BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

24
37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart (Sumber: Data diolah) Gambar 3.1 Flow Cart

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Flow Chart

(Sumber: Data diolah)

Gambar 3.1 Flow Cart

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

38

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Salah satu metode

penelitian kuantitatif adalah metode survei. Menurut Morissan dkk. (2012),

penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta dari

gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual tanpa

menyelidiki mengapa gejala tersebut muncul. Dalam penelitian survei, informasi

diperoleh dari para responden dengan menggunakan kuesioner. Menurut

Sugiyono (2009), pengumpulan data pada penelitian survei dilakukan dengan

menggunakan instrumen atau wawancara untuk mendapatkan tanggapan dari

responden.

Penelitian ini termasuk sebagai penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif

adalah penelitian yang mencari hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau

lebih. Dengan demikian maka dabat membanngun sebuah teori yang berfungsi

meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Dalam penelitian ini, peneliti ingin

mencari hubungan atau pengaruh antara variabel bebas yaitu bauran pemasaran

(X1), dan kualitas pelayanan (X2) terhadap variabel terikat yaitu Keputusan

Pembelian (Y) konsumen Roti Umi Bakery Malang.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2014:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

39

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang telah

membeli Roti Umi Bakery Malang Selama Bulan Oktober 2019.

3.3.2. Sampel

Menurut Sofar dan Widiyono (2013: 87) Sampel adalah kegiatan dari

populasi yang diambil dengan cara-cara tertentu untuk diukur atau diamati

karakteristiknya, kemudian ditarik kesimpulan mengenai karakteristik tersebut

yang dianggap mewakili populasi. Mengingat besarnya jumlah populasi yang

membeli Roti Umi Bakery di Malang.

Populasi dalam penelitan adalah konsumen yang membeli produk Roti Umi

Bakery di Malang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonprobability sampling dengan teknik accidental sampling. Pada penelitian ini

jumlah populasi tidak diketahui maka dalam menentukan jumlah sampel

menggunakan rumus sebagai berikut (Sarwono dan Martadiredja, 2008:143):

Keterangan :

n : jumlah sampel

Z² : abscissa kurva normal yang memotong area sisi (tails), atau 1-tingkat

kepercayaan

p : proporsi yang diestimasi suatu atribut dalam populasi (gunakan 0.5 jika

tidak diketahui)

q : 1-p

e : error tolerance

Ukuran sampel dalam penelitian ini adalah:

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

40

( ) ( )( )

( ) responden (dibulatkan menjadi 100

responden)

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel konsumen yang

membeli produk Roti Umi Bakery di Malang, yang akan digunakan dalam

penelitian ini yaitu sebanyak 100 responden.

3.4 Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Menurut Bawono (2006: 29) data primer adalah data yang secara langsung

diperoleh peneliti dari lapangan. Adapun data primer yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah hasil dari pengisian kuesioner oleh konsumen

yang membeli produk Roti Umi Bakery di Malang.

b. Data sekunder

Menurut Bawono (2006: 30) data sekunder adalah data yang diperoleh

secara tidak langsung atau peneliti arsip yang memuat peristiwa masa lalu.

Data yang diperoleh melalui data teoritis yang diambil dari jurnal, majalah,

buku-buku perpustakaan dan juga internet.

3.5 Pengumpulan Data

a. Kuesioner

Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada

objek penelitian yang mau memberikan respon sesuai dengan permintaan

pengguna (Bawono, 2006: 29). Dalam penelitian ini metode kuesioner

digunakan untuk mengetahui jawaban responden mengenai bauran

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

41

pemasaran dan kualitas pelayanan dapat mempengaruh keputusan

konsumen untuk membeli produk roti di Umi Bakery Malang.

b. Dokumentasi

Menurut Arikunto (1998: 149) bahwa dokumentasi berasal dari dokumen

yang artinya barang tulisan. Didalam melaksanakan metode dokumentasi,

peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya.

