BAB III METODE PENELITIAN A. -...

20
37 Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah factorial design karena penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dari dua pembelajaran, yaitu pembelajaran Model Eliciting Activities dan Problem Based Learning serta gaya kognitif siswa sebagai variabel moderator yang ikut mempengaruhi proses pembelajaran yang dialami siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi. Sampel penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen 1 yang diberi perlakuan khusus berupa pembelajaran Model Eliciting Activities dan kelompok eksperimen 2 yang mendapatkan pembelajaran Problem Based Learning. Selain itu, gaya kognitif yang dimiliki sampel penelitian juga dibagi menjadi dua, yaitu gaya kognitif field dependent dan field independent . Adapun rancangan desain faktorial tipe 2 2 yang akan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1. Rancangan Desain Faktorial 2x2 Pembelajaran Gaya Kognitif Model Eliciting Activities (A 1 ) Problem Based Learning (A 2 ) Field Dependent (B 1 ) A 1 B 1 A 2 B 1 Field Independent (B 2 ) A 1 B 2 A 2 B 2 Sebelum perlakuan diberikan, peneliti mengidentifikasi gaya kognitif siswa dengan memberikan tes GEFT pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2. Kedua kelas tidak diberikan pre-test . Peneliti hanya memberikan postes setelah perlakuan diberikan pada kedua kelas. Bentuk desain penelitian ini adalah sebagai berikut.

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. -...

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

37 Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah factorial design

karena penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pencapaian

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dari dua pembelajaran,

yaitu pembelajaran Model Eliciting Activities dan Problem Based Learning

serta gaya kognitif siswa sebagai variabel moderator yang ikut mempengaruhi

proses pembelajaran yang dialami siswa. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi. Sampel penelitian

ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen 1 yang diberi

perlakuan khusus berupa pembelajaran Model Eliciting Activities dan

kelompok eksperimen 2 yang mendapatkan pembelajaran Problem Based

Learning. Selain itu, gaya kognitif yang dimiliki sampel penelitian juga

dibagi menjadi dua, yaitu gaya kognitif field dependent dan field independent.

Adapun rancangan desain faktorial tipe 2 2 yang akan digunakan untuk

menguji hipotesis penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1. Rancangan Desain Faktorial 2x2

Pembelajaran

Gaya Kognitif

Model Eliciting

Activities (A1)

Problem Based

Learning (A2)

Field Dependent (B1) A1B1 A2B1

Field Independent (B2) A1B2 A2B2

Sebelum perlakuan diberikan, peneliti mengidentifikasi gaya kognitif

siswa dengan memberikan tes GEFT pada kelas eksperimen 1 dan

eksperimen 2. Kedua kelas tidak diberikan pre-test. Peneliti hanya

memberikan postes setelah perlakuan diberikan pada kedua kelas. Bentuk

desain penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

38

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelas Eksperimen 1 : X1 O

Kelas Eksperimen 2 : X2 O

Keterangan:

X1 : Pembelajaran Model Eliciting Activities.

X2 : Pembelajaran Problem Based Learning.

O : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

: Subjek tidak dikelompokkan secara acak menyeluruh.

Kelemahan dari desain penelitian ini adalah dapat mengakibatkan

munculnya ancaman terhadap validitas internal. Untuk menjamin bahwa

kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal yang sama, peneliti

menunjukkan dengan analisis inferensial perbandingan nilai UTS dari kedua

kelompok. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan

kemampuan awal antara siswa kelompok eksperimen 1 dan siswa kelompok

eksperimen 2. Analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.1.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP N 2 Rembang, Jawa Tengah, pada

semester genap tahun ajaran 2016/2017. Penelitian dimulai pada tanggal 3

April 2017 sampai 13 Mei 2017.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di

Kabupaten Rembang dengan populasi terjangkau kelas VII SMP N 2

Rembang tahun ajaran 2016/2017. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015: 124).

Tujuan dilakukan pengambilan sampel seperti ini adalah agar penelitian dapat

dilaksanakan secara efektif dan efisien terutama dalam hal pengawasan,

kondisi subjek penelitian, waktu penelitian yang ditetapkan, dan kondisi

tempat penelitian serta prosedur perijinan.

