BAB III METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · setelah dilakukan analisis di laboratorium,...
-
Upload
vuongtuyen -
Category
Documents
-
view
232 -
download
0
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · setelah dilakukan analisis di laboratorium,...
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian mengenai “Nilai Fisik dan Sosial Vegetasi Pekarangan dalam
Penurunan Konsentrasi Partikel Debu di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung
Putri, Kabupaten Bogor” ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari bulan Juni
hingga Agustus 2009. Pengambilan data lapangan dilaksanakan di Desa Gunung
Putri Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Analisis sampel partikel debu
dilakukan di Laboratorium Air dan Udara SEAMEO Biotrop Bogor.
3.2. Jenis Data
Data yang diambil terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan serta dengan
wawancara. Data sekunder dikumpulkan sebagai data penunjang.
3.2.1. Jenis data untuk mengetahui penurunan konsentrasi partikel debu
Jenis-jenis data yang diperlukan untuk mengetahui penurunan konsentrasi
partikel debu di udara diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran langsung di
lapang. Pengukuran parameter vegetasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan
keterkaitan antara parameter vegetasi dengan penurunan konsentrasi partikel debu.
Parameter vegetasi yang diukur antara lain: luas proyeksi tajuk, Leaf Area Index
(LAI) dan tinggi pohon seperti dijelaskan pada Tabel 1. Penentuan kriteria pohon
dalam penelitian ini menggunakan hasil modifikasi rumusan yang dikemukakan
oleh Wyatt-Smith (1963) diacu dalam Soerianegara dan Indrawan (2002) yaitu
tumbuhan berkayu yang mempunyai sebuah batang utama dengan dahan dan
ranting jauh di atas tanah serta berdiameter batang diatas 10 cm.
Pengklasifikasian plot contoh berdasarkan tingkat kerindangan dilakukan
secara visual dan memperhatikan nilai LAI terukur. Pengklasifikasian tingkat
kerindangan secara visual dilakukan dengan mengamati secara umum keberadaan
fisik pohon pada plot contoh (pekarangan). Semakin banyak jumlah dan jenis
pohon yang terdapat dalam plot contoh pekarangan (semakin hijau) maka semakin
rindang plot contoh tersebut. Pengklasifikasian tingkat kerindangan juga
18
dilakukan dengan mengkelompokkan nilai LAI, semakin besar nilai LAI maka
semakin rindang plot contoh tersebut (Tabel 1).
Tabel 1 Tabel kerindangan plot contoh dan pengukuran parameter vegetasi pada masing-masing plot contoh (500 m dan 1000 m)
Plot Contoh Jenis Pohon Luas Proyeksi Tajuk LAI*) Tinggi Total Pohon
K
TR
R
SR
Keterangan:
K = Kontrol (tanpa vegetasi)
TR = Tidak Rindang
R = Rindang
SR = Sangat Rindang
*) LAI sebagai penentu klasifikasi kerindangan pekarangan.
Hasil pengukuran konsentrasi partikel debu pencemar di udara diperoleh
setelah dilakukan analisis di laboratorium, selain itu juga dilakukan pengukuran
terhadap parameter meteorologi udara yang diduga mempengaruhi konsentrasi
partikel debu pencemar di udara seperti dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2 Tabel konsentrasi partikel debu dan parameter meteorologi udara pada
kedua jarak pengukuran
Plot
Contoh Konsentrasi Partikel
Debu (µg/Nm³)
Parameter Fisik Udara Suhu Udara
(ºC)
Kelembaban
(% )
Angin
Kecepatan (m/s) Arah
K TR R
SR
Data sekunder untuk menunjang hasil pengukuran konsentrasi partikel debu
meliputi data kondisi lingkungan sebelum dilakukan penelitian sebagai data
pembanding yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) PEMDA
Bogor, jumlah rata-rata transportasi yang melintas sepanjang tahun 2008 dan 2009
di sekitar lokasi penelitian yang diperoleh dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan
Raya (DLLAJR) Bogor serta data series parameter meteorologi udara yang
diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bogor.
