BAB III OBYEK PENELITIAN III.1 Sejarah Perusahaanthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2010-1-00004-AK Bab...
Transcript of BAB III OBYEK PENELITIAN III.1 Sejarah Perusahaanthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2010-1-00004-AK Bab...
42
BAB III
OBYEK PENELITIAN
III.1 Sejarah Perusahaan
Sejarah PT. HUTAMA KARYA (PERSERO) yang selanjutnya disebut HK
berawal dari perusahaan swasta Belanda “Hollandsche Beton Maatshappij” yang
dinasionalisasikan pada tahun 1961 berdasarkan peraturan pemerintah (PP) RI No.
61/1961 Tanggal 29 Maret 1961 dengan nama PN. HUTAMA KARYA. Kemudian
status perusahaan berubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Perseroan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1970 juncto Akta Perseroan Terbatas
No. 74 tanggal 15 Maret 1973, juncto Akta Perubahan No. 48 tanggal 8 Agustus 1973
yang keduanya dibuat dihadapan Notaris Kartini Mulyadi, SH dan telah disahkan oleh
Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No. Y.A.5/300/4 tanggal 20 Agustus
1973 dan didaftarkan dalam buku register pada Pengadilan Negeri A Jakarta No. 3029
tanggal 22 Agustus 1973 serta diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia No. 10 tanggal 1 Februari 1974. Dan sejak saat itu setiap tanggal 15 Maret
diperingati sebagai Hari Ulang Tahun HK.
Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan yang
terakhir diubah berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat dan Perubahan Anggaran
Dasar Perusahaan Perseroan No. 15 tanggal 14 Juni 1999 yang dibuat di hadapan Imas
Fatimah, SH Notaris di Jakarta dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI No.
15 tanggal 22 Februari 2000.
43
Komposisi permodalan HK sebagaimana disebutkan dalam Pernyataan
Keputusan Rapat dan Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan No. 15 tanggal
14 Juni 1999 adalah sebagai berikut :
Tabel III.1
Komposisi Modal
Uraian Saham @ Rp. 1.000.000,- Nominal ( Rp)
Modal Dasar 80.000 80.000.000.000
Modal Ditempatkan 20.000 20.000.000.000
Modal Disetor 20.000 20.000.000.000
Saham Daam Portepel 60.000 60.000.000.000
Tabel III.2
Kepemilikan Modal
Uraian Saham @ Rp. 1.000.000,- Nominal (Rp)
Negara Republik Indonesia 20.000 20.000.000.000
Total 20.000 20.000.000.000
Untuk lebih mengefektifkan pemasaran dan pelayanan di daerah secara geografis
Organisasi Wilayah dibagi menjadi 5 wilayah, yaitu :
Wilayah I : Meliputi Riau, Nangro Aceh Darusalam, Sumatra Utara, Sumatera
Barat, Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu
Wilayah II : Meliputi DKI. Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Lampung
44
Wilayah III : Meliputi Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan
Kalimantan Barat
Wilayah IV : Meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, dan Nusa
Tenggara Timur
Wilayah V : Meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Tengah, Maluku, dan Papua
Sedangkan Organisasi Divisi dibentuk dengan tujuan untuk menangani kegiatan
produksi yang berorientasi pada spesialisasi, terdiri dari :
1. Divisi Gedung
2. Divisi Jalan dan Jembatan
PT. Hutama Karya, yang memiliki visi “Menjadi Perusahaan Jasa Konstruksi
Pilihan Utama Yang Handal Dengan Kinerja Kelas Dunia” dan misi “Meningkatkan
Nilai Perusahaan Di Bidang Industri Konstruksi Secara Profesional dan Memenuhi
Harapan Pemangku Kepentingan” ini berkedudukan di Jakarta, dengan alamat Jl.
Letjend. M.T. Haryono Kavling 8, Cawang, Jakarta 13340.
