BAB III METODE PENELITIAN A. -...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. -...
37 Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah factorial design
karena penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pencapaian
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dari dua pembelajaran,
yaitu pembelajaran Model Eliciting Activities dan Problem Based Learning
serta gaya kognitif siswa sebagai variabel moderator yang ikut mempengaruhi
proses pembelajaran yang dialami siswa. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi. Sampel penelitian
ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen 1 yang diberi
perlakuan khusus berupa pembelajaran Model Eliciting Activities dan
kelompok eksperimen 2 yang mendapatkan pembelajaran Problem Based
Learning. Selain itu, gaya kognitif yang dimiliki sampel penelitian juga
dibagi menjadi dua, yaitu gaya kognitif field dependent dan field independent.
Adapun rancangan desain faktorial tipe 2 2 yang akan digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1. Rancangan Desain Faktorial 2x2
Pembelajaran
Gaya Kognitif
Model Eliciting
Activities (A1)
Problem Based
Learning (A2)
Field Dependent (B1) A1B1 A2B1
Field Independent (B2) A1B2 A2B2
Sebelum perlakuan diberikan, peneliti mengidentifikasi gaya kognitif
siswa dengan memberikan tes GEFT pada kelas eksperimen 1 dan
eksperimen 2. Kedua kelas tidak diberikan pre-test. Peneliti hanya
memberikan postes setelah perlakuan diberikan pada kedua kelas. Bentuk
desain penelitian ini adalah sebagai berikut.
38
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kelas Eksperimen 1 : X1 O
Kelas Eksperimen 2 : X2 O
Keterangan:
X1 : Pembelajaran Model Eliciting Activities.
X2 : Pembelajaran Problem Based Learning.
O : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
: Subjek tidak dikelompokkan secara acak menyeluruh.
Kelemahan dari desain penelitian ini adalah dapat mengakibatkan
munculnya ancaman terhadap validitas internal. Untuk menjamin bahwa
kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal yang sama, peneliti
menunjukkan dengan analisis inferensial perbandingan nilai UTS dari kedua
kelompok. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan
kemampuan awal antara siswa kelompok eksperimen 1 dan siswa kelompok
eksperimen 2. Analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.1.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP N 2 Rembang, Jawa Tengah, pada
semester genap tahun ajaran 2016/2017. Penelitian dimulai pada tanggal 3
April 2017 sampai 13 Mei 2017.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di
Kabupaten Rembang dengan populasi terjangkau kelas VII SMP N 2
Rembang tahun ajaran 2016/2017. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015: 124).
Tujuan dilakukan pengambilan sampel seperti ini adalah agar penelitian dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien terutama dalam hal pengawasan,
kondisi subjek penelitian, waktu penelitian yang ditetapkan, dan kondisi
tempat penelitian serta prosedur perijinan.
39
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sesuai dengan desain penelitian, dipilih sampel siswa kelas VII SMP
N 2 Rembang sebanyak dua kelas, yaitu VII 4 sebagai kelas eksperimen 1
yang diberi perlakuan berupa pembelajaran Model Eliciting Activities
(MEAs) dan kelas VII 5 sebagai kelas eksperimen 2 yang diberi perlakuan
berupa pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Kedua kelas tersebut
dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa siswa ditempatkan dalam kelas
seimbang jika ditinjau dari segi akademiknya. Selain itu, setelah dilakukan tes
gaya kognitif dengan menggunakan GEFT pada kedua kelas tersebut, jumlah
siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independen
seimbang.
Berdasarkan observasi kelas sebelum penelitian dilakukan, dua kelas
eksperimen penelitian memiliki jumlah yang berbeda, dimana jumlah siswa
kelas eksperimen 1 adalah 31 dan jumlah siswa kelas eksperimen 2 adalah 32.
Kemampuan kognitif siswa pada dua kelas tersebut cenderung setara karena
kelas VII di SMP 2 Rembang tidak dibagi dalam kelas unggulan dan reguler.
