BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar...

27
93 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan sosiolinguistik dengan menggunakan bahasa dalam penggunaannya di dalam masyarakat sebagai objek dan sasaran penelitian. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini juga termasuk dalam penelitian sosiolinguistik dengan cara menguraikan secara jelas bentuk pemakaian bahasa tersebut. Hal ini didukung dengan penjelasan Mahsun (2005, hlm. 226-227) yang menyatakan bahwa bidang garapan bahasa yang erat kaitannya denganpenggunaan bahasa itu didalam sebuah masyarakat merupakan bidang kajian penelitian sosiolinguistik. Penelitian ini akan membedah secara jelas hal empiris antara penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Dayak Bidayuh di masyarakat perbatasan dengan mengaitkan antara faktor sosial kemasyarakatan dan faktor-faktor ekstralinguistik yang terjadi dalam proses pengumpulan data lapangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian bukan berupa angka-angka dan bukan merupakan pengadaan data secara statistik, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan dokumen resmi lainnya. Adapun tujuan dari penelitian kualitatif ialah untuk menggambarkan realita empirik dibalik fenomena yang terjadi di lapangan secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu, penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku (Moleong, 2004 hlm.131). Selain itu penelitian kualitatif juga melibatkan beberapa tahapan penelitian dengan cara menggabungkan pengumpulan data, catatan lapangan, transkripsi wawancara, dokumen, gambar hingga hasil sketsa sementara terhadapa data verbal dan nonverbal yang ditemukan selama proses penelitian demi menghasilkan temuan yang akurat dan relevan dengan antara subjek, objek, dan hasil penelitian (Dey,

Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar...

Page 1: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

93

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Latar Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan menggunakan

pendekatan sosiolinguistik dengan menggunakan bahasa dalam penggunaannya di

dalam masyarakat sebagai objek dan sasaran penelitian. Berdasarkan hal tersebut,

penelitian ini juga termasuk dalam penelitian sosiolinguistik dengan cara

menguraikan secara jelas bentuk pemakaian bahasa tersebut. Hal ini didukung

dengan penjelasan Mahsun (2005, hlm. 226-227) yang menyatakan bahwa bidang

garapan bahasa yang erat kaitannya denganpenggunaan bahasa itu didalam sebuah

masyarakat merupakan bidang kajian penelitian sosiolinguistik. Penelitian ini akan

membedah secara jelas hal empiris antara penggunaan bahasa Indonesia dan

bahasa Dayak Bidayuh di masyarakat perbatasan dengan mengaitkan antara faktor

sosial kemasyarakatan dan faktor-faktor ekstralinguistik yang terjadi dalam proses

pengumpulan data lapangan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian bukan berupa angka-angka dan bukan

merupakan pengadaan data secara statistik, melainkan data tersebut berasal dari

naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan

dokumen resmi lainnya. Adapun tujuan dari penelitian kualitatif ialah untuk

menggambarkan realita empirik dibalik fenomena yang terjadi di lapangan secara

mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu, penggunaan pendekatan kualitatif

dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mencocokkan antara realita

empirik dengan teori yang berlaku (Moleong, 2004 hlm.131). Selain itu penelitian

kualitatif juga melibatkan beberapa tahapan penelitian dengan cara

menggabungkan pengumpulan data, catatan lapangan, transkripsi wawancara,

dokumen, gambar hingga hasil sketsa sementara terhadapa data verbal dan

nonverbal yang ditemukan selama proses penelitian demi menghasilkan temuan

yang akurat dan relevan dengan antara subjek, objek, dan hasil penelitian (Dey,

Page 2: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

94

2005, hlm. 15). Dalam hal ini penelitian kualitatif dapat juga disimpulkan sebagai

penelitian yang menggambarkan hasil temuan dilapangan yang benar-benar sesuai

antara subjek dan struktur temuan, yang detail, relevan, dan berkesinambungan

satu sama lain.

Teori yang digunakan dalam mengoperasionalkan kajian etnografi

komunikasi pada penelitian ini merujuk pada teori Hymes yang mencakup segala

komponen penting yaitu masyarakat tutur, aktivitas komunikasi, komponen

komunikasi, kompetensi komunikasi, dan varietas bahasa. Pendekatan ini

digunakan untuk memahami makna gejala komunikasi antaretnik. Suyitno (2006,

hlm. 263) menyatakan bahwa dalam komunikasi antaretnik merupakan hubungan

komunikasi antara individu yang berbeda budaya, misalnya antara suku bangsa,

etnik, ras, dan sosial. Komunikasi ini kebanyakan bersifat lisan sehingga ide yang

disampaikan lebih langsung dan nyata (lebih memiliki sense of communication).

Akibatnya, kerjasama antarpartisipan lebih nyata, interaktif secara langsung,

bersifat resiprokal, dan proses komunikasi yang terjadi menjadi lebih bervariasi,

terutama yang berkait dengan prinsip kerjasama, kesantunan, solidaritas, dan

negoisasi makna.

Teori tentang kedudukan dan fungsi bahasa dikaitkan dengan kajian

sosiolinguistik tentang ragam bahasa dan bilingualisme menurut Fishman.

Keterkaitan antara etnografi komunikasi dan sosiolinguistik terletak pada kajian

bahasa pada sebuah etnisitas yang erat kaitannya dengan penggunaan bahasa di

wilayah perbatasan Kalimantan Barat yang merujuk pada etnis yang mendiami

wilayah tersebut. Semua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses

analisis data. Hal ini dilakukan dalam upaya menemukan solusi yang tepat untuk

mempertahankan eksistensi bahasa nasional dan daerah yang proporsional di

wilayah perbatasan Kalimantan Barat. Pendekatan tersebut akan sangat relevan

dalam upaya mendeskripsikan pemertahanan bahasa Indonesia dan bahas Dayak

Bidayuh di kawasan perbatasan Kalimantan Barat dari sudut pandang kedudukan,

fungsi, peran, dan strategi pemertahan bahasa.

Page 3: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

95

3.2 Lokasi, Data, dan Sumber Data Penelitian

Pada penelitian kualitatif, data dan sumber data dipengaruhi juga dari

pendekatan apa yang digunakan dalam mendapatkan dan menganalisisnya. Pada

penelitian yang menggunakan pendekatan etnokomunikasi tentunya erat dengan di

mana lokasi pengambilan data yang tentunya berkaitan langsung dengan

lingkungan sosial masyarakat tertentu. Terkait dengan hal tersebut, berikut hal-hal

yang berkaitan dengan lokasi, data, dan sumber data dalam penelitian ini.

3.2.1 Lokasi atau Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat di

Kecamatan Entikong tepatnya di lima desa dengan jumlah dusun sebanyak 29

dusun. Dusun tersebut antara lain Entikong, Entikong Benuan, Entikong

Tapang, Sontas, Serangkang, Serangkang Raya, Merau,Peripin, Semanget,

Semeng, Panga, Nekan, Punti Tapau, Punti Engkaras, Punti Kayan, Punti

Meraga, Grama Jaya, Entabang, Mangkau, Pala Pasang, Suruh Engkadok, Suruh

Tembawang, Pool, Gun Jemak, Badat Lama, Sekajang, Senutul, Badat Baru,

dan Gun Tembawang. Pemilihan lima desa tersebut didasarkan pada

kemudahan akses serta merupakan wilayah jalur yang menjadi titik mobilitas

perdagangan perbatasan Kalimantan Barat yang ramai.

