BAB III METODE PENELITIAN · 2017. 1. 19. · dapat berupa interview, observasi, ... Pengumpulan...

30
73 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan format metode penelitian kuantitatif yang terdiri atas dua bagian yaitu; a). Metode penelitian, meliputi: uraian dan jumlah variabel penelitian, definisi operasional sebagai sumber informasi yang menjelaskan bagaimana cara mengukur variabel, penentuan populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur serta uji validitas dan reliabilitas alat ukur; b). Teknik analisis data, meliputi: uji asumsi dan cara pengujian hipotesis. 3.1 Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel bebas dan 1 variabel terikat yaitu: Variabel bebas : Kepuasan Kerja, Kecerdasan Emosional, dan Jenis Kelamin. Variabel terikat : Komitmen Organisasi. 3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Komitmen Organisasi Komitmen Organisasi adalah: sikap individu yang ditunjukan melalui keyakinan dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, keinginan yang kuat untuk tetap mempertahankan keanggotaan dalam organisasi, dan mengerahkan segala upaya untuk

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN · 2017. 1. 19. · dapat berupa interview, observasi, ... Pengumpulan...

  • 73

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan format metode penelitian kuantitatif

    yang terdiri atas dua bagian yaitu; a). Metode penelitian, meliputi:

    uraian dan jumlah variabel penelitian, definisi operasional sebagai

    sumber informasi yang menjelaskan bagaimana cara mengukur variabel,

    penentuan populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, validitas dan

    reliabilitas alat ukur serta uji validitas dan reliabilitas alat ukur;

    b). Teknik analisis data, meliputi: uji asumsi dan cara pengujian

    hipotesis.

    3.1 Variabel Penelitian

    Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel bebas dan 1 variabel

    terikat yaitu:

    Variabel bebas : Kepuasan Kerja, Kecerdasan Emosional, dan Jenis

    Kelamin.

    Variabel terikat : Komitmen Organisasi.

    3.2 Definisi Operasional

    3.2.1 Komitmen Organisasi

    Komitmen Organisasi adalah: sikap individu yang ditunjukan

    melalui keyakinan dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan

    organisasi, keinginan yang kuat untuk tetap mempertahankan

    keanggotaan dalam organisasi, dan mengerahkan segala upaya untuk

  • 74

    mencapai visi, misi dan tujuan organisasi. Komitmen organisasi meliputi

    tiga komponen berdasarkan teori Allen dan Meyer (1990) antara lain:

    1. Komitmen afektif (affective commitment), mengacu pada

    keterikatan emosional pegawai, identifikasi pegawai dengan

    organisasi, dan keterlibatan pegawai pada organisasi. Pegawai

    dengan komitmen afektif yang kuat akan tetap berada dalam

    organisasi karena mereka ingin (want to).

    2. Komitmen kontinyu (continuance commitment), mengacu pada

    komitmen berdasarkan persepsi atas kerugian yang akan

    diperoleh pegawai apabila tetap bergabung atau meninggalkan

    organisasi. Pegawai dengan komitmen kontinyu yang kuat akan

    bertahan dalam organisasi karena mereka butuh (need to).

    3. Komitmen normatif (normative commitment), mengacu pada

    perasaan pegawai terhadap kewajiban untuk tetap bekerja bagi

    organisasi. Pegawai yang memiliki komitmen normatif yang

    kuat karena merasa wajib (ought to) bertahan dalam organisasi.

    Untuk mengukur komitmen organisasi pegawai digunakan

    Organizational Commitment Questionnaires (OCQ) yang dikembangkan

    oleh Allen & Meyer (1990) yang terdiri dari tiga skala, yaitu; Affective

    Commitment Scale (ACS), Continuance Commitment Scale (CCS), dan

    Normative Commitment Scale (NCS). Skala komitmen organisasi

    memiliki validitas sebesar 0.38 sampai 0.56, dengan reliabilitas masing-

    masing skala (0.87, 0.75, dan 0.79). Masing-masing skala berisikan 8

    item sehingga total item secara keseluruhan sebanyak 24 item. Skala ini

    diadaptasi dan dimodifikasi oleh penulis sesuai dengan tujuan penelitian.

  • 75

    3.2.2 Kepuasan Kerja

    Kepuasan Kerja adalah: suatu sikap yang ditunjukan melalui

    keadaan emosional menyenangkan atau tidak menyenangkan seseorang

    terhadap isi pekerjaan (job content) dan konteks pekerjaan (job context)

    melalui evaluasi serta pengalaman kerjanya. Kepuasan kerja meliputi

    lima aspek yang dikemukakan Despane (1996), dan diadopsi oleh Koh

    dan Boo (2001) dalam penelitiannya berdasarkan teori dari Herzberg,

    antara lain:

    1. Kepuasan terhadap gaji, berhubungan dengan gaji yang

    diberikan organisasi dibandingkan dengan organisasi lainnya;

    mempertimbangkan gaji dengan tanggungjawab dan tunjangan-

    tunjangan yang memuaskan di tempat kerja.

    2. Kepuasan terhadap promosi, berhubungan dasar atau sistem

    promosi di tempat kerja dalam pekerjaannya dan tingkat karir

    anggota yang bekerja dalam suatu organisasi.

    3. Kepuasan terhadap rekan kerja, berhubungan dengan rekan kerja

    dan kerja sama dari rekan kerja.

    4. Kepuasan terhadap supervisi, berhubungan dengan dukungan

    dari atasan; atasan yang berkompeten di bidangnya; sikap atasan

    yang tidak mendengarkan pendapat orang lain; dan perlakuan

    yang tidak adil oleh atasan.

    5. Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, berkaitan dengan

    perasaan anggota organisasi yang terkait dengan pekerjaan, rasa

    senang dengan jumlah beban pekerjaan dan kurangnya prestasi

    anggota dalam mengerjakan tugas dalam pekerjaan.

    Untuk mengukur kepuasan kerja digunakan skala kepuasan kerja

    Job Satisfaction Questionnaire (JSQ) yang dikembangkan oleh Despane

  • 76

    (1996), kemudian di adopsi oleh Koh dan Boo (2001). Skala ini terdiri

    dari 20 item dan di modifikasi oleh penulis sesuai dengan tujuan

    penelitian. Skala ini memiliki validitas sebesar 0.35 sampai 0.40 dengan

    nilai reliabilitas sebesar 0.89.

    3.2.3 Kecerdasan Emsional

    Kecerdasan emosional adalah: kemampuan individu dalam

    mengelola emosi diri dan emosi orang lain dengan cara yang positif dan

    produktif untuk membangun hubungan intrapersonal dan interpersonal

    yang efektif di tempat kerja, yang di implementasikan melalui kesadaran

    diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial

    dalam upaya melaksanakan program-progam pelayanan sesuai dengan

    visi, misi dan tujuan organisasi. Kecerdasan emosional meliputi empat

    aspek kompetensi yang dikemukakan oleh Goleman (1998) dalam teori

    working with emotional intelligence, dan model kompetensi kecerdasan

    emosional dari Sala (2002). Aspek-aspek tersebut meliputi:

    1. Self-Awareness (Kesadaran Diri) adalah: kemampuan untuk

    memahami diri sendiri, preferensi, sumber informasi, dan intuisi.

