BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIANrepository.stitradenwijaya.ac.id/312/4/bab3.pdf ·...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIANrepository.stitradenwijaya.ac.id/312/4/bab3.pdf ·...
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara yang dilakukan peneliti dalam
menganalisis data untuk memberikan solusi terhadap suatu kondisi yang
bermasalah. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan suatu metode yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Sebagaimana diungkapkan Sugiyono:
“Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan
pada suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi
masalah”.1
Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif karena penelitian ini
mempunyai tujuan untuk memperoleh jawaban yang terkait dengan pendapat,
tanggapan atau persepsi seseorang sehingga pembahasannya harus secara
kualitatif atau menggunakan uraian kata-kata, sebagaimana pendapat Sulistyo
Basuki berikut:
“Penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat dan cukup
dari semua aktivitas, objek, proses, dan manusia”.2
1 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. 2012., hal. 2
2 Sulistyo Basuki. Metode Penelitian. Jakarta: Penaku. 2010., hal.
110
31
Penelitian deskriptif mengenal berbagai bentuk yang dapat dikategorikan
seperti survei, studi kasus, kajian, kausal-komparatif, kajian korelasi, dan
sebagainya. Setiap bentuk penelitian deskriptif mempunyai fungsi dan tujuan yang
berbeda, sedangkan penelitian deskriptif ini termasuk dalam kategori “studi
kasus”.
Berdasarkan jenis penelitian, dalam penelitian ini penulis mengumpulkan
data secara sistematik berdasarkan kebutuhan penelitian di MTs Riyadhotul Uqul
Jabon Mojoanyar Mojokerto Tahun 2014/2015 sebagai lokasi penelitian dan siswa
yang belajar di lembaga pendidikan tersebut sebagai responden dengan maksud
untuk mengasumsikan penelitian ini untuk mencari konklusi atas aspek perilaku
yang diamati yang berhubungan dengan penelitian ini.
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang diteliti dalam penulisan ini tidak diberi perlakuan atau
manipulasi, tetapi diungkap berdasarkan gejala yang ada dari perilaku obyek yang
melekat pada dirinya dalam melakukan kegiatan. Sebagaimana pendapat
suryabrata:
Variabel penulisan adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan dalam penulisan.3
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Pengertian
dari variabel bebas menurut Jonathan Sarwono dan Tutty Martadijera adalah:
3 Sumadi Suryabrata,. Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2008., hal. 3
32
“Merupakan variabel yang dapat diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh
peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang
diobservasi.” 4
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (independent
variable) merupakan suatu variabel yang bebas dimana keberadaanya tidak
dipengaruhi oeh variable yang lain, bahkan variabel ini merupakan suatu variabel
yang dapat mempengaruhi variabel lain, begitu juga sebaliknya dengan variabel
terikat (dependent variable).
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman
untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian.
Oleh karena itu, definisi ini disebut juga definisi kerja karena dijadikan
pedoman untuk melaksanakan suatu penelitian atau pekerjaan tertentu.
Definisi ini disebut juga definisi subjektif karena disusun berdasarkan
keinginan orang yang akan melakukan pekerjaan. Yang merupakan ciri-
ciri definisi operasional ialah mengacu pada target pekerjaan yang
dicapai, berisi pembatasan konsep, tempat, dan waktu, dan bersifat aksi,
tindakan, atau pelaksanaan suatu kegiatan. 5
Definisi operasional adalah bagaimana mengukur variabel-variabel
(kasus) tersebut didunia nyata atau lapangan, dengan merumuskan secara pendek
dan jelas, serta tidak menimbulkan sebagai tafsiran. Berdasarkan hubungan antara
satu variabel dengan yang lain maka penulis mengidentifikasi macam-macam
variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:
4 Jonathan Sarwono dan Tutty Martadijera. Riset Bisnis. Yogyakarta:
Andi. 2008., hal. 107
5Widjono, Bahasa Indonesia, Jakarta:PT Grasindo. Cet. 2, 2007, hal. 118
33
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent, variabel bebas. Sebagaimana pendapat Sugiyono: “Variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.6
Adapun indikator variabel pembelajaran Al-Qur’an Hadits (X) adalah:
a. Prinsip memberikan suasana kegembiraan.
b. Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut.
c. Prinsip kebermaknaan bagi peserta didik.
d. Prinsip prasyarat.
e. Prinsip komunikasi terbuka.
f. Prinsip pemberian pengetahuan yang baru.
g. Prinsip memberikan model perilaku yang baik.
h. Prinsip praktik
i. Prinsip-prinsip lain-lainnya (prinsip kasih sayang dan prinsip
bimbingan serta penyuluhan terhadap peserta didik.7
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.
