Tuhan yesus menyembuhkan Bartimeus - Cerita komik alkitab anak kristen sekolah minggu tuhan yesus
BAB III PANDANGAN UMUM TENTANG ILMU MAGIK A....
Transcript of BAB III PANDANGAN UMUM TENTANG ILMU MAGIK A....
36
BAB III
PANDANGAN UMUM
TENTANG ILMU MAGIK
A. Pengertian Magik
Magik secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu: Magic
yang berarti sihir, gaya tarik, gaib atau sulap, sedangkan orangnya disebut
dengan Magician yang berarti tukang sihir atau pesulap.1 Magik merupakan
suatu fenomen yang sangat dikenal dan dipahami, namun tampaknya sangat
sulit untuk dirumuskan dengan tepat. Magik adalah kepercayaan dan praktek
manusia untuk mempengaruhi kekuatan alam dan manusia, entah untuk tujuan
baik atau buruk, dengan usaha-usaha dalam memanipulasi daya-daya yang
lebih tinggi. Mengetahui rahasia-rahasia penting, maka dapat menguasai daya-
daya tak kelihatan yang memerintah dunia dan mengontrol daya-daya demi
kepentingan orang yang menjalankannya.2
Magik memang sudah menjadi fenomena sejak manusia ada,
terutama tumbuh subur pada zaman batu tua (paleolithicum) sampai sekarang.
Magik sejak dulu sudah berkembang pesat, terlebih ilmu sihir yang telah
tersebar di kalangan masyarakat. Cerita ini dapat ditelusuri dalam rakyat
Yunani Kuna, Mesir, India Kuno, Tiongkok Kuno bahkan bangsa-bangsa
sebelumya, dimana ilmu sihir telah mempengaruhi kehidupan manusia. Zaman
nabi Musa sendiri sudah harus berhadapan dan adu kemahiran dengan ahli-
1Michael Olson, Linguist, Versi 0.1, PT Atlantis Programma Prima, t.tp., 1997 2Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, Kanisius , Yogyakarta, 1995, hlm. 47
37
ahli sihir. Pada waktu itu antara mukjizat dengan ilmu sihir diadu dan
dipertontonkan di hadapan masyarakat. Magik di barat maupun timur, mulai
bangsa yang belum maju sampai bangsa yang modern semua percaya akan
adanya ilmu sihir (Magik) dan mengamalkannya.3
Media cetak maupun elektronik telah mengemasnya bagaimana
munculnya kasus-kasus yang berbau magik, mulai dari dukun santet (yang
terjadi di Banyuwangi Jawa Timur), pengobatan supranatural bahkan ada surat
kabar yang mempunyai bandrol Meteor “Harian Kriminal dan Metafisika” dan
sejenisnya, semuanya sudah disajikan dan ditawarkan secara sistemetis dan
terorganisir, sehingga praktek dari magik tidak dapat dihindari. Apalagi ketika
dunia medis sudah tidak mampu lagi menangani dalam pengobatan, maka
kebanyakan dari masyarakat larinya pada magik. Magik sebenarnya sudah
mempunyai tempat dalam hati manusia, sehingga manusia sudah tidak merasa
asing terhadap magik.
Frazer mengatakan bahwa, magik sama sekali tidak berkaitan
dengan agama yang didefinisikan sebagai suatu orientasi ke arah roh atau
dewa-dewa yang melampaui susunan alam atau kosmos fisik. Ahli magik
tidak memohon pada kuasa yang lebih tinggi, tidak menuntut untuk
kepentingan makhluk yang tidak tetap dan suka melawan, juga tidak
merendahkan diri di hadapan dewata yang hebat. Betapun besar kekuatan
magik, sebagaimana yang dipercayai tidak semena-mena sifatnya atau tidak
terbatas. magik hanya menguasai daya sesuai dengan hukum-hukum alam.
3Umar Hasyim, Syetan Sebagai Tertuduh, Bina Ilmu, Surabaya, 1985, hlm. 137-138
38
Sehingga ahli magik mempunyai kaitan lebih erat dengan ilmuan dari pada
agamawan.4
Magik dianggap sebagai sesuatu rangkain kejadian yang pasti dan
mengikuti aturan dengan sempurna, terbatasi oleh hukum-hukum yang tidak
berubah, yang operasinya dapat diramalkan dan diperhitungkan dengan tepat,
unsur-unsur spontanitas kebetulan dan musibah dikecualikan dari jalan alam.