Hal inipun dapat dilihat dari nilai hasil UTS siswa. Dalam proses
pembelajaran, siswa pada kedua kelas eksperimen cenderung tertib.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika yang mengajar di
kelas ekperimen 1 dan kelas ekspeimen 2, sebagian besar siswa memiliki
kemampuan rendah dalam memahami materi dan menyelesaikan masalah
matematis. Guru di sekolah menggunakan model pembelajaran ekspositori,
dimana saat mengajar, guru langsung menyampaikan materi pembelajaran
dan menuliskan rumus konsep materi yang sedang dipelajari. Alasan guru
menggunakan model ekspositori kerena penggunaan model pembelajaran
kontstruktivis yang dituntut penggunaannya dalam kurikulum 2013 akan
memakan waktu lama jika digunakan untuk menyelesaikan seluruh materi
pembelajaran dan perlu persiapan khusus sebelum pembelajaran
dilaksanakan.
D. Variabel Penelitian
40
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel penelitian merupakan suatu kondisi yang dimanipulasi,
dikendalikan atau diobservasi oleh peneliti. Adapun variabel dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya vaiabel terikat (Sugiyono, 2013: 61).
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran
Model Eliciting Activities dan Problem Based Learning.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 61). Dalam penelitian ini
variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa.
3. Variabel Moderator
Variabel moderator adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah
hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel
moderator dalam penelitian ini adalah gaya kognitif siswa, yaitu gaya
kognitif field dependent dan field independent.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional
sebagai berikut.
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan pemecahan masalah matematis yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan berbagai
masalah matematis dengan menggunakan strategi yang tepat. Indikator
pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menyelesaikan masalah matematis tertutup dengan konteks di dalam
matematika, menyelesaikan masalah matematis tertutup dengan konteks
di luar matematika, menyelesaikan masalah matematis terbuka dengan
41
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konteks di dalam matematika, dan menyelesaikan masalah matematis
terbuka dengan konteks di luar matematika.
2. Gaya Kognitif
Gaya kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakteristik
individu dalam menerima informasi, berpikir, mengingat, memproses
informasi, dan menyelesaikan masalah. Gaya kognitif yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah gaya kognitif field dependent dan field
independent. Gaya kognitif field dependent merujuk pada gaya siswa
dalam belajar yang masih bergantung pada guru dan lingkungannya,
sedangkan gaya kognitif field independent dimiliki siswa yang tidak
terlalu bergantung pada guru dan lingkungannya ketika menyelesaikan
masalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kognitif siswa seperti
usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, pola asuh orang tua, dan
keseimbangan otak kanan dan kiri diasumsikan tidak mempengaruhi
berubahnya gaya kognitif siswa karena penelitian dilakukan dalam waktu
yang tidak terlalu lama. Dengan kata lain, gaya kognitif siswa tidak
mengalami perubahan selama proses penelitian. Berdasarkan uraian di
atas, kecenderungan gaya kognitif setiap siswa akan dapat diidentifikasi
apakah siswa termasuk dalam klasifikasi gaya kognitif field-dependent
atau field-independent.
3. Pembelajaran Model Eliciting Activities (MEAs)
Pembelajaran Model Eliciting Activities (MEAs) merupakan
pembelajaran yang menyajikan masalah situasi kehidupan nyata dimana
langkah-langkahnya adalah guru membacakan artikel yang
mengembangkan konteks masalah siswa, siswa merespon readines
question berdasarkan artikel, guru mengelompokkan siswa (3-4 anggota
per kelompok), guru membacakan problem statement bersama dengan
siswa dan meyakinkan bahwa setiap kelompok memahami apa yang
ditanyakan, siswa membuat solusi model matematika dan meninjau ulang
solusi permasalahan, kemudian perwakilan kelompok mempresentasikan
dan mendokumentasikan hasil diskusi mereka.
