BAB III METODE PENELITIAN A. -...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. -...
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Subang Jawa Barat. Pemberian
treatment bentuk latihan rileksasi, imagery dan rileksasi-imagery dilakukan di salah satu
ruangan yang ada di stadion PERSIKAS Kabupaten Subang yang beralamatkan di Jln. Pulau
Bali No. 10 Subang. Pengamatan kinerja wasit dilakukan di lapangan sepak bola yang ada di
wilayah Kabupaten Subang pada saat wasit memimpin pertandingan sepakbola.
2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah wasit sepakbola PSSI yang ada di Kabupaten
Subang berjumlah 30 orang. Pada penelitian ini semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel penelitian yang akan dibagi ke dalam 3 kelompok. Penetapan kelompok dilakuan
dengan teknik sample random sampling, Sugiono (2009, hlm. 82) menjelaskan bahwa
“Sample random sampling merupakan pengambilan sampel anggota populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi dan dilakukan bila anggota
populasi dianggap homogen dan sampel yang terpilih dianggap representatif”. Adapun cara
yang digunakan dalam pengambilan sampel secara random sampling adalah menggunakan
cara undian.
Sampel kelompok A dengan perlakuan (treatment) latihan keterampilan psikologis
rileksasi-imagery berjumlah 10 orang wasit. Sampel kelompok B dengan perlakuan
(treatment) latihan keterampilan psikologis rileksasi berjumlah 10 orang wasit. Sampel
kelompok C dengan perlakuan (treatment) latihan keterampilan psikologis imagery
berjumlah 10 orang wasit.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu
mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau
treatment. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 72) berpendapat bahwa “Metode eksperimen dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang tekendalikan.” Metode eksperimen
merupakan metode yang cocok untuk penelian yang akan dilaksanakan karena ingin
mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan. Lebih lanjut Arikunto (2010, hlm. 9) menjelaskan
69
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahwa, “Eksperimen selalu dimaksudkan dengan maksud untuk melihat akibat suatu
perlakuan.”
Dengan demikian, peneliti beranggapan bahwa metode eksperimen tepat digunakan
dalam penelitian ini sehingga dapat diketahui bagaimana pengaruh penerapan metode latihan
keterampilan psikologis berupa latihan keterampilan rileksasi, imagery dan rileksasi–imagery
dalam meningkatkan kinerja wasit dalam memimpin pertandingan sepakbola.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain the two control
groups and one experimental group pretest-post-test design. Sebagai gambaran, penulis
sajikan bentuk design penelitian yang digunakan seperti terlihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1.
The two control groups and one experimental group pretest-post-test design
Sumber : Cohen (2007, hlm. 278)
Keterangan:
O1, O3, O5: Tes awal kinerja wasit dalam memimpin pertandingan sepakbola.
O2, O4, O6: Tes akhir kinerja wasit dalam memimpin pertandingan Sepakbola.
X1: Perlakuan latihan keterampilan psikologis dalam bentuk latihan rileksasi-imagery.
X2: Perlakuan latihan keterampilan psikologis dalam bentuk latihan rileksasi
X3: Perlakuan latihan keterampilan psikologis dalam bentuk latihan imagery
R : Subjek dipilih secara random
Penelitian ini dilakukan selama 7 Minggu (21x pertemuan) yang dilaksanakan setiap
hari Rabu, Sabtu dan Minggu terhitung dari tanggal 20 April –7 Juni 2014. Perlakuan
dilakukan atas dasar pendapat Sheard and Golby ( dalam Birrer & Morgan (2010, hlm. 79)
bahwa “Showed with 36 young elite swimmers asignificant post-PST performance
enhancement after a 7-week PST training program (imagery and relaxation)”.
Berdasarkan pendapat tersebut perlakuan latihan imagery, rileksasi, dan rileksasi-
imagery berpengaruh terhadap kinerja selama kurun waktu 7 Minggu. Maka melihat dari
hasil penelitian tersebut bahwa latihan keterampilan psikologis berupa latihan rileksasi,
Ekperimental RO1 X 1 O2
Control1 RO3 X2 O4
Control2 R05 X3 O6
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
imagery, dan rileksasi-imagery diharapkan dapat memberi pengaruh yang signifikan dalam
meningkatkan kinerja wasit dalam memimpin pertandingan sepakbola.
1. Pre Test
Pre test dilakukan sebelum perlakuan diberikan yaitu penilaian kinerja wasit ketika
sedang memimpin pertandingan sepakbola. Pre test dilakukan untuk melihat sejauh mana
kemampuan wasit ketika sedang memimpin pertandingan sepakbola sebelum diberikannya
perlakuan. Untuk mendapatkan data kemampuan wasit ketika memimpin pertandingan
sepakbola, digunakan form penilaian kinerja wasit PSSI yang dinilai oleh pengawas
pertandingan. Setelah data diperoleh melalui instrument, kemudian data diolah dan
diinterpretasikan ke dalam skor pre test.
