BAB III. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan...

14
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Baru Bumi Serpong Damai, Provinsi Banten, serta di wilayah sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei – September 2011. 3.2. Rancangan Penelitian Penelitian ini melibatkan banyak stakeholder untuk berbagai kepentingan dan merupakan penelitian yang cukup kompleks. Oleh karenanya maka penelitian ini memerlukan pendekatan secara holistik, sehingga dari sini akan dapat memecahkan masalah, tidak secara parsial, namun akan memecahkan masalah secara lebih tuntas. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan pendekatan sistem. Adapun alasan pemilihan tersebut disebabkan pendekatan sistem merupakan salah satu metode yang dapat menyelesaikan permasalahan dengan kompleksitas yang cukup tinggi, sehingga dapat memenuhi tujuan yang telah ditetapkan. 3.3. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini akan dikumpulkan baik data primer maupun data sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung dari lokasi penelitian melalui pengamatan, diskusi serta wawancara langsung dengan para pakar dan stakeholder. Data sekunder diperoleh dengan cara menelusuri berbagai sumber seperti hasil penelitian dan berbagai dokumen dari instansi terkait. Adapun jenis dan sumber data yang dikumpulkan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6. 3.4. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini dalam rangka menggali informasi dan pengetahuan (akuisisi pendapat pakar), ditentukan/dipilih secara sengaja (purposive sampling) diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada kebutuhan penelitian. Adapun yang dimaksud dengan pakar di sini adalah pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan ahli dalam model pengelolaan kota baru mandiri. Dasar pertimbangan dalam penentuan atau pemilihan pakar untuk dijadikan sebagai responden menggunakan kriteria, sebagai berikut: 1. Keberadaan responden dan kesediaanya untuk dijadikan responden.

Transcript of BAB III. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan...

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Baru Bumi Serpong Damai, Provinsi Banten,

serta di wilayah sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei – September 2011.

3.2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini melibatkan banyak stakeholder untuk berbagai kepentingan dan

merupakan penelitian yang cukup kompleks. Oleh karenanya maka penelitian ini

memerlukan pendekatan secara holistik, sehingga dari sini akan dapat memecahkan

masalah, tidak secara parsial, namun akan memecahkan masalah secara lebih tuntas.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan pendekatan sistem. Adapun

alasan pemilihan tersebut disebabkan pendekatan sistem merupakan salah satu metode

yang dapat menyelesaikan permasalahan dengan kompleksitas yang cukup tinggi,

sehingga dapat memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini akan dikumpulkan baik data primer maupun data sekunder.

Data primer dikumpulkan secara langsung dari lokasi penelitian melalui pengamatan,

diskusi serta wawancara langsung dengan para pakar dan stakeholder. Data sekunder

diperoleh dengan cara menelusuri berbagai sumber seperti hasil penelitian dan berbagai

dokumen dari instansi terkait. Adapun jenis dan sumber data yang dikumpulkan pada

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.

3.4. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini dalam rangka

menggali informasi dan pengetahuan (akuisisi pendapat pakar), ditentukan/dipilih

secara sengaja (purposive sampling) diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

yang didasarkan pada kebutuhan penelitian. Adapun yang dimaksud dengan pakar di

sini adalah pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan ahli dalam model pengelolaan

kota baru mandiri. Dasar pertimbangan dalam penentuan atau pemilihan pakar untuk

dijadikan sebagai responden menggunakan kriteria, sebagai berikut:

1. Keberadaan responden dan kesediaanya untuk dijadikan responden.

42

2. Memiliki reputasi, kedudukan/jabatan dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai

ahli atau pakar pada bidang yang diteliti.

3. Memiliki latar belakang pendidikan tinggi di bidang yang dikaji dan atau telah

memiliki pengalaman dalam bidangnya minimal 2 tahun.

Adapun stakeholders yang diwawancara di sini adalah penghuni perumahan BSD,

developer/pengembang BSD, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang, Dinas

PU Kabupaten Tanggerang, perwakilan/asosiasi pengusaha, perguruan tinggi,

lembaga swadaya masyarakat yang peduli dengan pengelolaan lingkungan, dan (5)

tokoh masyarakat sekitar. Untuk lebih jelasnya Jenis dan sumber data yang

diperlukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6, dan responden keseluruhan

disajikan pada Tabel 7.

