BAB III METODE PENELITIAN -...

33
Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan studi kasus, dan merupakan studi yang berusaha menyingkap, mendeskripsi, menganalisis, memproyeksi dan pemberian makna tentang berbagai upaya orang tua dalam model pola asuh yang dilakukan dalam membesarkan dan mendewasakan anak perempuannya, sehingga anak memutuskan untuk tetap menggeluti olahraga kompetitif/olahraga prestasi. Penelitian ini tergolong pada studi kasus, karena sangat unik ditinjau dari proses perkembangan dan dampak olahraga prestasi dari ke-3 unit analisis wanita yang menggeluti olahraga prestasi, sehingga memerlukan pendalaman. Berkaitan dengan penelitian kualitatif, sesungguhnya merupakan payung untuk berbagai strategi penelitian yang mempunyai persamaan karakteristik (Bogdan dan Biklen, 1982:2). Selanjutnya disebutkan pula dalam istilah lain seperti penelitian naturalistik untuk bidang pendidikan. Bogdan dan Biklen lebih jauh memaparkan tentang bermacam-macam istilah lain yang sering digunakan, seperti; studi kasus, fenomenologi, ekologi, etnografis, aliran Chicago, dan lain-lain. Pada paparan Lincoln & Guba (1985:361) dijelaskan bahwa: There is no simple taxonomy within which various kinds of case studies might be classified. In seffective evaluation, we note: case studies may be written with different purposes in mind, including to chronicle (to record temporally and sequentially, as in a history) to render (as in a description or to provide vicarious experience), to teach (as instructional material for students such as the Harvad Law School case studies, especially when the materials are open ended), and to test (to use the case as a trial for certain theories and hypotheses) . A given case may serve multiple purposes. case studies may be written atdifferent analytic levels, including a merely factual level, an interpretative level, and an evaluative (judgmental) level; each level presupposes the former.

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN -...

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan studi kasus, dan merupakan

studi yang berusaha menyingkap, mendeskripsi, menganalisis, memproyeksi dan pemberian

makna tentang berbagai upaya orang tua dalam model pola asuh yang dilakukan dalam

membesarkan dan mendewasakan anak perempuannya, sehingga anak memutuskan untuk tetap

menggeluti olahraga kompetitif/olahraga prestasi. Penelitian ini tergolong pada studi kasus,

karena sangat unik ditinjau dari proses perkembangan dan dampak olahraga prestasi dari ke-3

unit analisis wanita yang menggeluti olahraga prestasi, sehingga memerlukan pendalaman.

Berkaitan dengan penelitian kualitatif, sesungguhnya merupakan payung untuk berbagai

strategi penelitian yang mempunyai persamaan karakteristik (Bogdan dan Biklen, 1982:2).

Selanjutnya disebutkan pula dalam istilah lain seperti penelitian naturalistik untuk bidang

pendidikan. Bogdan dan Biklen lebih jauh memaparkan tentang bermacam-macam istilah lain

yang sering digunakan, seperti; studi kasus, fenomenologi, ekologi, etnografis, aliran Chicago,

dan lain-lain.

Pada paparan Lincoln & Guba (1985:361) dijelaskan bahwa:

There is no simple taxonomy within which various kinds of case studies might be classified. In seffective evaluation, we note: ● case studies may be written with different purposes in mind, including to chronicle (to record temporally and sequentially, as in a history) to render (as in a description or to provide vicarious experience), to teach (as instructional material for students such as the Harvad Law School case studies, especially when the materials are open ended), and to test (to use the case as a trial for certain theories and hypotheses) . A given case may serve multiple purposes. ● case studies may be written atdifferent analytic levels, including a merely factual level, an interpretative level, and an evaluative (judgmental) level; each level presupposes the former.

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

● case studies will, depending on purpose and level, demand different action from the inquirer/writer, ranging, for example, from simple recording for a factual chronicle to the weighting of complex alternatives for the evaluative test. ● case studies will, depending on purpose and level, result in different products, from a simple register for a factual chronicle to elaborated judgments for the evaluative test.

Strauss dan Corbin (2003:6) memaparkan sekaitan dengan penelitian kualitatif bahwa

penelitian kualitatif bisa dilakukan oleh peneliti di bidang ilmu sosial, juga oleh para peneliti di

bidang yang menyoroti masalah yang terkait dengan perilaku dan peranan manusia. Sedangkan

Nasution (1988:5) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati

orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa, dan

tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.

Upaya orang tua dan pelatih dalam menata situasi dan kondisi tiap anak/atlet tanpa bias

gender, merupakan fokus utama dalam penelitian ini, sehingga tiap anak, baik laki-laki maupun

perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam segala aktivitas.

Penelitian kualitatif pada dasarnya telah lama digunakan dalam wilayah ilmu sosial,

terutama dalam kajian antropologi yang dikenal dengan metode ‘ethnographic’. Sedangkan

dalam wilayah ilmu pendidikan metode semacam ini lebih dikenal dengan istilah ‘naturalistic’.

Hal senada dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1990:3), yang menyebutkan: “In education,

qualitative research is frequently called naturalistic because the research hangs around where the

events, he or she is interested in naturally occur. And the data is gathered by people engaging in

natural behavior: talking, visiting, looking, eating, and so on”.

Sehubungan dengan penggunaan pendekatan kualitatif, maka data yang dihimpun

diungkap dengan melakukan eksplorasi melalui komunikasi partisipatif yang intensif langsung

dengan sumber data. Perlakuan eksplorasi ini bertujuan untuk menjaring, mengungkap,

memahami, dan menjelaskan masalah, dan berakhir ketika masalah yang diinginkan telah

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

terkumpulkan menurut analisis peneliti yang berfungsi sebagai instrumen utama dalam

pengambilan data.

Penggalian tentang keterjadian pola asuh yang sudah dilakukan dapat dianggap sebagai

riwayat hidup informan. Dalam konteks ini Strauss dan Corbin (2003:8) mengungkapkan bahwa

jenis penelitian kualitatif di antaranya adalah teoritisasi data, etnografi, fenomenologi, riwayat

hidup (life histories), dan analisis percakapan. Sedangkan dalam proses penelitian di lapangan

peneliti mengacu pada “conceptual frame work” dengan maksud segala permasalahan yang

diteliti mampu dijajagi secara mendalam dengan kesungguhan dan ketelitian dalam memaknai

situasi yang dijumpai.

Untuk itu lewat arahan para pembimbing, upaya untuk menghadirkan berbagai media

yang menunjang sangat diharapkan dalam penjaringan data, sehingga peneliti mampu melakukan

deskripsi situasi dan kondisi secara langsung. Pendeskripsian yang dilakukan secara langsung

tanpa penundaan bertujuan agar data yang diperoleh, khususnya mengenai atmosfir, situasi,

kondisi yang menyangkut emosi dapat disimpulkan langsung dalam bentuk rangkuman data

pertahap, sehingga diharapkan tidak ada momen perilaku yang tertinggal. Kondisi seperti ini

dilakukan terus secara berkelanjutan tanpa menunda pada hari berikutnya.

Untuk mendukung kemampuan peneliti dalam mengumpulkan data, diperlukan 1)

pemahaman konsep dan teori dalam mengupas serta mendalami data atau informasi, 2)

memahami situasi dan kondisi sampel beserta keluarga, pelatihnya, dan sekolahnya. Pemahaman

konsep dan teori tidak hanya terkait pada substansi, akan tetapi pemahaman tentang pendekatan

dan cara yang digunakan dalam mendeskripsikan tentang orang, tempat dan hasil pembicaraan

yang dilakukan selama observasi dan wawancara dilakukan (yang keseluruhan itu akan sulit

diproses secara statistik). Pendekatan feminis (feminist perspective) yang berbaur dalam

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penelitian ini merupakan perspektif yang didasarkan pada suatu kerangka teoritik yang feminis,

sehingga kegiatan penelitian yang berkaitan dengan perempuan dapat diterima dan dihargai, dan

merupakan konsep yang dapat dipertimbangkan dalam berbagai situasi dan kondisi dalam

pengambilan keputusan. Penonjolan karakteristik perempuan yang tidak kompeten, lemah, tidak

mandiri, lebih merupakan produk budaya, yang sekaligus meremehkan kaum perempuan yang

cerdas, pintar, mandiri, berani, mampu mengambil keputusan, etis, sukses, dan berbagai

ketangguhan dalam kehidupan. Kemampuan perempuan yang sering tersimpan akibat bias

budaya, semestinya dapat bersama-sama dengan masyarakat mampu mengembangkan kondisi

lingkungan, di bidang ekonomi, politik, dan pribadi.

