BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun...

27
50 Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN Rohmat (2010, hlm. 91) mendefinisikan metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pelaksanaan penelitian harus memiliki latar belakang masalah, fenomena yang ada, masalah-masalah yang menjadi pertanyaan penelitian, perubahan-perubahan dan perkembangan yang dihadapi. Setiap permasalahan penelitian yang berbeda memerlukan metode penelitian yang berbeda pula, sehingga dalam menentukan metode penelitian yang tepat diperlukan suatu desain penelitian. Desain penelitian atau rancangan penelitian ini akan memberikan petunjuk sistematis atau menggambarkan langkah-langkah yang harus dilakukan, waktu pelaksaan penelitian, sumber data, untuk apa data dikumpulkan, bagaimana cara mengumpulkan data, dan bagaimana mengolah dan menganalisis data tersebut. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode kuantitatif dengan quasi eksperimen. Metode penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variable (Creswell, 2009, hlm. 5). Variabel-variabel diukur biasanya dengan instrument penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik. Laporan akhir untuk penelitian ini pada umumnya memiliki struktur yang ketat dan konsisten mulai dari pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan. Penelitian kuantitatif dengan eksperimen bertujuan menguji pengaruh suatu variable terhadap variable lain atau menguji hubungan sebab akibat antara variable yang satu dengan variable yang lain. Penelitian eksperimen dalam pembelajaran merupakan penelitian yang tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan, model, strategi, metode, dan media tertentu. Penelitian eksperimen dilakukan dengan cara membandingkan satu kelompok eksperimen atau lebih yang diberi perlakuan, dengan satu kelompok pembanding atau lebih yang tidak diberi perlakuan (Rohmat, 20010. hlm. 92). Penelitian

Transcript of BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun...

Page 1: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

50

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Rohmat (2010, hlm. 91) mendefinisikan metode penelitian merupakan cara

ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Pelaksanaan penelitian harus memiliki latar belakang masalah, fenomena yang

ada, masalah-masalah yang menjadi pertanyaan penelitian, perubahan-perubahan

dan perkembangan yang dihadapi. Setiap permasalahan penelitian yang berbeda

memerlukan metode penelitian yang berbeda pula, sehingga dalam menentukan

metode penelitian yang tepat diperlukan suatu desain penelitian. Desain penelitian

atau rancangan penelitian ini akan memberikan petunjuk sistematis atau

menggambarkan langkah-langkah yang harus dilakukan, waktu pelaksaan

penelitian, sumber data, untuk apa data dikumpulkan, bagaimana cara

mengumpulkan data, dan bagaimana mengolah dan menganalisis data tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode kuantitatif dengan quasi

eksperimen. Metode penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk

menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variable

(Creswell, 2009, hlm. 5). Variabel-variabel diukur biasanya dengan instrument

penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis

berdasarkan prosedur-prosedur statistik. Laporan akhir untuk penelitian ini pada

umumnya memiliki struktur yang ketat dan konsisten mulai dari pendahuluan,

landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan. Penelitian

kuantitatif dengan eksperimen bertujuan menguji pengaruh suatu variable

terhadap variable lain atau menguji hubungan sebab akibat antara variable yang

satu dengan variable yang lain.

Penelitian eksperimen dalam pembelajaran merupakan penelitian yang

tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan kegiatan

pembelajaran dengan pendekatan, model, strategi, metode, dan media tertentu.

Penelitian eksperimen dilakukan dengan cara membandingkan satu kelompok

eksperimen atau lebih yang diberi perlakuan, dengan satu kelompok pembanding

atau lebih yang tidak diberi perlakuan (Rohmat, 20010. hlm. 92). Penelitian

Page 2: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

51

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksperimen dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu: (1) Pre-experimental,

(2) Quasi-experimental, (3) True experimental, (4) Single-subjek (Creswell, 2012,

hlm. 241). Metode ekperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimen semu (quasi experiment). Dalam rancangan ini, kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol diseleksi tanpa prosedur penempatan acak. Pada kelompok

eksperimen diberikan perlakuan khusus yaitu variable yang akan diuji

pengaruhnya, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan perlakuan secara

konvensional atau yang biasa dilakukan sebelumnya oleh guru di tempat

penelitian tersebut.

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu pedoman, langkah-langkah, proses

yang harus dilakukan dalam menganalisis data hasil penelitian. Creswell dalam

Research Desain mengemukakan tiga jenis desain quasi-experimental yaitu: (1)

Kelompok-kontrol (pretest dan postest) nonekuivalen (Nonequivalent “pretest

and posttest” control group design), (2) Serangkaian waktu yang diputuskan oleh

satu kelompok (Single group interrupted time-seriess design), (3) serangkaian

waktu yang diputus oleh kelompok kontrol (control group interrupted time series

design).