Magik juga dikaitkan dengan cara upacara khusus, daya yang menampakkan
diri dalam fenomena alam dan kehidupan manusia. Artinya ahli magik
menghubungkan dirinya dengan kekuatan supranatural yang melampaui alam
manusia.5
Pendapat Frazer dipertegas oleh Malinowski bahwa magik biasanya
digunakan untuk memenuhi maksud-maksud pribadi seseorang seperti;
kematian seorang musuh, realisasi cinta dari laki-laki atau wanita yang
diinginkan, penyembuhan penyakit, tercapainya kemakmuran atau
kemenangan dalam perang. Magik bertujuan mencapai hubungan dengan
daya-daya alam yang pada hakekatnya bersifat manipulatif, yaitu dengan
mengontrol daya-daya alam untuk kepentingan pribadi. Disinilah yang
membedakan magik dengan agama, karena berusaha menjalin suatu hubungan
komunal dengan makhluk-makhluk rohani (dewa-dewa) yang lebih dari
sekedar daya-daya impersonal.6
4Ibid., hlm. 137-142
5Mariasusai Dhavamony, op.cit., hlm. 49
6Ibid., hlm. 51
39
B. Ragam Istilah Magik
Magik mempunyai persamaan kata, di antara istilah yang sama dengan
praktek magik adalah sebagai berikut:
a. Sihir
Sihir pada mulanya diajarkan oleh dua malaikat, yaitu Harut dan Marut
sebagai ujian kepadanya dan kepada manusia yang diajari. Setan juga ikut
menimba ilmu itu. Masa Nabi Sulaiman praktek sihir dilarang berkembang.
Semua buku-buku sihir pada masanya ditanam di bawah singgasananya.
Ketika nabi Sulaiman wafat, setan yang telah lepas kendali menemukan dan
mengajarkan kembali sihir-sihir tersebut. Sebagian orang Yahudi mengikuti
setan-setan, dan percaya apa yang dibisikkan setan, bahwa sebenarnya
kekuasaan nabi Sulaiman bersumber dari sihir dan kehebatan yang terlihat
adalah karena sihir. Allah membantah kebohongan itu, dan menyatakan bahwa
nabi Sulaiman tidak kafir, yakni tidak mengajarkan dan tidak pula
menggunakan sihir. Tetapi setanlah yang kafir yang mengajar dan
menggunakannya.7 Orang-orang Yahudi-lah yang meninggalkan tuntunan
kitab suci mereka dan mengikuti tuntunan setan itu hingga kini masih ada.
Sihir yang diajarkan setan dapat menciptakan hubungan disharmonis antar
manusia termasuk memisahkan hubungan suami istri.8
Sihir sebagaimana fungsinya sangat kental dengan penyakit, yang
kadang bersifat kodrati dan kadang berasal dari kehendak jahat, supernatural
dari para penyihir. Dukun mempunyai pengetahuan dalam tindakan
7Q.S: al-Baqarah: 102 8Quraish Shihab, Yang Tersembunyi, Lentera Hati, Jakarta, 2000, hlm. 161-163
40
pertolongan pertama dan perawatan dengan tanaman untuk penyakit-penyakit
ini. Para penyihir mewakili konspirasi sangat besar dengan makhluk-makhluk
yang tidak jelas, tetapi sungguh-sungguh jahat yang berusaha merusak
peradaban manusia dengan menyerang kesehatan anggota-anggotanya.
Penyihir mempunyai berbagai bentuk; sebagai manusia, binatang, burung
(khususnya burung hantu) atau bola api. Manusia dapat menjadi penyihir
kalau dilahirkan dengan dua hati, artinya yang satu baik dan yang lain jahat.
Akhirnya untuk melawan konspirasi kuasa jahat tersebut, manusia yang
lemah dan kurang pengetahuan akan upacara agama mencari bantuan dari
kelompok dukun, karena kelompok ini mempunyai pengetahuan,
perlengkapan-perlengkapan dan keberanian untuk melawan penyihir. Para
penyihir menyebabkan penyakit dengan dua jalur, yaitu dengan mencuri hati
korban atau menembakkan objek-objek itu dari tubuhnya.9
Orang-orang yang mengamalkan atau memelihara ilmu sihir adalah
orang-orang yang jahat, dan berlaku di dalam dunia kejahatan, dunia dengki
mendengki, balas dendam, dunia perdukunan, para pencuri, adu kekuatan,
kesombongan dan dalam dunia permusuhan. Seorang yang sakit yang tidak
dapat disembuhkan secara medis, dengan dalih bahwa dokter dan alih medis
tidak bisa menyembuhkan penyakit kena sihir, mereka pergi berobat kepada
tukang sihir. Dokter tidak bisa menyembuhkan orang yang kena gangguan
syetan, kesurupan. Apalagi, dokter sudah tidak bisa menyembuhkan orang
yang kena santet, kena tenung atau kena modhong segala jarum, pisau, atau
9Umar Hasyim, op.cit., hlm. 142
41
linggis yang dimasukan kedalam badan manusia dengan cara halus, yaitu
dengan cara ilmu sihir. Dokter tidak dapat mengerti hal ini, apalagi
menyembuhkan. Artinya mencari obat untuk menyembuhkan penyakit-
penyakit ini dengan cara sihir yang meminta bantuan kepada para tukang sihir,
karena orang yang terkena sihir pengobatannya (penolak sihir) juga melalui
sihir..
