BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma...

18
BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian Seperti halnya ilmu-ilmu sosial yang menjadi induk, ilmu dan penelitian komunikasi merupakan suatu multy-paradigm science, artinya ilmu komunikasi mempunyai sejumlah paradigma atau perpektif dasar. Teori dan penelitian komunikasi bisa dikelompokkan minimal dalam tiga paradigma, yakni classical paradigm (yang mencakup positivism dan post positivism), critical paradigm, dan constructive paradigm. Masing-masing paradigma berfungsi sebagai mental window atau world view yang dipergunakan oleh suatu komunitas ilmuan tertentu untuk mempelajari obyek kelimuan mereka. 104 Ketiga paradigma tersebut mempunyai perbedaan pandangan dalam melihat posisi peneliti dan tujuan penelitian. Dalam paradigma klasik, peneliti harus menempatkan diri sebagai valeu free researcher, memisahkan nilai-nilai subyektif yang dimiliki dengan fakta abyketif yang diteliti. Sebaliknya, paradigma kritis dan konstruktivis melihat hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, sebab pemilihan apa yang diteliti selalu melibatkan value judgements dan keberpihakan pada nilai-nilai tertentu. Paradigma klasik menilai, tujuan penelitian adalah memperoleh pengetahuan yang obyektif, memiliki signifikan akademis, praktis dan metodologis. Sebaliknya tujuan penelitian dari paradigma kritis adalah untuk mengungkapkan kesadaran palsu (false consciousness) di balik apa yang dinilai “obyketif”; tujuannya antara 104 Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi, dalam Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 3/April 1999, hal: 34-35 65

Transcript of BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma...

Page 1: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

BAB III

Metode Penelitian

A. Paradigma Penelitian

Seperti halnya ilmu-ilmu sosial yang menjadi induk, ilmu dan penelitian

komunikasi merupakan suatu multy-paradigm science, artinya ilmu komunikasi

mempunyai sejumlah paradigma atau perpektif dasar. Teori dan penelitian

komunikasi bisa dikelompokkan minimal dalam tiga paradigma, yakni classical

paradigm (yang mencakup positivism dan post positivism), critical paradigm, dan

constructive paradigm. Masing-masing paradigma berfungsi sebagai mental

window atau world view yang dipergunakan oleh suatu komunitas ilmuan tertentu

untuk mempelajari obyek kelimuan mereka.104

Ketiga paradigma tersebut mempunyai perbedaan pandangan dalam melihat

posisi peneliti dan tujuan penelitian. Dalam paradigma klasik, peneliti harus

menempatkan diri sebagai valeu free researcher, memisahkan nilai-nilai subyektif

yang dimiliki dengan fakta abyketif yang diteliti. Sebaliknya, paradigma kritis dan

konstruktivis melihat hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak mungkin

dilakukan, sebab pemilihan apa yang diteliti selalu melibatkan value judgements

dan keberpihakan pada nilai-nilai tertentu.

Paradigma klasik menilai, tujuan penelitian adalah memperoleh pengetahuan

yang obyektif, memiliki signifikan akademis, praktis dan metodologis. Sebaliknya

tujuan penelitian dari paradigma kritis adalah untuk mengungkapkan kesadaran

palsu (false consciousness) di balik apa yang dinilai “obyketif”; tujuannya antara

104 Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi, dalam Jurnal Ikatan

Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 3/April 1999, hal: 34-35

65

Page 2: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

lain untuk memperoleh temuan yang memiliki signifikansi sosial, seperti kritik

sosial, penyadaran, pemberdayaan, atau transformasi sosial. Perbedaan lebih detil

antara paradigma klasik dan kritis dapat dilihat dalam tabel berikut:105

Tabel 1 Pebandingan Paradigma Penelitian

Perbedaan Ontologis

Classical Paradigm Critical Paradigm Critical Realism: ada realitas yang “real” yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal walaupun kebenaran pengetahuan tentang itu mungkin hanya bisa diperoleh secara probabilistik

Historical Realism: Realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas “semu” yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan keuatan-keuatan sosial, budaya, dan ekonomi politik

