BAB III METODE PENELITIAN 3.1 j -...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN 3.1 j -...
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian
Pada bagian ini, akan membahas tempat dan waktu dilaksanakannya
penelitian, sedangkan karakteristik subjek penelitian akan membahas tentang kondisi
siswa kelas 4 didalam kelas yang dijadikan sebagai sunyek penelitian.
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SD N I Karangtengah, Kecamatan Poncowarno,
Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan
pertimbangan lokasi sekolah dekat dengan rumah, sehingga memudahkan dalam
mencari data dan peluang waktu yang luas.
3.1.2 Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan penulis menentukan waktu penelitian selama
4 bulan dari bulan Maret sampai dengan Mei. Penentuan waktu penelitian mengacu
pada kalender akademik sekolah karena Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
memerlukan beberapa siklus yang memerlukan kegiatan belajar mengajar yang
efektif dan efisien. Selain itu juga disesuaikan dengan KD yang akan diajarkan yaitu
menyimpulkan percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah
bentuk benda.Waktu dari perencanaan, penulisan laporan, hasil penelitian ini
dilakukan pada semester II tahun ajaran 2013/ 2014.
23
24
Tabel 3.1.
Alokasi Waktu Penelitian
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan
Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Proposal
2
Siklus I
Perecanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
3 Siklus II
Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
4 Pelaporan
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan di mulai dari bulan Februari
sampai dengan bulan Mei 2014, pada bula Februari di gunakan peneliti untuk
persiapan, yaitu menyusun proposal penelitian dan instrument yang akan digunakan.
Kemudian pada bulan Maret minggu ke-4 peneliti mengadakan perencanaan siklus I,
pada minggu ke-1 bulan April peneliti mulai melaksanakan PTK siklus II, Pada bulan
April minggu ke-2 peneliti mulai melskuksn pengolahan data, membuat hasil
penelitian dan konsultasi dan persiapan ujian.
3.1.3 Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian tindakan kelas adalah siswa Kelas 4 SD N I
Karangtengah Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah 26 siswa, yang terdiri atas 12
siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki dengan karakteristik yang heterogen.
Kemampuan siswa juga bervariasi mulai dari yang kurang, sedang, dan ada beberapa
yang lebih dari rata-rata. Latar belakang keluarga mereka juga bervariasi ada yang
25
sebagai wirausaha, pemborong, dan petani. Sebagian besar pekerjaan orang tua
mereka adalah petani sehingga siswa kurang mendapat perhatian dari orang tua.
Penelitian ini dilakukan di kelas 4 karena hasil belajar IPA siswa kelas 4
tehadap mata pelajaran IPA masih rendah. Dari data ulangan Matematika pada tes
semester I tahun 2013 yang baru saja dilaksanakan tercatat masih banyak siswa di SD
tersebut yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran IPA. Hal tersebut dapat
dilihat dari rendahnya nilai hasil belajar mata pelajaran IPA. KKM untuk mata
pelajaran IPA di SD tersebut adalah 65, tetapi pada kenyataannya rata-rata nilai siswa
adalah 62,30 jauh dari nilai KKM yang ditetapkan oleh guru yaitu KKM ≥ 65. Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran
NHT.
3.2 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah PTK (Penelitian
Tindakan Kelas) dengan menggunakan desain penelitian dari Kemmis dan Mc
Taggart yang terdiri dari tiga tahapan pelaksanaan.
3.2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif. Menurut
Kasbolah, (1998: 123) Penelitian Tindakan ini melibatkan beberapa pihak yaitu guru
sebagai peneliti, kepala sekolah, dan dosen dengan tujuan untuk meningkatkan
praktik pembelajaran dan pada perkembangan teori. Hubungan antara guru atau
peneliti dengan dosen bersifat kemitraan, sehingga dapat bersama memikirkan
persoalan-persoalan yang akan diteliti melalui penelitian tindakan kelas yang
kolaboratif. Peneliti sebagai pemberi ide, serta observer dan guru kelas yang
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
26
3.2.2 Desain Penelitian
Penelitian ini mengacu pada teori S. Kemmis dan McTaggart dalam
Madya(2006:10) bahwa penelitian tindakan kelas memberikan cara kerja yang
mengatkan teori dan praktik menjadi kesatuhan utuh gagasan dalam tindakan.
Penelitian yang direncanakan oleh peneliti yaitu PTK menggunakan model spiral S.