2. Perlakuan
Perlakuan dilakukan dengan penerapan metode latihan keterampilan psikologis dalam
bentuk latihan rileksasi, imagery, dan rileksasi-imagery. Perlakuan ini dilaksanakan 3 kali
seminggu pada wasit sepakbola PSSI Kabupaten Subang. Penerapan metode latihan
keterampilan psikologis ini bertujuan agar wasit dapat mengontrol emosi ketika mendapatkan
tekanan-tekanan atau pelecehan dari pemain, penonton dan ofisial pada saat memimpin
pertandingan sepakbola, dan wasit dapat lebih siap dalam mengalami berbagai situasi yang
ditemuinya dalam situasi pertandingan, oleh karena situasi-situasi tersebut kebanyakan sudah
berkali-kali ia praktekan dalam imajinasinya.
Berikut merupakan program, format perpertemuan dan materi perpertemuan untuk
perlakuan yang diberikan dalam rangka meningkatkan kinerja wasit dalam memimpin
pertandingan sepakbola, yang dilakukan sebanyak 21 kali pertemuan dalam Tabel program
3.1., format perpertemuan dan materi perpertemuan pada Tabel 3.2.
A. Rileksasi
Format ini merupakan format perpertemuan untuk melakukan latihan keterampilan
psikologis rileksasi, adapun format tersebut bisa dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Format Pertemuan Latihan Keterampilan Psikologis Rileksasi
PERTEMUAN KEGIATAN
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1-27 A. Pendahuluan (10 menit)
a. Doa
b. Penjelasan tentang program latihan yang akan di
lakukan.
B. Isi Materi Latihan (20-30menit)
Latihan Rileksasi Otot Progresif
a) Tahap Persiapan
b) Tahap Pelaksanaan
C. Penutup (10 menit)
a. Refleksi
b. feed back (evaluasi)
c. Doa
B. Imagery
1) Program perlakuan imagery dan materi pertemuan imagery merupakan program dan
materi yang diberikan untuk melaksanakan latihan keterampilan psikologis imagery,
adapun materi tersebut bisa dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2.
Program dan Materi latihan Keterampilan Psikologis Imagery
Minggu Pertemuan Materi
1
1, 2 dan 3
Imagery : membayangkan seorang pemain, ofosial,
atau penonton, yang marah karena tidak puasnya
terhadap kepemimpinan wasit, ketika tim tersebut
dalam keadaan kalah.
2 4, 5 dan 6
imagery: membayangkan pengambilan keputusan
seluruh kejadian dengan tepat, benar dan tenang.
Tidak ada tekanan dari pemain, ofisial, dan
penonton.
3 7, 8 dan 9
imagery: Membayangkan pengambilan keputusan
seluruh kejadian dengan tepat, benar dan tenang.
Adanya tekanan dari pihak pemain, ofisial, dan
penonton.
4 10, 11 dan 12
imagery: membayangkan protes yang tidak
sewajarnya dari pemain, ofisial, dan penonton,
padahal keputusan yang diambil wasit ketika
memimpin pertandingan itu benar sesuai peraturan
permainan dari PSSI.
5 13, 14, dan 15
imagery: Membayangkan adanya protes yang tidak
sewajarnya dari pemain, ofisial dan penonton,
karena kekeliruan/kesalahan keputusan wasit di
lapangan, yang berakibatkan kalahnya salah satu
tim.
16, 17 dan 18
imagery: Membayangkan pengambilan keputusan
seluruh kejadian dengan tepat, benar dan tenang.
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6 Tetapi terjadi kejadian berhentinya pertandingan
beberapa saat karena ulah antar suporter yang
bersitegang sehingga berpengaruh dan mengganggu
jalannya pertandingan.
7 19, 20, dan 21
imagery: Membayangkan adanya protes yang tidak
sewajarnya dari pemain, ofisial dan penonton,
karena kekeliruan/kesalahan keputusan wasit di
lapangan, yang berakibatkan pertandingan terhenti
karena ketidakpuasan dari kepemimpinan wasit.
2) Format perpertemuan imagery merupakan format yang diberikan untuk melaksanakan
latihan keterampilan psikologis imagery, adapun format tersebut bisa dilihat pada Tabel
3.3.
Tabel 3.3.
Format latihan Keterampilan Psikologis Imagery
PERTEMUAN KEGIATAN
A. Pendahuluan (10 menit)
a. Doa
b. Penjelasan tentang program latihan yang akan di
lakukan.