Di samping itu PT. Hutama Karya memiliki nilai budaya perusahaan dan motto
yang dapat mendorong semangat berkarya bagi seluruh pegawai, yaitu :
1. Nilai Budaya Perusahaan
Profesionalitas: Mempunyai keahlian yang dibarengi dengan etika nilai
dan tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi.
45
Beroreintasi Kepada Pelanggan: Senantiasa memelihara hubungan baik
dan saling menguntungkan dengan menjga kepercayaan dan mutu untuk
memenuhi kepuasan pelanggan.
Inovasi: Secara berkesinambungan melakukan pembelajaran dan riset guna
memberikan solusi inovatif kepada pelanggan.
Kerjasama Tim: Menjunjung tinggi kerjasama tim guna memberikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan.
Integritas: Menghormati dan melaksanakan komitmen yang telah
disepakati.
2. Motto
Inovasi Untuk Solusi
yang mengandung makna : upaya untuk mewujdkan produk unggulan dan
pembaruan yang disertai dengan sikap, pemikiran dan tindakan yang
mendorong tercapainya solusi dengan produktivitas yang tinggi.
III.2 Bidang Usaha dan Jenis Produk
Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, maksud dan tujuan perseroan
adalah turut serta melaksanakan dan menunjang kegiata serta program Pemerintah di
bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya serta pembangunan di
bidang industri konstruksi, industri pabrikasi, jasa penyewaan, jasa keagenan, investasi,
argo industri, perdagangan, pengolahan kawasan, layanan jasa peningkatan kemampuan
di bidang jasa konstruksi, teknologo informasi dan pengembangan.
46
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, maka perseroan melakukan
kegiatan yang meliputi :
1. Perencanaan pembangunan, pemborongan dan pelaksanaan bangunan,
pengawasan pelaksanaan bangunan, dan melakukan segala tindakan yang
ad hubungannya dengan usaha – usaha tersebut,
2. Menyediakan tanah matang dan mendirikan untuk dijual atau disewakan,
3. Memproduksi bahan bangunan terutama untuk keperluan Perseroan
Tersendiri,
4. Menyediakan peralatan proyek,
5. Menjalankan perdagangan umum, khusus untuk bahan – bahan serta alat
– alat konstruksi termasuk impor, perdagangan interinsuler, maupun
lokal.
Adapun proyek – proyek monumental yang telah diselesaikan dengan baik oleh
PT. Hutama Karya adalah sebagai berikut :
• Proyek Gedung dan Prasarana Industri
Tugu Pancoran, Nam Building, Gedung MPR-DPR, Menara Bakrie,
Menara Saidah, gedung Polda Metro Jaya, Rumah Susun Pulogebang,
Mabes Polri, Gedung DPRD Tanggerang, Kantor Gubernur Gorontalo,
Gedung Kesenian Daerah Bandar Serai Riau, Gedung Pengadilan Tinggi
Batam, Gedung Imigrasi kelas 1 Batam, Gedung Pemerintahan Batam,
Gedung PLN Batam, Hotel Santika Beach Bali, Villa Amannusa Bali,
Hotel Legian Nirwana Bali, Villa Jimbaran Estate Bali, Penginapan Alila
Pecatu Bali, Velodrom Kalimantan Timur, Instiute Pertanian Bogor,
47
Apartemen The Groove, Masjid Raya Batam, Masjid Agung Semarang,
Masjid Al A’zhom Tanggerang, Pembangunan PT. McDemott Heavy
Skidway Batam.
• Proyek Prasarana Transportasi
Jembatan Semanggi, Jembatan Ampera Palembang, Jembatan Tengku
Agung Sultanah Latifa Riau, Jembatan Barelarang Batam, Jembatan
Batang Hari II Jambi, Jembatan Suramadu Surabaya, Jembatan Tukad
Bangkung Bali, Jembatan Kertanegara II Kalimantan Timur, Jembatan
Martadipura Kalimantan Timur, Jembatan Rumpiang Kalimantan Selatan,
Tol Cipularang Jawa Barat, Tol Waru – Juanda Surabaya, Jalan Tol
Cawang – Tanjung Priok, Dermaga Armaba Jakarta.