    2. Self-Management (Manejemen Diri) adalah: kemampuan untuk

    mengelola emosi dalam diri, impuls, dan sumber informasi.

    3. Social Awareness (Kesadaran Sosial) adalah: kemampuan untuk

    menangani hubungan dan kesadaran terhadap perasaan,

    kebutuhan, dan kepentingan orang lain.

    4. Relationship Management (Manejemen Hubungan) adalah:

    kemampuan untuk menimbulkan respon yang di inginkan pada

    orang lain.

  • 77

    Untuk mengukur kecerdasan emosional digunakan skala

    kompetensi emosional yang di adaptasi dari Emotional Competence

    Inventory (ECI) yang dikembangkan oleh Sala (2002). Skala ini terdiri

    dari 18 kompetensi indikator, dan 72 item, dan dimodifikasi oleh penulis

    sesuai dengan tujuan penelitian. Reliabilitas konsistensi internal (alpha

    cronbach) dari ECI; 1). Untuk rating “others” berkisar dari 0.68 untuk

    kompetensi indikator (Transparansi) sampai 0.87 (Kesadaran diri

    emosional) dengan reliabilitas rata-rata keseluruhan 0.78. 2). Untuk

    rating “self” berkisar dari 0.47 untuk kompetensi indikator (Manajemen

    konflik) ke 0.76 (Inspirational Leadership) dengan reliabilitas rata-rata

    keseluruhan 0.63. Sedangkan diskriminan dan prediksi bukti validitas

    berasal dari self-Assessment Questionnaire (S AQ) yang merupakan

    pendahulu dari ECI.

    3.3. Metode Pengumpulan Data

    Dalam sebuah penelitian, data merupakan unsur yang paling

    penting untuk menegaskan arah dan tujuan penelitian. Dengan demikian

    untuk mendapatkan data empiris, seorang peneliti harus menggunakan

    metode pengumpulan data secara tepat. Menurut Azwar (2014), data

    penelitian dikumpulkan baik lewat instrument pengumpulan data,

    observasi, maupun data dokumentasi. Data yang dikumpulkan berupa

    data primer, data sekunder, maupun keduanya. Data primer di peroleh

    dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang

    dapat berupa interview, observasi, maupun penggunaan instrumen

    pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan tujuannya. Data

    sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa

    data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.

  • 78

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka metode pengumpulan data

    yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian, antara lain:

    1). Pengumpulan data sekunder melalui dokumen atau arsip Laporan

    Persidangan MPL Sinode GPM sebagai langkah awal untuk

    merumuskan masalah penelitian. 2). Pengumpulan data primer melalui

    penyebaran angket. Angket merupakan kumpulan dari pernyataan-

    pernyataan yang diajukan secara tertulis kepada responden, kemudian

    responden memberikan jawaban dengan memberikan tanda silang (X)

    pada kolom yang berisi lima alternatif pilihan jawaban berdasarkan

    skala Likert.

    3.3.1. Instrumen Penelitian

    Dalam usaha memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya,

    maka instrument pengukuran variabel memegang peranan penting.

    Bahkan validitas hasil penelitian sebagian besar sangat tergantung pada

    kualitas instrument pengumpulan datanya (Azwar, 2010).

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

    menggunakan skala untuk masing - masing variabel, yaitu; skala

    komitmen organisasi, skala kepuasan kerja, dan skala kecerdasan

    emosional. Semua skala dibuat dalam bentuk skala Likert dengan lima

    alternatif jawaban sebagai berikut:

    Tabel 3.1

    Skala Likert Kategori Pilihan Jawaban

    Skor Jawaban Item Favorable Item Unfavorable

    SS = Sangat sesuai 5 1

    S = Sesuai 4 2

    RR = Ragu-Ragu 3 3

    TS = Tidak sesuai 2 4

    STS = Sangat tidak sesuai 1 5

  • 79

    Tabel 3.1 memberikan informasi bahwa skala dibuat dengan dua

    jenis item, yaitu item yang favorable dan unfavorable. Setiap pernyataan

    terdiri dari lima kategori pilihan jawaban. Item yang mendukung

    pernyataan atau searah dengan pernyataan (favorabel) mempunyai

    sistem penilaian jawaban sebagai berikut: Sangat Sesuai (SS) skor 5;

    Sesuai (S) skor 4; Ragu-Ragu (RR) skor 3; Tidak Sesuai (TS) skor 2;

    dan Sangat Tidak Sesuai (STS) skor 1. Sedangkan untuk item yang

    tidak mendukung pernyataan atau tidak searah dengan pernyataan,

    sistem penilaian jawaban sebagai berikut: Sangat Sesuai (SS) skor 1;

    Sesuai (S) skor 2; Ragu-Ragu (RR) skor 3; Tidak Sesuai (TS) skor 4;

    dan Sangat Tidak Sesuai (STS) skor 5.

    a. Skala Komitmen Organisasi

    Komitmen organisasi diukur dengan menggunakan

    Organizational Commitment Questionnaires (OCQ) yang dikembangkan

    oleh Allen dan Meyer (1990) yang terdiri dari tiga skala, yaitu; Affective

    Commitment Scale (ACS), Continuance Commitment Scale (CCS), dan

    Normative Commitment Scale (NCS), dengan reliabilitas masing-masing

    skala (0.87, 0.75, dan 0.79). Masing-masing skala berisikan 8 item

    sehingga total item secara keseluruhan sebanyak 24 item. Skala ini juga

    di gunakan oleh Ansel (2013) dengan hasil uji validitas bergerak dari

    rentang nilai 0.312 sampai dengan 0.686, dan reliabilitas adalah 0.899

    dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu; skor 4 untuk sangat

    sesuai, 3 untuk sesuai, 2 untuk tidak sesuai, dan 1 untuk sangat tidak

    sesuai.

    Selanjutnya penulis mengadaptasi, dan memodifikasi skala ini

    sesuai dengan tujuan penelitian. Skala komitmen organisasi terdiri dari

  • 80

    pernyataan positif (favorable) dan negatif (unfavorable) dengan

    menggunakan skala Likert, yang dimulai dari skor 1 yang menunjukan

    komitmen organisasi yang sangat rendah, dan skor 5 yang menunjukan

    komitmen organisasi yang sangat tinggi. Makin tinggi nilai (scoring)

    skala tersebut menunjukan komitmen pendeta bagi GPM tinggi.

    Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah

    pula komitmen pendeta bagi GPM. Berikut ini adalah daftar sebaran

    item skala komitmen organisasi seperti yang digambarkan pada tabel

    sebagai berikut:

    Tabel 3.2

    Daftar Sebaran Item Skala Komitmen Organisasi

    Komponen Indikator Item

    Jumlah

    Item

    F U

    Komitmen

    Afektif

    a. Keterlibatan dalam

    organisasi

    Saya sangat senang untuk

    menghabiskan seluruh karier saya

    sebagai pendeta GPM.