B. Isi Materi Latihan (20-30menit)
Latihan dasar imagery mental
a) Latihan berpasangan untuk saling
membayangkan (ciri wajah, pakaian, sepatu,
posisi duduk, dan lain-lain sedetil mungkin)
b) Latihan membayangkan suasana ketika akan
memimpin pertandingan.
c) Latihan sama dengan butir satu, tetapi fokuskan
pandangan pada wajah saja.
d). Latihan imagery khusus
C. Penutup (10 menit)
a. Refleksi
b. feed back (evaluasi)
c. Doa
C. Rileksasi-Imegery
1) Program perlakuan rileksasi-imagery dan materi pertemuan rileksasi-imagery
merupakan program dan materi yang diberikan untuk melaksanakan latihan
keterampilan psikologis rileksasi-imagery, adapun materi tersebut bisa dilihat pada
Tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Program dan Materi latihan Keterampilan Psikologis Rileksasi-Imagery
Minggu Pertemuan Materi
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
1, 2 dan 3
Rileksasi-Imagery : membayangkan seorang
pemain, ofosial, atau penonton, yang marah karena
tidak puasnya terhadap kepemimpinan wasit, ketika
tim tersebut dalam keadaan kalah.
2 4, 5 dan 6
Rileksasi-imagery: membayangkan pengambilan
keputusan seluruh kejadian dengan tepat, benar dan
tenang. Tidak ada tekanan dari pemain, ofisial, dan
penonton.
3 7, 8 dan 9
Rileksasi-imagery: Membayangkan pengambilan
keputusan seluruh kejadian dengan tepat, benar dan
tenang. Adanya tekanan dari pihak pemain, ofisial,
dan penonton.
4 10, 11 dan 12
Rileksasi-imagery: membayangkan protes yang
tidak sewajarnya dari pemain, ofisial, dan penonton,
padahal keputusan yang diambil wasit ketika
memimpin pertandingan itu benar sesuai peraturan
permainan dari PSSI.
5 13, 14, dan 15
Rileksasi-imagery: Membayangkan adanya protes
yang tidak sewajarnya dari pemain, ofisial dan
penonton, karena kekeliruan/kesalahan keputusan
wasit di lapangan, yang berakibatkan kalahnya salah
satu tim.
6 16, 17 dan 18
Rileksasi-imagery: Membayangkan pengambilan
keputusan seluruh kejadian dengan tepat, benar dan
tenang. Tetapi terjadi kejadian berhentinya
pertandingan beberapa saat karena ulah antar
suporter yang bersitegang sehingga berpengaruh dan
mengganggu jalannya pertandingan.
7 19, 20, dan 21
Rileksasi-imagery: Membayangkan adanya protes
yang tidak sewajarnya dari pemain, ofisial dan
penonton, karena kekeliruan/kesalahan keputusan
wasit di lapangan, yang berakibatkan pertandingan
terhenti karena ketidakpuasan dari kepemimpinan
wasit.
1) Format perlakuan rileksasi-imagery merupakan format yang diberikan untuk
melaksanakan latihan keterampilan psikologis rileksasi-imagery, adapun Format tersebut
bisa dilihat pada Tabel 3.5.
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5.
Format Latihan Keterampilan Psikologis Rileksasi-Imagery
PERTEMUAN KEGIATAN
1-27 D. Pendahuluan (10 menit)
a. Doa
b. Penjelasan tentang program latihan yang akan di
lakukan.
B. Isi Materi Latihan (20-30menit)
a. Latihan Rileksasi dan imagery
1. Latihan Rileksasi otot progresif
a) Tahap Persiapan
b) Tahap Pelaksanaan
2. Latihan dasar imagery mental
a) Latihan berpasangan untuk saling
membayangkan (ciri wajah, pakaian, sepatu,
posisi duduk, dan lain-lain sedetil mungkin)
b) Latihan membayangkan suasana ketika akan
memimpin pertandingan.
b) Latihan sama dengan butir satu, tetapi
fokuskan pandangan pada wajah saja.
b. Latihan imagery khusus
C. Penutup (10 menit)
a. Refleksi
b. feed back (evaluasi)
c. Doa
3. Post Test
Post-test dilakukan setelah program metode latihan keterampilan psikologis selesei
diberikan. Sampel dinilai kembali kinerjanya ketika sedang memimpin pertandingan
sepakbola. Selanjutnya data dianalisis untuk menguji hipotesis.
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Definisi operasional
Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah dalam penelitian ini, penulis perlu
mendefinisikan secara operasional. Maka penulis membatasi beberapa istilah yang
digunakan, dalam penelitian ini hanya treatment dengan latihan keterampilan psikologis
berupa latihan rileksasi dan imager terhadap kinerja wasit dalam memimpin pertandingan
sepak bola.