Proyek Sumber Daya Air dan Ketenagaan
Bendungan Pelaparado NTB, Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap Suralaya, Reaktor Nuklir Serpong, Pembangunan Fasilitas
Pengolahan Air Pulo Gadung.
• Produk Unggulan
Konstruksi Beton Pratekan : Melalui Jalan Layang Semanggi, HK
menandai eksistensinya di jalur inovasi dengan memperkenalkan
teknologi Beton Pratekan. Kini, hampir seluruh aspek pembangunan telah
menerapkan teknologi ini, seperti pada jembatan, jalan tol, dan lain – lain.
Jembatan Bentang Panjang : Selama bertahun – tahun, HK telah
membangun jembatan – jembatan bentang panjang di seluruh Indonesia.
48
Beberapa diantaranya menerapkan teknologi mutakhir seperti jembatan
kabel gantung atau dengan sistem kantiliver.
Pemasangan Suspension Kabel : Dalam membangun Jembatan Kabel
Gantung Kartanegara ( Kalimantan Timur ), kami menerapkan metoda
kerja pemasangan kabel gantung tanpa bantuan tenaga asing, dengan hasil
bermutu tinggi dan efisien dari segi biaya.
Sistem Kantiliver : HK juga telah menerapkan inovasi sistem kantiliver
pada pembangunan jembatan untuk efisiensi pendanaan proyek dengan
kualitas tinggi.
Tunnel From Untuk Gedung : sistem Tunnel From terbukti mempercepat
masa konstruksi dan menghemat biaya. Inovasi ini memperkenalkan
desain khusus berupa kerangka baja berbentuk lorong yang menghasilkan
dinding plat lantai monolith.
Precast ( Sistem BRESPHAKA )Untuk Gedung : Yaitu beton ringan
elemen Struktur Pracetak dengan sistem konstruksi balok dan kolom,
yakni sebuah teknologi untuk mengurangi berat total gedung secara
keseluruhan.
Teknologi Sosrobahu : Teknik ini memberikan penghematan waktu
secara signifikan dalam pembangunan jalan layang / jalan tol.
Pembangunan balok jembatan / flyover di atas pier head pada posisi
sejajar jalan yang kemudian diputar 90 derajat.
Pipa Beton Pre-stressed Diameter Besar : Pertama kalinya di Indonesia,
HK membuat pipa beton berdiameter besar (240 Cm). Teknologi yang
49
diterapkan adalah vacuum concrete untuk mempercepat pengerasan beton
dan circumferential pre-stressing (pratekan melingkar) untuk
pembentukan pipa.
HAKAPOLE : Merupakan tiang baja segi banyak. HAKAPOLE didesain
untuk bermacam kegunaan antara lain untuk tiang listrik jalan, High
Mast, lampu penerangan jalan, tiang telepon, tiang antena radio, tiang
distribusi, dan tiang transmisi tegangan tinggi.
Aspal Emulsi : Aspal Elmusi digunakan sebagai bahan konstruksi jalan
atau perkerasan lainnya. Dikarenakan sifat fisiknya yang cair dan
mempunyai viskositas yang rendah, maka dapat langsung digunakan atau
dicampur dengan bantuan tanpa pemanas, sehingga menghemat biaya
pemanasan, memudahkan pelaksanaan pekerjaan dan ramah lingkungan.
III.3 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Secara umum dapat d katakan bahwa suatu perusahaan tidak dapat
menjalan kan usahanya tanpa dibentuk struktur organisasi yang jelas. Setiap perusahaan
mempunyai struktur organisasinya sendiri, disesuaikan dengan kebutuhan yang ada
dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk memiliki
bagan organisasi yang baik agar aktivitas dalamperusahaan dapat berjalan dengan lancar.