Selain itu, untuk kepentingan uji kelayakan bahan ajar akan dilaksanakan

penelitian di Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP PGRI Pontianak. Lokasi

tempat uji kelayakan bahan ajar ini dipilih oleh peneliti dengan

beberapa pertimbangan, diantaranya adanya ketepatan penerapan hasil

penelitian dengan salah satu mata kuliah yang terdapat di IKIP PG RI

Pontianak, selain hal tersebut, masyarakat akademik di IKIP PGRI

Pontianak khususnya prodi pendidikan bahasa Indonesia masih cukup

lekat dengan penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia yang

biasa berdampingan. Selanjutnya, dipandang dari hal subjek tifitas,

secara personal peneliti sudah cukup lama mengenal wilayah, kondisi

sosial, dan mobilitas masyarakat di kecamatan dan kampus tersebut, dengan

Page 4: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

96

ditunjang bahwa peneliti juga merupakan bagaian akademisi dan tenaga pendidik

di kampus tersebut dan telah lama bermukim di wilayah lokasi penerapan uji

bahan ajar mendatang. Oleh sebab itu, Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai

instrumen kunci sekaligus pengumpul data.

3.2.2 Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa tuturan, angket, dan hasil wawancara yang

diambil dari hasil observasi mendalam pada masyarakat di sepuluh dusun di desa

Entikong dan Semanget. Data tersebut didapat dari narasumber dengan berbagai

latar belakang profesi. Hal ini penting untuk mendapatkan data mengenai ragam

bahasa tiap profesi dan kecenderungan pemilihan bahasa yang mereka gunakan

dalam berbagai konteks.

3.2.3 Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat di 29 dusun di lima

desa di Kecamatan Entikong. Untuk mengefektifkan penelitian dalam upaya

kecukupan data maka peneliti mengambil dari kelompok terbaik (yang dinilai

akan memberikan informasi yang cukup) untuk dipilih menjadi responden

penelitian. Diperlukan adanya pertimbangan yang cermat dalam memilih

kelompok kunci sebagai sampel yang didasarkan pada kriteria tertentu yang khas.

Berdasarkan pertimbangan yang sifatnya visibel sesuai dengan yang

diuraikan Spradley (2007 hlm. 46) responden ialah siapa saja yang menjawab

daftar pertanyaan penelitian dengan memberikan informasi tentang kebudayaan

yang menjadi tolokukur peneliti untuk merumuskan hasil penelitian. Dalam hal

ini, responden menjawab penelitian sesuai dengan yang diajukan oleh peneliti.

Penelitian etnografis, di lain pihak, lebih tergantung sepenuhnya pada bahasa

informan. Pertanyaan pun muncul dari budaya informan (Roberts, Bryam, Barro,

Jordan, Street, 2001 hlm. 109). Mewawancarai informan bergantung pada

sejumlah keterampilan interpersonal. Dalam hal ini termasuk keterampilan

mengajukan pertanyaan, mendengarkan, dan mengambil sikap pasif,

Page 5: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

97

menampakkan minat verbal terhadap orang lain, dan menunjukkan minat dengan

kontak mata serta cara nonverbal lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, responden dalam penelitian ini adalah masyarakat

wilayah perbatasan Kalimantan Barat di Desa Entikong, Semanget, Nekan, Pala

Pasang, dan Suruh Tembawang serta mahasiswa pada mata kuliah

Sosiolinguistik di IKIP PGRI Pontianak. Sampel untuk mendapatkan data dari

instrumen pada masyarakat di wilayah perbatasan Kalimantan Barat (Desa

Entikong, Semanget, Nekan, Pala Pasang, dan Suruh Tembawang) akan

digunakan untuk mengetahui kecenderungan bahasa mana yang digunakan sesuai

konteks dan profesi. Hal ini akan dipandu dengan masalah dan tujuan penelitian

dengan menggunakan angket observasi dengan teknik wawancara. Responden

yang diambil berjumlah 10 orang perdusun yang totalnya berjumlah 300

responden dengan berbagai latar belakang profesi.

Berbeda dengan informan dan responden utama, responden yang berasal

dari kalangan mahasiswa disiapkan khusus untuk menilai kelayakan modul yang

disusun oleh peneliti. Responden dari kalangan dipilih dengan beberapa

pertimbangan dari keseluruhan mahasiswa di Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia

IKIP PGRI Pontianak kemudian menjadi beberaparesponden mahasiswa terpilih

untuk mendapatkan data dari instrumen pertanyaan yang disiapkan untuk

mengetahui keefektifan dan kelayakan bahan ajar modul sosiolinguistik berjudul

Penggunaan Bahasa Bilingualisme dan Pemertahanan Bahasa (Kajian

Sosiolinguistik di Kalimantan Barat) yang merupakan pengembangan dari hasil

penelitian. Responden yang dilibatkan dan terpilih sebanyak 30 orang

mahasiswa yang sedang mengikuti perkuliahan pada mata kuliah sosiolinguistik

di IKIP PGRI Pontianak.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sequential

exploratory. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan

secara berurutan dalam pengumpulannya. Data yang diambil baik data kualitatif

Page 6: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

98

maupun data kuantitatif akan saling menunjang satu sama lain. Dalam penelitian

ini pengumpulan datanya menggunakan:

3.3.1 Observasi

Obsevasi (pengamatan) adalah pengumpulan data yang dilakukan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narbuko,

2005 hlm.70). Kegiatan mengobservasi harus fokus pada suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indera. Dengan demikian, mengobservasi dapat

dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.

Pada sebuah penelitian, observasi yang dimaksud tentunya menggunakan tes,

kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara yang tentunya juga dicermati

secara mendalam saat proses pengambilan data tersebut. Observasi dapat

dilakukan dengan dua cara yakni observasi sistematis dan observasi nonsistematis.

Obsevasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan

pedoman sebagai instrumen pengamatan. Adapun yang dimaksud observasi

nonsistematis dilakukan oleh pengamat yang tidak menggunakan instumen

pengamatan (Arikunto, 2006 hlm.157).

Sejalan dengan hal tersebut, diperlukan keterlibatan peneliti sebagai

observer yang berperan aktif dalam berbagai tahapan pengumpulan data secara

langsung di lapangan. Hal ini dikarenakan penelitian kualitatif dengan melibatkan

kegiatan observasi partisipatif, penelitti memainkan peran selayaknya yang

dilakukan subjek peneliti (Somekh dan Lewin, 2005 hlm. 58). Sejalan dengan hal

tersebut, dalam penelitian ini digunakan teknik observasi yang bersesuaian dengan

tujuan utama etnografi dalam memahami pengalaman manusia, apa yang

dikerjakan (cultural behaviour), apa yang diketahui (cultural knowledge) dan apa

yang digunakan (cultural artifact) (Syamsuddin & Damaianti, 2009, hlm.100).

hubungan dari masing-masing keterlibatan tersebut diharapkan mampu menjawan

situasi dan konteks sosial yang terjadi di lapangan guna merumuskan hasil

penelitian yang bersesuaian dengan rumusan masalah yang telah dibuat

sebelumnya.