3.6 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,

sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan

data kuantitatif. Selain itu, skala pengukuran dalam penelitian ini adalah skala

likert. Skala likert sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2014: 132).

Dalam penelitian ini digunakan skala likert sebagai skala pengukurannya. Skala

Likert berhubungan dengan sesuatu. Jawaban dari setiap indikator instrument

yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari nilai yang tertinggi

sampai nilai yang terendah.

Pilihan jawaban yang bisa dipilih oleh responden dalam penelitian ini

adalah:

1. Sangat setuju dengan skor 5

2. Setuju dengan skor 4

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

42

3. Netral dengan skor 3

4. Tidak setuju dengan skor 2

5. Sangat tidak setuju dengan skor 1

3.7. Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2015: 125). Dalam

penelitian ini, terdapat 3 variabel yaitu variabel bebas yaitu bauran pemasaran

(X1), dan kualitas pelayanan (X2), serta variabel terikat yaitu Keputusan

Pembelian (Y) konsumen Roti Umi Bakery Malang.

Definisi operasional yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah:

3.7.1. Variabel Terikat/ Dependent Variabel (Y) yaitu keputusan pembelian

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti

(Ferdinand, 2013). Variabel dependen yaitu variabel yang nilainya tergantung

dari variabel lain, di mana nilainya akan berubah jika variabel yang

mempengaruhinya berubah. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Keputusan Pembelian (Y). Keputusan pembelian yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah sebuah tindakan atau keputusan yang dilakukan oleh

konsumen untuk membeli suatu produk barang ataupun jasa. Menurut

Purbarani dan Santoso (2013), keputusan pembelian adalah suatu proses

penyelesaian masalah yang yang terdiri dari:

a) pengenalan masalah atau kebutuhan dan keinginan

(1) tersedia produk yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

43

b) pencarian informasi,

(1) Pemilihan produk berdasarkan merek yang telah dikenal lama di

masyarakat

c) evaluasi alternative, dimana dalam hal ini melakukan penilaian sumber-

sumber seleksi terhadap alternatif pembelian,

(1) Produk tersebut mudah didapatkan

(2) Ada banyak persediaan yang cukup setiap harinya dari pagi hingga larut

malam

(3) Cara pembayaran yang simple bagi konsumen sangat memudahkan dan

mempercepat transaksi pembelian

d) keputusan pembelian

(1) Membeli produk yang disediakan merupakan keputusan yang tepat

e) perilaku setelah (pasca) pembelian

(1) Konsumen bersedia akan membeli kembali produk tersebut di waktu

yang akan dating

(2) Konsumen mengajak dan mereferensikan untuk membeli produk

tersebut ketika ada teman yang membutuhkan

(3) Konsumen merasa puas dengan produk dan pelayanan yang diberikan.

3.7.2. Variable Bebas/ Independent Variabel (X)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik

yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif (Ferdinand, 2013).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

A. Bauran pemasaran (X1)

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

44

Menurut Kotler & Armstrong (2014:48), “Bauran pemasaran atau

marketing mix adalah perangkat alat pemasaran taktis yang dapat

dikendalikan, produk, harga, distribusi, dan promosi yang dipadukan oleh

perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan dalam pasar

sasaran”.

“Marketing mix adalah strategi mengkombinasikan kegiatan-

kegiatan marketing, agar tercipta kombinasi maksimal sehingga

memunculkan hasil paling memuaskan”. (Alma, 2013:205).

Sumarmi dan Soeprihanto (2010:274) menjelaskan, “Marketing

mix adalah kombinasi dari variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari

sistem pemasaran yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi. Dengan kata

lain marketing mix adalah kumpulan dari variabel yang dapat digunakan

oleh perusahaan untuk dapat mempengaruhi tanggapan konsumen”. Berikut

penjelasan tentang kisi-kisi item instrumennya.

a) Produk (Product )

Menurut Sumarni dan Soeprihanto (2010:274), “Produk adalah setiap

apa saja yang bisa ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian,

permintaan, pemakaian atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan

atau kebutuhan”. Produk tidak hanya selalu berupa barang tetapi bisa juga

berupa jasa ataupun gabungan dari keduanya (barang dan jasa).