Kemmis dan McTaggart dengan menggunakan 2 siklus dimana setiap siklus terdapat
4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, refleksi. Berikut
adalah gambar model spiral S. Kemmis dan McTaggart:
Gambar 3.1 Tahapan Pelaksanaan PTK
Rancangan dalam penelitian ini mengacu pada model spiral atau siklus menurut
Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2010:137). Tujuan menggunakan model ini
adalah apabila pada awal pelaksanaan tindakan ditemukan adanya kekurangan, maka
tindakan perbaikan dapat dilakukan pada tindakan berikutnya sampai target yang
diinginkan tercapai. Pada masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan dan observasi , refleksi.
a) Perencanaan
Penyusunan rancangan mempunyai kesepakatan bersama antara guru yang
melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan.
Upaya tersebut dilakukan untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu
kecermatan pengamatan yang dilakukan. Rencana penelitian tindakan merupakan
27
tindakan yang terstruktur dan terencana, namun tidak menutup kemungkinan untuk
mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
b) Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Tahap 2 dan 3 mempunyai sifat yang berbeda, tetapi tahap 2 dan 3 dilakukan
secara berasamaan karena pelaksana pembelajaran dan pengamat berbeda yaitu terdiri
dari 2 orang. Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan pembelajaran di kelas. Dalam hal ini guru harus mentaati apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan dan tidak dibuat-buat. Pada tahap ini, rancangan
starategi dan skenario penerapan pembelajaran akan dilaksanakan. Kemudian
pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh guru lain (observer). Pengamat melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Hal-hal yang perlu diamati oleh pengamat antara lain: proses tindakan,
pengaruh tindakan, keadaan dan kendala tindakan, serta persoalan lain yang timbul.
Untuk mempermudah observasi peneliti menggunakan lembar observasi sebagai
panduan.
c) Refleksi
Reflleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi
yaitu siswa, suasana kelas, dan guru (Saminanto, 2010:13). Setelah mengkaji proses
pembelajaran yaitu aktivitas siswa dan guru, serta hasil belajar mata pelajaran IPA
pada siswa kelas 4 SD N I Karangtengah, Kec Poncowarno, apakah sudah efektif
dengan melihat ketercapaian dalam indikator kinerja pada siklus pertama, serta
mengkaji kekurangan dan membuat daftar permasalahan yang muncul dalam
pelaksanaan siklus pertama. Kemudian bersama tim kolaborasi membuat perencanaan
tindak lanjut untuk siklus berikutnya.
28
3.3 Variabel yang akan Diteliti
Variabel penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Model pembelajaran NHT ( Numbered Heads Together) adalah suatu proses
yang mengatur proses pembelajaran agar terjadi interaksi antara guru, siswa dan
adanya keaktifan supaya mencapai hasil belajar yang baik dalam model pembelajaran
yang diterapkan.
1) Variabel Terikat (Variabel Dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri. Penelitian tindakan kelas ini
variabel dependennya adalah hasil belajar pada mata pelajaran IPA kelas 4 materi
Gaya. Peneliti membatasi hasil belajar yaitu hasil tes dari materi Gaya untuk
mendapatkan nilai formatif siswa yang diukur melalui evaluasi bentuk tes.
2) Variabel Bebas (Variabel Independen) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel lain yang sifatnya berdiri sendiri. Variabel independen adalah model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).Numbered Heads Together
(NHT) merupakan pendekatan struktur informal dalam cooperative learning. NHT
merupakan struktur sederhana dan terdiri atas 4 tahap yaitu Penomoran
(Numbering), Mengajukan Pertanyaan (Questioning), Berpikir Bersama (Heads
Together), dan Menjawab (Answering) yang digunakan untuk mereview fakta-
fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi para siswa.
Prinsipnya metode ini membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil, dan
setiap siswa dalam kelompok akan mendapatkan nomor, nomor inilah yang
digunakan sebagai patokan guru dalam menunjuk siswa untuk mengerjakan
tugasnya. Pelaksanaan pembelajaran dengan Numbered Heads Together dapat
diamati melalui lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dengan model
pembelajaran Numbered Heads Together.