Terkait dengan variabel penelitian yang mendudukkan pola asuh yang dilakukan orang

tua di rumah, pelatih di klubnya, dan para guru di sekolah, maka peneliti telah berupaya

menggali kehidupan tiap unit analisis jauh ke belakang yang merupakan potret masa lalu yang

memfokuskan diri pada pemberian peluang. Sehingga tiap unit analisis dapat memutuskan untuk

melakukan atau berlatih cabang olahraga yang merupakan pilihannya sendiri. Paradigma

pengalaman masa lalu tentang perempuan, menjadi konteks utama dalam penelitian ini, sehingga

dapat dikatakan bahwa prinsip utama metodologi feminis adalah pengalaman perempuan sebagai

sumber pengetahuan. Dengan demikian pengalaman-pengalaman perempuan dapat dijadikan

sebagai indikator dalam menunjuk dan menganalisis struktur-struktur yang lebih besar. Kondisi

itu dapat juga digunakan untuk menghargai subjektivitas perempuan dan pengalaman hidup

perempuan sebagai variabel penting untuk pembelajaran berikutnya.

Berkaitan dengan metodologi dalam penelitian feminis, Hidayat (2006:33) yang

mengutip tulisan Margareth Fonow menyebutkan bahwa terdapat empat prosedur metodologis

yang berjalan bersama-sama dalam satu proses penelitian, yakni: “1. refleksifitas, 2.

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

orientasi pada aksi, 3. pertimbangan pada unsur afeksi, dan 4. pemanfaatan situasi yang

tengah berlangsung.”

Masalah sosial yang dikaji dalam penelitian ini meliputi banyak aspek seperti prestasi

para atlet perempuan yang ditinjau dari sisi budaya nasional, di mana para perempuan pada

dasarnya belum sepenuhnya diizinkan untuk berprestasi di bidang olahraga khususnya olahraga

maskulin, yakni olahraga yang mengundang citra laki-laki. Sejalan dengan itu Neuman

(1991:16) menjelaskan tentang qualitative style antara lain: “Construct social reality, cultural

meaning, focus on interactive processes, events, situationally constrained, few cases,

subjects,…”. Untuk memperoleh kedalaman masalah, peneliti menjajagi pola pengasuhan yang

dilakukan orang tua selama berada di rumah, pola pengasuhan pelatih selama berada di tempat

pelatihan, dan pengasuhan yang dilakukan guru di sekolah. Untuk itu dalam jumlah waktu yang

tidak terbatas peneliti berada dan tinggal serumah dengan keluarga unit analisis terpilih, sehingga

dengan demikian dapat lebih mencermati secara langsung model pola pengasuhan yang

dilakukan pada atlet perempuan (pelaku olahraga maskulin dan feminin). Oleh karena itu upaya

penyimpulan tentang fokus masalah dapat terlihat secara nyata.

Kumpulan informasi dan situasi serta kondisi emosional yang ada dalam pola pengasuhan

yang dialami anak sebagai atlet perempuan, disusun secara terarah dan terorganisasi dalam

kerangka pemikiran tertentu, sehingga pada tahap selanjutnya dapat diberikan makna dalam

menjelaskan permasalahan penelitian. Metode yang digunakan untuk itu adalah qualitative

research (Bogdan dan Biklen, 1990). Selanjutnya dijelaskan juga bahwa penelitian kualitatif

merupakan suatu istilah yang mengandung makna yang luas dan disebut sebagai ‘as an umbrella

terms’ maksudnya adalah pendekatan ini mencakup segala bentuk penelitian yang memiliki ciri

atau karakteristik yang sama, di mana data yang dikumpulkan merupakan data yang lunak (soft

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

data). Ini sekaitan dengan data yang dikumpulkan yang merupakan uraian kaya akan informasi

dan deskripsi tentang kegiatan informan.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian kualitatif seperti dalam penelitian ini dilakukan

langsung oleh peneliti, dengan mengumpulkan deskripsi tentang atlet perempuan, tempat

berlatih, pola pengasuhan yang dilakukan orang tua dan pelatih, dan sekolah, yang keseluruhan

itu sulit diproses secara statistik. Untuk itu pendekatan kualitatif lebih pada pemberian makna

pada potret yang dilakukan di lapangan, sehingga participant perspective (Bogdan dan Biklen,

1982) dilakukan peneliti dalam upaya menghampiri permasalahan dalam pemusatan perhatian,

minat dan motivasi keingintahuan dalam konteks memahami perilaku, kondisi, perkembangan,

keinginan, persepsi, pendapat, sikap dan aspek kehidupan lainnya dalam perlintasan kehidupan

sehari-hari di rumah dan di tempat pelatihan angkat besi, yudo, dan senam yang digeluti unit

analisis.

Pada keseluruhan kegiatan penelitian dalam upaya penjaringan data, peneliti melakukan

kontak langsung dengan seluruh unit analisis penelitian selama data yang diinginkan belum

memadai/cukup. Dengan demikian peneliti sendirilah yang merupakan kunci dalam

pengumpulan data dan penginterpretasian data yang utama. Hal ini sesuai dengan pendapat

Williams (1988:4) bahwa: “The researcher is the key instrument through which all data are

collected and interpreted”. Sekaitan dengan itu Nasution (1998:54) mengungkapkan tentang

kedudukan peneliti sebagai instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif: “Mempunyai

rasionalitas yang dapat dipertanggungjawabkan sebab mempunyai adaptabilitas yang tinggi, jadi

senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam

penelitian itu. Ia senantiasa dapat memperhalus pertanyaan untuk memperoleh data yang lebih

terinci menurut keinginannya.”

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penjaringan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berkaitan dengan persepsi,

pendapat, dan keberadaan seseorang dalam banyak hal. Demikian juga aspek-aspek lain yang

menyangkut fisik, mental, dan sosial yang terjadi sebelum dan yang sedang dialami oleh tiap unit

analisis. Informasi yang dibutuhkan lebih cenderung pada keberadaan masa lalu, yang

merupakan dampak dari penerapan model pola asuh yang dilakukan orang tua dalam upaya

membesarkan dan mendewasakan anak-anaknya, sehingga anak mampu memutuskan untuk

memilih cabang olahraga prestasi, baik olahraga maskulin maupun olahraga yang termasuk

rumpun feminin.

Kegiatan penjaringan data tidak hanya dilakukan pada unit analisis saja, akan tetapi juga

pada anggota keluarga inti (nuclear family), peer group (kelompok bermain), sekolah, klub

sebagai tempat atlet berlatih (seluruh individu yang bergerak pada organisasi klub tersebut), dan

lingkungan rumah di mana atlet berdomisili. Data dalam bentuk uraian/informasi seperti ini

biasanya sulit dijaring dan dikerjakan melalui prosedur`statistik yang menggunakan instrumen

yang baku.

Dinamika pertanyaan sesungguhnya mampu dirumuskan dengan maksud untuk

memahami gejala sosial yang kompleks dan sering kali bersinggungan dengan ikatan budaya

daerah (etnis Jawa dan Cina, misalnya, yang digunakan dalam sampel penelitian ini) dengan

aspek kehidupan lainnya, sehingga mewarnai latar belakang kehidupan yang nyata yang

tergambar dan terpola dalam diri subjek yang sedang diteliti. Perolehan data seperti yang

dimaksud tersebut juga berupa suatu uraian yang menunjuk pada makna di balik informasi dari

berbagai fenomena yang sedang digali oleh peneliti sendiri, sehingga dapat memotretnya lebih

mendalam dan serinci mungkin. Untuk itu Miles et al (1992:122) mengungkapkan bahwa

penelitian kualitatif akan melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk kata-kata, dengan

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

demikian maka laporan penelitian kualitatif kaya dengan deskripsi, penjelasan dan uraian tentang

aspek-aspek masalah yang menjadi fokus penelitian. Dapat dimengerti bahwa pada tahap awal penelitian, peneliti belum memiliki gambaran

yang jelas tentang keberadaan subjek sebagai unit analisis. Dengan demikian, fokus dan desain

penelitian sebenarnya muncul dan ditemukan ketika peneliti sedang dalam proses

mengumpulkan data di lapangan. Lincoln dan Guba (1985:102) mengistilahkan proses seperti ini

sebagai “emergent design”. Untuk itu seorang peneliti kualitatif merumuskan pertanyaan-

pertanyaannya setelah di lapangan dan berkembang sesuai dengan kondisinya. Dengan demikian

dituntut kemampuan peneliti sebagai instrumen tunggal untuk menghampiri permasalahan

dengan pemusatan perhatian, motivasi, fleksibilitas, ketangguhan, sebagai upaya untuk

mengetahui keberadaan, perilaku, persepsi, pendapat, sikap, dan berbagai aspek lain yang

berkaitan dengan pola kehidupan tiap unit analisis dalam kegiatan kontak langsung.