Perbedaan Epistemologis Classical Paradigm Critical Paradigm Dualist/objectivist Ada realitas obyektif, sebagai suatu realitas yang external di luar diri peneliti. Peneliti harus sejauh mungkin membuat jarak dengan obyek penelitian

Transactionalist/Subjectivist Hubungan antara peneliti dengan realitas yang diteliti selalu dijembatani oleh nilai-nilai tertentu. Pemahaman tentang suatu realitas merupakan value mediated finding

Perbedaan Axiologis Classical Paradigm Critical Paradigm • Nilai, etika dan pilihan moral harus

berada di luar proses penelitian • Peneliti berperan sebagai

disinterested scientist • Tujuan Penelitian: eksplanasi,

prediksi dan kontrol

• Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian takterpisahkan dari suatu penelitian

• Peneliti menampatkan diri sebagai transformative intelectual, advokat dan aktivis

Tujuan Penelitian: kritik sosial, transformasi, emansipasi dan social empowerment

Perbedaan Metodologis Classical Paradigm Critical Paradigm Interventionist: Participative:

105 Tabel perbedaan antara paradigma klasik dan kritis diadopsi dari Dedy N Hidayat, Ibid, hal: 39-40

66

Page 3: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

pengujian hipotesis dalam struktur hipothetico deductive method; melalui lab, eksperimen atau survey eksplanatif, dengan analisis kuantitatif

Mengutamakan analisis komprehensif, kontekstual dan multi level analysis yang bisa dilakukan melalui penempatan diri sebagai aktivis/partisipan dalam transformasi sosial

Kriteria kualitas penelitian: Objectivity, realibility and validity (internal dan external validity)

Kriteria kualitas penelitian: Historical situadness; sejauh mana penelitian memperhatikan konteks historis, sosial, budaya, ekonomi dan politik

Sumber: adaptasi dari Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi, dalam Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 3/April 1999, hal: 34-35

B. Analisis Wacana

Sesuai dengan paradigma kritis, penelitian ini bersifat kualitatif. Jenis

penelitian ini memberi peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi-interpretasi

alternatif. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan

tujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik bidang tertentu

secara faktual dan cermat.106

Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis yang dipekenalkan oleh

Teun van Dijk. Model ini pada dasarnya melihat wacana dalam tiga tingkatan,

yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Jika digambarkan, skema penelitian

dan metode dipakai dalam analisis wacana model van Dijk adalah sebagai

berikut:107

106 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, 1995, hal. 22. 107 Eriyanto, Op. Cit, hal: 275

67

Page 4: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

Tabel 2 Skema Penelitian dan Metode Analsis Wacana

Struktur Metode

Analisis Teks Menganalisis strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu.

Critical Linguistic

Kognisi Sosial Mengenalisis bagaimana kognisi wartawan dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis.

Wawancara mendalam

Analisis Sosial Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa yang digambarkan.

Studi Pustaka, Penelusuran Sejarah.

Sumber: Eriyanto, Analisis wacana, Pengantar Analisis teks Media, Yogyakarta: LkiS, hal: 275

1. Analisis Teks

Agar dapat melihat bagaimana strategi wacana yang dipakai dalam teks, van

Dijk membagi struktur analisis teks menjadi beberapa bagian, yaitu struktur

makro, mikro dan superstruktur. Masing-masing struktur terdiri atas beberapa

elemen wacana. Kerangka analisis teks model van Dijk bisa dilihat dalam skema

berikut.108

108 Struktur analisis wacana model van Dijk serta penjelasan elemennya dirangkum dari Eriyanto,

Ibid, hal: 228-259 dan Teun A. van Dijk, “Rasisme Baru dalam Pemberitaan di Media,” dalam Sandra Kartika dan M. Mahendra (ed) Dari Keseragaman Menuju Keberagaman, Wacana Multikultural dalam Media, Jakarta: LSPP, 1999, terutama hal: 21-29.