29
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
menghindari perbedaan interpretasi makna terhadap hal-hal yang bersifat esensial
yang dapat menimbulkan kerancuan dalam mengartikan judul, maksud dari
penelitian, disamping itu juga sebagai penjelas secara redaksional agar mudah
dipahami dan diterima oleh akal sehingga tidak terjadi dikotomi antara judul dengan
pembahasan dalam skripsi ini. Definisi operasional ini merupakan suatu bentuk
kerangka pembahasan yang lebih mengarah dan relevan dengan permasalahan yang
ada. Sesuai dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads
Together) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri I
Karangtengah Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen Semester 2 Tahun
Pelajaran 2013/ 2014’’ maka batasan pengertian di atas meliputi :
1) Penggunaan Metode NHT ( Numbered Heads Together)
a) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Metode berasal dari Bahasa Yunani
“Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan
upaya ilmiah, maka, metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode
berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. merupakan metode atau cara yang
dilakukan oleh seorang pendidik atau seorang guru kepada siswa pada saat
mengajar. ( http:/abangilham. wordpress. com/feed/ )
b) NHT (Numbered Heads Together)
Menurut Ahmad Zuhdi (2010:64) NHT (Numbered Heads Together) adalah suatu
model pembelajaran kooperatif dimana siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu
kelompok, lalu secara acak guru memanggil nomor dari siswa
Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) ini secara tidak langsung
melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta
berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam
pembelajaran. Tahapan dalam pembelajan NHT(Numbered Heads Together) menurut
30
Trianto (2007 : 62) sebagai berikut : Penomoran, Pengajuan pertanyaan, Berfikir
bersama, Pemberian jawaban.
2) Hasil Belajar
a. Hasil Belajar
Menurut Arif Gunarso ( Lina, 2009: 5) Jadi hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh seseorang dari proses belajar yang telah dilakukannya. Hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan melakukan usaha
secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha
belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai.
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran lainnya, ditinjau dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai sesuatu yang
diperoleh. Akan tetapi apabila kiat bicara tentang hasil belajar, maka hal itu
merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pembelajar.
Dari denifisi para ahli dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
NHT (Numbered Heads Together) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa adalah
cara yang dilakukan oleh peneliti atau seorang guru kepada siswa pada saat mengajar
dengan menggunakan metode NHT (Numbered Heads Togther) dimana siswa
diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, lalu secara acak guru memanggil
nomor dari siswa secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi,
mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga
siswa lebih produktif dalam pembelajaran adapun tahapan pembelajaran NHT
(Numbered Heads Together) sebagai berikut : Penomoran, Pengajuan pertanyaan,
Berfikir bersama, Pemberian jawaban dengan menggunakan metode pembelajaran
NHT (Numbered Heads Together) bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa. Keaktifan berarti Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keterlibatan siswa secara fisik , mental intelektual dan emosional mengalami
peningkatan, sebagai proses perubahan tingkah perilaku yang ditampakkan dalam
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas seperti peningkatan kecakapan,
31
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir sebagai hasil
seseorang dalam melakukan kegiatan pada proses pembelajaran dan terjadi karena
proses latihan dan pengalaman guna memperoleh hasil belajar. Hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh seseorang dari proses belajar yang telah dilakukannya. Hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan melakukan
usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-
usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai dan yang
diperoleh dari tes tertulis.
3.5 Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus yang
dipergunakan adalah model Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2006: 16)
terdapat empat tahap rencana tindakan, meliputi: Perencanaan, Pelaksanaan tindakan
dan pengamatan/observasi, dan Refleksi.
Penelitian akan dilaksanakan melalui Siklus I dan Siklus II, sebelum dilaksanakan
penelitian menyusun suatu perencanaan mengenai apa yang dilaksanakan dan
diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Setelah perencanaan akan dilaksanakan
tindakan dengan suatu pengamatan mengenai jalanya tindakan dalam pembelajaran,
setelah tindakan akan dilaksanakan refleksi berdasarkan hasil pengamatan. Hasil
refleksi untuk menemukan kelemahan dan kekurangan yang ditemukan pada tindakan
Siklus I kemudian akan dilaksanakan dan diperbaiki pada Siklus II yang
pelaksanaanya sama pada Siklus I.
SIKLUS I
1) Perencanaan
Perencanaan pada penelitian tindakan kelas ini meliputi:
a. Penulis merancang dan merencanakan pembelajaran IPA kelas IV dengan
cara meyusun RPP.
b. Menentukan lamanya waktu dalam kegiatan pembelajaran.