Sehubungan dengan data yang digali dan berkembang sepenuhnya di lapangan, maka

penelitian ini lebih menaruh perhatian pada proses penelitiannya. Dengan demikian peneliti tidak

saja berhubungan dengan sampel dalam upaya pengumpulan data, akan tetapi melibatkan orang

tua dan pelatih sebagai tokoh dalam pengasuhan atlet, demikian pula kelompok bermain,

lingkungan di mana atlet tinggal, sekolah, dan kelompok-kelompok yang turut melakukan

interaksi sosial pada sampel terpilih.

Pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua di rumah serta pelatih di tempat klubnya

menjadi bagian yang penting dalam menentukan perkembangan sosial atlet yang diungkap dalam

penelitian ini, dan sesuai dengan pendapat Dorothy (1996:70) yang mengatakan paling tidak ada

8 dampak pola pengasuhan yakni:

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia akan belajar memaki; 2. jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi; 3. jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri; 4. jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia akan belajar menyesali diri; 5. jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia akan belajar menahan diri; 6. jika anak dibesarkan dengan dorongan, maka ia akan belajar percaya diri; 7. jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, maka ia akan belajar keadilan; 8. jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

Penataan situasi yang dimaksudkan sebagai aplikasi pola asuh anak, menurut Soelaeman

(1994:76) adalah: “… dapat berupa penataan situasi fisik, situasi psikis, dan situasi sosial

budaya”, di mana ketiga variabel ini berjalan seiring dan sekaligus dalam pembinaan anak dalam

keluarga, sehingga memungkinkan anak merasa betah menjadi bagian dari keluarga. Penataan

fisik misalnya adalah yang berkaitan dengan pengaturan ruang dan alat perabotan rumah, sedang

yang berkaitan dengan psikis yakni penataan suasana kejiwaan yang mengundang setiap anggota

keluarga tanpa ada yang dibedakan untuk ambil bagian dalam perjalanan dan situasi keluarga,

sedangkan penataan sosial budaya berkenaan dengan pola hubungan komunikasi dan pewarisan

nilai-nilai, etika, dan moral dalam keluarga, yang diharapkan dapat terbina dengan harmonis,

sehingga tercipta kelompok yang utuh, saling membutuhkan, dan adanya ketergantungan antara

satu dengan yang lainnya.

B. Prosedur Penelitian

Penelitian yang berupaya untuk menggali kembali bentuk kehidupan yang dilalui sampel

sebagai anak perempuan sebelum berkiprah sebagai atlet nasional, merupakan tujuan dari

penelitian ini. Untuk tujuan tersebut maka peneliti harus terlibat langsung dalam proses

penelitian dengan melakukan observasi partisipasi, wawancara secara mendalam, pemotretan

dokumen dan situasi yang pernah terjadi pada diri sampel, serta diskusi yang mendukung

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penyempurnaan data yang dituju. Data terkumpul secara cermat dari ketiga keluarga atlet secara

berkesinambungan selama lebih kurang 6 bulan lamanya.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, peneliti bekerja langsung sebagai instrumen dalam

penelitian ini, oleh karena itu prosedur penelitian yang menggunakan prinsip kerja penelitian

kualitatif bersiklus secara simultan antara proses pengumpulan data dan analisis datanya. Dengan

demikian data yang belum lengkap tergambar secara langsung pada langkah berikutnya. Selain

itu peneliti secara langsung menuliskan rekaman ulang situasi dan kondisi setiap hari setelah

pengambilan data di lapangan, khususnya yang berkaitan dengan kognisi dan afeksi yang tidak

terlihat dalam rekaman media kaset ataupun kamera. Ini dilakukan agar tidak ada satupun situasi

yang tertinggal dalam pengambilan data, yang dibuat lengkap dalam bentuk rangkuman

sementara.

C. Pemilihan Tata Latar (Setting) Penelitian

Pemilihan latar atau setting penelitian untuk mengungkap konsep pola asuh, dilakukan di

rumah, di klub, dan di sekolah sebagai pilihan pertama atau disebut dengan data utama,

sedangkan suami dan lingkungan pekerjaan bagi atlet yang telah bekerja, berikut masyarakat

terpilih merupakan data tambahan dalam penelitian ini. Pemilihan dunia penelitian ini lebih

disesuaikan pada kebutuhan data yang digali, sebagai titik sentral adalah upaya yang dilakukan

dalam menumbuh kembangkan anak. Bentuk pola asuh yang dilakukan oleh orangtua menjadi

indikator utama dalam diri anak (utamanya) anak perempuannya, sehingga proses pengasuhan

tersebut mampu memberikan pilihan pada anak untuk memutuskan memasuki cabang olahraga

prestasi. Proses pengasuhan yang dilakukan di rumah juga terbaur oleh pengaruh sosial budaya

yang bervariasi untuk tiap kelompok suku, ras, etnis, dan agama yang dianut, sehingga

keragaman itu memberi warna dalam pola kehidupan anak.

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Setelah anak menentukan pilihan untuk menggeluti cabang olahraga yang disenanginya,

akibat dari peluang yang diberikan saat pengasuhan dilakukan, di klub anak mendapatkan pola

pengasuhan kembali oleh pelatih sebagai pengasuh utama dan seluruh individu yang berada di

klub tempat berlatih. Keberadaan klub beserta seluruh pengelolanya memberi pengaruh dalam

pola asuhnya pada diri atlet, dan sebagai penentu dalam menghadirkan prestasi yang gemilang.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pemilihan latar penelitian tidak hanya sebatas di

rumah dan klub saja, akan tetapi mencoba untuk masuk pada kelompok sekolah dan kelompok

tempat bermain tiap unit analisis, hal ini bertujuan agar kelengkapan data dapat terpenuhi, di

mana sekolah turut memberi sumbangan dalam peraihan prestasi, umpamanya saja peluang

dalam memberikan kelonggaran waktu yang dilakukan untuk berlatih dan bertanding. Ketika

sekolah tidak peduli pada pembinaan prestasi olahraga siswanya, maka ini akan memberi

pengaruh yang cukup besar pada atlet untuk berkembang. Demikian pula kelompok bermain

yang memberikan support pada sampel untuk berprestasi dalam cabang olahraga.

Beberapa tempat pemilihan setting penelitian yang telah direncanakan peneliti,

berkembang ketika peneliti sedang melakukan penelitian. Untuk itu masih ada kelompok lainnya

yang terpilih sebagai setting penelitian untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian

ini. Pertimbangan-pertimbangan pemilihan setting penelitian ini merupakan upaya dalam

memahami bekerjanya konteks pengasuhan dalam perkembangan pribadi anak yang berbaur

dengan konsep sosial budaya dengan level dan kepentingan yang berbeda-beda antara

kepentingan dan keinginan keluarga, sekolah, klub, dan peer yang berpengaruh secara sinergis

terhadap pembinaan prestasi atlet yang ditunjuk sebagai sampel.

D. Unit Analisis Penelitian

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sekaitan dengan fokus permasalahan dalam penelitian ini, maka yang menjadi unit

analisis penelitian adalah atlet wanita dengan prestasi olahraga angkat besi (mewakili olahraga

maskulin non-body contact), yudo (mewakili olahraga maskulin body contact), dan senam

(mewakili olahraga feminin). Pemilihan ini didasari pada minimnya kuantitas wanita untuk

terjun dalam pembinaan cabang olahraga prestasi, khususnya olahraga maskulin. Telah

dijelaskan dengan gamblang dalam latar belakang penelitian ini, bahwa faktor peluang yang

dipertegas oleh bias budaya menjadi pengaruh yang besar dalam memicu ketertinggalan wanita

dalam olahraga prestasi. Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengungkap permasalahan

dalam bentuk penelitian dengan mengangkat tiga keluarga yang memiliki anak perempuan

sebagai atlet dalam olahraga maskulin (angkat besi dan yudo) dan keluarga yang memiliki anak

perempuan sebagai atlet dalam olahraga feminin (senam). Penghampiran peneliti tidak hanya

sebatas individual sampel saja, akan tetapi lebih pada menggali kembali proses pengasuhan yang

pernah dilakukan oleh orang tua pada anak perempuannya, sehingga anak mampu memutuskan

untuk memilih cabang olahraga prestasi yang disenangi.

