BAB III METODOLOGI PENELITIAN -...
Embed Size (px)
Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN -...

17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah PTK kolaborasi. Penelitian tindakan Kolaboratif
dilakukan oleh guru kelas sebagai pelaksana tindakan belajar mengajar dan
peneliti sebagai perancang serta pengolah data hasil kegiatan belajar mengajar.
3.2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas III SDN Sidorejo Lor 01 Kec. Sidorejo
Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 mulai bulan Februari
sampai dengan April.
3.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Sidorejo Lor 01
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dengan jumlah siswa sebanyak 24 yang terdiri
dari 17 putri dan 7 putra.
3.4. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2008: 60), variabel penelitian adalah suatu atribut atau
nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.
Menurut hubungan antara satu variabel independen dan variabel dependen.
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini dibagi
menjadi 2 yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
a. Variabel Bebas
Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA.
b. Variabel Terikat
Peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas III dengan menggunakan
metode demonstrasi. Kedua variabel tersebut adalah peningkatan hasil
belajar IPA dan penggunaan metode demonstrasi.
3.5. Rencana Tindakan
Pelaksanaan tiap siklus dalam penelitian ini merupakan siklus kegiatan
yang terdiri dari dua siklus. Model PTK yang digunakan adalah model dari
Kemmis dan Taggart dalam Arikunto (2006: 98) yaitu berbentuk spiral dari siklus

18
yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (perencanaan),
action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah
pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Model tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan
refleksi Siklus I pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
refleksi Siklus II pelaksanaan
pengamatan
Berdasarkan skema di atas penelitian akan dilaksanakan melalui siklus I
dan siklus II, sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti menyusun suatu
perencanaan mengenai apa yang akan dilaksanakan dan diperlukan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Setelah perencanaan akan dilaksanakan tindakan
dengan suatu pengamatan mengenai jalannya tindakan dalam pembelajaran,
setelah tindakan akan dilaksanakan refleksi berdasarkan hasil pengamatan. Hasil
refleksi untuk menemukan kelemahan dan kekurangan yang ditemukan pada
tindakan siklus I kemudian akan dilaksanakan dan diperbaiki pada siklus II yang
pelaksanaannya sama pada siklus I.
3.5.1. Rencana Siklus I
3.5.1.1. Tahap Perencanaan
a. Menentukan kelas penelitiaan,waktu penelitian, dan kolaborator.
b. Menyusun RPP sesuai dengan metode demonstrasi.
c. Membuat pedoman observasi untuk mengetahui aktivitas guru dan
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

19
d. Menyampaikan rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran kepada guru
kelas III SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga.
e. Menetapkan teknik pembelajaran.
3.5.1.2. Pelaksanaan Tindakan
a. Apersepsi, peserta didik diingatkan kembali tentang kompetensi dasar
berkaitan dengan materi yang dipelajari.
b. Memberi motivasi agar peserta didik tertarik untuk mengikuti pelajaran.
c. Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
d. Menyampaikan konsep dasar IPA
e. Memberikan kesempatan siswa untuk berperan aktif selama proses
pembelajaran seperti bertanya, mengungkapkan pendapat dan
menyampaikan hasil.
f. Pada akhir siklus guru memberikan soal tes siklus I.
3.5.1.3. Tahap Observasi
a. Melakukan pengamatan terhadap penggunaan metode demonstrasi yang
dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penggunaan
metode demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran.
3.5.1.4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan pengamat segera menganalisis pelaksanaan
PTK setelah kegiatan belajar mengajar berakhir sebagai bahan refleksi.
Selanjutnya peneliti mengadakan refleksi dalam pelaksanaan pembelajaran dan
kekurangan serta hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran, dan bila melalui
pengajaran metode demonstrasi tingkat hasil belajar IPA pada siswa masih belum
meningkat dalam mata pelajaran IPA tentang materi “Gerak Benda” di Sekolah
Dasar Negeri Sidorejo Lor 01 kecamatan Sidorejo Kota Salatiga tahun pelajaran
2011/2012, yang dapat dilihat dari kriteria pencapaian indikator kinerjanya, maka
sebagai tindakan dalam merefleksi dilakukan dalam bentuk tindakan perbaikan,
pemantapan (pengayaan) terhadap proses belajar mengajar selanjutnya sampai
pada hasil dan tujuan yang telah dirumuskan berhasil.