32
c. Menetapkan model pembelajaran.
d. Menyiapkan alat yang akan mendukung pembelajaran.
e. Kesimpulan dan evaluasi.
f. Pemantapan dan tindak lanjut
2) Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I terdiri 3 pertemuan, yaitu sebagai berikut:
a. Pertemuan I
(1) Kegiatan awal (5 menit )
a) Guru memberikan salam pagi kepada siswa.
b) Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pelajaran.
c) Guru menanyakan siswa yang tidak hadir.
d) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
e) Apersepsi “
f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
(2) Kegiatan inti (55 menit)
Eksplorasi
g) Guru menyampaikan materi kepada siswa
h) Siswa secara aktif membantu guru dalam memberikan contoh
i) Guru mengikut sertakan siswa secara aktif dalam menyampaikan materi
Elaborasi
j) Siswa membentuk kelompok 4-5 siswa yang dibantu oleh guru.
k) Siswa menyimak pertanyaan guru yaitu bagaimana pengaruh gaya terhadap
benda diam dan bergerak.
l) Guru memberikan nomor kepada siswa setiap kelompok dan menjelaskan
aturannya.
m) Siswa menerima lembar kerja dan lembar soal
n) Siswa bekerja sama untuk menyelesaikan lembar kerja
o) Guru memberikan bantuan seperlunya kepada setiap kelompok.
33
p) Guru memanggil sala satu nomor secara acak untuk mempresentasikan hasil
kerjanya.
Konfirmasi
q) Setiap kelompok memberikan tanggapan atas jawaban yang di sampaikan oleh
kelompok lain.
r) Guru mengulas kembali materi yaitu gaya berupa dorongan dan tarikan serta
pengaruh gaya terhadap benda diam dan bergerak yang telah dipelajari .
s) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal- hal yang
belum dimengerti oleh siswa khususnya tentang materi gaya berupa dorongan
dan tarikan serta pengaruh gaya terhadap benda diam dan bergerak.
(3) Kegiatan akhir (10 menit)
t) Siswa bersama guru merefleksi pembelajaran yang telah berlangsung.
u) Guru menyampaikan materi pembelajaran untuk pertemuan berikutnya yaitu
jenis- jenis gaya.
v) Guru mengakhiri pembelajaran.
b. Pertemuan II
(1) Kegiatan awal (5 menit )
a) Guru memberikan salam pagi kepada siswa.
b) Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pelajaran.
c) Guru menanyakan siswa yang tidak hadir.
d) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu jenis- jenis gaya
e) Apersepsi
f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
(2) Kegiatan inti (55 menit)
Eksplorasi
g) Guru menyampaikan materi kepada siswa yaitu tentang jenis- jenis gaya.
h) Guru mengikutsertakan siswa secara aktif dalam menyampaikan materi dan
memberikan contoh jenis- jenis gaya.
34
Elaborasi
i) Siswa membentuk kelompok 4-5 siswa yang dibantu oleh guru.
j) Siswa menyimak pertanyaan guru yaitu apa saja jenis- jenis gaya yang ada
disekitar kita.
k) Guru memberikan nomor kepada siswa setiap kelompok dan menjelaskan
aturannya.
l) Siswa menerima lembar kerja dan lembar soal
m) Siswa bekerja sama untuk menyelesaikan lembar kerja
n) Guru memberikan bantuan seperlunya kepada setiap kelompok.
o) Guru memanggil sala satu nomor secara acak untuk mempresentasikan hasil
kerjanya.
Konfirmasi
p) Setiap kelompok memberikan tanggapan atas jawaban yang di sampaikan oleh
kelompok lain.
q) Guru mengulas kembali materi yaitu jenis- jenis gaya
r) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal- hal yang
belum dimengerti oleh siswa khususnya tentang materi jenis- jenis gaya.
(3) Kegiatan akhir (10 menit)
s) Siswa bersama guru merefleksi pembelajaran yang telah berlangsung.
t) Guru menyampaikan informasi bahwa pertemuan yang akan datang akan
diadakan evaluasi.
u) Guru mengakhiri pembelajaran.
c. Pertemuan III
(1) Kegiatan awal (5 menit )
a) Guru memberikan salam pagi kepada siswa.
b) Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pelajaran.
35
c) Guru menanyakan siswa yang tidak hadir.
d) Apersepsi
e) Siswa mempersiapkan alat tulis.
(2) Kegiatan inti (25 menit)
f) Siswa menerima soal evaluasi
g) Siswa mengerjakan soal evaluasi
h) Guru memberikan bantuan kepada siswa untuk soal yang kurang jelas.
i) Siswa mengumpulkan soal evaluasi berdasarkan perintah guru.