Dapat dijelaskan di sini bahwa peneliti sebagai ‘human instrument’ menentukan unit

analisis penelitian dan jumlah informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah atlet

perempuan sebanyak tiga orang, yakni; a. Atlet wanita yudo, b. Atlet wanita angkat besi, c. Atlet

wanita senam

Sedangkan sumber data lainnya yang digunakan dalam melengkapi data, sehingga dapat

bermanfaat bagi kesesuaian data dalam triangulasi, maka dipilih bebrapa kelompok sebagai agen

sosial yang dekat dengan unit analisis, yakni;

a. Orang tua dan seluruh anggota keluarga dari ketiga unit analisis, sebagai kelompok yang

menerapkan pola asuh yang pertama pada anak.

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Pelatih dari masing-masing atlet (senam, yudo, dan angkat besi) yang menerapkan pola asuh

di tiap klubnya.

c. Kepala sekolah beserta guru-guru dari masing-masing unit analisis sebagai kelompok yang

turut memberi pengasuhan pada perkembangan atlet selama bersekolah.

Dari beberapa kelompok yang mampu menggambarkan situasi dan kondisi anak selama

proses perkembangan dan bergulir secara berkesinambungan, dari rumah, sekolah, ke tempat

latihan, dan masyarakat sekitar, maka praktek penentuan subjek

semacam ini disebut “serial selection of sample unit” Lincoln dan Guba (1982:67)

menamakannya sebagai “Snowball sampling techniques” di mana unit sampel atau subjek

penelitian yang dipilih makin lama makin terarah, selaras, dan semakin terarah pula untuk

pencarian makna pada fokus penelitian. Gambaran proses seperti ini dapat disebut sebagai

‘continuous adjustment or focusing of sample’. Selanjutnya Lincoln dan Guba (1982:97)

menegaskan bahwa “If the purpose is to maximize information, then sampling is terminated

when no information is forthcoming from newly sampled units; thus redundancy is the primary

criterion”. Hal senada juga diungkapkan oleh Nasution (1988:32-33) bahwa: “Penentuan unit

sample (responden) dianggap telah memadai apabila telah sampai pada taraf ‘redundancy’

(ketuntasan atau kejenuhan), artinya bahwa dengan menggunakan subjek penelitian selanjutnya

boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti”.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memenuhi kelengkapan data, peneliti menggunakan beberapa teknik yakni,

observasi dan wawancara. Ketiga teknik ini digunakan secara bergantian dengan tidak

menentukan urutan. Keseluruhan teknik tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhannya dalam

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penjaringan data. Keberfungsian teknik ini juga saling melengkapi, sehingga data yang tidak

dapat diperoleh lewat teknik yang satu dapat terjaring lewat teknik lain yang disediakan. Untuk

keseluruhan penggunaan teknik tersebut dibahas dalam uraian berikut ini.

1. Teknik Observasi

Penggunaan teknik observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan langsung

berpartisipasi dan nonpartisipasi (incidental). Tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk dapat

memahami model pola pengasuhan yang dilakukan keluarga khususnya orangtua, sejak anak

dilahirkan. Jika mencoba melihat bentuk atau tingkatan partisipasi dalam pola observasi,

Nasution (1988:62-63) mengungkapkannya dalam lima tingkatan, yakni: “Partisipasi nihil (non

participation), partisipasi pasif (passive participation), partisipasi seperlunya (moderate

participation), partisipasi aktif (active participation), sampai partisipasi penuh (complete

participation)”. Sesuai dengan tingkatan yang diajukan oleh Nasution, maka penelitian ini

mengacu pada active participation dan complete participation. Penggalian situasi dan kondisi

pengasuhan yang sudah terjadi dapat juga tergambar dari bentuk pola asuh yang masih berjalan

di rumah. Untuk itu peneliti bertindak langsung terjun dalam kehidupan keluarga atlet yang

dipilih sebagai sampel. Selain itu pemberian warna kehidupan untuk sampel dapat terjadi dari

budaya yang dianut oleh keluarga dan percampuran budaya yang terjadi di masyarakat sekitar

tempat tinggalnya. Pembauran budaya yang terjadi sejak anak mengenal lingkungan rumah

yang diteruskan ke lingkungan sekolah, dan lingkungan pelatihan di klub merupakan tempat

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang mewadahi anak untuk berkembang sebagai dirinya. Itu pula yang digunakan sebagai target

dalam menentukan peraihan prestasi dalam cabang olahraganya.

Sebagai langkah awal dalam penggunaan teknik observasi ini, peneliti telah berupaya

memotret secara menyeluruh tentang kondisi sampel, yaitu suasana lingkungan fisik, sosial, dan

budaya secara selintas yang ada di rumah, klub, sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan

bermain. Sejalan dengan itu peneliti berupaya untuk membangun rapport untuk semua setting

penelitian dimaksud, agar pengambilan data dapat berjalan dengan sempurna, sehingga data yang

dibutuhkan benar-benar menggambarkan data sebenarnya. Data hasil observasi awal digunakan

sebagai dasar dalam observasi berikutnya, sehingga tampak jelas kondisi-kondisi yang benar

diperlukan dalam pengambilan data secara mendalam. Dengan demikian paparan data yang

terkumpul dapat dijadikan simpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini dan memberi makna

yang dapat dipedomani dalam melakukan kajian feminis selanjutnya.

Suasana rumah yang merupakan fokus penelitian awal, secara fisik terlihat dari penataan

ruang dan perabotan yang dilakukan dengan bantuan pemotretan kamera, dan perekaman kaset

dari wawancara yang dilakukan. Dari hasil pengungkapan situasi dan kondisi rumah yang

didapat lewat observasi, peneliti mengembangkan observasi berikut sesuai dengan analisis

langsung yang dilakukan sesudah observasi awal. Demikian berikutnya teknik observasi

dilakukan secara berkesinambungan hingga data dianggap cukup.

Observasi berikut setelah lingkungan fisik, beralih pada proses-proses yang

menggambarkan pola pengasuhan, yang antara lain tergambar lewat pola kehidupan sehari-hari

yang dijalani oleh keluarga di mana atlet bertindak sebagai anak. Pola kehidupan dibagi menjadi

empat kelompok waktu yang secara garis besar, yakni:

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pertama, kegiatan pagi hari untuk yang Muslim dimulai dengan melaksanakan solat

subuh bersama, sementara yang non-Muslim untuk berdoa bersama keluarga, yang dilanjutkan

dengan kegiatan lainnya seperti makan bersama, mempersiapkan keberangkatan ke tempat

aktivitas masing-masing secara bersama-sama, sampai pada keberangkatan ke tempat tujuan

masing-masing, dan memposisikan siapa yang akan tinggal di rumah dalam melanjutkan

pekerjaan rumahtangga. Keseluruhan aktivitas pagi diwarnai oleh ragam corak perilaku yang di

dalamnya tersirat makna hubungan antar individu dalam keluarga tersebut, seperti berpamitan

dengan permintaan izin disertai cium tangan atau bentuk perilaku lainnya yang sudah dibiasakan

untuk masing-masing keluarga. Demikian pula pelaporan tentang aktivitas yang akan dilakukan

anak terhadap orang tuanya, sehingga terjadi komunikasi dari beberapa arah yang mewarnai

sejauhmana atau seperti apa model pola asuh yang dilakukan orang tua terhadap anaknya, ketika

anak akan berangkat pagi untuk aktivitasnya.

Kedua, kegiatan siang hari di mana biasanya anak dan orang tua tidak memiliki jadwal

yang sama, sehingga jarang dapat berkumpul untuk makan bersama. Peneliti dalam kesempatan

ini juga melihat apa yang terjadi ketika anak lebih dulu sampai di rumah dibanding orangtuanya

atau sebaliknya.