68

Page 5: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

Tabel 3 Kerangka analisis teks model Teun van Dijk

Struktur Wacana Hal yang diamati Elemen Struktur Makro Tematik

Tema/topik yang dikedepankan dalam berita

Topik

Superstruktur Skematik Bagaimana bagian dan

urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh

Skema

Struktur Mikro Semantik Makna yang ingin

ditekankan dalam teks berita

Latar, Detail, Maksud, Praanggapan, Nominalisasi

Struktur Mikro Sintaktis Bagaimana bentuk dan susunan kalimat yang

dipilih

Bentuk Kalimat, Koherensi, Kata ganti

Struktur Mikro Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks

Leksikon

Struktur Mikro Retoris Bagaimana dan dengan

cara apa penekanan dilakukan

Grafis, Metafora, Ekspresi

Sumber: Eriyanto, Analisis wacana, Pengantar Analisis teks Media, Yogyakarta: LkiS, hal: 228

Keterangan:

Topik adalah gagasan inti, ringkasan utama teks dan menggambarkan apa

yang ingin diungkapkan wartawan dalam berita. Topik menunjukkan konsep

dominan, sentral dan paling penting dari teks. Topik menggambarkan tema umum

suatu berita dan akan didukung oleh beberapa sub topik yang saling mendukung

terhadap topik utama sehingga terbentuk suatu teks yang utuh.

Skema atau alur menunjukkan bagaimana bagian teks disusun dan diurutkan

sehingga membentuk satu kesatuan arti. Berita umumnya mempunyai dua skema

69

Page 6: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

besar, Summary (ringkasan) dan Story (isi berita). Summary ditandai judul dan

Lead yang menunjukkan tema yang ingin ditampilkan dalam berita. Lead

umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum

masuk dalam isi berita secara keseluruhan. Story adalah isi berita secara

keseluruhan yang secara hipotetik terbagi dua sub kategori. Pertama berupa

gambaran situasi jalannya peristiwa dan yang kedua berupa komentar yang

ditampilkan dalam teks.

Latar adalah bagian yang dapat mempengaruhi arti yang ingin disampaikan.

Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa

dan bisa menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam teks. Lewat latar

dapat dibongkar apa maksud yang hendak disampaikan dan menganalisis maksud

tersembunyi yang sesungguhnya ingin dikemukakan dalam teks.

Detil berkaitan dengan kontrol informasi yang disampaikan. Komunikator

atau penulis akan menyampaikan informasi yang menguntungkan pihaknya dan

sebaliknya akan menyembunyikan atau meminimalkan informasi yang merugikan.

Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengeskpresikan sikapnya

secara implisit.

Lewat elemen Maksud, informasi yang menguntungkan komunikator akan

diuraikan secara eksplisit dan jelas dan informasi yang merugikan akan diuraikan

secara implisit, dan tersembunyi. Maksud menunjukkan bagaimana secara

eksplisit wartawan menggunakan praktek bahasa tertentu untuk menonjolkan

basis kebenarannya dan bisa juga secara implisit menyingkirkan versi kebenaran

lain.

70

Page 7: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata atau antar kalimat dalam

teks, dua fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak berhubungan.

Koherensi melihat bagaimana sseorang secara strategis menggunakan wacana

untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa, apakah dipandang sebagai peristiwa

terpisah, berhubungan atau justru sebagai sebab akibat.

Koherensi Kondisional antara lain ditandai dengan pemakaian anak

kalimat sebagai penjelas. Kalimat kedua merupakan penjelas dari kalimat pertama

yang dihubungkan dengan kata hubung (konjungsi) seperti “yang” dan “dimana”.

Sebagai penjelas, ada tidaknya kalimat kedua sebenarmya tidak mengurangi arti

kalimat. Anak kalimat adalah cermin kepentingan komunikator sebab bisa

memberi keterangan yang baik atau buruk terhadap suatu pernyataan.

Koherensi Pembeda melihat bagimana dua peristiwa atau fakta dibedakan.

Dengan konerensi pembeda, dua peristiwa dapat dibuat seolah-olah bertentangan

atau kontras. Jika koherensi kondisional melihat bagaimana dua peristiwa

dihubungkan, koherensi pembeda melihat bagaimana dua kalimat dibedakan.

