BAB III Pemahaman Wilayah Kerja RDTR Kecamatan Tirto

download BAB III Pemahaman Wilayah Kerja RDTR Kecamatan Tirto

of 36

description

pemahaman wilayah perencanaan

Transcript of BAB III Pemahaman Wilayah Kerja RDTR Kecamatan Tirto

--- LAPORAN PENDAHULUAN ---

III.1 KEBIJAKAN PENATAAN RUANG KABUPATEN PEKALONGAN

Rencana pengembangan Kabupaten Pekalongan dalam konstelasi RTRW Nasional

Pembangunan wilayah perkotaan tidak terlepas dari kebijakan nasional penyebaran kegiatan wilayah diharapkan mampu menumbuhkan perekonomian antar wilayah dan mampu ditopang dengan kemampuan sumberdaya yang dimiliki oleh daerah. Kabupaten Pekalongan dengan memperhatikan dukungan jaringan infrastruktur dengan wilayah sekitar diharapkan mampu mengembangkan potensi daerah sejalan dengan semangat otonomi daerah.

Rencana Tata Ruang Nasional menetapkan Kawasan Tangkallangka (Batang, Pekalongan, Pemalang dan Kajen) sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), suatu PKW harus didukung fasilitas-fasilitas yang jangkauan pelayanannya minimal meliputi lebih dari satu provinsi, seperti misalnya kegiatan pemerintahan, pertanian tanaman pangan, industri pengolahan, perdagangan, dan perikanan.III.2 Kabupaten Pekalongan dalam RTRW Pulau Jawa Bali

Struktur pemanfaatan ruang dalam RTR Jawa-Bali dibagi dalam tiga katagori yaitu kota Pusat Kegiatan Nasional (PKN), kota Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan kota Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Kota-kota PKN yang diarahkan perkembangannya sebagai pusat pelayanan primer adalah Kota Metropolitan Jabodetabek, Bandung Raya, Yogyakarta, Semarang, Metropolitan Gerbangkertasusila, dan Denpasar. Kota-kota PKN yang diarahkan perkembangannya sebagai pusat pelayanan sekunder adalah Kota Serang, Cilacap, dan Cirebon. Kemudian Kota-kota PWK (Pekalongan, Pemalang, Batang) yang diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi melalui peningkatan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kegiatan pemerintahan, pertanian tanaman pangan, industri pengolahan, perdagangan, dan perikanan.III.3 Kabupaten Pekalongan Dalam RTRW Provinsi Jawa TengahRencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah menunjukan pengembangan wilayah Kabupaten Pekalongan telah ditetapkan sebagai pusat kegiatan pelayanan wilayah yang mampu melayani daerah sekitar yang terkait dalam kesatuan pembangunan wilayah Tangkallangka (Batang, Pekalongan, Pemalang, Kajen). Dalam konstelasi regional Kabupaten Pekalongan terkait dalam Wilayah Pembangunan koridor Pemalang-Batang, dan Jaringan Aksesibilitas Cirebon - Semarang, dan memiliki hubungan kerjasama pembangunan dengan Kabupaten Pekalongan dan wilayah sekitar: Pemalang, Batang, Kajen, dan Pekalongan dikenal dengan TANGKALLANGKA.

Rencana pembangunan jalan tol pada ruas jalan TOL Pemalang-Batang, diprediksikan akan memberikan dorongan peningkatan frekuensi aksesibilitas dan transportasi yang berpengaruh terhadap peningkatan pembangunan infrastruktur kota dan merangsang perkembangan wilayah yang dilalui rencana jalan TOL. Pengembangan jalan TOL Pemalang - Batang secara langsung meningkatkan potensi pada kawasan - kawasan ekonomi strategis yang dilalui.

III.4 Rencana Pengembangan Kabupaten Pekalongan Dalam Konstelasi Tangkallangka

III.4.1 Arahan Pengembangan Kawasan Prioritas

Wilayah yang termasuk ke dalam kawasan strategis di Kabupaten Pekalongan adalah kawasan perkotaan Tirto - Wiradesa. Sedangkan kawasan kurang berkembang meliputi kawasan timur Kabupaten Semarang seperti wilayah di bagian selatan pantura Laut Jawa.

III.4.2 Konsepsi Tangkallangka Sebagai Kawasan Strategis

Kawasan Tangkallangka merupakan salah satu kawasan di Jawa Tengah yang pertumbuhannya pesat. Proses aglomerasi kawasan tersebut ditandai dengan adanya batas-batas wilayah yang bercirikan kekotaan yang ditandai dengan tidak terputusnya kawasan fungsional kota (non pertanian) sebagai batas antar kota. Hubungan yang termasuk dalam hubungan fisik yang terjadi antar wilayah dapat dilihat pada hubungan yang terjadi pada bidang transportasi, komunikasi, dan pada bidang sumber daya alam. Sedangkan hubungan yang termasuk dalam sektor non fisik dapat dicontohkan pada bidang ekonomi, sosial, pelayanan publik dan hubungan kelembagaan.III.5 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PekalonganIII.5.1 Rencana Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan Kabupaten Pekalongan

Kegiatan utama yang membentuk struktur tata ruang wilayah Kabupaten Pekalongan, serta secara spasial dan fungsional berkaitan dengan satu sama lain pusat - pusat pelayanan di daerah adalah: (a) Kota Kajen berfungsi sebagai ordo I; (b) Kota Kedungweni, Wiradesa sebagai ordo II; (c) Kota Kasesi, Karanganyar, Wonopringgo, Sragi, Bojong, Tirto dan buaran sebagai ordo III; (d) Kota Kadangserang, Lebakbarang, Doro, Petungkriono, Paninggaran dan Talun sebagai ordo IV.

III.5.2 Rencana Perwilayahan Pembangunan Kabupaten Pekalongan

Wilayah pembangunan daerah Kabupaten Pekalongan dibagi dalam 3 (tiga) Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) sebagai berikut:

a. Bagian Wilayah Perkotaan I dengan pusat kota Kajen meliputi Kecamatan Kajen, Karanganyar, Kesesi, Lebakbarang, Kandengserang, dan Paringgarang: potensi yang perlu dikembangkan adalah sektor pengembangan jasa, pertanian, pariwisata dan sosial budaya (pendidikan);

b. Bagian Wilayah Perkotaan II dengan pusat kota kedungwuni meliputi Kecamatan Kedungwuni, Doro, Buaran, Petungkriono, Talun, dan Wonopringgo: potensi yang perlu dikembangkan adalah sektor pengembangan pertanian, industri dan sosial budaya (pendidikan);

c. Bagian Wilayah Perkotaan III dengan pusat kota Wiradesa meliputi Kecamatan Wiradesa, Tirto, Sragi, dan Bojong: potensi yang perlu dikembangkan adalah sektor perdagangan industri dan perikanan.

Dalam penjabarannya masing-masing BWP tidak bisa berdiri sendiri tetapi dengan pengaturan dan pengembangan setiap bagian wilayah pembangunan secara optimal dan terpadu sesuai dengan potensi masing-masing. Skala aksesibilitas antara kota-kota tersebut hendaknya memiliki pola pelayanan yang berimbang sesuai dengan fungsi kota memiliki jaringan yang menjadi penghubung dan juga memiliki alur pengembangan yang terintegrasi.

Pengembangan struktur jaringan jalan termasuk pengembangan jalur pantura yang melewati Kecamatan Tirto, Wiradesa, memberikan dampak yang sangat besar terhadap perkembangan wilayahnya khususnya pada sektor perdagangan dan jasa serta industri. Karakter Kelurahanan yang dibentuk oleh bentang alam dan fisik dasar setempat telah melahirkan pola sosial dan budaya termasuk keterikatan antar pusat lingkungan dengan lingkungan yang lain. Mempertimbangkan paradigma pembangunan yang mengarah pada otonomi dan kemandirian daerah termasuk konteks wilayah yang lebih terperinci (kecamatan Kelurahan dan lingkungan) maka pengembangan permukiman perKelurahanan-perkotaan diarahkan kepada pola cluster approach. Dengan pendekatan ini maka penyediaan sarana-prasarana kawasan ditentukan oleh kondisi setempat melalui usaha sektoral yang terperinci.

III.5.3 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

Hasil dari analisis fisik yang didasarkan pada Kepres No. 57 Tahun 1989 serta Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang kawasan lindung dan budidaya serta berdasarkan Kepmen Kimpraswil 327 tahun 2002 maka alokasi pemanfaatan ruang untuk Kabupaten Pekalongan direncanakan dengan pengembangkan potensi wilayah yang ada serta antisipasi dampak negatif yang timbul dari proses pembangunan.