Penelitian ini quasi experimental yang digunakan adalah Non Equivalent

(pre test and post test) Control Group Design (Sugiyono, 2012. hlm. 79):

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Kontrol : O O

Keterangan :

O :Pretest atau Postest kemampuan berpikir kritis

X :Model Pembelajaraan Berbasis Masalah atau Model

Pembelajaran Berbasis Proyek

:Subjek tidak dikelompokkan secara acak

Penelitian ini membagi kelompok menjadi tiga yaitu kelompok

eksperimen 1, kelompok eksperimen 2, dan kelompok kontrol. Peserta didik

kelompok eksperimen 1 diberi perlakuan dengan model pembelajaran berbasis

masalah, peserta didik kelompok eksperimen 2 diberi perlakuan dengan model

Page 3: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

52

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran berbasis proyek, dan peserta didik kelompok kontrol dengan model

pembelajaran konvensional.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 15 Bandung. Pemilihan lokasi

penelitian berdasarkan pertimbangan: (1) Peserta didik aktif dalam belajar di

kelas, (2) Guru mata pelajaran IPS belum pernah menerapkan model pembelajaran

berbasis masalah dan model pembelajaran berbasis proyek, (3) Telah mendapat

izin dari pihak sekolah untuk melakukan penelitian.

C. Subjek (Populasi dan Sampel) Penelitian

Sugiyono (2012, hlm. 80) menyatakan, “Populasi diartikan sebagai

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik

kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung, yaitu sebanyak delapan kelas.

Pengelompokkan sampel terdiri atas kelas eksperimen 1, kelas eksperimen

2, dan kelas kontrol. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII A, VIII C, dan

kelas VIII H. Kelas VIII A sebagai kelas eksperimen 1 dengan model

pembelajaran berbasis masalah, kelas VIII A dipilih berdasarkan pertimbangan

bahwa model pembelajaran berbasis masalah belum pernah diterapkan pada kelas

ini. Kelas VIII H sebagai kelas eksperimen 2 dengan model pembelajaran berbasis

proyek berdasarkan pertimbangan bahwa model pembelajaran berbasis proyek

E 1 E 2

K

E 1 : E 2

E 2 : K

E 1 : K

Gambar 3.1 Hubungan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Page 4: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

53

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sangat menuntut keaktifan peserta didik sehingga kelas VIII H yang peserta didik

sangat aktif dalam proses pembelajaran menurut keterangan guru pengajar

sehingga cocok diterapkan model pembelajaran berbasis proyek. Karena menurut

Dopplet (2003) untuk mendukung suksesnya pembelajaran, maka diperlukan

siswa yang aktif. Kelas VIII C sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran

konvensional, dengan menggunakan metode ceramah bervariasi.

D. Definisi Operational

Untuk memberikan konsep yang sama dalam upaya menghindari

kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah atau variable yang digunakan dalam

penelitian ini, pengertian dari istilah atau variable tersebut yaitu:

1. Model Pembelajaran Berasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang

melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dengan

mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin

ilmu. Model ini meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi, dan

mempresentasikan penemuan. Menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah dalam pembelajaran diharapkan dapat mengasah kemampuan berpikir

peserta didik, terutama kemampuan berpikir kritis. Model pembelajaran

berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang difokuskan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik berpikir secara visible, karena

dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir peserta didik

betul-betul dioptimalisasikan melalui kerja kelompok atau tim yang sistematis,

sehingga peserta didik dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan

mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

2. Model pembelajaran berbasis proyek sebagai sebuah pembelajaran yang

menekankan aktivitas peserta didik dalam memecahkan berbagai

permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasikan pengetahuan

mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk

otentik tertentu. Pembelajaran ini lebih jauh dipandang sebagai sebuah

pembelajaran yang sangat baik digunakan untuk menumbuhkan kemampuan

berpikir kritis peserta didik.

Page 5: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

54

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif

terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi. Indikator

berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi; memfokuskan pertanyaan,

menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang

suatu penjelasan atau pernyataan

b. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan

apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengenai serta

mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.

c. Menyimpulkan yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau

mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau mempertimbangkan

hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai pertimbangan.

d. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-

istilah dan deinisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi

asumsi.

e. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan

berinteraksi dengan orang lain.

E. Instrument Penelitian

Untuk memperoleh data yang refresentatif digunakan dua jenis instrumen,

yaitu jenis tes dan non tes. Instrumen jenis tes adalah soal-soal kemampuan

berpikir kritis berupa soal pretest dan soal posttest sedangkan instrumen non tes

yaitu lembar observasi kemampuan berpikir kritis, lembar observasi selama proses

pembelajaran untuk mengetahui aktivitas guru dan peserta didik.