42
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran
yang tahapannya adalah mengorientasi siswa kepada masalah yang
berkaitan dengan dunia nyata, mengorganisasikan siswa dalam kelompok
belajar untuk mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru, siswa
menyelidiki solusi dari masalah dan guru membimbing jika terdapat
kelompok atau siswa yang mengalami kebuntuan, siswa mengembangkan
dan menyajikan hasil diskusi, kemudian perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Group Embedded Figures Test (GEFT)
Group Embedded Figures Test (GEFT) merupakan instrument tes
terstandar yang dikembangkan oleh Witkin et al. pada tahun 1971.
Koefisien reliabilitas GEFT untuk keseluruhan tes adalah 0,86 sehingga
instrumen ini sudah layak untuk digunakan langsung dalam penelitian.
GEFT terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian I terdiri dari 7 soal, sedangkan
bagian II dan bagian III masing-masing terdiri dari 9 soal. Pemeberian
GEFT pada siswa dilakukan di awal penelitian, yaitu sebelum perlakuan
pembelajaran diberikan dengan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.2. Kriteria Gaya Kognitif
Jenis Gaya Kognitif Skor
Field Dependen (FD)
Field Independen (FI)
2. Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Instrumen tes kemampuan pemecahan masalah berupa tes uraian
yang digunakan untuk mengukur pencapaian kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa. Tes diberikan baik pada kelas eksperimen 1
maupun kelas eksperimen 2. Materi tes matematika yang akan diteskan
43
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kepada siswa adalah materi selama proses pembelajaran, yaitu materi
bangun datar segiempat. Pemberian tes dilakukan sesudah kegiatan
pembelajaran (postes). Penyusunan kisi-kisi tes disesuaikan dengan
indikator kemampuan pemecahan masalah matematis, yaitu sebagai
berikut.
Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan
Matematis Indikator Nomor Soal
Pemecahan Masalah Matematis:
Kemampuan siswa
menyelesaikan berbagai masalah matematis
dengan menggunakan strategi yang tepat.
1. Menyelesaikan masalah matematis tertutup dengan konteks di dalam
matematika.
2. Menyelesaikan masalah matematis tertutup dengan konteks di luar
matematika.
3. Menyelesaikan masalah matematis terbuka dengan konteks di dalam
matematika.
4. Menyelesaikan masalah matematis terbuka dengan konteks di luar
matematika.
1
2
3
4
Adapun pedoman penilaian tes kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa dalam penelitian ini mengadopsi dari Charles (1994),
yaitu penskoran holistik yang disajikan pada Tabel 3.4 berikut.
44
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Respon Siswa Terhadap Soal Skor
Tidak ada jawaban. 0
Data yang terdapat pada soal hanya kembali disalin, tapi tidak ada yang dilakukan dengan data tersebut atau ada pekerjaan
tetapi tidak ada pemahaman yang jelas terhadap soal.
Terdapat jawaban yang salah dan tidak ada pekerjaan lain yang ditampilkan.
Terdapat langkah awal menuju penemuan solusi dari sekadar menyalin data yang merefleksikan beberapa pemahaman,
namun pendekatan yang digunakan tidak mengarah pada solusi yang tepat.
1
Memulai dengan strategi yang tidak tepat, tetapi tidak
dikerjakan, dan tidak ada bukti bahwa siswa beralih ke strategi lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa mencoba salah
satu pendekatan yang salah dan kemudian menyerah.
Siswa menggunakan strategi yang tidak tepat dan mendapat jawaban yang salah, tetapi pekerjaannya menunjukkan beberapa pemahaman tentang masalah.
2
Menggunakan strategi yang tepat, tetapi
a) tidak dilakukan cukup jauh untuk mencapai solusi. b) diterapkan dengan salah sehingga menyebabkan tidak
ada jawaban atau jawaban salah.
Terdapat jawaban benar, tetapi
a) pekerjaan tersebut tidak dapat dipahami.
45
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) tidak ada pekerjaan yang ditunjukkan.
Siswa menerapkan strategi solusi yang mengarah pada solusi yang tepat, tapi dia salah memahami bagian dari masalah atau
mengabaikan kondisi dalam masalah.