    1

    Saya senang mempromosikan GPM

    kepada orang lain.

    2

    Saya menjadikan masalah yang

    mencoreng GPM merupakan bagian

    dari masalah saya.

    3

    Saya kurang memiliki ikatan yang

    kuat dengan GPM, sehingga mudah

    bagi saya untuk meninggalkan GPM.

    4

    b. Rasa Memiliki Organisasi

    Saya bukan bagian dari keluarga

    GPM.

    5

    Saya kurang memiliki ikatan

    emosional dengan GPM

    6

    GPM sangat bermakna bagi kehidupan

    saya.

    7

    Saya kurang merasakan adanya rasa

    memiliki yang kuat terhadap GPM

    8

    Saya siap menerima kemungkinan

    yang akan terjadi, jika saya memilih

    untuk berhenti dari pekerjaan saya

    9

  • 81

    Komitmen

    Berkelanjutan

    a. Pertimbangan untung dan

    rugi

    meninggalkan

    organisasi

    Sangat sulit bagi saya untuk berhenti

    bekerja di GPM, sekalipun ada

    keinginan untuk berhenti.

    10

    Banyak hal dalam hidup saya yang

    akan terganggu jika saya memutuskan

    untuk keluar dari GPM.

    11

    Saya tidak terlalu merasa rugi jika

    saya meninggalkan GPM sekarang.

    12

    b. Persepsi kerugian yang

    dihadapi jika

    meninggalkan

    organisasi

    Saya harus tetap berada di GPM

    karena banyak kebutuhan saya yang

    terpenuhi.

    13

    Saya kurang memiliki banyak pilihan

    sebagai pertimbangan untuk

    meninggalkan GPM.

    14

    Saya sulit bekerja di institusi

    lain,apabila saya berhenti bekerja di

    GPM.

    15

    Salah satu alasan utama saya terus

    bekerja adalah jika meninggalkan

    GPM berarti suatu pengorbanan

    karena di organisasi lain belum tentu

    semua kebutuhan saya akan terpenuhi.

    16

    Komitmen

    Normatif

    a. Kepatuhan untuk setia

    pada organisasi

    Saya berpikir bahwa seseorang bisa

    dengan mudah berpindah dari satu

    organisasi ke organisasi lainnya

    17

    Saya kurang yakin bahwa seseorang

    harus selalu setia pada organisasi

    tempatnya bekerja.

    18

    Menurut saya, berpindah dari satu

    organisasi ke organisasi lain

    tampaknya tidak etis.

    19

    Bagi saya, loyalitas penting sehingga

    saya memiliki kewajiban moral untuk

    tetap bekerja di GPM

    20

    Saya akan tetap setia pada GPM

    sekalipun ada tawaran yang lebih

    menarik di organisasi lain.

    21

    b. Kewajiban melaksanakan

    pekerjaan

    Saya diajar untuk percaya pada nilai

    ke setiaan terhadap satu organisasi

    22

    Situasinya akan lebih baik jika saya

    memilih untuk tetap bekerja di GPM

    demi kemajuan karir saya.

    23

    institusi GPM hanya khusus untuk

    laki-laki.

    24

    Jumlah Total 15 9

  • 82

    b. Skala Kepuasan Kerja

    Untuk mengukur kepuasan kerja digunakan skala kepuasan kerja

    Job Satisfaction Questionnaire (JSQ) yang dikembangkan oleh Despane

    (1996), kemudian di adopsi oleh Koh dan Boo (2001). Skala ini terdiri

    dari 20 item, dan memiliki validitas sebesar 0.35 sampai 0.40 dengan

    nilai reliabilitas sebesar 0.89. Skala ini menggunakan empat pilihan

    jawaban, yaitu; skor 1 sangat tidak setuju sampai dengan skor 4 sangat

    setuju.

    Selanjutnya penulis mengadaptasi, dan memodifikasi skala ini

    menjadi 28 item yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Skala

    kepuasan kerja terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan negatif

    (unfavorable) dengan menggunakan skala Likert, yang dimulai dari skor

    1 yang menunjukan kepuasan kerja yang sangat rendah, dan skor 5 yang

    menunjukan kepuasan kerja yang sangat tinggi. Makin tinggi nilai

    (scoring) skala tersebut menunjukan kepuasan kerja pendeta tinggi.

    Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah

    pula kepuasan kerja pendeta. Berikut ini adalah daftar sebaran item skala

    kepuasan kerja seperti yang digambarkan pada tabel sebagai berikut:

    Tabel 3.3

    Daftar Sebaran Item Skala Kepuasan Kerja

    Aspek Indikator Pernyataan

    Jumlah

    Item

    F U

    Kepuasan

    terhadap

    gaji/upah

    a. Tanggung jawab pekerjaan

    dan gaji yang

    diterima.

    Saya menerima upah/gaji di GPM lebih

    besar dari organisasi lain. 1

    Gaji/upah yang saya terima sebanding

    dengan tanggung jawab saya kepada

    GPM.

    2

    Saya digaji berdasarkan apa yang saya

    kerjakan 3

    b. Tunjangan yang diterima

    Saya merasa puas dengan tunjangan yang

    saya terima di GPM. 4

  • 83

    Tunjangan yang saya terima cukup untuk

    memenuhi kebutuhan hidup keluarga

    saya.

    5

    Kepuasan

    terhadap

    promosi

    a. Sistem promosi ditempat kerja

    Menurut saya, sistem yang dilakukan

    GPM dalam mempromosikan pegawainya

    kurang sesuai

    6

    Promosi jarang terjadi di GPM. 7

    Jika saya melakukan pekerjaan dengan

    baik, saya akan dipromosikan 8

    b. Kemajuan dalam karir

    Saya puas dengan tingkat kemajuan karier

    saya di GPM. 9

    Saya merasa kurang diberikan peluang

    oleh GPM, untuk kemajuan karier saya .

    10

    Kepuasan

    terhadap

    rekan kerja

    a. Dukungan rekan kerja

    Rekan kerja saya tidak memberikan saya

    dukungan yang cukup dalam pekerjaan

    11

    Rekan kerja saya menjadi penting bagi

    saya. 12

    Di GPM, rekan kerja saya akan

    membantu saya melakukan pekerjaan

    ketika saya meminta bantuan.

    13

    b. Bekerja sama dengan rekan

    kerja

    Saya menikmati bekerja dengan rekan

    kerja saya di GPM. 14

    Di GPM, saya bekerja dengan rekan kerja

    yang memiliki tanggung jawab. 15

    Saya sangat mudah untuk bekerja sama

    dengan rekan kerja saya. 16

    Kepuasan

    terhadap

    supervise

    a. Dukungan pimpinan

    Pimpinan saya memberikan dukungan

    kepada saya dalam bekerja. 17

    Saya merasa kinerja saya meningkat

    karena dukungan dari pimpinan saya. 18

    Saya merasa puas dalam bekerja karena

    hubungan saya dengan pimpinan saya 19

    b. Pimpinan yang kompeten

    Pimpinan saya bekerja dengan kompeten. 20

    Pimpinan saya tidak mendengarkan

    pendapat saya.