Pengetahuan masyarakat yang masih rendah akan sihir, bagaimana dan
indikasinya apa saja menjadikan masyarakat gagap dan tidak bisa
membedakan mana yang disebut penyakit fisik (somatik) dan mana yang
disebut dengan penyakit non fisik atau psikosomatik. Akhirnya jika ada orang
yang sakit, semisal berbicara semaunya, suhu badan dengan temperatur yang
sangat tinggi diduga terkena santet, sihir atau tenung. Setelah disarankan
untuk periksa ke dokter, ternyata orang tersebut terkena malaria tropica yang
melewati batas. Kurangnya pengetahuan tentang sihir, menjadikan sihir
sebagai kambing hitamnya atas kejadian yang aneh dan terjadi di
masyarakat.10
b. Tenung
Istilah tenung diidentikkan dengan semua bentuk magik hitam; yang
mempunyai tujuan-tujuan pengrusakan, entah dibenarkan secara sosial atau
tidak. Antroplog menggunakan kata itu dalam arti yang lebih sempit,
menyamakannya hanya dengan magik destruktif yang secara sosial tidak
diterima atau dianggap tidak halal, dengan mengecualikan semua cara magik
10Ibid.., hlm. 179-180
42
destruktif. Artinya tenung merupakan magik destruktif, yaitu praktek dari
orang yang mencoba menyakiti orang lain lewat magik, sehingga tidak seperti
sihir yang mengubah, kemampuan jahat penenung tidak muncul dari suatu
perjanjian yang dibuat dengan setan. Seorang penenung dikenal sebagai guru
mengenai rumus-rumusan dan upacara-upacara yang sudah dipelajarinya dari
penenung lain atau dari buku-buku magik. Penenung sejati adalah orang yang
melakukan secara serius dan sadar suatu tindakan magik melawan manusai
lain. Contoh dari praktek tenung adalah dengan penguburan boneka,
penguburan objek lain semisal foto, potongan kuku, rambut dan sejenisnya)
dengan pengucapan mantra-mantra di atas api yang membara atau lilin hitam
yang terbakar serta pengucapan mantra-mantra di kuburan. Kasus tindakan
yang dipercaya paling efektif mengeluarkan daya kalau dilakukan pada malam
hari. Praktek magik ini dikategorikan sebagai magik hitam atau destruktif.11
Perbedaan dari penyihir dan penenung, yaitu:
1. Penenung menggunakan magik untuk melakukan perbuatan-perbuatan
jahatnya, tetapi penyihir menjadi efektif hanya kalau kepribadiannya
mempunyai tipe tertentu.
2. Penenung sadar akan tindakan-tindakanya dan do’a-do’a permohonan
yang dibuat dengan sengaja, begitu juga sebaliknya penyihir barang kali
tidak sadar akan kehidupan jahat yang mereka jalani, andaikata menyadari
tindakannya, mungkin mereka terdorong oleh kebutuhan mendesak yang
tak terkontrol.
11Mariasusai Dhavamony, op.cit., hlm. 62-63
43
3. Penenung mungkin terdesak oleh amarah, iri hati atau kejahatan yang
sesaat lewat sedangkan penyihir ketagihan oleh tindakan-tindakan
antisosialnya yang berakar pada keturunan atau keterbiasaan awal.
Tindakan penenung dengan menggunakan substansi material dan
magik verbal yang khas tidaklah mengejutkan bagi orang biasa, sebagaimana
mekanisasi supernatural dari para penyihir.12
c. Santet
Di Jawa, tidak terlepas dari perilaku magik dan di antara praktek
magik ini adalah: “Santet” adalah praktek merusak secara halus (ilmu gaib)
dari hal-hal yang baik agar menjadi rusak.