Hendaknya struktur organisasi bersifat fleksibel sehingga jika sewaktu-waktu terjadi
perubahan dapat diadakan penyesuaian tanpa mengalami perubahan secara total.
50
Organisasi merupakan bentuk persekutuan antar dua orang atau lebih yang
bekerja secara terkoordinir dan rasional dalam rangka mencapai tujuan yang telah di
rencanakan sebelumnya, yang mana dalam persekutuan tersebut selalu terdapat
hubungan antara atasan dan bawahan. Organisasi yang baik harus terlihat adanya
pembagian tugas dan wewenang. Untuk itulah diperlukan suatu rancangan yang matang
sehingga akan memberikan suatu manfaat bagi perusahaan dalam menjalankan
kegiatannya. Hal ini sangat penting karena baik dan buruk organisasi dalam suatu
perusahaan akan mempengaruhi kesuksesan dalam sebuah manajemen untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Struktur organisasi menggambarkan garis wewenang dan tanggung jawab serta
menggambarkan kerangka kerja dan perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian
kegiatan operasi perusahaan. Aspek penting terkait struktur organisasi meliputi
sentralisasi dan desentralisasi wewenang, pendelegasian wewenang atas suatu tugas
tertentu, dan pengorganisasian fungsi akuntansi
Struktur Organisasi PT Hutama Karya yang terbaru diatur dalam Surat
Keputusan Direksi PT Hutama Karya Nomor 125/KPTS/01/2009 yang mulai berlaku
pada tanggal 21 Januari 2009. Stuktur organisasi PT. Hutama Karya dilampirkan dalam
lampiran 1.
Di dalam struktur organisasi PT Hutama Karya, jabatan tertinggi dipegang oleh
bagian Direksi yang dipimpin oleh Direktur Utama. Selain itu di bagian Direksi terdapat
empat Direktur lainnya yang terdiri dari :
51
1. DIREKTORAT I
Direktur bagian ini memimpin empat bagian, yaitu :
a. Divisi Operasi I
b. Wilayah I
c. Wilayah II
d. Divisi Gedung
2. DIREKTORAT II
Direktur ini memimpin lima bagian, yaitu :
a. Divisi Operasi II
b. Wilayah III
c. Wilayah IV
d. Divisi Jalan dan Jembatan
e. Wilayah V
3. DIREKTORAT III
Direktur ini memimpin dua bagian, yaitu :
a. Divisi Administrasi Keuangan
b. Divisi Pers. Umum
4. DIREKTORAT IV
Direktur ini memimpin dua bagian, yaitu :
a. Divisi Sumber Daya
b. Divisi Pengembangan
52
Tiap-tiap bagian tersebut memiliki tugas dan wewenang masing-masing
sebagaimana telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi PT. Hutama Karya No.
125/KPTS/01/2009.
III.4 Gambaran Sistem Yang Berjalan
III.4.1 Prosedur Perpajakan
Selama tahun 2006, 2007 dan 2008, kewajiban pajak yang dilakukan oleh PT.
Hutama Karya, diantaranya :
1. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Sesuai dengan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,
diwajibkan untuk memotong Pajak Penghasilan atas gaji yang dibayarkan
oleh perusahaan kepada karyawannya. Pajak Penghasilan Pasal 21 seluruhnya
ditanggung oleh perusahaan.
2. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25
Pembayaran PPh Pasal 25 (angsuran pembayaran pajak yang dilakukan setiap
bulan oleh perusahaan berdasarkan ketentuan Pasal 25 Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan) merupakan pembayaran di muka
terhadap Pajak Penghasilan yang akan dihitung sendiri (self assesstment) oleh
perusahaan pada akhir tahun pajak.