3.5. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini dilakukan berbagai analisis yakni analisis deskriptif untuk

melihat kondisi lingkungan eksisting, analisis keberlanjutan, analisis prospektif dan

permodelan. Untuk lebih jelasnya tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.

a Analisis Keberlanjutan

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap status keberlanjutan

pengelolaan lingkungan di Kota Baru BSD. Analisis terhadap status keberlanjutan

kawasan dilakukan dengan mengkaji kondisi lima dimensi pengelolaan lingkungan

yakni dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan kelembagaan. Hasil analisis ini

diperoleh faktor pengungkit keberlanjutan pengelolaan lingkungan di Kota Baru BSD

untuk setiap dimensi. Faktor ini penting untuk diperhatikan dalam rangka mencapai

pengendalian lingkungan dalam pembangunan Kota Baru BSD yang berkelanjutan.

Keberlanjutan kawasan kota baru akan dianalisis melalui pendekatan multidimensional

scaling (MDS) dengan analisis Rapfish. MDS adalah teknik analisis yang digunakan

untuk mengetahui keberlanjutan pembangunan wilayah secara multidisipliner. Dimensi

dalam MDS menyangkut berbagai aspek. Setiap dimensi memiliki atribut atau indikator

yang terkait dengan keberlanjutan pembangunan kawasan.

43

Tabel 6. Jenis dan sumber data yang diperlukan pada penelitian

Data Indikator Unit Sumber

Luas kota baru Luas kawasan Kota Baru terbangun ha PT. BSD

Kualitas udara Konsentrasi ambien polusi udara padakawasan kotabaru BSD dan Jakarta(CO2, NOx, SOx)

ppm Pengukuran/pengambilansample dilapang&analisis di lab

Kws. permukiman Persentase luas kws. Permukiman dr.luas total BSD % PT. BSD

Kws. terbangun Persentase luas kws. Terbangun dariluas total BSD % PT. BSD

Kawasan lindung Persentase luas kws.Lindung dr. luastotal BSD ha Bappeda

Pengelolaanlimbah

Persentase limbah domestik danindustri yang mendapat treatment. ton PT. BSD

Bapedalda

Pencemaran airKonsentrasi limbah B3 (logam beratHg, Cd, Pb, As, Cr) dan phenol)dalam air

ppm Bapedalda

BanjirPersentase kawasan banjir dariseluruh lahan daratan BSDFrekuensi banjir yang terjadi di BSD

%

Kali/th

PT. BSDBappedaBappeda

Persampahan Persentase sampah BSD terangkut keTPA % PT. BSD

Kualitas dankuantitas airbersih

BOD, COD, amoniak, nitrit, nitrat,posfat, detergen,H2S dan coliform ppm Observasi

Jumlah air tanah dan air permukaanyang dikonsumsi per tahun. BPS

Jumlah penduduk Jumlah penduduk yang tinggal BPSPertumbuhanpenduduk

Pertumbuhan penduduk per tahun diBSD BPS

Kepadatanpenduduk Kepadatan penduduk per hektar BPS

Pendapatan perKK Besar pendapatan per kapita % BPS

Mata pencaharian Jenis mata pencaharian penduduk BPS

Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk BPSFactor pengungkitKeberlanjutankota baru

Terumuskannya faktor pengungkitpada aspek sosial, ekonomi, ekologi,teknologi, hokum dan kelembagaan

satuan Wawancara mendalam(Expert/Pakar)

Parameter kuncikeberlanjutan kotabaru

Terumuskannya parameter kuncikeberlanjutan pada aspek sosial,ekonomi, ekologi, teknologi, hokumdan kelembagaan

satuan Wawancara mendalamdengan Expert/Pakar

Kebutuhan sistem

Tujuan sistem

Identifikasi faktorstrategis sistem.

Perumusanskenario sistem.