(1) Kualitas produk terjamin mutunya

(2) Tersedia bermacam pilihan dari ukuran, bentuk dan macam

(3) Desain kemasan yang menarik

(4) Tertera label halal pada kemasan produk

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

45

(5) Produk mengandung komposisi lengkap

(6) Tanggal kadaluarsa tertera secara jelas

b) Harga (Price )

Menurut Sumarni dan Soeprihanto (2010:281) harga adalah, “Jumlah

uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk

mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya”.

Setelah produk yang diproduksi siap untuk dipasarkan, maka perusahaan

akan menentukan harga dari produk tersebut.

(1) Harga terjangkau oleh berbagai kalangan

(2) Harga yang ditetapkan sesuai dengan kualitas produk

(3) Harga produk dapat bersaing dengan produsen lainnya

(4) Harga sesuai komposisi yang memperhatikan standar kesehatan

c) Tempat (Place )

Tempat dalam marketing mix biasa disebut dengan saluran distribusi,

saluran dimana produk tersebut sampai kepada konsumen. Definisi dari

Sumarni dan Soeprihanto (2010:288) tentang saluran distribusi adalah,

“Saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk

tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau industri pemakai”.

(1) Lokasinya mudah dilalui kendaraan dan dekat dengan jalan raya

(2) mudah dijangkau dan ditemukan oleh masyarakat

(3) Kondisi di sekitar toko selalu bersih dan nyaman

(4) Tempat yang menjual produk cukup banyak dan tersebar di berbagai

tempat

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

46

d) Promosi (Promotion )

Menurut Tjiptono (2008:219), pada hakikatnya promosi adalah suatu

bentuk komunikasi pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi

pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan

informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar

sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli,

dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

(1) Pesan iklan produk mempunyai konsistensi yang sesuai dengan mutu

dan kualitas yang ditawarkan

(2) Kemasan produk sebagai media periklanan langsung kepada konsumen

juga menampilkan komposisi dan logonya

(3) Pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi produk memberikan

referensi dan informasi bagi konsumen yang lain

(4) Pemasaran dari mulut ke mulut oleh konsumen memberikan referensi

dan informasi bagi konsumen

(5) Sering memberikan potongan harga pada waktu-waktu tertentu

B. Kualitas pelayanan (X2)

Dimensio] kualitas pelayanan menurut Tjiptono dan Chandra (2011:198)

terdapat lima faktor dominan atau penentu kualitas pelayanan, diantaranya yaitu:

a) Keandalan (Reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai

dengan yang dijanjikan, terpercaya dan akurat, serta konsisten. Contoh

dalam hal ini antara lain, kemampuan karyawan dalam memberikan

pelayanan yang terbaik, kemampuan karyawan dalam menangani

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

47

kebutuhan konsumen dengan cepat dan benar, kemampuan perusahaan

dalam memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan harapan konsumen.

(1) Karyawan selalu memberikan pelayanan yang baik dan ramah

(2) Karyawan mampu memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat

sesuai dengan pesanan konsumen

(3) Karyawan mampu melayani transaksi pembayaran dengan cepat dan

efisien

(4) Karyawan selalu menawarkan berbagai variasi produk yang disediakan

b) Daya tanggap (Responsiveness), yaitu kemauan dari karyawan dan

pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat

serta mendengar dan mengatasi keluhan konsumen. Dengan cara

keinginan para karyawan dalam membantu dan memberikan pelayanan

dengan tanggap, kemampuan memberikan pelayanan dengan cepat dan

benar, kesigapan para karyawan untuk ramah pada setiap konsumen,

kesigapan para karyawan untuk bekerja sama dengan konsumen.