Pertimbangan tersebut meliputi batasan daya dukung lahan (faktor-faktor fisik) dan kondisi sosial budaya serta ekonomi. Pertimbangan ini juga didukung oleh aspek-aspek perencanaan alokasi penggunaan lahan/tanah yang tidak mengabaikan prinsip pembangunan yang berkelanjutan seperti:

1. Potensi dan masalah pemanfatan sumberdaya alam dan manusia;

2. Fungsi-fungsi dari kegiatan yang akan ditampung;

3. Pola dan struktur ruang yang ada dan kecenderungannya;

4. Kuantitas dan lualitas lahan dan ruang yang tersedia;

5. Pencegahan benturan penggunaan ruang;

6. Pencegahan pemanfatan ruang yang tidak efisien;

7. Pencegahan upaya penggunaan lahan secara tidak terkendali.RTRW Kabupaten Pekalongan telah menetapkan alokasi pemanfaatan ruang sebagai berikut:

Kawasan Lindung di Wilayah Kabupaten Pekalongan terdiri dari :a. Kawasan Hutan Lindung;b. Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan bawahannya;

c. Kawasan Perlindungan setempat;

d. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya;

e. Kawasan Rawan Bencana Alam;f. Kawasan Lindung Geologi; dan

g. Kawasan Lindung Lainnya.

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud diatas meliputi: Kawasan yang memberikan Kawasan hutan lindung yang terletak di Kecamatan Petungkriono, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Kandangserang.

Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan dibawahnya meliputi kawasan resapan air, yang terletak di Kecamatan Petungkritono, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Tahun, Kecamatan Doro, Kecamatan Kajen, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Kesesi.

Kawasan perlindungan setempat sebagaimana yang maksud meliputi:

Kawasan sempadan sungai;

Kawasan sempadan pantai;

Kawasan sekitar mata air; dan

RTH perkotaan.

Kawasan perlindungan yang telah dijelaskan diatas pada wilayah di Kabupaten Pekalongan meliputi:

Kawasan sempadan sungai terletak pada sungai-sungai yang termasuk dalam DAS Comal, DAS Sengakarang, DAS Kupang dan DAS Sragi. Kawasan sempadan pantai terletak pada Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto.

Kawasan sekitar mata air terletak di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto.

RTH Perkotaan meliputi luas seluruh RTH Perkotaan minimal 9.879,16 Ha, minimla 57,42% dari luas kawasan permukiman perkotaan, jalur hijau, lahan-lahan berupa taman, lahan sekitar bangunan perumahan dan tempat pemakan.

Kawasan cagar budaya meliputi kawasan pantai berhutan baku dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. Sebagaimana dijelaskan untuk kawasan panatai berhutan terletak di kawasan pantai yaitu Kecamatan Siwalan, Kecamatan Tirto dan Kecamatan Wonokerto. Sedangkan untuk kawasan cagar budaya terletak di hutan wisata Linggoasri, Kecamatan Kajen serta situs purbakala di Kecamatn Kessesi dan Kecamatan Petungkriyono.

Kawasan rawan bencana meliputi kawasan rawan longsor, kawasan rencana banjir, kawasan rawan abrasi dan gelombang pasang serta kawasan rawan kekeringan. Untuk lokasi pada setiap kawasan tersebut meliputi, kawasan rawan longsor terdapat di Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Kessei, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Kajen, Kecamatan Talun dan Kecamatan Doro. Kawasan rawan banjir terletak di Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Sragi, Kecamatan Bojong, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Kajen, Kecamatan Buaran, Kecamatan Karangdadap dan Kecamatan Wonopringgo. Kawasan rawan abrasi pada Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Tirto, dan Kecamatan Siwalan. Dan untuk kawasan rawan kekeringan pada Kecamatan Siwalan, Kecamatan Sragi, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Bojong, dan Kecamatan Talun.

Kawasan Hutan Produksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a, meliputi Kawasan Hutan Produksi Tetap dan Terbatas terletak di Kecamatan Paninggaran, Kadangserang, Petungkriono, Lebakbarang, Talun, Doro, Karanganyar, Kajen, Kasesi, dan Bojong.

Kawasan Pertanian sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 huruf b terdiri dari: a. Kawasan Pertanian Semusim Lahan Basah terletak diseluruh wilayah Kecamatan;

b. Kawasan Pertanian Semusim Lahan Kering terletak di Kecamatan Petungkriono, Lebakbarang, Talun, Kandangserang dan Paninggaran.

c. Kawasan Pertanian Lahan Kering Tanaman Tahunan seluruh wilayah Kecamatan;

d. Kawasan Perkebunan Tanaman Semusim dan Tanaman Tahunan terletak diseluruh kecamatan.

e. Kawasan Peternakan terdiri dari :

1) Ternak besar terletak di Kecamatan Kasesi, Kajen, Doro, Paninggaran, Kandangserang, Petungkriono, Karanganyar, Doro, WiraKelurahan, Tirto dan Seragi;

2) Ternak Kecil terletak diseluruh wilayah kecamatan;

3) Ternak unggas dan aneka ternak terletak diseluruh wilayah kecamatan.

f. Kawasan Perikanan terdiri dari :

1) Kawasan Budidaya Ikan Air Tawar terletak di kecamatan Lebakbarang, Petungkriono, Paninggaran, Kajen, Doro, dan Karanganyar;

2) Kawasan Budidaya Ikan Air Payau terletak dikecamatan Sragi, WiraKelurahan dan Tirto;

3) Kawasan Budidaya Kelautan dikecamatan Sragi, Wiradesa dan Tirto;

Kawasan Perindustrian sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 huruf c terdiri dari :

a. Kawasan Industri tersebar di kecamatan Sragi, Wiradesa;

b. Wlayah Industri tersebar di kecamatan Sragi, Kedungwuni, Buaran, Tirto, Wonopringgo;

c. Industri yang tersebar disemua Kecamatan;

d. Home Industri dn Kerajinan tersebar di semua Kecamatan.

Kawasan Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 huruf d terdiri dari :

a. Kawasan Wisata Alam meliputi :

1) Pantai Sunter Depok Kecamatan Siwalan;

2) Pantai Kencana Wonokerto Kecamatan Wonokerto;

3) Air Terjun Cinde Depok Kecamatan Lebakbarang;

4) Wisata Air Karanggondang Kecamatan Karanganyar;

5) Taman Rekreasi Llinggoasri Kecamatan Kajen.

b. Kawasan Wisata Budaya Candi Trenggalek di Kelurahanbotosari Kecamatan Paninggaran.

Kawasan Permukiman sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 huruf e terdiri dari :

a. Kawasan Permukiman Perkotaan terletak di Ibukota Kecamatan;

b. Kawasan Permukiman PerKelurahanan terletak di luar Ibukota Kecamatan;III.6 GAMBARAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN

Kabupaten Pekalongan adalah salah satu daerah otonom yang termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pekalongan memiliki wilayah dengan luas 836,13 km yang terbagi menjadi 19 kecamatan, dan terdiri dari 272 Kelurahan dan 13 kelurahan. Dari total luas tersebut 30,36% (253,86 km) diantaranya berupa tanah tanah basah atau sawah, dan sisanya 69,64% ( 582,27 km) merupakan tanah kering. Kabupaten Pekalongan secara administrative berbatasan dengan Kabupaten Batang dan Kota Pekalongan di sebelah timur, dengan Kabupaten Pemalang di sebelah barat, berbatasan langsung dengan laut Jawa dan Kota Pekalongan di sebelah utara, serta dengan Kabupaten Banjarnegara di wilayah bagian selatan.III.6.1 Kondisi Geografis

a. Letak Geografis

Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, yang berada di daerah Pantura bagian barat sepanjang pantai utara Laut Jawa memanjang ke selatan dengan Kota Kajen sebagai Ibu Kota pusat pemerintahan.

Secara geografis terletak diantara: 60 70 23 Lintang Selatan dan antara 1090 1090 78 Bujur Timur yang berbatasan dengan:

Sebelah Timur: Kota Pekalongan dan Kabupaten Batang

Sebelah Utara: Laut Jawa, Kota Pekalongan

Sebelah Selatan : Kabupaten Banjarnegara

Sebelah Barat : Kabupaten Pemalang

Secara Topografis, Kabupaten Pekalongan merupakan perpaduan antara wilayah datar diwilayah bagian utara dan sebagian merupakan wilayah dataran tinggi/pegunungan diwilayah bagian selatan yaitu diantaranya Kecamatan Petungkriyono dengan ketinggian 1.294 meter diatas permukaan laut dan merupakan wilayah perbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, Kecamatan Lebakbarang, Paninggaran, Kandangserang, Talun, Doro, dan sebagaian diwilayah Kecamatan Karanganyar serta Kajen.

b. Kondisi Wilayah Geografis

Curah hujan pada tahun 2006 rata-rata per tahun 2.954 mm dengan rata-rata hari hujan 113 hari. Curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Lebakbarang rata-rata per tahun 5.945 mm, terendah Kecamatan Buaran rata-rata per tahun 1.283 mm dengan rata-rata hari hujan 64 hari.