1. Latihan Keterampilan Psikologis. Menurut Chee (dalam Komarudin, 2013, hlm. 4) latihan
keterampilan psikologis adalah "Psychological skill training (PST) is the deliberate,
systematic practice of strategies and methods designed to enhance an athlete's
performance, by enhancing their psychological skills". Maksud pendapat tersebut
menekankan bahwa, latihan keterampilan mental berhubungan dengan teknik kognitif-
somatik secara umum yang meliputi latihan mental, imagery mental dan visualisasi,
latihan gerak visual, terapi kognitif, bio-feedback relaksasi otot secara progresif, dan
meditasi. Selain itu Komarudin juga menjelaskan tentang latihan keterampilan
psikologis adalah “Suatu program pelatihan yang disusun dan dirancang secara sistematis
agar wasit dapat menguasai dan mempraktikan keterampilan-keterampilan mental yang
berguna untuk meningkatkan performa dalam olahraga”. Latihan keterampilan psikologis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah latihan keterampilan psikologis berupa lathan
rileksasi-imagery.
2. Relaksasi. Menurut pendapat Setyobroto (1989, hlm. 105) rileksasi adalah "Keadaan yang
ditandai dengan tidak adanya aktivitas dan ketegangan". Sedangkan menurut Davies
(dalam Komarudin, 2013:105) menjelaskan relaksasi adalah: " ... a state of controlled and
relatively stable level of arousal which is lower than that of the normal waking state".
Menurut pendapat tersebut seseorang dikatakan rileks apabila ketergugahannya selalu
terkendali dan relatif stabil atau lebih rendah dalam keadaan normal. Relaksasi menurut
Cashmore (dalam Komarudin, 2013, hlm. 104) berasal dari bahasa latin yaitu "re" (once
more), dan "laxis" (loose). Maksud "re" pada pendapat tersebut berarti sekali lagi atau
kembali. Sedangkan "laxis" berarti bebas, lepas, atau longgar. Relaksasi menurut arti kata
tersebut berarti kembali rileks. Maka dengan itu relaksasi adalah suatu bentuk terapi
dengan menekankan upaya mengantar dan mengajar pasien bagaimana caranya dia harus
beristirahat dan bersantai, dengan asumsi bahwa beristirahatnya otot-otot dapat membantu
mengurangi tegangan psikologis.
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Imagery. Menurut Singgih (1996, hlm. 109) imagery adalah “mental dimaksudkan untuk
melatih wasit membuat gerakan-gerakan yang benar melalui imajinasi, setelah gerakan-
gerakan dimatangkan dalam imajinasi kemudian benar-benar dilaksanakan untuk
dievaluasi”. Mental imagery dapat memberikan manfaat yang positif bagi seseorang, yaitu
dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan dapat mengontrol emosi ketika mendapatkan
tekanan-tekanan dari para pemain, yang selanjutnya akan meningkatkan kinerjawasit pada
saat memimpin sebuah pertandingan. Maka dengan itu imagery adalah teknik yang biasa
digunakan oleh psikolog olahraga untuk membantu seseorang memvisualisasikan atau
melatih mental berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan, praktek imagery
dilakukan dengan cara memberikan kebebasan untuk berimajinasi menggunakan
fikirannya untuk melihat dan membayangkan segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pertandingan. Imagery digunakan untuk membantu wasit membuat visualisasi yang
lebih nyata berkaitan dengan pertandingan atau kompetisi yang akan dijalaninya..
4. Kinerja. Menurut Mangkunegara (2000, hlm. 67) kinerja adalah “Hasil kualitas yang
dicapai dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan”. Sedangkan
menurut Fauzee (2009:17) kinerja adalah “Hasil atau tingkat keberhasilan seseorang
secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria
yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama”. Dari pengertian
mengenai kinerja tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai oleh
seseorang di dalam suatu kerja yang telah dilakukannya. Kinerja yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kinerja wasit sepakbola ketika memimpin jalannya suatu
pertandingan. Pengambilan data kinerja dilakukan disesuaikan dengan from penilaian
wasit yang digunakan oleh PSSI .
5. Wasit. Menurut Komisi wasit Pengrov Jabar Yuli (2008, hlm. 30-32) wasit adalah "a)
Penegak atau pengantara, b) Penentu atau pemimpin (dalam suatu pertandingan), c)
Pemisah, pelerai, pendamai (antara yang berselisih)". Sedangkan pengertian wasit
menurut situs wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (pengertian wasit) wasit
adalah “Seseorang yang memiliki wewenang untuk mengatur jalannya
pertandingan olahraga. Ada bermacam-macam istilah wasit, dalam bahasa Inggris
dikenal referee, umpire, judge, atau linesman".
