BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Flow Chart
(Sumber: Data diolah)
Gambar 3.1 Flow Cart
38
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Salah satu metode
penelitian kuantitatif adalah metode survei. Menurut Morissan dkk. (2012),
penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta dari
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual tanpa
menyelidiki mengapa gejala tersebut muncul. Dalam penelitian survei, informasi
diperoleh dari para responden dengan menggunakan kuesioner. Menurut
Sugiyono (2009), pengumpulan data pada penelitian survei dilakukan dengan
menggunakan instrumen atau wawancara untuk mendapatkan tanggapan dari
responden.
Penelitian ini termasuk sebagai penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif
adalah penelitian yang mencari hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau
lebih. Dengan demikian maka dabat membanngun sebuah teori yang berfungsi
meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Dalam penelitian ini, peneliti ingin
mencari hubungan atau pengaruh antara variabel bebas yaitu bauran pemasaran
(X1), dan kualitas pelayanan (X2) terhadap variabel terikat yaitu Keputusan
Pembelian (Y) konsumen Roti Umi Bakery Malang.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2014:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
39
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang telah
membeli Roti Umi Bakery Malang Selama Bulan Oktober 2019.
3.3.2. Sampel
Menurut Sofar dan Widiyono (2013: 87) Sampel adalah kegiatan dari
populasi yang diambil dengan cara-cara tertentu untuk diukur atau diamati
karakteristiknya, kemudian ditarik kesimpulan mengenai karakteristik tersebut
yang dianggap mewakili populasi. Mengingat besarnya jumlah populasi yang
membeli Roti Umi Bakery di Malang.
Populasi dalam penelitan adalah konsumen yang membeli produk Roti Umi
Bakery di Malang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonprobability sampling dengan teknik accidental sampling. Pada penelitian ini
jumlah populasi tidak diketahui maka dalam menentukan jumlah sampel
menggunakan rumus sebagai berikut (Sarwono dan Martadiredja, 2008:143):
Keterangan :
n : jumlah sampel
Z² : abscissa kurva normal yang memotong area sisi (tails), atau 1-tingkat
kepercayaan
p : proporsi yang diestimasi suatu atribut dalam populasi (gunakan 0.5 jika
tidak diketahui)
q : 1-p
e : error tolerance
Ukuran sampel dalam penelitian ini adalah:
40
( ) ( )( )
( ) responden (dibulatkan menjadi 100
responden)
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel konsumen yang
membeli produk Roti Umi Bakery di Malang, yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 100 responden.
3.4 Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Menurut Bawono (2006: 29) data primer adalah data yang secara langsung
diperoleh peneliti dari lapangan. Adapun data primer yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah hasil dari pengisian kuesioner oleh konsumen
yang membeli produk Roti Umi Bakery di Malang.
b. Data sekunder
Menurut Bawono (2006: 30) data sekunder adalah data yang diperoleh
secara tidak langsung atau peneliti arsip yang memuat peristiwa masa lalu.
Data yang diperoleh melalui data teoritis yang diambil dari jurnal, majalah,
buku-buku perpustakaan dan juga internet.
3.5 Pengumpulan Data
a. Kuesioner
Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
objek penelitian yang mau memberikan respon sesuai dengan permintaan
pengguna (Bawono, 2006: 29). Dalam penelitian ini metode kuesioner
digunakan untuk mengetahui jawaban responden mengenai bauran
41
pemasaran dan kualitas pelayanan dapat mempengaruh keputusan
konsumen untuk membeli produk roti di Umi Bakery Malang.
b. Dokumentasi
Menurut Arikunto (1998: 149) bahwa dokumentasi berasal dari dokumen
yang artinya barang tulisan. Didalam melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya.
3.6 Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data kuantitatif. Selain itu, skala pengukuran dalam penelitian ini adalah skala
likert. Skala likert sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2014: 132).