3
Strategi penyelesaian yang tepat diterapkan dengan benar, tetapi
a) siswa salah menjawab masalah tanpa alasan yang jelas.
b) bagian numerik dari jawaban yang diberikan benar dan jawabannya salah.
c) Tidak terdapat jawaban yang diberikan.
Jawaban benar, dan terdapat beberapa bukti bahwa strategi
solusi yang tepat telah dipilih. Namun, penerapan strategi tidak sepenuhnya jelas.
Siswa membuat kesalahan dalam melaksanakan strategi solusi
yang tepat. Namun, kesalahan ini tidak mencerminkan kesalahpahaman baik pada masalah atau bagaimana menerapkan strategi, melainkan seperti kesalahan komputasi.
4
Strategi yang tepat dipilih dan dilaksanakan. Memberikan jawaban yang benar dari data dalam soal.
Kriteria pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa didasarkan pada perolehan skor tes. Menurut Riduwan (2010: 89),
kriteria pencapaian skor tes kemampuan pemecahan masalah dapat
dilihat pada Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5.
Kriteria Pencapaian Skor Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Skor Tes (X) Kategori
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
3. Lembar Kegiatan Kelompok (LKK)
Lembar Kegiatan Kelompok yang disusun untuk kelas MEAs dan PBL
menggunakan masalah dunia nyata atau berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir
siswa dalam menyelesaikan masalah.
46
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Lembar Observasi
Lembar observasi ini digunakan selama proses pembelajaran di
kelas untuk mengetahui gambaran aktivitas siswa dan guru, apakah sudah
melakukan tahapan-tahapan dalam pembelajaran MEAs ataupun PBL
sehingga dapat diketahui pada tahapan mana yang harus diperbaiki.
Lembar observasi ini berupa daftar ceklis yang digunakan observer untuk
disesuaikan dengan keadaan saat penelitian berlangsung. Observer dalam
penelitian ini adalah guru matematika SMP N 2 Rembang. Sebelum
digunakan dalam penelitian, lembar observasi dikonsultasikan kepada
dosen pembimbing.
Sebelum instrumen tes pemecahan masalah matematis digunakan
dalam penelitian di lapangan, instrumen tes ini diujicobakan terlebih dahulu
pada kelompok uji coba, yaitu kelompok di luar kelompok subjek penelitian
untuk mengetahui informasi mengenai mutu instrumen yang digunakan.
Setelah dilakukan uji coba, dilakukan analisis terhadap validitas, reliabilitas,
indeks kesukaran, dan daya pembeda butir soal. Adapun langkah-langkah
analisis validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda adalah
sebagai berikut.
1. Analisis Validitas
Validitas suatu butir tes melukiskan derajat kesahihan atau
korelasi (r) skor siswa pada butir yang bersangkutan dibandingkan
dengan skor siswa pada seluruh butir. Soal dikatakan valid apabila tes
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Data yang terkumpul
diuji dengan teknik korelasi Product Moment. Rumus korelasi Product
Moment yang digunakan adalah sebagai berikut (Hendriana &
Soemarmo, 2014: 62).
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
r : Koefisien korelasi.
n : Banyak siswa yang mengikuti tes
47
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
X : Skor siswa pada suatu butir.
Y : Skor siswa pada seluruh butir.
Untuk menentukan validitas butir soal digunakan kriteria seperti yang
terdapat pada Tabel 3.6 (Arikunto, 2009: 75).
Tabel 3.6. Kriteria Validitas Soal Uraian
Interval Kriteria
0,80 < rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi
0,60 < rxy ≤ 0,80 Validitas tinggi
0,40 < rxy ≤ 0,60 Validitas sedang
0,20 < rxy ≤ 0,40 Validitas rendah
0,00 < rxy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah
Selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi koefisien korelasi
dari hasil perhitungan yang telah dilakukan untuk setiap butir tes
kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan uji-t (Sugiyono,
2011) dengan rumus berikut.