Kondisi tanah berdasarkan luas daerah Kabupaten Pekalongan 83.613,068 Ha yang terdiri atas tanah sawah 25.472,069 Ha atau 30.46%, tanah kering 58.140,999 Ha (69,54%).

Luas areal lahan sawah di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2006 seluruhnya seluas 25.472,069 Ha, yang terdiri dari : Sawah berpengairan teknis seluas 14.941,340 Ha, Sawah berpengairan setengah teknis seluas 3.166,832 Ha, Sawah berpengairan sederhana seluas 2.033,563 Ha, Sawah berpengairan Kelurahan seluas 1.613,903 Ha, Sawah tadah hujan seluas 2.679,769 Ha, Sawah yang tidak diusahakan seluas 1,160 Ha.

III.6.2 Luas dan Pembagian Wilayah

Luas Wilayah Kabupaten Pekalongan + 836,13 km2 atau 2,59% dari luas Propinsi Jawa Tengah, secara geografis terbagi atas 19 Kecamatan yang terbagi lagi dalam 13 Kelurahan, 270 Kelurahan, 1.209 Dusun, 1.497 RW dan 4.289 RT yang seluruhnya merupakan Kelurahan Swasembada.

Sedangkan menurut topografi terdapat 64 Kelurahan, 20% diantaranya merupakan Kelurahan dataran tinggi atau pegunungan yang berada di wilayah bagian selatan ada 4 kecamatan yang merupakan daerah lereng pegunungan Dieng yaitu antara lain Kecamatan Petungkriyono, Paninggaran, Lebakbarang dan Kandangserang.

Adapun jumlah Kelurahan yang berada di Kecamatan Petungkriyono sebanyak 19 Kelurahan, Paninggaran sebanyak 15 Kelurahan, Lebakbarang sebanyak 11 Kelurahan Kandangserang sebanyak 12 Kelurahan, Kecamatan Paninggaran sebanyak 15 Kelurahan dan ada di 4 kecamatan lainnya yang sebagian Kelurahannya merupakan pegunungan seperti Kecamatan, Talun sebanyak 4 Kelurahan, Kecamatan Doro sebanyak 6 Kelurahan, Kecamatan Karanganyar sebanyak 2 Kelurahan dan Kecamatan Kajen sebanyak 5 Kelurahan serta sebanyak 80% atau 219 kelurahan/desa yang berada di 11 kecamatan merupakan wilayah dataran rendah atau perkotaan.

Untuk mengefektifkan dan pemerataan pembangnan, maka Kabupaten Pekalongan dibagi menjadi tiga Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) yaitu:

BWP Idengan pusat Kota Kajen yang meliputi :Kecamatan Kajen, Karanganyar, Kesesi, Lebakbarang,Kandangserang dan Paninggaran. Potensi yang perlu dikembangkan adalah industri pembangunan jasa, pertanian, pariwisata dan industri budaya (pendidikan).

BWP IIdengan pusat Kota Kedungwuni meliputi Kecamatan Kedungwuni, Doro, Buaran, Petungkriyono, Talun dan Wonopringgo. Potensi yang perlu dikembangkan adalah industri pengembangan pertanian, industri dan industri budaya (pendidikan).

BWP IIIdengan pusat Kota Wiradesa meliputi Kecamatan Wiradesa, Tirto, Sragi dan Bojong. Potensi yang perlu dikembangkan adalah industri perdagangan, industri dan perikanan.III.6.3 Kondisi Demografi

Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Kabupaten Pekalongan adalah sebesar 838.621 jiwa, atau menurun dibandingkan dengan hasil prediksi jumlah penduduk tahun 2009 yang berjumlah 973.889 jiwa. Lebih lengkapnya mengenai jumlah penduduk Kabupaten Pekalongan dari tahun 2006 sampai tahun 2010 tersaji dalam grafik berikut.Gambar III.1 Peta Kabupaten Pekalongan

Provinsi Jawa Tengah

Gambar III.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Pekalongan 2011

Sumber : BPS Kabupaten Pekalongan tahun 2011Distribusi penduduk Kabupaten Pekalongan data tahun 2009 tidak merata, distribusi penduduk tertinggi berada di wilayah Kecamatan Kedungwuni (9,6%), kemudian Kecamatan Kesesi (7,94%) dan Kecamatan Bojong (7,63%). Sedangkan sebaran penduduk terkecil berada di Kecamatan Lebakbarang dengan persentase sebesar 1,14%. Selain distribusi penduduk, tingkat kepadatan penduduk juga tidak merata. Tahun 2010 menurut hitungan jumlah penduduk hasil sensus, kepadatan penduduk Kabupaten Pekalongan adalah 1002,54 jiwa per km. Tingkat kepadatan tertinggi berada di wilayah Kecamatan Wiradesa, sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Petungkriono. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Pekalongan dari tahun 2006 sampai tahun 2010 secara lengkap dapat dilihat dalam grafik berikut.

III.6.4 Aspek Pelayanan Umum

Pemerintah Kabupaten Pekalongan sebagai daerah otonom menyelenggarakan baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Jenis-jenis Urusan pemerintahan wajib yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Pekalongan adalah:

1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Pekerjaan Umum 4. Tata Ruang 5. Perencanaan Pembangunan 6. Perhubungan 7. Lingkungan Hidup

8. Pertanahan

9. Kependudukan dan Catatan Sipil 10. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

11. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 12. Sosial

13. Ketenagakerjaan 14. Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

15. Penanaman Modal

16. Kebudayaan

17. Pemuda dan Olah Raga

18. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

19. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Kepegawaian, dan Persandian

20. Ketahanan Pangan

21. Pemberdayaan masyarakat

22. Statistik

23. Kearsipan

24. Komunikasi dan Informasi

25. Perpustakaan

Sementara itu, jenis-jenis urusan pemerintahan pilihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Pekalongan meliputi:

1. Pertanian 2. Kehutanan

3. Energi dan Sumberdaya Mineral 4. Pariwisata 5. Kelautan dan Perikanan 6. Perdagangan 7. Industri 8. Ketransmigrasian III.6.5 Potensi Pengembangan Wilayah

a. Kawasan Lindung

Kawasan lindung di Kabupaten Pekalongan terbagi atas :

1) Kawasan Hutan Lindung

Kawasan yang termasuk disini adalah kawasan hutan lindung yang dikelola negara. Kawasan hutan lindung ini terletak di Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Kandangserang dan Kecamatan Petungkriyono dengan luasan kurang lebih 1.932 ha (seribu sembilan ratus tiga puluh dua hektar).2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

Adalah wilayah/kawasan resapan air. Kawasan Resapan air Kabupaten Pekalongan memiliki luas kurang lebih 28.494 Ha (dua puluh delapan ribu empat ratus sembilan puluh empat hektar) yang tersebar di wilayah Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Kandang serang, Kecamatan Talun, Kecamatan Doro, Kecamatan Kajen, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Kesesi.

3) Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan Perlindungan setempat terdiri atas kawasan sempadan sungai, kawasan sempadan pantai, kawasan sekitar mata air, dan kawasan RTH perkotaan.

Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan ini meliputi sungai-sungai yang termasuk dalam DAS Comal dan DAS Sengkarang dengan Sub DAS Kupang,Sengkarang dan Sragi, yaitu Sungai Sragi Lama, Sungai Sragi Baru, Sungai Paingan, Sungai Genteng, Sungai Keruh, Sungai Sengkarang, Sungai Pencongan dan Sungai Kupang Kawasan Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai Kabupaten Pekalongan terletak di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto, dan Kecamatan Tirto dengan jarak 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan sekitar mata air merupakan kawasan sekitar mata air dengan jari-jari sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter yang tersebar di Kecamatan Kandangserang (10 mata air), Kecamatan Doro (1 mata air), Kecamatan Kesesi (2 mata air), Kecamatan Karanganyar (4 mata air) Kecamatan Kajen (1 mata air) dan Kecamatan Bojong (5 mata air). RTH Perkotaan

Kurang lebih 5.646,36 Ha (lima ribu enam ratus empat puluh enam koma tiga puluh enam hektar), minimal 49,44 % (empat puluh sembilan koma empat puluh empat persen) dari luas kawasan permukiman perkotaan; jalur hijau; lahan-lahan berupa taman; lahan-lahan sekitar bangunan perumahan dan bangunan umum; dan tempat pemakaman.

4) Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya meliputi:

Kawasan Pantai Berhutan Bakau

Kawasan ini terletak di wilayah Kecamatan Siwalan. Kecamatan Wonokerto, dan Kecamatan Tirto dengan total luas kawasan mencapai 600 Ha.

Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Termasuk dalam kawasan ini yaitu hutan wisata Linggoasri, Kecamatan Kajen serta situs purbakala di Kecamatan Kesesi dan Kecamatan Petungkriyono seluas kurang lebih 880 Ha.

5) Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rawan Longsor, yaitu terdapat di Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Kajen, Kecamatan Talun, dan Kecamatan Doro. Kawasan Rawan Banjir, terletak di wilayah Kecamatan Tirto, Kecamatan WiraKelurahan, Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Sragi, Kecamatan Bojong, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Kajen, Kecamatan Buaran, Kecamatan Karangdadap dan Kecamatan Wonopringgo.

Kawasan Rawan Abrasi dan Gelombang Pasang, antara lain wilayah Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Tirto, dan Kecamatan Siwalan.

Kawasan Rawan Kekeringan, yaitu daerah Kecamatan Siwalan, Kecamatan Sragi, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Bojong, dan Kecamatan Talun.6) Kawasan Lindung Geologi

Kawasan lindung geologi adalah kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah di kawasan imbuhan air tanah pada Cekungan Air Tanah Pekalongan-Pemalang yang terdapat di Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Talun, Kecamatan Doro, Kecamatan Kajen, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Kesesi.

7) Kawasan Lindung Lainnya

Adalah kawasan yang memberikan perlindungan terhadap substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup, dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menciptakan jenis tumbuhan maupun hewan dan jasad renik. Kawasan ini berada di wilayah Kecamatan Petungkriyono, Lebakbarang, dan Kandangserang.

8) Kawasan Budidaya

Adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan, yang termasuk dalam kawasan budidaya ini yaitu : kawasan peruntukan hutan produksi; kawasan peruntukan hutan produksi terbatas; kawasan peruntukan hutan rakyat; kawasan peruntukan pertanian; kawasan peruntukan perikanan; kawasan peruntukan pertambangan; kawasan peruntukan industri; kawasan peruntukan pariwisata; kawasan peruntukan permukiman; dan kawasan peruntukan lainnya.

a) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi adalah kawasan hutan produksi tetap. Kawasan ini mempunyai luasan sekitar 1.201 Ha, yang meliputi wilayah-wilayah yang ada di Kecamatan Kandangserang; Kecamatan Paninggaran; Kecamatan Karangdadap; Kecamatan Kesesi; dan Kecamatan Bojong.b) Kawasan Peruntukan Hutan Industri Terbatas

Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas memiliki luasan kurang lebih 25.361 Ha. Dan terdapat di Kecamatan Kandangserang; Kecamatan Paninggaran; Kecamatan Lebakbarang; Kecamatan Petungkriyono; Kecamatan Talun; Kecamatan Doro; Kecamatan Karanganyar; dan Kecamatan Kajen.

c) Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud adalah yang memiliki luasan sebesar kurang lebih 2.280 Ha dan terdapat di : Kecamatan Kandangserang; Kecamatan Paninggaran; Kecamatan Lebakbarang; Kecamatan Petungkriyono; Kecamatan Kedungwuni; Kecamatan Talun; Kecamatan Doro; Kecamatan Karanganyar; Kecamatan Kajen; Kecamatan Kesesi; Kecamatan Sragi; Kecamatan Siwalan; Kecamatan Bojong; Kecamatan Wonopringgo; Kecamatan Karangdadap; Kecamatan Buaran; Kecamatan Tirto; Kecamatan Wiradesa; dan Kecamatan Wonokerto.

d) Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan peruntukan pertanian terbagi atas pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Luas untuk kawasan ini mencapai 24.749 Ha dan tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pekalongan.

e) Kawasan Peruntukan Perikanan

Rencana pengembangan kawasan peruntukan perikanan meliputi perikanan tangkap, perikanan budidaya, serta pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

Kawasan perikanan tangkap di laut diarahkan pada wilayah perairan laut di kawasan pesisir pantai utara, meliputi Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto. Sedangkan kawasan perikanan tangkap di perairan umum, terletak di semua sungai yang mengalir di Kabupaten Pekalongan. Kawasan perikanan budidaya dibagi menjadi budidaya air tawar di kolam dan embung dengan total luasan 408,48 Ha dan budidaya ikan air payau dikonsentrasikan di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto seluas kurang lebih 645 Ha.

Kawasan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dibagi atas sentra pengolahan di Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto, dan Sentra Pemasaran di Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Wiradesa.

f) Kawasan Peruntukan Pertambangan

Pertambangan yang ada di wilayah Kabupaten Pekalongan yaitu mineral logam, batuan, panas bumi, serta minyak dan gas bumi. Penyebarannya meliputi:

Pertambangan mineral logam di wilayah Kecamatan Lebakbarang, Doro dan Petungkriyono.

Pertambangan batuan tersebar di beberapa wilayah seperti Kelurahan Lambur, Kelurahan Klesem dan Kelurahan Bodas di Kecamatan Kandangserang berupa andesit, batu gamping, diorit, serta kalsit di Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Kandangserang; Kelurahan Windurojo, Kecamatan Kajen berupa andesit, diorit dan tanah urug; Kelurahan Curug dan Kelurahan Pododadi di Kecamatan Karanganyar berupa andesit, lempung/tanah liat dan tanah urug; Kelurahan Randusari di Kecamatan Doro berupa andesit, kaolin serta lempung/tanah liat di Kelurahan Larikan dan Kelurahan Kolimojosari di Kecamatan Doro; Kecamatan Petungkriyono dan Kecamatan Lebakbarang berupa andesit; Kelurahan Paninggaran, Kecamatan Paninggaran berupa oker serta Kelurahan Domiyang dan Kelurahan Tenogo, Kecamatan Paninggaran berupa trass; Kelurahan Mulyorejo, Kelurahan Sidosari, Kelurahan Kradon, Kelurahan Wotupayung dan Kelurahan Kuasen, Kecamatan Kesesi berupa lempung/tanah liat; Kelurahan Wongandowo dan Kelurahan Kalipancur, Kecamatan Bojong berupa lempung/tanah liat dan tanah urug; Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Talun berupa lempung/tanah liat dan tanah urug; dan Kelurahan Langkap, Kecamatan Kedungwuni berupa lempung/tanah liat.

Pertambangan panas bumi berada di wilayah Kecamatan Lebakbarang dan Petungkriono.

Sedangakan pertambangan minyak dan gas bumi terletak di wilayah kerja migas di Kabupaten Pekalongan.

g) Kawasan Peruntukan Industri

Rencana pengembangan industry di Kabupaten Pekalongan yaitu; kawasan industri besar di wilayah Kecamatan Siwalan, Wiradesa, Tirto, Buaran dan Kedungwuni. Kawasan industri menengah di Kecamatan Siwalan, WiraKelurahan, Tirto, Buaran, Bojong, Sragi, Kedungwuni dan Wonopringgo. Sedangkan untuk industri kecil terdapat di sentra-sentra industri kecil yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada.

h) Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan yang dikonsentrasikan untuk pariwisata di Kabupaten Pekalongan terbagi atas:

Kawasan wisata alam terdapat di :

Pantai Depok di Kelurahan Depok, Kecamatan Siwalan;

Kawasan hutan wisata Linggoasri di Kelurahan Linggoasri, Kecamatan Kajen;

Kabalong (Karanggondang, Limbangan, Lolong) di Kecamatan Karanganyar;

Pantai Wonokerto di Kecamatan Wonokerto; dan Wisata air Kali Pencongan di Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa dan Kecamatan Wonokerto (sepanjang 5 km aliran Sungai Sengkarang).

Kawasan wisata buatan/rekreasi terdapat di :

kolam renang Langkap Indah di Kecamatan Kedungwuni;

Kolam Renang Banyu Biru di Kecamatan Wiradesa;

Kolam Renang Kulu Asri di Kecamatan Karanganyar;

Kolam Renang Tirta Alam di Kecamatan Karanganyar; dan

Kolam Renang Prima Graha Wisata di Kecamatan Karanganyar.

Kawasan wisata belanja terdapat di :

Kampung Batik di Kelurahan Kemplong, Kelurahan Kepatihan, Kelurahan Gumawang dan Kelurahan Kauman di Kecamatan Wiradesa;

Pasar Grosir Pantura di Kecamatan WiraKelurahan;

International Batik Centre di Kecamatan WiraKelurahan;

Sentra alat tenun bukan mesin (ATBM) Pakumbulan di Kecamatan Buaran;

Sentra kerajinan tempurung kelapa di Kecamatan Wonopringgo; dan

Sentra bordir di Kecamatan Kedungwuni.