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

39

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sesuai dengan desain penelitian, dipilih sampel siswa kelas VII SMP

N 2 Rembang sebanyak dua kelas, yaitu VII 4 sebagai kelas eksperimen 1

yang diberi perlakuan berupa pembelajaran Model Eliciting Activities

(MEAs) dan kelas VII 5 sebagai kelas eksperimen 2 yang diberi perlakuan

berupa pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Kedua kelas tersebut

dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa siswa ditempatkan dalam kelas

seimbang jika ditinjau dari segi akademiknya. Selain itu, setelah dilakukan tes

gaya kognitif dengan menggunakan GEFT pada kedua kelas tersebut, jumlah

siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independen

seimbang.

Berdasarkan observasi kelas sebelum penelitian dilakukan, dua kelas

eksperimen penelitian memiliki jumlah yang berbeda, dimana jumlah siswa

kelas eksperimen 1 adalah 31 dan jumlah siswa kelas eksperimen 2 adalah 32.

Kemampuan kognitif siswa pada dua kelas tersebut cenderung setara karena

kelas VII di SMP 2 Rembang tidak dibagi dalam kelas unggulan dan reguler.

Hal inipun dapat dilihat dari nilai hasil UTS siswa. Dalam proses

pembelajaran, siswa pada kedua kelas eksperimen cenderung tertib.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika yang mengajar di

kelas ekperimen 1 dan kelas ekspeimen 2, sebagian besar siswa memiliki

kemampuan rendah dalam memahami materi dan menyelesaikan masalah

matematis. Guru di sekolah menggunakan model pembelajaran ekspositori,

dimana saat mengajar, guru langsung menyampaikan materi pembelajaran

dan menuliskan rumus konsep materi yang sedang dipelajari. Alasan guru

menggunakan model ekspositori kerena penggunaan model pembelajaran

kontstruktivis yang dituntut penggunaannya dalam kurikulum 2013 akan

memakan waktu lama jika digunakan untuk menyelesaikan seluruh materi

pembelajaran dan perlu persiapan khusus sebelum pembelajaran

dilaksanakan.

D. Variabel Penelitian

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

40

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel penelitian merupakan suatu kondisi yang dimanipulasi,

dikendalikan atau diobservasi oleh peneliti. Adapun variabel dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya vaiabel terikat (Sugiyono, 2013: 61).

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran

Model Eliciting Activities dan Problem Based Learning.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 61). Dalam penelitian ini

variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa.

3. Variabel Moderator

Variabel moderator adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah

hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel

moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya

kognitif field dependent dan field independent.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional

sebagai berikut.

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kemampuan pemecahan masalah matematis yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan berbagai

masalah matematis dengan menggunakan strategi yang tepat. Indikator

pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menyelesaikan masalah matematis tertutup dengan konteks di dalam

matematika, menyelesaikan masalah matematis tertutup dengan konteks

di luar matematika, menyelesaikan masalah matematis terbuka dengan

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

41

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konteks di dalam matematika, dan menyelesaikan masalah matematis

terbuka dengan konteks di luar matematika.

2. Gaya Kognitif

Gaya kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakteristik

individu dalam menerima informasi, berpikir, mengingat, memproses

informasi, dan menyelesaikan masalah. Gaya kognitif yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah gaya kognitif field dependent dan field

independent. Gaya kognitif field dependent merujuk pada gaya siswa

dalam belajar yang masih bergantung pada guru dan lingkungannya,

sedangkan gaya kognitif field independent dimiliki siswa yang tidak

terlalu bergantung pada guru dan lingkungannya ketika menyelesaikan

masalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kognitif siswa seperti

usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, pola asuh orang tua, dan

keseimbangan otak kanan dan kiri diasumsikan tidak mempengaruhi

berubahnya gaya kognitif siswa karena penelitian dilakukan dalam waktu

yang tidak terlalu lama. Dengan kata lain, gaya kognitif siswa tidak

mengalami perubahan selama proses penelitian. Berdasarkan uraian di

atas, kecenderungan gaya kognitif setiap siswa akan dapat diidentifikasi

apakah siswa termasuk dalam klasifikasi gaya kognitif field-dependent

atau field-independent.

