BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma...

21
52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini akan menggambarkan bagaimana proses rebranding public relations dengan melalui beberapa tahapan proses yaitu repositioning, renaming, redesigning, dan relaunching dalam rangka membangun kembali merek MGo Shuttle yang sebelumnya telah tenggelam sebagai perusahaan jasa yang senantiasa memberikan kepuasan bagi pelanggannya dengan tarif yang sesuai dimana proses rebranding tersebut diturunkan dari konsep rebranding public relations menurut Laurent Muzellac, Manus Doogan, dan Mary Lambkin dalam Corporate Rebranding – An Exploratory Review, Irish Marketing Review Volume 16 Number 2 tahun 2003 yang terdiri dari proses repositioning, renaming, redesigning, dan relaunching. Paradigma yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma positivisme karena penelitian ini menggunakan konsep proses rebranding public relations menurut Muzellac et al., sebagai pertanyaan penelitian untuk menjawab masalah dari penelitian. Paradigma positivisme merupakan paradigma yang identik dengan pola pikir deduktif. Teorisasi deduktif seringkali diidentikan dengan pendekatan kualitatif.

Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma...

  52    

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Penelitian ini akan menggambarkan bagaimana proses rebranding public

relations dengan melalui beberapa tahapan proses yaitu repositioning, renaming,

redesigning, dan relaunching dalam rangka membangun kembali merek MGo

Shuttle yang sebelumnya telah tenggelam sebagai perusahaan jasa yang senantiasa

memberikan kepuasan bagi pelanggannya dengan tarif yang sesuai dimana proses

rebranding tersebut diturunkan dari konsep rebranding public relations menurut

Laurent Muzellac, Manus Doogan, dan Mary Lambkin dalam Corporate

Rebranding – An Exploratory Review, Irish Marketing Review Volume 16 Number

2 tahun 2003 yang terdiri dari proses repositioning, renaming, redesigning, dan

relaunching.

Paradigma yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma

positivisme karena penelitian ini menggunakan konsep proses rebranding public

relations menurut Muzellac et al., sebagai pertanyaan penelitian untuk menjawab

masalah dari penelitian.

Paradigma positivisme merupakan paradigma yang identik dengan pola pikir

deduktif. Teorisasi deduktif seringkali diidentikan dengan pendekatan kualitatif.

  53  

Menurut (Bungin, 2007:26), sebenarnya model umum teorisasi deduktif masih

mempengaruhi format kualitatif deskriptif hingga sekarang dan teorisasi tersebut

masih banyak digunakan hingga kini. Pola pikir deduktif sendiri identik dengan

pola pikir umum-khusus, dimana teori atau konsep menjadi acuan sebuah

penelitian dalam melakukan analisis.

Masih menurut Bungin, bahwa pada penelitian teori atau konsep digunakan

sebagai awal untuk menjawab pertanyaan penelitian, bahwa sesungguhnya pola

pikir deduktif menuntut peneliti dengan terlebih dahulu menggunakan teori atau

konsep sebagai alat, ukuran, atau instrument untuk membangun pertanyaan

penelitian sehingga peneliti secara tidak langsung akan menggunakan teori atau

konsep tersebut sebagai “kacamata kuda” dalam melihat masalah penelitian

(Bungin, 2007 : 26).

Penelitian ini menggambarkan kegiatan rebranding public relations dengan

melalui beberapa proses rebranding secara fakta dan sistematis. Peneliti

mengamati secara objektif untuk mengetahui bagaimana kegiatan dalam program

tersebut terjadi sesungguhnya dan bagaimana cara kerja dalam proses tersebut

seharusnya terjadi.

Asumsi dualis dan objektivis yang terdapat pada Positivisme memungkinkan

peneliti untuk menentukan “bagaimana keadaan sesuatu itu yang sesungguhnya”

dan “bagaimana cara kerja segala segala sesuatu itu sesungguhnya”. Di dalam

  54  

paradigma positivisme, penelitian bertujuan untuk menjelaskan, yang pada

akhirnya memungkinkan untuk memprediksi dan mengendalikan fenomena.