√
√
Keterangan:
= daya beda
= koefisien korelasi
= banyaknya subyek
Uji validitas tiap item instrumen dilakukan dengan
membandingkan dengan nilai kritis dengan mengambil
taraf signifikansi dan taraf kebebasan , sehingga
didapat kemungkinan interpretasi:
i. Jika , maka soal tidak valid,
ii. Jika , maka soal valid.
2. Analisis Reliabilitas
48
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah soal tes yang
telah dibuat memberikan hasil yang tetap meskipun dilakukan di lain
waktu dan lain tempat. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu tes
dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.
Cara untuk menentukan apakah perangkat tes reliabel atau tidak yaitu
dengan cara mencari koefisien reliabilitasnya. Koefisien reliabilitas suatu
tes bentuk uraian dapat ditaksir dengan menggunakan rumus Alpha
(Arikunto, 2009: 109) sebagai berikut:
r11 =
1
2
2
11
x
n
n
dengan 1
)( 22
2
N
N
xx
xdan 1
)( 22
2
N
N
xx t
t
t
Keterangan:
r11 : reliabilitas tes
n : banyaknya butir soal
∑σx2 : jumlah varians skor tiap butir soal
σt 2 : varians total
Kriteria reliabilitas yang digunakan pada Tabel 3.7 (Arikunto,
2009: 110) berikut.
Tabel 3.7. Kriteria Reliabilitas Soal Uraian
Interval Kriteria
0,80 < r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi
0,40 < r11 ≤ 0,60 Reliabilitas sedang
0,20 < r11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah
0,00 < r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah
49
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Soal dikatakan reliabel jika mempunyai reliabilitas sangat tinggi atau
tinggi. Butir-butir soal yang mempunyai reliabilitas sedang, rendah
ataupun sangat rendah selanjutnya akan direvisi.
3. Analisis Indeks Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu
sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mecoba lagi karena diluar jangkauannya. Bilangan yang
menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut taraf kesukaran
(Arikunto, 2009: 207). Cara menentukan indeks kesukaran soal bentuk
uraian menggunakan rumus (Hendriana & Soemarmo, 2014: 64) berikut.
Keterangan:
IK : indeks kesukaran
: jumlah skor kelompok atas suatu butir.
: jumlah skor kelompok bawah suatu butir.
: jumlah skor ideal suatu butir.
Adapun kriteria tingkat kesukaran dapat dilihat dalam Tabel 3.8
berikut.
Tabel 3.8. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Interval IK Kriteria
Sangat Sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Sangat Mudah
4. Analisis Daya Pembeda
50
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Arikunto (2009: 211) daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan
rendah). Untuk menentukan daya pembeda soal yang berbentuk uraian,
maka digunakan rumus dari Hendriana & Soemarmo (2014: 64) berikut.
Keterangan:
DB : daya beda
: jumlah skor kelompok atas suatu butir.
: jumlah skor kelompok bawah suatu butir.
: jumlah skor ideal satu kelompok suatu butir.
Kriteria yang digunakan menurut Arikunto (2009: 218) disajikan
dalam Tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.9. Kriteria Daya Beda Soal
Interval DP Kriteria
0,00 ≤ DB < 0,20 Jelek
0,20 ≤ DB < 0,40 Cukup
0,40 ≤ DB < 0,70 Baik
0,70 ≤ DB < 0,40 Baik Sekali
G. Hasil Uji Coba Instrumen
Analisis data hasil uji coba tes kemampuan pemecahan masalah
matematis menggunakan microsoft office excel 2013. Rekapitulasi hasil uji
coba tes kemampuan pemecahan masalah matematis pada Tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10. Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
No.
Soal Validitas
t
hitung Reliabilitas
t
hitung
Indeks
Kesukaran
Daya
Beda
1 0,683 4,95
0,651 4,536
0,586 0,422
2 0,728 5,61 0,547 0,312
3 0,627 4,26 0,344 0,438
4 0,794 6,91 0,570 0,359
51
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan Tabel 3.10 di atas terlihat bahwa nilai t hitung lebih besar
daripada nilai t tabel (2,048) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada taraf
signifikansi 5%, keempat butir soal tes kemampuan pemecahan masalah
matematis tersebut valid dan signifikan. Selain itu, instrumen tersebut juga
reliabel. Berdasarkan kriteria klasifikasi yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, maka nilai statistik pada tabel 3.10 di atas dapat
diinterpretasikan pada Tabel 3.11 sebagai berikut.
