BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma...
Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma...
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Penelitian ini akan menggambarkan bagaimana proses rebranding public
relations dengan melalui beberapa tahapan proses yaitu repositioning, renaming,
redesigning, dan relaunching dalam rangka membangun kembali merek MGo
Shuttle yang sebelumnya telah tenggelam sebagai perusahaan jasa yang senantiasa
memberikan kepuasan bagi pelanggannya dengan tarif yang sesuai dimana proses
rebranding tersebut diturunkan dari konsep rebranding public relations menurut
Laurent Muzellac, Manus Doogan, dan Mary Lambkin dalam Corporate
Rebranding – An Exploratory Review, Irish Marketing Review Volume 16 Number
2 tahun 2003 yang terdiri dari proses repositioning, renaming, redesigning, dan
relaunching.
Paradigma yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma
positivisme karena penelitian ini menggunakan konsep proses rebranding public
relations menurut Muzellac et al., sebagai pertanyaan penelitian untuk menjawab
masalah dari penelitian.
Paradigma positivisme merupakan paradigma yang identik dengan pola pikir
deduktif. Teorisasi deduktif seringkali diidentikan dengan pendekatan kualitatif.
53
Menurut (Bungin, 2007:26), sebenarnya model umum teorisasi deduktif masih
mempengaruhi format kualitatif deskriptif hingga sekarang dan teorisasi tersebut
masih banyak digunakan hingga kini. Pola pikir deduktif sendiri identik dengan
pola pikir umum-khusus, dimana teori atau konsep menjadi acuan sebuah
penelitian dalam melakukan analisis.
Masih menurut Bungin, bahwa pada penelitian teori atau konsep digunakan
sebagai awal untuk menjawab pertanyaan penelitian, bahwa sesungguhnya pola
pikir deduktif menuntut peneliti dengan terlebih dahulu menggunakan teori atau
konsep sebagai alat, ukuran, atau instrument untuk membangun pertanyaan
penelitian sehingga peneliti secara tidak langsung akan menggunakan teori atau
konsep tersebut sebagai “kacamata kuda” dalam melihat masalah penelitian
(Bungin, 2007 : 26).
Penelitian ini menggambarkan kegiatan rebranding public relations dengan
melalui beberapa proses rebranding secara fakta dan sistematis. Peneliti
mengamati secara objektif untuk mengetahui bagaimana kegiatan dalam program
tersebut terjadi sesungguhnya dan bagaimana cara kerja dalam proses tersebut
seharusnya terjadi.
Asumsi dualis dan objektivis yang terdapat pada Positivisme memungkinkan
peneliti untuk menentukan “bagaimana keadaan sesuatu itu yang sesungguhnya”
dan “bagaimana cara kerja segala segala sesuatu itu sesungguhnya”. Di dalam
54
paradigma positivisme, penelitian bertujuan untuk menjelaskan, yang pada
akhirnya memungkinkan untuk memprediksi dan mengendalikan fenomena.
3.2 Metode Deskriptif
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang
menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti menurut
keadaan sebenarnya pada saat penelitian berlangsung.
Peneliti menggunakan metode deksriptif karena peneliti terjun langsung ke
lapangan dan akan menggambarkan berdasarkan fakta secara sistematis mengenai
bagaimana kegiatan dalam Proses Rebranding Cipaganti Travel menjadi MGO
Shuttle dengan melalui beberapa tahap proses rebranding yaitu repositioning,
renaming, redesigning dan relaunching yang dilakukan agar dapat merebut
perhatian dan minat masyarakat kembali terhadap brand baru MGO Shuttle
sehingga mendapatkan tempat diantara kompetitor perusahaan jasa lainnya di
Indonesia agar MGO Shuttle dapat terus mempertahankan eksistensinya.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu
gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada
saat penelitian berlangsung. Metode deskriptif menurut (Sugiyono, 2005:21)
adalah sebagai berikut:
55
Metode deskriptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. (Sugiyono, 2005:21)
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada. Metode ini mencari fakta dengan
interpretasi yang tepat termasuk kegiatan-kegiatan, pandangan-pandangan, serta
proses-proses yang sedang berlangsung dari suatu fenomena.
Sedangkan menurut (Nazir, 2006: 54) pengertian dari metode deskriptif
adalah suatu metode dalam meneliti status, kelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang.
Perspektif yang digunakan atau waktu yang dijangkau dalam penelitian
deskriptif, adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang
masih terjangkau dalam ingatan informan. Dalam mengumpulkan data, peneliti
kerap menggunakan teknik wawancara, dengan menggunakan interview guide
(pedoman wawancara) (Nazir, 2006 : 55).