3. Pembelajaran Model Eliciting Activities (MEAs)

Pembelajaran Model Eliciting Activities (MEAs) merupakan

pembelajaran yang menyajikan masalah situasi kehidupan nyata dimana

langkah-langkahnya adalah guru membacakan artikel yang

mengembangkan konteks masalah siswa, siswa merespon readines

question berdasarkan artikel, guru mengelompokkan siswa (3-4 anggota

per kelompok), guru membacakan problem statement bersama dengan

siswa dan meyakinkan bahwa setiap kelompok memahami apa yang

ditanyakan, siswa membuat solusi model matematika dan meninjau ulang

solusi permasalahan, kemudian perwakilan kelompok mempresentasikan

dan mendokumentasikan hasil diskusi mereka.

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

42

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran

yang tahapannya adalah mengorientasi siswa kepada masalah yang

berkaitan dengan dunia nyata, mengorganisasikan siswa dalam kelompok

belajar untuk mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru, siswa

menyelidiki solusi dari masalah dan guru membimbing jika terdapat

kelompok atau siswa yang mengalami kebuntuan, siswa mengembangkan

dan menyajikan hasil diskusi, kemudian perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil diskusinya.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Group Embedded Figures Test (GEFT)

Group Embedded Figures Test (GEFT) merupakan instrument tes

terstandar yang dikembangkan oleh Witkin et al. pada tahun 1971.

Koefisien reliabilitas GEFT untuk keseluruhan tes adalah 0,86 sehingga

instrumen ini sudah layak untuk digunakan langsung dalam penelitian.

GEFT terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian I terdiri dari 7 soal, sedangkan

bagian II dan bagian III masing-masing terdiri dari 9 soal. Pemeberian

GEFT pada siswa dilakukan di awal penelitian, yaitu sebelum perlakuan

pembelajaran diberikan dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.2. Kriteria Gaya Kognitif

Jenis Gaya Kognitif Skor

Field Dependen (FD)

Field Independen (FI)

2. Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Instrumen tes kemampuan pemecahan masalah berupa tes uraian

yang digunakan untuk mengukur pencapaian kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa. Tes diberikan baik pada kelas eksperimen 1

maupun kelas eksperimen 2. Materi tes matematika yang akan diteskan

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

43

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepada siswa adalah materi selama proses pembelajaran, yaitu materi

bangun datar segiempat. Pemberian tes dilakukan sesudah kegiatan

pembelajaran (postes). Penyusunan kisi-kisi tes disesuaikan dengan

indikator kemampuan pemecahan masalah matematis, yaitu sebagai

berikut.

Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kemampuan

Matematis Indikator Nomor Soal

Pemecahan Masalah Matematis:

Kemampuan siswa

menyelesaikan berbagai masalah matematis

dengan menggunakan strategi yang tepat.

1. Menyelesaikan masalah matematis tertutup dengan konteks di dalam

matematika.

2. Menyelesaikan masalah matematis tertutup dengan konteks di luar

matematika.

3. Menyelesaikan masalah matematis terbuka dengan konteks di dalam

matematika.

4. Menyelesaikan masalah matematis terbuka dengan konteks di luar

matematika.

1

2

3

4

Adapun pedoman penilaian tes kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa dalam penelitian ini mengadopsi dari Charles (1994),

yaitu penskoran holistik yang disajikan pada Tabel 3.4 berikut.

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

44

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.4. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Respon Siswa Terhadap Soal Skor

Tidak ada jawaban. 0

Data yang terdapat pada soal hanya kembali disalin, tapi tidak ada yang dilakukan dengan data tersebut atau ada pekerjaan

tetapi tidak ada pemahaman yang jelas terhadap soal.

Terdapat jawaban yang salah dan tidak ada pekerjaan lain yang ditampilkan.

Terdapat langkah awal menuju penemuan solusi dari sekadar menyalin data yang merefleksikan beberapa pemahaman,

namun pendekatan yang digunakan tidak mengarah pada solusi yang tepat.

1

Memulai dengan strategi yang tidak tepat, tetapi tidak

dikerjakan, dan tidak ada bukti bahwa siswa beralih ke strategi lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa mencoba salah

satu pendekatan yang salah dan kemudian menyerah.

Siswa menggunakan strategi yang tidak tepat dan mendapat jawaban yang salah, tetapi pekerjaannya menunjukkan beberapa pemahaman tentang masalah.