    21

    Pimpinan kurang memperlakukan saya

    dengan adil dalam bekerja

    22

    Kepuasan

    terhadap

    pekerjaan itu

    sendiri

    a. Pertimbangan terhadap

    pekerjaan

    Pekerjaan saya sebagai pendeta adalah

    sangat menarik. 23

    Saya lebih suka melakukan pekerjaan lain

    dari pada bekerja sebagai pendeta. 24

  • 84

    Saya cukup diberdayakan dengan

    pekerjaan yang saya lakukan. 25

    b. Tanggungjawab terhadap

    pekerjaan

    Banyaknya tanggung jawab dalam

    pekerjaan, bukan menjadi sebuah masalah

    bagi saya. 26

    Saya harus memiliki banyak variasi dalam

    pekerjaan yang saya lakukan.

    27

    Saya belum mendapatkan keberhasilan

    yang maksimal dari pekerjaan yang saya

    lakukan.

    28

    Jumlah Total 20 8

    c. Skala Kecerdasan Emosional

    Untuk mengukur kecerdasan emosional digunakan skala

    kompetensi emosional yang di adaptasi dari Emotional Competence

    Inventory (ECI) yang dikembangkan oleh Sala (2002). Skala ini terdiri

    dari 18 kompetensi indikator, dan 72 item. Reliabilitas konsistensi

    internal (alpha Cronbach) dari ECI; 1). Untuk rating “others” berkisar

    dari 0.68 untuk kompetensi indikator (Transparansi) sampai 0.87

    (Kesadaran diri emosional) dengan reliabilitas rata-rata keseluruhan

    0.78. 2). Untuk rating “self” berkisar dari 0.47 untuk kompetensi

    indikator (Manajemen konflik) ke 0.76 (Inspirational Leadership)

    dengan reliabilitas rata-rata keseluruhan 0.63. Sedangkan diskriminan

    dan prediksi bukti validitas berasal dari self-Assessment Questionnaire

    (SAQ) yang merupakan pendahulu dari ECI. Skala ini menggunakan

    enam pilihan jawaban, yaitu; skor 6 = tidak tahu, skor 5 = konsisten,

    skor 4 = sering, skor 3 = kadang – kadang, skor 2 = jarang, dan skor 1 =

    tidak pernah.

    Selanjutnya penulis mengadopsi, dan memodifikasi skala ini

    menjadi 54 item yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Skala

  • 85

    kecerdasan emosional terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan

    negatif (unfavorable) dengan menggunakan skala Likert, yang dimulai

    dari skor 1 yang menunjukan kecerdasan emosional yang sangat rendah,

    dan skor 5 yang menunjukan kecerdasan emosional yang sangat tinggi.

    Makin tinggi nilai (scoring) skala tersebut, menunjukan kecerdasan

    emosional pendeta tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor yang

    diperoleh, maka semakin rendah pula kecerdasan emosional pendeta.

    Berikut ini adalah daftar sebaran item skala kecerdasan emosional

    seperti yang digambarkan pada tabel sebagai berikut:

    Tabel 3.4

    Daftar Sebaran Item Skala Kecerdasan Emosional

    Aspek Indikator Pernyataan

    Jumlah

    Item

    F U

    Self-Awareness

    (kesadaran

    Diri).

    a. Kesadaran emosional

    (Emotional

    awareness)

    Saya sadar dengan emosi saya, dan

    merasakan apa yang saya alami. 1

    Saya menyadari bahwa situasi tertentu

    dapat membangkitkan emosi saya. 2

    Saya menyadari bahwa perasaan yang

    saya alami memengaruhi tindakan saya. 3

    b. Penilaian diri akurat (Accurate

    self-assesment)

    Saya menyadari kekuatan, dan atau

    kelemahan diri saya. 4

    Saya yakin dengan keputusan saya,

    tanpa mempedulikan tanggapan dari

    orang lain.

    5

    Saya memiliki rasa humor dalam diri. 6

    c. Percaya diri (self-confidance)

    Saya memiliki keyakinan akan

    kemampuan saya dalam melakukan

    pekerjaan.

    7

    Saya meragukan kemampuan saya

    dalam bekerja. 8

    Saya memperkenalkan diri saya secara

    meyakinkan, tegas, mengesankan, dan

    tanpa ragu-ragu

    9

    Saya mampu mengendalikan dorongan

    emosi, dan atau menahan diri. 10

  • 86

    Self

    Management

    (Manajemen

    Diri)

    a. Kontro diri emosional

    (Emotional Self-

    control)

    Saya mengalami kesulitan untuk

    menenangkan diri ketika mengalami

    stress.

    11

    Saya mampu untuk bersikap tenang, dan

    atau positif ketika menghadapi

    tantangan dalam pekerjaan.

    12

    b. Transparansi (Transparency)

    Saya melalukan apa yang telah saya

    janjikan kepada orang lain. 13

    Saya berani mengakui kesalahan saya. 14

    Saya bertindak sesuai dengan nilai-nilai,

    dan atau prinsip hidup saya. 15

    c. Kemampuan beradaptasi

    (Adaptability)

    Saya mampu menyesuaikan ide-ide saya

    berdasarkan informasi baru. 16

    Saya mampu menangani tuntutan

    pekerjaan yang mendesak. 17

    Saya mampu menyesuaikan strategi,

    tujuan, dan atau rencana pekerjaan

    dengan perubahan situasi

    18

    d. Prestasi (Achievemen)

    Saya berusaha dengan berbagai cara

    untuk meningkatkan kinerja. 19

    Saya menetapkan tujuan yang terukur

    dalam pekerjaan. 20

    Saya mampu mengantisipasi hambatan

    dalam pekerjaan untuk mencapai tujuan. 21

    e. Inisiatif (Initiative)

    Saya memiliki keraguan untuk

    mengambil peluang dalam suatu

    pekerjaan.

    22

    Saya selalu punya banyak cara untuk

    mendapatkan informasi yang dapat

    menunjang pekerjaan saya.

    23

    Untuk mencapai tujuan pekerjaan,

    terkadang saya melanggar aturan yang

    berlaku dalam organisasi.

    24

    f. Optimis (Optimism)

    Saya memiliki harapan yang positif

    dalam bekerja. 25

    Saya memiliki keyakinan bahwa, masa

    depan akan lebih baik dari masa lalu. 26

    Saya memiliki keyakinan yang positif

    dalam pekerjaan, meskipun banyak

    tantangan.

    27

    Social

    Awareness

    (Kesadaran

    Sosial)

    a. Empati (Empathy) Saya mendengarkan dengan penuh

    perhatian curahan hati orang lain. 28

    Saya dapat merasakan suasana hati

    seseorang, dan atau membaca isyarat

    non-verbal.

    29

    Saya biasanya melihat sesuatu dari

    perspektif orang lain.