Kawasan ekowisata terdapat di Kelurahan Gumelem, Kelurahan Kayupuring, Kelurahan Yosorejo dan Kelurahan Curugmuncar, Kecamatan Petungkriyono.

Kawasan wisata budaya meliputi :

Seni kuntulan, terdapat di seluruh kecamatan;

Sintren, terdapat di seluruh kecamatan;

Seni rebana, terdapat di seluruh kecamatan;

Kuda kepang, terdapat di seluruh kecamatan; dan

Seni ketoprak, terdapat di seluruh kecamatan.

Kawasan wisata religius terdapat di :

Makam Siti Ambaryah di Kelurahan Bukur, Kecamatan Bojong;

Makam Ki Ageng Rogoselo di Kelurahan Rogoselo, Kecamatan Doro;

Makam Atas Angin di Kelurahan Rogoselo, Kecamatan Doro;

Makam Mbah Gendhon di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kesesi;

Makam Mbah Faqih di Kelurahan Kauman, Kecamatan WiraKelurahan;

Makam Syekh Siti Jenar di Kelurahan Lemahabang, Kecamatan Doro;

Makam Habib Abdurrahman di Kelurahan Lolong, Kecamatan Karanganyar;

Makam Syekh Abu Bakar Bin Toha Bin Yahya di Kelurahan Kayugeritan, Kecamatan Karanganyar;

Masjid Wonoyoso di Kelurahan Wonosoyo, Kecamatan Buaran;

Benda cagar budaya lingga yoni di Kelurahan Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono; dan

Makam Wali Tanduran di Kecamatan Paninggaran.

i) Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan Permukiman dibagi atas kawasan per-Kelurahanan dan perkotaan. Kebijaksanaan pemanfaatan ruang permukiman per-Kelurahanan didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang meliputi pengembangan Kelurahan-Kelurahan pusat pertumbuhan serta perkampungan yang ada dan arahan bagi perluasannya.

Sedangkan Kawasan permukiman perkotaan mencakup wilayah pengembangan perkotaan. Kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan pengembangan sarana prasarana penunjangnya yang meliputi: penataan ruang kota yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang kota.

j) Kawasan Peruntukan Lainnya

Pemanfaatan kawasan ini dikonsentrasikan pada kepentingan pertahanan dan keamanan merupakan kewenangan pemerintah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemanfaatan kawasan ini antara lain untuk kantor Kodim, Koramil, Polres, Polsek, Posal, dan kebutuhan pertahanan kemanan lainnya.

III.6.6 Aspek Daya Saing Daerah

a. Kemampuan Ekonomi Daerah

Besarnya Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) (atas dasar harga konstan tahun 2000) Kabupaten Pekalongan tahun 2006 sebesar Rp. 2,71 trilyun meningkat menjadi sebesar Rp. 3,09 trilyun pada tahun 2009 atau meningkat sebesar Rp. 387 milyar selama tiga tahun. Besarnya PDRB Kabupaten Pekalongan tersebut memberikan sumbangan sebesar 2,10 2,91% dari PDRB (atas dasar harga konstan 2000) Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 sebesar Rp. 165,18 trilyun (tanpa migas).

Sedangkan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk dapat diketahui dari pendapatan per kapita penduduk (atas dasar harga konstan tahun 2000) Kabupaten Pekalongan pada tahun 2006 sebesar Rp. 2.166.802,07 meningkat menjadi sebesar Rp. 3.181.135,26 pada tahun 2010 atau meningkat sebesar Rp. 1.014.3333,19 selama tiga tahun.

Apabila dilihat dari kebutuhan hidup layak (KHL), KHL Kabupaten Pekalongan tahun 2007 sebesar Rp. 688.728,25 sedangkan upah minimum kabupaten (UMK) sebesar Rp. 565.000,00 per bulan, pada tahun 2009 KHL meningkat menjadi sebesar Rp. 762.886,00 dan UMK meningkat menjadi sebesar Rp. 700.000,00. Dari data tersebut diketahui UMK Kabupaten Pekalongan rata-rata memenuhi sebesar 91,86% kebutuhan hidup layak (KHL), hal ini menunjukkan kondisi yang masih kurang karena UMK lebih kecil dari KHL.

Besarnya ketimpangan antar kelompok dalam masyarakat di Kabupaten Pekalongan diketahui dari Indek Gini (Gini Index) yaitu sebesar 0,26 pada tahun 2006 menurun menjadi sebesar 0,20 pada tahun 2009, baik daripada rata-rata Jawa Tengah (2009) sebesar 0,28. Gambaran tersebut menunjukkan tingkat pemerataan dalam masyarakat semakin baik. Sedangkan besarnya kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar kecamatan diketahui dari Indek Williamson (IW) pada tahun 2006 sebesar 0,37 meningkat menjadi sebesar 0,40 pada tahun 2009, hal ini menunjukkan semakin besarnya kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Pekalongan.

b. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

1) Kondisi Infrastruktur

Di Kabupaten Pekalongan memiliki akses jalan nasional sepanjang 9,10 Km dan jalan provinsi sepanjang 85,14 km yang memudahkan mobilisasi barang dan orang di jalur perekonomian utama. Sedangkan jalan kabupaten yang menghubungkan ibukota Kabupaten Pekalongan dengan seluruh wilayah kecamatan sepanjang 558,08 km (Profil Daerah Kabupaten Pekalongan 2009). Pelayanan pergerakan antar daerah di Kabupaten Pekalongan dilayani oleh Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) sebanyak 22 unit, Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) sebanyak 34 unit, dan kendaraan umum berupa angkutan peKelurahanan. 2) Jaringan Listrik

Banyaknya Kelurahan di Kabupaten Pekalongan yang telah terjangkau pelayanan listrik sampai dengan tahun 2009 seluruh Kelurahan/desa yang dilayani oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) jaringan interkoneksi Jawa Bali. Sedangkan elektrifikasi rumah tangga sebesar 65% pada tahun 2010, masih terdapat 35% rumah tangga yang belum mendapatkan pelayanan listrik. Terdapat lebih dari 25 Kelurahan di wilayah perKelurahanan terpencil mendapatkan pelayanan listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sebanyak 11 unit di Kecamatan Lebakbarang, Petungkroyono dan Doro. Jumlah pelanggan listrik pada tahun 2008 sebanyak 123.051 unit, dengan daya terpasang sebesar 119.411.295 Volt Ampere (VA) dan jumlah energi terjual sebesar 244.867.010 kilo watt hours (KWH). Pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 128.762 unit, dengan besarnya data terpasang sebesar 127.895.947 VA dan energi terjual sebesar 261.746.580 KWH. Sebagian besar pelanggan listrik termasuk pelanggan rumah tangga kecil (R-1) dengan daya terpasang sampai dengan 1.300 Watt.

3) Ketaatan Terhadap RTRW

Kabupaten Pekalongan telah memiliki dokumen perencanaan tata ruang wilayah yang telah ditetapkan dalam Perda No. 11 Tahun 2001. Namun sejak berlakunya Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang, maka berdasarkan undang-undang tersebut Kabupaten Pekalongan harus merevisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan paling lambat 3 tahun yaitu tahun 2010. Sampai dengan saat ini revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pekalongan 2010 2030 masih dalam proses.

4) Fasilitas Penunjang

Salah satu fasilitas penunjang perkembangan perekonomian daerah adalah perbankan baik yang dikelola secara konvensional maupun syariah. Kantor bank yang memiliki layanan di Kabupaten Pekalongan antara lain Bank Jawa Tengah, BNI, BRI di setiap kecamatan, BCA, Bank Danamon, Bank Mandiri, BPTN dan lain-lain. Serta lembaga keuangan non bank seperti Perum Pegadaian, Kospin Jasa dan lembaga keuangan mikro lainnya.