Adapun penelitian deskriptif dilakukan untuk berbagai macam tujuan,
diantaranya (Rakhmat, 2007 : 26):
(1) Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala-gejala yang ada. (2) Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan
56
praktek-praktek yang berlaku. (3) Membuat perbandingan atau evaluasi terhadap suatu program atau fenomena tertentu. (4) Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
Jadi, tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat lukisan atau
deskripsi mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu fenomena secara sistematis,
faktual, dan teliti, serta meluas namun tidak mendalam seperti studi kasus.
3.3 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah suatu penelitian yang mencakup skala kecil tetapi terletak dalam
suatu kerangka konseptual yang luas, mendalam, dan intensif, yang menghasilkan
gambaran deskriptif yang mendetil.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengumpulkan data berupa
kata-kata, gambar-gambar, dan bukan angka-angka. Penelitian yang bersifat
deskriptif ini bermaksud untuk memaparkan secara sistematis, akurat, faktual
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat tertentu.
John Creswell mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai sebuah proses
penelitian yang mengeksplorasi masalah sosial dan manusia. Dimana penulis
mengembangkan sebuah gambaran yang kompleks dan menyeluruh, menganalisa
57
kata-kata, melaporkan secara detail pandangan responden dan melakukannya
dalam sebuah setting penelitian yang naturalis. (Creswell, 1997: 15).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data kualitatif, karena
penulis menggambarkan gambaran proses rebranding MGo Shuttle yang diteliti
secara menyeluruh melalui informasi-informasi yang didapat dari informan yang
bertanggung jawab langsung terhadap proses rebranding MGo Shuttle yang
nantinya akan di analisa menghasilkan gambaran yang menyeluruh.
3.4 Teknik Penentuan Key Informan
Penelitian deskriptif-kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi
dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian deskriptif-kualitatif tidak
dikenal dengan adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian atau informan
dalam penelitian berperan penting untuk mendapatkan jawaban pengalaman dan
pendapat tentang sesuatu yang ditayangkan.
Pada penelitian ini teknik penentuan key informant yang digunakan ialah
purposive sampling, dimana teknik ini didasarkan pada ciri-ciri yang dimiliki oleh
subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang
akan dilakukan. Dalam teknik purposive sampling peneliti memilih subjek
penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk mempelajari atau untuk
memahami permasalahan pokok yang akan diteliti (Herdiansyah, 2012 : 106).
58
Jumlah informan yang terlalu banyak pun dalam jenis penelitian ini tidak
dinilai efektif, penambahan informan dihentikan ketika datanya sudah jenuh. Dari
berbagai informan, baik yang lama maupun yang baru, tidak memberikan data
baru lagi. Jadi, yang menjadi kepedulian peneliti adalah “tuntasnya” perolehan
informasi, bukan banyaknya sampel sumber data. (Sugiono, 2011:221)
Berdasarkan pendapat Spradley, peneliti membuat beberapa kriteria dalam
menentukan key infromant, antara lain:
1. Informan harus mengalami langsung kejadian yang berkaitan dengan topik
penelitian ini. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi dan
deskripsi yang sebenarnya dari sudut pandang pelaku utama.
2. Informan merupakan karyawan/pekerja di PT Citra Maharlika Nusantara
Corpora Tbk.
3. Informan bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian ini yang
mungkin akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
4. Informan bersedia untuk di wawancara dan direkam aktivitasnya selama
wawancara dan penelitian berlangsung.