Ketiga, kegiatan sore hari yang digunakan anak, yang dalam penelitian ini anak yang

dipilih sebagai sampel melakukan kegiatan sore hari untuk berlatih di klub. Dengan demikian

peneliti juga turut serta berpartisipasi dalam acara latihan di klub dengan berupaya mengamati

anak dan tinggal bersama dengannya selama pelatihan berlangsung, atau bahkan di tempat

pertandingan sekalipun. Secara incidental (observasi nonpartisipan) peneliti juga menyempatkan

waktu untuk ada di rumah ketika sampel sedang berlatih, untuk melihat apa yang terjadi atau

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perbincangan apa yang selalu diungkapkan oleh anggota keluarga, khususnya mengenai sampel

sebagai anak yang memiliki prestasi olahraga.

Keempat, kegiatan malam hari yang menurut pemikiran peneliti pada malam hari akan

banyak terungkap data yang dibutuhkan sekaitan dengan pola asuh, karena pada malam harilah

keluarga dapat berkumpul dan berbincang tentang aktivitas yang dilakukan sepanjang satu hari

penuh, yang biasanya dilakukan saat makan bersama dan istirahat sambil menonton TV

bersama.

Catatan lapangan (field notes) yang dibantu oleh kamera serta alat rekam suara

merupakan media yang senantiasa hadir dalam merekam situasi dan kondisi keluarga. Dari

penjaringan data setiap harinya peneliti langsung mengembangkannya menjadi deskripsi,

kemudian dianalisis, dikembangkan, dikategorisasi, diformulasi dan dijelaskan hubungan-

hubungannya (Miles et al, 1992). Hasil kerja itu kemudiandijadikan dasar dalam menemukan

pola-pola yang permanen yang melandasi tiap perilaku sampel dalam tiap aktivitas dalam

kehidupan rutinnya. Penggunaan seluruh teknik pengambilan data yang disediakan mampu

menghadirkan data secara sempurna, sehingga pemaknaan yang dilakukan pada tiap tulisan dan

rekaman dapat lebih terpenuhi.

Penemuan karakteristik yang bervariasi dari tiap unit analisis yang didapatkan selama

proses penelitian berlangsung dianalisis secara induktif, dengan maksud agar kondisi yang

ditemukan secara majemuk di lapangan dapat dikenali lewat interaksi peneliti dan unit analisis

secara berkesinambungan tanpa terputus dan bertanggungjawab. Lincoln dan Guba (1985:40)

menyebutkan tentang pentingnya pengaruh yang ada dari interaksi tersebut. Selanjutnya peneliti

dengan mempelajari fenomena, dan memperhatikan fenomena lainnya yang sama ataupun yang

berbeda diharapkan mampu membangun sebuah teori (Bogdan & Biklen, 1982:29).

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Data yang terkumpul dari ketiga unit analisis secara utuh (wilayah keluarga, klub,

sekolah, kantor, kerabat, dan lain-lain) kemudian disusun, dianalisis, serta diinterpretasikan,

dengan kecenderungan menarik kesimpulan secara idiografis untuk maksud mampu menyajikan

deskripsi kejadian-kejadian tertentu atau pelaku-pelaku perorangan atau kelompok tertentu

tertentu (ditinjau dari berbagai bidang keilmuan, seperti ilmu kemanusiaan atau humaniora,

budaya atau kultur, sosiologi, dan pedagogi) (Lincoln & Guba, 1985:116; Coser, 1971:246).

2. Teknik Wawancara

Teknik pengumpulan data yang kedua adalah wawancara, yang menurut Lincoln dan

Guba (1985:268) merupakan percakapan dengan tujuan tertentu. Demikian pula Nasution

(1988:69) mengatakan wawancara akan terlaksana jika: “secara nyata mengadakan interaksi

dengan responden dan dapat menghadapi kenyataan, adanya pandangan orang lain yang mungkin

berbeda dengan pandangan kita sendiri”. Teknik wawancara yang digunakan pada penelitian ini

adalah wawancara tidak berstruktur (Nasution, 1988:72), dengan harapan data dapat diperoleh

secara mendalam tanpa dibatasi oleh option jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ saja, akan tetapi sampel

dapat lebih leluasa dalam mengemukakan jawaban atau sanggahan atau bahkan pernyataan

sekalipun yang diinginkan oleh peneliti. Untuk itu pada awalnya belum dapat dipersiapkan

sejumlah pertanyaan yang spesifik, karena belum diketahui secara pasti tentang penjelasan apa

yang akan diberikan informan saat wawancara awal dimulai. Jadi jelaslah bahwa pertanyaan

yang berkembang dalam wawancara merupakan respon yang dilakukan peneliti terhadap

jawaban awal informan.

Diharapkan dengan teknik wawancara ini dapat terekam data yang berkaitan dengan

sikap, apresiasi, keyakinan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pola asuh yang dialami sampel

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pada masa yang lalu, sedang berlangsung, serta keinginannya dan sikapnya pada masa yang akan

datang. Langkah berikutnya setelah data pada wawancara berstruktur sudah terlihat arah

pembicaraan antara peneliti dan informan, maka wawancara berstruktur dapat saja dilakukan

dalam upaya menjaring data yang relatif besar. Yang penting diingat bahwa tujuan peneliti dalam

melakukan wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan buah

hati orang lain (informan), dan bagaimana pandangannya tentang dunianya yang sulit diperoleh

lewat observasi (Nasution, 1988:73).

Lincol dan Guba (1985:268) memaparkan tentang maksud digunakannya wawancara

adalah untuk:

a. obtaining here and now construction of persons, events activities, organizations, feelings, motivations, claims, concerns, and others entities

b. reconstructions of such entities as experienced in the past c. projections of such entities as they are expected to be experienced in the future d. verification, emendation, and extension of information (constructions,

reconstructions, or projections) obtained from other sources, human and nonhuman (triangulations) and

e. verification, emendation, and extension of constructions developed by the inguirer (member checking).

Dari uraian tersebut tertangkap makna bahwa teknik wawancara yang digunakan dalam

penelitian ini, bukanlah teknik yang berdiri sendiri melainkan dalam penggunaannya sebagai

teknik pengumpul data penyerta pada saat melakukan observasi dan analisis dokumentasi.

Wawancara yang digunakan terdiri dari dua bentuk yakni: focused interview dan free interview.

Kedua bentuk wawancara ini digunakan sesuai dengan permasalahan yang akan diungkap. Jika

terpusat pada satu pokok masalah tertentu maka yang dipakai adalah focused interview,

sedangkan untuk pokok masalah yang relatif banyak dan berkaitan maka free interview akan

lebih cocok penggunaannya (Koentjaraningrat, 1967:139).

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Wawancara yang dilakukan selama penelitian berlangsung sering kali tidak terjadwal

ataupun tidak baku pada pertanyaan yang ditulis, akan tetapi berkembang sesuai dengan alur

topik yang muncul. Goeta dan LeCompte (1984:119) mengatakan bahwa dalam Penelitian

Etnograpi: “Differentiates three forms of interview: the scheduled standarized interviews, the

nonscheduled standarized interview, the nonstandarized interview”.

Wawancara pada awalnya dilakukan pada orangtua sampel sebagai tokoh utama dalam

pengasuhan, masa sebelum menjadi atlet hingga menjadi atlet nasional. Dari wawancara tersebut

terkumpulkan data tentang pemberian peluang pada anak-anak yang tidak bias gender. Artinya

semua anak di dalam rumah mendapat perlakuan dan peluang serta pekerjaan yang sama tanpa

membedakan satu dan yang lainnya; sejauhmana model pola asuh yang dilakukan orang tua

mengasuh anaknya, sehingga anak tersebut berpeluang dalam prestasi nasional, baik dalam

olahraga feminin maupun maskulin. Wawancara yang sama juga dilakukan berkesinambungan

pada sampel, pelatih dan seluruh individu yang ada dalam tempat pelatihan, fihak sekolah,

kelompok bermain sampel, dan kelompok-kelompok lain yang dianggap perlu, seperti dijelaskan

oleh Strauss dan Corbin (2003:200) bahwa keputusan awal dalam melakukan penyampelan boleh

berubah ketika penelitian tengah dikerjakan.