Dalam penelitian ini digunakan skala likert sebagai skala pengukurannya. Skala
Likert berhubungan dengan sesuatu. Jawaban dari setiap indikator instrument
yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari nilai yang tertinggi
sampai nilai yang terendah.
Pilihan jawaban yang bisa dipilih oleh responden dalam penelitian ini
adalah:
1. Sangat setuju dengan skor 5
2. Setuju dengan skor 4
42
3. Netral dengan skor 3
4. Tidak setuju dengan skor 2
5. Sangat tidak setuju dengan skor 1
3.7. Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2015: 125). Dalam
penelitian ini, terdapat 3 variabel yaitu variabel bebas yaitu bauran pemasaran
(X1), dan kualitas pelayanan (X2), serta variabel terikat yaitu Keputusan
Pembelian (Y) konsumen Roti Umi Bakery Malang.
Definisi operasional yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah:
3.7.1. Variabel Terikat/ Dependent Variabel (Y) yaitu keputusan pembelian
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti
(Ferdinand, 2013). Variabel dependen yaitu variabel yang nilainya tergantung
dari variabel lain, di mana nilainya akan berubah jika variabel yang
mempengaruhinya berubah. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Keputusan Pembelian (Y). Keputusan pembelian yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah sebuah tindakan atau keputusan yang dilakukan oleh
konsumen untuk membeli suatu produk barang ataupun jasa. Menurut
Purbarani dan Santoso (2013), keputusan pembelian adalah suatu proses
penyelesaian masalah yang yang terdiri dari:
a) pengenalan masalah atau kebutuhan dan keinginan
(1) tersedia produk yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen
43
b) pencarian informasi,
(1) Pemilihan produk berdasarkan merek yang telah dikenal lama di
masyarakat
c) evaluasi alternative, dimana dalam hal ini melakukan penilaian sumber-
sumber seleksi terhadap alternatif pembelian,
(1) Produk tersebut mudah didapatkan
(2) Ada banyak persediaan yang cukup setiap harinya dari pagi hingga larut
malam
(3) Cara pembayaran yang simple bagi konsumen sangat memudahkan dan
mempercepat transaksi pembelian
d) keputusan pembelian
(1) Membeli produk yang disediakan merupakan keputusan yang tepat
e) perilaku setelah (pasca) pembelian
(1) Konsumen bersedia akan membeli kembali produk tersebut di waktu
yang akan dating
(2) Konsumen mengajak dan mereferensikan untuk membeli produk
tersebut ketika ada teman yang membutuhkan
(3) Konsumen merasa puas dengan produk dan pelayanan yang diberikan.
3.7.2. Variable Bebas/ Independent Variabel (X)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik
yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif (Ferdinand, 2013).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
A. Bauran pemasaran (X1)
44
Menurut Kotler & Armstrong (2014:48), “Bauran pemasaran atau
marketing mix adalah perangkat alat pemasaran taktis yang dapat
dikendalikan, produk, harga, distribusi, dan promosi yang dipadukan oleh
perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan dalam pasar
sasaran”.
“Marketing mix adalah strategi mengkombinasikan kegiatan-
kegiatan marketing, agar tercipta kombinasi maksimal sehingga
memunculkan hasil paling memuaskan”. (Alma, 2013:205).
Sumarmi dan Soeprihanto (2010:274) menjelaskan, “Marketing
mix adalah kombinasi dari variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari
sistem pemasaran yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi. Dengan kata
lain marketing mix adalah kumpulan dari variabel yang dapat digunakan
oleh perusahaan untuk dapat mempengaruhi tanggapan konsumen”. Berikut
penjelasan tentang kisi-kisi item instrumennya.
a) Produk (Product )
Menurut Sumarni dan Soeprihanto (2010:274), “Produk adalah setiap
apa saja yang bisa ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian,
permintaan, pemakaian atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan
atau kebutuhan”. Produk tidak hanya selalu berupa barang tetapi bisa juga
berupa jasa ataupun gabungan dari keduanya (barang dan jasa).