(1) Karyawan selalu tanggap dalam melayani kebutuhan konsumen

(2) Karyawan bersedia memberikan informasi tentang menu atau varian

produk yang ditawarkan

c) Jaminan (Assurance), yaitu berupa kemampuan karyawan untuk

menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah

dikemukakan kepada konsumen. Contoh dalam hal ini antara lain,

pengetahuan dan keterampilan karyawan dalam menjalankan tugasnya,

karyawan dapat memberikan kepercayaan kepada konsumen, karyawan

memiliki keahlian teknis yang baik dan dapat diandalkan.

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

48

(1) Karyawan sangat cekatan dalam melayani konsumen

(2) Karyawan mempunyai pengetahuan yang baik tentang produk yang

ditawarkan

(3) Karyawan dapat memberikan kepercayaan kepada konsumen tentang

keamanan saat mengkonsumsi produk yang ditawarkan

(4) Karyawan memiliki keterampilan yang baik dan dapat diandalkan

dalam menjalankan tugasnya

d) Empati (Emphaty), yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk lebih

peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada pelanggan. Misalnya

karyawan harus mencoba menempatkan diri sebagai pelanggan. Jika

pelanggan mengeluh maka harus dicari solusi segera, agar selalu terjaga

hubungan harmonis, dengan menunjukan rasa peduli yang tulus. Dengan

cara perhatian yang diberikan para karyawan dalam melayani dan

memberikan tanggapan atas keluhan para konsumen.

(1) Karyawan mampu memahami kebutuhan konsumen dengan baik

(2) Karyawan bersedia merespon semua keluhan konsumen dengan baik

(3) Karyawan selalu memberikan perhatian yang tulus dalam melayani dan

memberikan tanggapan atas keluhan para konsumen

e) Bukti fisik (Tangible), yaitu berupa fasilitas fisik, perlengkapan,

karyawan, dan sarana komunikasi. Contohnya: fasilitas reparasi, seragam

karyawan, kelengkapan peralatan, dan ruang tunggu yang representative.

(1) Karyawan selalu berpenampilan rapi dan bersih

(2) Kebersihan tempat selalu terjaga dengan baik

(3) mampu menata ruangan tempat penjualan secara menarik

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

49

(4) tersedia fasilitas dan peralatan memasak roti yang lengkap dan higienis

3.8. Uji Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian ini, peneliti menggunakan alat analisis data

yang digunakan dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan uji instrumen

sebagai berikut:

1. Rumus Uji Instrumen Penelitian

a. Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan

adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2016).

Menurut Nugroho (2011: 33) dijelaskan bahwa uji reliabilitas

dapat dilakukan dengan melihat koefisien Alpha Cronbach. Indeks kriteria

reliabilitas dibedakan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.1. Kriteria Indeks Koefisien Reliabilitas

No. Interval Alpha Cronbach Kriteria Reliabilitas

1 < 0.200 Kurang reliabel

2 0.200-0.399 Agak reliabel

3 0.400-0.599 Cukup reliabel

4 0.600-0.799 Reliabel

5 0.800-1.00 Sangat reliabel

Sumber: Yohanes Antorn Nugroho (2011:33)

b. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut (Ghozali, 2016). Menurut Sugiyono (2014) hasil instrumen

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

50

penelitian yang dipergunakan adalah valid jika nilai korelasi antara item

dengan total skornya mempunyai nilai signifikansi (p) yang lebih kecil

dari alpha 0.05. Jadi jika jika nilai korelasi antara item dengan total

skornya mempunyai nilai signifikansi (p) yang lebih besar dari alpha 0.05,

maka item tersebut dinyatakan tidak valid. Uji validitas ini dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana kuesioner yang diajukan dapat menggali

data atau informasi yang diperlukan.

2. Hasil Uji Instrumen (Uji Validitas dan Realibilitas)

Ketepatan pengujian hipotesis tentang hubungan variabel-variabel

penelitian sangat bergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian

tersebut. Oleh karena itu, sebelum menguji hipotesis perlu dilakukan pengujian

terhadap validitas dan reliabilitas dari instrumen penelitian yang dipakai.