3.2 Metode Deskriptif

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang

menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti menurut

keadaan sebenarnya pada saat penelitian berlangsung.

Peneliti menggunakan metode deksriptif karena peneliti terjun langsung ke

lapangan dan akan menggambarkan berdasarkan fakta secara sistematis mengenai

bagaimana kegiatan dalam Proses Rebranding Cipaganti Travel menjadi MGO

Shuttle dengan melalui beberapa tahap proses rebranding yaitu repositioning,

renaming, redesigning dan relaunching yang dilakukan agar dapat merebut

perhatian dan minat masyarakat kembali terhadap brand baru MGO Shuttle

sehingga mendapatkan tempat diantara kompetitor perusahaan jasa lainnya di

Indonesia agar MGO Shuttle dapat terus mempertahankan eksistensinya.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu

gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif

memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada

saat penelitian berlangsung. Metode deskriptif menurut (Sugiyono, 2005:21)

adalah sebagai berikut:

  55  

Metode deskriptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. (Sugiyono, 2005:21)

Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada. Metode ini mencari fakta dengan

interpretasi yang tepat termasuk kegiatan-kegiatan, pandangan-pandangan, serta

proses-proses yang sedang berlangsung dari suatu fenomena.

Sedangkan menurut (Nazir, 2006: 54) pengertian dari metode deskriptif

adalah suatu metode dalam meneliti status, kelompok manusia, suatu objek, suatu

set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang.

Perspektif yang digunakan atau waktu yang dijangkau dalam penelitian

deskriptif, adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang

masih terjangkau dalam ingatan informan. Dalam mengumpulkan data, peneliti

kerap menggunakan teknik wawancara, dengan menggunakan interview guide

(pedoman wawancara) (Nazir, 2006 : 55).

Adapun penelitian deskriptif dilakukan untuk berbagai macam tujuan,

diantaranya (Rakhmat, 2007 : 26):

(1) Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala-gejala yang ada. (2) Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan

  56  

praktek-praktek yang berlaku. (3) Membuat perbandingan atau evaluasi terhadap suatu program atau fenomena tertentu. (4) Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

Jadi, tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat lukisan atau

deskripsi mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu fenomena secara sistematis,

faktual, dan teliti, serta meluas namun tidak mendalam seperti studi kasus.

3.3 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah suatu penelitian yang mencakup skala kecil tetapi terletak dalam

suatu kerangka konseptual yang luas, mendalam, dan intensif, yang menghasilkan

gambaran deskriptif yang mendetil.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengumpulkan data berupa

kata-kata, gambar-gambar, dan bukan angka-angka. Penelitian yang bersifat

deskriptif ini bermaksud untuk memaparkan secara sistematis, akurat, faktual

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat tertentu.

John Creswell mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai sebuah proses

penelitian yang mengeksplorasi masalah sosial dan manusia. Dimana penulis

mengembangkan sebuah gambaran yang kompleks dan menyeluruh, menganalisa

  57  

kata-kata, melaporkan secara detail pandangan responden dan melakukannya

dalam sebuah setting penelitian yang naturalis. (Creswell, 1997: 15).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data kualitatif, karena

penulis menggambarkan gambaran proses rebranding MGo Shuttle yang diteliti

secara menyeluruh melalui informasi-informasi yang didapat dari informan yang

bertanggung jawab langsung terhadap proses rebranding MGo Shuttle yang

nantinya akan di analisa menghasilkan gambaran yang menyeluruh.

3.4 Teknik Penentuan Key Informan

Penelitian deskriptif-kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi

dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian deskriptif-kualitatif tidak

dikenal dengan adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian atau informan

dalam penelitian berperan penting untuk mendapatkan jawaban pengalaman dan

pendapat tentang sesuatu yang ditayangkan.