(1) Kualitas produk terjamin mutunya
(2) Tersedia bermacam pilihan dari ukuran, bentuk dan macam
(3) Desain kemasan yang menarik
(4) Tertera label halal pada kemasan produk
45
(5) Produk mengandung komposisi lengkap
(6) Tanggal kadaluarsa tertera secara jelas
b) Harga (Price )
Menurut Sumarni dan Soeprihanto (2010:281) harga adalah, “Jumlah
uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya”.
Setelah produk yang diproduksi siap untuk dipasarkan, maka perusahaan
akan menentukan harga dari produk tersebut.
(1) Harga terjangkau oleh berbagai kalangan
(2) Harga yang ditetapkan sesuai dengan kualitas produk
(3) Harga produk dapat bersaing dengan produsen lainnya
(4) Harga sesuai komposisi yang memperhatikan standar kesehatan
c) Tempat (Place )
Tempat dalam marketing mix biasa disebut dengan saluran distribusi,
saluran dimana produk tersebut sampai kepada konsumen. Definisi dari
Sumarni dan Soeprihanto (2010:288) tentang saluran distribusi adalah,
“Saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk
tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau industri pemakai”.
(1) Lokasinya mudah dilalui kendaraan dan dekat dengan jalan raya
(2) mudah dijangkau dan ditemukan oleh masyarakat
(3) Kondisi di sekitar toko selalu bersih dan nyaman
(4) Tempat yang menjual produk cukup banyak dan tersebar di berbagai
tempat
46
d) Promosi (Promotion )
Menurut Tjiptono (2008:219), pada hakikatnya promosi adalah suatu
bentuk komunikasi pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi
pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar
sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli,
dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
(1) Pesan iklan produk mempunyai konsistensi yang sesuai dengan mutu
dan kualitas yang ditawarkan
(2) Kemasan produk sebagai media periklanan langsung kepada konsumen
juga menampilkan komposisi dan logonya
(3) Pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi produk memberikan
referensi dan informasi bagi konsumen yang lain
(4) Pemasaran dari mulut ke mulut oleh konsumen memberikan referensi
dan informasi bagi konsumen
(5) Sering memberikan potongan harga pada waktu-waktu tertentu
B. Kualitas pelayanan (X2)
Dimensio] kualitas pelayanan menurut Tjiptono dan Chandra (2011:198)
terdapat lima faktor dominan atau penentu kualitas pelayanan, diantaranya yaitu:
a) Keandalan (Reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai
dengan yang dijanjikan, terpercaya dan akurat, serta konsisten. Contoh
dalam hal ini antara lain, kemampuan karyawan dalam memberikan
pelayanan yang terbaik, kemampuan karyawan dalam menangani
47
kebutuhan konsumen dengan cepat dan benar, kemampuan perusahaan
dalam memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan harapan konsumen.
(1) Karyawan selalu memberikan pelayanan yang baik dan ramah
(2) Karyawan mampu memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat
sesuai dengan pesanan konsumen
(3) Karyawan mampu melayani transaksi pembayaran dengan cepat dan
efisien
(4) Karyawan selalu menawarkan berbagai variasi produk yang disediakan
b) Daya tanggap (Responsiveness), yaitu kemauan dari karyawan dan
pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat
serta mendengar dan mengatasi keluhan konsumen. Dengan cara
keinginan para karyawan dalam membantu dan memberikan pelayanan
dengan tanggap, kemampuan memberikan pelayanan dengan cepat dan
benar, kesigapan para karyawan untuk ramah pada setiap konsumen,
kesigapan para karyawan untuk bekerja sama dengan konsumen.
(1) Karyawan selalu tanggap dalam melayani kebutuhan konsumen
(2) Karyawan bersedia memberikan informasi tentang menu atau varian
produk yang ditawarkan
c) Jaminan (Assurance), yaitu berupa kemampuan karyawan untuk
menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah
dikemukakan kepada konsumen. Contoh dalam hal ini antara lain,
pengetahuan dan keterampilan karyawan dalam menjalankan tugasnya,
karyawan dapat memberikan kepercayaan kepada konsumen, karyawan
memiliki keahlian teknis yang baik dan dapat diandalkan.
