BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi...
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai Juni 2013. Lokasi
Penelitian adalah Teluk Banten, Banten.Teluk Banten terletak sekitar 175 km sebelah
Barat Jakarta dengan Batas sebelah timur Tanjung Pantang dan sebelah barat Tanjung
Kapo. Penelitian ini dilakukan di tiga pulau-pulau kecil yang ada di Teluk Banten,
yaitu : Pulau Tarahan, Pulau Cikantung, dan Pulau Kubur (Lampiran 1). Identifikasi
lamun dilakukan secara institu. Pengukuran kualitas air dilakukan secara insitu dan di
Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjajaran,
sedangkan untuk analisis substrat dilakukan di Laboratorium Sedimentografi, jurusan
Teknik Geologi, Fakultas Ilmu Teknologi dan Kebumian, Institut Teknologi
Bandung.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada penelitian adalah :
1. GPS digunakan untuk menentukan ordinat/lokasi.
2. Roll meter untuk mengukur transek garis.
3. Transek Ukuran 1x1 m2, di gunakan untuk mengukur persen tutupan lamun.
4. Buku-buku floristik digunakan untuk determinasi lamun.
5. Meteran jahit, digunakan untuk mengukur kedalaman.
6. Refraktometer (akurasi + 0,002 0/00), digunakan untuk mengukur salinitas.
7. Secchi disc digunakan untuk mengukur kecerahan.
8. pH meter (akurasi + 0,1), digunakan untuk mengukur pH.
9. DO meter (akurasi + 0,4 mg/l), digunakan untuk mengukur oksigen terlarut.
10. Water Sampler, digunakan untuk mengambil sampel air.
11. Spektrofotometer, digunakan untuk mengukur kandungan amonia
29
12. Gunting digunakan untuk memotong bagian tumbuhan lamun.
13. Plastik zipper digunakan untuk wadah koleksi tumbuhan lamun bagi keperluan
analisis laboratorium.
14. Label, alat-alat tulis (pensil, spidol) yang tahan terhadap air, dan sabak digunakan
untuk pencatatan data.
15. Pipet tetes digunakan untuk mengambil sampel air dari botol.
16. Kamera digital digunakan untuk dokumentasi selama penelitian.
17. Botol air mineral kosong digunakan untuk mengambil sampel air laut.
18. Sekop digunakan untuk mengambil sampel substrat.
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari setiap stasiun
pengamatan secara insitu dan identifikasi dilakukan di Laboratorium, yaitu :
1. Sampel lamun.
2. Sampel air.
3. Sampel substrat.
4. Bahan Pereaksi untuk Amonia (NH3).
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Penentuan Lokasi Pengamatan
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode survey, yaitu dengan
meneliti suatu fenomena alami untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang
ada dan mencari keterangan yang menyebabkan gejala tersebut terjadi. Hasil
penelitian yang diperoleh dibahas secara deskriptif yaitu untuk membuat gambaran
mengenai suatu kejadian atau situasi (Nazir 2003).
Penentuan stasiun pengamatan dilihat dari titik dimana daerah yang banyak
terpengaruh limbah industri pemotongan kapal dan industri gula, serta pengambilan
sampel lamun didasarkan pada kondisi substrat dengan kondisi yang mewakili
wilayah kajian (Lampiran 1), yaitu :
30
Stasiun 1. Pulau Tarahan (05057’05,7”LS dan 106
006’57,9”BT) :
1. Terletak di dekat daerah Kawasan Industri Galangan Kapal yang
berjarak 1,39 km.
2. Jarak dari Bojonegara ke Pulau Tarahan adalah 1,575 km, dapat
ditempuh selama 7 menit.
Stasiun 2, Pulau Cikantung (05057’49,9”LS dan 106
006’34,5”BT) :
1. Terletak di dekat daerah Kawasan Industri Gula yang berjarak 325 m.
2. Jarak dari Bojonegara ke Pulau Cikantung adalah 2,23 km, dapat
ditempuh selama 10 menit.
Stasiun 3, Pulau Kubur (05058’59,7”LS dan 106
009’07,4”BT) :
1. Terletak berada jauh dari kawasan industri yang ada di daerah Teluk
Banten, termasuk daerah Kawasan Industri Galangan Kapal dan
Industri gula.
2. Jarak dari Bojonegara ke Kubur adalah 6,721 km, dapat ditempuh
selama 18 menit.
3. Terdapat dermaga untuk berlabuh kapal-kapal kecil yang akan
bersandar di Pulau Kubur dan masih banyak burung-burung pantai
yang hidup di pulau ini.