Pada penelitian ini teknik penentuan key informant yang digunakan ialah

purposive sampling, dimana teknik ini didasarkan pada ciri-ciri yang dimiliki oleh

subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang

akan dilakukan. Dalam teknik purposive sampling peneliti memilih subjek

penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk mempelajari atau untuk

memahami permasalahan pokok yang akan diteliti (Herdiansyah, 2012 : 106).

  58  

Jumlah informan yang terlalu banyak pun dalam jenis penelitian ini tidak

dinilai efektif, penambahan informan dihentikan ketika datanya sudah jenuh. Dari

berbagai informan, baik yang lama maupun yang baru, tidak memberikan data

baru lagi. Jadi, yang menjadi kepedulian peneliti adalah “tuntasnya” perolehan

informasi, bukan banyaknya sampel sumber data. (Sugiono, 2011:221)

Berdasarkan pendapat Spradley, peneliti membuat beberapa kriteria dalam

menentukan key infromant, antara lain:

1. Informan harus mengalami langsung kejadian yang berkaitan dengan topik

penelitian ini. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi dan

deskripsi yang sebenarnya dari sudut pandang pelaku utama.

2. Informan merupakan karyawan/pekerja di PT Citra Maharlika Nusantara

Corpora Tbk.

3. Informan bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian ini yang

mungkin akan membutuhkan waktu yang cukup lama.

4. Informan bersedia untuk di wawancara dan direkam aktivitasnya selama

wawancara dan penelitian berlangsung.

5. Informan bersedia untuk mempublikasikan hasil penelitian.

  59  

Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti memilih tiga orang yang

mempunyai andil yang besar dalam proses rebranding Cipaganti Travel yang

akan dijadikan sebagai key informan dari penelitian ini, yaitu:

Informan I

Nama : Rima Puspitawati

Jabatan : Head of Marketing Communications PT Citra Maharlika

Nusantara Corpora Tbk

Jenis Kelamin : Perempuan

Email : [email protected]

Informan II

Nama : Fransisca Wulandari

Jabatan : Manager Public Relations MGo Shuttle

Jenis Kelamin : Perempuan

Email : [email protected]

Informan III

Nama : Edies Prinda

Jabatan : Business Development Manager MGo Shuttle

Jenis Kelamin : Pria

Email : [email protected]

  60  

3.5 Gaining Access and Rapport

3.5.1 Gaining Access

Dalam pelaksanaan penelitian ini, pertama-tama peneliti membuat surat

permohonan prariset wawancara kepada perusahaan PT Citra Maharlika Nusantara

Corpora Tbk. Setelah mendapatkan surat resmi wawancara dari jurusan, peneliti

mendatangi langsung ke kantor PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk yang

berada di Pos Indonesia lt 6, Jl. Banda no. 30, Bandung. Sesampainya disana,

peneliti diperkenalkan dengan HRD perusahaan, kemudian peneliti menjelaskan

maksud dan tujuan peneliti datang kesana dan langsung diberikan kontak Head of

Marketing Communication PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk yaitu Ibu

Rima Puspitawati. Peneliti langsung menghubungi kontak tersebut melalui aplikasi

whatsapp dan langsung di respon dengan sangat baik. Selanjutnya peneliti bertemu

dengan key informant di tempat yang sama dan melakukan wawancara terkait

rebranding MGo Shuttle.

3.5.2 Rapport

Dalam menjalin hubungan dengan key informant pertama-tama peneliti

memperkenalkan diri dan menjelaskan secara lengkap maksud dan tujuan peneliti,

pada tahap ini peneliti sudah menghubungi informan melalui aplikasi whatsapp

pada jam kerja. Kemudian peneliti meminta kesediaan informan untuk bertemu

dan melakukan wawancara.

  61  

Setelah mendapatkan jadwal untuk bertemu dengan informan, peneliti

selalu datang lebih awal. Dalam setiap wawancara yang dilakukan sebelum

memulai menanyakan poin-poin yang terdapat dalam pedoman wawancara,

peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada informan dan menceritakan

sedikit latar belakang penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti.