1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu: tahap

pembuatan instrumen dan tahap uji coba instrument. Tes akan mengukur

kemampuan berpikir kritis peserta didik. Tes dilakukan sebelum dan sesudah pada

kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol. Pretest diberikan

untuk melihat kemampuan awal peserta didik pada kelas eksperimen 1, kelas

eksperimen 2, dan kelas kontrol, sedangkan posttest diberikan untuk melihat hasil

capaian peserta didik setelah mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran

berbasis masalah dan model pembelajaran berbasis proyek. Soal pretest berbentuk

Page 6: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

55

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pilihan ganda sebanyak 25 soal, dengan materi pokok pada Standar Kompetensi 5;

Memahami usaha persiapan kemerdekaan. Soal posttest merupakan soal tes

kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes buatan

guru yang berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 25 soal. Soal posttest ini

disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas

VIII semester genap yaitu pada Standar Kompetensi 6. Memahami Pranata dan

Penyimpangan Sosial; dan Kompetensi Dasar: 6.1 Mendeskripsikan bentuk-

bentuk hubungan sosial. Soal kemampuan berpikir kritis ini selain disesuaikan

dengan materi pokok pelajaran juga dibuat berdasarkan indikator kemampuan

berpikir kritis. Kompetensi dasar tersebut diambil dari Kurikulum KTSP yang

sekarang sedang digunakan di SMP Negeri 15 Bandung.

Langkah-langkah dalam membuat tes adalah:

a. Menentukan tujuan tes

b. Menentukan acuan yang akan dipakai dalam tes (acuan kriteria atau acuan

norma)

c. Membuat kisi-kisi

d. Membuat soal sesuai kisi-kisi

Tes diberikan sebelum dan sesudah treatment diterapkan pada ketiga

kelas sampel (kelas VIII A, VIII H, dan VIII C). Selanjutkan membandingkan

hasil pretest dan posttest untuk masing-masing kelas. Hal ini untuk mengetahui

apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas

eksperiment 1 yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, kelas

eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek, dan kelas

kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional untuk kemudian

dicari manakah yang lebih efektif diantara ketiga model pembelajaran tersebut

untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Instrumen yang telah dibuat diujicobakan terlebih dahulu agar dapat

diketahui validitas dan reliabilitasnya. Uji coba dilaksanakan pada peserta didik

kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung. Analisis hasil uji coba instrumen meliputi uji

validitas, uji reliabilitas, analisis tingkat kesukaran, dan analisis daya pembeda.

Analisis hasil uji coba instrumen ini dilakukan dengan menggunakan Program

Software Anates.

Page 7: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

56

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Analisis Validitas Tes

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir

soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal tes, skor yang

ada pada butir soal akan dikorelasikan dengan skor total. Item butir soal yang

sudah diujicobakan, dihitung validitasnya dengan cara menghitung korelasi antara

skor tiap butir soal (x) dengan skor total (y). Uji validitas dilakukan untuk

mengetahui apakah instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur (Sugiyono, 2009, hlm. 173). Hasil uji validitas kemudian

diinterpretasikan seperti berikut ini:

Tabel 3.1 Koefisien Validitas Butir Soal

NO Tingkat Hubungan Interval

1 Sangat Tinggi 0.800 < rxy ≤ 1,00

2 Tinggi 0,600< rxy ≤ 0,800

3 Cukup 0,400< rxy ≤ 0,600

4 Rendah 0,200< rxy ≤ 0,400

5 Sangat Rendah rxy ≤ 0,200

Diadaptasi dari Arikunto (2012, hlm. 89)

Rumus korelasi Produck Moment dengan angka kasar (Arikunto, 2012,

hlm. 87) :

rxy = 𝑁Σ𝑋𝑌−(Σ𝑋)(Σ𝑌)

√{𝑁Σ𝑋²−(Ʃ𝑋)²}{𝑁Σ𝑌²−(Σ𝑌)²}

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variable X dan Variabel Y

X = Skor item

Y = Skor total

N = Jumlah peserta didik

Page 8: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

57

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji validitas tiap item instrument dilakukan dengan membandingkan

thitung dengan ttabel. Tiap item tes dikatakan valid apabila taraf signifikansi χ = 0,05

diperoleh thitung ≥ ttabel.

Lebih lanjut untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji t

dengan rumus berikut (Sudjana, 2002) : rxy

Keterangan :

t = Uji t

rxy = Koefisien korelasi

N = Jumlah subjek

Soal tes kemampuan berpikir kritis diujicobakan kepada 37 orang peserta

didik di kelas VIII D SMP Negeri 15 Bandung. Data hasil ujicoba soal tes serta

validitas butir soal selengkapnya ada pada lampiran. Perhitungan validitas butir

soal menggunakan software Anates V.402 For Windows. Hasil validitas butir soal

kemampuan berpikir kritis disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Hasil Uji Coba Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis

Pretest Posttest

No

Soal Koefisien Kategori Kriteria

No

Soal Koefisien Kategori Kriteria

1 0,727 Tinggi Valid 1 0,422 Cukup Valid

2 0,395 Rendah Valid 2 0,450 Cukup Valid

3 0,407 Cukup Valid 3 0,571 Cukup Valid

4 0,713 Tinggi Valid 4 0,452 Cukup Valid

5 0,722 Tinggi Valid 5 0,477 Cukup Valid

6 0,576 Cukup Valid 6 0,382 Rendah Valid

7 0,127 Sangat Rendah Tidak Valid 7 0,203 Rendah Tidak Valid

8 0,577 Cukup Valid 8 0,262 Rendah Tidak Valid

√𝑁 − 2 r xy

√1 − r 2xy t =

Page 9: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

58

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9 0,590 Cukup Valid 9 0,454 Cukup Valid