5. Informan bersedia untuk mempublikasikan hasil penelitian.
59
Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti memilih tiga orang yang
mempunyai andil yang besar dalam proses rebranding Cipaganti Travel yang
akan dijadikan sebagai key informan dari penelitian ini, yaitu:
Informan I
Nama : Rima Puspitawati
Jabatan : Head of Marketing Communications PT Citra Maharlika
Nusantara Corpora Tbk
Jenis Kelamin : Perempuan
Email : [email protected]
Informan II
Nama : Fransisca Wulandari
Jabatan : Manager Public Relations MGo Shuttle
Jenis Kelamin : Perempuan
Email : [email protected]
Informan III
Nama : Edies Prinda
Jabatan : Business Development Manager MGo Shuttle
Jenis Kelamin : Pria
Email : [email protected]
60
3.5 Gaining Access and Rapport
3.5.1 Gaining Access
Dalam pelaksanaan penelitian ini, pertama-tama peneliti membuat surat
permohonan prariset wawancara kepada perusahaan PT Citra Maharlika Nusantara
Corpora Tbk. Setelah mendapatkan surat resmi wawancara dari jurusan, peneliti
mendatangi langsung ke kantor PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk yang
berada di Pos Indonesia lt 6, Jl. Banda no. 30, Bandung. Sesampainya disana,
peneliti diperkenalkan dengan HRD perusahaan, kemudian peneliti menjelaskan
maksud dan tujuan peneliti datang kesana dan langsung diberikan kontak Head of
Marketing Communication PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk yaitu Ibu
Rima Puspitawati. Peneliti langsung menghubungi kontak tersebut melalui aplikasi
whatsapp dan langsung di respon dengan sangat baik. Selanjutnya peneliti bertemu
dengan key informant di tempat yang sama dan melakukan wawancara terkait
rebranding MGo Shuttle.
3.5.2 Rapport
Dalam menjalin hubungan dengan key informant pertama-tama peneliti
memperkenalkan diri dan menjelaskan secara lengkap maksud dan tujuan peneliti,
pada tahap ini peneliti sudah menghubungi informan melalui aplikasi whatsapp
pada jam kerja. Kemudian peneliti meminta kesediaan informan untuk bertemu
dan melakukan wawancara.
61
Setelah mendapatkan jadwal untuk bertemu dengan informan, peneliti
selalu datang lebih awal. Dalam setiap wawancara yang dilakukan sebelum
memulai menanyakan poin-poin yang terdapat dalam pedoman wawancara,
peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada informan dan menceritakan
sedikit latar belakang penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti.
Dalam proses wawancara sebisa mungkin peneliti bertanya dengan bahasa
yang informal dan sebisa mungkin mengarahkan pembicaraan agar tidak meluas
dan keluar dari pedoman wawancara. Setelah wawancara selesai dan peneliti
pulang dari tempat wawancara, peneliti kembali menghubungi informan untuk
mengucapkan terimakasih atas kesediaannya berbagi informasi dan
pengalamannya dalam wawancara.
3.6 Subjek dan Objek Penelitian
3.6.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab atas
proses rebranding MGo Shuttle khususnya yang memiliki peran penting dalam
mengambil keputusan. Peneliti menentukan subjek atau informan berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu atas dasar kesesuaian dan pengetahuan atas permasalahan
dan tujuan penelitian (Kriyantono, 2008:154). Hal ini diperlukan untuk menjaga
validitas dan reliabilitas data.
Langkah awal peneliti dalam mencari narasumber adalah menetapkan
terlebih dahulu beberapa orang sebagai key informan. Selanjutnya, untuk batasan
62
jumlah informan, peneliti membatasi sampai menemukan data jenuh. Data jenuh
adalah kapan, di manapun, dan dengan siapapun diajukan pertanyaan yang sama
jawabannya. Dimana subjek penelitian yang telah dijelaskan yaitu Rima
Puspitawati, Fransisca Wulandari, dan Edies Prinda.
3.6.2 Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah rebranding. Rebranding pada penelitian ini
dilakukan oleh MGo Shuttle yang merupakan salah satu lini bisnis dari perusahaan
jasa transportasi PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk. Dimana dalam
penelitian ini, proses rebranding yang akan dibahas adalah proses rebranding
melalui empat tahapan proses, yaitu repositioning, renaming, redesigning, dan
relaunching,
3.6.2.1 Sejarah Perusahaan
Secara historis PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk merupakan nama
baru dari PT Cipaganti Citra Graha Tbk, sebuah perusahaan terbuka yang berawal
dari usaha kecil jual beli mobil bekas di Bandung pada sekitar tahun 1985.
Kemudian perusahaan terus berkembang dan berhasil membuktikan eksistensinya
sebagai salah satu perusahaan transportasi yang dikenal oleh masyarakat
khususnya para pengguna jasanya.
Pada perkembangan selanjutnya, diakhir tahun 2014 terjadi perubahan
pemegang saham mayoritas yang menjadi pemegang kendali perusahaan.
Dibentuklah manajemen baru, yang terus berupaya memperbaiki kinerja usaha dan
63
pembenahan permasalahan-permasalahan perusahaan. Termasuk dengan memberi
nuansa baru melalui langkah penggantian nama PT. Cipaganti Citra Graha Tbk.
menjadi PT. Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk. disusul dengan re-
branding atas sejumlah layanan bisnis di CMNC.