3.2.2. Jenis data untuk mengetahui sikap masyarakat
Jenis data yang dibutuhkan untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap
pentingnya fungsi RTH pekarangan diperoleh dengan cara meminta tanggapan
19
responden mengenai keberadaan RTH pekarangan yang berfungsi untuk
mereduksi dampak partikel debu pencemar. Jenis data tersebut dijelaskan pada
Tabel 3. Selain itu karakteristik sosial responden juga dicatat sebagai data
pendukung (Tabel 4).
Tabel 3 Jenis data untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap fungsi RTH pekarangan bagi kesehatan
No. Parameter Jenis data Sumber data
1. Sikap terhadap
lingkungan
1. Kondisi fisik lingkungan
2. Tingkat pencemaran udara
1. Responden, BMKG dan PEMDA
Bogor
2. Pengamatan langsung dan PEMDA
Bogor
2. Sikap terhadap
keberadaan RTH
1. Pembangunan kawasan
industry
2. Jenis-jenis RTH
3. Usaha pemerintah
4. Keberadaan pekarangan
rumah
1. Responden, pemerintah setempat
dan PEMDA Bogor
2. Responden dan pengamatan lapang
3. Responden, pemerintah setempat
dan PEMDA Bogor
4. Responden dan pengamatan lapang
3. Sikap terhadap
kondisi kesehatan
1. Kondisi kesehatan
masyarakat
2. Jenis-jenis penyakit yang
sering dialami
3. Pengaruh limbah dan
transportasi
1. Responden dan puskesmas
Kecamatan Gunung Putri
2. Responden dan puskesmas
Kecamatan Gunung Putri
3. Responden dan DLLAJ Bogor
4. Sikap terhadap
fungsi RTH bagi
kesehatan
1. Partisipasi masyarakat
dalam memelihara RTH
2. Kesadaraan akan
pentingnya RTH
1. Responden dan pemerintah
setempat
2. Responden dan pengamatan lapang
Tabel 4 Pembagian kelompok untuk setiap variabel karakteristik sosial responden
No Karakteristik Responden Kelompok
1. Umur 15-19 tahun (remaja)
20-24 tahun (dewasa muda)
25-55 tahun (dewasa)
> 55 tahun (tua/usia pensiun)
2. Pendidikan formal Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat PT/Akademi
3. Jenis pekerjaan Pelajar/mahasiswa
Pegawai industri
Wiraswasta
PNS (Pegawai Negri Sipil)
TNI/ABRI/POLRI
Ibu rumah tangga
Tidak/belum bekerja
4. Lama tinggal di lokasi penelitian Baru : < 5 tahun
Sedang : 5-24 tahun
Lama : > 24 tahun
20
Data sekunder untuk menunjang sikap masyarakat meliputi data geografi
dan demografi Desa Gunung Putri yang diperoleh dari kantor desa setempat,
Badan Pusat Statistik (BPS) Bogor dan PEMDA Kabupaten Bogor serta data
kesehatan penduduk desa tersebut sepanjang tahun 2008 dan 2009 yang diperoleh
dari Puskesmas Kecamatan Gunung Putri.
3.3. Metode Pengambilan Data
3.3.1. Penarikan sampel
Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1)
metode penarikan sampel acak berkelompok (cluster sampling); (2) metode
penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling) dan (3) metode
penarikan sampel acak berstrata (stratified sampling). Metode penarikan sampel
acak berkelompok (cluster sampling) digunakan untuk menentukan daerah yang
akan dijadikan lokasi penelitian. Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri
dipilih karena merupakan kawasan padat perindustrian, pemukiman dan
transportasi. Selain itu, Desa Gunung Putri juga berbatasan langsung dengan
pabrik industri semen PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. diharapkan lokasi
ini dapat mewakili kawasan industri secara keseluruhan.