Santet terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:
- Dematrealisasi, yaitu santet mengirim benda dengan merubah materi
mejadi molekul, digerakan menuju sasaran yang dikehendaki dan setelah
sampai molekul tersebut dirubah menjadi materi kembali.
- Santet Kontak, yaitu santet yang manggunakan bagian dari anggota tubuh
seseorang yang dikehendaki. Misal: menyantet dengan menggunakan
rambut, ujung potongan kuku, pakaian yang masih berkeringat dan
sebagainya.
- Santet Kekuatan Roh, yaitu santet dengan memanfaatkan kekautan di
luar tubuhnya, caranya dengan mengambil power dari suatu tempat
keramat (kuburan, tempat pertapaan), sehingga santet tipe ini mutlak
memanfaatkan makhluk halus, jin, syetan maupun danyang.
12ibid., hlm. 64
44
- Santet Kekautan Batin Aku Batin (telepsikokinesis), yaitu santet dengan
memanfaatkan kekuatan konsentrasi, kehendak batin tersebut
memvisualisasikan suatu kehendak apabila dilepas menuju sasaran tertentu
bisa menibulkan efek negatif pada seseorang.
- Santet Ngelmu, yaitu santet dengan memanfaatkan kekuatan ilmu atau
ngelmu, yang terbagi menjadi dua yaitu ilmu putih dan ilmu hitam.
Bagi orang Jawa santet memiliki arti negatif, tetapi tidak semua santet
bersumber dari ilmu hitam (atas bantuan syetan), akan tetapi ada juga “santet”
yang bersumber dari ilmu putih dan ditujukan untuk memberantas orang yang
dholim.13
Berkembangnya ilmu batin secara tidak langsung menambah jumlah
orang pintar. Dari sekian yang berperilaku positif ada juga yang berperilaku
negatif. Artinya ada paranormal yang lebih mempelajari ilmu untuk menolong
orang yang terkena santet, tetapi banyak juga yang mengembangkan ilmu
santet untuk tujuan nafsu pribadinya. Orang menganggap pengertian santet
adalah upaya menyakiti atau membunuh pihak lain, caranya dengan mengirim
paku, jarum, silet, botol dan sebagainya pada orang yang dikehendaki.14
d. Lemu
Di Indonesia terutama di Dayak Kalimantan magik dikenal dengan
istilah ilmu atau lemu. Lemu sendiri merupakan bagian dari hidup orang
13Tavirudi & Ahmad Duri, Menguak Rahasia Supranatural, Aneka, Solo, 1999, hlm. 32-33 14Ibid
45
dayak. Hubungan antar masyarakat Dayak mengindikasikan penggunaan lemu
sebagai spirit dalam segi kehidupan. Lemu terbagi dalam dua kategori, yaitu:
1. Cold magik
Cold magik dipahami sebagai segala bentuk kondisi yang dapat
membuat hidup sehat, stamina pisik prima, hubungan sosial yang
harmonis dan penuh kedamaian. Cold magik dapat digunakan untuk
pemeliharaan, pertahanan diri serta kesinambungan suatu
persahabatan, cinta dan nafsu seksual.
Fungsi pertahanan dapat dilakukan dengan beberapa prinsip, yaitu:
dengan mencegah benda-benda yang akan masuk ke dalam tubuh atau
menjadikan tempat tidak kelihatan sehingga akan terlindung dari
kejahatan bahkan dapat mengembalikan atau balas dendam terhadap
pengirim kejahatan atau penyakit.15
2. Hot magik
Hot magik adalah suatu praktek magik yang daapt menyebabkan sakit,
marah, perselisihan yang dapat mengakibatkan tindakan destruktif. Hot
magik mempunyai fungsi ancaman atau permintaan tindak kekerasan,
mempertahankan diri dari luka serangan pihak luar serta balas
dendam.16
15Michael Hopes, Ilmu Magic and Divination Amoungst The Benuag and Tunjung Dayak, Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara (IKAPI), Jakrata, 1997. hlm. 78-79
16Ibid.
46
C. Macam-Macam Ilmu Magik
Berdasarkan sejarah magik yang berkembang dalam masyarakat,
magik primitif terbagi dalam dua jenis, yaitu:
1. Magik Tiruan
Magik ini didasarkan pada prinsip kesamaan dalam bentuk atau dalam
proses, misalnya kesurupan menghasilkan kesurupan, kalau seseorang
menusukkan jarum pada suatu boneka, orang yang dia serupakan dengan
boneka itu akan terkena pengaruhnya. Ahli magik membuat hujan turun
dengan menirukan bunyi guntur. Sehingga dalam kebudayaan batu tua
(paleolithicum) seni dalam gua memperlihatkan binatang-binatang yang
tertembus oleh anak panah agar kejadian yang sama dalam perburuan di
kemudian hari, atau mewarnai badan dengan zat merah dengan maksud
untuk menghidupkannya kembali karena merah merupakan simbol dari
darah bahan dasar kehidupan.