Pencatatan serta perekaman hasil wawancara dilengkapi dengan perekaman. Peneliti

berupaya semaksimal mungkin agar informan dapat diwawancarai tanpa menaruh rasa curiga

pada peneliti. Teknik pendekatan dalam upaya membina hubungan yang harmonis diciptakan

sebelum wawancara dilakukan, agar informan tidak segan atau takut mengeluarkan pemikiran

dan situasi yang sesungguhnya. Wawancara yang dilakukan sebagai seorang sahabat akan

dipelihara demi terjaminnya data yang akurat.

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sama halnya dengan teknik observasi, juga pada teknik wawancara ini hasil yang didapat

segera dianalisis untuk menghindari adanya data pada saat proses wawancara berlangsung yang

hilang atau terlupakan, yang dapat saja diakibatkan oleh kelemahan pencatatan atau faktor lupa,

dan yang paling penting adalah kondisi atmosfir ketika wawancara berlangsung. Keseluruhan

informasi yang diperoleh, dicatat, dan direkam selanjutnya dituangkan ke dalam catatan

lapangan (field notes), dan disusun secara lebih rinci untuk memudahkan pemahaman dan

analisis berikutnya.

Dari hasil wawancara ini, kemudian dilakukan analisis data yang menghasilkan deskripsi,

eksplanasi, komparasi, dan kausalitas secara dialogis. Keseluruhan itu menjadi dasar dalam

mendalami kondisi informan sehingga mampu melakukan abstraksi lebih lanjut untuk kegiatan

penjaringan berikutnya. Analisa data mampu melahirkan konsep umum yang sejalan dengan

pandangan informan yang berkaitan dengan pola asuh yang dialami sebagai anak perempuan,

yang sering sekali terbias oleh faktor budaya dan keyakinan yang dianut oleh keluarga itu.

F. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Upaya mengumpulkan data di lapangan dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik

yang telah ditetapkan dan bertujuan agar diperoleh data secara rinci dan tepat sesuai dengan

fokus penelitian. Sering kali data yang terjaring kurang relevan terhadap penelitian atau bahkan

data yang semula tampaknya kurang penting, kemudian menjadi sangat relevan. Untuk itu

dibutuhkan kejelian dalam pengumpulan data, sehingga semua data yang dibutuhkan tidak luput

dari pengamatan. Seleksi dan evaluasi diupayakan sesering mungkin terhadap data yang

dikumpulkan, sehingga lebih mengarahkan peneliti pada fokus penelitian yang dikehendaki.

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Peneliti sebagai human instrument sebelum memasuki lapangan telah memiliki catatan

mengenai berbagai persiapan, perasaannya, harapannya dan pandangannya terhadap dirinya

sebagai kunci dalam pengambilan data (Lincoln & Guba, 1985:193-194). Penelitian yang

bersifat kualitataif, pada tahap awal penelitian memang belum memiliki gambaran yang jelas

tentang aspek-aspek masalah yang akan diteliti. Pengembangan focus penelitian dilakukan

sambal mengumpulkan data, proses seperti ini dikenal dengan “emergent design’ (Lincoln &

Guba, 1985:102). Segala sesuatunya yang berkaitan dengan pengambilan dan pengumpulan data

berkembang di lapangan. Akibatnya catatan yang dimiliki sebelum dan saat proses pengumpulan

data berlangsung menjadi bersambungan hingga penelitian dianggap berakhir.

Akhir dari sebuah penelitian kualitatif memang cukup lama, itu sebabnya peneliti dalam

penelitian ini, melakukan penjaringan data selama 6 bulan lamanya, hingga datanya sudah

sampai pada level jenuh. Selanjutnya Lincoln dan Guba mengemukakan alasan-alasan di mana

manusia berfungsi langsung sebagai pengambil data:

a. Hanya manusia yang dapat merasakan dan segera memberikan tanggapan terhadap tanda-tanda atau petunjuk-petunjuk mengenai situasi perorangan, kelompok, maupun lingkungan yang ada.

b. Daya kemampuan menyesuaikan diri yang tinggi pada manusia, sehingga ia dapat mengumpulkan informasi mengenai banyak hal pada berbagai tingkatan secara simultan

c. Tekanan yang holistik memerlukan instrumen yang mampu menangkap fenomenon dengan segala konteksnya secara utuh dan menyeluruh

d. Manusia mampu berfungsi secara kompeten dan simultan baik di ranah pengetahuan proposisional maupun dalam pengetahuan yang dikumpulkan berdasarkan pengalaman (propositional and tacit knowledge).

e. Manusia mampu untuk memproses data begitu dikumpulkan, langsung mengembangkan dalam bentuk hipotesis serta langsung mencobanya dengan responden di tempat itu juga.

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

f. Manusia memiliki kemampuan unik untuk menyimpulkan data di tempat, dan langsung dapat meminta penjelasan, perbaikan dan uraian yang lebih jelas dari responden.

g. Kemungkinan jawaban yang tidak lazim atau aneh dapat diselidiki lebih jauh oleh instrumen manusia, bukan hanya untuk validitasnya akan tetapi terlebih penting untuk mencapai tingkat pengertian yang lebih tinggi dari apa yang mungkin dilakukan oleh alat pengambil data yang bukan manusia.

Berikut ini peneliti menguraikan secara rinci tentang tata cara pelaksanaan pengumpulan

data dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi yang dilakukan oleh peneliti baik secara langsung maupun insidental,

dilakukan sesering mungkin pada ketiga unit analisis, ketiga keluarga, ketiga tempat latihan

(klub), dan ketiga sekolah, dengan tujuan agar seluruh potret data yang dibutuhkan dapat

terjaring dengan sempurna. Untuk keempat unit analisis penelitian ini dipaparkan sebagaimana

berikut ini.

Pada unit analisis 1 atlet yudo

Pada unit analisis 2, atlet angkat besi

Pada unit analisis 3, atlet senam

Oleh karena data utama berasal dari ketiga atlet sebagai unit analisis yang dipilih sesuai

dengan kasusnya masing-masing, maka fokus utama diarahkan oleh peneliti pada pengungkapan

tentang mengapa unit analisis tersebut memilih olahraga yang menjadikan mereka mampu

berprestasi sebagai elit atlit, yang sekaligus memposisikan diri sebagai pelaku dalam aktivitas

publik.

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk melengkapi data penelitian, peneliti juga menjaring data dari ketiga lingkungan

keluarga peneliti, yakni mengamati situasi, kondisi, pola hubungan sesama anggota keluarga,

aturan yang dipakai, budaya yang dianut, pelaksanaan tugas rumah tangga, dan beberapa

pengamatan lainnya yang muncul ketika peneliti tinggal bersama dengan ketiga keluarga

tersebut. Pengamatan terhadap kondisi rumah tinggal juga menjadi hal yang penting dalam

melengkapi data penelitian, ini berkaitan dengan pengamatan fisik.

Untuk menjaring data secara lengkap maka upaya yang dilakukan adalah, peneliti tinggal

bersama selama lebih kurang empat bulan lamanya, secara bergantian pada 3 unit analisis

penelitian ini, dengan harapan seluruh aktivitas baik di rumahtangga, sekolah, klub, maupun

masyarakat sekitar dapat tertangkap dengan jelas oleh peneliti tanpa ada hambatan. Upaya dan

harapan yang dilakukan lewat memotret pola asuh yang pernah terjadi yang dilakukan orang tua

terhadap anaknya selama satu hari penuh.

Seluruh kejadian yang ada merupakan catatan penting dalam mendeskripsikan

keberadaannya yang diperlukan dalam analisa data. Meski dapat dipahami, peneliti sebagai

instrumen langsung sering kurang objektif dalam mengambil data, karena selalu dipengaruhi

oleh pengetahuan dan kemampuannya dalam mengamati, menganalisa dan mengambil

keputusan, akan tetapi Miles dan Huberman (1984:230), mengakui bahwa adanya kelemahan

tersebut sering disebabkan karena adanya monopoli yang vertikal dari cara kerja penelitian

kualitatif, seperti peneliti yang bekerja seorang diri pada situs penelitiannya akan sepenuhnya

memutuskan segala kondisi yang terangkum dalam proses penelitiannya.

Untuk itu peneliti kualitatif harus lebih berhati-hati terhadap situasi dan kondisi yang

dapat mengakibatkan bias pada penelitian. Miles et all (1992:230) merangkumnya dalam tiga

Page 25: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sumber potensi bias yakni: “1) Kesalahan yang menyeluruh (holistic fallacy), 2) Prasangka yang

elitis (elit bias), 3) peneliti menyeberang ke pihak yang diteliti (going native)”.