Page 7: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

99

Obesrvasi dilakukan sebelum dilakukan penelitian secara menyeluruh

terhadap subjek penelitian. Observasi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui

kondisi dan situasi tentang lokasi dan permasalahan yang terdapat di wilayah

tempat dilakukannya penelitian. Selanjutnya, kegiatan observasi dilakukan dalam

dua tahap yakni observasi awal dan observasi dalam rangka menyamakan situasi

kondisi di lapangan dengan data temuan penelitian yang diperoleh pada saat

pengambilan data awal hingga proses verifkasi data temuan akhir. Hal ini

bertujuan agar data yang diperoleh bersifat ajeg dan tidak mengada-mengada.

Yang selanjutnya dilakukan pula tahap validasi data dengan menggunakan teknik

pengumpulan data, teknik analisis data dan selanjutnya diperkuat dengan teknik

validasi yang dilakukan peneliti bersama dosen pembimbing dan teman sejawat

yang berkompeten.

Pada penelitian ini, peneliti mengobservasi ke wilayah perbatasan

Kalimantan Barat (dilima dusun di Desa Entikong) dan IKIP PGRI Pontianak

dengan menggunakan observasi sistematis dan terbuka. Hal ini dilakukan

pengamanta secara langsung kebijakan masyarakat dalam pemilihan bahasa saat

berkomunikasi diperbatasan Kalimantan Barat dan mahasiswa dalam menilai dan

mengikuti mata kuliah sosiolinguistik dengan bahan ajar yang telah disusun.

Banyak yang dapat dilakukan melalui teknik observaasi antara lain peneliti

menyadap penggunaan bahasa dari informan baik melalui rekaman, catatan, dan

pengambilan gambar (foto). Pada saat-saat tertentu, peneliti tidak berpartisipasi

langsung tapi hanya bersifat sebagai pemerhati atau pengamat dan tidak terlibat

secara langsung dalam percakapan. Namun, dengan penuh ketekunan peneliti

menyimak dan menyadap apa yang dituturkan oleh para partisipan. Hal ini

dilakukan agar komunikasi yang mereka lakukan berjalan secara alamiah. Dalam

proses observasi tersebut, peneliti dapat melakukan pencatatan mengenai berbagai

hal yang terjadi dan proses pengambilan data secara langsung yang kemudian

baru dilakukan interpretasi terhadap hasil pengamatan tersebut.

Page 8: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

100

3.3.2 Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan pada dua orang atau lebih dengan bertatap muka secara langsung

untuk mendapatkan informasi (Narbuko, 2005 hlm.83). Wawancara dilakukan

oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara

untuk menilai keadaan seseorang. Berdasarkan bentuknya, wawancara dibedakan

menjadi dua yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur (Arikunto,

2006 hlm.155).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur

dan mendalam (deep interview) oleh beberapa individu pada komunitas atau

profesi yang beragam di wilayah perbatasan Kalimantan Barat (desa Entikong dan

desa Semanget). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data dan fakta unik dari

percakapan yang mengalir dan dapat dilakukan secara semuka atau dalam jaringan

komunikasi telepon. Teknik ini akan memberi keuntungan bagi pihak yang

pewawancara agar dapat membimbing pembicaraan agar tidak keluar dari tema.

Namun, pada teknik ini diperlukan keluwesan dan retorika yang baik agar orang

yang diwawancarai merasa tidak canggung. Keluwesan yang dimaksud disini

adalah adanya kemungkinan untuk berimprovisasi jika diperlukan dan ditemukan

fakta unik yang menarik untuk digali. Hal ini juga dilakukan antar individu dan

kelompok dalam sebuah komunitas yang sama misalnya saat ada acara adat. Hal

ini, sejalan dengan pendapat Danzin dan Lincoln (2009) bahwa wawancara dapat

dilakukan secara berkelompok berupa pengajuan beberapa pertanyaan sistematik

kepada beberapa individu mewakili kelompok secara serempak. Pada tahap ini,

wawancara dilakukan pada masyarakat di 10 dusun di Desa Entikong dan Desa

Semanget serta mahasiswa IKIP PGRI Pontianak.

3.3.3. Angket

Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan

mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti (Narbuko, 2005

hlm.76). Hal ini sejalan degan pendapat Arikunto (2006) bahwa angket atau

Page 9: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

101

questioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden. Angket atau questioner dalam penelitian

bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai sikap berbahasa untuk

mengetahui kedudukan dan fungsi serta kontribusi dalam pemertahanan

penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Dayak Bidayuh di daerah perbatasan

Kalimantan Barat. Selain itu, angket tersebut digunakan juga untuk medapatkan

data mengenai kelayakan modul yang telah dikembangkan untuk pembelajaran

mata kuliah sosiolinguistik di IKIP PGRI Pontianak.

3.3.4 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi (documentry study) merupakan suatu tekning

pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,

baik dokumen tertulis maupun dokumen tak tertulis seperti gambar dan

elektronik. (Sukamadinata, 2007 hlm.221). Dokumen-dokumen tersebut dipilih

sesuai dengan kajian penelitian.

Dalam penelitian ini, dokumen-dokumen yang digunakan berupa tuturan

dalam pada dokumen sejarah maupun referensi lain berupa video maupun

rekaman suara misalnya saat acara adat berlangsung yang tentunnya mengenai

penggunaan bahasa Dayak Bidayuh di Kalimantan Barat. Hal tersebut dapat

membantu dalam proses pengambilan data dan analisis data tentang pemertahanan

bahasa di wilayah perbatasan Kalimantan Barat.

3.3.5 Focus Group Discussion

Focus Group Discussion (FGD) merupakan metode pengumpulan data yang

lazim digunakan pada penelitian kualitatif sosial. Metode ini mengandalkan data

atau informasi dari suatu interaksi informan atau responden berdasarkan hasil

diskusi dalam suatu kelompok yang berfokus pada bahasan untuk menyelesaikan

permasalahan. Data atau informasi yang diperoleh melalui teknikini selain

merupakan informasi kelompok juga merupakan suatu pendapat dan keputusan

kelompok. Keunggulan menggunakan metode FGD adalah memeberikan data

yang lebih kaya dan memberikan nilai tambah pada data yang tidak diperoleh

ketika menggunakan metode pengumpulan data lain.

Page 10: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

102

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang

umumnya dilakukan pada penelitin kualitatif dengan tujuan menemukan makna

sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. FGD dimaksudkan untuk

menghindari pemaknaan yang salah terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

Ciri khas metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitatif lainnya

(wawancara mendalam atau observasi) adalah interaksi antara peneliti dengan

informan dan informan dengan informan penelitian (Sutopo, 2006 hlm. 112).

Metode FGD merupakan salah satu metode pengumpulan data penelitian

dengan hasil akhir memberikan data yang berasal dari hasilinteraksi sejumlah

partisipan suatu penelitian, seperti umumnya metode-metode pengumpulan data

lainnya. Berbeda dengan metode pengumpulan data lainnya, metode FGD

memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya, merupakan metode pengumpulan

data untuk jenis penelitian kualitatif dan data yang dihasilkan berasal dari

eksplorasi interaksi sosial yang terjadi ketika proses diskusi yang dilakukan para

imforman yang terlihat (Lehooux,Poland, & Daudelin, 2006).