Kecepatan dan arah angin merupakan beberapa faktor meteorologi utama
yang mempengaruhi distribusi pencemar (Sastrawijaya 1991), oleh karena itu
kecepatan dan arah angin perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi wilayah
penelitian. Arah angin rata-rata per 6 bulan kota Bogor pada tahun 2008 (BMKG
2009) berasal dari Barat Daya menuju Timur Laut. Pabrik industri semen PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. dijadikan sebagai titik acuan dalam
menentukan daerah sampel karena pabrik ini merupakan daerah perbatasan
wilayah Kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Citeureup Bogor. Wilayah
penelitian yang terpilih terletak pada arah Timur Laut dari titik acuan. Plot contoh
merupakan RTH tipe pekarangan rumah dengan tingkat kerindangan vegetasi
yang berbeda-beda. Metode penarikan sampel acak sederhana (simple random
sampling) untuk menetapkan plot contoh yang akan digunakan, penetapan jarak
plot contoh tidak ditentukan, namun setiap plot contoh berjarak linier terhadap
pabrik yang dijadikan sebagai acuan dan searah dengan jalan besar (Gambar 3).
21
Gambar 3 Lokasi pengukuran konsentrasi partikel debu pencemar.
Keterangan: = Tit ik acuan jarak p lot contoh ; Letak Dust Air Sampler
Kriteria Plot contoh : 1 = Kontrol/tanpa vegetasi (K)
2 = Tidak Rindang (TR)
3 = Rindang (R)
4 = Sangat Rindang (SR)
Pertimbangan lain yang digunakan yaitu jarak pengukuran dari titik acuan.
Jarak yang digunakan adalah 500 m dan 1000 m karena pada jarak tersebut
terdapat jalan-jalan besar yang dilalui oleh lalulintas transportasi yang padat baik
oleh pengangkut hasil produksi (truk dan container) serta masyarakat sekitar.
Metode penarikan sampel berlapis (stratified sampling) digunakan untuk
menentukan klasifikasi plot contoh yang dijadikan acuan baik dalam mengkaji
nilai konsentrasi partikel debu di udara maupun sikap responden terhadap fungsi
dan keberadaan RTH pekarangan. Klasifikasi yang digunakan adalah kerindangan
pekarangan dasarnya bahwa semakin rindang vegetasi pekarangan maka akan
semakin besar konsentrasi partikel debu yang tereduksi dan semakin baik sikap
penghuninya. Kondisi masing-masing plot contoh seperti dijelaskan pada Tabel 5.
500 m 1000 m
1
2 2
3 3
1
4
4
22
Tabel 5 Kondisi lahan pekarangan (plot contoh) pada lokasi penelitian
Plot
contoh
Luas lahan (m²) Jumlah pohon Jumlah jenis LAI*)
500 1000 500 1000 500 1000 500 1000
K 30 70 0 0 0 0 0 0
TR 56 60 2 3 2 3 2,03 1,59
R 270 84 3 4 3 2 2,56 2,96
SR 2000 80 10 2 10 2 8,82 3,03
*) LAI sebagai penentu klasifikasi kerindangan pekarangan.
3.3.2. Pengukuran konsentrasi partikel debu di udara
Pengambilan sampel partikel debu di udara menggunakan alat pengukur
konsentrasi debu (Dust Air Sampler), seperangkat Dust Air Sampler terdiri atas
High Volume Air Sampler (HVAS), kertas saring/filter whatman (Ø = 55 mm),
neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg, barometer, pencatat laju alir, dan
desikator. Sebelum digunakan, filter yang akan digunakan terlebih dahulu ditandai
untuk identifikasi, kemudian ditempatkan pada pada desikator (Gambar 4a)
dengan kelembaban ruangan 50% (terkondisikan AC) dan dibiarkan selama 24
jam. Setelah itu filter ditimbang untuk memperoleh berat tetap. Perlakuan ini
bertujuan untuk memastikan bahwa kertas saring tersebut benar-benar bebas dari
partikel yang menempel.
Kerapatan daun berhubungan erat dengan jarak tanam antar pohon. Semakin
rapat jarak antar pohon maka akan semakin tinggi kerapatan daun (Sitompul
1995) dan akan semakin besar konsentrasi partikel debu yang dapat direduksi.
