 29 September 1945 yang dijabat oleh Jenderal Polisi Raden Said
Soekanto Tjokrodiatmodjo.
e) Tiga Bintang di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman hidup Polri.
Sedangkan warna hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri.
f) Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang
bermakna harapan agar Polri selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi
apapun; tenang, memiliki stabilitas nasional yang tinggi dan prima agar
dapat selalu berpikir jernih, bersih, dan tepat dalam mengambil keputusan.
28
3.1.5. Struktur Organisasi Polsek
Sumber : Polsek Cikarang Selatan
Gambar 3.1.5. Struktur Organisasi Polsek
3.1.6. Jobdesk Divisi Humas (SIHUMAS) Polsek
SIHUMAS merupakan unsur pelayanan dan pembantu pimpinan yang
berada di bawah Kapolsek. SIHUMAS bertugas mengumpulkan, mengolah data
dan menyajikan informasi serta dokumentasi yang berkaitan dengan tugas Polsek
Dalam melaksanakan tugas SIHUMAS menyelenggarakan fungsi :
1. Pengumpulan dan pengolahan data serta peliputan dan Dokumentasi
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanan tugas Polsek
29
2. Pengelolaan dan penyajian Informasi sebagai bahan publikasi kegiatan
Polsek.
SIHUMAS dipimpin oleh Kasi HUMAS yang bertanggung jawab kepada
Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Waka Polsek.
SIHUMAS dalam melaksanakan tugas dibantu oleh :
1. Sub Seksi dokumentasi dan Peliputan (Subsidokliput) yang bertugas
mendokumetasikan dan meliput informasi yang berkaitan dengan tugas
Polsek.
2. Sub Seksi Publikasi (Subsipublikasi) yang bertugas melaksanakan
pengelolaan informasi dan mempublikasikan informasi kegiatan yang
berkaitan dengan penyampaian berita di lingkungan Polsek.
3.2. Proses Kerja Program PR
Dimulai Januari tahun 2018, Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan
melakukan perubahan dalam hal pelayanan publik. Divisi Humas Polsek Cikarang
Selatan menyampaikan informasi dari pimpinan ke masyarakat terutama untuk
masalah keamanan lingkungan dan perubahan biaya pengurusan SKCK di Polri.
Pada hasil wawancara yang dilakukan dengan Kanit Humas Polsek
Cikarang Selatan Aiptu Namin dan Iptu H. Sugeng Mulyadi selaku Kanit Bimas
Polsek Cikarang Selatan diperoleh data-data guna mendukung pembahasan.
Langkah-langkah tersebut meliputi:
30
3.2.1 Perencanaan
1. Analisis Situasi
Melihat masih banyak masyarakat yang kurang informasi mengenai
transparansi biaya yang dikenakan oleh Polri dalam mengurus keperluan
administrasi masyarakat maka Polsek Cikarang Selatan melakukan perubahan.
Tabel 3.2.1
SWOT
ANALISIS SWOT PELAYANAN PUBLIK POLSEK CIKARANG SELATAN
STRENGHT
1. Program-program yang
dilaksanakan Polsek Cikarang
Selatan merupakan program
unggulan Polri.
2. Polsek Cikarang Selatan
memberikan perluasan manfaat
pelayanan publik bagi masyarakat.
WEAKNESS
1. Kurangnya personil yang harusnya
berjumlah 120 sedangkan saat ini
hanya berjumlah 73 personil.
2. Minimnya informasi (belum
meluas) mengenai transparansi
biaya pembuatan SKCK.
OPPORTUNITY
Terwujudnya pelayanan, keamanan dan
ketertiban masyarakat yang prima.
THREATH
Divisi Humas bersinergi dengan publik,
menyebabkan banyakanya kegiatan
sehingga kurang fokus.
Sumber : Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan
31
2. Tujuan
Pada dasarnya semua kegiatan atau program yang dibuat memiliki tujuan.
Begitu pula dengan apa yang dilakukan oleh Divisi Humas Polsek Cikarang
Selatan. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan informasi kepada
masyarakat.