Menurut Bungin (2012 hlm 131) mendefinisikan Focus Group Discussion

(FGD) adalah:

Sebuah taknik pengumpulan data yang umum dilakukan pada penelitian

kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menerut pemahaman

sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan suatu kelompok

berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD

juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah seorang peneliti

terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

Jadi, FGD merupakan suatu teknik pengumpulan data dari suatu kelompok

berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. Teknik

ini digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap makna-makna intersubjektif

yang sulit dimaknakan sendiri oleh peneliti karena dihalangi oleh dorongan

subjektivitas peneliti. Fokus dalam FGD adalah fenomena yang dirasakn banyak

orang, atau pemunculannya dilakukan oleh banyak orang, atau pemunculannya

dilakukan oleh banyak, dan melibatkan banyak orang serta fenomenanya

berlangsung diantara banyak orang (Bungin, 2012 hlm 132).

Page 11: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

103

Pelaksanaan diskusi dipimpin langsung oleh peneliti sendiri yang sekaligus

mencatat pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada saat diskusi berlangsung dan

bertugas mengatur jalannya diskusi dengan baik, bahan diskusi dicatat dalam

transkrip yang lengkap, termasuk komentar peserta lain dan kejadian khusus saat

diskusi berlangsung.

Pelaksaan Focus Group Discussion (FGD) dalam penelitian ini dilakukan

pada hari jumat tanggal 5 oktober 2018. Data yang dihasilkan berasal dari

eksplorasi interaksi sosial yang terjadi ketika proses diskusi yang dilakukan para

imforman yang terlibat, dalam hal ini para imforman yang dihadirkan merupakan

pakar tokoh masyarakat Dayaktologi, Balai Bahasa Kalimantan Barat, ketua adat

dayak Bidayuh, dan kalangan akademisi ( dosen Prodi Pendidikan Bahasa

Indonesia IKIP PGRI Pontianak dan Universitas Tanjungpura) serta mahasiswa

Pendidikan Bahasa Indonesia.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, lembar

wawancara (interview), lembar angket (questioner) kelayakan bahan ajar, dan

dokumentasi. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah penelitian sendiri yang

dibantu dan didukung oleh instrumen lainnya sebagai berikut:

3.4.1 Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk menjadi media peneliti dalam mencatat

secara singkat hal-hal penting saat berada dilingkungan masyarakat perbatasan

khususnya dalam konteks kebahasaan. Selain itu, peneliti juga akan

memanfaatkan alat perekam suara dan gambar untuk menyadap tuturan saat

masyarakat sedang berkomunikasi. Berikut kisi-kisi lembar observasi yang

disiapkan dalam pengambilan data.

Page 12: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

104

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi

Tentang Kedudukan, Fungsi, Sikap, dan Strategi Berbahasa.

Jenis Informasi Tujuan Konteks

Pemaka ian BI dan

BDB dalam situasi

kebahasaan (formal

dan nonformal).

Mengetahui

gambaran sosiolinguistik

masyarakat di perbatasan

Kalimantan Barat

1. Mengamati gejala

bilingualisme ataupun

multiliualisme

2. Mengamati pewarisan bahasa

pertama (B1) dan bahasa ke

dua (B2)

3. Mengamati wawasan

kebahasaan secara umum

(lokal dan nasional)

Pemakaian BI dan

BDB dalam berbagai

ranah untuk

mengetahui fungsi

kedua bahasa

tersebut.

Mengetahui

kedudukan dan fungsi

bahasa sesuai konteks

1. Mengamati bagaimana situasi

pemakaian BI dan BDB di

lingkungan keluarga (keluarga

inti, besar, dan tetangga).

2. Mengamati bagaimana situasi

pemakaian BI dan BDB di

lingkungan kerja (Petani, PNS,

Polisi/Polri, pedagang, pemuka

agama, dan pemuka)

3. Mengamati bagaimana

situasi pemakaian BI dan BDB

dilingkungan akademisi

(sekolah atau kampus) oleh

pelajar.

4. Mengamati bagaimana situasi

pemakaian BI dan BDB

dilingkungan pasar

(perdagangan barang, jasa, dan

penukaran mata uang).

5. Mengamati bagaimana situasi

pemakaian BI dan BDB

dilingkungan religius dan adat

(kegiatan keagamaan pesta

adat, pernikahan adat, dan

hukum adat).

Loyalitas masyarakat

terhadap BI dan BDB

untuk mengukur

sikap berbahasa

Mengetahui sikap

berbahasa dari berbagai

konteks

1. Mengamati bagaimana sikap

masyarakat memandang BI

dan BDB sebagai jati diri

bangsa dan suku ditengah-

tengah komunitas lain.

2. Mengamati bagaimana sikap

masyarakat memandang BI

dan BDB sebagai alat

komunikasi utama dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Mengamati sikap masyarakat

Page 13: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

105

jika tidak menggunakan BI dan

BDB dalam berbagai aktivitas

sehari-hari (formal dan

nonformal).

4. Mengamati sikap masyarakat

jika anak-anak tidak

menggunakan BI dan BDB

dalam berbagai aktivitas

sehari-hari (sebaya dan orang

yang lebih tua).

5. Mengamati bagaimana sikap

masyarakat melihat generasi

muda yang cenderung

meninggalkan bahasa daerah

saat berkomunikasi sesamanya

atau antaretnis.

6. Mengamati bagaimana sikap

masyarakat saat kosakata BDB

diganti dengan kosakata BI.

7. Mengamati bagaimana reaksi

masyarakat jika ada imbauan

pemakaian BDB dalam

berbagai momen Pemda.

Strategi

pemertahanan BI dan

BDB di kawasan

perbatasan

Kalimantan Barat

Mengetahui

pendapat responden

tentang program dan

strategi pemertahanan

bahasa Indonesia dan

bahasa daerah

1. Mengamati proses

pembelajaran BI dan BD di

Sekolah Dasar (SD).

2. Mengamati upaya sekolah

dalam menyediakan literasi

bahasa (bahan ajar atau

fasilitas lainnya) mengenai

pembelajaran BI dan BD di

Sekolah Dasar (SD)

3. Mengamati upaya pemerintah

daerah dalam mempertahankan

BI dan

BDB dilingkungan desa.

4. Mengamati seberapa besar

tingkat keseriusan Pemda

menetapkan BDB sebagai mata

pelajaran muatan lokal.

5. Mengamati seberapa besar

tingkat keseriusan lembaga

adat dan agama dalam

melestarikan BDB

Penyusunan lembar observasi merujuk pada pendapat Arka (2011, hlm. 38)

bahwa permertahanan dan revitalisasi bahasa tidak terlepas dari konteks tentang

perubahan bahasa (language change), peralihan bahasa (language shift), dan

Page 14: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

106

kepunahan bahasa (language death). Sesuai dengan kajian yang akan meneliti

apakah terdapat pergeseran ataupun keterdesakan bahasa daerah terhadap bahasa

nasional atau sebaliknya maka kajian tentang pemertahanan bahasa lebih

difokuskan. Ada empat faktor yang menjadi penyebab keterdesakan suatu bahasa,

yakni (1) faktor sosiolinguistis, (2) faktor demografis, (3) faktor psikologis, dan

(4) faktor ekonomi. Teori tersebut menjadi rujukan dalam menentukan strategi dan

pemertahanan bahasa di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dan dikembangkan

dalam intrumen penelitia ini.