48
(1) Karyawan sangat cekatan dalam melayani konsumen
(2) Karyawan mempunyai pengetahuan yang baik tentang produk yang
ditawarkan
(3) Karyawan dapat memberikan kepercayaan kepada konsumen tentang
keamanan saat mengkonsumsi produk yang ditawarkan
(4) Karyawan memiliki keterampilan yang baik dan dapat diandalkan
dalam menjalankan tugasnya
d) Empati (Emphaty), yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk lebih
peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada pelanggan. Misalnya
karyawan harus mencoba menempatkan diri sebagai pelanggan. Jika
pelanggan mengeluh maka harus dicari solusi segera, agar selalu terjaga
hubungan harmonis, dengan menunjukan rasa peduli yang tulus. Dengan
cara perhatian yang diberikan para karyawan dalam melayani dan
memberikan tanggapan atas keluhan para konsumen.
(1) Karyawan mampu memahami kebutuhan konsumen dengan baik
(2) Karyawan bersedia merespon semua keluhan konsumen dengan baik
(3) Karyawan selalu memberikan perhatian yang tulus dalam melayani dan
memberikan tanggapan atas keluhan para konsumen
e) Bukti fisik (Tangible), yaitu berupa fasilitas fisik, perlengkapan,
karyawan, dan sarana komunikasi. Contohnya: fasilitas reparasi, seragam
karyawan, kelengkapan peralatan, dan ruang tunggu yang representative.
(1) Karyawan selalu berpenampilan rapi dan bersih
(2) Kebersihan tempat selalu terjaga dengan baik
(3) mampu menata ruangan tempat penjualan secara menarik
49
(4) tersedia fasilitas dan peralatan memasak roti yang lengkap dan higienis
3.8. Uji Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, penelitian ini, peneliti menggunakan alat analisis data
yang digunakan dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan uji instrumen
sebagai berikut:
1. Rumus Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2016).
Menurut Nugroho (2011: 33) dijelaskan bahwa uji reliabilitas
dapat dilakukan dengan melihat koefisien Alpha Cronbach. Indeks kriteria
reliabilitas dibedakan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 3.1. Kriteria Indeks Koefisien Reliabilitas
No. Interval Alpha Cronbach Kriteria Reliabilitas
1 < 0.200 Kurang reliabel
2 0.200-0.399 Agak reliabel
3 0.400-0.599 Cukup reliabel
4 0.600-0.799 Reliabel
5 0.800-1.00 Sangat reliabel
Sumber: Yohanes Antorn Nugroho (2011:33)
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut (Ghozali, 2016). Menurut Sugiyono (2014) hasil instrumen
50
penelitian yang dipergunakan adalah valid jika nilai korelasi antara item
dengan total skornya mempunyai nilai signifikansi (p) yang lebih kecil
dari alpha 0.05. Jadi jika jika nilai korelasi antara item dengan total
skornya mempunyai nilai signifikansi (p) yang lebih besar dari alpha 0.05,
maka item tersebut dinyatakan tidak valid. Uji validitas ini dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana kuesioner yang diajukan dapat menggali
data atau informasi yang diperlukan.
2. Hasil Uji Instrumen (Uji Validitas dan Realibilitas)
Ketepatan pengujian hipotesis tentang hubungan variabel-variabel
penelitian sangat bergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian
tersebut. Oleh karena itu, sebelum menguji hipotesis perlu dilakukan pengujian
terhadap validitas dan reliabilitas dari instrumen penelitian yang dipakai.