Menurut sugiyono: “Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.8
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Dependen Variable)
adalah pelajaran Biologi yang dinyatakan dengan skor total hasil pengukuran
pernyataan responden melalui beberapa indikator yang mendasari suatu kuesioner.
Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.
6 Sugiyono. Op. Cit, hal. 39
7 Syaiful Tayar Anwar Yusuf, Loc Cit, 1995.
8Ibid, hal. 39
34
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri atas 2 bagian, bagian pertama adalah data
yang mengenai dengan variabel X (pembelajaran Al-Qur’an Hadits) bagian yang
kedua adalah data yang berhubungan dengan variabel Y (pelajaran Biologi).
Adapun indikator variabel pelajaran Biologi adalah:
a. Science as Inquiry (Biologi sebagai penemuan)
b. History of Biological Concept (sejarah konsep biologi)
c. Evolution (Evolusi)
d. Diversity and Unity (keragaman dan kesatuan)
e. Genetic Continuity (kelangsungan genetik)
f. Organism and Environment (organisme dan lingkungan)
g. Behavior (tingkah laku)
h. Structure and Function (Struktur dan fungsi), dan
i. Regulation.
Dari angket yang disebarkan disediakan lima buah alternatif jawaban
yang masing-masing jawaban mempunyai skor berdasarkan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban pertama diberi skor 5 (sangat tepat)
b. Alternatif jawaban kedua diberi skor 4 ( tepat)
c. Alternatif jawaban ketiga diberi skor 3 (cukup tepat)
d. Alternatif jawaban keempat diberi skor 2 (tidak tepat)
e. Alternatif jawaban kelima diberi skor 1 (tidak tepat sama sekali)
35
C. PENENTUAN OBYEK PENELITIAN
1. Populasi
Populasi merupakan daerah/lokasi penelitian atau dengan kata lain bahwa
populasi adalah keseluruhan sasaran yang hendak diteliti, dan pada populasi lain
itulah kelak hasil penelitian diberlakukan. Populasi bisa berupa manusia atau
bukan manusia (Lembaga, Kelompok, Dokumentasi dan badan) dan apa saja yang
dijadikan sasaran penelitian.
“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.9 Populasi adalah suatu
kelompok atau kumpulan subjek atau objek yang akan di generalisasikan
dari hasil penelitian.10
. Populasi penelitian adalah keseluruhan
(universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan
sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data
penelitian. Populasi dapat dibedakan atas populasi terbatas dan populasi
tak terhingga.11
Dari pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa populasi bukan
sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut.
Populasi penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah siswa MTs Riyadhotul
Uqul Jabon Mojoanyar Mojokerto Tahun 2014/2015 yang berjumlah 134
orang.
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,:
PT. Rineka Cipta, Jakarta. 2010, hal. 123
10
Joko Widiyanto. SPSS For Windows, untuk Analisis Data Statistik
dan Penelitian. Surakarta: Badan Penerbitan FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2010., hal. 5
11
Burhan Bugin,. Penelitian Kualitatif. Jakarta:Prenada Media.
2011., hal. 111
36
2. Sampel
Teknik sampling sangatlah diperlukan dalam sebuah penelitian karena
hal ini digunakan untuk menentukan siapa saja anggota dari populasi yang hendak
dijadikan sampel. Untuk itu teknik sampling haruslah secara jelas tergambarkan
dalam rencana penelitian sehingga jelas dan tidak membingungkan ketika terjun
dilapangan.