2. Magik Sentuhan
Magik ini didasarkan pada hukum sentuhan fisik atau penularan dan
pengaruh magik mempunyai dasarnya pada kontak fisik. Ahli magik dapat
mencelakakan orang lain, kalau dapat memperoleh sehelai rambut,
sepotong kuku, secarik kain atau benda lainnya yang pernah bersentuhan
dengan orang tersebut.17
Membedakan antara magik tiruan dengan magik sentuhan dapat
dijelaskan, apabila sesuatu yang mirip dengan lainya dianggap dalam arti
17James George Frazer, The Golden Bough Study in Magic and Religion, Abridged Edition, The Macmillan Press LTD, 1980, hlm.11-dst
47
tertentu menjadi hal lain disebut magik tiruan, sedangkan satu bagian
mewakili keseluruhan dari pribadi dan apa yang dilakukan terhadap bagian itu
berpengaruh pada keseluruhan disebut dengan magik sentuhan.18
D. Magik Menurut Tradisi Jawa
Secara lesan, magik dapat dibedakan menurut tujuan masing-masing,
yaitu:
1. Magik Putih
Jika praktek magik tersebut bertujuan untuk menolong, disebut dengan
magik putih. Magik putih sering disamakan dengan kebatinan murni yang
menganut paham ini telah mencapai kontak murni dengan Tuhan dengan
beberapa tindak laku, di antaranya adalah serah diri atau sepi ing pamrih,
melatih rasa, menolak kekuatan-kekuatan jahat, hawa nafsu dan egoisme
agar dapat maju pada jalan menuju Tuhan, sehingga harus berhati-hati
supaya tidak tersesat di alam gaib, yang dimasukinya lewat kebatinan.
Kebatinan dalam arti magik putih menolak setiap pikiran untuk mengejar
tujuan dunia yang dilandasi oleh nafsu dan keserakahan pada
kesejahteraan materiil, karena keinginan untuk menguasai orang lain.
Kekuatan magik putih berlandaskan pada penyerahan diri secara totalitas
kepada Tuhan, karena pada hakekatnya dirinya sendiri tidak berdaya dan
hanya sebutir pasir bila dibandingkan dengan Yang Maha Kuasa.19
18Ibid., hlm. 48 19Neals Mulder, Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 1986, hlm. 16
48
2. Magik Hitam
Pada umumnya magik hitam dianggap tidak etis dalam hal sikap maupun
campurtangan dalam hubungan antar pribadi, karena lebih diorientasikan
pada hal-hal yang bersifat mencederai orang, sehingga orang-orang
primitif melihat penggunaan magik hitam sebagai suatu kejahatan yang
sungguh-sungguh melawan masyarakat, orang jahat dalam arti sepenuhnya
adalah orang yang mengarahkan pengetahuan dan bakatnya dengan magik
hitam untuk melawan anggota-anggota dari kelompoknya sendiri.20
Magik hitam biasanya diperoleh dari hasil perilaku orang-orang yang
menyelami ilmu batin dengan membersihkan nafsu-nafsu dan egoisme
agar tidak membawa kuman-kuman sadar diri dan keinginan lahiriyah ke
dalam alam gaib akan tetapi tanpa disadari mereka membawa keinginan
serupa itu ke dalam alam gaib sehingga tanpa disadari tersesat, karena
dipengaruhi oleh salah satu roh halus yang bermukim di alam gaib.