Pengujian instrumen penelitian baik dari segi validitasnya maupun reliabilitasnya
terhadap 30 responden diperoleh bahwa hasil instrumen penelitian yang
dipergunakan adalah valid dimana nilai korelasinya mempunyai nilai signifikansi
(p) yang lebih kecil dari alpha 0.05 (Masrun dalam Sugiyono, 2014:106), dan
suatu instrument (kuisioner) dikatakan andal (reliabel) bila memiliki koefisien
keandalan reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih (Arikunto, 2002). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 3.2. Uji Validitas Instrumen Penelitian
Variabel Item
Uji Validitas
Keputusan Korelasi
(r) Sign.(p)
Bauran Pemasaran
(X1)
P.1 0.556 0.001 Valid
P.2 0.547 0.002 Valid
P.3 0.552 0.002 Valid
51
P.4 0.663 0.000 Valid
P.5 0.603 0.000 Valid
P.6 0.622 0.000 Valid
H.1 0.468 0.009 Valid
H.2 0.731 0.000 Valid
H.3 0.704 0.000 Valid
H.4 0.748 0.000 Valid
T.1 0.581 0.001 Valid
T.2 0.547 0.002 Valid
T.3 0.499 0.005 Valid
T.4 0.544 0.002 Valid
Pr.1 0.743 0.000 Valid
Pr.2 0.460 0.011 Valid
Pr.3 0.488 0.006 Valid
Pr.4 0.608 0.000 Valid
Pr.5 0.553 0.002 Valid
Kualitas Pelayanan
(X2)
K.1 0.586 0.001 Valid
K.2 0.492 0.006 Valid
K.3 0.631 0.000 Valid
K.4 0.480 0.007 Valid
D.1 0.641 0.000 Valid
D.2 0.525 0.003 Valid
J.1 0.602 0.000 Valid
J.2 0.620 0.000 Valid
J.3 0.684 0.000 Valid
J.4 0.427 0.019 Valid
E.1 0.547 0.002 Valid
E.2 0.389 0.034 Valid
E.3 0.369 0.045 Valid
B.1 0.472 0.009 Valid
B.2 0.523 0.003 Valid
B.3 0.822 0.000 Valid
B.4 0.519 0.003 Valid
Variabel Item
Uji Validitas
Keputusan Korelasi
(r) Sign.(p)
Keputusan
pembelian
KP.1 0.535 0.002 Valid
KP.2 0.679 0.000 Valid
KP.3 0.816 0.000 Valid
KP.4 0.787 0.000 Valid
KP.5 0.804 0.000 Valid
52
KP.6 0.805 0.000 Valid
KP.7 0.703 0.000 Valid
KP.8 0.679 0.000 Valid
KP.9 0.399 0.029 Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk variabel
bauran pemasaran, kualitas pelayanan dan keputusan pembelian, masing-masing
mempunyai jumlah item instrumen yang berbeda yang dikembangkan peneliti,
dan seluruh item instrumen tersebut memenuhi persyaratan uji validitas karena
masing-masingnya memiliki nilai signifikansi (p) lebih kecil dari alpha 0,05.
Dengan demikian, seluruh item instrumen dari seluruh variabel yang diamati
dapat diikutsertakan dalam pengujian lebih lanjut.
Adapun untuk koefisien reliabilitas dengan perhitungan dengan rumus,
selanjutnya ditafsirkan dengan berpedoman pada kriteria keterandalan yang
dikemukakan oleh Arikunto (2014) bahwa kriteria keterandalan untuk prestasi
kelompok dianggap memadai apabila koefisien Alpha 0,60-0,70.
Selanjutnya hasil uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini secara
singkat disajikan dalam bentuk tabel sebagaimana berikut:
Tabel 3.3. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel
Alpha Cronbach
(based on
standardized items)
Keterangan
X1 0.896 Tingkat kehandalan sangat tinggi
X2 0.857 Tingkat kehandalan sangat tinggi
Y 0.864 Tingkat kehandalan sangat tinggi
Sumber: lampiran hasil analisis uji reliabilitas instrumen
53
Selanjutnya, berpijak kepada data yang ditampilkan pada tabel di atas
dapat dijelaskan pula bahwa semua butir-butir item sebagai pengukur dari
variabel-variabel yang diamati adalah RELIABEL, karena nilai alpha cronbach
dari variabel-variabel yang diuji memiliki SIA (Standardized Item Alpha) lebih
besar dari nilai reliabilitas yang diperbolehkan, yaitu 0,6. Artinya, berapa kalipun
pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang dikembangkan peneliti disampaikan
kepada responden yang berbeda, tanggapan dari para responden tersebut tidak
akan terlalu jauh berbeda.