2

Menggunakan strategi yang tepat, tetapi

a) tidak dilakukan cukup jauh untuk mencapai solusi. b) diterapkan dengan salah sehingga menyebabkan tidak

ada jawaban atau jawaban salah.

Terdapat jawaban benar, tetapi

a) pekerjaan tersebut tidak dapat dipahami.

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

45

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) tidak ada pekerjaan yang ditunjukkan.

Siswa menerapkan strategi solusi yang mengarah pada solusi yang tepat, tapi dia salah memahami bagian dari masalah atau

mengabaikan kondisi dalam masalah.

3

Strategi penyelesaian yang tepat diterapkan dengan benar, tetapi

a) siswa salah menjawab masalah tanpa alasan yang jelas.

b) bagian numerik dari jawaban yang diberikan benar dan jawabannya salah.

c) Tidak terdapat jawaban yang diberikan.

Jawaban benar, dan terdapat beberapa bukti bahwa strategi

solusi yang tepat telah dipilih. Namun, penerapan strategi tidak sepenuhnya jelas.

Siswa membuat kesalahan dalam melaksanakan strategi solusi

yang tepat. Namun, kesalahan ini tidak mencerminkan kesalahpahaman baik pada masalah atau bagaimana menerapkan strategi, melainkan seperti kesalahan komputasi.

4

Strategi yang tepat dipilih dan dilaksanakan. Memberikan jawaban yang benar dari data dalam soal.

Kriteria pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa didasarkan pada perolehan skor tes. Menurut Riduwan (2010: 89),

kriteria pencapaian skor tes kemampuan pemecahan masalah dapat

dilihat pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5.

Kriteria Pencapaian Skor Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Skor Tes (X) Kategori

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

3. Lembar Kegiatan Kelompok (LKK)

Lembar Kegiatan Kelompok yang disusun untuk kelas MEAs dan PBL

menggunakan masalah dunia nyata atau berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir

siswa dalam menyelesaikan masalah.

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

46

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Lembar Observasi

Lembar observasi ini digunakan selama proses pembelajaran di

kelas untuk mengetahui gambaran aktivitas siswa dan guru, apakah sudah

melakukan tahapan-tahapan dalam pembelajaran MEAs ataupun PBL

sehingga dapat diketahui pada tahapan mana yang harus diperbaiki.

Lembar observasi ini berupa daftar ceklis yang digunakan observer untuk

disesuaikan dengan keadaan saat penelitian berlangsung. Observer dalam

penelitian ini adalah guru matematika SMP N 2 Rembang. Sebelum

digunakan dalam penelitian, lembar observasi dikonsultasikan kepada

dosen pembimbing.

Sebelum instrumen tes pemecahan masalah matematis digunakan

dalam penelitian di lapangan, instrumen tes ini diujicobakan terlebih dahulu

pada kelompok uji coba, yaitu kelompok di luar kelompok subjek penelitian

untuk mengetahui informasi mengenai mutu instrumen yang digunakan.

Setelah dilakukan uji coba, dilakukan analisis terhadap validitas, reliabilitas,

indeks kesukaran, dan daya pembeda butir soal. Adapun langkah-langkah

analisis validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda adalah

sebagai berikut.

1. Analisis Validitas

Validitas suatu butir tes melukiskan derajat kesahihan atau

korelasi (r) skor siswa pada butir yang bersangkutan dibandingkan

dengan skor siswa pada seluruh butir. Soal dikatakan valid apabila tes

tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Data yang terkumpul

diuji dengan teknik korelasi Product Moment. Rumus korelasi Product

Moment yang digunakan adalah sebagai berikut (Hendriana &

Soemarmo, 2014: 62).

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

r : Koefisien korelasi.

n : Banyak siswa yang mengikuti tes

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

47

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

X : Skor siswa pada suatu butir.

Y : Skor siswa pada seluruh butir.

Untuk menentukan validitas butir soal digunakan kriteria seperti yang

terdapat pada Tabel 3.6 (Arikunto, 2009: 75).