Bahkan ahli magik diperalat kekuatan halus untuk berbuat jahat, terkadang
juga sadar dan sengaja memperalat kekuatan-kekuatan halus yang masuk
kuasanya. Ilmu gaib lebih dikenal dengan praktek klenik, sihir yang
membahayakan masyarakat, subversif dan jahat.21
3. Magik Kuning
Magik ini juga dikenal dengan love magic atau desire magic. Magik ini
mempuntai fungi mempererat tali persahabatan dalam sebuah komunitas
yang meliputi banyak teman, supaya dapat bertahan dalam komunitas
20Marisusai Dhavamony, loc.cit., hlm. 48
21Neals Mulder, loc.cit., hlm. 16
49
tersebut, seseorang harus melakukan usaha untuk mempengaruhi anggota
komunitas. Magik ini juga mempunyai fungsi supaya rumah tangga
menjadi tenteram dan kebersamaan dalam keluarga.22
4. Magik Merah
Magik merah mempunyai fungsi kesaktian untuk mencegah dan
melindungi dari kekuatan jahat. Magik ini dapat dilihat dalam wulu kuku,
jika dipegang oleh seseorang, maka orang itu tidak mempan untuk dilukai
dengan senjata tajam, termasuk bulu (rambut), kuku dan kulitnya. Ada
juga anggota badan yang diterjang peluru kecil tidak terdapat bekas
benturan.23
Magik dikatakan sebagai suatu budaya yang dimiliki oleh
masyarakat yang percaya bahwa, magik datang ke dunia bersama dengan
manusia dan tidak diperoleh lewat penemuan, sehingga menolak keras
gagasan bahwa magik merupakan kekautan impersonal yang universal dan
bukan pemberian roh orang-orang yang sudah mati. Sedangkan mantra, yang
berupa suatu formula kaku yang tak tergantikan dan selalu dipertahankan dari
generasi ke generasi dalam masyarkat Trobriand. Unsur material dalam magik
yang merupakan ilmu gaib dan hanya dikenal oleh orang yang
mempraktekkan adalah komponen hakiki dalam morfologi untuk magik
Zande.24
22Michael Hopes¸ op.cit., hlm. 80
23Masruri, Azimat dan Benda Magis, Aneka, Solo, 1999, hlm. 34-35 24Marisusai Dhavamony, op.cit., hlm. 52
50
Praktek magik tidak lepas dari mantra25 atau upacara khusus,
sehingga dikatakan bahwa magik adalah upacara yang rumusan verbalnya
memproyeksikan hasrat manusia ke dunia luar atas dasar teori pengontrolan
manusia untuk sesuatu tujuan. magik diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk,
yaitu:
1. Magik Produktif
Magik yang dipergunakan untuk kepentingan sendiri ataupun untuk orang
lain dalam komunitas secara keseluruhan. Secara sosial ahli magik telah
sepakat menyetujui karena merupakan rangsangan untuk berusaha
memenuhi kebutuhan organisasi dalam kegiatan ekonomis.
Magik produktif dapat berfungsi sebagai berikut: untuk berburu,
menyuburkan tanah, menanam dan menuai panen, pembuatan hujan,
penangkapan ikan, pelayaran, perdagangan dan percintaan.
2. Magik Protektif
Magik ini diprioritaskan pada usaha dan daya untuk kontrol sosial, di
mana baik secara personal maupun komunal menyetujui akan praktek
magik protektif. Kegunaan magik protektif adalah untuk menjaga milik,
membantu mengumpulkan hutang, menanggulangi kemalangan,
pemeliharaan orang sakit, keselamatan perjalanan dijadikan lawan bagi
magik destruktif..
3. Magik Destruktif
25Sujamto, Sabda Pandita Ratu, Effhar & Dahara Prize, Semarang, 2000, hlm. 88-89.
51
Magik ini berbentuk guna-guna yang kadang-kadang dicoba, sering
meragukan bila sungguh-sungguh dijalankan, kadang-kadang merupakan
kejadian imajinatif, termasuk dalam moral buruk yang melengkapi teori
pribumi tentang kegagalan, nasib malang dan kematian. Contoh dari
penggunaan magik destruktif adalah untuk mendatangkan badai, merusak
milik, mendatangkan penyakit dan mendatangkan kematian.26
Analisis mengenai tindakan magik ternyata memperlihatkan ciri
khusus, yaitu: 1. tujuan praktis yang pasti, 2. untuk diperoleh, dan 3. ada
pelaku manusia dari magik. Orang yang melakukan magik harus dalam
kondisi yang tepat (terpantang dari hubungan seks, makan-makan tertentu dan
sejenisnya). Praktek magik terdapat tiga unsur, yaitu:
a. Benda yang digunakan
Unsur pertama yang harus ada dalam praktek magik adalah benda yang
berupa alat atau obat-obatan. Kebanyakan Orang di kawasan Oceania
menyatakan bahwa daya dipercaya berada pada mantra-mantra, sedangkan
teori penduduk Afrika menyatakan bahwa daya magik dipercaya tinggal
dalam substansi material yang sering diterjemahkan sebagai obat-obatan..