53
3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai diterapkan oleh PT. Hutama Karya dalam hal
penyerahan atau perolehan Barang Kena Pajak dan pemanfaatan Jasa Kena
Pajak dengan cara mengalikan dasar pengenaan pajak dengan dengan tarif.
Faktur Pajak Standar dibuat oleh PT Hutama Karya sebagai bukti pungutan
pajak dalam melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak.
Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dilakukan setiap Masa Pajak dengan
menggunakan sarana SPT Masa PPN.
Sistem perpajakan di PT Hutama Karya dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut :
1. Membuat SPT Masa atau tahunan untuk setiap jenis pajak sesuai dengan
petunjuk umum pengisian SPT oleh Direktorat Jenderal Pajak berikut
pengisian SSP.
2. Melaporkan penyetoran pajak terutang sesuai dengan SPT dan SSP dengan
mendatangi langsung Kantor Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar dan atau
Kantor Pos dan tempat lain yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.
3. Menyetorkan pajak terutang tepat waktu di Bank DKI dan atau bank lain
yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.
4. Setiap dokumen pajak yang diterbitkan perusahaan dan diterima oleh pihak
luar beserta SPT dan dokumen pendukungnya dikelompokkan per periode
dan dimasukkan ke dalam arsip tetap tahunan.
5. Melakukan koreksi jika terjadi kekeliruan penyetoran pajak sesuai tata cara
perpajakan yang berlaku.
54
III.5 Mekanisme dan Prosedur Pajak Pertambahan Nilai PT Hutama Karya
III.5.1 Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
Objek Pajak Pertambahan Nilai yang ada di PT Hutama Karya diantaranya
adalah :
• Penerimaan Termin
• Hasil-hasil produksi yang di jual oleh PT Hutama Karya.
Mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan Nilai tidak terlepas dari penerapan
Pajak Pertambahan Nilai, terutama penerapannya pada PT Hutama Karya. Pengusaha
Kena Pajak dalam hai ini PT Hutama Karya memperhatikan hal-hal penting yang
terdapat dalam penerapan Pajak Pertambahan Nilai, yaitu sebagai berikut :
1. Pemungutan PPN sebesar 10% (sepuluh persen) atas penyerahan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.
2. Membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa
Kena Pajak.
3. Menyampaikan laporan perhitungan dengan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai selambat-lambatnya pada hari ke 20 (dua puluh) setelah
akhir Masa Pajak.
4. Menyimpan Faktur Pajak dengan rapi dan tertib.
5. Menyelengarakan pencatatan dan pembukuan perusahaan mengenai
perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak.
55
6. Melampirkan daftar ringkasan penjualan dan pembelian pada Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.
Untuk pelaporan PPN, PT. Hutama Karya telah mengajukan permohonan
sentralisasi PPN ke Direktorat Jenderal Pajak. Adapun keputusan mengenai sentralisasi
PPN tersebut adalah Keputusan Dirjen Pajak No Kep-394/PJ./2003 tanggal 31 Desember
2003 mengenai sentralisasi PPN dan mengalami perubahan pada tahun 2004 dengan
Keputusan Dirjen Pajak No Kep-394/PJ./2004 tanggal 14 April 2004.
III.5.2 Prosedur Pajak Pertambahan Nilai
PT Hutama Karya dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada
tanggal 1 Februari 1983 dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 01.001.611.1-
051.000.
Untuk menjaga agar kewajiban perpajakan dapat dilaksanakan dengan benar dan
tepat waktu, maka dibuat suatu prosedur system perpajakan PPN yang harus diketahui
oleh para pegawai yang mengerjakan perpajakan.
Dalam sistem perpajakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), informasi yang
diperlukan oleh manajemen perusahaan antara lain :
1. Nama, alamat serta Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemasok dan
pembeli.
2. Jumlah kuantitas dan nilai nominal penjualan menurut jenis produk atau
jasanya.
3. Jumlah kuantitas dan nilai nominal pembelian menurut jenis produk atau
jasanya.
