BAB III Metode Penelitian
-
Upload
akbar-de-nayaka -
Category
Documents
-
view
44 -
download
0
description
Transcript of BAB III Metode Penelitian
-
8
III. METODE PENELITIAN
3.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Penelitian ini dilakukan mulai Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Wisma Wageningen,
Laboratorium Biokomposit, Laboratorium Penggergajian dan Pengerjaan Kayu, Laboratorium
Anatomi dan Fisika Kayu, serta Laboratorium Keteknikan Kayu Departemen Hasil Hutan, Institut
Pertanian Bogor.
3.2 ALAT DAN BAHAN
3.2.1 Alat
1. Alat pencacah, untuk mendapatkan serat bintaro dari daging buah bintaro utuh.
2. Rotary Blender dan Spray Gun, sebagai tempat pencampuran bahan papan partikel.
3. Oven, untuk mengeringkan bahan.
4. Cetakan terbuat dari kayu, berukuran 30 cm x 30 cm x 1 cm.
5. Alat pengurai serabut, untuk menguraikan serat buah bintaro.
6. Lempeng alumunium 2 buah, sebagai alas bagian atas dan bawah bahan saat pengempaan.
7. Kertas teflon, untuk melapisi lempeng alumunium bagian atas dan bawah.
8. Kempa panas (Hot Press), berfungsi untuk memberi tekanan pada papan partikel agar
sesuai dengan pengatur ketebalan yang dipergunakan.
9. Timbangan, untuk mengukur massa partikel.
10. Neraca analitik digital, mengukur massa perekat, kadar air, dan pengembangan tebal
dalam tahap pengujian.
11. Desikator.
12. Mikrometer.
13. Kaliper.
14. Gergaji.
15. Ember plastik.
16. Universal Testing Machine.
17. Alat Tulis Kantor.
3.2.2 Bahan
1. Daging buah bintaro yang dikeringkan
2. Perekat Fenol Formaldehida
3. Blok kayu untuk pengujian Internal Bonding
4. Lem Epoxy untuk pengujian Internal Bonding
3.3 PROSEDUR PENELITIAN
3.3.1 Pembuatan Contoh Uji a. Persiapan Partikel
Bahan baku yang digunakan berupa serat dari daging buah Bintaro (Cerbera manghas). Serat
buah didapat secara manual dengan menggunakan alat parut dan pisau, sehingga serat terpisah
-
9
dengan cangkang biji buah Bintaro. Proses ini dilakukan terhadap buah Bintaro yang sudah jatuh
dari pohon dan kulit buah yang mulai mengelupas tanpa dikeringkan terlebih dahulu untuk
memudahkan pengerjaan terhadap buah tersebut. Serat yang didapat melalui pencacahan manual
tersebut kemudian diseragamkan ukurannya dengan panjang 2-4 cm menggunakan gunting. Untuk
menghasilkan papan partikel dengan sifat-sifat mekanis yang tinggi, maka dibutuhkan partikel
dengan slenderness ratio (nisbah panjang dengan tebal partikel) yang optimal. Akan tetapi ukuran
partikel yang optimal seperti halnya dalam papan partikel konvensional dapat saja menyebabkan
penurunan assesibilitas oksidator terhadap komponen kimia partikel sehingga diduga akan
menurunkan sifat mekanis papan. Oleh karena itu, terdapat ukuran partikel yang optimal yang
dapat menghasilkan papan partikel dengan kualitas yang baik. Partikel tersebut kemudian
dikeringkan dengan bantuan panas matahari hingga mencapai kadar air < 8%.
b. Pencampuran Bahan
Partikel dan perekat ditimbang sesuai kebutuhan yang didasarkan pada kadar perekat dan
target kerapatan papan partikel, dalam penelitian ini kadar perekat yang digunakan adalah 10%
dan 12%, sedangkan target kerapatan adalah 0.7 g/cm3. Partikel yang telah ditimbang kemudian
dimasukkan ke dalam rotary blender, sedangkan perekat fenol formaldehida dimasukkan ke dalam
spray gun. Saat rotary blender berputar, perekat fenol formaldehida disemprotkan ke dalam
blender menggunakan spray gun hingga perekat dan partikel tercampur merata.