Tabel 3.6. Kriteria Validitas Soal Uraian

Interval Kriteria

0,80 < rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,80 Validitas tinggi

0,40 < rxy ≤ 0,60 Validitas sedang

0,20 < rxy ≤ 0,40 Validitas rendah

0,00 < rxy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah

Selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi koefisien korelasi

dari hasil perhitungan yang telah dilakukan untuk setiap butir tes

kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan uji-t (Sugiyono,

2011) dengan rumus berikut.

Keterangan:

= daya beda

= koefisien korelasi

= banyaknya subyek

Uji validitas tiap item instrumen dilakukan dengan

membandingkan dengan nilai kritis dengan mengambil

taraf signifikansi dan taraf kebebasan , sehingga

didapat kemungkinan interpretasi:

i. Jika , maka soal tidak valid,

ii. Jika , maka soal valid.

2. Analisis Reliabilitas

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

48

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah soal tes yang

telah dibuat memberikan hasil yang tetap meskipun dilakukan di lain

waktu dan lain tempat. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu tes

dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.

Cara untuk menentukan apakah perangkat tes reliabel atau tidak yaitu

dengan cara mencari koefisien reliabilitasnya. Koefisien reliabilitas suatu

tes bentuk uraian dapat ditaksir dengan menggunakan rumus Alpha

(Arikunto, 2009: 109) sebagai berikut:

r11 =

1

2

2

11

x

n

n

dengan 1

)( 22

2

N

N

xx

xdan 1

)( 22

2

N

N

xx t

t

t

Keterangan:

r11 : reliabilitas tes

n : banyaknya butir soal

∑σx2 : jumlah varians skor tiap butir soal

σt 2 : varians total

Kriteria reliabilitas yang digunakan pada Tabel 3.7 (Arikunto,

2009: 110) berikut.

Tabel 3.7. Kriteria Reliabilitas Soal Uraian

Interval Kriteria

0,80 < r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi

0,40 < r11 ≤ 0,60 Reliabilitas sedang

0,20 < r11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah

0,00 < r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

49

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soal dikatakan reliabel jika mempunyai reliabilitas sangat tinggi atau

tinggi. Butir-butir soal yang mempunyai reliabilitas sedang, rendah

ataupun sangat rendah selanjutnya akan direvisi.

3. Analisis Indeks Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak

terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk

mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu

sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai

semangat untuk mecoba lagi karena diluar jangkauannya. Bilangan yang

menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut taraf kesukaran

(Arikunto, 2009: 207). Cara menentukan indeks kesukaran soal bentuk

uraian menggunakan rumus (Hendriana & Soemarmo, 2014: 64) berikut.

Keterangan:

IK : indeks kesukaran

: jumlah skor kelompok atas suatu butir.

: jumlah skor kelompok bawah suatu butir.

: jumlah skor ideal suatu butir.

Adapun kriteria tingkat kesukaran dapat dilihat dalam Tabel 3.8

berikut.

Tabel 3.8. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Interval IK Kriteria

Sangat Sukar

Sukar

Sedang

Mudah

Sangat Mudah

4. Analisis Daya Pembeda

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

50

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Arikunto (2009: 211) daya pembeda soal adalah

kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai

(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan

rendah). Untuk menentukan daya pembeda soal yang berbentuk uraian,

maka digunakan rumus dari Hendriana & Soemarmo (2014: 64) berikut.

Keterangan:

DB : daya beda

: jumlah skor kelompok atas suatu butir.

: jumlah skor kelompok bawah suatu butir.

: jumlah skor ideal satu kelompok suatu butir.

Kriteria yang digunakan menurut Arikunto (2009: 218) disajikan

dalam Tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9. Kriteria Daya Beda Soal

Interval DP Kriteria

0,00 ≤ DB < 0,20 Jelek

0,20 ≤ DB < 0,40 Cukup

0,40 ≤ DB < 0,70 Baik

0,70 ≤ DB < 0,40 Baik Sekali

G. Hasil Uji Coba Instrumen

Analisis data hasil uji coba tes kemampuan pemecahan masalah

matematis menggunakan microsoft office excel 2013. Rekapitulasi hasil uji

coba tes kemampuan pemecahan masalah matematis pada Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10. Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

No.