Pengujian instrumen penelitian baik dari segi validitasnya maupun reliabilitasnya

terhadap 30 responden diperoleh bahwa hasil instrumen penelitian yang

dipergunakan adalah valid dimana nilai korelasinya mempunyai nilai signifikansi

(p) yang lebih kecil dari alpha 0.05 (Masrun dalam Sugiyono, 2014:106), dan

suatu instrument (kuisioner) dikatakan andal (reliabel) bila memiliki koefisien

keandalan reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih (Arikunto, 2002). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.2. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Variabel Item

Uji Validitas

Keputusan Korelasi

(r) Sign.(p)

Bauran Pemasaran

(X1)

P.1 0.556 0.001 Valid

P.2 0.547 0.002 Valid

P.3 0.552 0.002 Valid

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

51

P.4 0.663 0.000 Valid

P.5 0.603 0.000 Valid

P.6 0.622 0.000 Valid

H.1 0.468 0.009 Valid

H.2 0.731 0.000 Valid

H.3 0.704 0.000 Valid

H.4 0.748 0.000 Valid

T.1 0.581 0.001 Valid

T.2 0.547 0.002 Valid

T.3 0.499 0.005 Valid

T.4 0.544 0.002 Valid

Pr.1 0.743 0.000 Valid

Pr.2 0.460 0.011 Valid

Pr.3 0.488 0.006 Valid

Pr.4 0.608 0.000 Valid

Pr.5 0.553 0.002 Valid

Kualitas Pelayanan

(X2)

K.1 0.586 0.001 Valid

K.2 0.492 0.006 Valid

K.3 0.631 0.000 Valid

K.4 0.480 0.007 Valid

D.1 0.641 0.000 Valid

D.2 0.525 0.003 Valid

J.1 0.602 0.000 Valid

J.2 0.620 0.000 Valid

J.3 0.684 0.000 Valid

J.4 0.427 0.019 Valid

E.1 0.547 0.002 Valid

E.2 0.389 0.034 Valid

E.3 0.369 0.045 Valid

B.1 0.472 0.009 Valid

B.2 0.523 0.003 Valid

B.3 0.822 0.000 Valid

B.4 0.519 0.003 Valid

Variabel Item

Uji Validitas

Keputusan Korelasi

(r) Sign.(p)

Keputusan

pembelian

KP.1 0.535 0.002 Valid

KP.2 0.679 0.000 Valid

KP.3 0.816 0.000 Valid

KP.4 0.787 0.000 Valid

KP.5 0.804 0.000 Valid

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

52

KP.6 0.805 0.000 Valid

KP.7 0.703 0.000 Valid

KP.8 0.679 0.000 Valid

KP.9 0.399 0.029 Valid

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk variabel

bauran pemasaran, kualitas pelayanan dan keputusan pembelian, masing-masing

mempunyai jumlah item instrumen yang berbeda yang dikembangkan peneliti,

dan seluruh item instrumen tersebut memenuhi persyaratan uji validitas karena

masing-masingnya memiliki nilai signifikansi (p) lebih kecil dari alpha 0,05.

Dengan demikian, seluruh item instrumen dari seluruh variabel yang diamati

dapat diikutsertakan dalam pengujian lebih lanjut.

Adapun untuk koefisien reliabilitas dengan perhitungan dengan rumus,

selanjutnya ditafsirkan dengan berpedoman pada kriteria keterandalan yang

dikemukakan oleh Arikunto (2014) bahwa kriteria keterandalan untuk prestasi

kelompok dianggap memadai apabila koefisien Alpha 0,60-0,70.