D. Instrumen Penelitian
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penentuan alat ukur untuk menilai kinerja wasit, penulis menggunakan From penilaian
wasit yang digunakan atau berlaku di PSSI. Form ini merupakan form resmi yang
dikeluarkan oleh FIFA yang digunakan oleh PSSI untuk mengukur kinerja wasit sepakbola
saat memimpin pertandingan. Hal–hal penting dalam form penilaian wasit ini adalah
mengacu kepada seluruh komponen penting yang ada selama pertandingan berlangsung, yaitu
1) posisi dan mekanisme official, 2) kontrol game, 3) signal/isyarat wasit, 4) keberanian,
karakter, dan konsentrasi, 5) ketepatan pengambilan keputusan. Instrumen ini tidak perlu lagi
diuji Validitas dan Reliabilitas, dikarenakan instrumen ini sudah baku yang dikeluarkan oleh
FIFA dan sering digunakan oleh PSSI untuk menilai kinerja wasit.
2. Limitasi Penelitian
Dalam penelitian perlakuan yang diberikan adalah penerapa metode latihan
keterampilan psikologis dalam meningkatkan kinerja wasit dalam memimpin pertandingan
sepakbola. Namun terlepas dari hal itu hasil eksperimen dari subjek manusia mempunyai
kemungkinan besar bervariasi, apabila peneliti tidak bisa memisahkan antara variabel yang
diperlukan dari variabel luar di sekitar proses eksperimen. Menurut Sukardi (2003, hlm.188)
suatu eksperimen dikatakan valid apabila “1) Hasil yang dicapai hanya diakibatkan oleh
karena variabel bebas yang dimanipulasi secara sistematis; 2) hasil akhir eskperimen harus
dapat digeneralisasi pada kondisi eksperimen yang berbeda.” Sukardi (2003, hlm 188)
menambahkan “Ada dua syarat agar hasil suatu eksperimen dapat mencapai hasil yang baik
dan tidak bervariasi. Kedua syarat yang dimaksud adalah perlunya validitas internal dan
validitas eksternal yang terjaga selama proses penelitian eksperimen.”
Dalam penelitian eksperimen Sukardi (2003, hlm. 178) menjelaskan “variabel-variabel
yang ada termasuk variabel bebas atau independent variable dan variable terikat independent
variable sudah ditentukan oleh peneliti sejak dari awal.” Di dalam penelitian ini yang
menjadi variabel bebas adalah penerapan latihan keterampilan psikologis berupa latihan
rileksasi-imegery, sedangkan variabel terikat adalah kinerja wasit dalam memimpin
pertandingan sepakbola. Suatu penelitian dikatakan mempunyai validitas internal tinggi
apabila kondisi berbeda pada variabel terikat (kinerja wasit dalam memimpin pertandingan
sepakbola) dari subjek yang diteliti merupakan hasil langsung dari adanya pengaruh variabel
bebas (penerapan latihan keterampilan psikologis berupa latihan rileksasi-imegery). Jadi,
dengan kata lain validitas internal tinggi apabila hasil kinerja wasit dalam memimpin
pertandingan sepakbola, hanya disebabkan adanya pengaruh dari variabel bebas.
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sukardi (2003, hlm. 188) menjelaskan tentang validitas internal penelitian eksperimen
terjadi karena adanya delapan faktor penting sebagai sumber variasi antara lain:
1. Faktor sejarah atau history dari subyek yang diteliti,
2. Seleksi
3. Maturasi
4. Testing
5. Instrumentasi
6. Kehilangan subyek
7. Lokasi
8. Regresi Statistik
Kedelapan faktor ini perlu dikontrol agar variabel yang direncanakan dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel terikat.
Lanjut Sukardi (2003, hlm. 189) menjelaskan tentang variabel eksternal antara lain:
1. Dampak reaktif suatu testing
2. Efek interaksi bias seleksi
3. Efek reaktif pengaturan eksperimen
4. Inferensi perlakuan jamak (ganda)
Validitas eksperimen yang baik mestinya mengandung kedua validitas tersebut secara
proporsional, walaupun itu tidak dapat dicapai secara sempurna. Lebih jelas lagi tentang
validitas internal dan validitas eksternal dengan cara pengontrolannya, salah satu karakteristik
penelitian yang bersifat eksperimental ialah memungkinkan bagi peneliti melakukan
rnanipulasi dan mengontrol variabel yang tidak dapat dilakukan dalam jenis-jenis penelitian
deskriptif ataupun eksploratori. Manipulasi variabel mempunyai arti bahwa peneliti
memberikan suatu perlakuan (treatment) tertentu terhadap variabel bebas yang akan diukur
pengaruhnya terhadap variabel terikat. Tujuan memanipulasi suatu variabel bebas ialah
peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh pemberian perlakuan yang berbeda variabel
bebas terhadap variabel terikat yang dipengaruhinya. Dengan melakukan manipulasi variabel
bebas, maka peneliti akan dapat mengetahui perlakuan mana yang paling efektif hasilnya.
Sedangkan, mengontrol variabel mempunyai arti peneliti melakukan pengendalian
sedemikian rupa sehingga peneliti dapat menghilangkan pengaruh variabel tersebut agar tidak
mempengaruhi proses pengukuran pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Tujuan
mengontrol variabel ialah untuk menghilangkan bias yang kemungkinan muncul karena
pengaruh variabel tersebut yang tidak dikehendaki oleh peneliti.