10 0,610 Tinggi Valid 10 0,390 Rendah Valid

11 0,210 Rendah Tidak Valid 11 0,449 Cukup Valid

12 0,352 Rendah Tidak Valid 12 0,750 Tinggi Valid

13 0,377 Rendah Tidak Valid 13 0,707 Tinggi Valid

14 0,610 Tinggi Valid 14 0,645 Tinggi Valid

15 0,067 Sangat Rendah Tidak Valid 15 0,670 Tinggi Valid

16 0,560 Cukup Valid 16 0,546 Cukup Valid

17 0,542 Cukup Valid 17 0,461 Cukup Valid

18 0,240 Rendah Tidak Valid 18 0,205 Rendah Tidak Valid

19 0,397 Rendah Valid 19 0,315 Rendah Tidak Valid

20 0,510 Cukup Valid 20 0,444 Cukup Valid

21 0,566 Cukup Valid 21 0,454 Cukup Valid

22 0,561 Cukup Valid 22 0,425 Cukup Valid

23 0,563 Cukup Valid 23 0,705 Tinggi Valid

24 0,566 Cukup Valid 24 0,446 Cukup Valid

25 0,425 Cukup Valid 25 0,483 Cukup Valid

(Hasil perhitungan statistik penelitian, 2016)

Berdasarkan perhitungan validitas butir soal pretest kemampuan berpikir

kritis yang berjumlah 25 soal diperoleh 19 soal yang valid dan 6 soal yang tidak

valid yaitu soal nomor 7, 11, 12, 13, 15, dan 18 (diperbaiki). Sedangkan

perhitungan butir soal posttest kemampuan berpikir kritis yang berjumlah 25 soal

diperoleh 21 soal yang valid dan 4 soal yang tidak valid yaitu nomor 7, 8, 18, dan

19 (diperbaiki).

b. Analisis Reabilitas

Reabilitas adalah kestabilan skor yang didapat saat diuji ulang dengan tes

yang sama pada situasi atau pengukuran ke pengukuran yang lain. Menurut

Sukardi (2008, hlm. 43) realibilitas adalah karakter lain dari evaluasi. Reliabilitas

juga dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrument

evaluasi dikatakan mempunyai nilai reliabilitas tinggi, apabila tes yang dibuat

mempunyai hasil konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Dengan

demikian suatu instrument memiliki realibilitas yang memadai bila instrument itu

Page 10: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

59

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan mengukur aspek yang diukur dengan ketetapan hasil. Metode yang

digunakan untuk menguji realibilitas instrument dalam penelitian ini dengan

rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2012, hlm. 122) :

r11 = [𝑛

(𝑛 − 1)] [1 Σ 𝜎𝑖² 𝜎𝑡²

]

Keterangan:

r11 = reabilitas

Σ 𝜎𝑖² = jumlah varians skor tiap-tiap item

𝜎𝑡² = varians total

𝑛 = banyaknya soal

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa

kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Menurut Suherman (2001, hlm. 156) ketentuan koefisien reabilitas sebagai

berikut:

Tabel 3.3 Kategori Reliabilitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80<ri≤1,00 Tinggi

0,60<ri≤0,80 Cukup

0,40<ri≤0,60 Agak Rendah

0,20<ri≤0,40 Rendah

<ri≤0,20 Sangat Rendah

Instrument dapat diketahui reliable atau tidak dapat dilakukan pengujian

reliabilitas dengan rumus Alpha-Croncbach dengan bantuan program Anates

V.402 for windows. Hasil penelitian selengkapnya ada pada lampiran. Berikut ini

merupakan hasil ringkasan perhitungan reabilitas pretest dan posttest.

Tabel 3.4 Hasil Uji Coba Reabilitas

Pretest Posttest

rhitung rtabel Kriteria Kategori rhitung rtabel Kriteria Kategori

0, 92 0,325 Reliabel Tinggi 0, 94 0,325 Reliabel Tinggi

(Hasil perhitungan statistik penelitian, 2016)

Maka untuk α = 5% dengan derajat kebebasan dk = 37 diperoleh harga

rtabel 0,325. Hasil dari perhitungan reliabilitas untuk soal pretest berdasarkan tabel

6 diperoleh rhitung 0,92 artinya soal tersebu reliable karena 0,92 > 0,325 dan

Page 11: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

60

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan hasil perhitungan reliabilitas untuk

soal posttest diperoleh rhitung 0,94 artinnya soal tersebut reliable karena 0,94 >

0,325 dan termasuk dalam kategori tinggi. Hasil analisis tersebut menunjukkan

bahwa soal kemampuan berpikir kritis telah memenuhi karakteristik yang

memadai untuk digunakan dalam penelitian.

c. Analisis Item Test

Langkah-langkah dan ketentuan analisis item test (Sumaatmadja, 1984,

hlm. 138) adalah sebagai berikut :

1. Membuat pedoman penilaian dan kunci jawaban

2. Membuat ketentuan tingkat signifikansi tiap item

3. Menentukan indeks kesukaran tiap item

Langkah-langkah ini kemudian dijadikan acuan untuk menganalisis item

test soal pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis.