Pengingkaran menggambarkan bagaimana komunikator menyembunyikan

apa yang ingin diekspresikan secara eksplisit. Pengingkaran menunjukkan seolah

wartawan menyetujui sesuatu sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan memberikan

argumentai atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut.

Bentuk Kalimat berkaitan dengan cara berpikir logis dan prinsip kausalitas.

Bentuk kalimat menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam

kalimat aktif seseorang menjadi subyek pernyataannya, sedang dalam kalimat

pasif seseorang menjadi obyek pernyataannya.

71

Page 8: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

Kata Ganti untuk menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti

dipakai komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana.

Prinsipnya, kata ganti dipakai untuk merangkul dukungan dan menghilangkan

oposisi yang ada. Misalnya kata ganti “kami” atau “kita” bisa menumbuhkan

solidaritas, aliansi, perhatian publik serta mengurangi kritik dan oposisi kepada

diri sendiri.

Leksikon menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas

berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata secara ideologis

menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas.

Praanggapan (Presupposition) merupakan pernyataan yang dipakai untuk

mendukung makna suatu teks. praanggapan merupakan upaya mendukung

pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya sehingga

tidak perlu dipertanyakana lagi. Praanggapan umumnya didasarkan pada ide

common sense, praanggapan yang logis sehingga meskipun tidak ada atau belum

terjadi tidak dipertanyakan kebenarannya.

Grafis adalah elemen untuk memeriksa apa yang ditekankan dan dianggap

penting dalam teks. Grafis biasaya muncul lewat bentuk tulisan yang berbeda

dengan tulisan lain, huruf tebal, tanda petik, tabel, angka, grafik serta gambar.

Grafis menunjukkan bagian mana yang harus mendapat perhatian dan dianggap

penting.

Metafora bisa menunjukkan makna utama suatu teks. Metafora tertentu

dipakai sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan

tertentu kepada publik. Metafora bisa berupa sesuatu yang dipercaya masyarakat,

72

Page 9: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, atau

mungkin ungkapan yang diambil dari ayat suci, semuanya bisa dipakai untuk

memperkuat pesan utama.

2. Kognisi Sosial

Dalam pandangan van Dijk, kognisi sosial merupakan suatu hal penting

dalam memahami proses produksi berita. Proses ini memasukkan informasi yang

digunakan untuk menulis dari suatu bentuk wacana tertentu misalnya hasil

wawancara, konferensi pers atau lainnya. Proses yang dimaksud juga melihat

bagaimana peristiwa ditafsirkan, disimpulkan dan dimaknai oleh wartawan yang

akan menulis berita.109 Produksi berita, memahami dan memaknai peristiwa

terjadi dalam kognisi sosial wartawan.

Kognisi sosial menjadi jembatan antara dimensi teks (tataran mikro) dengan

kondisi sosial (tataran makro). Kognisi sosial adalah kesadaran mental seseorang

yang membentuk sebuah teks. Asumsinya, teks sesungguhnya tidak mempunyai

makna, tapi makna diberikan oleh pemakai bahasa melalui skema (Schemata)

kesadaran mental pemakai bahasa, skema ini oleh van Dijk di sebut “Model”.

Model adalah penghubung penting antara aspek sosial dan pribadi, antara

umum dan khusus, antara gambaran sosial dan pembentukannya dalam wacana

serta praktek sosial yang lain. Intinya, model menggambarkan pengalaman

seseorang sehari-hari, baik lewat pengamatan maupun partisipasi dalam tindakan,

peristiwa atau wacana. Model bersifat personal, subyektif, dan terbatas konteks,

109 Eriyanto, Ibid, hal: 266

73

Page 10: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

model menonjolkan apa yang diketahui oleh individu, berfikir mengenai tindakan,

kejadian atau fakta tertentu dan menginterpretasikannya secara subyektif. Individu