SIHUMAS merupakan unsur pelayanan yang bertugas mengumpulkan,
mengolah data dan menyajikan informasi serta dokumentasi yang berkaitan
dengan peraturan Polri kepada masyarakat dan melakukan program-program
unggulan Polri.
3. Target Audience atau Khalayak
Sama halnya dengan media massa lainnya yang mempunyai target audience
atau khalayak, maka target primer pada usia minimal 18 tahun, jenis kelamin
Laki-laki dan Perempuan di wilayah Cikarang Selatan yang hendak mengurus
SKCK.
4. Pesan
Saat melakukan wawancara dengan Kanit Humas yaitu Aiptu Namin,
terdapat beberapa pesan yang hendak disampaikan dan diinformasikan kepada
masyarakat bahwa ada kenaikan biaya untuk pengurusan SKCK, transparansi
biaya yang berkaitan dengan pelayanan di Polsek Cikarang Selatan.
5. Strategi dan Taktik
1) Strategi
Salah satu strategi Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan dalam
meningkatkan pelayanan publik adalah dengan menempelkan
pamflet di depan pintu masuk ruang pengurusan SKCK. Hal ini
32
dilakukan untuk menginformasikan mengenai besarnya biaya yang
harus dibayarkan ketika mengurus SKCK.
2) Taktik
Kemudian Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan mempunyai
taktik sebagai berikut:
1. Menempelkan pamflet yang dicetak dengan menggunakan
kertas glossy di depan pintu masuk ruang pengurusan
SKCK
2. Menyebarkan informasi di pamflet.
6. Media
Polsek Cikarang Selatan menggunakan pamflet dan website sebagai media
untuk menyampaikan kepada masyarakat mengenai informasi mengenai Polri
serta besarnya biaya terbaru pengurusan SKCK di Polri. Jadi menurut Aiptu
Namin pamflet tersebut sudah terpasang dan terpublikasi kepada masyarakat sejak
Januari tahun 2018.
33
Sumber: Polsek Cikarang Selatan
Gambar 3.2.2 Pamflet Polsek Cikarang Selatan
7. Anggaran
Pada saat wawancara Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan tidak
bersedia untuk memberitahukan nominal berapa besarnya anggaran yang telah
dikeluarkan untuk mencetak pamflet dan biaya pembuatan website tersebut. Divisi
Humas Polsek Cikarang Selatan hanya memberikan penjelasan bahwa anggaran
yang dikeluarkan untuk mencetak pamflet dan pembuatan website tersebut
dikeluarkan dari anggaran yang disediakan oleh Polsek.
8. Kriteria Evaluasi
Tabel 3.2.2. Kriteria Evaluasi
Tujuan Strategi Indikator
Memberikan informasi
kepada masyarakat
Menempelkan
pamflet di depan
1. Tidak ada keluhan dari
masyarakat yang ingin
34
mengenai besarnya
biaya terbaru
pengurusan SKCK.
pintu masuk ruang
pengurusan SKCK.
mengurus SKCK.
2. Masyarakat merasa puas
dengan pelayanan publik
di Polsek Cikarang
Selatan.
Sumber : Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan
3.2.2. Pelaksanaan
Terhitung sejak Januari tahun 2017, Polri menetapkan besarnya biaya
pengurusan SKCK yang baru sebesar Rp30.000. Sehubungan dengan hal
tersebut, karena masih minimnya informasi mengenai besarnya biaya, maka
Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan melakukan perubahan, adapun
perubahan yang dilakukan adalah dengan menerbitkan pamflet yang ditempel
di depan pintu ruang pengurusan pembuatan SKCK.
Dimulai pada Januari tahun 2018 Polsek Cikarang Selatan menerbitkan
pamflet. Dalam menerbitkan pamflet ini ada beberapa hal yang dilakukan oleh
Divisi Humas Polsek Cikarang, salah satunya dengan mengadakan rapat terlebih
dahulu. Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan melakukan rapat dengan bagian
Divisi Umum (SIUM).
Setelah melakukan rapat dengan Divisi Umum (SIUM), Divisi Humas
Polsek Cikarang Selatan mengajukan kepada Kapolsek. Setelah itu proses
selanjutnya adalah penulisan isi pamflet. Dimana isi dari pamflet tersebut berisi
besarnya biaya pengurusan SKCK dan PP yang menaungi mengenai hal tersebut.