3.9 Analisis Data
Analisis data merupakan menguraikan keseluruhan menjadi komponen
yang lebih kecil untuk mengetahui komponen yang dominan, membandingkan
antara komponen yang satu dengan komponen lainnya, dan membandingkan salah
satu atau beberapa komponen dengan keseluruhan (Misbahuddin dan Iqbal, 2013).
Teknik analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji
hipotesis yang telah dirumuskan. Pengelolaan data pada penelitian ini akan
menggunakan Software smartPLS 2.0 (Sugiono, 2015).
Structural Equation Modelling (SEM) merupakan suatu metode yang
digunakan untuk menutup kelemahan yang terdapat pada metode regresi. Menurut
para ahli metode penelitian Structural Equation Modelling (SEM) dikelompokkan
menjadi dua pendekatan yaitu pendekatan Covariance Based SEM (CBSEM) dan
Variance Based SEM atau Partial Least Square (PLS). Partial Least Square
merupakan metode analisis yang powerfull yang mana dalam metode ini tidak
didasarkan banyaknya asumsi. Pendekatan (Partial Least Square) PLS adalah
distribution free (tidak mengasumsikan data tertentu, dapat berupa nominal,
54
kategori, ordinal, interval dan rasio) (Ghozali, 2011). (Partial Least Square) PLS
menggunakan metode bootstraping atau penggandaan secara acak yang mana
asumsi normalitas tidak akan menjadi masalah bagi (Partial Least Square) PLS.
Selain itu (Partial Least Square) PLS tidak mensyaratkan jumlah minimum
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, penelitian yang memiliki sampel
kecil dapat tetap menggunakan (Partial Least Square) PLS. Partial Least Square
digolongkan jenis non-parametrik oleh karena itu dalam permodelan PLS tidak
diperlukan data dengan distribusi normal (Husein, 2015).
Tujuan dari penggunaan (Partial Least Square) PLS yaitu untuk melakukan
prediksi. Yang mana dalam melakukan prediksi tersebut adalah untuk
memprediksi hubungan antar konstruk, selain itu untuk membantu peneliti dalam
penelitiannya untuk mendapatkan nilai variabel laten yang bertujuan untuk
melakukan pemprediksian. Variabel laten adalah linear agregat dari indikator-
indikatornya. Weight estimate untuk menciptakan komponen skor variabel laten
didapat berdasarkan bagaimana inner model (model struktural yang
menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model pengukuran yaitu
hubungan antar indikator dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah
residual variance dari variabel dependen (kedua variabel laten dan indikator)
diminimumkan (Ghozali, 2011).
Estimasi parameter yang didapat dengan PLS (Partial Least Square) dapat
dikategorikan sebagai berikut: Kategori pertama, adalah weight estimate yang
digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kedua mencerminkan estimasi
jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten
dan blok indikatornya (loading). Kategori ketiga adalah berkaitan dengan means
55
dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten.
Untuk memperoleh ketiga estimasi tersebut, PLS (Partial Least Square)
menggunakan proses iterasi tiga tahap dan dalam setiap tahapnya menghasilkan
estimasi yaitu sebagai berikut:
1. Menghasilkan penduga bobot (weight estimate).
2. Menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model.
3. Menghasilkan estimasi means dan lokasi (konstanta).
Pada dua tahap pertama proses iterasi dilakukan dengan pendekatan
deviasi (penyimpangan) daro nilai means (rata-rata). Pada tahap ketiga, estimasi
bisa didasarkan pada matriks data asli dan atau hasil penduga bobot dan koefisien
jalur pada tahap kedua, tujuannya untuk menghitung dan lokasi parameter
(Ghozali, 2011).