1. Membuat pedoman penilaian dan kunci jawaban

Pedoman penilaian objektif test menggunakan metode statistik,

menggunakan rumus umum (Sumaatmadja, 1984, hlm. 138-141) sebagai berikut :

S = R - 𝑊

0−1

Keterangan:

S = angka yang diperoleh dari penebakan

R = jumlah item yang dijawab benar

W = jumlah item yang dijawab salah

0 = banyak pilihan

1 = angka tetap

2. Membuat ketentuan tingkat signifikansi tiap item

Tingkat signifikansi tiap item didasarkan atas selisih jawaban yang salah

diantara kelompok rendah (WL) dengan kelompok tinggi (WH) atau WL - WH.

Angka selisih yang signifikan untuk tiap item yang memperlihatkan daya

pembeda.

Page 12: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

61

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel. 3.5 Tingkat Pembeda Tiap Item yang Signifikan

yang ditunjukkan oleh Perbedaan WL dan WH

Jumlah yang

ditest N

Jumlah

kelompok

rendah atau

kelompok

tinggi (27%

N)

(WL - WH), pada angka tersebut

atau diatasnnyna yang ditetapkan

sebagai tingkat pembeda yang

signifikan

2 3 4

28 – 31

32 – 35

36 – 38

39 – 42

43 – 46

47 – 49

50 – 53

54 – 57

58 – 61

8

9

10

11

12

13

14

15

16

4

5

5

5

5

5

5

6

6

5

5

5

5

5

6

6

6

6

5

5

5

5

6

6

6

6

6

Dan seterusnya

Berdasarkan tabel di atas, jika angka ini sesuai dengan tabel atau lebih

tinggi daripada itu, berarti memiliki daya pembeda yang signifikan, sehingga

mungkin tidak perlu diganti ataupun diperbaiki (Sumaatmadja, 1984, hlm. 139).

Daya Pembeda sebuah soal merupakan kemampuan suatu soal untuk

membedakan peserta didik yang belajar dengan peserta didik yang tidak belajar.

Soal yang memiliki daya pembeda baik bila peserta didik yang belajar dapat

menyelesaikan soal dengan baik, dan peserta didik yang tidak belajar tidak dapat

menyelesaikan soal dengan baik. Klasifikasi interpretasi daya pembeda soal

menurut Arikunto (2012, hlm. 232) sebagai berikut:

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda

Kriteria Daya Pembeda Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Untuk hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Adapun hasil rangkuman yang diperoleh dari hasil uji coba instrument untuk daya

Page 13: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

62

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembeda dengan menggunakan software Anates V.402 for window dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 3.7 Daya Pembeda Soal

Pretest Posttest

No

Soal DP Interpretasi

No

Soal DP Interpretasi

1 1 Sangat Baik 1 0,40 Baik

2 0,40 Baik 2 0,50 Baik

3 0,30 Cukup 3 0,70 Sangat Baik

4 1 Sangat Baik 4 0,40 Baik

5 1 Sangat Baik 5 0,40 Baik

6 0,40 Baik 6 0,50 Baik

7 0,10 Jelek 7 0,20 Cukup

8 0,40 Baik 8 0,10 Jelek

9 0,50 Baik 9 0,70 Sangat Baik

10 0,20 Cukup 10 0,60 Baik

11 0,20 Cukup 11 0,40 Baik

12 0,40 Baik 12 0,90 Sangat Baik

13 0,40 Baik 13 0,90 Sangat Baik

14 0,20 Cukup 14 0,80 Sangat Baik

15 0,10 Jelek 15 0,80 Sangat Baik

16 0,60 Baik 16 0,70 Sangat Baik

17 0,50 Baik 17 0,50 Baik

18 0,20 Cukup 18 0,30 Cukup

19 0,70 Sangat Baik 19 0,50 Baik

20 0,90 Sangat Baik 20 0,40 Baik

21 1 Sangat Baik 21 0,50 Baik

22 0,30 Cukup 22 0,10 Jelek

23 0,60 Baik 23 0,80 Sangat Baik

24 0,60 Baik 24 0,20 Cukup

Page 14: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

63

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25 0,10 Jelek 25 0,30 Cukup

(Hasil perhitungan statistik penelitian, 2016)

Berdasarkan hasil pengujian daya pembeda untuk soal pretest dan posttest

pada tabel di atas, didapat daya pembeda dengan klasifikasi jelek sebanyak 3 soal

yaitu nomor 7, 15, 25 ; klasifikasi cukup sebanyak 5 soal yaitu nomor 3, 10, 11,

18, dan 22 ; klasifikasi baik sebanyak 10 soal yaitu nomor 2, 6, 8, 9, 12, 13, 16,

17, 23, dan 24 ; klasifikasi sangat baik sebanyak 6 soal yaitu nomor 1, 4, 5, 19, 20,

dan 21.