20
3.5.2. Rencana Siklus II
3.5.2.1. Tahap Perencanaan
a. Hasil refleksi dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk
diterapkan pada pembelajaran berikutnya
b. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran
c. Merancang perbaikan II berdasarkan refleksi siklus I
d. Menyampaikan rancangan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada guru
kelas III SDN Sidorejo Lor 01 Kota Salatiga.
3.5.2.2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
a. Melaksanakan tindakan perbaikan II berdasarkan hasil refleksi siklus I
b. Mengontrol siswa yang kurang aktif dengan pendekatan dan bimbingan
khusus.
c. Guru memberikan soal tes pada akhir siklus II
3.5.2.3. Tahap Observasi
a. Melakukan pengamatan terhadap penggunaan metode demonstrasi.
b. Mencatat perubahan yang terjadi.
3.5.2.4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan kolaborator segera menganalisis pelaksanaan
PTK setelah kegiatan belajar mengajar berakhir sebagai bahan refleksi.
Selanjutnya peneliti mengadakan refleksi dalam pelaksanaan pembelajaran dan
kekurangan serta hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran, dan bila melalui
pengajaran metode demonstrasi tingkat hasil belajar IPA pada siswa masih belum
meningkat dalam mata pelajaran IPA tentang materi “Gerak Benda” di Sekolah
Dasar Negeri Sidorejo Lor 01 kecamatan Sidorejo Kota Salatiga tahun pelajaran
2011/2012, yang dapat dilihat dari kriteria pencapaian indikator kinerjanya, maka
sebagai tindakan dalam merefleksi dilakukan dalam bentuk tindakan perbaikan,
pemantapan (pengayaan) terhadap proses belajar mengajar selanjutnya sampai
pada hasil dan tujuan yang telah dirumuskan berhasil.
a. Merefleksi proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi.
b. Merefleksi prestasi belajar siswa dengan indikasi adanya peningkatan hasil
belajar siswa.

21
c. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.
3.6. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan
mutu suatu pendidikan, karena validitas data yang diperoleh akan sangat
ditentukan kualitas instrumen yang digunakan, Muljono (2008: 6). Instrumen
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tes dan non tes (Observasi)
yang akan dijelaskan sebagai berikut:
3.6.1. Tes
Menurut Sudijono (dalam Muljono, 2008: 6) tes adalah alat atau prosedur
yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.
Sebelum tes digunakan, terlebih dahulu diuji cobakan pada siswa yang
bukan merupakan subjek penelitian. Tes ini akan diujicobakan pada responden
yaitu siswa kelas III SDN Sidorejo Lor 05 Kota Salatiga yang berjumlah 33 siswa.
Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas tes tersebut.
1) Validitas Tes
Menurut Sugiyono (2010:173) bahwa instrumen yang valid berarti alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Untuk menentukan suatu item tertentu valid atau tidak digunakan pedoman (tabel
r) dari Sugiyono (2010:455). Untuk menafsirkan hasil uji validitas, kriteria yang
digunakan adalah:
a) Jika nilai hitung r lebih besar (>) dari nilai tabel r maka item angket
dinyatakan valid dan dapat dipergunakan, atau
b) Jika nilai hitung r lebih kecil (<) dari nilai tabel r maka item angket
dinyatakan tidak valid dan tidak dapat dipergunakan
c) Nilai table r dapat dilihat a = 5% dan db = n – 2.
Dengan kata lain suatu item instrumen penelitian dianggap valid jika
memiliki nilai korelasi lebih dari sama dengan koefisiencorrected item to total
correlation yaitu tabel r = 0,355. Koefisien korelasi ditentukan berdasarkan
jumlah responden (N), sesuai dengan tabel r jika jumlah responden 33 maka db
dalam penelitian ini adalah N-2 yaitu 31 siswa dengan a = 5 %. Apabila dilihat