Salah satu teknik dalam melakukan manipulasi dan mengontrol variabel ialah dengan
cara membuat kelompok pengendali atau pembanding dengan adanya kelompok pengendali
maka peneliti akan dapat mengontrol kemungkinan munculnya faktor-faktor yang dapat
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mempengaruhi proses penilaian yang valid terhadap efek kondisi perlakuan yang dikenakan
pada kelompok atau obyek yang sedang diteliti.
Oleh karena itu, dalam penelitan eksperimen ini sangat memungkinkan untuk
mengendalikan variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal dan validitas
eksternal hasil eksperimen. Pada umumnya dikenal 2 macam standar validitas internal dan
eksternal. Validitas internal mempertanyakan sampai sejauh mana suatu alat ukur berhasil
mencerminkan obyek yang akan diukur pada suatu setting tertentu. Sementara itu, validitas
eksternal lebih terkait dengan keberhasilan suatu alat ukur yang cukup valid mengukur objek
pada suatu setting tertentu, apakah juga valid untuk mengukur objek yang sama pada setting
yang berbeda. (Bungin,2003:58 dalam http://js.unikom.ac.id/rb/bab9.html).
a) Validitas Internal
Menurut Rusefendi (1994) validitas internal adalah validitas yang berkenaan dengan
keabsahan atau validitas hasil suatu percobaan. Apakah hasil percobaan atau hasil perlakuan
yang nampak pada variabel terikat benar-benar disebabkan oleh variabel bebasnya atau ada
pengaruh dan variabel luar? Definisi lain mengatakan bahwa tingkat dimana hasil penelitian
dapat dipercaya kebenarannya. Validitas internal dinyatakan dengan apakah penelitian yang
dilakukan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Pengendalian terhadap validitas internal dimaksudkan agar hasil penelitian yang
diperoleh dapat mencerminkan hasil perlakuan yang diberikan dan dapat digeneralisasi ke
populasi pensampelan. Pengendalian Validitas internal sangat dibutuhkan agar hasil
penelitian yang diperoleh benar-benar merupakan akibat dari perlakuan yang diberikan.
Beberapa variabel yang mengancam validitas internal dalam penelitian eksperimen antara
lain adalah:
1) History
Faktor history mengacu pada kejadian-kejadian yang sedang terjadi di lingkungan pada
waktu yang sama ketika variabel yang sedang dibuat eksperimen sedang diuji atan dilakukan
pengukuran sehingga sangat mungkin hasil eksperimen akan terganggu atau terkotori oleh
adanya kejadian tersebut, Pengaruh dari “History” ini dapat dikontrol melalui pengacakan
dan melalui pemberian perlakuan dalam jangka waktu yang sama.
2) Seleksi
Dalam pemilihan subyek penelitian rnungkin terjadi kesalahan. Kemampuan awal
kelompok yang satu mungkin berbeda dengan kemampuan awal kelompok yang lain.
Akibatnya validitas internal hasil penelitian akan terancam. Ancaman ini dapat diatasi dengan
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemilihan subyek yang benar-benar setara, misalnya pemilihan subyek secara acak atau
melalui penggunaan kelompok sepadan.
3) Maturasi (Kematangan)
Maturasi mempunyai pengertian bahwa adanya proses perubahan yang terjadi pada
obyek yang sedang diteliti (responden) pada saat mereka sedang berpartisipasi dalam
penelitian eksperimen. Biasanya hal ini terjadi pada penelitian yang memerlukan waktu
panjang. Orang-orang yang dijadikan obyek penelitian atau responden secara terus menerus
berubah baik secara fisik maupun mental. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
responden ini dapat mengakibatkan bias pada hasil pengukunannya. Vaniabel ini dapat
dikendalikan dengan cara antara lain pengacakan subyek atau melalui pemberian perlakuan
dalam jangka waktu tidak terlalu lama, sehingga subyek penelitian tidak sampai mengalami
perubahan fisik dan mental yang dapat mempengaruhi hasil perlakuan.
4) Testing
Testing mengacu pada efek-efek yang terjadi karena adanya pre tes yang mendahului
tes yang sebenarnya yang akan dikenakan pada para responden. Kegiatan pre tes ini akan
mempengaruhi para responden dalam mengerjakan tes yang sebenarnya. Terdapat
kemungkinan adanya kecenderungan bagi individu yang sudah melakukan pre tes akan lebih
balk hasilnya dalam mengerjakan tes yang sebenarnya.
5) Instrumentasi
Penggunaan instrumen penelitian adakalanya dapat mengancam validitas internal
hasil perlakuan. Misalnya, penggunaan instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel,
penggunaan instrumen yang berbeda pada kelompok-kelompok subjek penelitian. Pengaruh
dan instrumen ini dapat dikontrol dengan cara menggunakan instrumen yang valid dan
reliabel dan penggunaan instrumen yang sama pada kelompok-kelompok subyek.
