BAB III METODE PENELITIAN A. Desain...

32
45 Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian yang dilakukan termasuk kategori penelitian eksperimental. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian eksperimen semu (quasi experiment ). Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan satu kelas kelompok eksperimen dan satu kelas kelompok kontrol. Di mana subjek atau kelompok yang akan diteliti merupakan siswa-siswa yang sudah terdaftar dengan kelasnya masing-masing, sehingga tidak dimungkinkan untuk membuat kelompok baru secara acak (apa adanya). Hal ini dikarenakan agar tidak mengganggu proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pada kelompok eksperimen, peneliti memberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), yang bertujuan untuk melihat gejala yang ditimbulkan pada diri siswa terkait dengan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa. Selanjutnya untuk melihat gejala yang muncul pada subjek yang diberi perlakuan, diperlukan kelompok subjek pembanding yang disebut kelompok kontrol. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan atau membandingkan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Selain menghadirkan kelompok pembanding peneliti berupaya semaksimal mungkin melakukan pengontrolan terhadap variabel- variabel luar yang tidak menjadi fokus kajian dalam penelitian. Kedua kelompok diberikan pretest dan posttest , dengan menggunakan instrumen tes yang sama. Adapun diagram desain penelitiannya sebagai berikut : Kelompok Eksperimen : O X O Kelompok Kontrol : O O Gambar 3.1. Diagram Desain Penelitian Pada desain ini, pengelompokan subjek penelitian dilakukan secara acak kelas, kelompok eksprimen diberi perlakuan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik (X), dan kelompok kontrol diberi perlakuan pendekatan

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. Desain...

45 Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Penelitian yang dilakukan termasuk kategori penelitian eksperimental.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian

eksperimen semu (quasi experiment). Oleh karena itu, dalam penelitian ini

menggunakan satu kelas kelompok eksperimen dan satu kelas kelompok kontrol.

Di mana subjek atau kelompok yang akan diteliti merupakan siswa-siswa yang

sudah terdaftar dengan kelasnya masing-masing, sehingga tidak dimungkinkan

untuk membuat kelompok baru secara acak (apa adanya). Hal ini dikarenakan

agar tidak mengganggu proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pada kelompok

eksperimen, peneliti memberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), yang bertujuan untuk

melihat gejala yang ditimbulkan pada diri siswa terkait dengan kemampuan

pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa. Selanjutnya untuk melihat

gejala yang muncul pada subjek yang diberi perlakuan, diperlukan kelompok

subjek pembanding yang disebut kelompok kontrol. Hal ini dilakukan untuk

melihat apakah ada perbedaan atau membandingkan nilai rata-rata kemampuan

pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa pada kelompok eksperimen

dengan kelompok kontrol. Selain menghadirkan kelompok pembanding peneliti

berupaya semaksimal mungkin melakukan pengontrolan terhadap variabel-

variabel luar yang tidak menjadi fokus kajian dalam penelitian.

Kedua kelompok diberikan pretest dan posttest, dengan menggunakan

instrumen tes yang sama. Adapun diagram desain penelitiannya sebagai berikut :

Kelompok Eksperimen : O X O

Kelompok Kontrol : O O

Gambar 3.1. Diagram Desain Penelitian

Pada desain ini, pengelompokan subjek penelitian dilakukan secara acak

kelas, kelompok eksprimen diberi perlakuan pembelajaran dengan pendekatan

matematika realistik (X), dan kelompok kontrol diberi perlakuan pendekatan

46

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

biasa, sebelum dan sesudah perlakuan diberi pretest dan posttest (O). (Creswell,

2012, hlm. 310).

B. Partisipan

Partisipan penelitian ini adalah siswa kelas V SD di salah satu Sekolah

Dasar Negeri di wilayah Kecamatan Lemahabang. Pemilihan siswa kelas V

karena dengan pertimbangan kondisi aktivitas siswa cukup stabil, tidak terganggu

oleh aktivitas ujian sekolah (US) dan kegiatan perlombaan baik akademis maupun

non akademis di tingkat gugus, kecamatan, atau kabupaten. Selain itu, sampel

merupakan kelas tinggi yang diharapkan memiliki pengetahuan, pengalaman, dan

prasyarat pembelajaran yang cukup. Dengan demikian, para siswa diyakini lebih

mampu mengkikuti pelajaran serta permasalahan-permasalahan yang diajukan

dibandingkan dengan kelas rendah.

Tabel 3.1. Nama-nama (Inisial) Partisipan Penelitian

No. Nama Resp. Kelas V A

Jenis Kelamin

Nama Resp. Kelas V B

Jenis Kelamin

1 Agn L Ald L

2 Nida P Els P

3 Cast L Fem L

4 Din P Gen L

5 Dio L Ina P

6 Her P Zaf L

7 Lin P Met P

8 Raf L Dand L

9 Ren L Apid L

10 Rin P Nov P

11 Ron L Lit P

12 Lan L Nur P

13 Ofa L Raf P

14 Hida P Rah P

15 Son P Rang L

16 Suc P Evan L

17 Tof L Rev P

18 Wul P Sal P

19 Riz L Tri P

20 Nia P Wid P

47

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan Tabel 3.1. jumlah partisipan pada penelitian ini sebanyak 40

siswa. Ke-40 siswa tersebut berasal dari dua kelas yang berbeda. Jumlah siswa

kelas V A sebanyak 20 siswa terdiri dari masing-masing sepuluh berjenis kelamin

laki-laki dan perempuan. Sedangkan jumlah siswa kelas V B berjumlah 20 siswa

yang terdiri dari delapan berjenis kelamin laki-laki dan dua belas berjenis kelamin

perempuan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V SD di Kecamatan

Lemahabang. Oleh karena desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah desain penelitian eksperimen semu (quasi experiment), maka dalam

penentuan sampel dari populasi, peneliti tidak menggunakan pendekatan random

assignment artinya peneliti tidak menentukan sampel dari populasi secara acak

(Creswell, 2012, hlm. 307).

Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling. Purposive Sampling merupakan teknik

sampling yang termasuk dalam Nonprobability Sampling. Purposive Sampling

adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono

dalam Hadi, 2016, hlm. 102). Dalam teknik ini, peneliti memilih salah satu

sekolah dasar yang ada di wilayah Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon

yang memiliki jumlah dua rombongan belajar pada tingkat/ kelas V-nya dan

merupakan SD dengan kategori atas sebagai sampel penelitian. Berikut profil

singkat keadaan Sekolah yang menjadi sampel penelitian.

Sekolah dasar yang digunakan untuk sampel penelitian berlokasi di salah

satu desa di wilayah Kecamatan Lemahabang. Wilayah dataran desa tersebut lebih

tinggi daripada dataran wilayah ibu kota kecamatannya. Jarak desa tersebut kira-

kira 5 km dari pusat kota kecamatan. Penduduknya mayoritas bermata

pencaharian sebagai pekebun mangga. Namun banyak juga orang tua siswa yang

bekerja sebagai buruh pabrik, pedagang di luar kota. Sehingga banyak siswa yang

hidup tinggal bersama kakek, nenek, atau bersama sanak saudaranya.