b. Benda yang digarap
Maksud dari benda yang digarap adalah upacara yang mempunyai
keragaman hampir tidak terbatas, tetapi pada hakekatnya berfungsi untuk
mengarahkan magik pada objeknya. Upacara kadang-kadang bersatu
dengan proses teknisnya, seperti ketika nelayan Tikopia sambil
26Marisusai Dhavamony, op.cit., hm. 58
52
menurunkan jalanya seraya merapalkan mantra yang ditujukan kepada
ikan.
c. Sesuatu yang diucapkan
Unsur yang ketiga adalah mantra, di mana unsur ini sangat dominan dan
sangat penting, sebagai pembentuk utama dan sumber yang dipercayai dari
daya magik. Beberapa komunitas bentuk dari kata-kata yang dibuat tetap
dan tak berubah, sehingga sesuatu kesalahan dalam membawakan formula
dapat menodai akibat dari magik. Di Afrika khususnya kata-kata berubah
karena merupakan suatu sapaan bersahut-sahutan yang ditujukan kepada
obat-obatan agar segera bekerja, sementara ahli magik menyesuaikan kata-
kata dengan maksud tertentu.27
Magik memegang peranan penting dalam segala hal, baik dalam
tujuan jahat atau baik, yang kadang membutuhkan korban. Telah disebutkan
dalam Rigveda, bahwa korban merupakan sarana untuk menghormati pada
dewa serta sarana untuk memperoleh apa yang diinginkan, tetapi dalam
kumpulan tulisan Brahmana korban merupakan tujuan tersendiri, karena
manusia mempersembahkan korbannya bukan lagi makhluk yang dengan
rendah hati berusaha agar para dewa berkenan padanya, melainkan pemilik
serta pemakai daya yang lebih kuasa dari apapun di dunia ini, termasuk pada
dewa yang tergantung pada daya yang sama memerlukannya seperti manusia.
Korban tidak lagi melambangkan sikap manusia yang tunduk dan tergantung
pada para dewa, tidak lagi termasuk lingkungan moral, melainkan fisik,
27Marisusai Dhavamony, op.cit., hlm. 59
53
sumber suatu daya magik, tabungan daya kehidupan baik para dewa maupun
bagi manusia.28
Ilmu magik dilihat dari metafisika jawa dapat ditemukan dalam
uraian Pangeran Mangkunagara VII (dalam uraian mistik wayang kulit) yang
membedakan tiga tujuan mengapa dalam wayang seseorang menarik diri ke
hutan untuk berlaku tapa dan bersemadi. Tujuan pertama adalah kerinduan
untuk mencapai pengertian tentang asal usulnya sendiri, untuk menjadi sadar
akan sangkan paran. Motivasi kedua adalah dalam keinginan untuk mencapai
kekuasaan yang tak terkalahkan, supaya dapat dipergunakan untuk menghapus
penderitaan ketidakadilan besar. Jadi di sini orang bersemadi untuk
memperoleh kekuatan-kekautan gaib demi tujuan-tujuan yang baik yang juga
disebut ilmu putih. Ilmu hitam dapat diperoleh manusia dengan memusatkan
usahanya pada batinnya sendiri supaya dapat terisi oleh kekuatan-kekuatan
kosmos.29
Tapa dan semadi adalah cara untuk memperoleh kesaktian magik,
untuk menerima kekuatan-kekuatan gaib dan kekuatan-kekautan itu dapat
dipergunakan untuk tujuan baik maupun untuk tujuan jahat. Tujuan jahat
inilah yang mendasari berkembangnya prakek klenik, karena klenik
dipahami sebagaimana Sostosudigdo yang dikutip oleh Franz Magnis Suseno
mendefinisikan bahwa klenik adalah praktek-praktek jahat yang didorong oleh
nafsu-nafsu rendah demi benda-benda dunia dan kekautan iblis. Klenik
28Zoetmulder, Manunggaling Kawula Gusti (Pantheisme dan Monisme dalam Sastra Suluk Jawa, cet. ke-3., Gramedia, Jakarta, 1990, hlm. 56
29Frans Magnis Suseno, Etika Jawa, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hlm. 181
54
merupakan usaha untuk kekuatan batin, tetapI terdorong oleh motif-motif
yang tidak murni, yaitu untuk memajukan kepentingan-kepentingan egoisnya
sendiri atau untuk merugikan orang lain, karena klenik bersifat egois dan
asosial maka harus ditolak. Praktek ilmu magik yang batas antara ilmu putih
dan ilmu hitam tidak selalu dapat ditarik dengan mudah oleh karena apa yang
menguntungkan yang satu dapat merugikan yang satunya dan penggunaan
kekuatan-kekuatan batin demi tujuan-tujuan baikpun tidak tanpa
permasalahan.30
Kedua kemungkinan ini selalu ada dan melekat dalam kesadaran
orang Jawa. Tujuan jahat inilah yang mendasari berkembangnya prakek
klenik, karena klenik dipahami sebagaimana Sosrosudigdo yang dikutip oleh
Franz Magnis Suseno mendefinisikan bahwa klenik adalah praktek-praktek
jahat yang didorong oleh nafsu-nafsu rendah demi benda-benda dunia dan
kekautan iblis. Klenik juga merupakan usaha untuk kekuatan batin, tetapI
terdorong oleh motif-motif yang tidak murni, yaitu untuk memajukan
kepentingan-kepentingan egoisnya sendiri atau untuk merugikan orang lain,
karena klenik bersifat egois dan asosial maka harus ditolak. Batas antara ilmu
putih dan ilmu hitam tidak selalu dapat ditarik dengan mudah karena apa yang
menguntungkan yang satu dapat merugikan yang satunya dan karena
penggunaan kekuatan-kekuatan batin demi tujuan-tujuan baik tanpa
permasalahan.