3.4.2 Lembar Wawancara

Lembar wawancara digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu menemukan gambaran mengenai penggunaan bahasa

Indonesiadan bahasa Dayak Bidayu.disiapkan untuk mendapatkan gambaran

mengenai sikap berbahasa untuk mengetahui kedudukan dan fungsi serta

kontribusi dalam pemertahanan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Dayak

Bidayuh di daerah perbatasan Kalimantan Barat. Dengan menggunakan lembar

wawancara, diharapkan partisipan (masyarakat sebagai informan) bisa lebih

leluasa dan fokus dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

Berikut pedoman wawancara yang telah disiapkan.

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara Terstruktur

tentang Kedudukan, Fungsi, Sikap, dan Strategi Berbahasa

No. Ikhwal

pembahasan

Pertanyaan

1 Latar belakang sosiolinguistik

Pertanyaan umum:

1. Apakah Anda menguasai lebih dari satu atau dua

bahasa (dwibahasawan/multibahasawan)?

2. Apakah anda bisa berbahasa Indonesia?

3. Apakah anda bangga menggunakan bahasa

Indonesia (BI)?

4. Apakah anda bisa berbahasa Daya Bidayuh?

5. Apakah anda bangga menggunakan bahasa

Dayak Bidayuh (BDB)?

6. Apakah suami/istri Anda berasal dari suku yang

sama?

Page 15: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

107

7. Apakah pertambahan jumlah masyarakat

di Kecamatan Entikong dapat mempengaruhi

pemertahanan BDB?

8. Apakah pertambahan jumlah masyarakat

di Kecamatan Entikong dapat mempengaruhi

pemertahanan BI?

9. Apakah mobilitas penduduk yang semakin

meningkat akan mempengaruhi pemertahanan

BDB?

10. Apakah mobilitas penduduk yang semakin

meningkat akan mempengaruhi pemertahanan

BI?

11. Melalui pendidikan, anak-anak mendapatkan

pendidikan dan semakin paham dengan bahasa

kedua (BI). Apakah akan mengancam eksistensi

BDB?

2 Penggunaan BI

dan BDB diberbagai

konteks (kedudukan,

fungsi, dan

sikap berbahasa)

Pertanyaan khusus seputar penggunaan

bahasa

lingkungan keluarga:

A. Keluarga Inti

1. Bahasa apa yang sehari-hari anda gunakan

bila berkomunikasi dengan suami/istri saat

situasi?

2. Bahasa apa yang digunakan bersama keluarga

inti (suami, istri, dan anak) ketika membicarakan

masalah penting?

3. Bahasa apa yang digunakan anggota keluarga

inti ketika menyapa atau mengajak berbicara

(situasi santai)?

B. Keluarga Besar

1. Bahasa apa yang digunakan bersama keluarga

besar saat melaksanakan acara adat dan

membicarakan masalah penting?

2. Bahasa apa yang digunakan saat berbicara

dengan orang tua suami/istri?

3. Bahasa apa yang digunakan saat berbicara dengan

kerabat yang berada jauh di luar daerah?

4. Bahasa apa yang digunakan saat berbicara di

rumah bila dikunjungi oleh kerabat yang

sesuku dengan anda?

5. Bahasa apa yang digunakan bila berbicara lewat

HP atau telepon dengan kerabat yang sesuku

dengan anda?

Pertanyaan umum mengenai sikap berbahasa:

1. Apakah anda mengetahui sejarah

perkembangan bahasa Indonesia?

2. Apakah bahasa Indonesia adalah lambang

identitas kebangsaan?

3. Apakah hanya menggunakan bahasa Indonesia

Page 16: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

108

sudah cukup untuk berkomunikasi?

4. Setujukah jika saya menggunkaan dan

mengajarkan bahasa Indonesia di rumah dengan

suami/istri/anak?

5. Apakah anda setuju kalau keluarga yang

bahagia adalah mereka yang menggunakan

bahasa Indonesia saja?

Pertanyaan khusus sikap berbahasa terkait profesi:

1. Bahasa apa yang anda gunakan dilingkungan

tempat anda bekerja?

2. Bahasa apa yang anda gunakan saat

berinteraksi dengan rekan kerja sesama suku?

3. Bahasa apa yang anda gunakan saat

berinteraksi dengan rekan kerja berbeda suku?

4. Bahasa apa yang harusnya digunakan saat

berinteraksi dengan orang asing (Malaysia)

sesama suku?

5. Bahasa apa yang harusnya digunakan saat

berinteraksi dengan orang asing (Malaysia)

berbeda suku?

Pertanyaan khusus seputar sikap berbahasa sesuai

umur:

A. Umur anak-anak/remaja (7 hingga 17 tahun)

1. Bahasa apa yang Anda gunakan di sekolah (saat

belajar di kelas)?

2. Bahasa apa yang Anda gunakan saat berinteraksi

dengan teman-teman di sekolah (interaksi luar

kelas)?

3. Bahasa apa yang Anda gunakan saat

beraktivitas di luar sekolah dengan teman sesama

suku (misalnya bermain)?

4. Bahasa apa yang Anda gunakan saat

beraktivitas di luar sekolah dengan teman

berbeda suku (misalnya bermain)?

B. Umur Dewasa (18 hingga 50 tahun)

1. Bahasa apa yang anda digunakan di tempat

layanan umum (misal nya kantor desa, camat,

puskesmas, dll)?

2. Bahasa apa yang layak anda digunakan saat acara

adat/ pagelaran budaya daerah berlangsung?

3. Bahasa apa yang anda gunakan di perbatasan

(border) di wilayah Malaysia?

4. Bahasa apa yang biasa digunakan saat

kegiatan keagamaan (ceramah dan ibadah rutin)?

5. Bahasa apa yang biasa digunakan saat

berinteraksi dengan tamu dari daerah yang

berbeda?

C. Umur Manula (50 tahun ke atas)

1. Bahasa apa yang anda digunakan di tempat

Page 17: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

109

layanan umum (misalnya kantor desa, camat,

puskesmas, dll)?

2. Bahasa apa yang layak anda digunakan saat acara

adat/

pagelaran budaya daerah berlangsung?

3. Bahasa apa yang anda gunakan di perbatasan

(border) di wilayah Malaysia?

4. Bahasa apa yang biasa digunakan saat

kegiatan keagamaan (ceramah dan ibadah rutin)?

5. Bahasa apa yang biasa digunakan saat

berinteraksi dengan tamu dari daerah yang

berbeda?

Pertanyaan umum mengenai pemilihan bahasa

pada

ragam pergaulan:

A. Interaksi sesama suku

1. Saat suasana santai/ mencurahkan pikiran

dengan keluarga/ kerabat/ tetangga di

lingkungan masyarakat sesuku, bahasa apa yang

anda gunakan?

2. Saat sedang bertengkar/ bergurau dengan

dengan keluarga/ kerabat/ tetangga di lingkungan

masyarakat sesuku, bahasa apa yang anda

gunakan?

3. Saat sedang berinteraksi dalam situasi

penting (misalnya rapat RT, perlombaan 17

agustus, acara OSIS, dll) dengan anggota

masyarakat sesuku, bahasa apa yang anda

gunakan?

4. Saat menghadiri acara adat kerabat/tetangga

yang sesuku, bahasa apa yang anda gunakan?

B. Interaksi berbeda suku

1. Saat suasana santai/ mencurahkan pikiran dengan

keluarga/ kerabat/ tetangga di lingkungan

masyarakat yang berbeda suku, bahasa apa yang

anda gunakan?