Rapatnya jarak tanam serta tingginya kerapatan daun juga menyebabkan total luas
tajuk semakin besar. Oleh karena itu, High Volume Air Sampler diletakkan di
bawah naungan pohon yang memiliki jarak tanam yang lebih rapat atau di bawah
naungan pohon yang memiliki luas tajuk dan kerapatan daun yang tinggi. Selain
itu High Volume Air Sampler diletakkan dengan posisi filter holder (tempat untuk
kertas saring) menghadap ke jalan raya. Tidak ada spesifikasi penentuan jenis
pohon dalam peletakkan High Volume Air Sampler, peletakkan alat hanya
didasarkan pada keteduhan naungan pohon (Gambar 4b).
23
a
b
Gambar 4 a. Filter dalam desikator; b. High Volume Air Sampler (HVAS) pada plot contoh.
Langkah selanjutnya dalam mengambil sampel debu yang akan diuji yaitu
dengan menempatkan filter pada filter holder dan meletakkan alat uji pada plot
contoh penelitian yang telah ditetapkan. Pengukuran pengambilan sampel udara
ini dilakukan selama ± 1 jam untuk setiap titik plot contoh pada saat cuaca cerah.
Selama periode pengambilan, laju alir dan tekanan barometer dibaca secara
berkala dengan selang waktu 30 menit. Laju alir di pantau saat periode pengujian,
kemudian hasilnya ditampilkan dalam bentuk satuan massa partikel yang
terkumpul per satuan volume contoh uji udara yang dinotasikan dengan µg/Nm³
(Lampiran 9). Satuan ini dibaca sebagai mikrogram per normal meter kubik
dimana notasi N (Normal) menunjukan satuan volume hisap udara kering yang
dikoreksi pada kondisi normal (25ºC, 760 mmHg).
Setelah pengukuran sampel uji selesai, pindahkan filter secara hati-hati agar
tidak ada partikel yang terlepas dengan melipat filter dengan partikulat tertangkap
di dalamnya. Tempatkan lipatan filter dalam plastik transparan dan tandai untuk
identifikasi kemudian letakkan kembali pada desikator untuk mengeringkan kadar
air yang ikut terhisap pada saat pengambilan sampel. Setelah filter kering
kemudian kembali dilakukan penimbangan dengan menggunakan neraca analitik
merk Mettler Toledo (Gambar 5) untuk mengetahui berat konsentrasi partikel
debu yang terkandung pada filter tersebut.
24
a
b
Gambar 5 Neraca analitik Mettler Toledo; b. Proses penimbangan filter.
Pembuatan profil tajuk pohon dilakukan untuk mengetahui bentuk strata
tajuk, letak pohon dan komposisi jenis yang ada pada lokasi penelitian. Data yang
telah dikumpulkan sebelumnya digambarkan dalam bentuk peta dan diagram
profil dengan menggunakan bantuan software Corel Draw X3.
Pengukuran parameter meteorologi udara yang meliputi suhu,
kelembaban, kecepatan dan arah angin dilakukan di setiap plot pengamatan.
Penentuan arah angin dilakukan terlebih dahulu sebagai acuan meletakkan HVAS.
Pengukuran terhadap suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin
dilakukan sebanyak dua kali ulangan (setiap 30 menit) pada setiap plot.
3.3.3. Sikap masyarakat terhadap RTH tipe pekarangan
Metode yang digunakan untuk mengetahui sikap masyarakat yaitu metode
deskriptif. Metode deskriptif, menurut Nawawi (1991) diacu dalam Tampang
(1999) adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga,
masyarakat dan lain- lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak. Menurut Koentjaraningrat (1983), metode deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu
keadaan individu atau kelompok tertentu.
Responden dimintai tanggapannya mengenai (1) permasalahan lingkungan;
(2) keberadaan RTH dan fungsinya bagi penyehatan lingkungan; (3) kondisi
kesehatan masyarakat akibat tercemarnya udara oleh partikel debu. Tanggapan
25
mengenai hal-hal tersebut untuk mengetahui sikap mereka dengan memberikan
lembar pernyataan (Lampiran 1).
3.4. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tally sheet,
kamera digital dan alat pengukur kualitas udara (Dust Air Sampler) yang terdiri
dari High Volume Air Sampler (HVAS), filter whatman Ø 55 mm, neraca analitik
(merk Mettler Toledo), barometer, pencatat laju alir (flow meter) dan desikator.