Setelah itu baru dilakukan proses pencetakan yang kurang lebih sebanyak 3
35
lembar yang ditempel di depan pintu masuk ruang pengurusan SKCK dan di
papan pengumuman di dalam Polsek Cikarang Selatan.
Adapun data masyarakat yang mengurus SKCK dari bulan Januari sampai
dengan Maret tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Pada Januari tahun 2018 saat pertama kali pamflet tersebut ditempel sudah
sangat membantu untuk memberikan informasi kepada masyarakat, didasari pada
tidak adanya keluhan atau pertanyaan yang ditanyakan oleh masyarakat yang
hendak mengurus SKCK.
Pada Februari tahun 2018 tidak ada keluhan atau pertanyaan terkait biaya
pembuatan SKCK dari masyarakat yang hendak mengurus.
Pada Maret tahun 2018 juga tidak ada keluhan atau pertanyaan dari
masyarakat seputar biaya pembuatan SKCK di Polsek Cikarang Selatan.
Dengan adanya Pamflet tersebut, masyarakat yang hendak mengurus
SKCK sudah cukup merasa jelas dengan informasi yang tertera di Pamflet
informasi yang diberikan tersebut dirasakan oleh masyarakat sangat membantu
mereka ketika hendak mengurus SKCK. Petugas Polsek Cikarang Selatan juga
sangat membantu masyarakat yang hendak mengurus SKCK dengan sigap dan
penuh kesabaran.
Proses terakhir adalah melakukan evaluasi terkait pemasangan pamflet
tersebut, pihak Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan melakukan pemantauan
dan evaluasi terhadap langkah yang di ambil tersebut.
36
3.2.3. Evaluasi
Strategi yang dilakukan oleh Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan sudah
baik karena tidak ada keluhan, masyarakat yang mengurus SKCK di Polsek
Cikarang juga merasa puas.
Penilaian sudah baik atau tidaknya penyampaian terkait biaya pembuatan
SKCK yang baru dapat dilihat dari tidak adanya keluhan atau pertanyaan dari
masyarakat yang hendak mengurus pembuatan SKCK di polsek Cikarang Selatan.
Adapun respon dari masyarakat cukup positif karena masyarakat sudah merasa
jelas dengan informasi yang diberikan sehingga petugas dilapangan tidak
menemukan adanya pertanyaan mengenai biaya pembuatan SKCK yang baru.
Sementara menurut Informan I, pamflet yang dipasang sangat memberikan
kemudahan bagi masyarakat yang hendak mengurus keperluan pembuatan SKCK
di Polsek Cikarang Selatan. Tidak ditemukan keluhan dari masyarakat sehingga
Polsek Cikarang Selatan menilai langkah ini cukup bagus.
Menurut informan II, strategi yang di ambil oleh Polsek Cikarang Selatan
tersebut sangat bagus karena ada kejelasan mengenai biaya yang harus
dibayarkan.
Sedangkan menurut informan III, dengan pemasangan pamflet tersebut
sangat bagus karena bisa mengetahui dengan jelas mengenai biaya yang
dibebankan dan sangat berguna bagi masyarakat di wilayah Cikarang Selatan
yang hendak mengurus keperluan SKCK di Polsek Cikarang Selatan.
37
3.3 Kendala dan Pemecahan
3.3.1 Kendala
Kendala yang dihadapi oleh Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan adalah
kurangnya personil. Polsek Cikarang Selatan merupakan Polsek tipe A yang
seharusnya memiliki 120 personil namun saat ini hanya berjumlah 73 personil.
Divisi Humas dipimpin langsung oleh Kanit Humas namun tidak memiliki staff
Humas karena kurangnya personil tersebut. Dimana semua urusan mengenai
humas dikerjakan oleh Kanit.
3.3.2 Pemecahan
Pemecahan atau solusi dari kendala yang dihadapi oleh Divisi Humas
Polsek Cikarang Selatan adalah penambahan jumlah personil agar Divisi Humas
memiliki staff.