2. Saat sedang bertengkar/ bergurau dengan dengan

keluarga/ kerabat/ tetangga di lingkungan

masyarakat yang berbeda suku, bahasa apa yang

anda gunakan?

3. Saat sedang berinteraksi dalam situasi penting

(misalnya rapat RT) dengan anggota masyarakat

yang berbeda suku, bahasa apa yang anda

gunakan?

4. Saat menghadiri acara adat kerabat/tetangga yang

berbeda suku, bahasa apa yang anda gunakan?

3 Pemertahanan Bahasa

Pertanyaan umum seputar pemertahanan BI:

1. Tahukan anda asal usul lahirnya BI?

2. Menurut pandangan anda, apakah ada keinginan

untuk mengajarkan BI pada keluarga anda?

Page 18: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

110

3. Menurut pandangan anda, apakah ada BI hanya

layak digunakan saat situasi formal saja

(sekolah/kampus)?

4. Menurut sepengetahuan anda, adakah sosialisasi

dari pemerintah mengenai penggunaan bahasa

nasional (BI) di kawasan perbatasan Kalimantan

Barat?

5. Menurut Anda apakah efektif untuk

mengadakan sosialisasi, perlombaan, dan

perayaan hari nasional di lingkungan tempat

tinggal anda terkait pengembangan dan

pembinaan bahasa Indonesia?

Pertanyaan umum seputar pemertahanan BDB:

1. Tahukan anda asal usul lahirnya BDB?

2. Apakah anda merasa bahwa BDB memiliki

kekhasan dan perbedaan dengan BI dan bahasa

daerah lainnya?

3. Apakah anda merasa masih ingin

menggunakan dengan BDB?

4. Menurut anda, apakah BDB wajib diwariskan

hingga generasi berikutnya?

5. Menurut sepengetahuan anda, adakah sosialisasi

dari pemerintah mengenai penggunaan bahasa

daerah (BDB) di kawasan perbatasan Kalimantan

Barat?

Pengembangan instrumen tersebut juga didasari oleh kajian etnologi

komunikasi ala Hymes. Kajian etnografi komunikasi yang dijabarkan oleh Hymes

mencakup segala komponen penting yaitu masyarakat tutur, aktivitas komunikasi,

komponen komunikasi, kompetensi komunikasi, dan varietas bahasa (Kuswarno,

2008, hlm.39). Hal ini menunjukan bahwa segala aktivitas berbahasa baik itu

dilingkungan keluarga maupun lingkungan umum dari sesama suku maupun beda

suku dikaji secara mendalam sesuai lima komponen tersebut.

Selain pedoman wawancara tersebut, hasil dalam penelitian ini diperkuat

kembali dengan menambahkan lima narasumber dengan menggunakan teknik

wawancara mendalam. Kelima narasumber terpilih tersebut merupakan para

peneliti bahasa dari lembaga pemerintahan (peneliti bahasa di Balai Bahasa

Kalimantan Barat), peneliti bahasa dari lembaga swasta (Istitut Dayakologi

Kalimantan Barat), pemerhati budaya (tokoh adat Dayak), kalangan pedagang

lintas negara (masyarakat Entikong), dan pemuda intelektual (mahasiswa

berprestasi asal Entikong). Hal ini penting untuk mengetahui pendapat

Page 19: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

111

para narasumber secara mendalam terkait solusi dalam usaha pemertahanan

bahasa nasional dan daerah diperbatasan Kalimantan Barat khususnya mengenai

Bahasa Dayak Bidayuh dan Bahasa Indonesia. Lembar wawancara mendalam

tersebut disajikan sebagai berikut.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Mendalam tentang Solusi

Pemertahanan BDB dan BI

No. Ikhwal pembahasan Pertanyaan Dasar

1. Pandangan tentang

perkembangan BDB di

perbatasan Kalimantan

Barat

1. Apakah Anda memiliki kepedulian terhadap

perkembangan BDB?

2. Apakah BDB masih eksis di wilayah

perbatasan ataupun dikomunitas penuturnya (ragam

nonformal)?

2. Pandangan tentang

perkembangan BI di

perbatasan Kalimantan

Barat

1. Apakah Anda memiliki kepedulian terhadap

perkembangan BI?

2. Apakah BI masih eksis di wilayah perbatasan

ataupun dikomunitas penuturnya (ragam

formal)?

3. Pandangan tentang

perkembangan bahasa lain

(bahasa daerah lain ataupun

bahasa asing) di perbatasan

Kalimantan Barat

1. Bagaimana perkembangan bahasa lain

(bahasa daerah ataupun bahasa asing) di daerah

perbatasan?

2. Apakah mengancam eksistensi BDB dan BI?

3. Apa pandangan Anda mengenai berkembangnya pula

bahasa lain karena faktor transmigrasi ataupun

karena faktor kebutuhan komunikasi internasional?

4. Strategi mempertahankan

dan melestarikan BDB

1. Usaha apa yang dapat dilakukan?

2. Adakah ada upaya terhadap pelestarian

bahasa daerah?

5. Strategi mempertahankan

dan melestarikan BI

1. Usaha apa yang dapat dilakukan?

2. Adakah ada upaya terhadap pelestarian

bahasa nasional?

3.4.3 Lembar Angket atau Questioner

Lembar angket atau questioner digunakan untuk mengukur tingkat

kelayakan bahan ajar modul sosiolinguistik pada mahasiswa IKIP PGRI

Pontianak. Pada penelitian ini, peneliti menyebarkan angket kepada tiga

responden yaitu dosen ahli bahan ajar, praktisi pendidikan (tenaga pendidik), dan

mahasiswa di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Angket

tersebut akan diberikan kepada tiga orang dosen ahli bahan ajar UPI, dua orang

tenaga pendidik (dosen), dan 62 orang mahasiswa di Prodi Bahasa dan Sastra

Page 20: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

112

Indonesia IKIP PGRI Pontianak. Angket tersebut dikembangkan berdasarkan kisi-

kisi sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Intrumen Kelayakan Bahan Ajar (Pusdikur)

No

Komponen

Kelayakan

Indikator

No. Butir

Instrumen

1.

Isi atau materi

Kesesuaian dengan kompetensi dasar 1

Kesesuaian dengan perkembangan

Mahasiswa

2

Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar 3

Kebenaran substansi materi pembelajaran 4

Manfaat untuk penambahan wawasan 5

Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-

nilai sosial

6

2.

Kebahasaan

Keterbacaan 7

Kejelasan informasi 8

Kesesuaian dengan kaidah bahasa

Indonesia yang baik dan benar

9

Pemanfaatan bahasa secara efektif dan

efisien (jelas dan singkat)

10

3. Sajian Isi Kejelasan indikator yang ingin dicapai 11

Urutan sajian 12

Pemberian motivasi, daya tarik 13

Interaksi (pemberian stimulus dan

respond)

14

Kelengkapan informasi 15

4.

Desain Grafis

Penggunaan font ( jenis dan ukuran) 16

Lay out atau tata letak 17

Ilustrasi dan gambar 18 dan 19

Desain tampilan 20

Page 21: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

113

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Tanggapan Pembelajar

terhadap Bahan Ajar

No

Dimensi

Indikator

No. Butir

Instrumen

1.