secara terus menerus meniru kejadian sehari-hari baik dalam kegiatan komunikasi

maupun dengan membaca berita. Ringkasnya semua praktek sosial kita diawasi

oleh model mental. Meskipun model bersifat unik, personal dan terbatas konteks,

model bersifat sosial sebab pengetahuan dan opini individu dipengaruhi oleh

pengetahuan sosiokultural dan opini kelompok.110

Ketika meliput peristiwa, wartawan menggunakan model untuk memahami

peristiwa yang ada di hadapannya. Ada beberapa strategi yang dipakai oleh model

dalam memahami peristiwa. Pertama, menyeleksi berbagai sumber dan informasi

mengenai suatu peristiwa. Pilihan yang diambil ditentukan oleh evaluasi yang

dilakukan dalam pikiran wartawan, dan hal itu menunjukkan posisi yang diambil

di antara pihak yang terlibat dalam suatu peristiwa. Kedua, reproduksi informasi,

apakah informasi yang didapat dikopi, digandakan atau justru tidak dipakai.

Ketiga, penyimpulan informasi. Strategi besar dalam memproduksi berita yang

berhubungan dengan mental kognisi wartawan adalah penyimpulan atau

peringkasan informasi, bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan

ditampilkan dengan ringkas.

3. Analisis Sosial

Untuk melihat proses produksi dan reproduksi wacana dalam masyarakat,

van Dijk menawarkan analisis sosial yang menguraikan bagaimana kelompok

110 Teun A.van Dijk, “Opinions and Ideologies in The Press,” dalam Allan Bell and Peter Garrett

(ed), Approach to Media Discourse, Oxford: Blackwell Publisher, 1998, hlm. 26-27

74

Page 11: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

dominan membentuk wacana yang sesuai dengan kebutuhan dan bisa menopang

dominasi serta kekuasaannya. Menurut van Dijk, ada tiga hal yang dilihat dalam

analisis sosial, yaitu kekuasaan, dominasi dan akses.111 Kekuasaan didefinisikan

sebagai kepemilikan yang dimiliki suatu kelompok untuk mengontrol kelompok

lain. Kekuasaan umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang

bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain kontrol langsung dan

bersifat fisik, kekuasaan juga bisa berbentuk persuasif, yakni tindakan seseorang

yang secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi

mental, seperti kepercayaan, sikap dan pengetahuan.

Dominasi bisa diartikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan sosial. Pada

kelompok yang berkuasa, dominasi menghasilkan berbagai macam bentuk

ketidakadilan sosial. Dominasi direproduksi lewat pemberian akses khusus

terhadap sumber-sumber sosial secara diskriminatif. Dominasi juga direproduksi

dengan melegitimasi akses tertentu lewat bentuk-bentuk kontrol pikiran yang

manipulatif dan cara lain agar kelompok yang didominasi bisa menerima keadaan

tersebut secara suka rela.

Teun van Dijk juga melihat akses sebagai faktor penting dalam produksi

wacana, bagaimana akses yang dimiliki setiap kelompok dalam masyarakat.

Kelompok elite biasanya mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan

kelompok yang tidak berkuasa. Misalnya kelompok yang berkuasa punya akses

lebih besar terhadap media sehingga bisa mempengaruhi kesadaran khalayak dan

menentukan topik serta isi wacana apa yang dapat disebarkan kepada khalayak. 111 Elemen-elemen analisis sosial diambil dari Teun A van Dijk, “Discourse and Cognition in

Society” dalam David Crowly & David Mitchell, Communication Theory Today, UK Cambridge: Polity Press, 1994, hal: 108-110 dan Eriyanto, Op.Cit,, hal: 271-274

75

Page 12: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

Khalayak dan kelompok lain yang tidak mempunyai akses hanya akan menjadi

konsumen dari wacana yang telah ditentukan, bahkan bisa memperbesar wacana

tertentu lewat reproduksi dari apa yang telah mereka terima dari kelompok

dominan.