Sedangkan jumlah hotel di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 sebanyak 8 unit diantaranya yaitu Hotel Dian Candra, Hotel Merlin dan Hotel Bata Merah yang terletak di jalur Pantai Utara di Kecamatan WiraKelurahan. Jaringan telekomunikasi memiliki peran posistif dalam rangka pengembangan dunia usaha baik jaringan telepon dan transfer data dan informasi lainnya, dengan jumlah sambungan telepon tahun 2009 sebanyak 6.587 SST dan tahun 2010 meningkat menjadi 7.255 SST atau meningkat 7,8% disamping itu pelayanan telekomunikasi ditunjang layanan GSM dan CDMA yang telah menjangkau seluruh Kelurahan dengan base transmision receiver (BTS) sebanyak 81 unit.c. Iklim Investasi

Salah satu upaya meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan rakyat di era otonomi daerah adalah meningkatkan promosi penanaman modal baik penanaman modal dalam negeri maupun modal asing. Dalam melakukan penanaman modal di suatu daerah maka investor melihat kondusifitas, perijinan dan kemudahan berusaha di daerah tersebut. Kabupaten Pekalongan telah membentuk Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) dan peningkatan promosi penanaman modal oleh Bappeda dan PM Kabupaten Pekalongan. Dalam upaya meningkatkan ketertiban dan ketenteraman dalam masyarakat telah dilatih sebanyak 10.442 orang anggota Pelindungan Masyarakat (Linmas) yang tersebar diseluruh kecamatan. Kabupaten Pekalongan termasuk wilayah yang tenteram dan kondusif untuk melakukan kegiatan usaha, baik usaha UMKM maupun usaha besar. Hal ini terbukti dengan jumlah perusahaan besar di Kabupaten Pekalongan (2009) sebanyak 13 unit dengan jumlah tenaga kerja 11.105 orang, perusahaan skala menengah sebanyak 4.756 unit mempekerjakan tenaga sebanyak 47.561 orang dan UMKM sebanyak 18.437 unit menyerap jumlah tenaga kerja sebanyak 29.754 orang (Profil Daerah Kab. Pekalongan 2009).

d. Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk Kabupaten Pekalongan berusia >15 tahun pada tahun 2009 sebanyak 430.475 jiwa, terdiri dari penduduk yang bekerja sebanyak 412.482 jiwa dan mencari pekerjaan sebanyak 17.993 jiwa. Rasio ketergantungan penduduk di Kabupaten Pekalongan dalam kurun waktu 5 tahun tergolong tinggi. Rasio ketergantungan dari tahun 2005 sampai tahun 2009 berada diatas 42%, ini menunjukkan ketergantungan penduduk yang berusia dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun (penduduk non produktif) terhadap penduduk usia 15-64 tahun (usia produktif) tergolong tinggi.

III.6.7 Keadaan Sistem Utilitas

Sistem utilitas atau jaringan di Kabupaten Pekalongan meliputi jaringan air bersih, listrik, telepon, sampah dan irigasi. Jaringan-jaringan yang ada nampak belum merata di seluruh wilayah, tetapi secara administrasi sudah hampir merata keseluruh wilayah kecamatan yang ada. a. Sistem Jaringan Air Bersih

Air merupakan kebutuhan vital bagi makhluk hidup, khususnya bagi manusia kebutuhan untuk mendapatkan air yang bersih dan sehat menjadi sangat penting, sebab mengkonsumsi air yang tidak bersih dan sehat akan mengganggu kesehatan dan mengancam keselamatan/kehidupan manusia. Air bersih adalah merupakan salah satu dari kebutuhan pokok masyarakat, oleh karena itu pelayanan dan ketersediaan air bersih mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam upaya untuk mensejahterakan masyarakat.

Program penyediaan air minum, sanitasi dan kesehatan akan efektif dan berkelanjutan bila dilakukan dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan dilakukan dengan melalui pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat (demand responsive approach) Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha memberdayakan masyarakat agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam penyiapan, melaksanakan, mengoperasionalkan dan memelihara sarana yang telah dibangun serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan.

b. Sistem Jaringan Listrik

Guna memacu pembangunan kelistrikan, telah ditempuh upaya melalui Program Listrik Masuk Kelurahan yang berhasil menambah fasilitas jaringan serta jumlah pelanggan listrik. Indikator hasil yang dapat dicapai pembangunan dalam bidang kelistrikan di Kabupaten Pekalongan antara lain dapat dilihat dari jumlah pelanggan listrik pada tahun 2006 sebanyak 113.123 orang dengan prosentase Kelurahan berlistrik sebanyak 96,82% meningkat di tahun 2007 menjadi 119.392 orang pelanggan dengan prosentase Kelurahan berlistrik sebanyak 97,06%.

c. Sistem Jaringan TelekomunikasiMelalui kerja sama yang baik antara Pemerintah Kabupaten Pekalongan dengan PT Telkom serta pihak swasta, prasarana telekomunikasi selama tahun 2007 terjadi penambahan Sentral Telepon Otomatis Terpasang sebanyak 448 Satuan Sambungan Telepon ( SST ) atau 9,92%, yaitu dari 4.818 SST pada tahun 2006 meningkat dibanding tahun 2007 menjadi 5.407 SST.

Pertumbuhan Fixed Line (kabel) tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 25,80% dibanding tahun 2006 yakni dari 3.903 SST tahun 2006 tahun 2007 menjadi 4.910 SST. Wireless Local Loop ( WLL ) atau sambungan telepon tanpa kabel pada tahun 2007 mengalami penurunan 53,75% yaitu dari 772 SST pada tahun 2006 menjadi sebanyak 357 SST pada tahun 2007.Penurunan signifikan ini karena adanya program penggantian WLL ke Flexi. Fasilitas telekomunikasi yang telah dibangun untuk memperlancar arus komunikasi di bidang pemerintahan adalah berupa Telepon Sistem SNAO pada tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Karangdadap, Petungkriyono dan Kecamatan Lebakbarang sehingga mempermudah jalur komunikasi baik antar kabupaten dengan kecamatan maupun antar kecamatan dengan kecamatan. Disamping itu partisipasi swasta di bidang telekomunikasi yang semakin baik diantaranya telah terbangun beberapa Base Terminal Station (BTS) Satelindo Telkomsel dan Indosat di Kota Kajen dan sekitarnya, hal ini dapat lebih memperlancar komunikasi telepon seluler (HP) bagi masyarakat Kabupaten Pekalongan.d. Keadaan Sistem Transportasi

Dalam rangka mendukung pertumbuhan sektor lain seperti sektor ekonomi, telah dilaksanakan peningkatan kualitas prasarana wilayah antara lain melalui kegiatan pemeliharaan serta peningkatan jalan dan jembatan secara rutin maupun berkala. Dengan prasarana jalan yang baik akan dapat medukung lancarnya kegiatan distribusi barang dan jasa yang akan dapat mendukung tingginya mobilitas masyarakat dalam kegiatan perekonomian.

Panjang jalan tahun 2006 adalah 518,53 km (129 ruas) mengalami peningkatan menjadi 558.08 km (142 ruas) pada tahun 2007. Untuk jalan dengan kondisi baik meningkat dari semula 178,24 km (31,94%) pada tahun 2006 meningkat menjadi 339,66 km (65,50%) pada tahun 2007, jalan kondisi sedang semula 87,89 km (16,95%) pada tahun 2006 meningkat menjadi 204,37 km (36,62%) pada tahun 2007. Sedangkan jalan yang kondisinya rusak mengalami penurunan dari 175,47 km (31,44% ) pada tahun 2006 menjadi 90,97 km (17,54%) pada tahun 2007 jalan yang kondisinya rusak berat tahun 2007 sepanjang 61,69 km (11,9%).

III.7 GAMBARAN UMUM KECAMATAN TIRTO

III.7.1 Kondisi Topografi

Kecamatan Tirto merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupeten Pekalongan. Letaknya berada di bagian utara kabupaten. Wilayah Kecamatan Tirto terlintasi oleh jalur utama Pantai Utara (Pantura) yang merupakan jalur terpadat di Pulau Jawa. Kecamatan Tirto sendiri terletak di dataran rendah Pantai Utara Pulau Jawa diantaranya : 109' - 110' BT dan 6' - 7' LS. Memiliki luas wilayah 17.39 km2 dengan wilayah perkotaan kurang lebih 14.70 Km2 dan wilayah perKelurahanan 2.69 km2. Batas wilayah Kecamatan Tirto adalah :

Sebelah Utara: Laut Jawa

Sebelah Timur: Kota Pekalongan

Sebelah Selatan: Kec. Buaran dan Kec. Kedungwuni

Sebelah Barat: Kec. WiraKelurahan dan Kec. Wonokerto

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Pekalongan, hampir 95 % wilayah Kecamatan Tirto memiliki tingkat kelerengan yang relatif datar, yaitu sekitar 0 - 3 %. Kelerengan yang cukup bergelombang yaitu sekitar 5-10 %. Sedangkan beberapa wilayah di bagian utara, memiliki ketinggian di bawah permukaan air laut yaitu di kelurahan Jeruksari dan Mulyorejo. Kecamatan Tirto tidak memilki kelerengan curam, yaitu di atas 40%. Hal ini tentu merupakan keuntungan tersendiri bagi Kecamatan Tirto, karena dengan tingkat kelerengan yang relatif datar, maka perencanaan lahan terbangun tidak begitu menemukan kendala topografi. Terkait dengan pengembangan wilayah studi perancangan, hal ini akan sangat menuntungkan dengan kondisi topografi yang relative datar, maka pembangunan-pembangunan infrastruktur tidak akan menelan biaya terlalu banyak, karena tidak perlu menyediakan struktur, bahan ataupun alat yang disesuaikan dengan keadaan topografi yang curam.