6) Kehilangan Subyek
Ancarnan ini terjadi apabila dalam proses pelaksanaan eksperimen beberapa anggota
kelompok keluar karena atasan-alasan tertentu. Misal subyek yang keluar pada kelompok
eksperimen merniliki skor rendah pada tes awal maka pada tes akhir rata-rata kelompok
eksperimen akan meningkat. Bukan karena hasil perlakuan tetapi karena keluarnya beberapa
subyek yang mempunyai skor rendah.
7) Lokasi
Ancaman lokasi penelitian terjadi karena pemilihan lokasi yang berbeda, baik dan
segi ketersedian fasilitas latihan, kemampuan melatih, tingkat kecerdasan wasit, dan lain-lain.
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengaruh lokasi penelitian ini dapat dikendalikan melalui pemilihan lokasi lathan yang
memiliki kualifikasi yang sama, tempat yang memiliki fasilitas dan kondisi latihan yang sama
dan tempat yang memiliki wasit yang berkemampuan yang setara.
8) Regresi Statistik
Regresi statistik disebut juga menurun ke rata-rata, adalah merupakan suatu fenornena
yang kadang-kadang terjadi sebagai akibat dari penetapan subjek eksperimen berdasarkan
skor tertinggi dan skor terendah pada tes awal. Hal ini disebabkan oleh antara lain: kesalahan
pemilihan subyek dan kesalahan dalam penggunaan instrumen. Untuk mengatasi masalah ini
maka peneliti perlu berhati-hati dalam mernilih subyek penelitian serta menggunakan
instrumen yang valid dan reliabel baik pada tes awal ataupun pada test akhir.
b) Validitas Eksternal
Validitas eksternal mempunyai arti adanya generalitas atau kemampuan mewakili
(populasi) hasil penelitian, yang mana hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam konteks
waktu, tempat dan kelompok orang (obyek penelitian) yang berbeda. Hanya penelitian yang
mempunyai validitas eksternal yang hasil dapat dikatakan mencerminkan populasi.
Pengendalian terhadap validitas eksternal dimaksudkan agar hasil penelitian dapat
digeneralisasikan atau dapat diberlakukan ke situasi lain yang belum diteliti. Validitas
eksternal terdiri atas validitas populasi dan validitas ekologis. Validitas populasi artinya suatu
hasil penelitian dapat digeneralisasikan kepada populasi pensampelan atan kepada populasi
lain yang memiliki ciri khas yang sama meskipun populasi itu belum diteliti. Validitas
ekologis berarti suatu hasil penelitian dapat digeneralisasikan ke lingkungan lain yang lebih
luas. Agar memiiiki validitas ekologis maka peneliti harus secara lengkap menguraikan
tentang kondisi pelaksanaan eksperimen itu, sehingga para pembaca dapat menilai sejauh
mana hasil eksperimen tersebut dapat diterapkan ke situasi lain.
Penelitian akan kehilangan validitas eksternal jika kesalahan-kesalahan di bawah ini
terjadi:
1) Dampak Reaktif Suatu Testing
Jika peneliti mengenakan kegiatan pretest yang dapat mempengaruhi para responden
yang sedang diteliti dalarn suatu penelitian eksperimental, maka dampak perlakuan dapat
dipengaruhi oleh sebagian kegiatan pretest tersebut. Jika pretest tidak dilakukan, maka
dampak perlakukan tidak akan sama.
2) Efek lnteraksi Bias Seleksi
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika peneliti membuat kesalahan dalam penarikan sampel yang mengakibatkan
sampel tersebut tidak mewakili populasi yang lebih besar, maka peneliti akan mengalami
kesulitan dalam menggeneralisasi penemuan-penemuan studinya dari tingkatan sampel ke
populasi. Contoh: jika peneliti mengambil sampel dari suatu bagian daerah A, maka hasilnya
tidak akan valid jika diterapkan ke bagian yang lain di daerah tersebut.
3) Efek Reaktif Pengaturan Eksperimen
Peneliti dalam melakukan pengaturan eksperimen secara sengaja atau tidak sengaja
dapat menciptakan suatu kondisi yang bersifat dibuat-buat untuk membatasi kemungkinan
hasil penelitian yang dapat digeneralisasi dalam pengujian suatu perlakuan yang bukan
eksperimen.
4) Inferensi Perlakuan Jamak (ganda)
Dalam melakukan studi peneliti memberikan beberapa perlakuan secara bersamaan
kepada para responden dimana perlakuan-perlakuan tersebut dapat berupa perlakukan yang
bersifat eksperimental atau bukan eksperimental; perlakuan-perlakuan tersebut dapat
berinteraksi dengan berbagai cara sehingga dapat menyebabkan keterwakilan dampak
perlakukan tersebut berkurang.