    30

  • 87

    b. Kesadaran Organisasi

    (Organizational

    Awareness)

    Saya memahami nilai-nilai, dan atau

    budaya organisasi GPM. 31

    Saya memahami aturan yang berlaku

    dalam organisasi GPM. 32

    Saya menyadari bahwa ada kekuasaan

    utama yang mengatur organisasi GPM. 33

    c. Orientasi Pelayanan

    (Service

    orientation)

    Saya membuka diri terhadap orang lain

    yang membutuhkan pelayanan saya. 34

    Saya berupaya untuk membuat orang

    lain merasa puasa dengan pelayanan

    saya.

    35

    Memberikan pelayanan bagi orang lain,

    adalah juga bagian tanggung jawab

    pribadi saya.

    36

    Relationship

    Management

    (Manajemen

    Hubungan)

    a. Pengembangan orang lain

    (Developing

    others)

    Saya mengakui kemampuan yang

    dimiliki orang lain. 37

    Saya memberikan arahan, dan atau

    dorongan bagi orang lain untuk

    pengembangan diri.

    38

    Saya memberikan tanggapan, dan atau

    kritikan yang membangun. 39

    b. Kepemimpinan yang inspiratif

    (Inspirational

    leadership)

    Saya memberikan contoh bagi orang

    lain dalam pekerjaan, bukan hanya

    sebatas perkataan.

    40

    Saya mampu menginspirasi orang lain

    dalam melakukan pekerjaan. 41

    Saya mampu mengartikulasikan visi,

    dan misi dalam pekerjaan dengan

    menarik.

    42

    c. Katalisator Perubahan

    (Change Catalyst)

    Saya menginginkan sebuah perubahan

    terhadap sistem kekuasaan dalam

    organisasi GPM.

    43

    Saya enggan untuk membuat perubahan

    dalam pekerjaan yang telah berlangsung

    lama.

    44

    Saya mampu melakukan sebuah

    perubahan dalam pekerjaan meskipun

    mendapat tantangan.

    45

    d. Pengaruh (Influence)

    Saya mampu meyakinkan orang lain

    untuk mengikuti apa yang menjadi

    kepentingan saya.

    46

    Saya mampu untuk menjalin hubungan

    dengan orang-orang

    penting di lingkungan pekerjaan saya. 47

    Saya mampu memengaruhi orang lain

    untuk mendukung keputusan dalam

    musyawarah.

    48

  • 88

    e. Manajemen Konflik (Conflict

    Management)

    Saya mampu untuk mendamaikan ketika

    ada perbedaan pendapat, dan atau

    konflik dalam pekerjaan.

    49

    Saya menghindari konflik dalam

    melakukan suatu pekerjaan. 50

    Ketika terjadi konflik dalam pekerjaan,

    saya mencari dukungan orang lain untuk

    mendukung posisi saya.

    51

    f. Kerjasama Tim dan Kolaborasi

    (Teamwork and

    Collaboration)

    Saya jarang untuk bekerja sama dengan

    orang lain dalam suatu pekerjaan. 52

    Saya menerima masukan dari orang lain

    dalam suatu kelompok kerja. 53

    Saya mampu membangun hubungan

    yang lebih akrab dengan orang lain di

    tempat kerja.

    54

    Jumlah Total 48 6

    3.3.2. Prosedur Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dimulai dengan memberikan surat

    permohonan ijin penelitian kepada pimpinan sinode GPM. Setelah surat

    didisposisi, selanjutnya surat permohonan ijin penelitian disampaikan

    kepada para pimpinan klasis GPM yang di jadikan sampel wilayah.

    Setelah itu, dipilih secara acak jumlah pendeta di setiap klasis untuk

    dijadikan sampel penelitian, kemudian angket disebarkan sesuai dengan

    jumlah responden yang dijadikan sampel.

    Proses penyebaran angket penelitian dilakukan pada tanggal 15

    Maret sampai 23 April 2015 dengan cara; penulis mendatangi tempat

    tinggal masing-masing responden (pendeta) di tiap-tiap jemaat.

    Selanjutnya, responden diminta untuk mengisi angket dengan jawaban

    yang dianggap paling tepat atau paling sesuai. Angket yaitu alat

    pengumpulan data berupa daftar pernyataan yang dalam penelitian ini

    terdiri dari lima alternatif pilihan jawaban yaitu, sangat sesuai, sesuai,

    ragu-ragu, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Data angket yang

    dikumpulkan, kemudian diolah dan ditabulasi untuk menunjukan hasil

  • 89

    penelitian. Data angket yang dikumpulkan bertujuan untuk mendapatkan

    jawaban masing-masing responden mengenai komitmen organisasi,

    kepuasan kerja, dan kecerdasan emosional.

    3.4. Uji Coba (Tryout) Instrumen Penelitian

    Sebelum dilakukan penelitian atau pengambilan data, alat ukur

    perlu diuji coba (tryout) terlebih dahulu untuk mengetahui ketepatan,

    kecermatan, dan tingkat reliabilitas alat ukur tersebut. Meskipun telah

    diutarakan sebelumnya bahwa alat ukur acuan yang digunakan sudah

    teruji validitas dan reliabilitasnya, namun untuk lebih memastikan

    validitas dan reliabilitas skala yang akan digunakan, maka penulis tetap

    melakukan uji validitas dan reliabilitas. Pertimbangannya adalah bahwa

    instrumen tersebut akan digunakan pada lokasi/tempat dan responden

    yang berbeda.

    Adapun uji coba (tryout) alat ukur dilakukan pada tanggal 03

    sampai 10 Maret 2015 terhadap 45 responden (pendeta) yang berada di

    klasis pulau-pulau Lease yang terdiri dari 3 kecamatan, yakni;

    kecamatan Saparua, kecamatan pulau Haruku, dan kecamatan Nusalaut.

    Dari 45 angket yang disebarkan, semuanya dikembalikan oleh

    responden. Ada beberapa langkah yang dilakukan penulis dalam

    menyebarkan angket tryout penelitian antara lain; 1). Penulis

    melaporkan diri kepada pimpinan klasis pulau-pulau Lease yang

    berpusat di kecamatan Saparua, dengan disertai surat permohonan ijin

    penelitian. 2). Khusus untuk responden yang berada di kecamatan

    Saparua, penulis menyebarkan angket dengan mendatangi responden

    (pendeta) di tiap-tiap jemaat. Sementara itu, untuk pulau Haruku dan

    pulau Nusalaut, penulis memanfaatkan moment Persidangan Klasis

    untuk menyebarkan angket dengan pertimbangan semua resonden

  • 90

    (pendeta) hadir dalam kegiatan dimaksud. 3). Setelah semua data angket

    terkumpul, data kemudian diolah dan ditabulasi untuk menunjukan hasil

    penelitian berupa daya diskriminasi dan reliabilitas alat ukur tryout.