Dalam proses wawancara sebisa mungkin peneliti bertanya dengan bahasa

yang informal dan sebisa mungkin mengarahkan pembicaraan agar tidak meluas

dan keluar dari pedoman wawancara. Setelah wawancara selesai dan peneliti

pulang dari tempat wawancara, peneliti kembali menghubungi informan untuk

mengucapkan terimakasih atas kesediaannya berbagi informasi dan

pengalamannya dalam wawancara.

3.6 Subjek dan Objek Penelitian

3.6.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab atas

proses rebranding MGo Shuttle khususnya yang memiliki peran penting dalam

mengambil keputusan. Peneliti menentukan subjek atau informan berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu atas dasar kesesuaian dan pengetahuan atas permasalahan

dan tujuan penelitian (Kriyantono, 2008:154). Hal ini diperlukan untuk menjaga

validitas dan reliabilitas data.

Langkah awal peneliti dalam mencari narasumber adalah menetapkan

terlebih dahulu beberapa orang sebagai key informan. Selanjutnya, untuk batasan

  62  

jumlah informan, peneliti membatasi sampai menemukan data jenuh. Data jenuh

adalah kapan, di manapun, dan dengan siapapun diajukan pertanyaan yang sama

jawabannya. Dimana subjek penelitian yang telah dijelaskan yaitu Rima

Puspitawati, Fransisca Wulandari, dan Edies Prinda.

3.6.2 Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah rebranding. Rebranding pada penelitian ini

dilakukan oleh MGo Shuttle yang merupakan salah satu lini bisnis dari perusahaan

jasa transportasi PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk. Dimana dalam

penelitian ini, proses rebranding yang akan dibahas adalah proses rebranding

melalui empat tahapan proses, yaitu repositioning, renaming, redesigning, dan

relaunching,

3.6.2.1 Sejarah Perusahaan

Secara historis PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk merupakan nama

baru dari PT Cipaganti Citra Graha Tbk, sebuah perusahaan terbuka yang berawal

dari usaha kecil jual beli mobil bekas di Bandung pada sekitar tahun 1985.

Kemudian perusahaan terus berkembang dan berhasil membuktikan eksistensinya

sebagai salah satu perusahaan transportasi yang dikenal oleh masyarakat

khususnya para pengguna jasanya.

Pada perkembangan selanjutnya, diakhir tahun 2014 terjadi perubahan

pemegang saham mayoritas yang menjadi pemegang kendali perusahaan.

Dibentuklah manajemen baru, yang terus berupaya memperbaiki kinerja usaha dan

  63  

pembenahan permasalahan-permasalahan perusahaan. Termasuk dengan memberi

nuansa baru melalui langkah penggantian nama PT. Cipaganti Citra Graha Tbk.

menjadi PT. Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk. disusul dengan re-

branding atas sejumlah layanan bisnis di CMNC.

Pada tanggal 19 Maret 2015, PT Cipaganti Citra Graha Tbk telah menyepakati

perubahan nama perusahaan. Nama baru yang dipilih adalah PT Citra Maharlika

Nusantara Corpora (CMNC) Tbk. Perubahan ini juga terjadi pada unit-unit bisnis

mereka: Taksi Cipaganti yang berubah nama menjadi Taxi Cab, layanan shuttle

kelas premium Cipaganti menjadi MGo Shuttle, sementara unit-unit bisnis travel

dan layanan shuttle kelas standar tetap menggunakan nama Sararea.

3.6.2.2 Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan kelas dunia yang membantu masyarakat Indonesia

saling bertatap muka dan bekerjasama untuk mencapai kesejahteraan yang lebih

baik.

3.6.2.3 Misi Perusahaan

Mengembangkan sistim transportasi berskala nasional, membangun

infrastruktur transportasi, dan menyediakan sarana transportasi berbasis teknologi

mutakhir dan sumber daya manusia yang berkualitas.