Penentuanprioritas

Kebutuhan dari setiap stakeholderterkait permasalahan pengendalianpencemaran

Pengkajian masalah dimulai darianalisis kebutuhan hingga dapatsistem operasional yang efektif

Pernyataan kebutuhan dari masalahyang akan diselesaikan untukmencukupi kebutuhan

Terumuskannya skenario-skenariopengendalian kerusakan lingkungan

Terumuskannya prioritas utamadalam pengendalian kerusakanlingkungan

Expert/Pakar

Expert/Pakar

Expert/Pakar

Expert/Pakar

Expert/Pakar

44

Tabel 7. Rincian jumlah responden penelitian

No. RespondenTeknik Pengambilan

SampelJumlah

Pakar

1 Kepala LH Kab.Tangerang Purposive 1 orang

2 Kepala Dinas PU Purposive 1 orang

3 Pengembang BSD Purposive 1 orang

4 Akademisi Purposive 2 orang

5 LSM peduli lingkungan rusunawa purposive 1 orang

6 Asosiasi perumahan purposive 1 orang

7 Penghuni BSD purposive 2 orang

8 Tokoh masyarakat sekitar purposive 2 orang

Jumlah 11 orang

Gambar 7. Tahapan penelitian

IndikatorKeberlanjutan

Model Pengendalianlingkungan dalam

pembangunan kota baru

FaktorPengungkit

Penentuan KualitasLingkungan

(kondisi eksisting)

Analisis statuskualitas lingkungan

StatusKeberlanjutan

Prioritas Kebijakandan StrategiImplementasi

FaktorKunci

Wawancara&Pustaka

Analisis Prospektif

KuesionerWawancara

MDS

FGD

PembangunanKota Baru BSD

45

Berdasarkan indikator tersebut dilakukan analisis status masing-masing dimensi

pengelolaan lingkungan apakah mendukung atau tidak terhadap keberlanjutan

sumberdaya dalam suatu wilayah tertentu untuk jenis kegiatan yang spesifik. Dasar dari

penentuan status ini menjadi barometer dalam penentuan kebijakan yang harus

dilakukan guna terjaminnya keberlanjutan kota baru. Teknik MDS ini akan

menjelaskan hubungan dari berbagai aspek keberlanjutan, dan juga mendefenisikan

pembangunan kawasan yang fleksibel.

Data yang diperoleh dari penelitian ini selanjutnya akan dianalisis dengan

software Rapfish (rapid assesment techniques for fisheries) yang dikembangkan oleh

Fisheries Center University of British Columbia, Kanada. Pada analisis MDS ini, data

yang diperoleh diberi skor sesuai dengan status sumberdaya tersebut dengan skala 0

sampai 100%. Ordinasi MDS dibentuk oleh aspek ekologi, ekonomi, sosial,

kelembagaan, dan teknologi. Adapun tatacara melakukannya disajikan pada Gambar 7.

b Analisis Prospektif

Analisis prospektif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang

berpengaruh pada pengendalian lingkungan dalam pembangunan Kota Baru BSD yang

berkelanjutan saat ini. Faktor-faktor kunci hasil analisis tersebut kembali dianalisis

tingkat pengaruh dan kebergantungannya, yang selanjutnya dijadikan sebagai variabel

untuk membangun model pengendalian lingkungan dalam pembangunan Kota Baru

BSD yang berkelanjutan. Model yang dibangun mengacu pada variabel yang kuantitatif

dan kualitatif. Analisis prospektif ini akan memberikan kombinasi faktor-faktor

dominan dan didefinisikan kemungkinan keadaannya di masa depan dan dirumuskan

berbagai masukan pada pengembangan model pengendalian lingkungan dalam

pembangunan Kota Baru BSD yang berkelanjutan. Selain itu juga untuk merumuskan

skenario yang mungkin terjadi dalam pengembangan model. Skenario disusun dengan

melibatkan stakeholder terkait. Teknik perumusan skenario menggunakan pendekatan

prospektif dan focus group discussion (FGD).