Tabel 3.11.
Interpretasi Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
No.
Soal Validitas Ket. Reliabilitas Ket.
Indeks
Kesukaran
Daya
Beda
1 Tinggi Signifikan
Tinggi Signifikan
Sedang Baik
2 Tinggi Signifikan Sedang Cukup
3 Tinggi Signifikan Sukar Baik
4 Tinggi Signifikan Sedang Cukup
Berdasarkan hasil analisis di atas, keempat butir soal tes kemampuan
pemecahan masalah matematis tersebut telah memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian ini.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data ditujukan untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian
yang diajukan. Dalam penelitian ini, terdapat tiga hipotesis yang akan diuji.
Hipotesis yang pertama dan kedua tentang perbedaan rata-rata pencapaian
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, sedangkan hipotesis yang
ketiga tentang pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan gaya
kognitif terhadap pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa. Adapun analisis statistik untuk menganalisis data hasil penelitian
adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud untuk
52
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggeneralisasikan. Dalam penelitian ini, analisis statistik deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan hasil postes kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran MEAs dan
pembelajaran PBL ditinjau dari gaya kognitif. Penyajian data dalam
statistik deskriptif antara lain berupa tabel, mean, standar deviasi,
persentase, dan grafik.
2. Analisis Statistik Inferensial
Dalam penelitian ini, statistik inferensial digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Sebelum dilakukan uji hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan
analisis terhadap data kemampuan awal matematis siswa. Untuk
menganalisis data kemampuan awal matematis siswa dan menguji
hipotesis penelitian, dilakukan dengan tahapan uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata. Analisis data tersebut
dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah langkah awal dalam menganalisis data
secara spesifik. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah
data yang kita peroleh berdistribusi normal atau tidak.
Adapun hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut.
H0 : Data berdistribusi normal.
H1 : Data tidak berdistribusi normal.
Pada penelitian ini digunakan uji Shapiro-Wilk pada dua kelompok
dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05. Kriteria uji yang digunakan,
yaitu jika nilai , maka H0 ditolak.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki variansi kedua
sampel sama atau tidak.
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut.
H0 : Kedua data bervariansi homogen
53
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H1 : Kedua data bervariansi tidak homogen
Uji yang digunakan adalah Lavene’s Test. Uji ini dilakukan sebagai
prasyarat uji Anova dua jalur. Jika sampel tersebut memiliki variansi
yang sama, maka keduanya dikatakan homogen. Pada uji Lavene’s
Test digunakan taraf signifikansi 0,05. Kriteria uji yang digunakan,
yaitu jika nilai , maka H0 ditolak.
c. Pengujian Hipotesis
Apabila data berdistribusi normal dan homogen, uji statistik yang
digunakan untuk menguji ketiga hipotesis penelitian ini adalah uji
Anova dua jalur (Sukestiyarno, 2010).
1) Pengujian hipotesis 1 (Varians Antar Kolom)
Hipotesis uji adalah sebagai berikut.
H0 : Tidak terdapat perbedaan pencapaian kemampuan
pemecahan masalah matematis antara siswa yang
memperoleh pembelajaran Model Eliciting Activities
dan siswa yang memperoleh pembelajaran Problem
Based Learning.
H1 : Terdapat perbedaan pencapaian kemampuan
pemecahan masalah matematis antara siswa yang
memperoleh pembelajaran Model Eliciting Activities
dan siswa yang memperoleh pembelajaran Problem
Based Learning.
Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.
H0 :
H1 :
2) Pengujian hipotesis 2 (Varians Antar Baris)
Hipotesis uji adalah sebagai berikut.