  64  

3.6.2.4 Nilai-Nilai Perusahaan

Nilai-nilai yang ditanamkan dan ditetapkan oleh PT. Citra Maharlika

Nusantara Coropra Tbk, yaitu:

1. P. Positive

(senantiasai konstruktif dalam karakter, berpikir, dan bertindak)

2. I. Initiative

(memiliki kemampuan bertindak dan mengambil kesempatan

sebelum pihak lain melakukan)

3. L. Listening

(bersedia mendengar masukan, baik dari rekan kerja, atasan

maupun pelanggan)

4. O. Optimistic

(bekerja dengan semangat dan yakin bisa berkontribusi terbaik)

5. T. Trustworthy

(bisa dipercaya dan penuh integritas, tetap menjunjung kejujuran

dan menghasilkan kinerja terbaik tanpa pengawasan sekalipun)

  65  

3.6.2.5 Logo Brand

Gambar 3.1 Logo MGo Shuttle

3.6.2.6 Struktur Organisasi

Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk

  66  

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik bagaimana data itu bisa ditemukan,

digali, dikumpulkan, dan dikategorikan. Menurut Cresswel (2007 : 120), dalam

studi kualitatif terdapat tiga teknik untuk mengumpulkan data, yaitu:

3.7.1 Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data yang utama pada

penelitian ini karena dengan metode inilah esensi dari fenomena yang diamati

dapat diceritakan dari sudut pandang orang pertama. Dengan demikian, ketika

observasi partisipan sangat berguna bagi penelitian kualitatif yang lain, boleh

jadi wawancara lebih penting dari observasi partisipan. Namun, perlu disadari

bahwa wawancara bukanlah teknik penelitian satu-satunya pada penelitian ini.

Masih terdapat teknik lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

Wawancara pada penelitian biasanya dilakukan secara informal, interaktif

(percakapan), dan melalui pertanyaan dan jawaban yang terbuka. Walaupun

pada awalnya peneliti sudah mempersiapkan daftar pertanyaan, pada

kenyataannya tidak kaku mengikuti daftar pertanyaan yang telah dibuat.

Pada penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara kepada pihak-

pihak yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program ini dan juga

orang yang dianggap kompeten dan dapat membantu penelitian ini yaitu

  67  

Department Marketing Communications PT Citra Maharlika Nusantara

Corpora Tbk yang merencanakan dan melaksanakan program-program untuk

mendukung proses rebranding MGo Shuttle tersebut.

3.7.2 Observasi

Observasi memungkinkan peneliti untuk melihat sendiri pemahaman

yang tidak terucapkan, bagaimana teori digunakan langsung, dan sudut

pandang informan yang tidak didapat dari wawancara. Melalui observasi,

peneliti dapat menarik kesimpulan dari makna serta sudut pandang tersendiri

mengenai peristiwa yang sedang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi non-partisipatif

dengan tidak terlibat langsung dalam beberapa kegiatan yang dilakukan dalam

mendukung proses rebranding Cipaganti Travel. Peneliti juga melakukan

pengamatan hasil dokumentasi kegiatan yang tidak penulis ikuti dalam

program-program yang mendukung rebranding ini mengingat banyaknya

jumlah kegiatan yang terdapat dalam proses tersebut.

3.7.3 Studi Kepustakaan

Studi pustaka adalah salah satu teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam metodologi peneliti sosial untuk menelusuri data historis.

Sebagian besar data yang tersedia berbentuk surat, catatan harian, kenang-

  68  

kenangan, dan laporan. Sifat utama dari bentuk data-data tersebut tidak

terbatas dari ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti

untuk mengetahui hal-hal yang perlu. Peneliti memanfaatkan buku-buku

literature yang terkait dengan rebranding serta mempelajari data-data

perusahaan seperti proposal kegiatan, artikel perusahaan, serta arsip-arsip

perusahaan yang terkait dengan kepentingan program tersebut. Studi literature

dilakukan dengan melihat berbagai buku dan jurnal yang relevan juga

beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna untuk

membandingkan hasil penelitian.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi

terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan

menulis catatan singkat sepanjang penelitian (Creswell, 2009:274).