Selanjutnya hasil uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini secara

singkat disajikan dalam bentuk tabel sebagaimana berikut:

Tabel 3.3. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel

Alpha Cronbach

(based on

standardized items)

Keterangan

X1 0.896 Tingkat kehandalan sangat tinggi

X2 0.857 Tingkat kehandalan sangat tinggi

Y 0.864 Tingkat kehandalan sangat tinggi

Sumber: lampiran hasil analisis uji reliabilitas instrumen

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

53

Selanjutnya, berpijak kepada data yang ditampilkan pada tabel di atas

dapat dijelaskan pula bahwa semua butir-butir item sebagai pengukur dari

variabel-variabel yang diamati adalah RELIABEL, karena nilai alpha cronbach

dari variabel-variabel yang diuji memiliki SIA (Standardized Item Alpha) lebih

besar dari nilai reliabilitas yang diperbolehkan, yaitu 0,6. Artinya, berapa kalipun

pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang dikembangkan peneliti disampaikan

kepada responden yang berbeda, tanggapan dari para responden tersebut tidak

akan terlalu jauh berbeda.

3.9 Analisis Data

Analisis data merupakan menguraikan keseluruhan menjadi komponen

yang lebih kecil untuk mengetahui komponen yang dominan, membandingkan

antara komponen yang satu dengan komponen lainnya, dan membandingkan salah

satu atau beberapa komponen dengan keseluruhan (Misbahuddin dan Iqbal, 2013).

Teknik analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji

hipotesis yang telah dirumuskan. Pengelolaan data pada penelitian ini akan

menggunakan Software smartPLS 2.0 (Sugiono, 2015).

Structural Equation Modelling (SEM) merupakan suatu metode yang

digunakan untuk menutup kelemahan yang terdapat pada metode regresi. Menurut

para ahli metode penelitian Structural Equation Modelling (SEM) dikelompokkan

menjadi dua pendekatan yaitu pendekatan Covariance Based SEM (CBSEM) dan

Variance Based SEM atau Partial Least Square (PLS). Partial Least Square

merupakan metode analisis yang powerfull yang mana dalam metode ini tidak

didasarkan banyaknya asumsi. Pendekatan (Partial Least Square) PLS adalah

distribution free (tidak mengasumsikan data tertentu, dapat berupa nominal,

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

54

kategori, ordinal, interval dan rasio) (Ghozali, 2011). (Partial Least Square) PLS

menggunakan metode bootstraping atau penggandaan secara acak yang mana

asumsi normalitas tidak akan menjadi masalah bagi (Partial Least Square) PLS.

Selain itu (Partial Least Square) PLS tidak mensyaratkan jumlah minimum

sampel yang akan digunakan dalam penelitian, penelitian yang memiliki sampel

kecil dapat tetap menggunakan (Partial Least Square) PLS. Partial Least Square

digolongkan jenis non-parametrik oleh karena itu dalam permodelan PLS tidak

diperlukan data dengan distribusi normal (Husein, 2015).

Tujuan dari penggunaan (Partial Least Square) PLS yaitu untuk melakukan

prediksi. Yang mana dalam melakukan prediksi tersebut adalah untuk

memprediksi hubungan antar konstruk, selain itu untuk membantu peneliti dalam

penelitiannya untuk mendapatkan nilai variabel laten yang bertujuan untuk

melakukan pemprediksian. Variabel laten adalah linear agregat dari indikator-

indikatornya. Weight estimate untuk menciptakan komponen skor variabel laten

didapat berdasarkan bagaimana inner model (model struktural yang

menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model pengukuran yaitu

hubungan antar indikator dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah

residual variance dari variabel dependen (kedua variabel laten dan indikator)

diminimumkan (Ghozali, 2011).

Estimasi parameter yang didapat dengan PLS (Partial Least Square) dapat

dikategorikan sebagai berikut: Kategori pertama, adalah weight estimate yang

digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kedua mencerminkan estimasi

jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten

dan blok indikatornya (loading). Kategori ketiga adalah berkaitan dengan means

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

55

dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten.

Untuk memperoleh ketiga estimasi tersebut, PLS (Partial Least Square)

menggunakan proses iterasi tiga tahap dan dalam setiap tahapnya menghasilkan

estimasi yaitu sebagai berikut:

1. Menghasilkan penduga bobot (weight estimate).

2. Menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model.

3. Menghasilkan estimasi means dan lokasi (konstanta).

Pada dua tahap pertama proses iterasi dilakukan dengan pendekatan

deviasi (penyimpangan) daro nilai means (rata-rata). Pada tahap ketiga, estimasi

bisa didasarkan pada matriks data asli dan atau hasil penduga bobot dan koefisien

jalur pada tahap kedua, tujuannya untuk menghitung dan lokasi parameter

(Ghozali, 2011).