Keterpakaian

Fungsi, Penyajian, dan Isi bahan ajar 1 dan 2

Konten pendekatan saintifik dalam bahan ajar

3 dan 4

Ilustrasi dan gambar 5

2. Keterbacaan Penggunaan font ( jenis dan ukuran) 6

Layout atau tata letak 7

Peenyajian kalimat dan diksi 8 dan 9

3.

Keterpahaman

Kemampuan Pemecahan Masalah dan kebahasaan

10 dan 11

Manfaat bahan ajar 12 dan 13

Penyajian lembar kerja dan evaluasi

14 dan 15

Pengolahan data merujuk pada skala pengukuran yang dibuat oleh Likert.

Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau

kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009 hlm. 93). Dengan skala

Likert, maka variabel yang akan diukur dan dijabarkan menjadi indikator variabel.

Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun butir-

butir instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

3.5 Pengujian Keabsahan Data

Setelah data dianalisis perlu diuji terlebih dahulu keabsahannya, hal ini

dimaksudkan agar peneliti mendapat hasil yang objektif. Untuk mendapatkan

keabsahan data, ada tiga cara yang digunakan peneliti seperti berikut:

3.5.1 Ketekunan Pengamatan

Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati dan mengobservasi secara

teliti, dan rinci terhadap berbagai fenomena kebahasaan yang berhubungan

dengan masalah penelitian. Hal yang diamati dalam penelitian ini adalahtuturan

yang dicatat ataupun didokumentasikan dalam rekaman suara ataupun video

Page 22: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

114

sesuai pedoman dalam lembar observasi dan wawancara oleh narasumber. Peneliti

dituntut untuk dapat mencatat serta memahami berabgai fenomena kebahsaan

terkait kedudukan, sikap, dan pemertahanan bahasa sesuai masalah yang diangkat.

3.5.2 Kecukupan Referensi

Kecukupan referensi dilakukan dengan cara menelaah sumber data yang

telah diperoleh serta kaitannya dengan teori yang diangkat dalam berbagai

pustaka. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh ketepatan

data yang sesuai dengan masalah yang dibahas. Peneliti akan memanfaatkan

berbagai sumber informasi termasuk berbagai buku, jurnal penelitian, prosiding,

atau sumber bacaan lain di perpustakaan ataupun media online serta informan

yang terpercaya. Hal ini penting sebagai sumber referensi maupun penguat teori

yang diangkat tersebut.

3.5.3 Triangulasi

Pada peneitian ini menggunakan triangulasi tiknik. Triangulasi jenis ini

berupa pengecekan keabsahan data dengan membandingkan data yang diambil

dari teknik yang berbeda. Proses tersebut berupa pengecekan data yang bersumber

dari data wawancara tersetruktur dengan data yang diperoleh dari observasi

penggunaan bahasa di lapangan dan wawancara mendalam dengan narasumber

kunci. Hal ini akan memperkaya data serta memperkuat validitas data yang

diperoleh agar hasil analisisnya semakin mendalam.

Pada proses ini, triangulasi dilakukan dengan diadakannya FGD (Forum

Group Discussion) di IKIP PGRI Pontianak. Kegiatan tersebut mengundang ahli

pembelaaran (dosen IKIP PGRI Pontianak, Untan Pontianak, dan UPI Bandung),

ahli bahasa (Balai Bahasa Kalimantan Barat), dan praktisi budaya (tokoh adat

Dayak).

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah cara yang dilakukan dalam mengolah dan

menganalisis data penelitian. Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas

hingga datanya cukup. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini

merujuk pada analisis isi (content analysis) di mana data bukan hanya sekadar

Page 23: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

115

menjadikan isi pesan sebagai objeknya melainkan lebih dari itu terkait dengan

konsepsi yang baru terkait gejala simbolik dalam dunia komunikasi (Krippendolf,

2013 hlm. 40).

Aktivitas dalam meganalisis data esuai analisis isi menurut Huberman dan

Miles (2014, hlm.20) meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan

simpulan atau verifikasi data. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini

diuraikan sebagai berikut:

3.6.1 Proses Reduksi Data

Hal utama yang akan dilakukan peneliti dalam proses reduksi data antara lain. 1) Mencari 300 orang narasumber dengan teknik wawancara terstruktur yang

mewakili keseluruhan masyarakat di Kecamatan Entikong. Hal ini dilakukan

untuk mendapatkan data terkait kedudukan, fungsi, dan sikap berbahasa

masyarakat di Kecamatan Entikong. Secara rinci dipilihlah 10 orang perdusun

dari 29 dusun di Desa Entikong, Semanget, Nekan, Pala Pasang, dan Suruh

Tembawang yang bersedia untuk dimintai keterangan dan diobservasi.

2) Mencari 5 orang narasumber dengan menggunakan teknik wawancara

mendalam untuk mendapatkan data terkait strategi pemertahanan bahasa.

Kelima narasumber tersebut adalah seorang peneliti bahasa dari lembaga

pemerintahan (peneliti bahasa di Balai Bahasa Kalimantan Barat), peneliti

bahasa dari lembaga swasta (Istitut Dayakologi Kalimantan Barat), pemerhati

budaya (tokoh adat Dayak), kalangan pedagang lintas negara (masyarakat

Entikong), dan pemuda intelektual (mahasiswa berprestasi asal Entikong).

3) Menyimak dan menelaah informasi berupa tuturan dari 10 orang perdusun

sesuai profesi (petani/buruh, PNS, pedagang, dan tokoh agama atau adat)

sesuai lembar pedoman observasi dan wawancara. Tuturan tersebut kemudian

direkam dengan alat perekam suara (recorder sound) atau video dan

dicatat beberapa hal penting saat penutur menyampakan informasi.

4) Menyimak dan menelaah informasi berupa tuturan dari 5 orang yaitu

peneliti bahasa dari lembaga pemerintahan (peneliti bahasa di Balai

Bahasa Kalimantan Barat), peneliti bahasa dari lembaga swasta (Istitut

Dayakologi Kalimantan Barat), pemerhati budaya (tokoh adat Dayak),

Page 24: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

116

kalangan pedagang lintas negara (masyarakat Entikong), dan pemuda

intelektual (mahasiswa berprestasi asal Entikong).

5) Menemukan dan mengumpulkan data dari hasil observasi dan wawancara

tersebut yaitu berupa tuturan secara keseluruhan dengan cermat dan teliti.

3.6.2 Proses Penyajian Data

Dalam proses penyajian data peneliti melakukan beberapa langkah yang

dimulai dari tahapan analisis berdasarkan pemerolehan data di lapangan hingga

pada tahapan analisis sikap berbahasa masyarakat Dayak Bidayuh yang

disesuaikan dengan dalam berkegiatan sehari-hari. Tahapan analisis data ini

dilakukan dengan tahapan penyajian secara informal. Berikut diuraikan secara

lebih lanjut.