Berikut adalah langkah-langkah analisis data dengan menggunakan Model

Interaktif Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011: 334) :

1. Reduksi Data Semakin lama waktu peneliti berada di lapangan, maka

jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Reduksi data (data

reduction) merupakan upaya yang dilakukan peneliti selama analisis data

dilakukan dan merupakan langkah yang tidak terpisahkan dari analisis data.

Tahapan reduksi data meliputi :

  69  

a. Melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas

data. Peneliti melakukan editing dalam transkrip wawancara dan

pengelompokan dan meringkas data yang dilakukan dengan cara

membuat matriks wawancara.

b. Peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo) mengenai

berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta

prosesproses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema,

kelompokkelompok, dan pola-pola data. Peneliti membuat catatan

pribadi selama penelitian mengenai data atau gejala tertentu.

c. Peneliti menyusun rancangan konsep-konsep (mengupayakan

konseptualisasi) serta penjelasan-penjelasan berkenaan dengan tema,

pola, atau kelompok data bersangkutan. Rancangan dilakukan oleh

peneliti untuk melengkapi tinjauan pustaka dan metodologi penelitian

yang menghasilkan kerangka pemikiran.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam

penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif. Tahapan dalam penyajian data (data

display) meliputi : Mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok)

data yang satu dengan (kelompok) data yang lain hingga seluruh data yang

  70  

dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan; Data yang tersaji

berupa kelompok-kelompok atau gagasan yang kemudian saling

dikaitkaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan;

Gambarangambaran dan diagram yang menunjukkan keterkaitan antara

gejala satu dengan gejala lain sangat diperlukan untuk kepentingan analisis

data (Sugiyono, 2011: 334).

3. Penarikan dan Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusion)

Menurut Sugiyono (2011: 342), kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang

kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi

apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh

bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

yang kredibel dan jika tidak maka tidak kredibel. Peneliti pada dasarnya

mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-

pola data yang ada atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat.

3.9 Validasi dan Keabsahan Data Penelitian

Untuk menghindari kesalahan, kekeliruan data yang terkumpul, perlu

dilakukan pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data didasarkan

pada derajat kepercayaan dengan teknik triangulasi.

  71  

Triangulasi merupakan teknik pengecekan keabsahan data yang didasarkan

pada sesuatu diluar data untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding

terhadap data yang telah ada.

Salah satu cara paling penting dalam uji keabsahan hasil penelitian adalah

dengan melakukan triangulasi. Dengan mengacu kepada Denzim (1978) dalam

Bungin (2009 : 256) maka pelaksanaan teknis dari langkah pengujian keabsahan

ini akan memanfaatkan peneliti, sumber, dan teori.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.

Menurut Moleong dan Bardiansyah dalam Bungin (2009 : 256-257) teknik

Triangulasi dengan sumber data ini dilakukan dengan membandingan dan

mengecek baik derajat kepecarcayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan cara yang berbeda dalam melakukan kualitatif yang dilakukan dengan:

(1) Membandingkan data hasil pengamatan wawancara. (2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. (3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. (4) Membandingkan dengan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa. (5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau alas an-alasan terjadi perbedaan.

Tahap triangulasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan semua

informasi yang diperoleh dari beberapa sumber data atau informan, lalu melakukan

pengecekan dan pembanding, baik dari pihak yang bertanggung jawab atas proses

  72  

rebranding MGo Shuttle maupun praktisi yang mengerti akan proses rebranding

yang dilakukan. Pada penelitian ini, peneliti memilih satu triangulator yang

menjadi acuan penelitian ini, yaitu:

Triangulator

Nama : Bambang Sukma Wijaya

Status : Brand Analist Strategist & Culturalist

Tempat bekerja : Universitas Bakrie Jakarta

3.10 Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini berlokasi di PT Citra Maharlika Nusantara

Corpora Tbk yang beralamat di Graha Pos Indonesia lt 6, Jl. Banda no. 30,

Bandung. Tempat tersebut adalah dimana key informan bekerja. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan September-November 2016.