Meskipun ketiganya adalah bagian yang integral, dalam prakteknya analisis

bisa dilakukan secara terpisah. Karena beberapa keterbatasan, penelitian ini hanya

mengkaji dimensi teks dan konteks sosial. Analisis teks menggunakan metode

analisis bahasa kritis (Critical Linguistic) yang mengkaji struktur teks dari level

makro hingga mikro. Analisis teks bukan hanya melihat muatan teks yang bersifat

nyata (manifest) tapi juga berusaha membedah makna yang tersembunyi di balik

suatu pesan. Setelah mengkaji strategi wacana dalam teks berita, penelitian

dilanjutkan dengan kajian pustaka untuk melihat bagaimana faktor kekuasaan,

dominasi dan akses membentuk dominasi wacana tertentu dalam masyarakat dan

bagaimana wacana lainnya tersingkirkan. Pada bagian ini juga melihat kaitan

antara wacana yang ada dalam teks berita dengan wacana yang beredar dalam

masyarakat serta melihat beberapa faktor yang diasumsikan mempengaruhi proses

produksi berita sehingga menghasilkan wacana tertentu.

C. Karakteristik Analisis Wacana

Analisis wacana kritis tidak semata melihat benar-tidaknya susunan dan

pemakaian bahasa, tapi lebih melihat peran bahasa dalam memproduksi dan

reproduksi kekuasaan, bahasa sebagai praktik sosial dan dikaitkan dengan konteks

tertentu. Analisis wacana melihat bahasa sebagai alat untuk melihat ketimpangan

76

Page 13: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

kekuasaan yang terjadi dalam masyarakat. Seperti diuraikan Eriyanto, analisis

wacana kritis mempunyai beberapa karakteristik.112

Pertama, Tindakan. Wacana dipahami sebagai suatu tindakan (action). Jadi

membaca, menulis dan menggunakan bahasa bukan dipakai untuk dirinya sendiri

tapi untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Konsekuensinya

adalah wacana harus dilihat sebagai sesuatu yang bertujuan dan dengan demikian

berarti diekspresikan secara sadar dan terkontrol.

Kedua, Konteks. Menurut Guy Cook, seperti dikutip Eriyanto,113 analisis

wacana kritis juga melihat konteks komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan

dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium

apa; bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan

untuk setiap masing-masing pihak. Bahasa tidak dilihat sebagai mekanisme

internal linguistik semata, juga tidak berada dalam ruang tertutup, tapi dipahami

dalam konteks keseluruhan. Cook melihat ada tiga hal sentral dalam pengertian

wacana: teks, konteks dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, kata-kata

yang tercetak dan semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik gambar efek

suara citra dsb. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar

teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa misalnya partisipan, situasi, fungsi

yang dimaksudkan dsb. Wacana adalah penggambaran teks dan konteks secara

bersama-sama dalam proses komunikasi.

Ketiga, Historis. Menempatkan wacana dalam konteks tertentu berarti

melihat bagaimana teks diproduksi dalam situasi tertentu. Untuk mengerti sebuah

112 Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LkiS, 2000, hal. 8-14 113 Ibid

77

Page 14: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

teks maka harus menempatkan teks tersebut dalam konteks historis tertentu, yakni

bagaimana situasi sosial politik yang ada pada saat teks tersebut diciptakan.

Keempat, Kekuasaan (Power). Wacana yang muncul baik dalam bentuk

teks maupun percakapan tidak dilihat sebagai sesuatu yang alamiah dan netral tapi

sebagai bentuk pertarungan kekuasaan. Kekuasaan tidak hanya diinterpretasikan

dalam lingkup negara tapi sebagai kontrol sebuah kelompok terhadap kelompok

lain,114misalnya kuasaan laki-laki dalam seksisme, kulit putih terhadap kulit hitam

dalam rasisme dsb. Pengguna bahasa dilihat sebagai anggota dari kategori sosial

tertentu, apakah sebagai wartawan, penganut suatu agama, dokter, laki-laki dst.

Karena itu analisis wacana kritis tidak hanya melihat teks tapi menghubungkan

dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya tertentu.