(3) Kegiatan akhir (5 menit)
j) Guru menyampaikan materi pertemuan yang akan datang yaitu gaya dapat
mengubah bentuk benda.
k) Guru memberikan hadiah kepada kelompok yang nilainya paling tinggi.
l) Guru mengakhiri pembelajaran.
3) Observasi
Dalam tahap ini dilakukan observasi atau pengamatan terhadap siswa dan guru
oleh peneliti tentang jalannya proses kegiatan belajar mengajar secara menyeluruh
dari kegiatan awal, inti dan akhir yang dilaksanakan pada satu pertemuan yang
dibantu oleh guru kelas sebagi pengajar dan pengamat untuk melakukan monitoring
pelaksanaan pembelajaran. Hasil observasi dari siklus pertama dan kedua adalah hasil
dari penelitian. Hal-hal yang diamati adalah sebagai berikut:
a. Peneliti mengamati proses perbaikan pembelajaran yang difokuskan pada
kegiatan guru dalam pembelajaran
b. Untuk siswa yaitu perhatian siswa dalam memahami materi yang disampaikan,
semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan keaktifan siswa.
c. Untuk guru yaitu persiapan, membuka pelajaran, memotivasi siswa, penguasaan
materi, penyajian sesuai dengan uraian materi, metode, bimbingan yang diberikan
pada siswa dan evaluasi.
36
4) Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan pengamat segera menganalisa pelaksanaan PTK
setelah kegiatan belajar mengajar berakhir, sebagai bahan refleksi. Selanjutnya
peneliti mengadakan refleksi dalam pelaksanaan pembelajaran dan kekurangan serta
hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran, dan bila melalui penerapan model
pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) hasil belajar siswa masih rendah atau
masih kurang dalam mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar Negeri 1 Karangtengah
Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2013/2014, yang
dapat dilihat dari kriteria pencapaian indikator kinerjanya. Maka, sebagai tindakan
dalam merefleksi dilakukan dalam bentuk tindakan pengulangan (remidi),
pemantapan (pengayaan) terhadap proses belajar mengajar selanjutnya sampai pada
hasil dan tujuan yang telah dirumuskan berhasil.
SIKLUS II
a) Perencanaan ulang.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I selanjutnya diadakan perencanaan ulang
seperti pada perencanaan di siklus I. Setelah itu peneliti mencatat permasalahan dan
kendala yang dihadapi saat pembelajaran berlangsung dan merencanakan perbaikan
berdasarkan refleksi siklus I.
b) Tindakan dan Observasi
Pelaksanaan atau tindakan siklus II sesuai dengan perencanaan yang
diprogramkan, yaitu:
1) Melaksanakan tindakan sebagaimana pada siklus I sesuai hasil refleksi pada
siklus I.
2) Mengawasi siswa yang kurang aktif dengan bimbingan khusus.
3) Guru mengadakan bimbingan dengan mengamati kesalahan-kesalahan dan
kesulitan yang dihadapi siswa.
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengamati aktivitas siswa di
dalam kelas. Pengamat mencatat aktivitas siswa dengan menggunakan lembar
37
observasi terstruktur dan membandingkan dengan siklus sebelumnya. Selain itu,
dalam proses belajar mengajar diamati oleh observer. Observer mengamati jalannya
kegiatan pembelajaran dan mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat
penerapan model pembelajaran NHT.
c) Refleksi
1) Menganalisis hasil pengamatan saat melakukan observasi.
2) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model
pembelajaran NHT.
3) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II, apakah pemberian tindakan
pada siklus II sudah mengalami peningkatan.
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan beberapa teknik
yaitu dengan teknik tes dan non tes yang disertai dengan kisi-kisi instrument
pengumpulan data.
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini antara lain:
a) Teknik Tes
“Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan” Arikunto (2012:67). Tes dalam penilitian ini dilaksanakan pada akhir
pembelajaran pada siklus I dan II. Bentuk instrumen tes ini berupa lembar evaluasi
pada akhir pembelajaran dalam lembar kerja siswa (LKS).
b) Teknik nontes
1) Observasi
“Observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk memotret
seberapa jauh efek tindakan yang telah dicapai” (Yonny, 2010: 58). “Observasi
sebagai alat penilaian digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun
38
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun situasi buatan” (Sudjana,2009: 84). Dalam observasi penelitian
ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam
pembelajaran dengan menerapkan model NHT.
2) Dokumentasi
Berdasarkan Sukmadinata (Abdul Mutholib, 2009: 18) studi dokumenter
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik metode ini
peneliti gunakan untuk memperoleh data awal tentang nama siswa, no induk, nilai
hasil ulangan siswa kelas 4 di SDN 1 Karangtengah semester II tahun 2013/2014.