Gambar III.3Peta Kecamatan Tirto

Kabupaten Pekalongan

III.7.2 Jenis Tanah

Kecamatan Tirto memiliki kandungan jenis tanah yang terbagi menjadi empat jenis dan tersebar di beberapa wilayah sebagai berikut :

Aluvial Kelabu Tua

As Latosal Coklat

Aluvial Hidromart

Pada dasarnya jenis tanah diatas hampir memiliki karakteristik yang sama. Pada Kecamatan Tirto memiliki jenis tanah yang cocok untuk kawasan tanaman padi dan beberapa tanaman yang dapat berkembang di dataran rendah karena memiliki kandungan humus organik dari sisa-sisa tanaman. Karaktersitik jenis tanah ini juga kuat untuk menahan beban bangunan di atasnya.

III.7.3 Curah HujanBerdasarkan peta curah hujan Kecamatan Tirto oleh Bappeda Kabupaten Pekalongan dapat dilihat bahwa curah hujan yang terjadi antara antara 1500-2000 mm/tahun serta wilayah dengan curah hujan antara 1800-2200 mm/tahun. Kisaran curah hujan antara 1800-2200 mm/tahun termasuk tingkatan curah hujan sedang. Kondisi tersebut tentu sangat mendukung pada sektor sawah tadah hujan dan penyediaan sumber air tanah bagi penduduk lokal, apalagi tanah di Kelurahan Tirto cenderung subur.III.7.4 Kondisi Tata Guna Lahan

Kecamatan Tirto memiliki total luas lahan sebesar 1.739,78 Ha. Secara umum, penggunaan lahan di Kecamatan Tirto terbagi dalam 2 kelompok besar yaitu penggunaan pertanian atau sawah dan tanah kering (Bangunan, hutan rakyat, jalan, DAS, dll). Sedangkan secara golongan besar penggunaan lahan terbagi menjadi 2 yaitu 599,941 untuk Pertanian dan 724,88 untuk Permukiman.

Kawasan permukiman dan industri rata-rata hanya berada di sekitar jalur utama lintas Pantura dan jalur utama Kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Tirto dengan Kecamatan lain serta menghubungkan daerah-daerah lain di kawasan Kecamatan Tirto itu sendiri. Sedangkan kawasan pertanian di Kecamatan Tirto sebagian besar berupa tanaman padi, singkong, jagung, serta tanaman lain yang dapat menghasilkan bahan baku untuk kegiatan industri. Pertanian padi, singkong, dan palawija sebagai produksi utama mendukung hasil pertanian di Kelurahan ini, namun petani hanya bisa menjual dengan padi basah saja karena minimnya lahan untuk menjemur padi dan menyimpan lumbung padi.

Terkait dengan bagaimana pengembangan wilayah studi yaitu yang berada di Kecamatan Tirto, penggunaan lahan yang dominan adalah untuk Permukiman dan Pertanian sedangkan kegiatan kegiatan industri masih dalam perkembangan, maka diharapkan dengan proses merancang nanti, ketiga hal ini akan menjadi perhatian agar penggunaan lahannya tetap sesuai dan dapat dikembangkan secara bersama-sama.

Sedangkan untuk luas tanah sawah menurut jenis pengairan, total luas tanah sawah Kecamatan Tirto sebesar 599.94 Ha. Secara umum, jenis pengairan di Kecamatan Tirto terbagi dalam 4 kelompok yaitu irigasi teknis, setengah teknis, Sederhana PU, dan Sederhana Non PU. Golongan terbesar pengairan tanah sawah di Kecamatan Tirto adalah berupa irigasi Tehnis sederhana seluas 399,149 (75%), pengairan sawah golongan 1/2 Tehnis 16,916 Ha, Sederhana Non PU 103,999 Ha dan adalah terkecil irigasi Sederhana PU sebesar 33 Ha. Tabel III.1

Luas Tanah Sawah (Ha) Di Kecamatan Tirto

No.KelurahanTehnis1/2 TehnisSederhana PUSederhana Non PU

1Wuled11,221---

2Ngalian29,000---

3Pandanarum61,242---

4Karanganyar2,843---

5Silirejo2,000---

6Pucung14,635---

7Dadirejo36,464---

8Sidorejo71,469---

9Curug43,150---

10Tanjung38,520---

11Sambarejo35,378---

12Pacar7,564---

13Karangjompo4,483---

14Tegaldowo41,180---

15Mulyorejo0-33-

16Jeruksari016,916-103,999

Total399,14916,91633103,999

Sumber : Monografi Kecamatan Tirto 2011

III.7.5 Kondisi DemografiDari data di bawah ini dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Tirto antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang tidak terlalu tinggi, beberapa kelurahan-kelurahan di Kecamatan Tirto memiliki jumlah penduduk lebih dari 2000 jiwa. Sehingga persebaran penduduk dengan tingkat kepadatan yang tinggi berada di Kelurahan adalah Kelurahan Jeruksari, Silirejo, Dadirejo, dan Sambarejo.Tabel III.2

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Di Kecamatan Tirto

No.KelurahanPendudukJumlah

Laki - LakiPerempuan

1Wuled129813582656

2Ngalian143514472882

3Pandanarum176217033465

4Karanganyar229120554346

5Silirejo255925325091

6Pucung141414502864

7Dadirejo430540728377

8Sidorejo180018503650

9Curug146213922854

10Tanjung241023994809

11Sambarejo246423714835

12Pacar191918593778

13Karangjompo214722224369

14Tegaldowo148913732862

15Mulyorejo141214092821

16Jeruksari343934236862

Total336063291566521

Sumber : Kecamatan Tirto dalam Angka, 2011

Tabel III.3

Jumlah Penduduk Menurut Usia Di Kecamatan Tirto

No.Kelompok UmurLaki-LakiPerempuanJumlah

10-4300128675868

25-9309230056097

310-14339133066697

415-19344433526796

520-24299929455944

625-29298728605847

730-34280226685470

835-39256925285097

940-44227422964570

1045-49209020394129

1150-54169215693261

1255-59121511452360

1360-647687591527

1465-695336331166

1570+7499431692

Total336063291566521

Sumber : Kecamatan Tirto dalam Angka, 2011Jumlah Penduduk Kecamatan Tirto sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh industri. Hal ini dikarenakan terdapat banyak jenis industry sehingga mengakibatkan masyarakatnya lebih cenderung untuk bekerja sebagai buruh industry. Setelah buruh industri, mata pencaharian utama di Kecamatan Tirto yaitu Perdagangan dan Jasa, kemudian diikuti petani. Kondisi seperti ini juga merupakan salah satu faktor yang mendukung karakteristik rural-urban.

Kemudian untuk tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Tirto yang paling dominan adalah tamat SD. Berikutnya sebagian besar penduduknya yaitu tamat SD, sebesar 40%. Ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Tirto masih rendah. Hal ini diperkuat dengan rendahnya persentase tingkat pendidikan penduduk untuk sarjana ke atas. Tingkat pendidikan penduduk yang rendah ini, menjadi salah satu faktor mengapa banyak penduduk yang bekerja sebagai buruh pabrik, buruh tani ketimbang meneruskan pendidikan yang lebih tinggi. Mereka juga beranggapan pendidikan tidak terlalu penting, mereka terutama kaum perempuan lebih memilih menjadi buruh pabrik untuk mendapatkan uang. III.7.6 Kondisi Sarana dan Prasarana

Ketersediaan Sarana

Perkembangan ketersediaan sarana di wilayah Tirto menunjukkan perkembangan yang cukup berarti pada sektor perdagangan dan jasa, sedangkan pada sarana atau fasilitas sosial, seperti sarana kesehatan, pendidikan dan pasar umum yang sewajarnya disediakan oleh pemerintah tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan. Hal ini dimungkinkan karena sektor perdagangan dan jasa merupakan sektor yang sangat sensitif terhadap perkembangan kondisi di sekitarnya sehingga menarik semua minat masyarakat untuk memilih bekerja daripada menuntut ilmu (pendidikan).