Pada penelitian ini keberlanjutan dinilai dari lima dimensi. Setiap dimensi

tersebut dilengkapi dengan atribut yang digunakan untuk menilai kondisi di masa lalu

dan saat ini. Penentuan skor setiap atribut dilakukan dengan berbagai teknik yaitu:

untuk atribut yang datanya tersedia dalam bentuk numerik, maka menggunakan data

46

dokumentasi. Atribut yang datanya berupa persepsi atau pandangan maka dilakukan

wawancara terhadap responden yang mengetahui dengan tepat kondisi atribut tersebut.

Gambar 8. Proses aplikasi MDS

Output dari hasil analisis ini adalah berupa status keberlanjutan untuk ke-lima

dimensi dalam bentuk skor dengan skala 0 – 100. Adapun kategori keberlanjutannya

menggunakan skor yang diadopsi dari Kavanagh (2001), yakni jika didapat skor 0-24,99

menunjukan bahwa dimensi tersebut buruk, skor 25-49,99 menunjukkan kurang

berkelanjutan; jika didapat skor 50 – 74,99 menunjukkan cukup berkelanjutan; dan jika

skor 75-100 menunjukkan bahwa dimensi tersebut berkelanjutan atau baik.

MULAI

Review Atribut(meliputi berbagai kategori

dan skoring kriteria)

Identifikasi danPendefinisian Keberlanjutan

(kriteria yang konsisten)

Skoring Kawasan(konstruksi angka referensiuntuk good, bad & anchor)

Simulasi Monte Carlo(analisis ketidakpastian)

Leveraging Factor(Analisis anomali)

Multidimensional ScalingOrdination

(untuk setiap atribut)

Analisis Keberlanjutan(Asses sustainability)

47

Pada penelitian ini juga akan didapatkan faktor pengungkit (leverage factors)

yakni faktor-faktor strategis yang harus diperhatikan dalam pengembangan kota baru di

masa mendatang. Faktor pengungkit selanjutnya dilihat kembali faktor mana yang

merupakan faktor sensitifnya atau faktor mana yang dapat mengintervensi hal-hal yang

akan membuat pengembangan kota baru menjadi berkelanjutan.

Dalam rangka mengevaluasi pengaruh galat (error) acak pada proses pendugaan

nilai ordinasi pengembangan kota baru berbasis budidaya kota baru, digunakan analisis

"Monte Carlo", sehingga dari sini akan diketahui hal-hal sebagai berikut (Kanvanagh,

2001, serta Fauzi dan Anna, 2002):

1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman

kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemanaman terhadap

atribut atau cara pembuatan skor atribut;

2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti

yang berbeda;

3. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang (iterasi);

4. Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang (missing data).

Analisis prospektif ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai faktor

kunci dan tujuan strategis apa saja yang berperan dalam pengendalian kerusakan

lingkungan yang berkelanjutan. Analisis ini juga dapat mengeksplorasi kemungkinan di

masa yang akan datang, sesuai kebutuhan para pelaku (stakeholders) yang terlibat dan

akan diperoleh melalui bantuan kuesioner dan wawancara langsung di wilayah studi.

Adapun faktor kunci yang didapat akan digunakan untuk mendeskripsikan

kemungkinan masa depan bagi pengendalian kerusakan lingkungan yang berkelanjutan.

Pada analisis ini akan dihimpun pendapat pakar dan stakeholder yang terlibat

dalam pengendalian kerusakan lingkungan yang berkelanjutan. Adapun tahapan yang

dilakukan pada analisis prospektif (Bourgeois dan Jesus, 2004) adalah sebagai berikut:

(1) Mengidentifikasi faktor kunci penentu untuk masa depan dari sistem yang dikaji.

Pada tahap ini dilakukan identifikasi semua faktor penting dengan menggunakan kriteria

faktor variabel, menganalisis pengaruh dan kebergantungan seluruh faktor dengan

melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks dan menggambarkan

pengaruh dan kebergantungan dari masing-masing faktor ke dalam empat kuadran

48

utama; (2) Menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama; dan (3)

Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan.