H0 : Tidak terdapat perbedaan pencapaian kemampuan
pemecahan masalah matematis antara siswa yang
mempunyai gaya kognitif field dependent dan field
independent.
54
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H1 : Terdapat perbedaan pencapaian kemampuan
pemecahan masalah matematis antara siswa yang
mempunyai gaya kognitif field dependent dan field
independent.
Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.
H0 :
H1 :
3) Pengujian hipotesis 3 (Varians Interaksi Kolom dan Baris)
Hipotesis uji adalah sebagai berikut.
H0 : Tidak terdapat pengaruh interaksi antara model
pembelajaran (MEAs dan PBL) dan gaya kognitif (FD
dan FI) terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis.
H1 : Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran
(MEAs dan PBL) dan gaya kognitif (FD dan FI)
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis.
Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.
H0 :
H1 : Minimal terdapat yang berbeda ( ) .
Jika dalam pengujian hipotesis diperoleh interaksi yang
signifikan, uji lanjut digunakan untuk mengetahui pengaruh atau
perbedaan masing-masing kelompok dengan menggunakan uji
Tukey (karena data perkelompok variabel sama) atau uji t untuk
beda rata-rata.
Apabila data tidak memenuhi asumsi normal dan homogen, maka uji
hipotesis menggunakan statistika nonparametrik, yaitu uji
Hildebrand dengan mentransformasi data ke dalam bentuk ranking
terlebih dahulu (Lestari, 2009).
I. Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut.
55
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Penyusunan proposal yang didalamnya mencakup latar belakang
penelitian, identifikasi dan perumusan masalah penelitian, studi literatur
dan metode penelitian yang akan dilaksanakan.
2. Melaksanakan ujian proposal yang bertujuan untuk memperoleh kritik
dan saran tentang penelitian yang akan dilaksanakan.
3. Penyusunan intrumen dan perangkat pembelajaran yang meliputi tes
kemampuan pemecahan masalah matematis, lembar kegiatan kelompok
(LKK) untuk kedua kelas eksperimen, dan lembar observasi.
4. Melakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitas,
indeks kesukaran, dan daya beda instrumen tes yang akan digunakan.
5. Melakukan analisis hasil uji coba instrumen. Analisis hasil uji coba
dilakukan secara manual dengan bantuan microsoft office Excel 2013.
6. Melakukan pengukuran gaya kognitif siswa dengan memberikan GEFT
sebelum dilakukan penelitian berupa pembelajaran MEAs dan PBL.
Pengukuran gaya kognitif siswa ini dilakukan pada beberapa kelas agar
dapat diperoleh dua kelas yang memiliki jumlah siswa bergaya kognitif
FD dan FI yang seimbang untuk dijadikan sebagai sampel penelitian.
7. Melaksanakan perlakuan, yaitu memberikan pembelajaran MEAs pada
kelas eksperimen 1 dan pembelajaran PBL pada kelas eksperimen 2.
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru yang mengajar di
kelas.
8. Memberikan tes akhir (postes) berupa soal uraian untuk mengukur
pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa ditinjau dari gaya
kognitif. Tes diberikan kepada kedua kelas eksperimen.
9. Menganalisis hasil postes siswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen
2 dan menguji hipotesis penelitian. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan bantuan SPSS 16.0.
10. Melakukan pembahasan dari hasil analisis data penelitian.
11. Menyimpulkan hasil penelitian.
12. Pembuatan laporan hasil penelitian.
Prosedur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.
56
Halida Eka Nurmutia , 2017 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian
Identifikasi dan Perumusan Masalah, Studi Literatur
Penyusunan RPP, LKK, dan Instrumen Penelitian.
Analisis Hasil Uji Coba
Penetapan Subyek Penelitian
Tes GEFT
Uji Coba Instrumen Tes
Kelompok Eksperimen 2: Pembelajaran Problem
Based Learning
Kelompok Eksperimen 1: Pembelajaran Model Eliciting Activities
Postes
Penskoran dan Analisis Hasil Data Penelitian
Penulisan Laporan