3.3.2 Pengamatan Lamun
Pada masing-masing stasiun dibentangkan tiga buah transek garis dengan
posisi tegak lurus garis pantai ke arah tubir, pada tiap garis diletakkan tiga buah plot.
Sehingga diperoleh sembilan plot pengamatan pada masing-masing stasiun (Gambar
15).
31
Gambar 15. Plot Pengamatan
Pada setiap plot pengamatan ditempatkan sebuah transek kuadrat dengan
ukuran 100 cm x 100 cm yang disekat menjadi 25 bagian dengan ukuran masing-
masing petak 20 cm x 20 cm (Gambar 16). Jarak antara transek kuadrat diseragamkan
dan disesuaikan dengan luas padang lamun yang ada. Dalam tiap transek kuadrat
yang telah ditempatkan, dilihat jenis lamun, jumlah tegakan lamun, dan persen
penutupan lamun. Kerapatan diketahui dengan menghitung jumlah tegakan lamun per
spesies yang sama. Selain kerapatan, dihitung pula persen penutupan lamun pada
setiap transek kuadrat.
Tubir
Garis Pantai
50 meter 50 meter 50 meter
32
Gambar 16. Plot dan Petak Pengamatan Contoh Lamun
Apabila belum diketahui nama spesies lamun yang ditemukan, dilakukan
proses pemotongan bagian tumbuhan lamun. Bagian tumbuhan itu kemudian
dipisahkan berdasarkan spesiesnya dan stasiun tempat pengamatan dan dimasukkan
ke dalam plastik zipper, serta diberi label dengan keterangan yang sesuai yang
tercantum pada form lamun untuk masing-masing koleksi dan untuk diidentifikasi.
3.4 Parameter yang Diamati
3.4.1 Kualitas Air
Semua parameter diukur secara insitu pada setiap stasiun, kecuali kandungan
amonia yang dianalisis di laboratorium. Parameter kualitas perairan yang diamati
disajikan pada Tabel 2.
33
Tabel 2. Parameter Kualitas Air
No Variabel Alat Metode Lokasi
1. Fisik :
Suhu (0C) Termometer Potensiometrik Insitu
Kecerahan (%) Secchi disk Visual Insitu
Arus (m/dt)
Kedalaman
(cm)
Floating droudge
Tongkat berskala
Potensiometrik
Visual
Insitu
Insitu
2. Kimiawi :
DO
pH
Salinitas
NH3
DOmeter
pHmeter
Refaktometer
Spektrofotometer
Potensiometrik
Potensiometrik
Potensiometrik
Spektrofotometri
Insitu
Insitu
Insitu
Laboratorium
3.4.2 Substrat
Pengamatan secara visual di lapangan
Substrat diambil menggunakan alat bantu sekop pada setiap stasiun
pengamatan, kemudian diamati secara visual apakah termasuk ke dalam pasir,
lumpur, atau campuran lumpur dan pasir. Ketika sudah mengetahui keadaan
substrat hasil dicatat untuk dilihat persamaannya pada hasil analisis laboratorium.
Analisis Laboratorium
Pengambilan sampel substrat dilakukan secara komposit. Sampel substrat
diambil dari setiap stasiun pengamatan menggunakan sekop, kemudian sampel
substrat dimasukan kedalam plastik zipper yang di beri label tiap stasiun
pengamatan. Sampel substrat yang di dapat diidentifikasi ke Laboratorium. Hasil
analisis laboratorium kemudian diolah kembali menggunakan software Kummod.
Adapun hasil data yang diperoleh akan di klasifikasikan berdasarkan skala
Wentworth, yaitu :
34
Gambar 17. Skala Wentworth
Sumber : http://geofisika-unmul.blogspot.com
3.4.3 Padang Lamun
1. Kerapatan Jenis (Di) dihitung dengan rumus (Brower et al. 1998):
Di =
Keterangan: Di = Jumlah individu -i (tegakan) per satuan luas (ind/m2).
Ni = Jumlah individu -i (tegakan) dalam transek kuadrat
A = Luas transek kuadrat (m2).