Kelima, Ideologi. Ideologi juga konsep sentral dalam analisis wacana kritis

sebab teks dan percakapan adalah bentuk praktik atau cerminan ideologi tertentu.

Melalui ideologi kita bisa melihat dengan cara bagaimana makna dimobilisasi

menggunakan bentuk-bentuk simbolik tertentu dan berfungsi menopang serta

mengukuhkan dominasi.115 Ideologi dibangun oleh kelompok dominan untuk

mereproduksi dan melegitimasi dominasi dengan cara membentuk kesadaran

khalayak sehingga dominasi yang mereka lakukan bisa terlihat sebagai sesuatu

yang sah dan wajar. Wacana dalam pendekatan ini dilihat sebagai medium bagi

kelompok dominan untuk melakukan persuasi dan komunikasi kepada khalayak

114 Dalam Teun A. Van Dijk, Ideology and Discourse, A Multidiciplinary Introduction, diambil

dari situs www.hum.uva.nl/teun. 115 tepatnya Thomposn menyatakan, “...I propose to conceptualize ideology in terms of the ways

in which the meaning mobilized by symbolic forms serves to establish and sustain relation of domination” dalam John B Thompson, Ideology and Modern Culture: Critical Social Theory in The Era of Mass Communication, Cambridge, Polity Press, 1990, hal. 58.

78

Page 15: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

agar produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki tampak absah dan

benar. ideologi hanya berfungsi efektif jika didasarkan pada kenyataan bahwa

anggota komunitas, termasuk pihak yang didominasi menganggap hal tersebut

sebagai kebenaran dan kewajaran.

D. Kelemahan Penelitian

Seperti telah dikemukakan sebelumnya dalam uraian mengenai analisis

wacana, pada dasarnya analisis wacana model van Dijk membagi analisisnya

dalam tiga tahapan, yaitu analisis teks, kognisi sosial dan analisis sosial. Namun

karena beberapa keterbatasan, penelitian ini hanya menggunakan dua tahapan

analisis yakni analisis teks (level mikro) dan analisis sosial (level makro). Analisis

kognisi sosial sebenarnya dilakukan untuk melihat bagaimana faktor sosial di luar

individu mempengaruhi individu pembuat teks sehingga menghasilkan teks yang

mempunyai kecenderungan tertentu, jadi kognisi sosial merupakan jembatan

antara level makro dan mikro. Dengan hanya meneliti wacana dalam teks (level

mikro) dan melihat produksi wacana dalam masyarakat (level makro), maka

penelitian ini tidak mampu menjawab secara tepat kenapa seorang pembuat teks

memunculkan wacana tertentu.

Kedua, elemen dari struktur analisis wacana model van Dijk seperti tematik,

skematik, koherensi, praanggapan, nominalisasi dan lainnya merupakan elemen

“ideal” yang biasa dijumpai dalam teks, namun elemen tersebut bukan suatu

standart yang harus ada dalam penulisan teks berita sehingga suatu berita

kadangkala tidak mengandung semua elemen wacana tersebut. Untuk

79

Page 16: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

mengantisipasi kelemahan tersebut, analisis teks berita dilakukan berdasarkan

korpus data, yakni dengan cara menggabungkan berita-berita yang masih dalam

satu konteks peristiwa yang sama sebagai satu teks dan dianalisis berdasarkan

bagian-bagian yang mewakili masing-masing elemen wacana.

Ketiga, dalam analisis model van Dijk, teks dilihat sebagai satu kesatuan

yang holistik dan koheren, setiap bagian dan unsur-unsur yang membentuk teks

saling berkaitan dan saling mendukung. Dengan cara pandang demikian, peneliti

tidak bisa menghindari adanya generalisasi tema, suatu teks diasumsikan

mempunyai satu tema utama yang disusun dari beberapa sub tema lain yang saling

mendukung. Sehingga, apabila dalam suatu teks terdapat tema lain yang tidak

sejalan dengan tema utama, sub tema yang berbeda tersebut bisa diabaikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mendapatkan wacana tentang Partai Komunis Indonesia, fokus

kajian penelitian ini adalah berita tentang usulan pencabutan TAP Nomor

XXV/MPRS/1966 yang muncul pada tahun 2000 dan berita tentang Caleg Eks

PKI tahun 2004 yang ada dalam surat kabar Kompas dan Republika. Moment

tersebut dipilih karena pada kedua peristiwa tersebut pemberitaan mengenai Partai

Komunis Indonesia kembali diangkat.