Hasil pengujian daya pembeda pada soal posttest, didapat daya pembeda

dengan klasifikasi jelek sebanyak 2 soal yaitu nomor 8 dan 22 ; klasifikasi cukup

sebanyak 4 soal yaitu nomor 7, 18, 24, dan 25 ; klasifikasi baik sebanyak 11 soal

yaitu nomor 1, 2, 4, 5, 6, 10, 11, 17, 19, 20, dan 21 ; klasifikasi sangat baik

sebanyak 8 soal yaitu nomor 3, 9, 12, 13, 14, 15, 16, dan 23.

3. Menentukan Indeks Kesukaran Tiap item

Tingkat kesukaran suatu soal menunjukkan bahwa soal tersebut termasuk

kategori sukar, sedang atau mudah, hal ini menggambarkan kemampuan peserta

didik dalam menjawab soal-soal tes. Klasifikasi tingkat kesukaran dapat dianalisa

dengan menggunakan rumus indeks kesukaran (Sumaatmadja, 1984, hlm. 134)

sebagai berikut :

Difficulty index = (WL + WH) 100 𝑥 𝑂

2𝑛 (𝑂−1)

Keterangan :

WL = Kelompok rendah yang membuat kesalahan, menjawab item dengan

salah. Keseluruhan kelompok rendah = 27% dari keseluruhan yang dites

(27% dari N)

WH = Kelompok tinggi yang membuat kesalahan, menjawab item dengan

salah. Keseluruhan kelompok tinggi = 27% dari seluruh yang dites (27%

dari N)

100 = Bilangan tetap

Page 15: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

64

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

n = 27% dari yang dites (27% dari N)

N = Jumlah individu yang dites

O = Banyak pilihan pada item (option)

Berdasarkan rumus di atas kita akan mengetahui item-item mana yang

tingkat kesukarannya terlalu besar dan item mana yang tingkat kesukarannya tidak

ada sama sekali, sehingga harus diganti atau harus diperbaiki. Melalui indek

kesukaran dan daya pembeda, maka hal itu akan menjadi syarat diterima atau

tidaknya item butir soal.

Untuk menentukan tiga tingkat kesukaran item digunakan ketentuan:

Item mudah : jika 16% yang dites tidak dapat menjawab item tersebut.

Item sedang : jika 50% yang dites tidak dapat menjawab item tersebut.

Item sukar : jika 84% yang dites tidak dapat menjawab item tersebut.

Tipe tes pilihan jamak sesuai optionnya, memiliki tingkat perhitungan

kesukaran sebagai berikut :

Tabel 3.8 Tingkat Perhitungan Kesukaran

Persentase

yang dites

yang

menjawab

item dengan

salah

Jumlah pilihan (option) tiap item

2 3 4 5

16 0,16n 0,213n 0,240n 0,256n

50 0,50n 0,667n 0,750n 0,800n

84 0,84n 1,120n 1,260n 1,344n

(Sumber : Sumaatmadja, 1984, hlm. 135)

Menurut Arikunto (2012, hlm. 225) klasifikasi tingkat kesukaran soal

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Kriteria Tingkat Kesukaran Klasifikasi

TK = 0,00 Soal sangat sukar

0,00 < TK ≤ 0,3 Soal Sukar

0,3 < TK ≤ 0,7 Soal Sedang

0,7 < TK ≤ 1,00 Soal Mudah

TK = 1,00 Soal Sangat Mudah

Page 16: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

65

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut ini merupakan hasil uji coba tingkat kesukaran dengan

menggunakan bantuan software Anates V.402 for windows.

Tabel 3.10 Uji Tingkat Kesukaran

Pre Test Posttest

No

Soal IK Interpretasi

No

Soal IK Interpretasi

1 0,5000 Sedang 1 0,7297 Mudah

2 0,8333 Mudah 2 0,6486 Sedang

3 0,7222 Mudah 3 0,6757 Sedang

4 0,4722 Sedang 4 0,8649 Sangat Mudah

5 0,5278 Sedang 5 0,8078 Mudah

6 0,8056 Mudah 6 0,5676 Sedang

7 0,5556 Sedang 7 0,7568 Mudah

8 0,8611 Sangat Mudah 8 0,9730 Sangat Mudah

9 0,8056 Mudah 9 0,4865 Sedang

10 0,9444 Sangat Mudah 10 0,5135 Sedang

11 0,5556 Sedang 11 0,8378 Mudah

12 0,3611 Sedang 12 0,4865 Sedang

13 0,6389 Sedang 13 0,5135 Sedang

14 0,9444 Sangat Mudah 14 0,5405 Sedang

15 0,6944 Sedang 15 0,5676 Sedang

16 0,6944 Sedang 16 0,5946 Sedang

17 0,6667 Sedang 17 0,6486 Sedang

18 0,8056 Mudah 18 0,8378 Mudah

19 0,4167 Sedang 19 0,8108 Mudah

20 0,4160 Sedang 20 0,2973 Sukar

21 0,4444 Sedang 21 0,5135 Sedang

22 0,8611 Sangat Mudah 22 0,9730 Sangat Mudah

Page 17: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

66

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

23 0,5556 Sedang 23 0,6216 Sedang

24 0,5278 Sedang 24 0,8919 Sangat Mudah

25 0,9722 Sangat Mudah 25 0,8649 Sangat Mudah

Berdasarkan hasil uji coba instrument untuk soal pretest diperoleh 5 soal

dengan kategori sangat mudah yaitu soal nomor 8, 10, 14, 22, dan 25. Untuk

kriteria tingkat kesukaran mudah sebanyak 5 soal yaitu nomor 2, 3, 6, 9, dan 18.