Dalam metode PLS (Partial Least Square) teknik analisa yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Analisa outer model

Analisa outer model dilakukan untuk memastikan bahwa measurement

yang digunakan layak untuk dijadikan pengukuran (valid dan reliabel).

Dalam analisa model ini menspesifikasi hubungan antar variabel laten

dengan indikator-indikatornya (Husein, 2015). Analisa outer model

dapat dilihat dari beberapa indikator:

a) Convergent Validity adalah indikator yang dinilai berdasarkan

korelasi antara item score/component score dengan construct score,

yang dapat dilihat dari standardized loading factor yang mana

menggambarkan besarnya korelasi antar setiap item pengukuran

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

56

(indikator) dengan konstraknya. Ukuran refleksif individual

dikatakan tinggi jika berkorelasi > 0.7 dengan konstruk yang ingin

diukur, sedangkan menurut Chin yang dikutip oleh Imam Ghozali,

nilai outer loading antara 0,5 – 0,6 sudah dianggap cukup.

b) Discriminant Validity merupakan model pengukuran dengan

refleksif indicator dinilai berdasarkan crossloading pengukuran

dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran

lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka menunjukan

ukuran blok mereka lebih baik dibandingkan dengan blok lainnya.

Sedangkan menurut metode lain untuk menilai discriminant

validity yaitu dengan membandingkan nilai squareroot of average

variance extracted (AVE).

c) Composite reliability merupakan indikator untuk mengukur suatu

konstruk yang dapat dilihat pada view latent variable coefficients.

Untuk mengevaluasi composite reliability terdapat dua alat ukur

yaitu internal consistency dan cronbach’s alpha. Dalam pengukuran

tersebut apabila nilai yang dicapai adalah > 0,70 maka dapat

dikatakan bahwa konstruk tersebut memiliki reliabilitas yang

tinggi.

d) Cronbach’s Alpha merupakan uji reliabilitas yang dilakukan

memperkuat hasil dari composite reliability. Suatu variabel dapat

dinyatakan reliabel apabila memiliki nilai cronbach’s alpha > 0,7.

(Ghozali, 2011).

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

57

Uji yang dilakukan diatas merupakan uji pada outer model untuk

indikator reflektif. Untuk indikator formatif dilakukan pengujian yang

berbeda. Uji untuk indikator formatif yaitu:

a. Significance of weights. Nilai weight indikator formatif

dengan konstruknya harus signifikan.

b. Multicollinearity. Uji multicollinearity dilakukan untuk

mengetahui hubungan antar indikator. Untuk mengetahui

apakah indikator formatif mengalami multicollinearity dengan

mengetahui nilai VIF. Nilai VIF antara 5-10 dapat dikatakan

bahwa indikator tersebut terjadi multicollinearity.

2. Analisa Inner Model

Analisa Inner model biasanya juga disebut dengan (inner relation,

structural model dan substantive theory) yang mana menggambarkan

hubungan antara variabel laten berdasarkan pada substantive theory.

Analisa inner model dapat dievaluasi yaitu dengan menggunakan R-

square untuk konstruk dependen, Stone-Geisser Qsquare test untuk

predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien

parameter jalur struktural. Dalam pengevaluasian inner model dengan

PLS (Partial Least Square) dimulai dengan cara melihat Rsquare untuk

setiap variabel laten dependen. Kemudian dalam penginterpretasiannya

sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai pada R-square

dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen

tertentu terhadap variabel laten dependen apakah memiliki pengaruh

yang substantif. Selain melihat nilai R-square, pada model PLS (Partial

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

58

Least Square) juga dievaluasi dengan melihat nilai Q-square prediktif

relevansi untuk model konstruktif. Q-square mengukur seberapa baik

nilai observasi dihasilkan oleh model dan estimasi parameternya. Nilai

Q-square lebih besar dari 0 (nol) menunjukkan bahwa model

mempunyai nilai predictive relevance, sedangkan apabila nilai Q-

square kurang dari 0 (nol), maka menunjukkan bahwa model kurang

memiliki predictive relevance (Husein, 2015).