Dalam metode PLS (Partial Least Square) teknik analisa yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Analisa outer model
Analisa outer model dilakukan untuk memastikan bahwa measurement
yang digunakan layak untuk dijadikan pengukuran (valid dan reliabel).
Dalam analisa model ini menspesifikasi hubungan antar variabel laten
dengan indikator-indikatornya (Husein, 2015). Analisa outer model
dapat dilihat dari beberapa indikator:
a) Convergent Validity adalah indikator yang dinilai berdasarkan
korelasi antara item score/component score dengan construct score,
yang dapat dilihat dari standardized loading factor yang mana
menggambarkan besarnya korelasi antar setiap item pengukuran
56
(indikator) dengan konstraknya. Ukuran refleksif individual
dikatakan tinggi jika berkorelasi > 0.7 dengan konstruk yang ingin
diukur, sedangkan menurut Chin yang dikutip oleh Imam Ghozali,
nilai outer loading antara 0,5 – 0,6 sudah dianggap cukup.
b) Discriminant Validity merupakan model pengukuran dengan
refleksif indicator dinilai berdasarkan crossloading pengukuran
dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran
lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka menunjukan
ukuran blok mereka lebih baik dibandingkan dengan blok lainnya.
Sedangkan menurut metode lain untuk menilai discriminant
validity yaitu dengan membandingkan nilai squareroot of average
variance extracted (AVE).
c) Composite reliability merupakan indikator untuk mengukur suatu
konstruk yang dapat dilihat pada view latent variable coefficients.
Untuk mengevaluasi composite reliability terdapat dua alat ukur
yaitu internal consistency dan cronbach’s alpha. Dalam pengukuran
tersebut apabila nilai yang dicapai adalah > 0,70 maka dapat
dikatakan bahwa konstruk tersebut memiliki reliabilitas yang
tinggi.
d) Cronbach’s Alpha merupakan uji reliabilitas yang dilakukan
memperkuat hasil dari composite reliability. Suatu variabel dapat
dinyatakan reliabel apabila memiliki nilai cronbach’s alpha > 0,7.
(Ghozali, 2011).
57
Uji yang dilakukan diatas merupakan uji pada outer model untuk
indikator reflektif. Untuk indikator formatif dilakukan pengujian yang
berbeda. Uji untuk indikator formatif yaitu:
a. Significance of weights. Nilai weight indikator formatif
dengan konstruknya harus signifikan.
b. Multicollinearity. Uji multicollinearity dilakukan untuk
mengetahui hubungan antar indikator. Untuk mengetahui
apakah indikator formatif mengalami multicollinearity dengan
mengetahui nilai VIF. Nilai VIF antara 5-10 dapat dikatakan
bahwa indikator tersebut terjadi multicollinearity.
2. Analisa Inner Model
Analisa Inner model biasanya juga disebut dengan (inner relation,
structural model dan substantive theory) yang mana menggambarkan
hubungan antara variabel laten berdasarkan pada substantive theory.
Analisa inner model dapat dievaluasi yaitu dengan menggunakan R-
square untuk konstruk dependen, Stone-Geisser Qsquare test untuk
predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien
parameter jalur struktural. Dalam pengevaluasian inner model dengan
PLS (Partial Least Square) dimulai dengan cara melihat Rsquare untuk
setiap variabel laten dependen. Kemudian dalam penginterpretasiannya
sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai pada R-square
dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen
tertentu terhadap variabel laten dependen apakah memiliki pengaruh
yang substantif. Selain melihat nilai R-square, pada model PLS (Partial
58
Least Square) juga dievaluasi dengan melihat nilai Q-square prediktif
relevansi untuk model konstruktif. Q-square mengukur seberapa baik
nilai observasi dihasilkan oleh model dan estimasi parameternya. Nilai
Q-square lebih besar dari 0 (nol) menunjukkan bahwa model
mempunyai nilai predictive relevance, sedangkan apabila nilai Q-
square kurang dari 0 (nol), maka menunjukkan bahwa model kurang
memiliki predictive relevance (Husein, 2015).