Tabel 8. Matriks pengaruh langsung antar faktor dalam sistem pengendaliankerusakan lingkungan yang berkelanjutan

Dari

TerhadapA B C D E F G

ABCDEFG

Sumber: Godet et al. (1999). Keterangan: A - I = Faktor penting dalam sistem

Gambar 9. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem

Pada tahap tersebut dilakukan identifikasi bagaimana elemen kunci dapat berubah

dengan menentukan keadaan (state) pada setiap faktor, memeriksa perubahan mana

yang dapat terjadi bersamaan, dan menggambarkan skenario dengan memasangkan

perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya

terhadap sistem. Adapun untuk melihat pengaruh langsung antar faktor dalam sistem,

MDS

Pengaruh

Ketergantungan

49

pada tahap pertama digunakan matriks seperti yang terlihat pada Tabel 8. Tingkat

pengaruh dan ketergantungan antar faktor di dalam sistem disajikan pada Gambar 9.

Berdasarkan hasil analisis tersebut selanjutnya akan dibuat skenario pengendalian

kerusakan lingkungan yang berkelanjutan. Selanjutnya setelah didapat faktor kunci

dirumuskan prioritas kebijakan pengendalian kerusakan lingkungan yang berkelanjutan.

3.6. Perancangan Model Pengendalian Lingkungan dalam Pembangunan KotaBaru Berkelanjutan

Perancangan model pengendalian lingkungan dalam pembangunan kotabaru

berkelanjutan dilakukan berdasarkan hasil faktor-faktor penting yang harus dikelola dari

hasil studi yang telah dilakukan berdasarkan kajian deskriptif, keberlanjutan, dan

prospektif. Selain itu juga dilakukan berdasarkan hubungan sebab akibat yang akan

terjadi dari faktor-faktor yang terpilih. Hubungan sebab akibat dapat dibedakan menjadi

dua macam, yaitu hubungan positif dan hubungan negatif. Hubungan positif adalah

hubungan yang makin besar nilai faktor penyebabnya akan makin besar pula nilai faktor

akibat, sedangkan hubungan negatif adalah hubungan yang semakin besar nilai faktor

penyebab akan makin kecil nilai dari faktor akibat. Dampak atau akibat dari suatu

sebab dapat mempengaruhi balik sebab tersebut, sehingga terdapat hubungan sebab

akibat yang memiliki arah berlawanan dengan hubungan sebab akibat yang lain. Dalam

hal ini terbentuk suatu umpan balik tertutup, yang sering kali disebut sebagai loop.

Loop adalah suatu akibat yang dibalikkan ke penyebabnya, sehingga terbentuk apa yang

dinamakan umpan balik atau feed back loop (Aminullah et al., 2001).

Umpan balik dapat dibedakan atas dua macam yaitu umpan balik positif dan

umpan balik negatif. Suatu umpan balik disebut positif bila perkalian tanda dari

hubungan sebab akibat yang membentuknya adalah positif, sedangkan bila hasilnya

negatif maka umpan balik tersebut disebut umpan balik negatif. Umpan balik dapat

terjadi secara alamiah atau terjadi karena adanya kebijakan yang diterapkan pada

sistemnya.

Suatu umpan balik menyatakan mekanisme perubahan nilai faktor secara otomatis.

Umpan balik positif memberikan penguatan terhadap perubahan yang terjadi, sehingga

nilai perubahan tersebut makin lama makin besar. Sebaliknya umpan balik negatif

memberikan pelemahan terhadap perubahan yang terjadi, sehingga nilai perubahan

50

tersebut makin lama makin kecil dan akhirnya hilang.

umum penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 10. Model pengendalian lingkungan dalam pembangunberkelanjutan

3.7. Pemodelan Sistem

Pemodelan sistem dilakukan melalui pendekatan sistem, yak

menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis

dilakukan (1) analisis kebutuhan antar pelaku, (2) formulasi permasalahan, (3)

identifikasi sistem, (4) permode

implementasi model. Adapun tahapan

adalah sebagai berikut:

a. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui gambaran awal terhadap

sistem yang akan terjadi dan

tersebut, antara lain :

n lama makin kecil dan akhirnya hilang. Untuk lebih jelasnya model

ini dapat dilihat pada Gambar 10.