Pengukuran parameter vegetasi dilakukan dengan menggunakan
HemisphericalView Canopy Analyzer untuk mengetahui Leaf Area Index (indeks
luas daun), hagahypsometer, rollmeter dan pita ukur. Selain itu anemometer
(merk Veloccalc TSI Model 8357), satuan penghitung waktu (jam), termometer
dry-wet dan kompas juga digunakan untuk melengkapi data lapangan. Lembar
pernyataan dan tape recorder digunakan untuk wawancara dengan masyarakat.
3.5. Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1. Pengukuran parameter vegetasi
Pengukuran parameter vegetasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan
keterkaitan antara parameter vegetasi dengan penurunan konsentrasi partikel debu
di udara ambien. Parameter pengukuran yang diduga mempengaruhi penurunan
konsentrasi partikel debu antara lain adalah luas proyeksi tajuk, Leaf Area Index
(LAI) dan tinggi total pohon. Luas proyeksi tajuk dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (Loveless 1989):
Luas Proyeksi Tajuk (m²) = 0,25
Dengan pengertian :
= Konstanta hitung (3,14)
D1 = Tajuk terpanjang (m)
D2 = Tajuk terlebar (m)
Kesalahan (error) dalam penghitungan LAI dapat ditekan dengan
menggunakan bantuan alat HemisphericalView Canopy Analyzer (HemiView).
Cara kerja HemiView menyerupai kamera digital, yaitu dilengkapi dengan
program khusus untuk memotret tajuk pohon agar diketahui LAI-nya berdasarkan
hasil perhitungan dengan menggunakan HemiView 2.1 Canopy Analysis Software.
26
HemiView diposisikan di bawah tajuk pohon dengan penempatan mencakup
seluruh tajuk kemudian memotret tajuk pohon tersebut (Gambar 6).
a
b
Gambar 6 a. HemiView diposisikan dibawah tajuk pohon; b. Hasil potret/photo tajuk pohon.
Pengukuran tinggi pohon menggunakan hagahysometer. Banyard (1973)
diacu dalam Subrata (1978) menyatakan bahwa alat ukur ini sangat praktis dan
memiliki skala terperinci serta mudah dan cepat dalam penggunaannya.
Pengolahan dan analisis data untuk tinggi pohon dilakukan secara manual, yaitu
dengan menjumlahkan semua tinggi total pohon terukur dari seluruh jumlah
pohon yang terdapat pada setiap plot contoh kemudian dirata-ratakan.
3.5.2. Konsentrasi partikel debu di udara
Konsentrasi partikel debu di udara dapat dianalisis secara gravimetri, yaitu
dengan mengkoreksi laju alir pada kondisi standar dan menghitung volume udara
terkoreksi, berikut langkah perhitungannya:
Koreksi laju alir pada kondisi standar:
Qs = Q0 x
Dengan Pengertian: Qs = Laju alir volume terkoreksi
standard (m3/menit) Q0 = Laju alir volume uji
(m3/menit) Ts = Temperatur standar, 298 K
T0 = Temperatur absolut (273+ t ukur )
Ps = Tekanan barometik standar, 101.3kPa (760mmHg)
P0 = Tekanan barometik dimana Q0 ditentukan
27
Volume udara yang diambil:
V= x t
Dengan pengertian: V = Volume udara yang diambil (m3)
= Laju alir awal terkoreksi pada pengukuran pertama (m3/menit)
= Laju alir akhir terkoreksi pada pengukuran kedua (m3/menit)
t = Durasi pengambilan contoh uji (menit)
Konsentrasi partikel tersuspensi total dalam udara ambien:
C =
Dengan pengertian:
C = Konsentrasi massa partikel tersuspensi (µg/Nm3) W1 = Berat filter awal (g) W2 = Berat filter akhir (g)
V = Volume contoh uji udara (m3) 106 = Konversi g ke µg
3.5.3. Uji korelasi Pearson
Uji korelasi Pearson mencoba mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel peubah (x dan y) melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi
(r). Variabel peubah (x) yaitu peubah bebas yang diduga akan mempengaruhi nilai
variabel peubah respon/tak bebas (y). Variabel peubah (x) pada penelitian ini
adalah jarak pengukuran dari titik acuan dan parameter-parameter vegetasi (luas
proyeksi tajuk, LAI dan tinggi pohon). Selang nilai korelasi yaitu -1 ≤ r ≤ 1 dan
diperoleh berdasarkan rumus sebagai berikut:
r =
Dengan pengertian:
y = Konsentrasi partikel debu (µg/Nm3) x = Jarak pengukuran dari titik acuan atau parameter vegetasi (luas proyeksi
tajuk, LAI dan tinggi pohon)
n = Banyaknya data
Hasil perhitungan koefisien korelasi (r) dengan nilai -1 atau +1
menunjukkan ada hubungan yang sempurna antara kedua variabel (x) dan (y).