Soal Validitas

t

hitung Reliabilitas

t

hitung

Indeks

Kesukaran

Daya

Beda

1 0,683 4,95

0,651 4,536

0,586 0,422

2 0,728 5,61 0,547 0,312

3 0,627 4,26 0,344 0,438

4 0,794 6,91 0,570 0,359

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

51

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan Tabel 3.10 di atas terlihat bahwa nilai t hitung lebih besar

daripada nilai t tabel (2,048) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada taraf

signifikansi 5%, keempat butir soal tes kemampuan pemecahan masalah

matematis tersebut valid dan signifikan. Selain itu, instrumen tersebut juga

reliabel. Berdasarkan kriteria klasifikasi yang telah dijelaskan pada bagian

sebelumnya, maka nilai statistik pada tabel 3.10 di atas dapat

diinterpretasikan pada Tabel 3.11 sebagai berikut.

Tabel 3.11.

Interpretasi Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

No.

Soal Validitas Ket. Reliabilitas Ket.

Indeks

Kesukaran

Daya

Beda

1 Tinggi Signifikan

Tinggi Signifikan

Sedang Baik

2 Tinggi Signifikan Sedang Cukup

3 Tinggi Signifikan Sukar Baik

4 Tinggi Signifikan Sedang Cukup

Berdasarkan hasil analisis di atas, keempat butir soal tes kemampuan

pemecahan masalah matematis tersebut telah memenuhi syarat untuk

digunakan sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian ini.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data ditujukan untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian

yang diajukan. Dalam penelitian ini, terdapat tiga hipotesis yang akan diuji.

Hipotesis yang pertama dan kedua tentang perbedaan rata-rata pencapaian

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, sedangkan hipotesis yang

ketiga tentang pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan gaya

kognitif terhadap pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa. Adapun analisis statistik untuk menganalisis data hasil penelitian

adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan

data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud untuk

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

52

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggeneralisasikan. Dalam penelitian ini, analisis statistik deskriptif

digunakan untuk mendeskripsikan hasil postes kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran MEAs dan

pembelajaran PBL ditinjau dari gaya kognitif. Penyajian data dalam

statistik deskriptif antara lain berupa tabel, mean, standar deviasi,

persentase, dan grafik.

2. Analisis Statistik Inferensial

Dalam penelitian ini, statistik inferensial digunakan untuk

menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.

Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

Sebelum dilakukan uji hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan

analisis terhadap data kemampuan awal matematis siswa. Untuk

menganalisis data kemampuan awal matematis siswa dan menguji

hipotesis penelitian, dilakukan dengan tahapan uji normalitas, uji

homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata. Analisis data tersebut

dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah langkah awal dalam menganalisis data

secara spesifik. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah

data yang kita peroleh berdistribusi normal atau tidak.

Adapun hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut.

H0 : Data berdistribusi normal.

H1 : Data tidak berdistribusi normal.

Pada penelitian ini digunakan uji Shapiro-Wilk pada dua kelompok

dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05. Kriteria uji yang digunakan,

yaitu jika nilai , maka H0 ditolak.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki variansi kedua

sampel sama atau tidak.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut.

H0 : Kedua data bervariansi homogen

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

53

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H1 : Kedua data bervariansi tidak homogen

Uji yang digunakan adalah Lavene’s Test. Uji ini dilakukan sebagai

prasyarat uji Anova dua jalur. Jika sampel tersebut memiliki variansi

yang sama, maka keduanya dikatakan homogen. Pada uji Lavene’s

Test digunakan taraf signifikansi 0,05. Kriteria uji yang digunakan,

yaitu jika nilai , maka H0 ditolak.

c. Pengujian Hipotesis

Apabila data berdistribusi normal dan homogen, uji statistik yang

digunakan untuk menguji ketiga hipotesis penelitian ini adalah uji

Anova dua jalur (Sukestiyarno, 2010).

1) Pengujian hipotesis 1 (Varians Antar Kolom)

Hipotesis uji adalah sebagai berikut.

H0 : Tidak terdapat perbedaan pencapaian kemampuan

pemecahan masalah matematis antara siswa yang

memperoleh pembelajaran Model Eliciting Activities

dan siswa yang memperoleh pembelajaran Problem

Based Learning.

H1 : Terdapat perbedaan pencapaian kemampuan

pemecahan masalah matematis antara siswa yang

memperoleh pembelajaran Model Eliciting Activities

dan siswa yang memperoleh pembelajaran Problem

Based Learning.

Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.

H0 :

H1 :

2) Pengujian hipotesis 2 (Varians Antar Baris)

Hipotesis uji adalah sebagai berikut.

H0 : Tidak terdapat perbedaan pencapaian kemampuan

pemecahan masalah matematis antara siswa yang

mempunyai gaya kognitif field dependent dan field

independent.

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

54

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H1 : Terdapat perbedaan pencapaian kemampuan

pemecahan masalah matematis antara siswa yang

mempunyai gaya kognitif field dependent dan field

independent.

Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.

H0 :

H1 :

3) Pengujian hipotesis 3 (Varians Interaksi Kolom dan Baris)

Hipotesis uji adalah sebagai berikut.

H0 : Tidak terdapat pengaruh interaksi antara model

pembelajaran (MEAs dan PBL) dan gaya kognitif (FD

dan FI) terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematis.

H1 : Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran

(MEAs dan PBL) dan gaya kognitif (FD dan FI)

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis.

Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.

H0 :

H1 : Minimal terdapat yang berbeda ( ) .

Jika dalam pengujian hipotesis diperoleh interaksi yang

signifikan, uji lanjut digunakan untuk mengetahui pengaruh atau

perbedaan masing-masing kelompok dengan menggunakan uji

Tukey (karena data perkelompok variabel sama) atau uji t untuk

beda rata-rata.

Apabila data tidak memenuhi asumsi normal dan homogen, maka uji

hipotesis menggunakan statistika nonparametrik, yaitu uji

Hildebrand dengan mentransformasi data ke dalam bentuk ranking

terlebih dahulu (Lestari, 2009).

I. Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut.

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

55

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Penyusunan proposal yang didalamnya mencakup latar belakang

penelitian, identifikasi dan perumusan masalah penelitian, studi literatur

dan metode penelitian yang akan dilaksanakan.

2. Melaksanakan ujian proposal yang bertujuan untuk memperoleh kritik

dan saran tentang penelitian yang akan dilaksanakan.

3. Penyusunan intrumen dan perangkat pembelajaran yang meliputi tes

kemampuan pemecahan masalah matematis, lembar kegiatan kelompok

(LKK) untuk kedua kelas eksperimen, dan lembar observasi.

4. Melakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitas,

indeks kesukaran, dan daya beda instrumen tes yang akan digunakan.

5. Melakukan analisis hasil uji coba instrumen. Analisis hasil uji coba

dilakukan secara manual dengan bantuan microsoft office Excel 2013.

6. Melakukan pengukuran gaya kognitif siswa dengan memberikan GEFT

sebelum dilakukan penelitian berupa pembelajaran MEAs dan PBL.

Pengukuran gaya kognitif siswa ini dilakukan pada beberapa kelas agar

dapat diperoleh dua kelas yang memiliki jumlah siswa bergaya kognitif

FD dan FI yang seimbang untuk dijadikan sebagai sampel penelitian.

7. Melaksanakan perlakuan, yaitu memberikan pembelajaran MEAs pada

kelas eksperimen 1 dan pembelajaran PBL pada kelas eksperimen 2.

Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru yang mengajar di

kelas.

8. Memberikan tes akhir (postes) berupa soal uraian untuk mengukur

pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa ditinjau dari gaya

kognitif. Tes diberikan kepada kedua kelas eksperimen.

9. Menganalisis hasil postes siswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen

2 dan menguji hipotesis penelitian. Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan bantuan SPSS 16.0.

10. Melakukan pembahasan dari hasil analisis data penelitian.

11. Menyimpulkan hasil penelitian.

12. Pembuatan laporan hasil penelitian.

Prosedur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/29660/6/T_MTK_1502631_Chapter3.pdf · moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya kognitif

56

Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian

Identifikasi dan Perumusan Masalah, Studi Literatur

Penyusunan RPP, LKK, dan Instrumen Penelitian.

Analisis Hasil Uji Coba

Penetapan Subyek Penelitian

Tes GEFT

Uji Coba Instrumen Tes

Kelompok Eksperimen 2: Pembelajaran Problem

Based Learning

Kelompok Eksperimen 1: Pembelajaran Model Eliciting Activities

Postes

Penskoran dan Analisis Hasil Data Penelitian

Penulisan Laporan