Dalam dunia penelitian ini menjadi sangat penting dalam upaya menilik pola asuh yang

dilakukan pelatih dan segenap orang yang ada dan mengelola klub tempat sampel berlatih. Klub

merupakan tempat untuk menggodok atlet dan sangat menentukan dalam pencapaian prestasi

yang tinggi. Pengamatan yang dilakukan tidak hanya sebatas pada latihan secara fisik saja, akan

tetapi data yang mengikutinya seperti faktor kognitif, afektif, pembinaan mental, menjadi unsur

penting dalam penggarapan data di lapangan. Perlakuan pelatih pada setiap atlit sangat

mempengaruhi perkembangannya, untuk itu seluruh komponen yang berkaitan dengan pelatihan

akan menjadi pokok pengamatan peneliti.

Sekolah menjadi penting dan merupakan ungkapan data utama, secara umum ingin

melihat peluang yang diberikan pihak sekolah dalam mendukung prestasi siswanya sebagai atlet.

Hal lain sekaitan dengan unsur yang mendukung peraihan prestasi juga menjadi lahan

pengambilan data, selama anak bersekolah sambil berlatih ataupun bertanding. Analisa

sementara berdasarkan pengamatan dan pengalaman sepintas yang diperoleh dari atlet bahwa

sekolah memberi peluang yang cukup besar, umpamanya dari segi waktu saja, fihak sekolah

mengupayakan dispensasi jika diperlukan siswa. Selain itu dokumen sekaitan dengan beberapa

penghargaan baik tertulis maupun bentuk apapun dalam rangka kejuaraan atau pertandingan

olahraga.

2. Wawancara

Data yang tidak mungkin didapatkan lewat observasi atau pengamatan, dijaring lewat

wawancara (Nasution,1988:73). Ini dilakukan dengan mengadakan percakapan dengan berbagai

Page 26: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pihak, seperti orangtua dan anggota keluarga lainnya, pelatih dan orang-orang yang berada di

lingkungan klub, tetangga, civitas sekolah, dan kelompok bermainnya. Pada awal pengumpulan

data, petunjuk wawancara dan petunjuk pengamatan digunakan hanya sebagai petunjuk awal

saja, karena bila tidak penerapan petunjuk secara kaku dalam penelitian akan menimbulkan efek

seperti, akan menutup kemungkinan diperolehnya data yang ada dalam situasi tersebut,

membatasi jumlah dan jenis data yang terkumpul, dan menghambat peneliti dalam mencapai

kepadatan dari variasi konsep yang sangat dibutuhkan dalam membangun grounded theory

(Strauss dan Corbin, 2003:201).

Wawancara dilakukan tidak hanya sebatas satu atau dua kali saja, akan tetapi berkali-kali

untuk mendapatkan data yang lebih dalam dan lebih mengena terhadap fokus penelitian. Untuk

ketiga keluarga sampel secara umum wawancara dilakukan pada topik yang sama, meski tidak

menutup kemungkinan terjadi pembedaan diakibatkan situasi dan kondisi yang berbeda.

Sedangkan untuk kondisi pelatihan yang juga merupakan kelompok inti dalam situs penelitian ini

setelah keluarga, mengarahkan wawancara pada kelompok olahraga yang dipilih (olahraga

maskulin dan feminin). Situasi berkembang lebih jauh pada bentuk pola atau program

pelatihannya dalam dua bentuk cabang olahraga yang berbeda pada perempuan khususnya.

Meski lingkungan rumah, sekolah, dan kelompok bermain merupakan kelompok yang

ditunjuk sebagai setting dalam penelitian ini, sebagai kelompok untuk melengkapi data pada

setting utama, peneliti juga berupaya untuk menanyakan core permasalahan yang berbeda. Untuk

lingkungan rumah misalnya, akan lebih cenderung pertanyaan mengarah pada perolehan

tanggapan tentang anutan budaya yang berhubungan dengan prestasi olahraga yang dilakukan

oleh para wanita.

Page 27: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sedangkan untuk lingkungan sekolah, utamanya kepala sekolah sebagai pengambil

keputusan tertinggi dalam dukungan yang diberikannya dalam segi pemberian waktu untuk

berlakon dalam kancah olahraga. Artinya, siswa yang ditunjuk sebagai sampel dalam penelitian

ini ketika bersekolah, sering meninggalkan bangku sekolah untuk beraktivitas, baik dalam

latihan maupun pertandingan. Sementara pada kelompok bermain, pengumpulan data dilakukan

untuk lebih melihat pada keluhan yang dilontarkan sampel sebagai teman sharing sekaitan

dengan kelelahan dan kejenuhan dalam mengikuti pelatihan yang rutin dan otomatis menyita

waktu berkumpul dan bermain dengan kelompoknya.

Seperti telah dibahas sebelumnya, bahwa penjaringan data yang dilakukan melalui

wawncara, merupakan penggabungan dari: 1) wawancara terstruktur (structured interview), ini

dilakukan juka peneliti telah mengetahui tentang informasi apa yang akan diperoleh; 2)

wawancara semiterstruktur (semistructure interview), jika peneliti ingin menemukan masalah

lebih terbuka; dan 3) wawancara tak berstruktur (unstructured interview), perlakuan wawancara

tanpa pedoman wawancara.

Untuk kasus yang berbeda dalam pengungkapannya, maka diperlukan wawancara yang

bervariasi. Demikian pula untuk latar belakang keluarga yang berbeda pula. Ada keluarga yang

tidak ingin ditanya, akan tetapi lebih cenderung untuk menceritakan topik yang diajukan oleh

peneliti. Dalam kondisi seperti itu, peneliti lebih banyak mendengar dan mencatat, bahkan

merekam seluruh isi cerita, sehingga diharapkan tidak ada data yang terlewatkan dan tertinggal,

dan ini tergolong pada wawancara tak berstruktur murni. Sebaliknya ada pula keluarga ataupun

pelatih yang semata-mata akan memberikan komentar jika ditanya. Untuk itu dibutuhkan

kejelian seorang peneliti sebagai human instrument.

Page 28: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

G. Memperoleh Tingkat Keabsahan Data

Data yang terjaring lewat pengamatan, wawancara dan dokumentasi, dicoba untuk

dilihat tingkat keabsahannya. Alasan utama adalah sering munculnya prasangka-prasangka

subjektif dari peneliti yang tergambar dari dirinya sendiri, sehingga kondisi demikian ini

menyebabkan bias dan mengelabui data yang ada.

Pada langkah awal pengambilan data misalnya, peneliti hendaknya berperan tidak

sebagai atasan pada bawahan, Strauss dan Corbin (2003:203) mengungkapkan beberapa petunjuk

dalam pengambilan data kualitataif, dengan cara mendekati subjek, mengajukan pertanyaan,

mengamati, membaca dokumen, serta mencermati tayangan video kaset merupakan unsur yang

penting dalam proses penelitian, dan merupakan bagian dari karakteristik peneliti yang

dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan. Selain itu Bogdan & Biklen (1982:42) memaparkan

agar peneliti kualitatif berusaha untuk mengkaji dengan objektif untuk seluruh keadaan yang

subjektif dari sampel.

Sedangkan untuk mempertahankan keobjektivan data yang diperoleh, Nasution

(1988:110) mengungkapkan sebagai berikut: “Data hanya dapat dianggap objektif bila diperoleh

berdasarkan kesamaan hasil pengamatan sejumlah peneliti dan dapat dicek kebenarannya oleh

orang lain”, atas dasar itu peneliti dapat saja bekerja sama dengan para pembimbing dalam

mempertahankan objektivitas data yang diperoleh. Pengecekan

kebenaran data, sehingga data yang diperoleh bukan merupakan rekaan peneliti atau unit analisis

sendiri, dilakukan dengan pengecekan-pengecekan ulang (membercheek) data dari keluarga,

klub, sekolah, dan orang-orang yang berhubungan dengan unit analisis yang disebut dengan

triangulasi. Untuk itu hal yang tidak kalah pentingnya adalah peneliti berupaya menjauhi segala

Page 29: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kemungkinan bias atau prasangka pada dirinya yang disebabkan oleh latar belakangnya seperti

latar belakang pendidikan, status sosial, suku, agama, dan ras, atau latar belakang lainnya yang

berbeda dengan informan.