Sugiyono mengelompokkan teknik sampling menjadi 2 (dua) yaitu Probability
Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.12
. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan teknik Probability Sampling. Dengan teknik pengambilan
sampel Simple Random Sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.13
Rumus sampel yang digunakan adalah:
n = N
1+ N (d)2
= 134
1 + 134 ( 0.1 )2
134
= 2.340
= 57.26
= 57 Responden
12
Sugiyono. Op Cit,, hal.62
13
Ibid, hal. 64
37
Keterangan:
n: Jumlah sampel
N: Jumlah populasi
d: Tingkat signifikasi (p) (0,1).14
Jadi dari anggota populasi yang diambil sebagai sampel adalah
sebanyak 57 orang responden.
D. METODE/INSTRUMEN PENELITIAN
Sebagian besar tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data yang
relevan, dapat dipercaya dan dapat dipertanggung-jawabkan. Dalam penyusunan
skripsi ini yang menjadi sumber data penelitian adalah data primer. Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung dari Siswa MTs Riyadhotul Uqul
Jabon Mojoanyar Mojokerto Tahun 2014/2015.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitin adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penulis dalam penelitian
ini, teknik sampling yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan (field research)
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yaitu
dengan menggunakan kuesioner. Skala likert yang digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, daan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu
14
Ibid, hal. 116
38
fenomena sosial.15
. Maka sarana untuk memperoleh data dan informasi tersebut
adalah:
a) Wawancara (Interview)
Penulis memperoleh data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung
dengan wajib pajak orang pribadi untuk meminta keterangan mengenai hal
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
b) Angket (Kuesioner)
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden adalah berbentuk kuesioner. Menurut Sugiyono kuisioner
merupakan teknik pengumulan data yang dilakukan dengan cara memberi
sepeangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab, jenis kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup, yaitu
kuesioner yang sudah disediakan jawabannya.16
Adapun alasan penulis
menggunakan kuesioner tertutup adalah untuk memberikan kemudahan
kepada responden dalam memberikan jawaban dan untuk menghemat
keterbatasan waktu penelitian.
2. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan melalui pembelajaran buku-buku, jurnal-
jurnal dan penelitian-penelitian/skripsi yang telah ada sebelumnya yang terkait
dengan masalah yang diteliti. Reformasi juga dapat melalui artikel-artikel yang
15
Ibid, hal. 93
16
Ibid, hal.143
39
terdapat dalam majalah, koran, maupun didapat dari media elektronik melalui
internet research.
E. PENGUJIAN INSTRUMEN/ ANALISA DATA
1. Uji Instrumen
Untuk mengetahui sejauh mana suatu kuesioner yang diajukan dapat
menggali data yang diperlukan penulis melakukan Uji Validitas (kesahihan).
Sebagaimana dinyatakan Prof. Dr. Suharsimi Arikunto tentang uji Validitas:
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul terhadap menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
17
Menurut Singarimbun, validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh
mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Dalam studi ini validitas
digunakan untuk mengukur apakah atribut atribut yang berupa daftar pertanyaan
dapat dijadikan sebagai alat ukur penyebab penurunan kondisi permukiman.
Sedangkan Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh
mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua
kali atau lebih.18
a. Uji Validitas
Uji Validitas menyatakan bahwa instrumen yang digunakan untuk
mendapatkan data dalam penelitian dapat digunakan atau tidak. Sugiyono
(2012:121) menyatakan bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
17
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op Cit, hal. 40
18
Singarimbun, M, Metode Penelitian Survei, Edisi revisi, Penerbit
LP3ES, Jakarta, 1991, hal. 122
40
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid menunjukan derajat ketepatan
antara data sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan metode
pengujian validitas isi dengan analisis item, yaitu dengan mengkorelasikan antara
skor tiap instrumen dengan skor total yang merupakan jumlah dari tiap skor
butir.19
Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen
(alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur (…. a valid measure if it
succesfully measure the phenomenon), seseorang yang ingin mengukur tinggi
harus memakai meteran, mengukur berat dengan timbangan, meteran, timbangan
merupakan alat ukur yang valid dalah kasus tersebut. Dalam suatu penelitian yang
melibatkan variabel/konsep yang tidak bisa diukur secara langsung, maslah
validitas menjadi tidak sederhana, di dalamnya juga menyangkut penjabaran
konsep dari tingkat teoritis sampai tingkat empiris (indikator), namun
bagaimanapun tidak sederhananya suatu instrumen penelitian harus valid agar
hasilnya dapat dipercaya.