c. Pembuatan Lembaran
Campuran partikel dan perekat yang telah tercampur merata dimasukkan ke dalam pencetak
lembaran yang berukuran (30 x 30 x 10) cm dan kemudian dipadatkan. Pada bagian bawah dan
atas cetakan dilapisi dengan pelat alumunium dan kertas teflon. Campuran partikel dan perekat
yang dimasukkan harus dipastikan tersebar secara merata di dalam cetakan agar menghasilkan
papan dengan kerapatan yang seragam.
d. Pengempaan
Pengempaan dingin dilakukan pada pembentukan mat. Menurut Kollman (1975), tujuan
pembentukan mat adalah untuk menyiapkan bentuk dasar yang tetap dari partikel dan siap untuk
dikempa. Mat kemudian dikempa tanpa proses pemanas dan langkah ini merupakan pengempaan
pendahuluan atau prepassing (Bowyer et al., 2003). Kemudian dilakukan pengempaan panas
terhadap mat yang sudah dilakukan pengempaan dingin (pendahuluan). Sebelum pengempaan
dilakukan pada bagian dua sisi kiri dan kanan diletakkan batang besi profil persegi dengan panjang
sisi 1 cm agar didapat ketebalan yang diinginkan,yaitu 1 cm. Pengempaan panas dilakukan dengan
menggunakan mesin kempa panas (hot press) dengan waktu pengempaan kurang lebih 12 menit,
suhu kempa 160oC dan tekanan kempa 25 kg/cm
2. Spesifikasi mesin kempa disajikan pada
lampiran 3.
e. Pengkondisian
Pengkondisian dilakukan selama 7-14 hari pada suhu kamar supaya kadar air lembaran papan
partikel yang dibuat seragam pada seluruh bagian papan partikel. Selain itu, pengkondisian juga
berfungsi untuk melepaskan tegangan pada papan setelah pengempaan sekaligus memungkinkan
proses perekatan lebih sempurna.
-
10
f. Pemotongan Contoh Uji
Papan partikel yang telah dilakukan pengkondisian kemudian dipotong sesuai pola yang
mengacu pada standar JIS 5908 : 2003 sesuai dengan Gambar 2.
Gambar 2. Pola pemotongan sampel uji
Keterangan:
1 = contoh uji kerapatan dan kadar air, berukuran 10 cm x 10 cm.
2 = contoh uji daya serap air dan pengembangan tebal,berukuran 5 cm x 5 cm.
3 = contoh uji MOE dan MOR, berukuran 5 cm x 20 cm.
4 = contoh uji kekuatan rekat internal, berukuran 5 cm x 5 cm.
5 = contoh uji kuat pegang sekrup, berukuran 5 cm x 10 cm.
6 = contoh uji cadangan.
-
11
Gambar 3. Diagram alir (flow chart) proses pembuatan papan partikel
Persiapan partikel dari cangkang buah bintaro
Pengeringan partikel
Pemotongan partikel dengan panjang 2-4 cm
Penimbangan partikel
Pencampuran partikel dengan perekat
Pengisian campuran ke dalam cetakan
Pengempaan pendahuluan (dingin)
Pengempaan panas
Produk papan partikel
Pengkondisian
Pengujian sifat fisis -mekanis
Analisis hasil pengujian
-
12
3.3.2 Pengujian Papan Partikel
Untuk mengetahui kelayakan papan partikel berbahan baku serat buah bintaro, dilakukan
pengujian-pengujian sesuai standar JIS A 5908: 2003, sebagai berikut:
1. Pengujian Sifat Fisis
a. Kerapatan Papan Partikel
Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm yang sudah dalam keadaan kering udara
ditimbang. Kemudian pengukuran dimensi dilakukan meliputi panjang, lebar, dan tebal untuk
mengetahui volume contoh uji. Kerapatan papan dihitung menggunakan rumus:
() = ()
()
.............................................(1)
b. Kadar Air
Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm ditimbang berat kering udara (BKU), kemudian
oven pada suhu 1032C selama 24 jam, setelah dioven contoh uji dimasukan ke dalam desikator
selama 10 menit, kemudian dikeluarkan untuk ditimbang. Selanjutnya dimasukan kembali ke dalam
oven selama 3 jam, dan dimasukan kedalam desikator, dikeluarkan dan ditimbang. Demikian
selanjutnya hingga mencapai berat konstan yaitu berat kering oven (BKO). Nilai kadar air dihitung
menggunakan rumus:
% =
100% ..........................................(2)
Keterangan:
BA = Berat Awal (g)
BKO = Berat Kering Oven (g)
c. Daya Serap Air
Contoh uji 5 cm x 5 cm x 1 cm pada kondisi kering udara ditimbang beratnya (B0).