Tanda plus (+) dapat diartikan bahwa variabel (x) dan (y) berkorelasi positif,
28
artinya setiap kenaikan variabel (x) sebesar satu satuan akan menaikkan (y)
sebesar satuan pula, sedangkan tanda minus (-) berarti (x) dan (y) berkorelasi
negatif yang artinya setiap terjadi kenaikan variabel (x) sebesar satu satuan akan
menurunkan (y) sebesar satuan. Program Microsoft Excel dan Statistical Program
for Social Science (SPSS) 13.0 for Windows digunakan untuk memudahkan semua
langkah diatas.
Setelah koefisien korelasi (r) diperoleh kemudian dilakukan pengujian
hipotesis untuk setiap variabel peubah bebasnya (x). Hal ini bertujuan untuk
melihat apakah ada atau tidak pengaruh dari (x) terhadap nilai (y). Hipotesis yang
digunakan yaitu Ho : ρ = 0 dan H1 : ρ ≠ 0 dengan ketetapan selang kepercayaan
pada penelitian ini adalah 90% (taraf α 10%). Taraf alpha adalah persentase
kesalahan yang masih dapat ditoleransi pada saat penelitian. Kesimpulan untuk uji
hipotesis masing-masing (x) adalah sebagai berikut: (a) apabila P-value ≥ α maka
terima Ho dan (b) apabila P-value < α maka tolak Ho. Hipotesis yang digunakan
untuk melihat pengaruh jarak terhadap nilai konsentrasi partikel debu yaitu (Ho)
nilai konsentrasi partikel debu di udara tidak dipengaruhi oleh jarak pengukuran,
sedangkan hipotesis untuk mengetahui pengaruh parameter vegetasi terhadap nilai
konsentrasi partikel debu yaitu (Ho) nilai konsentrasi partikel debu di udara tidak
dipengaruhi oleh parameter vegetasi.
3.5.4. Analisis regresi linear sederhana
Analisis regresi linear sederhana merupakan alat statistika yang digunakan
untuk mengevaluasi hubungan/melihat seberapa besar pengaruh antara satu atau
lebih peubah bebas (x1, x2,...., xk) dengan peubah tak bebas (y). Analisis ini
dilakukan setelah tahap uji hipotesis korelasi Pearson menghasilkan keputusan
tolak Ho yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel (x)
terhadap variabel (y). Oleh karena itu, analisis regresi linear sederhana dapat
digunakan untuk mengetahui, memprediksi dan melihat seberapa jauh/besar
pengaruh jarak pengukuran dan beberapa parameter vegetasi (x) terhadap
penurunan konsentrasi partikel debu pencemar (y).