30Ibid., hlm. 182
55
Ilmu hitam membawa kemungkinan konflik suatu ketegangan ke
dalam pandangan moral Jawa yang seakan-akan mau meledakkan kerangka
acuannya. Karena etika Jawa didasarkan pada kelukuan yang tepat, yaitu
pemenuhan kewajiban-kewajiban yang dituntut di situ (darma) dengan setia.,
sehingga manusia akan dikatakan betul apabila dalam rasa-nya menghayati
tempatnya. Untuk memperoleh rasa yang lebih benar manusia harus menggali
dalam batinnya. Kesadaran numinus (jiwa) yang sebenarnya adalah kesadaran
yang sekaligus menghasilkan suatu pertumbuhan kekuatan kosmos dalam
batin. Siapa yang mencapai keadaan itu, dengan sendirinya akan bertindak
tepat karena berada dalam kesatuan kekuatan-kekuatan gaib.31
Praktek di lapangan terdapat perilaku yang menyimpang dan ada
yang sesuai dengan fungsi dari kekuatan batin tersebut, yaitu mempertinggi
darma, akhirnya praktek ilmu hitam ditolak keras, karena merugikan manusia
yang lain walaupun pada dasarnya, proses perolehan ilmu hitam juga melalui
proses pemusatan pada batin sendiri untuk mencapai kenyataannya sendiri
yang sebenarnya, termasuk pengontrolan nafsu-nafsu dan pelepasn diri dari
kepentingan egoisnya. Proses kedua pemilahan ilmu tersebut (putih dan hitam)
adalah sama, ini mempunyai implikasi serta peluang yang sama akan tujuan-
tujuan tertentu, entah tujuan-tujuan baik ilmu putih, entah demi pamrihnya
atau bahkan langsung demi tujuan-tujuan jahat ilmu hitam.
Meninggalkan masalah baik dan buruk karena telah mantap dalam
kenyataanya yang sebenarnya. Akan tetapi dengan melihat latar belakng ilmu
31Ibid., hlm. 183
56
hitam memang merupakan kenyataan yang harus diperhitungkan, tetapi tidak
dapat disamakan dengan kedalaman mistik, kebatinan yang sebenarnya dan
kekuatan yang sempurna. Ilmu hitam merupakan bentuk kekuatan batin yang
menyeleweng dan justru karena pamrih yang melekat padanya lama-lama akan
meniadakan dirinya sendiri.32
Ilmu magik dalam perspektif metafisika Jawa yang menempatkan
penguasaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib yang diharapkan dapat
menguasai alam ini sebagaimana fungsi manusia diciptakan ke dunia ini
dengan perangkat yang paling lengkap di antara makhluk yang lain, dan ini
semua mempunyai tujuan: mencari keselarasan mikro kosmos (diri sendiri)
dan untuk membangun, melipat gandakan kekuatan, kesehatan badan lahir
maupun batin, yang disebut dengan wibawa. Kawibawan dimulai dari gerak-
gerak yang kasar, lemas, kuat isi, antara kasar dan halus dan sampai pada yang
paling kasar dan lembut. Adanya aji kawibawan adalah sebagai jalan penuntun
ke arah kejayaan dan kewibawaan dalam hidup dan perjalanannya di alam
maryapada.33
32Ibid., hlm. 185
33Wiyoto Krido Sanyoto Suryo Kartika Wibowo, Ilmu Aji Kawibawan, Bahagia, Pekalongan, 1996, hlm. 5