Pada tahapan penyajian data ini digunakan pendekatan sosiolinguistik

dengan memadukan pendekatan etnografi komunikasi dalam proses penyajian

data. Proses penyajian data sebenarnya telah dimulai sejak proses pengambilan

data oleh peneliti sebagai instrumen utama. Secara deskriptif tahapan proses

penyajian data dalam penelitian ini dibagi menjadi empat proses penyajian data

secara umum sebelum sampai pada tahapan konfirmatif kepada dosen

pembimbing. Tahapan pertama yang dilakukan oleh peneliti dalam bagian ini

adalah, mencocokkan data lapangan dengan rumusan masalah, analisis sederhana

dengan menggunakan teori-teori pendukung pada bab kajian teoretik, selanjutnya

data lisan yang diperoleh pada tahapan perekaman setelah ditranskipsi dibuatkan

kode khusus berdasarkan kategori konteks bahasa daerah tersebut. Konteks yang

dimaksud dalam hal ini adalah kedudukan, fungsi, dan sikap berbahasa

masyarakat di daerah perbatasan yang menggunakan bahasa Dayak Bidayuh dan

bahasa Indonesia. Setalah melalui proses tahapan penyajian data secara

menyeluruh, peneliti kemudian membuat luaran yang berupa modul dalam yang

disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa dan dosen pada mata kuliah

Sosiolinguistik dengan menarik simpulan awal berdasarkan hasil temuan

lapangan.

Page 25: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

117

1) Menganalisis data berupa tuturan dari 300 orang responden dan 5

responden ahli di kecamatan Entikong sebagai langkah awal dalam usaha

mengklasifikasikan data berdasarkan permasalahan yang diangkat.

2) Menganalisis kedudukan dan fungsi BI dan BDB diperbatasan Kalimantan

Barat berdasarkan pada tuturan 300 orang responden dan 5 responden ahli

dengan teori sosiolinguistik.

3) Menganalisis sikap berbahasa masyarakat perbatasan Kalimantan Barat

dalam memilih bahasa BI dan BDB berdasarkan pada tuturan 300 orang

responden dan 5 responden ahli dengan menggunakan teori sosiolinguistik.

4) Menganalisis pendapat responden tentang cara mempertahankan BI dan BDB

diperbatasan Kalimantan Barat berdasarkan pada tuturan 300 orang responden

dan 5 responden ahli dengan teori sosiolinguistik.

5) Mendiskusikan hipotesis peneliti terhadap data dan masalah yang diangkat

dengan dosen pembimbing.

3.6.3 Proses Verifikasi Data

Setelah melalui tahapan pengumpulan data, penyajian data, penarikan

simpulan, maka proses penelitian ini telah sampai pada tahapan akhir yakni

tahap verifikasi data. Berikut ini merupakan uraian dalam proses verifikasi

data.

1) Menyajikan dan mendeskripsikan hasil temuan dan hasil analisis secara

mendalam yang didukung dengan teori-teori yang telah diuraikan pada bab

kajian teoretik dengan menyesuaikan dan menemukan perbedaan dan

perbandingan dengan penelitian-penelitian relevan sebelumnya.

2) Menyimpulkan hasil penelitian sehingga diperoleh deskripsi dengan hasil

yang maksimal tentang kedudukan, fungsi, sikap, dan strategi

pemertahanan BI dan BDB diperbatasan Kalimantan Barat sesuai data

yang telah diambil dan diolah secara mendalam sesuai teori dan

pendekatan yang diangkat.

Setelah hasil penelitian disajikan secara lengkap, peneliti akan

melakukan pengembangan bahan ajar berdasarkan hasil temuan tersebut. Hal

ini dilakukan demi kepentingan dunia pendidikan sebagai pengaplikasian

Page 26: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

118

kajian pemertahanan bahasa daerah terhadap kebermanfatannya dalam

pembelajaran sosiolinguistik. Hal ini akan memperkaya khasanah literasi yang

berhubungan dengan bilingualisme dan pemertahanan bahasa.

Penyusunan dan pengembangan modul harus melalui tahapan yang

kompleks dan berstandar. Banyak hal yang harus dilalui dari tahapan telaah

kurikulum, pemilihan materi, teks, tampilan, dan evaluasi hingga pada

penilaian kelayakan modul tersebut untuk digunakan. Langkah penyusunan dan

pengembangan modul yang peneliti buat merujuk dan mengadopsi sesuai

standar Pusdikur, sebagai berikut:

1) Analisis kurikulum

Berdasarkan telaah kurikulum, kajian linguistik khususnya pemertahanan

bahasa dapat diaplikasikan pada mata kuliah sosiolinguistik. Bahkan kajian

tersebut dapat memberikan sumbangsih terbarukan atau inovasi berupa tawaran

studi kasus pemertahan bahasa di wilayah perbatasan Indonesia. Kurikulum

yang disusun harus sesuai dengan bahan ajar tentang pemertahanan bahasa

yang merupakan satu di antara materi yang ada dalam mata kuliah

sosiolinguistik.

2) Pemilihan materi ajar, teks, dan tampilan

Modul yang peneliti kembangkan diberi judul Bilingualisme dan

Pemertahanan Bahasa (Kajian Sosiolingustik Di Perbatasan Kalimantan

Barat). Modul ini dilengkapi dengan analisis kurikulum yang

mencantumkan silabus singkat dan materi apa saja yang akan dipelajari

dalam modul. Berdasarkan silabus singkat tersebut disusunlah secara

runtun materi apa saja yang akan disajikan. Selain materi ajar sebagai inti

dari pembelajaran, teks dan tampilan modul yang disajikanpun harus

menarik dan kekinian.

3) Evaluasi

Setelah selesai menulis bahan ajar, tahap selanjutnya yang perlu

dilakukan adalah evaluasi terhadap bahan ajar tersebut. Evaluasi ini

dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan ajar telah baik ataukah masih

ada hal yang perlu diperbaiki. Teknik evaluasi bisa dilakukan dengan beberapa

cara, misalnya evaluasi teman sejawat ataupun uji coba kepada mahasiswa

Page 27: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitianrepository.upi.edu/36540/4/D_B_IND_1503037_Chapter3.pdfSemua komponen tersebut dijadikan pisau bedah dalam proses analisis data. Hal

119

secara terbatas. Evaluasi tersebut bertujuan untuk mengetahui kelayakan bahan

ajar jika digunakan dalam proses pembelajaran.

Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan

kegrafikan. Keempat komponen tersebut dikembangkan sesuai kisi-kisi angket

dan disebarkan pada tiga responden yaitu desen ahli bahan ajar, praktisis,

pendidikan, dan mahasiswa dilingkungan IKIP PGRI Pontianak. Berikut

ringkasan tahapan dalam mendapatkan data dan simpulan tentang kelayakan

modul Bilingualisme dan Pemertahanan Bahasa (Kajian Sosiolingustik Di

Perbatasan Kalimantan Barat).

Tabel 3.6 Tahapan Penyusunan dan Pengambilan Data Ikhwal Kelayakan Modul

No. Tahap

Penelitian

Instrumen

Sumber

Data Tujuan

1. Tahap

pengembangan

Validasi

kelayakan bahan ajar

Ahli bahan ajar Menilai kesesuaian

dan kelayakan bahan

ajar

2. Tahap

Implementasi

Tanggapan

dosen dan

mahasiswa

Dosen dan

mahasiswa

Mengetahui

tanggapan Dosen dan

mahasiswa terhadap

bahan ajar

Melalui tahapan yang panjang tersebut dapat dikembangkan dan

menghasilkan luaran berupa modul yang berjudul Bilingualisme dan

Pemertahanan Bahasa (Kajian Sosiolingustik di Perbatasan Kalimantan

Barat) yang memiliki standar kelayakan yang tinggi. Hal ini penting

sebagai aplikasi pembelajaran dan kebermaknaan dari hasil kajian

pemertahanan bahasa Indonesia dan bahasa Dayak Bidayuh di kawasan

perbatasan Kalimantan Barat.