56
4. Besarnya Pajak Masukan yang dipunggut oleh perusahaan dan Pajak
Keluaran yang dibayarkan perusahaan .
5. Otoritas pejabat yang berwenang.
Dokumen-dokumen yang digunakan perusahaan untuk mendukung sistem
perpajakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah :
1. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
SPT Masa PPN adalah dokumen yang digunakan PT Hutama Karya sebagai
sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengkreditan Pajak
Masukan terhadap Pajak Keluaran untuk suatu masa pajak ke Kantor
Pelayanan Pajak, disampaikan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
2. Faktur Pajak Standar
Faktur Pajak Standar ini merupakan bukti pungutan pajak untuk mengetahui
jumlah Pajak Masukan dan Keluaran, identitas pejual atau pembeli, jenis
Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang dibeli dan dijual, dapat
digunakan sebagai sarana untuk mengkreditkan Pajak Masukan.
3. Faktur Pajak Sederhana
Faktur Pajak Sederhana adalah faktur pajak yang digunakan untuk transaksi
penjualan yang dilakukan kepada pihak yang bukan Pengusaha Kena Pajak
(PKP). Faktur Pajak Sederhana ini merupakan bukti pungutan pajak untuk
mengetahui jumlah Pajak Keluaran atas penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) dan jenis Barang Kena Pajak (BKP) atau
Jasa Kena Pajak (JKP) yang dijual.
4. Surat setoran Pajak
57
Merupakan dokumen yang digunakan oleh PT Hutama Karya untuk
melakukan pembayaran atau penyetoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
terutang ke Kas Negara melalui Bnak DKI atau bank-bank lainnya yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak atau melalui Kantor Pos.
5. Bukti Penerimaan Surat
Merupakan dokumen yang diterima dari Kantor Pelayanan Pajak sebagai
bukti bahwa PT Hutama Karya telah menyampaikan SPT Masa ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar.
III.5.2.1 Prosedur Pajak Keluaran
III.5.2.1.1 Prosedur Pemotongan atau Pemungutan dan Penyetoran
1. Saat pemungutan/penerimaan
a. Saat pemungutan PPN Keluaran adalah pada saat diterimanya Piutang
Termin yang ditagihkan dari Pemberi Karya (Bendaharawan dan/atau
KPKN).
b. Saat penerimaan PPN Keluaran adalah pada saat diterimanya Piutang
Terminyang ditagihkan dari Pemberi Karya sesama BUMN, BUMD, dan
atau SWASTA.
2. Cara Pemungutan/Penerimaan
a. Pemungutan dilakukan oleh Pemberi Karya (Bendaharawan dan/atau
KPKN) secara langsung dari tagihan Termin PT. Hutama Karya.
58
b. Penerimaan PPN dilakukan bersamaan dengan pembayaran dari Pemberi
Karya BUMN, BUMD, dan atau SWASTA secara langsung dari tagihan
Termin PT. Hutama Karya.
3. Prosedur Penyetoran
a. Penyetoran PPN Keluaran dilakukan setelah dilakukan setelah dilakukan
konsolidasi SPT PPN di Kantor Pusat..
b. Bagian Perpajakan dan Penagihan mengajukan permohonan dana ke Biro
Keuangan untuk penyetoran ke Kas Negara, yaitu jika secara konsolidasi
posisi Pajak Keluaran lebih besar dari Pajak Masukan
c. Bagian Perpajakan dan Penagihan melakukan penyetoran atas Pajak
Pertambahan Nilai yang terutang ke Kas Negara, selambat-lambatnya
tanggal 15 bulan berikutnya.
III.5.2.1.2 Bukti Pemungutan atau Penerimaan Pajak Keluaran
1. Bukti Pemungutan/Penerimaan
a. Bagi Pemberi Karya (Bendaharawan dan/atau KPKN) Faktur Pajak PT.