endalian lingkungan dalam pembangunan kota baru

dilakukan melalui pendekatan sistem, yakni pendekatan yang

ciri sistem sebagai titik tolak analisisnya. Pada pen

analisis kebutuhan antar pelaku, (2) formulasi permasalahan, (3)

identifikasi sistem, (4) permodelan sistem, (5) verifikasi dan validasi model serta (5)

Adapun tahapan-tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui gambaran awal terhadap

dan dilakukan pada semua pelaku yang terlibat dalam sistem

Untuk lebih jelasnya model

kota baru

pendekatan yang

nya. Pada pendekatan sistem

analisis kebutuhan antar pelaku, (2) formulasi permasalahan, (3)

lan sistem, (5) verifikasi dan validasi model serta (5)

pada penelitian ini

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui gambaran awal terhadap perilaku

terlibat dalam sistem

51

1. Masyarakat di lokasi penelitian

Terjaganya kondisi kesehatan masyarakat

Pencemaran lingkungan akibat terbangunnya kota baru menjadi minimal

Biaya hidup menjadi lebih terjangkau

Tersedianya sarana dan prasarana

2. Pemerintah

Memberikan perlindungan kepada masyarakat dan lingkungan.

Pelayanan dan penyediaan sarana dan prasarana dapat terpenuhi

Pencemaran air akibat limbah perkotaan menurun

Pencemaran udara akibat transportasi dan industri menurun

Peran serta masyarakat dan swasta meningkat

Pengaturan pengolahan limbah teratasi

Tidak ada masalah sampah

Sampah dapat di daur ulang/produksi bersih (bernilai ekonomis)

Terjadi peningkatan PDB dan PDRB

3. Akademisi

Membuat alternatif/teknologi pengendalian pencemaran limbah, emisi dan

sampah yang efektif, efisien dan ramah lingkungan.

Membuat alternatif model pengelolaan lingkungan yang dapat meningkatkan

daya dukung lingkungan

Membuat alternatif teknologi pemanfaatan kembali limbah yang ekonomis

4. Lingkungan Hidup

Ditaatinya RTRW

Lingkungan tidak rusak sehingga aman bagi semua mahluk hidup.

Kondisi air, lahan dan udara yang tidak tercemari sehingga mampu

mempertahankan keseimbangan ekologisnya

5. Pengembang

Tarif pengelolaan lingkungan berdasarkan biaya operasional

Produktifitas kegiatan tetap berlangsung

Iklim investasi sehat dan kompetitif

Sumberdaya manusia yang handal dan bertanggung jawab

Disiplin memelihara instalasi pengolah limbah dan sampah

6. LSM

Lingkungan tidak rusak dan aman bagi semua makhluk hidup.

Kondisi air, lahan dan udara yang tidak tercemari sehingga mampu

mempertahankan keseimbangan ekologisnya

Tetap tingginya porsi RTH

52

Pengelolaan lingkungan lebih diutamakan dari pada kepentingan ekonomi dan

sosial

b. Formulasi Masalah

Pada pendekatan sistem, pertama-tama dilakukan identifikasi permasalahan awal

secara mendasar, sehingga ke depannya diharapkan akan diperoleh alternatif

penyelesaian masalah sesuai dengan tingkat permasalahan yang diangkat. Adapun

permasalahan dasar tersebut, secara sistematis diuraikan sebagai berikut :

1. Meningkatnya jumlah (kebutuhan) perumahan

2. Menurunnya ruang terbuka hijau

3. Tidak ditaatinya RTRW yang sudah disahkan

4. Masih minimnya instalasi pengolah air limbah dan penggunaan alat untuk

menurunkan emisi

5. Masih minimnya kinerja instalasi pengolah limbah yang sudah dibangun

6. Tingginya biaya operasional IPAL dan TPA sampah

7. Masih adanya keterbatasan pendanaan untuk membiayai kinerja instalasi pengolah

limbah domestik yang sudah dibangun

8. Relatif rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan lingkungan

9. Meningkatnya jumlah bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan di

kawasan kotabaru

10. Menurunkan kualitas lingkungan dan daya dukung lingkungan

11. Perencanaan yang bersifat sektoral yang berakibat pada rendahnya koordinasi dan

kerjasama lintas sektor yang kurang sinergi

12. Adanya ketidak sesuaian regulasi dari pemerintah mengenai tingkat pencemaran di

perairan dan atmosfir

13. Belum teratasinya masalah pencemaran.

c. Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem adalah rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan

dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan. Hasil identifikasi

sistem dinyatakan dalam diagram input-output atau diagram lingkar sebab-akibat.