Dalam Standards for Educational and Psychological Testing validitas
adalah ”… the degree to which evidence and theory support the interpretation of
test scores entailed by proposed uses of tests ”. Sebuah tes dikatakan valid jika ia
memang mengukur apa yang seharusnya diukur.20
Dalam bahasa yang hampir
19
Sugiyono. Op. Cit, hal. 121
20
Allen, M. J, & Yen, W. M. Introduction to measurement theory.
Monterey, California: Brookd/Cole Publishing Company. 2004. hal. 95
41
sama Djemari Mardapi menyatakan bahwa validitas adalah ukuran seberapa
cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya.21
Menurut Nitko & Brookhart:
kevalidan sebuah alat ukur tergantung pada bagaimana hasil tes tersebut
diinterpretasikan dan digunakan.22
Teknik yang digunakan untuk uji validitas adalah korelasi product
moment dari person. Analisa ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel
bebas mempunyai hubungan dengan variabel terikat rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
r =
2222 )(.)(.
))(()(
yyNxxN
yxxyN
Dimana:
r = Koefisien korelasi
N = Jumlah sampel
X = Skor tiap butir pertanyaan
Y = Skor total
Dalam hal analisis item ini Masrun diikuti oleh Sugiyono (2012:133)
menyatakan bahwa:
“Teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang
merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Selanjutnya dalam
memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi item yang
21
Djemari Mardapi. Pengembangan instrumen penelitian pendidikan.
Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. 2005., hal.
25
22
Nitko, Anthony J,. & Brookhart, Susan M. Educational assessment
of student. Pearson Education Inc, Upper Saddle River, New Jersey, 07458.
2007., hal. 38
42
mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi
yang tinggi, menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang
tinggi pula. Biasanya syarat minimun untuk dianggap memenuhi syarat
adalah kalau r = 0,3”.23
Dari pernyataan di atas dapat dikemukakan jika korelasi antara skor butir
dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan
tidak valid.
b. Uji Realibilitas
Uji reliabilitas menyatakan bahwa apabila instrumen yang digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang
sama. Menurut Sugiyono reliabilitas adalah derajat konsistensi/keajengan data
dalam interval waktu tertentu.24
Berdasarkan pengertian di atas maka reliabilitas dapat dikemukakan
sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian, dan
kekonsistenan. Suatu alat disebut reliabel apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek sama sekali diperoleh hasil
yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum
berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi perbedaan-
perbedaan kecil di antara hasil beberapa kali pengukuran. Pengujian ini bertujuan
untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten.
Pengujian reliabilitas kuesioner pada penelitian ini penulis menggunakan
metode Alpha Cronbach (α) menurut Sugiyono dengan rumus sebagai berikut:
23
Sugiyono. Op. Cit, hal. 133
24
Ibid, hal. 122
43
2
22 1
1 S
ΣS(S
N
NRαR i
Di mana:
= Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach
S2 = Varians skor keseluruhan
Si2 = Varians masing-masing item
25
2. Uji Asumsi
Variabel-variabel yang digunakan sebelum digunakan untuk menganalisa
lebih lanjut maka akan dilakukan pengujian terlebih dahulu dengan tujuan untuk
mengetahui penyimpangan asumsi-asumsi dalam variabel-variabel dengan
menggunakan uji asumsi klasik. Menurut Gujarati sebelum dilakukan
pembentukan model regresi, dilakukan pengujian asumsi terlebih dahulu agar
model yang terbentuk memberikan estimasi yang BLUE (Best, Linear, Unbiased,
Estimator).
a. Best. Terbaik, dalam arti garis regresi merupakan estimasi atau
ramalan yang baik dari suatu sebaran data. Garis regresi merupakan
cara memahami pola hubungan antara dua seri data atau lebih. Garis
regresi adalah best jika garis itu menghasilkan error yang terkecil.