Hutama Karya dan SSP (Surat Setoran Pajak) yang dikeluarkan dari Pemberi
Karya merupakan bukti Pemungutan Pajak Keluaran.
b. Bagi Pemberi Karya BUMN, BUMD, dan atau SWASTA Faktur Pajak PT.
Hutama Karya merupakan bukti Penerimaan Pajak Keluaran.
2. Saat Penerbitan Faktur Pajak
a. PT. Hutama Karya wajib menerbitkan Faktur Pajak pada saat menyampaikan
tagihan kepada Pemberi Karya.
59
b. Apabila pembayaran diterima sebelum penagihan atau sebelum penyerahan
BKP dan atau JKP, Faktur Pajak wajib diterbitkan pada saat pembayaran
diterima.
3. Jenis Faktur Pajak
a. Faktur Pajak yang diterbitkan oleh PT. Hutama Karya kepada Pengusaha
Kena Pajak (PKP) adalah Faktur Pajak Standar.
b. Faktur Pajak Sederhana diterbitkan oleh PT. Hutama Karya atas penjualan
kepada Perorangan dan atau Bukan Pengusaha Kena Pajak.
4. Surat Setoran Pajak (SSP)
SSP (Surat Setoran Pajak ) hanya diterima dari Pemberi Karya (Bendaharawan
dan/atau KPKN) terhadap Pajak Keluaran PT. Hutama Karya, pada saat
Pemungutan PPN oleh Pemberi Karya.
III.5.2.1.3 Prosedur Pelaporan
1. PT. Hutama Karya wajib melaporkan Konsolidasi SPT PPN Masa setiap
bulannya paling lambat tanggal 20 tiap bulannya ke KPP-BUMN.
2. Formulir 1195 A1 berisikan Lampiran Pajak Keluaran – I Daftar Pajak Keluaran
dan PPn BM kepada Perusahaan Swasta dan sesama BUMN, yang
penerimaannya termasuk PPN, termasuk transaksi dengan Non PKP berupa
Faktur Pajak Sederhana.
3. Formulir 1195 A2 berisikan Lampiran Pajak Keluaran – II Daftar Pajak Keluaran
dan PPn BM yang tidak dipunggut / ditunda / ditangguhkan / dibebaskan /
ditanggung Pemerintah (DTP).
60
4. Formulir 1195 A3 berisikan Lampiran Pajak Keluaran – III Daftar Pajak
Keluaran dan PPn BM Atas penyerahan kepada Pemungut PPN / bendaharawan.
Tabel Pajak Keluaran PT. HUTAMA KARYA (PERSERO)
Pemberi Karya Faktur Pajak Uang Pajak PPN
10%
Setor ke Kas
Negara
Bukti
Pemerintah PT. HK Dipungut Tidak FP dan SSP
BUMN PT. HK Diterima di PT.
HK
Kompensasi FP (Faktur
pajak)
Swata PT. HK Diterima di PT.
HK
Kompensasi FP (Faktur
Pajak)
Perorangan PT. HK Diterima di PT.
HK
kompensasi FP (Faktur
Pajak)
III.5.2.2 Prosedur Pajak Masukan
III.5.2.2.1 Prosedur Pembayaran
1. Saat pembayaran PPn adalah pada saat dilakukannya pembayaran Jasa Kena
Pajak dan atau Barang Kena Pajak kepada PKP Rekanan.
2. Pembayaran dilakukan apabila tagihan telah dilampirkan Faktur Pajak dan
dibayarkan langsung via Bank kepada Rekening Rekanan (Bukti setor/transfer
dilampirkan pada masing-masing faktur pajak).
61
III.5.2.2.2 Bukti Penyetoran
1. Faktur Pajak merupakan bukti penyetor Pajak Masukan.
2. Atas Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp. 1.000.000, sepanjang
terhutang PPN walaupun tidak dipunggut oleh PT. Hutama Karya, tetap harus
dibuatkan Faktur Pajak oleh PKP Rekanan yang menyerahkan BKP atau JKP
tersebut.