Grafik regresi linear sederhana menunjukkan sebuah garis lurus yang
menginterpretasikan terdapat hubungan positif (kenaikan) atau hubungan negatif
(penurunan) antara variabel dependent/peubah respon (y) terhadap setiap
29
perubahan variabel independentnya (x). Persamaan matematika yang
menunjukkan hubungan tersebut ditetapkan dengan model sebagai berikut:
y = a + b x
Dengan pengertian: y = Konsentrasi partikel debu (µg/Nm3)
x = Jarak pengukuran dari titik acuan dan parameter vegetasi (luas proyeksi tajuk, LAI dan tinggi pohon)
a, b = Koefisien regresi linear sederhana
Garis regresi pada persamaan yang akan dihasilkan menjelaskan nilai
koefisien determinasi. Koefisien determinasi biasanya dilambangkan dengan R²
yang digunakan untuk mengukur proporsi keragaman (variasi total) di sekitar nilai
tengah. Semakin kecil R² maka semakin buruk model dugaan yang didapat karena
titik amatan semakin menjauhi kurva regresi. Keterandalan model yang diperoleh
dapat dilihat dari kemampuan model menerangkan keragaman nilai variabel tak
bebasnya (y). Jika titik-titik amatan semakin mendekati kurva maka model yang
didapat semakin baik. Nilai koefisien determinasi dapat dicari dengan
menggunakan rumus:
R² = =
Dengan pengertian: = Jumlah Kuadrat Regresi
= Jumlah Kuadrat Total Y = Konsentrasi partikel debu hasil pengukuran (µg/Nm3)
= Konsentrasi partikel debu hasil regresi (µg/Nm3)
= Rata-rata konsentrasi partikel debu hasil pengukuran (µg/Nm3)
3.5.5. Sikap masyarakat
Data yang terkumpul berdasarkan hasil pada lembar pernyataan
ditabulasikan untuk kemudian dilakukan proses entry, editing dan coding yang
kemudian dianalisis dengan menggunakan program Statistical Program for Social
Science (SPSS) 13.0 for Windows. Perolehan data berupa catatan-catatan dari hasil
pengamatan langsung di lapangan dengan responden dan studi pustaka/literatur
dianalisis berdasarkan tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
30
Reduksi data dilakukan dengan menyederhanakan data yang diperoleh dari
lapangan dengan meringkas dan menggolongkannya, sedangkan penyajian data
dilakukan secara naratif deskriptif serta ditunjang dengan bentuk-bentuk tabel
untuk mempermudah pemahaman mengenai hasil analisis data yang telah
diperoleh. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan memverifikasi data yaitu
melakukan pemikiran dan peninjauan ulang data untuk menarik kesimpulan yang
kokoh dan tepat.
Tanggapan terhadap lembar pernyataan selanjutnya diberi nilai (score)
menggunakan skala Likert (Singarimbun & Efendi 1989 diacu dalam Gunawan
1999) untuk mengkategorikan sikap. Penilaian sikap dalam penelitian ini terdiri
atas lima skala yaitu (1) sangat tidak setuju; (2) tidak setuju; (3) ragu-ragu; (4)
setuju; (5) sangat setuju. Skala penilaian tersebut diberikan untuk pernyataan-
pernyataan yang bersifat “positif”. Nilai tanggapan tersebut kemudian
dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah pernyataan yang tersedia sehingga
diperoleh nilai yang menggambarkan kategori sikap responden. Interval nilai
tanggapan untuk setiap kategori sikap dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Kategori sikap berdasarkan skala Likert
No. Interval Tanggapan Kategori Sikap
1 4,00 – 5,00 Baik
2 3,00 – 3,99 Sedang
3 1,00 – 2,99 Buruk
Pengujian data statistik non-parametrik. Pengujian data dengan cara ini
merupakan pengujian hipotesa kerja dengan menggunakan uji korelasi Spearman.
Uji korelasi Spearman dilakukan untuk mengetahui terdapat/tidak terdapatnya
pengaruh yang signifikan antara karakteristik sosial responden terhadap sikap
masyarakat dengan perumusan sebagai berikut :
= 1 –
Dengan pengertian : = Beda antara 2 rangking pengamatan
N = Total populasi = Koefisien korelasi Spearman
31
Nilai rs dapat terjadi dari -1 sampai +1. Nilai -1 atau +1 menunjukkan ada
hubungan yang sempurna antara karakteristik x dan y, dalam hal ini variabel x
adalah karakteristik sosial responden dan y adalah kategori sikap responden.
Kriteria keputusan untuk uji hipotesis ini adalah sebagai berikut: (a) apabila nilai
apabila P-value ≥ α , maka terima Ho yang berarti tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel pengamatan (karakteristik responden) dengan sikap
responden, dan (b) apabila nilai P-value < , maka tolak Ho yang berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel pengamatan (karakteristik responden)
dengan sikap reponden.