Mengacu pada pendapat Lincoln & Guba (1985:301-321), tingkat keabsahan suatu

penelitian kualitatif dapat diukur dengan tiga kriteria, yakni: kredibilitas, tranferabilitas,

dependabilitas, dan konfirmabilitas

Tingkat Kredibilitas

Tingkat kredibilitas sangat berkaitan dengan persoalan seberapa jauh kebenaran hasil

penelitian dapat dipercaya, artinya apakah data yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara

dan studi dokumentasi telah mengungkapkan hal-hal yang sesungguhnya dimiliki informan.

Lincoln & Guba (1985:301) menyarankan tentang cara mempertahankan tingkat

kredibilitas melalui 5 teknik yakni:

1. Kegiatan-kegiatan yang mendukung penemuan dan penafsiran yang dipercaya,

dengan melaksanakan penelitian dalam waktu yang cukup lama, pengamatan yang

terus menerus, dan triangulasi (triangulation).

2. Kegiatan pengawasan terhadap proses inquiri

3. Kegiatan memperhalus hipotesa dengan terkumpulnya sejumlah informasi, termasuk

kasus-kasus yang negatif

4. Kegiatan yang memungkinkan rujukan yang mantap (referential adequency), antara

lain dengan membandingkan penemuan dan penafsiran pendahuluan dengan data

yang dikumpulkan untuk pengawetan (rekaman, foto, dan lain-lain)

Page 30: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5. Kegiatan yang memungkinkan untuk menguji penemuan dan penafsiran dengan

sumber asal, yaitu orang-orang yang memberikan informasi dalam penelitian

(member-checking)

Untuk mempertahankan tingkat kredibilitas penelitian ini, peneliti dengan seksama

melakukan kelima tahapan kegiatan yang diajukan di atas.

Tingkat Transferabilitas

Transferabilitas merupakan salah satu kriteria yang berhubungan dengan adanya

nilai transfer dari hasil penelitian. Untuk pengujian nilai transfer terletak pada pengungkapan

jawaban dari pertanyaan yang berkaitan dengan sejauh mana hasil penelitian ini dapat digunakan

atau diaplikasikan dalam situasi lain. Nasution (1988:118) memaparkan, “Transferability

bergantung pada sipemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan

dalam konteks dan situasi tertentu”.

Beberapa acuan yang diajukan dalam upaya mempertahankan tingkat transferabilitas

adalah mengurangi bias dalam pengambilan data dengan cara menjalin hubungan sedekat

mungkin dengan informan. Akan tetapi penjalinan hubungan tersebut tidak menjadikan pola

pengaruh yang negatif pula dalam penjaringan data, misalnya pola hubungan tersebut

menjadikan pola emosionil yang mengendap, karena merasa sungkan untuk memaparkan data

yang sesungguhnya. Demikian juga halnya dengan penghindaran diri peneliti terhadap pengaruh

situs penelitian dan juga sebaliknya.

Tingkat Dependabilitas dan Konfirmabilitas

Page 31: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Apakah peneliti dapat dependable, sehingga hasil penelitian dapat diakui

keterandalannya, kondisi seperti ini dituntut pada peneliti sebagai alat utama penghasil data

dalam pendekatan kualitatif. Nasution (1988:119) memaparkan bahwa: “Hal yang dapat

dilakukan ialah menyatukan dependability dengan confirmability. Ini dilakukan dengan cara

‘audit trail”. Hal yang sama diungkapkan oleh Lincoln & Guba (1985:319) bahwa

dependabilitas dan konfirmabilitas merupakan kriterium yang berkaitan dengan masalah

kebenaran yang ditunjukkan dengan upaya melakukan proses audit trail. Untuk penelitian ini

sistem audit trail dilakukan melalui pembimbingan dengan seluruh tim pembimbing disertasi.

Selanjutnya Nasution (1988:120) menjelaskan sekaitan dengan bahan-bahan yang harus

disediakan oleh peneliti dalam melakukan audit trail adalah: “kelengkapan data mentah, hasil

analisis data, hasil sintesis data, dan catatan mengenai proses yang digunakan yang berkaitan

dengan metodologi, disain, strategi, prosedur, rasional, dan upaya yang dilakukan untuk

menjamin tingkat keabsahan data”.

H. Teknik Analisis Data

Sehubungan tidak adanya prosedur baku dalam menganalisis data dalam penelitian

kualitatif, maka dalam hal ini peneliti berupaya untuk mencari cara dan pola khusus untuk

melakukan analisis data sesuai dengan fokus penelitian. Upaya yang dilakukan dalam

penyusunan data adalah menggolongkannya dalam pola, tema, dan kategorisasi yang sesuai.

Kreativitas dan kemampuan intelektual yang tinggi dibutuhkan dalam menganalisis data,

sehingga peneliti tidak melakukan kesalahan dalam pemaknaan tiap data yang diperoleh.

Nasution (1988:126) mengatakan bahwa: “Jika peneliti tidak dapat mengadakan interpretasi dan

Page 32: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hanya menyajikan data deskriptif saja, maka sebenarnya penelitian itu sia-sia saja dan tidak

memenuhi harapan”.

Pembuatan tafsiran dan interpretasi yang menggambarkan perspektif atau pandangan

peneliti, digunakan untuk menyusun dan menjelaskan unit atau kategori tersebut, yang

berikutnya mencari hubungan di antara berbagai konsep yang ditemukan hingga pemberian

makna dan menemukan analisis dan kategori. Analisis yang demikian menurut Hadisubroto

(1988:15) merupakan suatu proses kerja yang tujuannya membuat informasi-informasi yang

telah berhasil dihimpun menjadi sesuatu yang jelas dan eksplisit. Hal yang sama diungkapkan

oleh Bogdan & Biklen (1982:68-70) bahwa prosedur analisis semacam ini disebut sebagai

content analisys.

Dengan berpatokan pada uraian dan tata aturan yang dikemukakan tersebut, maka secara

sederhana dapat digambarkan tahapan-tahapan analisis yang dilakukan oleh peneliti, sebagai

berikut:

1. Dari data yang dihasilkan lewat pengamatan yang berulang terus menerus dan

berkesinambungan, wawancara, serta studi dokumentasi, kemudian diketik dengan rapih

sehingga mudah terbaca, dapat membantu peneliti dalam membuat deskripsi untuk

menggambarkan masalah. Ini dilakukan dengan sistem pengkodean pada data mentah,

dengan tujuan untuk dapat ditransformasikan secara sistematis dan digolong-golongkan

sesuai dengan karakteristiknya yang terkait pada fokus penelitian. Identifikasi data yang

dilakukan dengan model penggolongan tadi, diharapkan dapat menghampiri peneliti

dalam memiliki wawasan untuk melakukan analisis data yang berikutnya. Gambaran

yang demikian ini membangun kerangka analisis untuk melakukan rekonstruksi.

Selanjutnya akan mampu membuat kategori dan konsep, melakukan interpretasi, dan

Page 33: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8235/4/d_por_049787_chapter3.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu case studies will, depending

Berliana, 2009 Partisipasi Wanita Dalam Olahraga Prestasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menjelaskan proporsi antar konsep yang dibentuk oleh hubungan yang terbina selama

proses pengambilan data berlangsung. Analisa dan rekonstruksi data yang berulang kali

dilakukan menghasilkan bangunan relasi sistem antar berbagai konsep yang berkaitan

dengan pola asuh anak dalam keluarga.

2. Setelah pembuatan kategori lewat penggolongan data pada tahap pertama, selanjutnya

upaya analisa data bergerak pada menjelaskan secara tertulis agar tiap kategori tadi dapat

dipahami sejalan dengan pencarian penggolongan data lain yang relevan. Menjadi sulit

dalam melakukan pekerjaan pada tahap kedua ini, karena sering terganggu oleh

pemikiran yang ada saat melakukan analisis saja, padahal kondisi pengambilan data

sering diwarnai oleh atmosfir yang bervariasi. Untuk mengatasi hal itu rekaman audio

visual dicermati kembali. Hal yang paling penting adalah membuka kembali field notes

yang dibuat sesaat ketika tiap pengamatan selesai dilakukan.

3. Tahapan yang ketiga membuat tafsiran dengan menggambarkan perspektif peneliti dalam

memberikan makna dari tiap pengelompokan data dan menjelaskan makna hubungan tiap

unitnya.