Error itu sendiri adalah perbedaan antara nilai observasi dan nilai yang
diramalkan oleh garis regresi. Jika best disertai dengan sifat unbiased
maka estimator regresi disebut efisien.
b. Linear. Estimator β disebut linear jika estimator itu merupakan fungsi
linier dari sampel. Rata-rata X adalah estimator yang linear karena
merupakan fungsi linier dari nilai-nilai X. Nilai-nilai OLS (Ordinary
Least Square) juga merupakan estimator yang linear.
c. Unbiased. Suatu estimator dikatakan unbiased jika nilai harapan dari
estimator β sama dengan nilai yang benar β (rata-rata β = β). 26
25
Ibid, hal. 177
26
Gujarati, Damodar N. Dasar-Dasar Ekonometrika (Buku 1, edisi ke-5).
Jakarta: Salemba Empat, 2010., hal. 79
44
Teorema Gausssian yang merupakan perhatian utama dalam
ekonometrika dikenal dengan asumsi klasik, membuat beberapa asumsi. Asumsi-
asumsi pada model regresi linier klasik, model kuadrat terkecil (OLS), memiliki
sifat ideal yang dikenal dengan teorema Gauss-Markov (Gauss-Markov Theorem).
Metode kuadrat terkecil akan menghasilkan estimator yang BLUE.
Estimator yang BLUE dan memiliki varian yang minimum disebut
estimator yang efisien (efficient estimator). Pengujian asumsi klasik ini terdiri dari
lima pengujian, yakni uji normalitas, uji autokorelasi, uji Heteroskedastisitas, uji
multikolineritas dan uji linieritas sebagai berikut:
a. Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.27
Untuk mendeteksi
adanya multikolinearitas, dapat dilihat dari Value Inflation Factor (VIF). Apabila
nilai VIF > 10, terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF < 10, tidak terjadi
multikolinearitas.28
Cara-cara tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1) Jika nilai dari Variance Inflation Factor (VIF) pada Colinieritas Statistic
berada di sektor 1.
27
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
BP-Universitas Diponogoro, Semarang, 2007. hal. 91
28
Wijaya Tony, Analisis data penelitian menggunakan SPSS,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2009., hal. 119
45
2) Jika nilai Tolerance pada Colinieritas Statistic mendekati nilai 1 .
b. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari
model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke
observasi lainnya.29
Untuk mengetahui adanya gejala ini maka dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik glejser yaitu dengan melakukan analisis regresi
dengan menggunakan nilai residual sebagai variabel dependen yang diperoeh dari
analisis regresi kemudian membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel (thitung
>ttabel).
Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel pengganggu
mempunyai varian yang sama atau tidak. Heteroskedastisitas mempunyai suatu
keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain
berbeda. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya
Heterokedastisitas akan mengakibatkan penaksiran koefisien-koefisien regresi
menjadi tidak efisien. Hasil penaksiran akan menjadi kurang dari semestinya.
Heterokedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linear,
yaitu bahwa variasi residual sama untuk semua pengamatan atau disebut
homokedastisitas.30
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan
melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED
29
Kuncoro, Mudrajad, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi.
Penerbit Erlangga, Jakarta, 2009., 112
30
Gujarati, Damodar N. Op Cit, hal. 53
46
dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu
X adalah residual (Y prediksi – Y sesuungguhnya) yang telah di-studentized.