    3.4.1. Daya Diskriminasi dan Reliabilitas Alat Ukur

    Dalam suatu penelitian, data merupakan penggambaran variabel

    yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Data

    penelitian diperoleh dari data skor alat ukur. Baik tidaknya suatu data

    akan menentukan kualitas hasil penelitian, dan baik tidaknya data sangat

    bergantung pada ketepatan dan keandalan alat ukur yang digunakan.

    Karena itu, data yang diperoleh harus diuji terlebih dahulu melalui

    pengujian alat ukur yang terdiri dari uji daya diskriminasi item untuk

    mengetahui validitas alat ukur dan uji reliabilitas.

    a. Uji Daya Diskriminasi Item

    Uji daya diskriminasi atau daya beda item dilakukan untuk

    mengetahui validitas suatu alat ukur yang akan dilakukan dalam

    penelitian. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila dapat digunakan

    untuk mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur sehingga

    memberikan informasi yang akurat (Azwar, 2009; Sugiyono, 2010).

    Pengujian daya diskriminasi item menggunakan analisis butir (item)

    yaitu dengan mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total per

    konstruk, dan skor total seluruh item. Output SPSS for windows version

    17.0 menyebutkan bahwa analisis item/butir dinyatakan sebagai

    Corrected Item-Total Correlation dengan batas kritis skor total skala ≥

    0.30 (Azwar, 2009). Artinya, bila koefisien corrected item-total

    correlation lebih besar atau sama dengan 0.30, maka hal ini

  • 91

    mengindikasikan item tersebut memiliki daya diskriminasi yang

    memadai.

    b. Uji Reliabilitas

    Analisa reliabilitas bertujuan untuk menunjukan sejauh mana

    hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali

    atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama

    (Azwar, 2010). Penentuan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan

    metode Alpha Cronbach yang menurut Kaplan dan Saccuzzo (2001)

    kriteria reliabilitas yang digunakan adalah bila:

    1. r ≥ 0.7 berarti alat ukur tersebut dapat diandalkan dalam

    melakukan penelitian,

    2. r < 0.7 berarti alat ukur tersebut tidak dapat diandalkan dalam

    melakukan penelitian.

    3.4.2. Hasil Uji Coba (Tryout) Daya Diskriminasi dan Reliabilitas

    Untuk mengetahui kualitas skala yang digunakan, terlebih

    dahulu dilakukan seleksi item skala dan reliabilitas skala dengan tujuan

    untuk memilih item yang hasil ukurnya sesuai dengan hasil ukur skala

    secara keseluruhan dan sejauh mana konsistensi alat ukur yang

    digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, seleksi item skala

    dilakukan sebanyak dua kali putaran. Hal ini dilakukan untuk

    mengetahui bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini benar-

    benar dapat dipertanggungjawabkan. Adapun uji validitas dan uji

    reliabilitas menggunakan teknik alpha cronbach sebagai berikut:

  • 92

    a. Skala Komitmen Organisasi

    Item yang digunakan untuk menjaring data komitmen organisasi

    adalah sebanyak 24 item. Setelah dilakukan diskriminasi item melalui

    corrected item-total correlation, diperoleh 20 item yang memiliki

    koefisien korelasi ≥ 0.30, dan 4 item memiliki koefisien korelasi < 0.30

    dengan rentang nilai bergerak dari 0.303 s/d 0.662. Adapun item yang

    memiliki koefisien korelasi < 0.30 adalah: 6, 15, 18, 23, sebagaimana

    ditampilkan pada tabel berikut:

    Tabel 3.5

    Sebaran Item Valid Dan Item Gugur

    Skala Komitmen Organisasi

    No Komponen Jumlah

    Item

    Nomor Item Valid Nomor

    Item Gugur

    1 Komitmen Afektif 8 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 6

    2 Komitmen Berkelanjutan 8 9,10,11,12,13,14,16 15

    3 Komitmen Normatif 8 17,19,20,21,22,24 18,23

    Jumlah 20 4

    Setelah item yang gugur dihilangkan, selanjutnya dilakukan uji

    reliabilitas dari 20 item yang tersisa. Hasil koefisien alpha cronbach dari

    20 item adalah 0,839. Dengan demikian, reliabilitas alat ukur komitmen

    organisasi berada pada kategori yang sangat kuat.

    b. Skala Kepuasan Kerja

    Item yang digunakan untuk menjaring data kepuasan kerja

    adalah sebanyak 28 item. Setelah dilakukan diskriminasi item melalui

    corrected item-total correltion, diperoleh 21 item yang memiliki

    koefisien korelasi ≥ 0.30 dan 7 item memiliki koefisien korelasi < 0.30

    dengan rentang nilai bergerak dari 0.302 s/d 0.615. Adapun item yang

  • 93

    memiliki koefisien korelasi < 0.30 adalah: 8, 10, 15, 21, 22, 25, 27,

    sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut:

    Tabel 3.6

    Sebaran Item Valid Dan Item Gugur

    Skala Kepuasan Kerja

    No Aspek Jumlah

    Item

    Nomor Item Valid Nomor Item

    Gugur

    1 Gaji/Upah 5 1, 2, 3, 4, 5 -

    2 Promosi 5 6, 7, 9, 8, 10

    3 Rekan Kerja 6 11, 12, 13, 14, 16, 15

    4 Surpevisi 6 17, 18, 19, 20 21, 22

    5 Pekerjaan itu sendiri 6 23, 24, 26, 28 25, 27

    Jumlah 21 7

    Setelah item yang gugur dihilangkan, selanjutnya dilakukan uji

    reliabilitas dari 21 item yang tersisa. Hasil koefisien alpha cronbach dari

    21 item adalah 0,856. Dengan demikian, reliabilitas alat ukur kepuasan

    kerja berada pada kategori yang sangat kuat.

    c. Skala Kecerdasan Emosional

    Item yang digunakan untuk menjaring data kecerdasan

    emosional adalah sebanyak 54 item. Setelah dilakukan diskriminasi item

    melalui corrected item-total correltion, diperoleh 45 item yang memiliki

    koefisien korelasi ≥ 0.30 dan 9 item memiliki koefisien korelasi < 0.30

    dengan rentang nilai bergerak dari 0.310 s/d 0.783. Adapun item yang

    memiliki koefisien korelasi < 0.30 adalah: 5, 22, 24, 33, 38, 43, 44, 46,

    51. Mempertimbangkan item 33 yang memiliki koefisien korelasi 0.292

    hampir mendekati 0.30, maka selanjutnya item ini diperbaiki dan

    dipakai dalam pengujian selanjutnya. Dengan demikian, jumlah item

    yang digunakan dalam pengukuran selanjutnya adalah sebanyak 46 item

    sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut:

  • 94

    Tabel 3.7

    Sebaran Item Valid Dan Item Gugur

    Skala Kecerdasan Emosional

    No Aspek Jumlah

    Item

    Nomor Item Valid Nomor Item

    Gugur

    1 Kesadaran Diri 9 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 5

    2

    Manajemen Diri

    18 10,11,12,13,14,15,16,17,

    18,19,20,21,23,

    25,26,27

    22, 24

    3 Kesadaran Sosial 9 28,29,30,31,32,33

    34,35,36

    -

    4 Manajemen

    Hubungan

    18 37,39,40,41,42,45,47,48,

    49,50,52,53,54

    38,43,44,46,51

    Jumlah 46 8

    Setelah item yang gugur dihilangkan, selanjutnya dilakukan uji

    reliabilitas dari 45 item yang tersisa. Hasil koefisien alpha cronbach dari

    45 item adalah 0,945. Dengan demikian, reliabilitas alat ukur kecerdasan

    emosional berada pada kategori yang sangat kuat.