Pada tanggal 19 Maret 2015, PT Cipaganti Citra Graha Tbk telah menyepakati
perubahan nama perusahaan. Nama baru yang dipilih adalah PT Citra Maharlika
Nusantara Corpora (CMNC) Tbk. Perubahan ini juga terjadi pada unit-unit bisnis
mereka: Taksi Cipaganti yang berubah nama menjadi Taxi Cab, layanan shuttle
kelas premium Cipaganti menjadi MGo Shuttle, sementara unit-unit bisnis travel
dan layanan shuttle kelas standar tetap menggunakan nama Sararea.
3.6.2.2 Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan kelas dunia yang membantu masyarakat Indonesia
saling bertatap muka dan bekerjasama untuk mencapai kesejahteraan yang lebih
baik.
3.6.2.3 Misi Perusahaan
Mengembangkan sistim transportasi berskala nasional, membangun
infrastruktur transportasi, dan menyediakan sarana transportasi berbasis teknologi
mutakhir dan sumber daya manusia yang berkualitas.
64
3.6.2.4 Nilai-Nilai Perusahaan
Nilai-nilai yang ditanamkan dan ditetapkan oleh PT. Citra Maharlika
Nusantara Coropra Tbk, yaitu:
1. P. Positive
(senantiasai konstruktif dalam karakter, berpikir, dan bertindak)
2. I. Initiative
(memiliki kemampuan bertindak dan mengambil kesempatan
sebelum pihak lain melakukan)
3. L. Listening
(bersedia mendengar masukan, baik dari rekan kerja, atasan
maupun pelanggan)
4. O. Optimistic
(bekerja dengan semangat dan yakin bisa berkontribusi terbaik)
5. T. Trustworthy
(bisa dipercaya dan penuh integritas, tetap menjunjung kejujuran
dan menghasilkan kinerja terbaik tanpa pengawasan sekalipun)
65
3.6.2.5 Logo Brand
Gambar 3.1 Logo MGo Shuttle
3.6.2.6 Struktur Organisasi
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk
66
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik bagaimana data itu bisa ditemukan,
digali, dikumpulkan, dan dikategorikan. Menurut Cresswel (2007 : 120), dalam
studi kualitatif terdapat tiga teknik untuk mengumpulkan data, yaitu:
3.7.1 Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data yang utama pada
penelitian ini karena dengan metode inilah esensi dari fenomena yang diamati
dapat diceritakan dari sudut pandang orang pertama. Dengan demikian, ketika
observasi partisipan sangat berguna bagi penelitian kualitatif yang lain, boleh
jadi wawancara lebih penting dari observasi partisipan. Namun, perlu disadari
bahwa wawancara bukanlah teknik penelitian satu-satunya pada penelitian ini.
Masih terdapat teknik lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data.
Wawancara pada penelitian biasanya dilakukan secara informal, interaktif
(percakapan), dan melalui pertanyaan dan jawaban yang terbuka. Walaupun
pada awalnya peneliti sudah mempersiapkan daftar pertanyaan, pada
kenyataannya tidak kaku mengikuti daftar pertanyaan yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara kepada pihak-
pihak yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program ini dan juga
orang yang dianggap kompeten dan dapat membantu penelitian ini yaitu
67
Department Marketing Communications PT Citra Maharlika Nusantara
Corpora Tbk yang merencanakan dan melaksanakan program-program untuk
mendukung proses rebranding MGo Shuttle tersebut.
3.7.2 Observasi
Observasi memungkinkan peneliti untuk melihat sendiri pemahaman
yang tidak terucapkan, bagaimana teori digunakan langsung, dan sudut
pandang informan yang tidak didapat dari wawancara. Melalui observasi,
peneliti dapat menarik kesimpulan dari makna serta sudut pandang tersendiri
mengenai peristiwa yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi non-partisipatif
dengan tidak terlibat langsung dalam beberapa kegiatan yang dilakukan dalam
mendukung proses rebranding Cipaganti Travel. Peneliti juga melakukan
pengamatan hasil dokumentasi kegiatan yang tidak penulis ikuti dalam
program-program yang mendukung rebranding ini mengingat banyaknya
jumlah kegiatan yang terdapat dalam proses tersebut.
3.7.3 Studi Kepustakaan
Studi pustaka adalah salah satu teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi peneliti sosial untuk menelusuri data historis.