3. Pengujian Hipotesa
Dalam pengujian hipotesa dapat dilihat dari nilai t-statistik dan nilai
probabilitas. Untuk pengujian hipotesis yaitu dengan menggunakan
nilai statistik maka untuk alpha 5% nilai t-statistik yang digunakan
adalah 1,96. Sehingga kriteria penerimaan/penolakan hipotesa adalah
Ha diterima dan H0 di tolak ketika t-statistik > 1,96. Untuk
menolak/menerima hipotesis menggunakan probabilitas maka Ha di
terima jika nilai p < 0,05 (Ghozali, 2011).
Adapun langkah-langkah dalam analisis dengan menggunakan Partial leas
Square (PLS) dapat dijelaskan sebagai berikut (Yasmin dan Kurniawan, 2011: 23-
26):
1) Langkah Pertama: Merancang Model Struktural (inner model) Pada tahap
ini, peneliti memformulasikan model hubungan antar konstrak.
2) Langkah Kedua: Merancang Model Pengukuran (outer model) Pada tahap
ini, peneiti mendefinisikan dan menspesifikasi hubungan antara konstrak
laten dengan indikatornya apakah bersifat reflektif atau formulatif.
59
3) Langkah Ketiga: Mengkonstruksi Diagram Jalur Fungsi utama dari
membangun diagram jalur adalah untuk memvisualisasikan hubungan
antar indikator dengan konstraknya serta antara konstrak yang akan
mempermudah peneliti untuk melihat model secara keseluruhan.
Gambar 3.2 Diagram Jalur
4) Langkah Kelima: Estimasi model Pada langkah ini, ada tiga skema
pemilihan weighting dalam proses estimasi model, yaitu factor weighting
scheme, centroid weighting scheme, dan path weighting scheme.
5) Langkah Keenam: Goodness of Fit atau evaluasi model meliputi evaluasi
model pengukuran dan evaluasi model struktural.
6) Langkah Ketujuh: Pengujian hipotesis dan interpretasi.
Berikut adalah kriteria penilaian model PLS yang diajukan oleh Chin 1998
dalam (Ghozali, 2011: 27):
60
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian PLS
Kriteria Penjelasan
Evaluasi Model Struktural
R2 untuk variabel endogen
Hasil R2 untuk variabel laten endogen
dalam model struktural mengindikasikan
bahwa model “baik”, “moderat” ataupun
“lemah”.
Estimasi koefisien jalur
Nilai estimasi untuk hubungan jalur
dalam model struktural harus signifikan.
Nilai signifikan ini dapat diperoleh
dengan prosedur bootstrapping.
Evaluasi Model Pengukuran Reflective
Loading factor Nilai loading faktor harus diatas 0.70
Composite Reliability Composite reliability mengukur internal
consistency dan nilainya harus di atas
0.60
Average Variance Extracted Nilai Average Variance Extracted (AVE)
harus di atas 0.50
Validitas Deskriminan Nilai akar kuadrat dari AVE harus lebih
besar daripada nilai korelasi antar
variabel laten.
Cross Loading Merupakan ukuran lain dari validitas
deskriminan. Diharapkan setiap blok
indikator memiliki loading lebih tinggi
untuk setiap variabel laten yang diukur
dibandingkan dengan indikator untuk
laten variabe lainnya.
Evaluasi Model Pengukuran
Nilai t statistik, jika > t tabel
maka signifikan, jika < t tabel
maka tidak signifikan
Nilai estimasi untuk model pengukuran
formatif harus signifikan. Tingkat
signifikansi ini dinilai dengan prosedur
bootstrapping.