    3.5. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

    3.5.1. Populasi

    Menurut Sugiyono (2013), populasi adalah wilayah generalisasi

    yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

    karakteristik tertentu untuk dipelajari dan kemudian ditarik

    kesimpulannya. Dengan demikian, maka populasi dalam penelitian ini

    adalah keseluruhan pendeta yang merupakan pegawai organik GPM

    berjumlah 992 orang yang tersebar pada 32 wilayah klasis GPM, seperti

    digambarkan pada tabel dibawah ini:

  • 95

    Tabel 3.8

    Jumlah populasi pendeta GPM menurut wilayah klasis

    No Nama Klasis Jumlah Pendeta

    1 Ternate 8

    2 PP. Sula 17

    3 PP.Bacan 22

    4 PP.Obi 32

    5 Buruh Utara 19

    6 Buruh Selatan 35

    7 Teluti 22

    8 Seram Timur 4

    9 Taniwel 31

    10 Piru 25

    11 Kairatu 48

    12 Masohi 58

    13 Lease 45

    14 Seram Utara 45

    15 Banda 2

    16 Pulau Ambon 56

    17 Pulau Ambon Timur 51

    18 Pulau Ambon Utara 31

    19 Kota Ambon 58

    20 Kei Besar 43

    21 Kei Kecil 26

    22 Tanimbar Selatan 32

    23 Tanimbar Utara 46

    24 Lemola 18

    25 PP. Babar 34

    26 Babar Timur 26

    27 Kisar 32

    28 Damer 13

    29 Wetar 3

    30 PP.Aru 41

    31 Aru Tengah 35

    32 Aru Selatan 34

    Jumlah 992

    3.5.2. Sampel

    a. Pengambilan Sampel

    Menurut Sugiyono (2006), sampel adalah bagian dari jumlah dan

    karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Selanjutnya Arikunto

    (2006) mengemukakan bahwa jika jumlah populasi lebih besar dari 100,

    maka besarnya sampel dapat diambil berkisar antara 10%-15% atau

    20%-25% atau lebih. Bertolak dari pendapat ini, penulis menentukan

  • 96

    besarnya sampel 15% dari seluruh populasi pendeta GPM atau 15 % x

    992 orang = 148.8 atau = 150 (dibulatkan). Dengan demikian, jumlah

    sampel dalam penelitian ini adalah 150 orang.

    b. Teknik Sampling

    Dalam penelitian ini, tidak seluruh anggota populasi dijadikan

    sampel penelitian sehingga dilakukan sampling. Sampling adalah suatu

    cara pengumpulan data yang sifatnya tidak menyeluruh dan mencakup

    sebagian dari populasi saja (Supranto, 1997). Teknik sampling yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah Probability Sampling, yaitu;

    teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi

    setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampling

    (Sugiyono, 2013). Selanjutnya, untuk mendapatkan sampel dari populasi

    992 pendeta, diambil 150 pendeta sebagai sampel dengan menggunakan

    teknik Cluster Sampling (Sampling Area). Teknik ini digunakan karena

    objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Dengan demikian,

    untuk menentukan pendeta (subjek) mana yang akan dijadikan sumber

    data, maka pengambilan sampel ditetapkan secara bertahap dari wilayah

    (klasis) yang besar, sampai ke wilayah (klasis) terkecil. Setelah sampel

    terkecil, kemudian baru dipilih sampel secara acak dengan

    menggunakan Simple Random Sampling, yaitu; pengambilan anggota

    sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

    yang ada dalam populasi itu. Hal ini dilakukan karena anggota populasi

    dianggap homogen (Sugiyono, 2013).

    Teknik sampel daerah ini sering digunakan melalui dua tahap,

    yaitu; tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap kedua

    menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu.

  • 97

    1. Tahap I. Penentuan sampel daerah

    Sampel daerah ditentukan secara random terhadap populasi

    daerah (32 klasis GPM). Penulis menentukan besarnya sampel 15% dari

    seluruh populasi daerah (klasis GPM) atau 15 % x 32 = 4, 8 = 5

    (dibulatkan). Dengan demikian, jumlah sampel daerah (klasis GPM)

    dalam penelitian ini adalah 5.

    Penentuan 5 klasis sebagai sampel daerah dilakukan oleh penulis

    dengan mempertimbangkan efisiensi penelitian (waktu, biaya dan jarak

    tempuh) mengingat wilayah pelayanan GPM merupakan kepulauan yang

    meliputi propinsi Maluku dan Maluku Utara. Atas pertimbangan ini,

    penulis menentukan sampel daerah pada 4 klasis yang berpusat di Pulau

    Ambon, dan 1 klasis di pulau Seram (Kairatu), seperti yang

    digambarkan pada tabel berikut:

    Tabel 3.9

    Jumlah sampel daerah (Klasis GPM)

    No Nama Klasis Populasi

    1 Kota Ambon 58

    2 Kairatu 48

    3 Pulau Ambon 56

    4 Pulau Ambon Timur 51

    5 Pulau Ambon Utara 31

    Jumlah 244

    2. Tahap II. Penentuan sampel subjek (pendeta)

    Untuk mendapatkan sampel yang representatif atau yang sama

    porsinya dengan masing-masing pendeta GPM, maka Menurut Ridwan

    (2007) menggunakan rumus proportionate random sampling, yakni:

    𝑛𝑖 =𝑁𝑖

    𝑁.𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑛𝑖 = 𝑁𝑖.𝑛/𝑁

  • 98

    Keterangan:

    𝑛𝑖 = Jumlah sampel menurut Stratum

    𝑛 = Jumlah sampel seluruhnya

    Ni = Jumlah populasi menurut Stratum

    N = Jumlah populasi seluruhnya.

    Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel yang

    ditentukan secara acak menurut masing-masing klasis GPM sebagai

    berikut:

    Tabel 3.10

    Jumlah sampel yang representatif

    No Nama Klasis Populasi Sampel

    1 Kota Ambon 58 36

    2 Kairatu 48 30

    3 Pulau Ambon 56 34

    4 Pulau Ambon Timur 51 31

    5 Pulau Ambon Utara 31 19

    Jumlah 244 150

    Selanjutnya, dibawah ini dijelaskan cara pengambilan sampel

    secara acak yang mewakili 5 klasis GPM sehingga mendapat hasil

    seperti pada tabel 6, dengan menggunakan rumus:

    𝑛𝑖 =𝑁𝑖

    𝑁.𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑛𝑖 = 𝑁𝑖.𝑛/𝑁

    1). Klasis Kota Ambon = 58(Ni)/244x150(.n) = 35,65 = 36

    2). Klasis Kairatu = 48(Ni)/244x150(.n) = 29,50 = 30

    3). Klasis P. Ambon = 56(Ni)/244x150(.n) = 34,42 = 34

    4). Klasis P. Ambon Timur = 51(Ni)/244x150(.n) = 31.35 = 31

    5). Klasis P. Ambon Utara = 31(Ni)/244x150(.n) = 19,05 = 19

  • 99

    Keterangan:

    𝑛𝑖 = Jumlah sampel menurut Stratum/jumlah sampel dari hasil

    perhitungan pendeta GPM dari 5 klasis sebagai sampel daerah

    (lihat. Tabel 3.6)

    𝑛 = Jumlah sampel seluruhnya yakni (150)

    Ni = Jumlah populasi menurut Stratum/jumlah populasi dari 5 klasis

    GPM sebagai sampel daerah (lihat. Tabel 3.6)

    N = Jumlah populasi seluruhnya dari 5 klasis GPM = 244 (lihat.

    Tabel 3.6).

    Ada beberapa langkah yang dilakukan peneliti dalam penyebaran

    angket, yakni; Pertama, peneliti bertemu dengan Majelis Pekerja

    Harian Sinode (MPH) GPM untuk meminta ijin sekaligus persetujuan

    dari pihak lembaga agar dapat melakukan penelitian. Kedua, peneliti

    melaporkan diri ke pimpinan Klasis disertai dengan surat disposisi dari

    MPH Sinode GPM. Ketiga, peneliti menyebarkan angket secara acak

    kepada para pendeta yang berada pada masing-masing Klasis GPM

    dengan mempertimbangkan proporsional demografi (jenis kelamin).

    3.6. Teknik Analisa Data

    1. Analisis data menggunakan analisis kuantitatif untuk mengukur

    variabel kepuasan kerja, kecerdasan emosional dengan komitmen

    organisasi.

    2. Analisis korelasi dan analysis of variance (ANOVA) dengan

    menggunakan program statistik SPSS.17 For Windows Evaluation

    Version.

  • 100

    3.6.1. Uji Asumsi Klasik

    Supramono dan Haryanto (2005) menyatakan bahwa sebelum

    melakukan pengujian hipotesis, data perlu terlebih dahulu diuji agar

    memenuhi Criteria Best Linier Unbiased Estimator (BLUE), sehingga

    dapat menghasilkan parameter penduga yang sahih.

    a. Uji Normalitas

    Menurut Priyatno (2009), untuk melakukan analisis parametrik

    seperti independent sampel t-test, korelasi bivariate, regresi, dan

    sebagainya, syaratnya adalah data harus terdistribusi secara normal. Tes

    normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik

    one sample Kolmogorov-Smirnov (1-K-S) dengan kriteria pengujian

    sebagai berikut:

    o Bila angka signifikansi > 0.05, maka distribusi data adalah

    normal.

    o Bila angka signifikansi < 0.05, maka distribusi data adalah tidak

    normal.

    b. Uji Homogeneity of Variance untuk Analysis of Variance (ANOVA)

    Untuk dapat menggunakan uji statistik ANOVA, maka harus

    memenuhi asumsi dasar homogeneity of variance, yakni; variabel

    dependen harus memiliki varian yang sama dalam setiap kategori

    variabel independen (Ghozali, 2006). Kriteria pengujian ini, levene test

    di atas 5% (probabilitas>0.05), maka hipotesis nol akan diterima, berarti

    bahwa rata-rata kelompok memiliki variance yang sama, sehingga hal

    ini tidak menyalahi aturan analysis of variance (Sunjoyo.,et al, 2013).

  • 101

    3.6.2. Uji Hipotesis

    Untuk menguji hipotesis penelitian, teknik analisa data yang

    digunakan adalah: analisis korelasi berganda, teknik analisis anova dua

    arah (Two-Way ANOVA), dan teknik analisis uji beda t-test.

    a. Teknik Analisis Korelasi Berganda

    Menurut Priyatno (2009), analisis korelasi berganda (R) adalah:

    korelasi antara dua atau lebih variabel independen secara bersama-sama

    terhadap variabel dependen. Dalam perhitungan korelasi akan didapat

    koefisien korelasi yang digunakan untuk mengetahui keeratan

    hubungan, arah hubungan, dan berarti atau tidaknya hubungan tersebut.

    Nilai R berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekat 1, maka

    hubungan semakin erat. Sebaliknya, jika mendekati 0, maka hubungan

    semakin lemah,

    Teknik perhitungan korelasi yang digunakan adalah teknik

    korelasi product moment (Pearson). Teknik korelasi Pearson untuk

    sampel kecil maupun sampel besar guna mengetahui hubungan antara

    satu variabel dengan variabel lain secara linier dan datanya berskala

    interval atau rasio (Hartono, 2004).

    b. Teknik Analisis Anova Dua Arah (Two Way ANOVA)

    Menurut Ghozali (2006), analysis of variance (ANOVA)

    merupakan metode untuk menguji hubungan antara satu variabel

    dependen (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel independen

    (skala nonmetrik atau kategorikal). Anova dua arah digunakan untuk

    data yang memiliki satu dependen variabel dan dua variabel independen.

  • 102

    ANOVA dua arah ini digunakan untuk mengetahui pengaruh

    utama (main effect) dan pengaruh interaksi (interaction effect) dari

    variabel independen kategorikal (sering disebut faktor) terhadap variabel

    dependen. Pengaruh utama atau main effect adalah pengaruh langsung

    variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan pengaruh

    interaksi adalah pengaruh bersama atau joint effect dua atau lebih

    variabel independen terhadap variabel dependen dan pengaruh interaksi

    nilai signifikan (p < 0.05).

    c. Teknik Analisis Uji Beda t-test

    Uji beda t-test (independent sample t-test) digunakan untuk

    membandingkan kelompok atau grup yang tidak berhubungan satu

    dengan yang lain, apakah kedua kelompok atau grup tersebut

    mempunyai rata-rata yang sama ataukah tidak secara signifikan

    (Sunjoyo.,et al, 2013).

    Menurut Sugiyono (2010), hubungan variabel independen secara

    parsial dengan variabel dependen akan diuji dengan uji-t dengan

    membandingkan t-tabel dengan t-hitung. Setelah dilakukan uji hipotesis

    (uji-t), maka kriteria yang ditetapkan yaitu dengan membandingkan nilai

    t-hitung dengan nilai t-tabel yang diperoleh berdasarkan tingkat

    signifikan (α) tertentu dan derajat kebebasan (df) = n-k. Kriteria

    pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut:

    Ho diterima jika t-hitung ≤ t-tabel

    Ho ditolak jika t-hitung > t-tabel.

    Apabila Ho diterima, maka hal ini menunjukan bahwa variabel

    independen tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel

    dependen dan sebaliknya.