SD tersebut didirikan pada tahun 1972 atas dasar Instruksi Presiden

(Inpres). Hal ini karena di desa tersebut sebagian besar anak usia sekolah dasar

48

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tidak bisa menyelesaikan pendidikan dasar. Pada saat itu, jumlah SD terbatas

sedangkan jumlah anak-anak usia SD terus meningkat. Dengan latar belakang

sejarah berdirinya SD tesebut sehingga masyarakat sekitar lebih akrab dengan

menyebutnya SD Inpres daripada nama resmi SD tersebut.

Jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di SD tersebut sebanyak

11 orang. Terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 8 orang guru kelas, 1 orang guru

agama, dan 1 orang guru olah raga. Dari kesebelas personalia tersebut sebanyak 6

orang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), sedangkan selebihnya berstatus

tenaga honorer. Walaupun demikian, pendidik yang mengajar di SD tersebut

100% berkualifikasi S-1. Dari segi jabatan atau kepangkatan, mayoritas pendidik

berpangkat golongan III, namun ada pendidik yang memiliki pangkat golongan

sampai IV b.

Guru atau wali kelas V A yang siswanya menjadi partisipan penelitian

(kelas kontrol) merupakan guru honorer lulusan S-1 PGSD Universitas Terbuka

UPBJJ Bandung tahun 2012. Pengalaman mengajar beliau selama sembilan tahun.

Sedangkan pengalaman dalam mengembangkan dirinya, beliau pernah mengikuti

pelatihan guru sasaran implemntasi kurikulum 2013 tahun 2014 dan seminar

nasional pendidikan matematika tahun 2016.

Sedangkan guru atau wali kelas V B yang siswa menjadi partisipan

penelitian (kelas eksperimen) merupakan guru honorer lulusan S-1 PGSD S-1

PGSD Universitas Terbuka UPBJJ Bandung tahun 2013. Pengalaman mengajar

beliau selama delapan tahun. Sedangkan pengalaman dalam mengembangkan

dirinya, beliau pernah mengikuti pelatihan guru sasaran implemntasi kurikulum

2013 tahun 2014 dan seminar nasional pendidikan matematika tahun 2016.

SD ini memiliki 257 siswa, terdiri dari 132 siswa berjenis kelamin laki-laki

dan 125 siswa berjenis kelamin perempuan. Dari 257 siswa tersebut dibagi

menjadi 8 rombongan belajar. Kelas 1 berjumlah 42 siswa, kelas 2 berjumlah 44

siswa, kelas 3 berjumlah 39 siswa, kelas IV A berjumlah 23 siswa, kelas IV B

berjumlah 22 siswa, kelas V A berjumlah 20 siswa, kelas V B berjumlah 20 siswa

dan kelas VI berjumlah 47 siswa.

49

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dari penelitian ini, maka diperlukan instrumen

penelitian. Adapun instrumen penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti kemudian

peneliti meminta kepada tiga orang yang berasal dari berbagai profesi yang

berbeda di antaranya dari unsur guru, dosen, dan teman sejawat untuk

memvalidasi instrumen.

Instrumen yang dibuat dalam bentuk tes. Bentuk tes yang digunakan

adalah soal uraian. Tes bentuk uraian dipilih karena dalam tes bentuk uraian,

proses berpikir, langkah-langkah pengerjaan, ketelitian, daya kreatif, pemahaman

siswa, kemampuan koneksi matematis siswa dan kemampuan memecahkan

masalah dapat dilihat. Tes berupa tes kemampuan koneksi matematis dan tes

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang terdiri atas tes awal

(pretest) dan tes akhir (posttest). Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa

tahap, yaitu: tahap pembuatan instrumen, tahap penyaringan, tahap uji coba

instrumen.

Tes kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah yang

digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data kuantitatif.

Adapun kisi-kisi instrumen kemampuan pemecahan masalah dan koneksi

matematis siswa dapat dilihat pada Tabel 3.2. Dan rubrik penilaiannya disajikan

pada Tabel 3.3. dan Tabel 3.4.

Sebelum instrumen itu digunakan kepada sampel penelitian, instrumen tes

berupa soal uraian tersebut akan diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba dilakukan

di sekolah yang lain pada siswa yang duduk satu tingkat di atasnya. Karena subjek

penelitiannya siswa kelas V maka instrumen ini diujicobakan pada kelas VI SD.

Sekolah yang menjadi sasaran untuk mengujikan soal/ instrumen ini adalah SD IT

Al-Irsyad Lemahabang. Hasil uji coba soal tes kemampuan pemecahan masalah

dan koneksi matematis dapat lihat pada Tabel 3.5.

Hasil tersebut kemudian dianalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan

tingkat kesukaran.

50

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah

dan Koneksi Matematis Siswa

Kelas : V

Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun

Kompetensi Dasar : Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun

datar dan bangun ruang sederhana.

Aspek Kemampuan Indikator Tingkat

Kesukaran

Soal

Nomor Pemecahan

Masalah Koneksi

Matematis Silabus Soal

Dapat

mengaitkan

konsep

matematika

yang satu

dengan

konsep

matematika

yang lain.

Peserta didik

dapat

memecahkan

masalah yang

berkaitan dengan

bagun datar

Dapat menentukan luas

tanah pada denah, jika

diketahui keliling tanah

dan skala tanah.

Sukar 1

Dapat

mengaitkan

konsep

matematika

yang satu

dengan

konsep

matematika

yang lain.

Peserta didik

dapat

memecahkan

masalah yang

berkaitan dengan

bagun ruang

Menentukan volume

prisma yang ukuran tinggi

prismanya belum secara

langsung diketahui.

Sedang 2

Dapat

mengaitkan

konsep

matematika

dengan

dunia nyata

Peserta didik

dapat

memecahkan

masalah yang

berkaitan dengan

bagun datar

Dapat menentukan

banyaknya ubin yang

dibutuhkan seminimal

mungkin untuk menutupi

lantai sebuah ruangan

Sedang 3

Dapat

menyelesaikan

soal-soal non

rutin

Peserta didik

dapat

memecahkan

masalah

berkaitan dengan

bangun datar

Dapat menentukan luas

segitiga.

Sukar 4

Dapat

menyelesaikan

soal-soal non

rutin

Peserta didik

dapat

memecahkan

masalah

berkaitan dengan

bangun ruang

Dapat menentukan

banyaknya potongan

kubus yang dapat dibuat

dari sebuah balok yang

disajikan

Sukar 5

Dapat

menyelesaikan

soal-soal non

rutin

Peserta didik

dapat

memecahkan

masalah

berkaitan dengan

bangun ruang

Dapat menentukan luas

permukaan terluas atau

tersempit dari susunan

beberapa buah kubus yang

telah ditentukan

berdasarkan bentuk

Sedang 6

51

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Aspek Kemampuan Indikator Tingkat

Kesukaran

Soal

Nomor Pemecahan

Masalah Koneksi

Matematis Silabus Soal

susunan yang dibuat

Tabel 3.3. Pedoman Penskoran (Rubrik) Tes Kemampuan Koneksi Matematis

Butir Soal

Nomor

Skor Indikator

1 – 3 0 Tidak menjawab sama sekali

1 Jawaban hampir tidak mirip/ sesuai dengan pertanyaan, persoalan

atau dengan masalah

2 Jawaban ada beberapa yang mirip mirip/ sesuai dengan

pertanyaan, persoalan atau dengan masalah tetapi koneksinya

tidak jelas 3 Jawaban ada beberapa yang mirip/ sesuai dengan pertanyaan,

persoalan atau dengan masalah dan koneksinya jelas tetapi

kurang lengkap

4 Jawaban mirip/ sesuai dengan pertanyaan, persoalan atau masalah

secara lengkap

Diadaptasi dari Sumarmo (2006)