Kemudian direndam dalam air dingin selama 2 jam dan 24 jam. Selanjutnya contoh uji diangkat dan
ditiriskan sampai tidak ada lagi air yang menetes, kemudian timbang kembali beratnya (B1). Nilai
daya serap air dihitung menggunakan rumus:
% = 10
0 100% .....................................(3)
Keterangan:
B0 = Berat Awal (g)
B1 = Berat setelah perendaman (g)
d. Pengembangan Tebal Papan Partikel
Uji ini berhubungan dengan uji daya serap air, dengan ukuran sampel 5 cm x 5 cm x 1 cm.
Papan partikel yang telah terbentuk kemudian direndam dalam air selama beberapa waktu. Sehingga
dapat dihitung pengembangan tebal papan partikel yang menyerap air.
% =1 0
0 100% ..............................(4)
Keterangan:
T0 = Tebal Awal (cm)
T1 = Tebal setelah perendaman (cm)
-
13
2. Pengujian Sifat Mekanis
a. Penentuan modulus elastisitas (MOE)
Pengujian dilakukan menggunakan alat uji mekanis (Universal Testing Machine). Spesifikasi
alat uji mekanis disajikan pada lampiran 4. Contoh uji dalam kondisi kering udara dibentangkan
dengan jarak sangga 15 kali tebal nominal, tetapi tidak kurang dari 7.5 cm. Kemudian pembebanan
dilakukan di tengah-tengah jarak sangga. Nilai MOE dihitung menggunakan rumus :
=3
43 ...............................................................................(5)
Keterangan :
P = Selisih beban (kg)
L = Jarak sangga (cm)
y = Perubahan defleksi setiap perubahan beban (cm)
b = Lebar contoh uji (cm)
h = Tebal contoh uji (cm)
Gambar 4. Skema pengujian MOE dan MOR menggunakan UTM
b. Penentuan modulus Patah (MOR)
Pengujian modulus patah menggunakan contoh uji yang sama dengan contoh uji pengujian
modulus elastisitas. Nilai MOR dapat dihitung menggunakan rumus umumnya :
=3
22 ....................................................................(6)
Keterangan :
P = Berat maksimum (kgf)
L = Jarak sangga (cm)
b = Lebar contoh uji (cm)
h = Tebal contoh uji (cm)
c. Penentuan kekuatan rekat internal (Internal Bonding)
-
14
Uji ini merupakan upaya pengendalian kualitas yang penting karena menunjukkan
kesempurnaan pencampuran, pembentukan, dan pengepresan papan partikel, serta merupakan
ukuran terbaik tentang kualitas pembuatan suatu papan karena menunjukkan ikatan antar partikel.
Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm pada kondisi kering udara diukur panjang dan lebarnya
untuk menghitung luas permukaan (A). selanjutnya contoh uji direkatkan diantara dua buah blok
kayu yang berukuran 5 cm x 5 cm dengan perekat epoxy dan biarkan mengering selama 24 jam agar
proses perekatannya sempurna (Gambar 3). Kemudian contoh uji diletakkan pada mesin uji
Kemudian blok kayu ditarik tegak lurus permukaan contoh uji sampai diketahui nilai beban
maksimum. Nilai kekuatan rekat internal dihitung dengan menggunakan rumus:
IB =
.........................................................................(7)
Keterangan :
IB = Kekuatan rekat internal (kg/cm2)
Pmax = Beban maksimum (kg)
A = Luas permukaan contoh uji (cm)
Gambar 5. Sampel uji kekuatan rekat internal (Internal Bonding)
d. Penentuan kuat pegang sekrup (Screw Holding)
Sekrup yang digunakan berdiameter 0.31 cm, panjang 1.3 cm dimasukkan kedalam contoh
uji hingga mencapai kedalaman 0.8 cm. Proses pengujian dilakukan dengan cara contoh uji dijepit
pada sisi kanan dan kiri. Kemudian sekrup ditarik keatas hingga beban maksimum sampai sekrup
tercabut. Besarnya beban maksimum yang tercapai dalam satuan kilogram.
3.4 RANCANGAN PERCOBAAN DAN ANALISIS DATA
Data penelitian ini diolah dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial,
yang terdiri dari satu faktor yaitu variasi kadar perekat dengan dua taraf perlakuan perekat 10% dan
12%, sehingga papan partikel yang akan dibuat sebanyak 6 papan. Rancangan acak lengkap
merupakan jenis rancangan percobaan yang paling sederhana. Pada Rancangan Acak Lengkap (RAL),
tidak ada faktor lain di luar faktor yang diteliti, yang mempengaruhi percobaan atau faktor yang dapat
mempengaruhi percobaan tersebut sudah diketahui, namun dapat dikontrol (Montgomery, 2001). Pada
Rancangan Acak Lengkap (RAL) ini, data hasil percobaan Y dinyatakan dalam model matematik :
Yij = + i + ij .................................................................(8)
-
15
dimana : i = kadar perekat 10% dan 12%
j = ulangan
Yij = nilai pengamatan karena pengaruh faktor perbedaan kadar perekat pada
taraf ke-i dan ulangan pada taraf ke-j
= rataan umum
i = pengaruh perlakuan kadar perekat pada taraf ke-i , merupakan selisih antara
rata-rata perlakuan dengan rataan umum (Yi- )
ij = pengaruh acak (galat) pada perlakuan kadar perekat taraf ke-i ulangan ke-j
Selanjutnya, papan partikel tersebut diuji dan diperoleh data berupa data sifat fisis dan mekanis.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, untuk mengetahui pengaruh
perlakuan (perbedaan persentase kadar perekat) yang diberikan terhadap sifat-sifat papan partikel dari
serat buah bintaro maka dilakukan analisis keragaman uji F. Nilai F yang dihitung dibandingkan
dengan nilai F tabel 5% dan nilai F tabel 1%. Nilai F hitung didapat melalui rumus:
=
................................................................(9)
dimana : KTP = Kuadrat Tengah Perlakuan, merupakan pembagian antara Jumlah Kuadrat
Perlakuan (JKP) dengan derajat bebas perlakuan
KTG = Kuadrat Tengah Galat, merupakan pembagian antara Jumlah Kuadrat Galat
(JKG) dengan derajat bebas galat.
Nilai Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) merupakan jumlah pengaruh perlakuan (i), sedangkan
Jumlah Kuadrat Galat (JKG) merupakan jumlah pengaruh acak (ij). Derajat bebas perlakuan
merupakan jumlah perlakuan dikurangi 1 (i-1), sedangkan derajat bebas galat merupakan perkalian
antara jumlah perlakuan dengan jumlah ulangan dikurangi 1 (i(j-1)). Nilai F tabel 1% dan F tabel 5%
disajikan pada lampiran 5 dan lampiran 6.
Apabila F hitung < F tabel 5 %, maka tidak ada perbedaan nyata (non-significant different).
ApabilaF tabel 1% > F hitung > F tabel 5 %, maka terdapat perbedaan nyata (significant different).
Sedangkan apabila F hitung > F tabel1 % > F tabel 5 %, maka terdapat perbedaan sangat nyata (highly
significant different) antar perlakuan.