Surat kabar Kompas dan Republika dipilih sebagai subyek penelitian karena

kedua media punya latar belakang dan karakteristik berbeda. Kompas telah eksis

saat peristiwa G30S terjadi sedangkan Republika lahir di tengah kekuasaan Orba.

Kedua media juga mempunyai kecenderungan ideologis berbeda, meskipun tidak

80

Page 17: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

berafiliasi langsung dengan partai tertentu, Kompas mempunyai kedekatan dengan

kelompok Katolik sedang Republika memposisikan diri sebagai koran Islam. Jika

Republika dianggap menyuarakan aspirasi umat islam, Kompas justru sangat hati-

hati ketika mengangkat berita yang menyangkut umat islam. Perbedaan tersebut

diasumsikan mempengaruhi pemberitaan kedua media sehingga menghasilkan

berita yang berbeda.

Untuk melihat wacana tentang Partai Komunis Indonesia dalam Kompas

dan Republika, dipilih berita-berita dari Kompas dan Republika yang dinilai

menampilkan kecenderungan wacana tentang partai tersebut, misalnya berita yang

mengangkat soal latar belakang PKI, ideologi komunis, Gerakan 30 September,

dalang G30S dan siapa menjadi korban serta beberapa implikasi lainnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan datanya melalui dua cara.

Pertama, pengumpulan data primer dengan cara mengumpulkan dan

mendokumentasikan berita-berita yang menjadi fokus utama dalam penelitian

pada Surat kabar Kompas dan Republika.116 Kedua, pengumpulan data sekunder

melalui berbagai buku, jurnal, opini/artikel, ataupun literatur-literatur lain yang

relevan dengan tema penelitian ini.

116 Pendokumentasian ini dilakukan peneliti dengan mengunjungi pusat data atau perpustakaan

Kompas dan Republika di Jakarta. Kemudian peneliti mengkopi dan pengkliping berita-berita tentang Tap MPRS Nomor XXV/1966 dan Caleg eks PKI.

81

Page 18: BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian · PDF fileMetode Penelitian A. Paradigma ... umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam

G. Analisis Data

Teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan analisis

wacana yang terbagi dalam dua tahapan. Pertama, menganalisis berita tentang

Partai Komunis Indonesia dalam surat kabar Kompas dan Republika berdasarkan

elemen-elemen wacana model van Dijk yang mempunyai kerangka analisis

sebagaimana tergambar di bawah.117

Struktur Wacana Hal yang diamati Elemen Struktur Makro Tematik

Tema/topik yang dikedepankan dalam berita

Topik

Superstruktur Skematik Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks

berita utuh

Skema

Struktur Mikro Semantik Makna yang ingin ditekankan

dalam teks berita

Latar, Detail, Maksud, Praanggapan, Nominalisasi

Struktur Mikro Sintaktis Bagaimana bentuk dan

susunan kalimat yang dipilih

Bentuk Kalimat, Koherensi, Kata ganti

Struktur Mikro Stilistik Bagaimana pilihan kata yang

dipakai dalam teks

Leksikon

Struktur Mikro Retoris Bagaimana dan dengan cara

apa penekanan dilakukan

Grafis, Metafora, Ekspresi

Kedua, analisis sosial berupa studi pustaka yang dilakukan untuk melihat

bagaimana wacana mengenai PKI diproduksi oleh Orde Baru dan beberapa

wacana alternatif mengenai masalah tersebut. Kajian pustaka juga diupayakan

untuk mengetahui mengapa Kompas dan Republika memunculkan wacana-

wacana tertentu mengenai Partai Komunis Indonesia.

117 Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Media, Yogyakarta: LKiS, 2001, hal. 228

82