Tabel 3.4. Pedoman Penskoran (Rubrik) Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis

Butir Soal

Nomor

Skor Aspek yang dinilai Reaksi terhadap soal/ masalah

4 – 6 1 Memahami masalah Memahami soal dengan baik

1 Merencanakan

penyelesaian

Menggunakan strategi yang

benar dan mengarah jawaban

yang benar

1 Menyelesaikan masalah Menggunakan prosedur tertentu

yang benar

1 Memeriksa kembali Melakukan pemeriksaan pada

proses dan jawaban

Diadaptasi dari Sumarmo (2006)

52

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.5. Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Koneksi Matematis

dan Pemecahan Masalah

No Nama Responden

Nomor Soal Jumlah

Jawaban

Benar Urt Absen 1*)

2*)

3*)

4**)

5**)

6**)

1 1 ADEL 0 1 1 0 1 1 4

2 2 AMR 0 0 1 0 1 2 4

3 3 AND 0 3 2 0 1 2 8

4 4 CAM 0 0 1 1 3 1 6

5 5 CUM 0 1 1 0 1 1 4

6 6 DEA 0 3 3 1 1 3 11

7 7 DEN 3 3 2 1 2 3 14

8 8 DEW 3 1 2 1 0 3 10

9 9 DIN 0 0 1 0 0 0 1

10 13 IND 0 0 0 0 1 0 1

11 15 JUA 0 1 1 0 0 3 5

12 16 LOL 0 3 3 1 1 3 11

13 17 MAM 0 1 1 0 1 2 5

14 18 MEL 0 0 0 0 0 1 1

15 19 MER 0 4 2 1 0 3 10

16 20 MIR 0 0 0 0 0 2 2

17 21 EVAN 0 4 1 1 2 4 12

18 22 FACH 3 4 1 1 0 1 10

19 23 SAE 1 1 0 0 0 0 2

20 24 AZH 1 4 2 0 2 3 12

21 25 FAH 1 4 2 0 2 4 13

22 26 NAD 4 2 1 1 1 0 9

23 27 NEL 2 3 2 0 2 3 12

24 28 NIS 1 1 1 1 2 3 9

Jumlah 19 44 31 10 24 48 176

Nilai Minimal 0 0 0 0 0 0 1

Nilai Maksimal 4 4 3 1 3 4 14

rata-rata 0.79 1.83 1.29 0.42 1.00 2.00 7.33

Standar Deviasi 1.25 1.55 0.86 0.50 0.88 1.29 4.27

Keterangan: *) soal kemampuan koneksi matematis

Keterangan: **) soal kemampuan pemecahan masalah matematis

1. Uji Validitas

53

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Validitas mencerminkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu

instrumen tes berfungsi sebagai alat ukur hasil belajar. Suatu tes dapat dikatakan

memiliki validitas apabila tes tersebut dapat mengukur objek yang seharusnya

diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu. Suatu skala atau instrumen pengukur

dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut

menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan

maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang memiliki validitas rendah

akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.

Dalam menguji validitas instrumen penelitian ini, peneliti melakukannya

dengan dua cara, yaitu: validasi konstruk dan validasi item. Dalam melakukan uji

validasi konstruk instrumen yang dibuat, peneliti meminta kepada tiga orang yang

berasal dari berbagai profesi yang berbeda di antaranya dari unsur guru, dosen,

dan teman sejawat.

Unsur guru yang dimaksud adalah seorang guru kelas profesional yang

berkualifikasi strata dua (S-2). Beliau mengajar di kelas VI SD Negeri 3

Karangsembung Desa Karangsembung Kecamatan Karangsembung Kabupaten

Cirebon.

Validator yang kedua berasal dari unsur dosen. Unsur dosen yang

dimaksud adalah seorang dosen matematika yang berkualifikasi akademik strata

tiga (S-3). Beliau mengajar di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus

Purwakarta.

Sedangkan validator yang ketiga berasal dari unsur teman sejawat. Yang

dimaksud unsur sejawat adalah mahasiswa yang sama-sama sedang menempuh

pendidikan strata dua (S-2) dengan program studi pendidikan dasar keminatan

matematika.

Untuk pengujian validitas item, peneliti menggunakan rumus korelasi

product moment (Suherman, 2003b, hal.120) sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }

Keterangan :

= Koefisien korelasi suatu butir/item

= Jumlah subjek

54

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

= skor suatu butir/item

= skor total

Klasifikasi kriteria koefisien validitas (Suherman, 2003b, hlm. 113) dapat

dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Klasifikasi Kriteria Koefisien Validitas

Nilai Keterangan

Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat rendah

Tidak valid

Kriteria pengujiannya dengan membandingkan antara koefisien korelasi

(r hitung) dengan nilai kritis r tabel. Setiap butir tes dikatakan valid jika r hitung > r tabel

pada taraf nyata 0,05.

Pengecekan validitas instrumen tes kemampuan pemecahan masalah dan

koneksi matematis dilakukan dengan bantuan software Microsoft office excel

2010. Hasil pengecekan/ uji validitas instrumen tes kemampuan pemecahan

masalah dan koneksi matematis dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan software Microsoft office

excel 2010, semua soal dinyatakan valid. Hal ini berdasarkan pada patokan bahwa

setiap butir tes dikatakan valid jika (r hitung) > r tabel. Bila diinterpretasikan dalam

kriteria menurut Suherman (2003), soal nomor 1, 4, dan 5 memiliki kriteria

validitas dengan kriteria sedang, sedangkan soal nomor 2, 3, dan 6 memiliki

kriteria validitas dengan kriteria tinggi. Dengan demikian instrumen tes ini

memiliki kesahihan dan dapat mengukur kemampuan koneksi dan pemecahan

masalah matematis dengan tepat.

55

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.7. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

dan Koneksi Matematis

No Nama Responden

Nomor Soal Jumlah

Jawaban

Benar Urt Absen 1*)

2*)

3*)

4**)

5**)

6**)

1 1 ADEL 0 1 1 0 1 1 4

2 2 AMR 0 0 1 0 1 2 4

3 3 AND 0 3 2 0 1 2 8

4 4 CAM 0 0 1 1 3 1 6

5 5 CUM 0 1 1 0 1 1 4

6 6 DEA 0 3 3 1 1 3 11

7 7 DEN 3 3 2 1 2 3 14

8 8 DEW 3 1 2 1 0 3 10

9 9 DIN 0 0 1 0 0 0 1

10 13 IND 0 0 0 0 1 0 1

11 15 JUA 0 1 1 0 0 3 5

12 16 LOL 0 3 3 1 1 3 11

13 17 MAM 0 1 1 0 1 2 5

14 18 MEL 0 0 0 0 0 1 1

15 19 MER 0 4 2 1 0 3 10

16 20 MIR 0 0 0 0 0 2 2

17 21 EVAN 0 4 1 1 2 4 12

18 22 FACH 3 4 1 1 0 1 10

19 23 SAE 1 1 0 0 0 0 2

20 24 AZH 1 4 2 0 2 3 12

21 25 FAH 1 4 2 0 2 4 13

22 26 NAD 4 2 1 1 1 0 9

23 27 NEL 2 3 2 0 2 3 12

24 28 NIS 1 1 1 1 2 3 9

Jumlah Skor Setiap Nomor Soal 19 44 31 10 24 48

rxy 0.48 0.86 0.78 0.58 0.49 0.74

r hitung 2.7 8.3 6.2 3.6 2.8 5.4

r tabel 1.71

Keterangan: *) soal kemampuan koneksi matematis

Keterangan: **) soal kemampuan pemecahan masalah matematis

2. Uji Reliabilitas

56

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Selain intrumen harus valid, instrumen harus memiliki tingkat reliabilitas

yang tinggi. Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu

instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan apakah suatu tes teliti

dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Nana

Sudjana (2006, hlm. 16), ‘Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau

keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya’. Artinya, kapan pun alat

penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama (handal).

Dengan demikian reliabilitas dapat pula diartikan dengan keajegan atau stabilitas.

Reliabilitas merupakan salah satu persyaratan bagi sebuah tes. Reliabilitas sebuah

soal perlu karena sebagai penyokong terbentuknya validitas butir soal sehingga

sebuah soal yang valid biasanya reliabel.

Pada penelitian ini, uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha:

(dalam Suwarto, 2007, hlm. 175)

(

)(

)

Keterangan:

= koefisien reliabilitas

= banyak butir soal

∑ = jumlah varians skor setiap soal

= varians skor total

Kriteria koefisien reliabilitas menurut Guilford (Ruseffendi, 2005b, hlm. 160)

dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Kriteria Koefisien Reliabilitas Menurut Guilford

Nilai Keterangan

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

57

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pengecekan reliabilitas instrumen tes kemampuan pemecahan masalah dan

koneksi matematis dilakukan dengan bantuan software Microsoft office excel

2010. Hasil pengecekan/ uji reliabilitas instrumen tes kemampuan pemecahan

masalah dan koneksi matematis dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

dan Koneksi Matematis

No Nama Responden

Nomor Soal Jumlah

Jawaban Benar Urt Absen 1

*) 2

*) 3

*) 4

**) 5

**) 6

**)

1 1 ADEL 0 1 1 0 1 1 4

2 2 AMR 0 0 1 0 1 2 4

3 3 AND 0 3 2 0 1 2 8

4 4 CAM 0 0 1 1 3 1 6

5 5 CUM 0 1 1 0 1 1 4

6 6 DEA 0 3 3 1 1 3 11

7 7 DEN 3 3 2 1 2 3 14

8 8 DEW 3 1 2 1 0 3 10

9 9 DIN 0 0 1 0 0 0 1

10 13 IND 0 0 0 0 1 0 1

11 15 JUA 0 1 1 0 0 3 5

12 16 LOL 0 3 3 1 1 3 11

13 17 MAM 0 1 1 0 1 2 5

14 18 MEL 0 0 0 0 0 1 1

15 19 MER 0 4 2 1 0 3 10

16 20 MIR 0 0 0 0 0 2 2

17 21 EVAN 0 4 1 1 2 4 12

18 22 FACH 3 4 1 1 0 1 10

19 23 SAE 1 1 0 0 0 0 2

20 24 AZH 1 4 2 0 2 3 12

21 25 FAH 1 4 2 0 2 4 13

22 26 NAD 4 2 1 1 1 0 9

23 27 NEL 2 3 2 0 2 3 12

24 28 NIS 1 1 1 1 2 3 9

Jumlah Jawaban Benar Setiap

Nomor Soal 19 44 31 10 24 48

Var Item 1,56 2,41 0,74 0,25 0,78 1,65

Jumlah Var Item 7,39

Jumlah Var total 18,23

Reliabilitas 0,71

58

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Keterangan: *) soal kemampuan koneksi matematis

Keterangan: **) soal kemampuan pemecahan masalah matematis

Berdasarkan Tabel 3.9., bahwa soal kemampuan koneksi dan pemecahan

masalah matematis memiliki indeks reliabilitas sebesar 0,71. Hal berdasarkan

kriteria koefisien reliabilitas menurut Guilford (Ruseffendi, 2005b, hlm. 160),

instrumen ini memiliki reliabilitas tinggi.

3. Uji Daya Pembeda

Menurut Sudijono (2011, hlm. 385), daya pembeda item adalah

kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara

siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Mengetahui daya pembeda item sangat penting, sebab salah satu dasar pegangan

untuk menyusun butir tes hasil belajar adalah adanya anggapan bahwa

kemampuan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain berbeda-beda. Selain

itu, butir tes hasil belajar harus mampu memberikan hasil tes yang mencerminkan

adanya perbedaan kemampuan yang terdapat di kalangan siswa tersebut. Daya

pembeda item dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks

diskriminasi item. Angka indeks diskriminasi item adalah sebuah angka atau

bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda (discrimination power)

yang dimiliki oleh sebutir item.

Uji daya pembeda ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu soal

untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda soal uraian

menggunakan rumus:

DP = X X

Dengan keterangan:

DP = indeks daya pembeda

X KA = rata-rata dari kelompok atas

X KB = rata-rata dari kelompok bawah (Arifin, 2011, hlm. 133

Adapun kategori daya pembeda suatu soal diinterpretasikan pada

Tabel 3.10. berikut: (Arikunto, 2009, hlm. 219)

59

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.10. Kategori Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

Pengecekan daya pembeda instrumen tes kemampuan pemecahan masalah

dan koneksi matematis dilakukan dengan bantuan software Microsoft office excel

2010. Dalam penentuan kelompok atas dan kelompok bawah menurut Surapranata

(2005) adalah 27% dari semua peserta.

Tabel 3.11. Pembagian Kelompok Atas dan Kelompok bawah

Kelompok Atas

Kelompok Bawah

No Nama Resp.

Nomor Soal Jml No

Nama

Resp.

Nomor Soal Jml

1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6

1 Den 3 3 2 2 2 3 15

1 Cum 0 1 1 0 1 1 4

2 Fah 2 3 2 2 2 4 15

2 Mir 0 0 0 0 0 2 2

3 Evan 2 4 1 2 2 4 15

3 Sae 1 1 0 0 0 0 2

4 Azh 1 4 2 2 2 3 14

4 Din 0 0 1 0 0 0 1

5 Nel 2 3 2 1 2 3 13

5 Ind 0 0 0 0 1 0 1

6 Dea 1 3 3 1 1 3 12

6 Mel 0 0 0 0 0 1 1

Jumlah 11 20 12 10 11 20 84

Jumlah 1 1 1 0 1 3 7

Rata-rata 1.83 3.33 2.00 1.67 1.83 3.33 14

Rata-rata 0.17 0.33 0.33 0.00 0.33 0.67 1.83

Tabel 3.12. Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah dan Koneksi Matematis

Soal

No, X KA X KB X KA - X KB DP KRITERIA

1 1,83 0,17 1,67 0,42 Baik

2 3,33 0,33 3,00 0,75 Baik Sekali

60

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3 2,00 0,33 1,67 0,42 Baik

4 1,67 0,00 1,67 0,42 Baik

5 2,00 0,33 1,67 0,42 Baik

6 3,33 0,67 2,67 0,67 Baik

Berdasarkan tabel di atas, bahwa soal kemampuan koneksi dan pemecahan

masalah matematis siswa memiliki daya pembeda dengan kategori baik untuk

item soal nomor 1, 3, 4, 5, dan 6. Sedangkan soal nomor 2 memiliki daya

pembeda kategori baik sekali.

4. Uji tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya

sesuatu soal (Arikunto, 2009, hlm. 207). Soal yang baik adalah soal yang tidak

terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Kemampuan koneksi dan pemecahan

masalah matematis siswa merupakan kemampuan berpikir matematika tingkat

tinggi, sehingga soal yang digunakan harus berkategori sedang dan sukar. Untuk

mengetahui apakah butir soal tersebut termasuk ke dalam kategori mudah, sedang

maupun sukar digunakan analisis tingkat kesukaran soal. Uji tingkat kesukaran

soal uraian dapat dihitung dengan rumus (Arikunto, 2009, hlm. 208):

Tingkat kesukaran =

Rata-rata di dapat dari rumus:

Rata-rata =

Adapun kategori tingkat kesukaran suatu soal diinterpretasikan pada Tabel

3.13. berikut: (Sudijono, 2011, hlm. 370)

Tabel 3.13. Kategori Tingkat Kesukaran

Indeks Kesukaran Interpretasi

P = 0,00 Terlalu sukar

0,00 < P ≤ 0,30 Sukar

0,30 < P ≤ 0,70 Sedang

0,70 < P < 1,00 Mudah

P =1,00 Terlalu mudah

61

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Karena kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis

merupakan kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi, maka tingkat

kesukaran soal harus sedang dan sukar.

Pengecekan tingkat kesukaran instrumen tes kemampuan pemecahan

masalah dan koneksi matematis dilakukan dengan bantuan software Microsoft

office excel 2010. Hasil pengecekan tingkat kesukaran instrumen tes kemampuan

pemecahan masalah dan koneksi matematis dapat dilihat pada Tabel 3.14.

Tabel 3.14. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah dan Koneksi Matematis

No Nama Responden

Nomor Soal Jumlah

Jawaban

Benar Urt Absen 1*)

2*)

3*)

4**)

5**)

6**)

1 1 ADEL 3 3 2 2 3 3 16

2 2 AMR 2 3 2 2 2 4 15

3 3 AND 2 4 1 2 2 4 15

4 4 CAM 1 4 2 2 2 3 14

5 5 CUM 2 3 2 1 2 3 13

6 6 DEA 1 3 3 1 1 3 12

7 7 DEN 0 3 3 1 1 3 11

8 8 DEW 3 1 2 1 0 3 10

9 9 DIN 0 4 2 1 0 3 10

10 13 IND 3 4 1 1 0 1 10

11 15 JUA 4 2 1 1 1 0 9

12 16 LOL 1 1 1 1 2 3 9

13 17 MAM 0 3 2 0 1 2 8

14 18 MEL 0 0 1 1 3 1 6

15 19 MER 0 1 1 0 0 3 5

16 20 MIR 0 1 1 0 1 2 5

17 21 EVAN 0 1 1 0 1 1 4

18 22 FACH 0 0 1 0 1 2 4

19 23 SAE 0 1 1 0 1 1 4

20 24 AZH 0 0 0 0 0 2 2

21 25 FAH 1 1 0 0 0 0 2

22 26 NAD 0 0 1 0 0 0 1

23 27 NEL 0 0 0 0 1 0 1

24 28 NIS 0 0 0 0 0 1 1

Index Kesukaran 0.250 0.467 0.337 0.185 0.272 0.511 0.272

Kategori Sukar Sedang Sedang Sukar Sukar Sedang

Keterangan: *) soal kemampuan koneksi matematis

Keterangan: **) soal kemampuan pemecahan masalah matematis

62

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan Tabel 3.14., soal kemampuan koneksi dan pemecahan

masalah matematis siswa memiliki tiga item dengan kategori sukar dan tiga item

lainnya berkategori sedang.

Setelah dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat

kesukaran, semua item soal layak akan digunakan atau diberikan kepada

partisipan sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) dilakukan perlakuan.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang harus dilakukan dibagi ke dalam 3 tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Persiapan yang dipandang perlu sebelum penelitian antara lain:

a. Mengidentifikasi masalah

b. Menyusun proposal penelitian

c. Melakukan seminar proposal

d. Menyusun instrumen penelitian (ada pada lampiran 2)

e. Melakukan uji coba instrumen penelitian dan menganalisisnya (ada pada

lampiran 5)

f. Melakukan perizinan penelitian

2. Tahap Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Penentuan sampel dari populasi yang telah ditentukan

b. Pemberian tes awal (pretest)

c. Menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada kelas

eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol

Adapun langkah-langkah perlakuan dengan pendekatan RME pada kelas

eksperimen adalah sebagai berikut:

Kegiatan awal

Guru mengkondisikan kelas agar suasana pembelajaran matematika dapat

berlangsung dengan kondusif, seperti mempersiapkan sarana dan prasarana

belajar. Pada bagian ini guru sebagai fasilitator yakni menyediakan segala fasilitas

yang diperlukan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran matematika, antara

lain menyediakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa dapat dilihat

63

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pada lampiran 6 dan 7 tesis ini. Selain itu pada awal pembelajaran guru mengajak

kepada siswa untuk melakukan brain gym yang bertujuan untuk menyegarkan

suasana pembelajaran.

Kegiatan Inti

1) Guru menyampaikan masalah kontekstual

Guru memberikan dan menjelaskan masalah kontekstual yang terdapat

pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Selanjutnya meminta siswa untuk memahami

masalah tersebut (reality principle).

2) Siswa berupaya memahami masalah kontekstual

Penggunaan metode yang interaktif pada langkah ini terlihat dari adanya

interaksi di antara siswa dengan guru, maupun antar siswa sendiri dalam upaya

memahami masalah kontektual (interactivity principle). Setelah guru memberikan

soal dan meminta memahami masalah kontekstual, maka guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil pemahamannya di dalam

kelas dan siswa yang lain menanggapinya. Dengan demikian terjadi diskusi antara

siswa maupun antara siswa dengan guru. Kemudian guru membantu dan

membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami soal tersebut

melalui berbagai model ilustrasi atau dengan cara memotivasi siswa untuk

mengidentifikasi permasalahan dengan mencari hal yang diketahui dan yang

ditanyakan dari soal, serta mencari cara yang cocok untuk menyelesaikan cara

tersebut (guided principle).

3) Siswa menyelesaikan masalah tersebut.

Pada langkah ini guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk

menyelesaikan masalah dengan menggunakan model dan cara mereka sendiri

sesuai dengan pengetahuan matematika yang telah mereka miliki (level principle)

dan mengaitkan dengan topik lainnya melalui kegiatan diskusi kelompok

(intertwinement principle). Selama siswa mencari penyelesaian dari masalah

kontekstual tersebut dengan melakukan kegiatan matematisasi horisontal dan

vertikal, siswa juga mendapat bimbingan dari guru dalam menemukan kembali

suatu konsep dalam matematika maupun algoritma penyelesaian suatu masalah

(guided principle). Untuk mengecek langkah-langkah yang dilakukan, siswa

64

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

melakukan kegiatan refleksi dan untuk memantapkan pemahaman konsep yang

telah dikuasainya, siswa melakukan kegiatan aplikasi konsep.

Guru memberikan seluas-luasnya kepada siswa untuk menemukan cara

dalam menyelesaikan soal yang diberikan berdasarkan pengetahuan yang sudah

mereka miliki (menggunakan cara siswa sendiri). Guru berjalan keliling kelas

untuk melihat pekerjaan siswa dalam kelompoknya dan membantu/ memotivasi

siswa yang mengalami kesulitan.

4) Siswa mendiskusikan dan membandingkan jawaban.

Siswa membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari soal secara

berkelompok, dan melakukan refleksi terhadap hal yang telah ditemukan siswa.

selanjutnya didiskusikan dalam diskusi kelas (interactivty principle).

Guru meminta mendiskusikan jawaban mereka dengan teman sebangku/

teman sekelompoknya, kemudian mengarahkan siswa untuk memilih jawaban

yang paling benar berdasarkan hasil diskusi untuk ditampilkan dan didiskusikan

kembali bersama-sama di dalam kelas, sedangkan guru berperan sebagai

pembimbing dalam membantu siswa menganalisa dan mengevaluasi

pekerjaannya.

5) Menyimpulkan

Pada langkah ini guru mengarahkan kepada siswa dalam membuat

generalisasi dari suatu konsep atau algoritma dalam matematika.

Kegiatan akhir

Guru menegaskan kembali materi yang telah dipelajari.

Dari uraian di atas tentang langkah-langkah pendekatan RME, maka dapat

diuraikan aktivitas siswa dan guru.

1) Aktivitas siswa dalam pendekatan RME

Pendekatan RME menempatkan siswa sebagai pusat dari kegiatan

pembelajaran. Segala kegiatan, sarana dan prasarana pembelajaran digunakan dan

diarahkan untuk keperluan siswa guna mengembangkan potensi dan

kompetensinya secara optimum. Sebagai subjek yang memiliki pengetahuan,

keterampilann, dan pengalaman melakukan berbagai aktivitas secara aktif dalam

memahami masalah kontekstual, siswa merumuskan masalah tersebut dengan

membuat ilustrasi dan model masalah, mencari cara dan model penyelesaian, dan

65

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mencari solusi dari masalah tersebut yang pada akhirnya siswa menemukan

generalisasi suatu konsep maupun algoritma penyelesaian suatu masalah yang

dilakukan melalui kegiatan matematika horisontal ke matematika vertikal atau

dari matematika informal ke matematika formal. Selain itu siswa melakukan

refleksi kemudian dilanjutkan dengan kegiatan aplikasi konsep dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam melakukan aktivitas-aktivitas tersebut siswa dapat memperoleh

bimbingan dari guru melalui LKS, melakukan diskusi dengan teman, dan

berinteraksi dengan berbagai komponen pembelajaran.

2) Aktivitas guru dalam pendekatan RME

Pendekatan RME menempatkan guru sebagai fasilitator, moderator,

pembimbing, dan motivator dalam pembelajaran matematika. Sebagai fasilitator,

guru menyiapkan sarana dan prasarana belajar, seperti LKS, media belajar, serta

membentuk kelompok diskusi. Selain itu, guru menyampaikan masalah

kontekstual untuk dibahas oleh siswa.

Sebagai moderator, guru sebagai perantara dan pengatur kegiatan diskusi

kelompok maupun diskusi kelas yang dilakukan oleh siswa, agar kegiatan tersebut

dapat berlangsung efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru berusaha

memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menyampaikan gagasan-

gagasanya, mengarahkan siswa cara menyampaikan pendapat yang efektif, dan

memberikan penjelasan tentang perlunya menghargai pendapat orang lain.

Sebagai pembimbing guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam

memahami masalah kontekstual, menemukan model masalah, menemukan model

penyelesaian masalah, menemukan konsep matematika, dan algoritma

penyelesaian masalah. Kegiatan membimbing dari guru disesuaikan dengan

kemampuan dari siswa yang bersangkutan. Guru berkeliling kelas memperhatikan

siswa yang sedang belajar, guru bertanya kesulitan yang dialami siswa, dan

memberikan penjelasan-penjelasan yang dapat mengatasi kesulitan siswa.

Sebagai motivator, guru memberikan motivasi kepada siswa agar aktif

dalam belajar matematika dengan cara menghargai hasil kerja siswa dan

memberikan semangat dalam menemukan konsep maupun algoritma dalam

matematika. Pemberian motivasi bertujuan agar siswa tidak putus asa dalam

menemukan suatu konsep maupun algoritma dalam matematika. Guru

66

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

memberikan suatu keyakinan kepada siswa bahwa mereka mempunyaai

kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mereka jumpai dan keyakinan bahwa

mereka mampu menemukan suatu konsep maupun algorima dalam matematika.

Sedangkan langkah-langkah perlakuan dengan pembelajaran konvesional

pada kelas kontrol adalah sebagai berikut:

1) Guru memberitahukan tentang pokok bahasan, sub pokok bahasan (materi)

yang akan diajarkan, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Guru menanyakan tentang materi yang telah diketahui siswa (materi

sebelumnya) yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan.

3) Guru menjelaskan pengertian tentang konsep materi yang bersangkutan dan

memberikan siswa kesempatan untuk bertanya.

4) Siswa mencatat dan memperhatikan penjelasan guru.

5) Guru memberikan contoh dari konsep tersebut dan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya.

6) Siswa mencatat dan memperhatikan penjelasan guru.

7) Guru menjelaskan cara melakukan suatu algoritma dari suatu penyelesaian

soal dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

8) Siswa mencatat dan memperhatikan penjelasan guru.

9) Guru memberi contoh dan penyelesaian dari aplikasi konsep materi terhadap

kehidupan sehari-hari dan memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.

10) Siswa mencatat dan memperhatikan penjelasan guru.

11) Guru memberikan soal latihan

12) Siswa mengerjakan soal latihan

Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang terdapat pada lampiran 6 dan 7 tesis ini.

d. Pemberian tes akhir (posttest) pada kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol sebagai evaluasi pembelajaran. Butir soal postest dapat dilihat

pada lampiran 2 tesis ini.

e. Melakukan uji korelasi hasil penilaian posttest peneliti dengan

kolaborator/penimbang.

Hal ini dilakukan untuk meyakinkan pembaca bahwa hasil penelitian ini

benar-benar objektif tidak ada unsur subjektivitas. Adapun hasil korelasi penilaian

67

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

peneliti dengan penilaian kolaborator dapat dilihat pada Tabel 3.15 dan Tabel

3.16.

Dalam melakukan uji korelasi antara skor peneliti dan skor kolaboraor,

peneliti menggunakan software Microsoft office excel 2010.

Tabel 3.15. Hasil Uji Korelasi Penilaian Peneliti dengan Penilaian Kolaborator

Tes Kemampuan Koneksi Matematis

No Resp. Kelas

Eksperimen

Skor

No

Responden

Kelas

Kontrol

Skor

Peneliti Kola-

borator Peneliti

Kola-

borator

1 Ald 5 5

1 Agan 4 6

2 Els 6 7

2 Nida 6 4

3 Fem 7 6

3 Cast 4 3

4 Gen 4 4

4 Din 3 3

5 Ina 7 6

5 Dio 3 3

6 Zaf 6 6

6 Her 9 7

7 Met 6 6

7 Lin 3 3

8 Dand 6 7

8 Raf 6 6

9 Apid 6 6

9 Ren 3 3

10 Nov 5 5

10 Rin 10 10

11 Lit 6 5

11 Ron 7 6

12 Nur 7 6

12 Lan 4 3

13 Raf 8 8

13 Ofa 3 3

14 Rah 8 8

14 Hida 8 6

15 Rang 3 4

15 Son 3 3

16 Evan 7 7

16 Suc 7 6

17 Rev 10 9

17 Tof 5 6

18 Sal 4 5

18 Wul 5 4

19 Tri 9 9

19 Riz 1 1

20 Wid 11 10

20 Nia 7 6

Jumlah 131 129 Jumlah 101 92

Rata-rata 6.55 6.45

Rata-rata 5.05 4.6

rxy 0,94

rxy 0.91

Berdasarkan Tabel 3.15., hubungan skor peneliti dengan kolaborator

mengenai kemampuan koneksi matematis kelas eksperimen sangat kuat. Hal ini

karena nilai korelasi antara dua variabel tersebut sebasar 0,94. Begitu juga

hubungan skor peneliti dengan kolaborator mengenai kemampuan koneksi

68

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

matematis kelas kontrol sangat kuat. Hal ini karena nilai korelasi antara dua

variabel tersebut sebasar 0,91.

Dengan demikian berdasarkan uji korelasi dua variabel antara skor peneliti

dengan kolaborator, penilaian yang dilakukan oleh peneliti layak digunakan

sebagai data penelitian tentang kemampuan koneksi matematis siswa.

Tabel 3.16. Hasil Uji Korelasi Penilaian Peneliti dengan Penilaian Kolaborator

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah.

No Resp. Kelas

Eksperimen

Skor

No Responden

Kelas

Kontrol

Skor

Peneliti Kola-

borator Peneliti

Kola-

borator

1 Ald 9 9

1 Agan 2 2

2 Els 8 9

2 Nida 5 5

3 Fem 6 5

3 Cast 3 3

4 Gen 2 2

4 Din 2 2

5 Ina 5 4

5 Dio 4 4

6 Zaf 5 4

6 Her 9 9

7 Met 7 7

7 Lin 5 5

8 Dand 9 9

8 Raf 3 3

9 Apid 5 6

9 Ren 2 2

10 Nov 6 6

10 Rin 11 11

11 Lit 4 4

11 Ron 8 8

12 Nur 9 9

12 Lan 5 5

13 Raf 8 9

13 Ofa 1 3

14 Rah 10 10

14 Hida 9 9

15 Rang 3 3

15 Son 4 4

16 Evan 8 9

16 Suc 4 4

17 Rev 6 7

17 Tof 5 5

18 Sal 6 9

18 Wul 3 3

19 Tri 10 10

19 Riz 1 1

20 Wid 6 6

20 Nia 8 8

Jumlah 132 137

Jumlah 94 96

Rata-rata 6.6 6.85

Rata-rata 4.7 4.8

rxy 0,93 rxy 0,99

Berdasarkan Tabel 3.16., hubungan skor peneliti dengan kolaborator

mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis kelas eksperimen sangat

kuat. Hal ini karena nilai korelasi antara dua variabel tersebut sebasar 0,93. Begitu

juga hubungan skor peneliti dengan kolaborator mengenai kemampuan

69

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pemecahan masalah matematis kelas kontrol sangat kuat. Hal ini karena nilai

korelasi antara dua variabel tersebut sebasar 0,99.

Dengan demikian berdasarkan uji korelasi dua variabel antara skor peneliti

dengan kolaborator, penilaian yang dilakukan oleh peneliti layak digunakan

sebagai data penelitian tentang kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Model hubungan antara variabel bebas (x) dan variabel terikat (y) dapat

digambarkan dalam skema gambar 3.2. berikut:

Gambar 3.2. Gambar Model hubungan antara variabel bebas (x)

dan variabel terikat (y)

Dari gambar 3.2., dapat diidentifikasi jenis variabel penelitian yang

digunakan yaitu variabel bebasnya pendekatan RME, serta variabel terikatnya

kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan koneksi matematis.

Adapun hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis 1

Pencapaian kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan

pendekatan Realistic Mathematics Education tidak lebih tinggi daripada

siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

H0 : μ1 ≤ μ2

H1 : μ1 > μ2

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik dengan tingkat signifikansi

α = 0,05

b. Hipotesis 2

Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education tidak

lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara

konvensional

Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis (Y1)

Kemampuan Koneksi

Matematis (Y2)

Pendekatan RME

70

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Adapun hipotesis statistiknya sebagai berikut:

H0 : μ1 ≤ μ2

H1 : μ1 > μ2

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik dengan tingkat signifikansi

α = 0,05

c. Hipotesis 3

Pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar

dengan pendekatan Realistic Mathematics Education tidak lebih tinggi

daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

H0 : μ1 ≤ μ2

H1 : μ1 > μ2

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik dengan tingkat signifikansi

α = 0,05

d. Hipotesis 4

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara

konvensional.

H0 : μ1 ≤ μ2

H1 : μ1 > μ2

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik dengan tingkat signifikansi

α = 0,05

3. Tahap Akhir

a. Melakukan analisis data kuantitatif terhadap hasil tes awal dan tes akhir.

b. Penarikan kesimpulan.

F. Internal dan Eksternal Validitas

1. Validitas Internal

Suatu hasil penelitian memiliki validitas internal apabila hanya variabel

bebaslah yang dapat mempengaruhi variabel terikat, tidak ada selain dari padanya

(Neuman, 2015).

71

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Peneliti mengakui validitas internal penelitian yang dilakukan masih

rendah. Hal ini karena masih banyak kelemahan-kelemahan ketika peneliti

melakukan penelitian eksperimen dalam mengatasi ancaman validitas internal.

Peneliti tidak dapat mengontrol variabel extranous yaitu variabel lain yang dapat

mempengaruhi variabel terikat selain variabel bebas.

Dalam penentuan sampel peneliti tidak menggunakan random sampling

melainkan menggunakan purposive sampling. Hal ini karena berdasarkan studi

pendahuluan peneliti melihat bahwa sampel yang dijadikan partisipan memiliki

permasalahan dalam hal kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis.

Selain ancaman dari bias seleksi, peneliti juga tidak dapat mengatasi

ancaman-ancaman berupa efek sejarah, yaitu peneliti tidak dapat mengontrol atau

mengatasi peristiwa-peristiwa di luar perlakuan selain variabel terikat seperti

pengetahuan dan pengalaman siswa yang diperoleh sebelumnya atau pun kegiatan

belajar siswa yang dillakukan di luar sekolah. Kemudian efek pematangan,

peneliti tidak dapat mengatasi atau mengontrol kematangan, emosional, dan psikis

setiap siswa. Begitu juga efek pengujian, peneliti tidak bisa mengatasi efek dari

pemberian pretest.

Ancaman lain yang tidak dapat diatasi yaitu mortalitas eksperimen, di

mana peneliti tidak bisa menjamin kehadiran partisipan 100%. Kemudian peneliti

tidak bisa mengatasi ancaman difusi perlakuan dan perilku kompensatori, artinya

peneliti tidak dapat mengontrol komunikasi partisipan antar kelompok tentang

perlakukan-perlakuan yang dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga

peneliti tidak dapat mengatasi bocornya perbedaan perlakukan di setiap kelas.

Hal ini semua terjadi karena penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah

penelitian sosial yang tidak dapat dilakukan di laboratorium yang dapat dikontrol

setiap waktu.

2. Validitas eksternal

Validitas eksternal adalah keefektifan dalam menggeneralisasi temuan

percobaan (Neuman, 2015). Peneliti mengakui temuan penelitian ini tidak bisa

digeneralisasi secara efektif . Hal ini karena dalam proses pengambilan sampel

tidak dilakukan secara acak (random sampling), melainkan purposive sampling.

Hal ini karena berdasarkan studi pendahuluan peneliti melihat bahwa sampel yang

72

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dijadikan partisipan memiliki permasalahan dalam hal kemampuan pemecahan

masalah dan koneksi matematis.

G. Analisis Data

Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari tes

yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah data

diperoleh, kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan software SPSS

versi 17 dengan rincian sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini juga dilakukan

untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan, apakah uji statistik

parametrik atau non parametrik. Uji normalitas dilakukan pada data skor pretest,

posttest, dan n-gain pada kelompok eksperimen dan kontrol. Uji normalitas

dilakukan dengan Uji Shapiro Wilk dengan taraf signifikansi 0,05. Hal ini karena

Uji Shapiro Wilk merupakan uji normalitas untuk ukuran sampel kurang dari 50.

(Shapiro & Wilk, 1965).

Hipotesis dari uji normalitas data pretest kemampuan koneksi dan

pemecahan masalah matematis adalah sebagai berikut:

H0 : Data skor pretest dari kedua kelas berasal dari populasi berdistribusi

normal.

H1 : Data skor pretest dari kedua kelas berasal dari populasi yang tidak

berdistribusi normal.

Dengan kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka ditolak.

2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka diterima

Hipotesis dari uji normalitas data posttest kemampuan koneksi dan

pemecahan masalah matematis adalah sebagai berikut:

H0 : Data skor posttest dari kedua kelas berasal dari populasi berdistribusi

normal.

H1 : Data skor posttest dari kedua kelas berasal dari populasi yang tidak

berdistribusi normal.

73

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dengan kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka ditolak.

2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka diterima

Hipotesis dari uji normalitas data n-gain kemampuan koneksi dan

pemecahan masalah matematis adalah sebagai berikut:

H0 : Data skor n-gain dari kedua kelas berasal dari populasi berdistribusi

normal.

H1 : Data skor n-gain dari kedua kelas berasal dari populasi yang tidak

berdistribusi normal.

Dengan kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka ditolak.

2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka diterima

2. Uji Homogenitas Varians

Jika data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka analisis

dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk menentukan uji parametrik

yang sesuai. Namun jika data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi

normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians akan tetapi langsung

dilakukan uji perbedaan dua rata-rata (uji non parametrik).

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah dua sampel

yang diambil mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk menguji

homogenitas digunakan uji Levene dengan taraf signifikansi 5%.

Perumusan hipotesis untuk uji homogenitas data pretest kemampuan

koneksi dan pemecahan masalah matematis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H0 : σ12

= σ22, varians data skor pretest kelas eksperimen dengan siswa kelas

kontrol homogen.

H1 : σ12

≠ σ22, varians data skor pretest kelas eksperimen dengan siswa kelas

kontrol tidak homogen.

Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka ditolak.

2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka diterima.

74

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Perumusan hipotesis untuk uji homogenitas data posttest kemampuan

koneksi dan pemecahan masalah matematis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H0 : σ12

= σ22, varians data skor posttest kelas eksperimen dengan siswa kelas

kontrol homogen.

H1 : σ12

≠ σ22, varians data skor posttest kelas eksperimen dengan siswa kelas

kontrol tidak homogen.

Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka ditolak.

2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka diterima.

Perumusan hipotesis untuk uji homogenitas data n-gain kemampuan

koneksi dan pemecahan masalah matematis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H0 : σ12

= σ22, varians data skor n-gain kelas eksperimen dengan siswa kelas

kontrol homogen.

H1 : σ12

≠ σ22, varians data skor n-gain kelas eksperimen dengan siswa kelas

kontrol tidak homogen.

Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka ditolak.

2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka diterima.

3. Uji Perbedaan Dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan rata-rata pencapaian kemampauan koneksi dan pemecahan

masalah matematis siswa antara dua populasi dengan melihat rata-rata dua

sampelnya. Jika berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka

pengujiannya dilakukan dengan uji t (independent samples test equal variances

assumed). Namun jika datanya berdistribusi normal tetapi tidak memiliki varians

yang homogen maka pengujiannya menggunkan uji t’ (independent samples test

equal variances not assumed). Sedangkan jika salah satu atau kedua data yang

dianalisis tidak berdistribusi normal maka untuk pengujian hipotesisnya dilakukan

uji non-parametrik, yaitu uji Mann-Whitney.

75

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Perumusan hipotesis dari uji perbedaan rata-rata data skor pretest

kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis adalah sebagai berikut:

H0 : μ1 ≤ μ2, rata-rata skor pretest siswa kelas eksperimen tidak lebih tinggi

dengan rata-rata skor pretest siswa kelas kontrol.

H1 : μ1 > μ2, rata-rata skor pretest siswa kelas eksperimen lebih tinggi

daripada rata-rata skor pretest siswa kelas kontrol.

Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka ditolak.

2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka diterima.

Perumusan hipotesis dari uji perbedaan rata-rata data skor posttest

kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis adalah sebagai berikut:

H0 : μ1 ≤ μ2, rata-rata skor posttest siswa kelas eksperimen tidak lebih tinggi

dengan rata-rata skor posttest siswa kelas kontrol.

H1 : μ1 > μ2, rata-rata skor posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi

daripada rata-rata skor posttest siswa kelas kontrol.

Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka ditolak.

2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka diterima.

Perumusan hipotesis dari uji perbedaan rata-rata data skor n-gain

kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis adalah sebagai berikut:

H0 : μ1 ≤ μ2, rata-rata skor n-gain siswa kelas eksperimen tidak lebih tinggi

dengan rata-rata skor posttest siswa kelas kontrol.

H1 : μ1 > μ2, rata-rata skor n-gain siswa kelas eksperimen lebih tinggi

daripada rata-rata skor posttest siswa kelas kontrol.

Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka ditolak.

2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka diterima.

4. Uji normalitas gain

Uji normalitas gain atau perhitungan indeks gain dimaksudkan untuk

mengetahui peningkatan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis

siswa. Perhitungan tersebut diperoleh dari nilai pretest dan posttest masing-

masing kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam penelitian ini,

76

Jamaludin, 2016 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

indeks gain akan digunakan apabila rata-rata posttest kelas kontrol dan kelas

eksperimen berbeda. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran

menurut Meltzer (2002) dihitung dengan rumus g-faktor (n-gain) dengan rumus:

Keterangan :

: Gain yang dinormalisasi (n-gain)

: Skor tes akhir

: Skor tes awal

: Skor ideal

Tinggi rendahnya n-gain dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.17. Klasifikasi n-gain

Gain Kategori

Tinggi

Sedang

Rendah