Dasar analisisnya adalah sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dua model regresi
variabelterikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau
mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya.Untuk menguji normalitas data salah satu cara yang
digunakan adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk
satu garis lurus diagonal dan plotting data akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan
data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.31
31
Ghozali, Imam. Op Cit, hal. 74
47
Uji normalitas bisa dilakukan dengan dua cara. Yaitu dengan "Normal P-
P Plot" dan "Tabel Kolmogorov Smirnov". Yang paling umum digunakan adalah
Normal P-P Plot. Pada Normal P-P Plot prinsipnya normalitas dapat dideteksi
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik atau dengan
melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.32
d. Autokorelasi
Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara pelanggan
observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya
dengan asumsi metode kuadrat terkecil (OLS), autokorelasi merupakan korelasi
antara satu residual dengan residual yang lain sedangkan satu asumsi penting
metode OLS berkaitan dengan residual adalah tidak adanya hubungan antara
residual satu dengan residual yang lain. Dengan kata lain, autokorelasi terjadi
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
Apabila terdapat masalah autokorelasi, untuk mengatasinya, maka perlu dilakukan
tindakan perbaikan yaitu transformasi variabel dengan menggunakan metode
estimasi ρ (rho) yang didasarkan pada statistik Durbin-Watson.
32
Ibid, hal. 110-112
48
Maksud korelasi dengan diri sendiri adalah bahwa nilai dari variabel
dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai
variabel sebelumnya atau nilai periode sesudahnya.33
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin-Watson (DW) atau sering disebut uji
statistik d. Apabila nilai DW berada di sekitar angka 2 atau antara 1,54 – 2,90
berarti model regresi kita aman dari kondisi heteroskedastisitas atau apabila nilai
DW terletak di antara dU dan 4-dU maka disimpulkan tidak ada autokorelasi.
Autokorelasi menunjukkan bahwa ada korelasi antara error dengan error periode
sebelumnya di mana pada asumsi klasik hal ini tidak boleh terjadi. Permasalahan
autokorelasi hanya relevan digunakan jika data yang dipakai adalah data time
series, sedangkan untuk data cross-section tidak perlu dilakukan.
Keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:
1) Bila nilai DW berada di antara dU sampai dengan 4 - dU maka koefisien
autokorelasi sama dengan nol. Artinya, tidak ada autokorelasi.
2) Bila nilai DW lebih kecil daripada dL, koefisien autokorelasi lebih besar
daripada nol. Artinya ada autokorelasi positif.
3) Bila nilai DW terletak di antara dL dan dU, maka tidak dapat disimpulkan.
4) Bila nilai DW lebih besar daripada 4 - dL, koefisien autokorelasi lebih besar
daripada nol. Artinya ada autokorelasi negatif.
33
Ashari, Purbayu Budi Santoso. Analisis statistic dengan Microsoft exel dan. SPSS. Yogyakarta. 2005., hal. 240
49
5) Bila nilai DW terletak di antara 4 – dU dan 4- dL, maka tidak dapat
disimpulkan. SY
e. Linieritas
Pasangan nilai X dan Y yang diwujudkan dalam bentuk titik (X,Y)
disebut koordinat. Kalau koordinat-koordinat ini dihubungkan satu sama lain
secara berurutan maka akan terbentuk satu garis, maka garis lurus tersebut
dinamakan fungsi linier. Namun kalau tidak membentuk garis lurus, garis
regresinya dinamakan fungsi non-linier. Fungsi linier dapat menunjukkan bentuk
hubungan yang positif atau negatif.
Secara geometris linieritas dapat diartikan sebagai garis lurus yang bisa
memiliki nilai positif atau negatif. Suatu linieritas regresi dikatakan positif
manakala setiap kenaikan variabel bebas (X) selalu diikuti dengan kenaikan
variabel terikat (Y) sehingga garisnya bergerak dari kiri bawah ke kanan atas.
Sebaliknya, jika setiap kenaikan variabel bebas (X) selalu diikuti dengan
penurunan variabel terikat (Y) sehingga garisnya bergerak dari kiri atas ke kanan
bawah, maka lilieritasnya dikatakan negatif. Linieritas regresi juga dapat
dibedakan menjadi linieritas variabel dan linieritas parameter. Linieritas parameter
muncul karena adanya parameter βo sebagai nilai (Y) manakala nilai (X) = 0 atau
manakala nilai (X) konstan yang sekaligus juga bisa menunjukkan titik
perpotongan antara fungsi linier dengan sumbu Y sehingga sering disebut sebagai
intersep Y yang bisa memiliki nilai positif, negatif atau sama dengan nol. Jika
intersep positif berarti nilai Y lebih besar dari nol sehingga titik perpotongan
antara fungsi linier dengan sumbu Y akan berada di atas sumbu X, namun jika
50
negatif berarti nilai Y lebih kecil dari nol sehingga titik perpotongan antara fungsi
linier dan sumbu Y akan berada di bawah sumbu X. Jika intersep Y sama dengan
nol maka titik perpotongan fungsi linier dengan sumbu Y akan berada tepat di titik
pertemuan antara sumbu Y dengan sumbu X atau pada titik nol.