Sebagian besar data yang tersedia berbentuk surat, catatan harian, kenang-
68
kenangan, dan laporan. Sifat utama dari bentuk data-data tersebut tidak
terbatas dari ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti
untuk mengetahui hal-hal yang perlu. Peneliti memanfaatkan buku-buku
literature yang terkait dengan rebranding serta mempelajari data-data
perusahaan seperti proposal kegiatan, artikel perusahaan, serta arsip-arsip
perusahaan yang terkait dengan kepentingan program tersebut. Studi literature
dilakukan dengan melihat berbagai buku dan jurnal yang relevan juga
beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna untuk
membandingkan hasil penelitian.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi
terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan
menulis catatan singkat sepanjang penelitian (Creswell, 2009:274).
Berikut adalah langkah-langkah analisis data dengan menggunakan Model
Interaktif Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011: 334) :
1. Reduksi Data Semakin lama waktu peneliti berada di lapangan, maka
jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Reduksi data (data
reduction) merupakan upaya yang dilakukan peneliti selama analisis data
dilakukan dan merupakan langkah yang tidak terpisahkan dari analisis data.
Tahapan reduksi data meliputi :
69
a. Melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas
data. Peneliti melakukan editing dalam transkrip wawancara dan
pengelompokan dan meringkas data yang dilakukan dengan cara
membuat matriks wawancara.
b. Peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo) mengenai
berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta
prosesproses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema,
kelompokkelompok, dan pola-pola data. Peneliti membuat catatan
pribadi selama penelitian mengenai data atau gejala tertentu.
c. Peneliti menyusun rancangan konsep-konsep (mengupayakan
konseptualisasi) serta penjelasan-penjelasan berkenaan dengan tema,
pola, atau kelompok data bersangkutan. Rancangan dilakukan oleh
peneliti untuk melengkapi tinjauan pustaka dan metodologi penelitian
yang menghasilkan kerangka pemikiran.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam
penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Tahapan dalam penyajian data (data
display) meliputi : Mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok)
data yang satu dengan (kelompok) data yang lain hingga seluruh data yang
70
dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan; Data yang tersaji
berupa kelompok-kelompok atau gagasan yang kemudian saling
dikaitkaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan;
Gambarangambaran dan diagram yang menunjukkan keterkaitan antara
gejala satu dengan gejala lain sangat diperlukan untuk kepentingan analisis
data (Sugiyono, 2011: 334).
3. Penarikan dan Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusion)
Menurut Sugiyono (2011: 342), kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
yang kredibel dan jika tidak maka tidak kredibel. Peneliti pada dasarnya
mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-
pola data yang ada atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat.
3.9 Validasi dan Keabsahan Data Penelitian
Untuk menghindari kesalahan, kekeliruan data yang terkumpul, perlu
dilakukan pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data didasarkan
pada derajat kepercayaan dengan teknik triangulasi.
71
Triangulasi merupakan teknik pengecekan keabsahan data yang didasarkan
pada sesuatu diluar data untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding
terhadap data yang telah ada.
Salah satu cara paling penting dalam uji keabsahan hasil penelitian adalah
dengan melakukan triangulasi. Dengan mengacu kepada Denzim (1978) dalam
Bungin (2009 : 256) maka pelaksanaan teknis dari langkah pengujian keabsahan
ini akan memanfaatkan peneliti, sumber, dan teori.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.
Menurut Moleong dan Bardiansyah dalam Bungin (2009 : 256-257) teknik
Triangulasi dengan sumber data ini dilakukan dengan membandingan dan
mengecek baik derajat kepecarcayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan cara yang berbeda dalam melakukan kualitatif yang dilakukan dengan:
(1) Membandingkan data hasil pengamatan wawancara. (2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. (3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. (4) Membandingkan dengan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa. (5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau alas an-alasan terjadi perbedaan.
Tahap triangulasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan semua
informasi yang diperoleh dari beberapa sumber data atau informan, lalu melakukan
pengecekan dan pembanding, baik dari pihak yang bertanggung jawab atas proses
72
rebranding MGo Shuttle maupun praktisi yang mengerti akan proses rebranding
yang dilakukan. Pada penelitian ini, peneliti memilih satu triangulator yang
menjadi acuan penelitian ini, yaitu:
Triangulator
Nama : Bambang Sukma Wijaya
Status : Brand Analist Strategist & Culturalist
Tempat bekerja : Universitas Bakrie Jakarta
3.10 Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian ini berlokasi di PT Citra Maharlika Nusantara
Corpora Tbk yang beralamat di Graha Pos Indonesia lt 6, Jl. Banda no. 30,
Bandung. Tempat tersebut adalah dimana key informan bekerja. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September-November 2016.