3. Pengujian Hipotesa

Dalam pengujian hipotesa dapat dilihat dari nilai t-statistik dan nilai

probabilitas. Untuk pengujian hipotesis yaitu dengan menggunakan

nilai statistik maka untuk alpha 5% nilai t-statistik yang digunakan

adalah 1,96. Sehingga kriteria penerimaan/penolakan hipotesa adalah

Ha diterima dan H0 di tolak ketika t-statistik > 1,96. Untuk

menolak/menerima hipotesis menggunakan probabilitas maka Ha di

terima jika nilai p < 0,05 (Ghozali, 2011).

Adapun langkah-langkah dalam analisis dengan menggunakan Partial leas

Square (PLS) dapat dijelaskan sebagai berikut (Yasmin dan Kurniawan, 2011: 23-

26):

1) Langkah Pertama: Merancang Model Struktural (inner model) Pada tahap

ini, peneliti memformulasikan model hubungan antar konstrak.

2) Langkah Kedua: Merancang Model Pengukuran (outer model) Pada tahap

ini, peneiti mendefinisikan dan menspesifikasi hubungan antara konstrak

laten dengan indikatornya apakah bersifat reflektif atau formulatif.

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

59

3) Langkah Ketiga: Mengkonstruksi Diagram Jalur Fungsi utama dari

membangun diagram jalur adalah untuk memvisualisasikan hubungan

antar indikator dengan konstraknya serta antara konstrak yang akan

mempermudah peneliti untuk melihat model secara keseluruhan.

Gambar 3.2 Diagram Jalur

4) Langkah Kelima: Estimasi model Pada langkah ini, ada tiga skema

pemilihan weighting dalam proses estimasi model, yaitu factor weighting

scheme, centroid weighting scheme, dan path weighting scheme.

5) Langkah Keenam: Goodness of Fit atau evaluasi model meliputi evaluasi

model pengukuran dan evaluasi model struktural.

6) Langkah Ketujuh: Pengujian hipotesis dan interpretasi.

Berikut adalah kriteria penilaian model PLS yang diajukan oleh Chin 1998

dalam (Ghozali, 2011: 27):

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart

60

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian PLS

Kriteria Penjelasan

Evaluasi Model Struktural

R2 untuk variabel endogen

Hasil R2 untuk variabel laten endogen

dalam model struktural mengindikasikan

bahwa model “baik”, “moderat” ataupun

“lemah”.

Estimasi koefisien jalur

Nilai estimasi untuk hubungan jalur

dalam model struktural harus signifikan.

Nilai signifikan ini dapat diperoleh

dengan prosedur bootstrapping.

Evaluasi Model Pengukuran Reflective

Loading factor Nilai loading faktor harus diatas 0.70

Composite Reliability Composite reliability mengukur internal

consistency dan nilainya harus di atas

0.60

Average Variance Extracted Nilai Average Variance Extracted (AVE)

harus di atas 0.50

Validitas Deskriminan Nilai akar kuadrat dari AVE harus lebih

besar daripada nilai korelasi antar

variabel laten.

Cross Loading Merupakan ukuran lain dari validitas

deskriminan. Diharapkan setiap blok

indikator memiliki loading lebih tinggi

untuk setiap variabel laten yang diukur

dibandingkan dengan indikator untuk

laten variabe lainnya.

Evaluasi Model Pengukuran

Nilai t statistik, jika > t tabel

maka signifikan, jika < t tabel

maka tidak signifikan

Nilai estimasi untuk model pengukuran

formatif harus signifikan. Tingkat

signifikansi ini dinilai dengan prosedur

bootstrapping.