Sebagian besar tempat ibadah di Kecamatan Tirto berupa musholla dan masjid. Musholla berjumlah 185 unit yang tersebar merata di seluruh kelurahan, sedangkan masjid 21 unit.

Sarana pendidikan di Kecamatan Tirto terdiri dari fasilitas pendidikan dasar hingga fasilitas pendidikan menengah pertama. Jumlah TK sebanyak 19 unit, SD paling banyak yaitu 21 unit, SLTP sejumlah 3 unit. Selain sekolah negeri juga terdapat MI sebanyak 17 unit, dan MTS 2 unit. Berikut ini dapat dilihat tabel jumlah sarana pendidikan di tiap kelurahan di Kecamatan Tirto tahun 2011. Tidak terdapat sarana pendidikan SMA pada wilayah Kecamatan Tirto.

Sarana kesehatan di Kecamatan Tirto terdiri dari Puskesmas sebanyak 2 unit yang terletak di Kelurahan Pacar dan Tegaldowo. Puskesmas Pembantu sebanyak 4 unit, Poliklinik Kelurahan sebanyak 15 unit yang tersebar di tiap Kelurahan kecuali Kelurahan Pacar.

Jumlah tenaga kesehatan di Kecamatan Tirto antara lain terdiri dari 8 dokter praktek, 12 bidan, dan 27 orang dukun bayi.

Ketersediaan Prasarana

Faktor ketersediaan prasarana, seperti jaringan jalan, air bersih, dan listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat keunggulan komparatif wilayah Tirto. Adapun penjelasan mengenai kondisi prasarana di kawasan ini adalah sebagai berikut :

a. Jaringan Jalan

Kondisi jaringan jalan yang meliputi struktur dan fungsi jalan memiliki makna yang strategis. Terlebih lagi daerah sekitar wilayah Tirto merupakan daerah dengan aktivitas Pertanian dan Industri yang dominan, sehingga membutuhkan sistem jaringan jalan yang memadai untuk mendukung aktivitas tersebut pada di wilayah ini.

b. Air Bersih

Hingga saat ini, jaringan air bersih sudah menjangkau hampir beberapa lokasi di wilayah Tirto. Akan tetapi, ada sebagian penduduk yang masih menggunakan air sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini membantu masyarakat yang tidak mampu membayar PAM namun memberi dampak negatif juga, karena penggunaan bor/artesis secara berkepanjangan mengakibatkan dampak negatif terhadap tanah, mengingat kondisi topografi kawasan atau kelerengan yang tidak rata dan tidak sama.

c. Jaringan Listrik

Jaringan listrik merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia. Pada wilayah ini, jaringan listrik yang memadahi sangat diperlukan untuk menunjang aktivitas masyarakat yang tinggi. Pada wilayah Tirto, jaringan listrik sudah menjangkau hampir ke seluruh pelosok kawasan dan tidak hanya berada di sepanjang jalan utama saja. III.7.7 Potensi dan Permasalahan Wilayah Perencanaan Kecamatan Tirto

Kecamatan Tirto merupakan bagian wilayah administrasi dari Kabupaten Pekalongan yang berada di bagian utara. Sebagian dari wilayahnya merupakan kawasan dataran rendah di pantai utara Pulau Jawa. Sedangkan sebagian lainnya yaitu dibagian lebih keselatan merupakan dataran sedang. Perkembangan yang ada, wilayah di utara Kecamatan Tirto lebih berkembang daripada bagian selatan wilayahnya. Berikut merupakan ulasan mengenai Potensi dan Permasalahan yang ada di Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan:a. Potensi

Beberapa potensi yang ada pada Kecamatan Tirto dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Jalur Pantura

Kabupaten Pekalongan, sebagian wilayahnya berada utara Pulau Jawa yang dilintasi Jalur Utama Pantai Utara. Sebagian besar wilayah di Pulau Jawa, dari data yang ada, wilayah yang terlintasi jalur pantura perkembangannya lebih pesat dibandingkan dengan daerah yang berada di selatan jalur pantura. Kecamatan Tirto sendiri merupakan bagian dari Kabupaten Pekalongan yang wilayahnya dilintasi oleh jalur utama Pantura.

Aktivitas wilayah Kecamatan Tirto yang ada pada jalur ini berkembang sebagai wilayah perdagangan dan jasa. Guna lahan yang ada berkembang sebagai pertokoan. Seiring dengan padatnya lintasan jalur pantura tersebut, dimanfaatkan guna aktivitas perdagangan dan jasa.

2. Kawasan Industri

Memanfaatkan wilayah Kecamatan Tirto yang berada di lintasan jalur utama Pantai Utara, kawasan industri turut serta berkembang di wilayah Kecamatan Tirto. Beberapa diantaranya Kawasan Industri Tekstil (kain dan Batik), Kawasan Industri Pengolahan Ikan, dan lain sebagainya. Kawasan insutri ini memnafaatkan lintasan jalur pantura guna mempermudah aksesibilitas yang diperlukan dalam aktivitas industri. Seperti mobilitas bahan baku maupun dalam aktivitas pengiriman barang hasil produksi.

3. Potensi Perikanan

Mengingat bahwa batas utara dari Kecamatan Tirto merupakan wilayah Laut Jawa, maka tidak heran jika dibagian utara wilayah Tirto ini berkembang sebagai kawasan sentral perikanan bagi Kabupaten Pekalongan. Hasil dari perikanan sendiri telah tersebar ke wilayah Kabupaten Pekalongan di bagian selatan, sebagian Kota Pekalongan, dan sebagian diolah kembali untuk dipasarkan ke berbagai daerah.

b. Permasalahan

Beberapa permasalahan yang ada di wilayah Kecamatan Tirto adalah:

1. ROB

Keberadaan sebagian wilayah Kecamatan Tirto yang berada di wilayah utara ini, selain terdapatnya potensi perikanan, timbul beberapa permasalahan mengenai banjir ROB. Hal ini dikarenakan beberapa wilayah berada di bawah permukaan alir laut, sehingga pada daerah tersebut terjadi kenaikan air yang lebih dikenal sebagai ROB. ROB sendiri terjadi hampir setiap hari dan terjadi mulai pukul 16.00 waktu setempat dan terjadi sepanjang tahun. Beberapa daerah yang terkena dampaknya yaitu kelurahan Karangjompo, Tegaldowo, Jeruksari, dan Mulyorejo.

2. Limbah Industri

Keberadaan limbah industri yang dalam pengolahannya (IPAL) tidak berfungsi dengan baik akan menimbulkan bahaya bagi masyarakat sekitar. Di Kecamatan Tirto, saluran pengolahan limbah (IPAL) tidak berfungsi dengan baik. Sehingga mencemari lingkungan dan aliran sungai yang menjadi tempat pembuangan limbah. Selain berbahaya, limbah ini menimbulkan bau yang menggangu masyrakat sekitar yaitu masyarakat di kelurahan Pacar, Tanjung, dan Dadirejo.

3. Sistem Pengolahan Sampah

Sistem pengolahan sampah yang akan ada di Kecamatan Tirto belum berjalan kurang baik. Tempat pembuangan akhir yang ada belum berfungsi maksimal. Masih ditemui banyak limbah sampah pada saluran drainase di kawasan permukiman.

4. Alih Fungsi Lahan

Ditemui dibeberapa bagian wilayah, terdapat alih fungsi lahan dari guna lahan pertanian, RTH, menjadi bangunan rumah maupun pertokoan. Mengingat pentingnya daerah resapan atau RTH guna menghindari bencana Banjir dan ROB, alih fungsi lahan seharusnya menjadi sesuatu yang patut diperhatikan akan aturan-aturannya.

RDTR Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan

2007 2008 2009 20102011

Gambar III.4 Foto Jalur Pantura di Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan

Sumber: Observasi Lapangan 2013

Gambar III.5 Foto Aktivitas Industri di Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan

Sumber: Observasi Lapangan 2013

Gambar III.6 Potensi Perikanan di Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan

Sumber: Observasi Lapangan 2013

Gambar III.7 Wilayah Permasalahan ROB di Kecamatan Tirto

Kabupaten Pekalongan

Sumber: Observasi Lapangan 2013

Gambar III.8 Permasalahan Limbah Industri di Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan

Sumber: Observasi Lapangan 2013

Gambar III.9 Permasalahan Sampah di Kecamatan Tirto

Kabupaten Pekalongan

Sumber: Observasi Lapangan 2013

Gambar III.10 Permasalahan Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Tirto

Kabupaten Pekalongan

Sumber: Observasi Lapangan 2013

Gambar III.11 Permasalahan Bangunan di Atas Saluran Drainase

di Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan

Sumber: Observasi Lapangan 2013

RDTR Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan Tahun 2013 BAB III-7