3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk
mengetahui hasil belajar di kelas 4 dalam mata pelajaran IPA di SDN I Karangtengah
Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen setelah menggunakan model
pembelajaran NHT adalah:
a) Tes
Test yang digunakan adalah tes tertulis yang berbentuk tes pilihan ganda. Tes
pilihan ganda digunakan untuk mengukur pemahaman siswa pada ranah kognitif.
“Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau
paling tepat” (Sudjana, 2009: 48). Tes ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan pada akhir kegiatan tiap-tiap
siklus dengan memberikan sejumlah soal tes kepada subjek penelitian. Kisi- kisi
instrumen soal evaluasi siklus I dapat dilihat pada tabel 3.2 dan tabel 3.3. sebagai
berikut:
39
Tabel 3.2
Kisi- Kisi Instrumen Soal Evaluasi Siklus I
Kompetensi Dasar Indikator No Soal Bentuk
Instrumen
Menyimpulkan
hasil percobaan
bahwa gaya
(dorongan dan
tarikan) dapat
mengubah gerak
dan bentuk
benda
Menyimpulkan bahwa gaya
dorongan dan tarikan dapat
mengubah gerak suatu benda
1,2,3,4,5,6
,7
Pilihan
Ganda
Mengidentifikasi bahwa gaya
dapat menyebabkan benda
bergerak, bergerak menjadi diam,
bergerak semakin cepat, dan
bergerak berubah arah.
8,9,11,12,
13,
Pilihan
Ganda
Mengidentifikasi jenis- jenis gaya
dalam kehidupan sehari- hari.
14,15,16,1
7,18,19.
Pilihan
Ganda
Tabel 3.3
Kisi- Kisi Instrumen Soal Evaluasi Siklus II
Kompetensi Dasar Indikator No Soal Bentuk
Instrumen
Menyimpulkan hasil
percobaan bahwa
gaya (dorongan dan
tarikan) dapat
mengubah gerak dan
bentuk benda
Memberi contoh dalam
kehidupan sehari-hari bahwa
gaya dorongan dan tarikan
dapat mengubah bentuk suatu
benda
1,2,3,4,5,
6,7,8,9,10
Pilihan
Ganda
mengidentifikasi benda yang
bisa terapung, melayang dan
tenggelam di dalam air.
11,12,13,
14,15,16,
17,18,19,
20,21.
Pilihan
Ganda
b) Lembar Observasi
Kegiatan observasi harus dilaksanakan bersamaan dengan pembelajaran. Dalam
lembar observasi berisi tentang hal-hal yang dapat mengukur aktivitas siswa dan dan
keterampilan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
NHT. Lembar observasi diisi oleh observer dengan cara memberikan tanda centang
40
pada kolom skor. Jawaban dibuat dalam bentuk skala (skala Likert) yaitu skor 4-1,
skor yang menunjukkan sikap positif, skor 4 baik sekali, 3 baik, 2 cukup dan 1
kurang. Lembar kisi-kisi observasi kegiatan mengajar guru dan lembar kisi- kisi
observasi aktivitas kegiatan siswa dapat dilihat pada tabel 3.4 dan tabel 3.5 sebagai
berikut:
41
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Observasi Kegiatan Mengajar Guru
Langkah-
Langkah
Kegiatan
Aspek yang Diamati No
Kegiatan awal Memberikan salam kepada siswa 1
Mengajak siswa untuk berdoa 2
Menanyakan siswa yang tidak hadir 3
Menyampaikan topik materi 4
Memberikan apersepsi 5
Menyampaikan tujuan pembelajaran 6
Kegiatan inti
Eksplorasi
Menyampaikan materi 7
Mengikut sertakan siswa secara aktif dalam
memberikan contoh.
8
Elaborasi
Membagi kelompok 9
Memberikan pertanyaan 10
Memberikan nomor dan menjelaskan aturannya 11
Memberikan lembar kerja siswa 12
Memberikan bantuan seperlunya untuk siswa dalam
mengerjakan
13
Memangil nomor secara acak untuk
mempresentasikan hasil kerjanya
14
Konfirmasi
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanggapi jawaban temannya.
15
Mengulas kembali materi yang didiskusikan 16
Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa 17
Penutup Merefleksi pembelajaran yang telah berlangsung 18
Menguji siswa dengan memberikan lembar evaluasi 19
Memberikan penghargaan kepada kelompok yang
nilainya paling tinggi
20
Menyampaikan materi yang akan dipelajari untuk
pertemuan yang akan datang
21
Menutup pembelajaran 22
42
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Observasi Aktifitas Siswa
Langkah-
langkah
pembelajaran
Aspek yang Diamati No
Kegiatan awal Menjawab salam dari guru 1
Berdoa 2
Menjawab absensi 3
Mendengarkan tema yang akan dipelajari 4
Mendengarkan apersepsi 5
Mendengarkan tujuan pembelajaran 6
Kegiatan inti Eksplorasi
Memperhatika materi yang disampaikan 7
Aktif dalam memberikan contoh 8
Elaborasi
Dapat membagi kelompok 9
Mendengarkan pertanyaan yang diberikan 10
Menerima lembar kerja 11
Mengerjakan dengan kelompoknya 12
Mendapatkan bantuan dari guru 13
Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya 14
Konfirmasi
Menanggapi jawaban teman 15
Mengulas materi yang didiskusikan 16
Mendapatkan kesempatan untuk bertanya 17
Penutup Merefleksi pembelajaran 18
Mengerjakan lembar evaluasi 19
Mendapatkan penghargaan 20
Medengarkan pesan yang disampaikan dari guru 21
Menjawab salam dari guru 22
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Langkah penting yang dilakukan oleh peneliti dalam menetapkan alat penilaian
kepada siswa adalah menguji kualitas alat penilaian tersebut sebelum digunakan oleh
43
peneliti. Suatu alat penilaian yang baik adalah jika alat penilaian tersebut memenuhi
ketepatan (validitas) dan keajegan (reliabilitas).
3.7.1 Uji Validitas Instrumen
“Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang
dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai” (Sudjana, 2009: 12).
Untuk menentukan suatu item tertentu valid atau tidak dapat menggunakan SPSS
versi 20.0, suatu item instrument penelitian dianggap valid jika memiliki koefisien
corrected item to total correlation = 0,404. Penetapan koefisien korelasi (r) terdapat
dalam tabel nilai-nilai r product moment berdasarkan jumlah siswa. Dari tabel nilai-
nilai r product moment diperoleh nilai r untuk responden (N) = 24 dengan taraf
signifikansi 5% sebesar 0,404 (Sugiyono, 2010:373). Berikut ini nomer item soal yg
dinyatakan valid dan tidak valid.
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Tes Siklus 1
Valid Tidak Valid
2,3,4,6,7,8,9,10,11,16,17,18,19,20,24,25,
26,27,29,31
1,5,12,13,14,15,21,22,23,28
30,32,33,34,35
20 15
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Tes Siklus 2
Valid Tidak Valid
2,3,8,10,11,12,13,15,16,17,18,21,22,24,25,
26,27,28,29,34
1,4,5,6,7,9,20,23,30,31,32,33
35
20 15
Hasil uji validitas tes siklus I dan siklus II dapat dilihat pada lampiran 5
halaman 94.
44
3.7.2 Reliabilitas
Reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keajegan instrumen
dari variabel yang hendak diukur. Reliabilitas adalah ukuran konsistensi internal dari
indikator-indikator sebuah variabel bentukkan yang menunjukkan derajad sampai
dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah variabel bentukan yang
umum.
Cronbach dalam Mardapi (2007:42) menjelaskan bahwa keajegan instrumen
dapat dinyatakan dengan menentukan koefisien alpha (α). Tes dapat diterima jika
nilai koefisien alpha (α) > 0,7, berikut ini penggolongan nilai koefisien alpha:
α ≤ = 0,7 : tidak dapat diterima
0,7 ≤ α = 0,8 : dapat diterima
0,8 ≤ α = 0,9 : reliabilitas bagus
α ≥ 0,9 : reliabilitas memuaskan
Uji reliabilitas ini dihitung dengan menggunakan SPSS 20,0 for Windows.
Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabilitas Siklus I
Bentuk Instrumen Koefisien Relibilitas Kategori
Pilihan ganda 0,885 Reliabilitas Bagus
Tabel 3.9
Data Hasil Uji Reliabilitas Siklus I
Bentuk Instrumen Koefisien Relibilitas Kategori
Pilihan ganda 0,890 Reliabilitas Bagus
Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran lampiran 5 halaman 94.
45
Dari tabel hasil uji reliabilitas dengan dari program SPSS 20,0 for Windows di
atas dapat diketahui bahwa koefisien reliabilitas pada siklus I mencapai 0,885 dan
siklus II 0,890 Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan adalah
eliabilitas bagus karena nilai koefisien alpha lebih dari 0,8.
3.8 Taraf Kesukaran
Peneliti harus membuat soal tes sebelum mengadakan evaluasi pada tiap siklus.
Tes tersebut digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Kualitas soal dari lembar
tes harus harus membuhi validitas (ketepatan) dan reliabilitas (keajegan). Selain itu
yang terpenting dalam menentukan kualitas soal adalah tingkat kesukaran soal.
Dalam lembar tes yang dibuat harus ada keseimbangan tingkat kesukaran dari butir
soal sedang, mudah dan sukar. “Karakteristik butir soal dapat diuji dengan rumus
tertentu berdasarkan data hasil uji coba butir soal pada siswa” (Sudjana, 2011 : 137).
“Tingkat kesukaran (difficulty index) adalah peluang siswa untuk menjawab benar
suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dengan
indeks” (Arifin, 2012:134). Analisis untuk menentukan kesukaran soal dapat
menggunakan rumus berikut:
Keterangan rumus:
I = Indek kesukaran untuk setiap butir soal
B = banyaknya siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
N = banyak siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan (Nana
Sudjana, 2011).
46
Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, maka
semakin sulit soal tersebut. Sebaliknya semakin besar indeks yang diperoleh maka
semakin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal adalah sebagai berikut:
Keterangan tingkat kesukaran soal
I = 0,00- 0 30 = soal katagori sukar
I = 0,31-0,70 = soal katagori sedang
I = 0,71- 1,00 = soal katagori mudah
Table 3.10
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus I
No Interpretasi Nomor Item Jumlah
1 Mudah 3 3
2 Sedang 14 14
3 Sukar 3 3
Total 20
Table 3.10
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus II
No Interpretasi Nomor Item Jumlah
1 Mudah 5 5
2 Sedang 10 10
3 Sukar 5 5
Total 20
Analisis tingkat kesukaran soal siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada
lampiran 6 halaman 98.
47
3.9 Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik data
kuantitatif yang berupa skor hasil belajar IPA seluruh siswa dari kegiatan
pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2. Data yang sudah terkumpul dianalisis dan
diolah menggunakan statistik deskriptif kuantitatif yaitu menggambarkan tentang
peningkatan hasil belajar. Berikut adalah rumus untuk mengukur rata-rata, persentase
ketuntasan secara klasikal dan daya serap klasikal :
a. Mengukur rata-rata
Untuk menghitung rata-rata kelas setiap siklus adalah:
Keterangan:
x = rata-rata kelas
Σ x = jumlah seluruh skor
N = banyaknya siswa
b. Perasentase Ketuntasan Belajar Secara Klasikal
KB =
Keterangan:
KB = ketuntasan belajar
NS = jumlah siswa diatas KKM (≥ 65 )
N = jumlah siswa
48
Sedangkan untuk aktivitas siswa dan ketrampilan, guru membagi menjadi
lima aspek, yaitu tinggi, sedang, rendah, kurang, sangat rendah, sebelum itu
dilakukan penilaian terhadap perolehan skor lembar observasi dengan rumus
persentase.
Rumus Persentase
Selanjutnya hasil persentase lembar observasi dikonvensikan pada table
kualifikasi. Menurut Arikunto (2007:245) table kualifikasi hasil persentase skor
observasi aktifitas siswa adalah sebagai berikut
Table 3.12
Tabel Kualifikasi Persentase Skor Observasi
Persentase skor yang diperoleh Katagori
91- 100 Baik Sekali
81- 90 Baik
71- 80 Cukup
61- 70 Kurang
3.10 Indikator Keberhasilan
Indikator hasil dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA, penerapan model
pembelajaran NHT (Numbereds Heads Together) dikatakan dapat meningkatkan hasil
belajar IPA apabila;
1) Aktivitas guru dan aktivitas siswa pada siswa kelas 4 SD Negeri I Karangtengah
Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/
2014 meningkat secara signifikan minimal 8 %.
49
2) Siswa mengalami ketuntasan belajar IPA secara individual dengan nilai hasil
belajar IPA ≥ 65 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan rata-
rata hasil belajar IPA meningkat minimal 8 nilai dari KKM yaitu ≥ 65 atau
mengalami ketuntasan belajar IPA klasikal ≥ 80 % dari 26 siswa.