Selain parameter βo juga terdapat parameter β1 atau linieritas variabel
yang akan membentuk tangen sudut atau slope antara fungsi linier dengan sumbu
X sehingga dapat menggambarkan tingkat kemiringan fungsi linier. Banyaknya
parameter β yang dapat membentuk tangen sudut atau slope tergantung pada
banyaknya variabel bebas atau variabel yang dapat mempengaruhi perubahan
variabel terikat. Penentuan posisi nilai parameter βo dan β1 dapat menentukan
bentuk garis regresi dan hubungan antar variabelnya, apakah garis regresinya
berbentuk garis lurus sehingga hubungan antara variabelnya merupakan fungsi
linier atau tidak linier.
3. Uji Hipotesis
Analisis regresi sederhana digunakan untuk memprediksi atau menguji
pengaruh satu variabel bebas atau variabel independent terhadap variabel terikat
atau variabel dependent. Bila skor variabel bebas diketahui maka skor variabel
terikatnya dapat diprediksi besarnya. Analisis regresi juga dapat dilakukan untuk
mengetahui linearitas variabel terikat dengan variabel bebasnya. Analisis regresi
linear sederhana terdiri dari satu variabel bebas (predictor) dan satu variabel
terikat (respon), dengan persamaan : Y = a + bX.
Keterangan :
Y : Variabel terikat
51
a : Konstanta regresi
bX : Nilai turunan atau peningkatan variabel bebas
Pengambilan keptusan dalam uji regresi sederhana dapat mengacu pada
dua hal, yakni dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel, atau dengan
membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05. Hipotesis Nol
(Ho) pada Umumnya diformulasikan untuk ditolak, maka hipotesis pengganti
(Ha) dapat diterima. Hipotesis pengganti ini merupakan hipotesis penelitian, yaitu
prediksi yang diturunkan dari teori yang sedang diuji. Adapun penetapan hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : β = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran
Al-Qur’an Hadits dengan pelajaran Biologi.
Ha : β ≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran Al-
Qur’an Hadits dengan pelajaran Biologi.
Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen dilakukuan analisis koefisien korelasi
yaitu analisis yang digunakan untuk mengatahui tingkat keeratan hubungan
komponen variabel bebas dan variabel terkait. Untuk mengetahui besarnya
pengaruh variabel X terhadap Y, maka dihitung secara matriks korelasi sederhana
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
r =
Besarnya Koefisien Korelasi adalah -1 ≤ 0 ≤1, dengn kriteria sebagai
berikut :
a. Jika r = -1 atau mendekati-1, maka terdapat hubungan antara kedua variabel
52
kuat dengan arah yang berlawanan atau negatif.
b. Jika r = 1 atau mendekati 1, maka terdapat hubungan antara kedua variabel
kuat dengan arah yang berlawanan atau positif.
c. Jika r = 0 atau mendekati 0, maka terdapat hubungan antara kedua variabel
sangat lemah atau tidak ada hubungan sama sekali.
Untuk menginterprestasikan nilai koefisien yang diinginkan digunakan tabel
interprestasi sebagai berikut :
TABEL I
DERAJAT TINGKAT HUBUNGAN ANTAR VARIABEL
Interval Tingkat hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 0,1000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat.
Sumber : Sugiyono (2008:214)
Data yang digunakan untuk pengujian hipotesis ini berasal dari variabel
(X) dan variabel (Y) yang pengukurannya menggunakan skala ordinal yaitu tingkat
pengukuran yang memungkinkan peneliti mengurutkan respondennya dari tingkat
yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi.