Bab III. Metode Penelitian
-
Upload
achyarnis-zulfahmi -
Category
Documents
-
view
42 -
download
0
description
Transcript of Bab III. Metode Penelitian
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Pengambilan contoh dilakukan pada lahan sawah yang tersebar di sekitar
Kota Tangerang (Gambar 3). Analisis fisika dan kimia tanah serta logam berat
dalam tanah dan beras dilakukan di Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah.
Analisis konsentrasi logam berat dalam air dan sedimen dilakukan di
Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2010.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh tanah sawah dan
beras yang diduga terkontaminasi logam berat Cu, Zn, Pb dan Cd yang diambil
dari 13 titik lokasi lahan sawah di Kota Tangerang, air dan sedimen yang diambil
dari 4 titik lokasi saluran irigasi, dan bahan-bahan kimia untuk analisis fisika dan
kimia tanah serta logam berat.
Peralatan yang digunakan dalam pengambilan contoh tanah adalah peta
topografi kota Tangerang, GPS, pH meter, AAS (Atomic Absorption
Spectrofotometer), alat-alat penunjang persiapan sampel tanah (kantong plastik,
oven pengering yang dilengkapi dengan penghisap udara, alat tumbuk tanah,
ayakan 2 mm dan 5 mm, label), alat-alat penunjang proses analisis logam berat
(timbangan analitik, tabung Digestion/ Kjeldahl, Block Digestion, labu ukur,
corong gelas, kertas saring) serta alat tulis.
3.3. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksplorasi. Data primer
diperoleh dengan mengumpulkan data lapangan pada lahan pertanian yang diduga
terkontaminasi logam berat Cu, Zn, Pb dan Cd. Data sekunder diperoleh dari BPS
Kota Tangerang (data mengenai geografis, iklim dan jumlah industri), Dinas
Pertanian Kota Tangerang (data mengenai luas lahan pertanian dan irigasi), dan
Lembaga Penelitian Tanah (peta jenis tanah Kota Tangerang).
Gambar 3. Peta lokasi penelitian.
Bandara Int. Soekarno - Hatta
Situ Cipondoh
Jalan Tol Bandara
Jalan Tol Jakarta-Merak
3.3.1. Metode Pengumpulan Data
Pengambilan contoh tanah diawali dengan menentukan lokasi pengambilan
contoh tanah secara purposive sampling dengan kriteria dekat dengan industri dan
akses jalan. Berdasarkan kriteria tersebut dilakukan pengambilan contoh tanah
dari 13 titik lokasi lahan sawah di Kota Tangerang (lihat Tabel 3). Contoh tanah
yang dianalisis diambil pada bagian permukaan tanah dengan kedalaman 0-20 cm
secara komposit (pada setiap lokasi pengambilan sampel dilakukan pengambilan
tanah dari 5 titik kemudian diaduk rata dan diambil 0,5 kg tanah) dan dimasukkan
dalam kantong plastik serta diberi label. Contoh-contoh tanah tersebut kemudian
dianalisis di laboratorium yaitu meliputi tekstur tanah (Pipet), pH H2O, C-Organik
(Walkey dan Black), kapasitas tukar kation (N NH4OAc pH 7,0) dan konsentrasi
total logam berat Cu, Zn, Pb dan Cd (metode destruksi basah dengan HNO3 dan
HClO4). Metode analisis total logam berat dalam tanah dengan metode destruksi
basah dengan HNO3 dan HClO4
Pengambilan contoh air dan sedimen dilakukan di 4 titik sampling untuk
mengetahui pH dan konsentrasi logam berat Cu, Zn, Pb dan Cd. Titik koordinat
lokasi pengambilan contoh air dan sedimen dapat dilihat pada Tabel 3. Data
sosioteknik budidaya diperoleh dengan wawancara langsung secara informal
terbuka dengan petani mengenai sejarah lahan, pola tanam, teknik budidaya
(pemupukan, pemakaian pestisida, pengairan), jumlah produksi dan gangguan
produksi yang pernah dialami.
dapat dilihat pada Lampiran 2. Selanjutnya
dilakukan penetapan status kontaminasi/pencemaran logam berat dalam tanah di
lokasi penelitian dengan mengikuti prosedur yang diusulkan oleh Lacatusu
(2000). Lokasi pengambilan contoh beras sama dengan lokasi pengambilan
contoh tanah. Contoh beras dianalisis konsentrasi logam berat Cu, Zn, Pb dan Cd.
Tabel 3. Titik koordinat lokasi pengambilan contoh
No. Lokasi Sampling LS BT Tanah dan Beras
1
Kel. Periuk Kec. Periuk
06° 09' 35,7"
106° 36' 52,8"
2
Kel. Sepatan Kec. Sepatan
06° 08' 28,5"
106° 36' 52"
3
Kel. Neglasari Kec. Neglasari
06° 07' 57,6"
106° 37' 55,1"
4
Kel. Batujaya Kec. Batuceper
06° 09' 10,1"
106° 40' 08,7"
5
Kel. Karangsari Kec. Neglasari
06° 09' 09,5"
106° 38' 16,4"
6
Kel. Pajang Kec. Benda
06° 06' 10"
106° 40' 34,5"
7
Kel. Jurumudi Kec. Benda
06° 08' 29,7"
106° 40' 57,3"
8
Kel. Pakojan Kec. Pinang
06° 12' 33,3"
106° 39' 38"
9
Kel. Kunciran Indah Kec. Pinang
06° 13' 00,7"
106° 40' 20,3"
10
Kel. Kunciran Kec. Pinang
06° 13' 44,3"
106° 40' 27,9"
11
Kel. Pondok Bahar Kec. Karang Tengah
06° 12' 25,7"
106° 42' 11,6"
12
Kel. Gondrong Kec. Cipondoh
06° 11' 08,3"
106° 41' 40,8"
13
Kel. Porisgaga Kec. Batuceper
06° 10' 20,3"
106° 41' 16,9"
Air dan Sedimen 1
Kel. Periuk Kec. Periuk
06° 09' 37"
106° 37' 10,9"
2
Kel. Neglasari Kec. Neglasari
06° 07' 45,7"
106° 38' 7"
3
Kel. Batujaya Kec. Batuceper
06° 09' 16,9"
106° 40' 15,8"
4
Kel. Pondok Bahar Kec. Karang Tengah
06° 12' 22,1"
106° 42' 05,1"
3.3.2. Metode Analisis Data
Hasil pengumpulan contoh di lapang dianalisis dalam laboratorium
kemudian dievaluasi dan diinterpretasikan secara deskriptif. Penetapan status
kontaminasi/pencemaran logam berat dalam tanah ditetapkan berdasarkan kriteria
yang diajukan oleh Lacatusu (2000) dan diinterpretasikan secara deskriptif.
Analisis Status Kontaminasi/Pencemaran Logam Berat
Status kontaminasi/pencemaran logam berat dalam tanah diukur
berdasarkan nilai indeks c/p (contamination/pollution) menurut prosedur Lacatusu
(2000). Istilah kontaminasi tanah merujuk pada kisaran kadar logam berat yang
terukur dalam tanah yang belum atau tidak akan segera memberikan pengaruh
negatif pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman atau komponen lingkungan
lainnya. Sementara itu istilah pencemaran tanah merujuk pada kisaran kadar
logam berat yang terukur dalam tanah yang telah menyebabkan pengaruh negatif
pada beberapa atau seluruh komponen lingkungan.
Prosedur Lacatusu dimulai dengan penggunaan rumus untuk menetapkan
nilai rujukan sebagai dasar perhitungan terjadi-tidaknya kontaminasi/pencemaran
logam berat dalam tanah (dinamakan nilai A). Nilai B merupakan nilai yang
menunjukkan tingkat kadar logam berat dalam tanah pada kisaran batas
maksimum yang diperbolehkan (maximum allowable limit, MAL). Nilai C
merupakan tingkat kadar logam berat dalam tanah yang menunjukkan bahwa
tindakan pemulihan sudah diperlukan. Nilai ABC untuk logam berat Cu, Zn, Pb
dan Cd prosedur Lacatusu ditunjukkan pada Tabel 4. Nilai indeks c/p pada lokasi
penelitian ditetapkan dengan mengukur nisbah antara kadar logam berat yang
secara efektif terukur dalam tanah melalui analisis kimia dengan nilai A dari seri
nilai ABC. Rumus indeks c/p adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Nilai interpretasi kadar logam berat
Logam
Berat
Nilai A
(mg/kg)
Nilai B
(mg/kg)
Nilai C
(mg/kg)
Cu 15 + 0,6 (L + BO) 100 500
Zn 50 + 1,5 (2L + BO) 500 3000
Pb 50 + L + BO 150 600
Cd 0,4 + 0,007 (L + 3BO) 5 20
Sumber: Lacatusu (2000)
Keterangan: L = kadar liat (%) B = kadar bahan organik (%)
Indeks c/p = Kadar logam berat terukur : Nilai A
Nilai indeks c/p > 1 menunjukkan kisaran terjadinya pencemaran dan nilai
indeks c/p < 1 menunjukkan kisaran terjadinya kontaminasi. Kedua kisaran
tersebut dibagi lagi ke dalam nilai-nilai interval yang menunjukkan terjadinya
kontaminasi atau pencemaran pada tingkat sangat ringan, ringan, sedang, berat,
dan sangat berat. Batas nilai untuk tingkatan tersebut disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Makna nilai indeks c/p
Nilai c/p Tingkat Kontaminasi Nilai c/p Tingkat Pencemaran
< 0,1 Sangat Ringan 1,1 – 2,0 Sangat Ringan
0,1 – 0,25 Ringan 2,1 – 4,0 Ringan
0,26 – 0,50 Sedang 4,1 – 8,0 Sedang
0,51 – 0,75 Berat 8,1 – 16,0 Berat
0,76 – 1,00 Sangat Berat > 16,0 Sangat Berat
Sumber: Lacatusu (2000)