Untuk kriteria kesukaran sedang sebanyak 15 soal yaitu nomor 1, 4, 5, 7, 11, 12,

15, 16, 17, 19, 20, 21, 23, dan 24.

Adapun untuk hasil uji coba soal posttest diperoleh 5 soal dengan kriteria

sangat mudah yaitu nomor 4, 7, 22, 24, dan 25. Untuk kriteria mudah sebanyak 6

soal yaitu nomor 1, 5, 7, 11, 18, dan 19. Untuk kriteria sedang sebanyak 12 soal

yaitu nomor 2, 3, 6, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 21, dan 23. Untuk kriteria sukar

sebanyak 1 soal yaitu nomor 20.

4. Memperbaiki dan Mengganti Item

Untuk memperbaiki dan mengganti, digunakan pedoman sebagai berikut

(Sumaatmadja, 1984, hlm. 140) :

Item-item yang harus diganti :

a. Jika daya pembedanya (WL ‒ WH) tidak signifikan, dan indeks kesukaran lebih

besar dari 100.

b. Jika daya pembedanya tidak signifikan, dan indeks kesukaran sama dengan

nol (tidak mempunyai indeks kesukaran)

Item-item yang diperbaiki :

a. Jika daya pembedanya signifikan, tetapi indeks kesukaran lebih dari 100.

b. Jika daya pembedanya tidak signifikan, tetapi indeks kesukaran kurang dari

100.

Hasil uji coba pretest dan posttest selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran. Hasil uji coba pada soal pretest dan posttest adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11 Hasil Uji 25 Item Pretest Pilihan Ganda

Berdasarkan Daya Pembeda dan Indeks Kesukarannya

Nomor

Item WL = 10 WH = 10 WL - WH WL + WH

Indeks

Kesukaran

(WL + WH) 100 𝑥 𝑂

2𝑛 (𝑂−1)

1 10 0 10 10 66.67

Page 18: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

67

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 4 0 4 4 26.67

3 4 1 3 5 33.33

4 10 0 10 10 66.67

5 10 0 10 10 66.67

6 5 1 4 6 40.00

7 5 4 1 9 60.00

8 4 0 4 4 26.67

9 5 0 5 5 33.33

10 2 0 2 2 13.33

11 6 4 2 10 66.67

12 9 5 4 14 93.33

13 5 1 4 6 40.00

14 2 0 2 2 13.33

15 1 2 -1 3 20.00

16 6 0 6 6 40.00

17 6 1 5 7 46.67

18 3 1 2 4 26.67

19 9 2 7 11 73.33

20 10 1 9 11 73.33

21 10 0 10 10 66.67

22 4 1 3 5 33.33

23 9 3 6 12 80.00

24 9 3 6 12 80.00

25 1 0 1 1 6.67

(Hasil perhitungan statistik penelitian, 2016)

Berdasarkan data pada tabel di atas item yang diterima, diganti dan

diperbaiki adalah sebagai berikut :

a. Item yang diterima sebanyak 11 item yaitu nomor 1, 4, 5, 9, 16, 17, 19, 20, 21,

23, dan 24.

b. Item yang harus diganti sebanyak 1 item yaitu nomor 15.

c. Item yang harus diperbaiki sebanyak 13 item yaitu nomor 2, 3, 6, 7, 8, 10, 11,

12, 13, 14, 18, 22 dan 25.

Tabel 3.12 Hasil Uji Coba Item Posstest

Nomor

Item WL = 10 WH = 10 WL - WH WL + WH

Indeks

Kesukaran

(WL + WH) 100 𝑥 𝑂

2𝑛 (𝑂−1)

1 5 1 4 6 40.00

2 6 1 5 7 46.67

3 7 0 7 7 46.67

4 4 0 4 4 26.67

Page 19: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

68

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5 4 0 4 4 26.67

6 7 2 5 9 60.00

7 5 3 2 8 53.33

8 1 0 1 1 6.67

9 8 1 7 9 60.00

10 7 1 6 8 53.33

11 4 0 4 4 26.67

12 9 0 9 9 60.00

13 9 0 9 9 60.00

14 8 0 8 8 53.33

15 8 0 8 8 53.33

16 8 1 7 9 60.00

17 7 2 5 9 60.00

18 3 0 3 3 20.00

19 5 0 5 5 33.33

20 9 5 4 14 93.33

21 8 3 5 11 73.33

22 1 0 1 1 6.67

23 8 0 8 8 53.33

24 2 0 2 2 13.33

25 3 0 3 3 20.00

(Hasil perhitungan statistic penelitian, 2016)

Berdasarkan data pada tabel di atas item yang diterima, diganti dan

diperbaiki adalah sebagai berikut :

a. Item yang diterima sebanyak 14 item yaitu nomor 2, 3, 6, 9, 10, 12, 13, 14, 15,

16, 17, 19, 21, dan 23.

b. Item yang diperbaiki sebanyak 11 item yaitu nomor 1, 4, 5, 7, 8, 11, 18, 20,

22, 23 dan 24.