III.5.2.2.3 Saat Penerbitan Faktur Pajak
1. PKP Rekanan wajib menerbitkan Faktur Pajak pada saat menyampaikan tagihan
kepada PT. Hutama Karya.
2. Apabila pembayaran diterima sebelum penagihan atau sebelum penyerahan BKP
dan atau JKP, Faktur Pajak wajib diterbitkan pada saat pembayaran diterima.
III.5.2.2.4 Surat Setoran Pajak (SSP)
SSP (Surat Setoran Pajak) terhadap Pajak Masukan sudah tidak diperlukan lagi
sebagai ibukti pembayaran apajak kepada Rekanan, SSP dapat dibuat apabila dalam SPT
Konsolidasi Pajak Keluaran lebih besar dari pada Pajak Masukan yang disetorkan atas
selisih tersebut paling lambat tanggal 15 tiap bulannya.
III.6. Tugas dan Tanggung Jawab Perpajakan PPN
III.6.1. Wilayah/Divisi
1. Wilayah/Divisi setiap melakukan transaksi penjualannya wajib menerbitkan
Faktur Pajak
62
2. Wilayah/Divisi wajib menggunakan NPWP, PKP dan alamat Kantor Pusat dan
alamat Kantor Wilayah / Divisi atas penerbitan Faktur Pajak (Pajak Keluaran),
Faktur Pajak Rekanan (Pajak masukan) serta atas Bukti Potong yang dikeluarkan
oleh Pemberi Karya.
3. Wilayah / Divisi wajib menggunakan kode dan nomor seri yang telah ditetapkan.
4. Wilayah / Divisi wajib membuat Laporan SPT masa PPN tiap bulannya.
5. Wilayah / Divisi beserta cabangnya wajib mengirim Laporan SPT masa PPN dan
Nota Pembukuan beserta bukti Faktur Pajak tanggal 10 tiap bulannya ke Kantor
Pusat.
6. Copy SPT mas PPN yang telah ditandatangani diberikan kepada Petugas
Akuntansi Wilayah / Divisi untuk dilakukan Rekonsiliasi serta penyesuaian
dengan data Laporan Keuangan.
7. Wilayah / divisi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan PPN dan keabsahan
bukti pajak tersebut.
8. Wilayah / Divisi wajib membantu sepenuhnya dakam pelaksanaan pemeriksaan
pajak, baik yang dilaksanakan Kantor Pusat, KPP setempat maupun KPP
BUMN.
9. Kepala Wilayah / Divisi / Cabang bertanggung jawab atas pembuatan dan
pelaporan SPT PPN Wilayah / Divisi / Cabang masing-masing ke Kantor Pusat.
III.6.2. Kantor Pusat
1. Menerima dan memvalidasi laporan SPT masa PPN beserta bukti yang diterima
dari wilayah/divisi.
63
2. Melakukan input data dan konsolidasi SPT masa PPN.
3. Melaporkan SPT masa PPN ke KPP-BUMN paling lambagt tanggal 20 tiap
bulannya.
4. Melakukan pembetulan SPT masa PPN dan melaporkan ke KPP-BUMN
5. Melaporkan copy SPT masa PPN dan pembetulan SPT masa PPN ke Bagian
Administrasi untuk dilakukan penyesuaian dan atau rekonsilias.
6. Melakukan evaluasi atas laporan SPT PPN wilayah/divisi dan bukti
pendukungnya.
7. Menginformasikan kembali hasil evaluasi SPT PPN wilayah/divisi kepada
masing-masing wilayah/divisi.
8. Melakukan restitusi PPN bilamana posisi SPT lebih bayar ke KPP-BUMN.
9. Menyiapkan data dari wilayah/divisi sebagai pendukung pemeriksaan pajak oleh
KPP-BUMN.