22
dari tabel r maka batas koefisiennya adalah ≥ 0,355. Validitas dihitung
menggunakan SPSS 17 for Windows.
2) Reliabilitas Tes
Reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keajegan
instrumen dari variabel yang hendak diukur. Metode pengambilan keputusan pada
uji reliabilitas menurut Sekaran (dalam Duwi Priyatno, 2010: 32), reliabilitas
kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan di atas 0,8
adalah baik. Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai alpha > 0,6.
Uji reliabilitas dihitung dengan menggunakan SPSS 17 for Windows
3) Uji Taraf Kesukaran
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik di
samping memenuhi validitas dan reliabilitas adalah adanya keseimbangan dari
tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya
soal-soal yang termasuk mudah, sedang, sukar secara proporsional. Persoalan
yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran adalah penentuan
proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar (Sudjana,
2011: 137).
Untuk menentukan indeks kesukaran digunakan rumus sebagai berikut:
I =B
N
Keterangan:
I= indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B= banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N= jumlah siswa
Kriteria indeks kesulitan soal sebagai berikut:
I= 0,00-0,30 = soal kategori sukar
I= 0,31-0,70 = soal kategori sedang
I= 0,71-1,00 = soal kategori mudah

23
3.6.2. Instrumen Non Tes
a. Lembar observasi siswa
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat
penting dalam Penelitian Tindakan Kelas. Observasi berarti pengamatan dengan
tujuan tertentu. Hal ini dilakukan oleh peneliti terhadap proses belajar mengajar di
kelas yang dilakukan oleh kolaborator.
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi praktik
pembelajaran siswa. Lembar observasi praktik pembelajaran siswa merupakan
lembar yang berisi pedoman dalam melaksanakan pengamatan aktivitas siswa
pada saat pembelajaran di dalam kelas.
b. Dokumentasi
Dokumen yang digunakan berupa daftar nilai siswa dan foto kegiatan
belajar mengajar. Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh
dari observasi dan wawancara.
3.7. Indikator Kinerja
3.7.1. Indikator Hasil Belajar
Pelaksanaan tes pada akhir siklus akan membantu peneliti dalam
mendapatkan data tentang penguasaaan materi yang telah diajarkan. Untuk
mengukur keberhasilan pembelajaran tiap siklus, tolok ukurnya adalah sistem
belajar tuntas yaitu pencapaian nilai KKM ≥ 73.
Peneliti menyatakan hasil belajar IPA meningkat jika nilai tes IPA siswa
kelas III SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga memperoleh nilai rata-rata lebih dari 75,
yang diperoleh dari perbandingan jumlah skor nilai tes IPA dengan banyaknya
siswa dan persentase ketuntasan siswa mencapai lebih dari 80%, yang didapat dari
hasil perkalian 100% dengan hasil perbandingan jumlah siswa tuntas dan
banyaknya siswa.
3.8. Analisis Data
Teknik analisis data yaitu membandingkan data kuantitatif sederhana
menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil tes siklus
I dengan hasil tes siklus II. Untuk mengetahui kenerhasilan tipa siklus yang telah
digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu dengan ketuntasan belajar

24
siswa dengan pencapaian (KKM= 73). Hasil belajar dapat diukur apabila setiap
siswa telah mencapai nilai (KKM= 73) maka dinyatakan tuntas dan berhasil.
Untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa dianalisis. Analisis tersebut dilakukan
dengan menghitung ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal dengan rumus
sebagai berikut:
Ketuntasan individual = maksimalnilaiJumlah
nilaiJumlah x 100 %
Ketuntasan klasikal = siswaseluruhJumlah
belajartuntasyangsiswaJumlah x 100 %
Ketuntasan indiviual: Jika siswa mencapai ketuntasan skor > 73
Ketuntasan klasikal: Jika > 80% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan skor >
73.