Pengendalian terhadap validitas ekologis meliputi: Pengaruh perlakuan ganda,
dikontrol dengan memberikan perlakuan yang sama atau hanya dengan memberikan satu
perlakuan kepada masing-masing kelompok subyek. Pengaruh subyek mengetahui status
mereka dalam eksperimen, dikontrol dengan tidak rnemberitahukan keterlibatan subyek
eksperimen dan/atau subyek eksperimen disesuaikan dengan kondisi yang sebenamya.
Pengaruh ciri khas dalam subyek eksperimen dikendalikan dengan menggunakan subyek
yang sama atau yang memiliki kemampuan yang setara sebagai subyek eksperimen, baik
pada kelompok eksperimen ataupun pada kelornpok kontrol.
Untuk memastikan bahwa penelitian menghasilkan laporan yang valid, maka
keseluruhan ancaman validitas di atas harus dikendalikan oleh peneliti. Teknik yang
digunakan sangat beragam, tergantung dan kebutuhan dan jenis ancaman yang muncul.
Kekuatan penelitian bisa diketahui dari validitas baik internal maupun eksternalnya.
Validitas internal adalah keyakinan terhadap hubungan sebab akibat atau pengaruh dalam
desain penelitian yang dilakukan. Validitas eksternal adalah berkenaan dengan kemampuan
digeneralisasinya hasil penelitian pada lingkungan, orang, atau peristiwa lain. Ancaman yang
mempengaruhi validitas internal adalah history effects, maturity effect, testing effect,
instrumentation effects, selection effects, statistical regression, dan mortality. Ancaman yang
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mempengaruhi validitas eksternal adalah perbedaan situasi lingkungan penelitian, dan
perbedaan subyek penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan, dan
tahap akhir penelitian
a. Tahap Persiapan Penelitian
1. Mempersiapkan rancangan desain proposal penelitian
2. Orientasi lapangan, yaitu dengan menghubungi PSSI sebagai organisasi terkait
penelitian dengan masksimal untuk memperoleh izin penelitian.
3. Melakukan pengamatan dan wawancara untuk memperoleh data banyaknya responden
yang dijadikan sampel penelitian.
4. Mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan yang berhubungan dengan
variabel penelitian.
5. Penentuan populasi dan sampel penelitian
6. Penyusunan instrumen penelitian
7. Uji coba instrumen penelitian
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Memberikan tes awal untuk mengukur kinerja wasit sebelum diberikannya perlakuan
(treatment t).
2. Memberikan perlakuan yaitu dengan memberikan latihan rileksasi, imagery dan
rileksasi-imagery selama 7 Minggu.
3. Memberikan tes akhir untuk mengukur peningkatan kinerja wasit sepakbola ketika
memimpin suatu pertandingan.
c. Tahap Akhir Penelitian
1. Melakukan pengumpulan data
2. Menganalisis data dengan menggunakan tehnik analisis data yang tepatdan menguji
hipotesis penelitian.
3. Mendeskrpsikan hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian sebagai sebuah karya
ilmiah.
4. Membuat kesimpulan hasil penelitian.
F. Analisis Data
Deni Mudian, 2014 Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin Pertandingan Sepakbola Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
`Dalam melakukan perhitungan analisis data, peneliti menggunakan program SPSS.
Adapun prosedur analisis data sebagai berikut :
1. Deskripsi Data
Deskripsi data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dan
muthlak dilakukan. Data yang terkumpul dari lapangan, selanjutnya diolah dengan
menggunakan pendekatan statistik yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Tujuan dari
pengolahan tersebut adalah supaya data yang sudah terkumpul mempunyai makna dan
bisa menarik kesimpulan.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah menguji data sebelum data benar-benar diolah untuk mendapatkan
jawaban dari masalah yang diajukan dalam penelitian, maka harus dilakukan pengujian
terlebih dahulu apakah data tersebut menyebar secara normal atau tidak.
3. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua
buah distribusi atau lebih.
4. Uji paired test
penghitungan untuk mengetahui peningkatan nilai sebelum treatment dan sesudah
treatment.
5. Uji Anova
Apabila Kelompok penelitian lebih dari dua, maka analisis yang digunakan adalah
Anova, yaitu menganalisis perbedaan lebih dari dua kelompok secara simultan.
6. Uji signifikan
Uji signifikansi merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji kebenaran atau
kesalahan dari hasil hipotesis nol dari sampel. Ide dasar yang melatar belakangi
pengujian signifikansi adalah uji statistik (estimator) dari distribusi sampel dari suatu
statistik di bawah hipotesis nol. Keputusan untuk mengolah H0 dibuat berdasarkan nilai
uji statistik yang diperoleh dari data yang ada (Gujarati, 1995).