2. Kerapatan relatif (RDi) merupakan perbandingan jumlah spesies dengan jumlah
total individu seluruh spesies, dirumuskan sebagai berikut :
RDi =
Keterangan: Rdi = Kerapatan relatif
Ni = Jumlah individu –i (tegakan) dalam transek kuadrat
= Jumlah total individu seluruh spesies
3. Frekuensi jenis (Fi) merupakan peluang suatu jenis spesies ditemukan dalam titik
contoh yang diamati, dirumuskan sebagai berikut :
35
Fi =
Keterangan: Fi = Frekuensi Jenis ke-i
Pi = Jumlah petak contoh dimana spesies-i ditemukan
∑p= Jumlah total petak contoh yang akan diamati
4. Frekuensi relatif (RFi) adalah perbandingan antara frekuensi spesies-i dan jumlah
frekuensi untuk seluruh spesies, dirumuskan sebagai berikut :
Rfi =
Keterangan: Rfi = Frekuensi Relatif
Fi = Frekuensi jenis ke-i
∑fi = Jumlah total petak contoh yang akan diamati
5. Penutupan (Ci) adalah luas area yang tertutupi oleh spesies-i, dirumuskan sebagai
berikut :
Ci =
(kategori Saito and Atobe 1970 in English et al. 1994 )
Keterangan : Ci = Luas area yang tertutupi spesies ke-i
fi = Frekuensi (jumlah kotak dengan kelas dominansi yang sama)
Mi = Titik tengah % spesies ke-i
Tubir
Garis Pantai
50 meter 50 meter
50 meter
36
Penentuan persen penutupan lamun mengacu pada kelas dominansi yang
dikembangkan Saito dan Atobe (1970) in English et al. (1994), yaitu :
Tabel 3. Kelas Dominasi Penutupan
6. Penutupan relatif (RCi) adalah perbandingan antara penutupan individu spesies
ke-i dengan jumlah total penutupan seluruh jenis :
Rci =
Keterangan: Rci = Penutupan relatif
Ci = Luas area yang tertutupi jenis ke-i
∑Cij = Penutupan seluruh spesies
7. Indeks nilai penting lamun (INP) digunakan untuk menghitung dan menduga
secara keseluruhan dari peranan satu spesies di dalam suatu komunitas. Indeks
nilai penting (INP) berkisar antara 0-3. INP memberikan gambaran mengenai
pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan terhadap suatu daerah. Semakin
tinggi nilai INP suatu spesies relatif terhadap spesies lainnya, maka semakin
tinggi peranan spesies tersebut pada komunitasnya. Rumus yang digunakan dalam
menghitung INP adalah (Brower et al. 1998):
37
INP = RFi + RDi + Rci
Keterangan: INP = Indeks Nilai Penting
RFi = Frekuensi relatif
RDi = Kerapatan relatif
RCi = Penutupan relatif
8. Keanekaragaman dan Keseragaman
Keanekaragaman dan keseragaman lamun ditentukan dengan menggunakan
rumus-rumus sebagai berikut :
Keanekaragaman jenis lamun ditentukan dengan menggunakan indeks
keanekaragaman Shanon-Weanner (Brower dan Zar, 1998)
H = -∑ Pi ln Pi
P=
Keterangan : H = Indeks keanekaragaman.
ni = Jumlah individu jenis ke- i.
N = Jumlah total individu.
Pi = Proporsi frekuensi spesies ke-i dari terhadap jumlah total.
Kriteria dari indeks keanekaragaman ditentukan berdasarkan nilai yang didapat :
H < 1 = Keanekaragaman rendah.
1 < H < 3 = Keanekaragaman sedang.
H > 3 = Keanekaragaman tinggi.
38
Indeks keseragaman jenis dihitung dengan menggunakan rumus Shannon
weaner :
E =
H’ maks =
Keterangan : E = Indeks Keseragaman.
H’ = Indeks Keanekaragaman
H’ maks = Indeks Keanekaragaman Maksimum
S = Jumlah Spesies
Nilai Indeks keseragaman berkisar antara 0-1, dengan kategori sebagai berikut :
E < 0,4 = Keseragaman kecil.
0,4 < E < 0,6 = Keseragaman sedang.
E > 0,6 = Keseragaman tinggi.
3.5 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.
Analisis dekriptif adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan,
atau penghubungan dengan variabel yang lain (Sugiyono 2004).
Menurut (Nasir 1999) tujuan dari analisis deskriptif adalah :
Menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok.
Menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan.
Memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal.
Menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan.
Menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian.
Menjelaskan seperangkat tahapan atau proses.
Untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.
Analisis deskriptif dilakukan menurut tingkat eksplanasi. Tingkat eksplanasi
adalah tingkat yang bermaksud menjelaskan kedudukan variable-variabel yang diteliti
39
serta hubungan antara satu variable dengan variable yang lain. Deskripsi eksplanasi
dilakukan dengan cara menjelaskan seluruh hasil yang didapat selama penelitian
disertai dengan melakukan perhitungan kepadatan jenis lamun, persen penutupan
lamun, indeks nilai penting, analisis kualitas air, dan substrat.