Menurut Manecth dan Park (1977) secara garis besar ada enam kelompok variabel yang

akan mempengaruhi kinerja sistem yang digambarkan dalam bentuk diagram input-

output yakni:

53

Variabel output yang dikehendaki yang ditentukan berdasarkan analisis

kebutuhan

Variabel output yang tidak dikehendaki

Variabel input yang terkontrol

Variabel input yang tidak terkontrol

Variabel input lingkungan

Variabel umpan balik sistem

Diagram input-output penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 11.

d. Pembuatan Model

Disain model pengendalian lingkungan dalam pembangunan kotabaru

berkelanjutan dibangun berdasarkan hasil identifikasi sistem. Setelah modelnya dibuat,

selanjutnya dilakukan simulasi, verifikasi dan validasi model.

e. Simulasi Model

Model yang sudah dibuat selanjutnya dibuat simulasinya, yakni untuk melihat

pola kecenderungan perilaku model. Hasil simulasi ini selanjutnya akan dianalisis dan

ditelusuri faktor-faktor penyebab terjadinya pola dan kecenderungan tersebut. Hasil

simulasi ini selanjutnya dijadikan dasar dalam merumuskan kebijakan yang diperlukan

dalam perbaikan kinerja sistem.

f. Verifikasi dan Validasi Model

Model yang valid adalah model yang struktur dasarnya dapat menggambarkan

perilaku, dan polanya dapat menggambarkan perilaku sistem nyata dan dapat mewakili

data yang dikumpulkan dengan cukup akurat. Validasi model juga dibatasi oleh mental

model dari penyusun model. Validasi ini perlu dilakukan agar dapat memenuhi kaidah

keilmuan pada model pengendalian lingkungan dalam pembangunan kota baru

berkelanjutan.

54

Gambar 11. Diagram INPUT-OUTPUT model pengendalian lingkungan dalampembangunan kota baru berkelanjutan

Input Tak Terkontrol

Jumlah penduduk Pemukiman penduduk Migrasi penduduk Laju pertumbuhan penduduk Jaringan dan debit air Jenis dan konsentrasi limbah domestic,

industri dan rumah sakit Penerimaan masyarakat iklim

Input Terkontrol

Teknologi proses dan peralatan pengendalian limbah Tata ruang kawasan perumahan Tata pemanfaatan air Volume air limbah Pengolahan limbah Jumlah kendaraan Tahun pembuatan kendaraan Emisi transportasi Emisi industri Tarif retribusi Lapangan pekerjaan Sosial dan ekonomi penduduk Pergerakan penduduk Sarana&prasaranan pendidikan dan perkotaan

Output yang Tidak di inginkan

Tingkat pencemaran limbah domestic danindustri yang tinggi (lingkungan terganggu)

Kasus pencemaran meningkat RTH menurun Menurunnya daya dukung lingkungan Tidak taatnya masyarakat terhadap kebijakan

Output yang di inginkan

Teratasinya masalah pencemaranlingkungan

Meningkatnya daya dukungLingkungan

Meningkatnya kualitas lingkungan Efisien dan efektif-nya pengolahan

limbah Perbaikan sistem pengolah limbah Meningkatnya RTH Meningkatnya kesadara penduduk

terhadap lingkungan Ditaatinya RTRW

Model PengendalianLingkungan dalam

Pembangunan Kota BaruBerkelanjutan

Manajemen PengelolaanKota Baru

Input Lingkungan

Kebijakan Pemerintahterkait kota baru

RTRW Kebijakan pemerintah

terkait pencemaran