2. Non test

a. Lembar Observasi

Data nontest pada penelitian ini berupa data hasil dari observasi dan

wawancara. Ada dua bentuk observasi dalam penelitian ini: Pertama lembar

observasi yang dilakukan tiap pertemuan dalam pembelajaran terhadap aktivitas

guru dan peserta didik. Data observasi dicatat dalam lembar observasi. instrumen

ini digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan peserta didik yang menjadi

subjek penelitian selama pembelajaran IPS Terpadu. Data yang diperoleh dari

observasi dijadikan sumber kesimpulan penelitian tentang aktivitas guru dan

peserta didik. Kedua, merupakan lembar observasi kemampuan berpikir kritis

Page 20: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

69

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peserta didik digunakan untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis

peserta didik pada kelas eksperimen 1, eksperimen 2, dan kelas kontrol. Format

observasi kemampuan berpikir kritis dibuat berdasarkan indikator keterampilan

berpikir kritis sebagai berikut :

Tabel 3.13 Format Observasi Kemampuan Berpikir Kritis

No Indikator Deskriptor

1 Memberikan

penjelasan sederhana

a. Memfokuskan pertanyaan

b. Menganalisis pertanyaan dan bertanya

c. Menjawab pertanyaan tentang suatu

penjelasan atau pernyataan

2 Membangun

Keterampilan Dasar

(Mengobservasi)

a. Ikut terlibat dalam menyimpulkan

b. Melaporkan hasil pengamatan sendiri

c. Melakukan kerjasana dengan teman

3 Menyimpulkan a. Membuat generalisasi

b. Membuat hipotesis

c. Memikirkan alternative

4 Memberikan

penjelasan lebih lanjut

a. Mendefinisikan istilah

b. Mempertimbangkan definisi

c. Membuat Klasifikasi

5 Mengatur strategi dan

teknik

a. Mendefinisikan masalah

b. Memutuskn suatu tindakan

c. Mereview

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu :

1. Tahap persiapan

Tahap ini terdiri dari :

a. Menetapkan jumlah pertemuan pembelajaran

b. Menetapkan kelas penelitian eksperimen dan kontrol

c. Menetapkan waktu penelitian

d. Menetapkan kompetensi dasar dalam proses pembelajaran

e. Menyususn skenario pembelajaran

f. Menyiapkan alat tes yaitu :

1) Penyusunan instrumen penelitian berupa tes pilihan jamak kemampuan

berpikir kritis

2) Analisis instrument

3) Penetapan jumlah instrument

4) Menetapkan cara observasi dan wawancara

Page 21: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

70

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5) Menetapkan jenis data dan teknik pengumpulan data

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap untuk mengumpulkan data. Pada

tahap ini melakukan eksperimen untuk mengetahui perbedaan keberhasilan belajar

model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran berbasis royek

dalam rangka menumbuhkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Pelaksanaan penelitian akan dilakukan dalam beberapa tahapan, antara lain :

a. Pemberian pre test : Pre test dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir

kritis awal peserta didik pada kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan

kelas kontrol.

b. Pemberian perlakuan : Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen 1

dengan model pembelajaran berbasis masalah dan kelas eksperimen 2 dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis proyek.

c. Pemberian post-test : Post-test digunakan dalam rangka untuk mengetahui

perubahan kemampuan berpikir kritis peserta didik setelah diberikan

perlakuan pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.

d. Membandingkan skor pre-test dan post-test

e. Menganalisis data

f. Membuat kesimpulan

g. Menyusun laporan hasil penelitian

G. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes kemampuan berpikir

kritis, observasi, dan wawancara. Data yang berkaitan dengan kemampuan

berpikir kritis peserta didik dikumpulkan melalui tes tertulis (pretest dan posttest)

dan lembar observasi. Data mengenai aktivitas pembelajaran di kelas

dikumpulkan melalui lembar observasi dan wawancara.

H. Teknik Analisis Data

Ada tiga hal pokok yang harus dilakukan oleh peneliti saat melakukan

pengolahan data kuantitatif, yakni pertama memilih tektik statistik mana yang

tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian. Kedua, mempersiapkan dan memilih

software bila pengolahan data dilakukan secara elektronis. Ketiga, melaksanakan

langkah-langkah pengolahan.

Page 22: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

71

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G.E.R Burroughas (dalam Arikunto, 2013) mengemukakan klasifikasi

analisis data sebagai berikut:

Tabulasi data (the tabulation of the data)

Termasuk ke dalam kegiatan tabulasi antara lain: memberikan skor

terhadap item-item yang perlu diberi skor, memberikan kode terhadap item

misalnya jenis kelamin dan pelabelan, mengubah jenis data, dan

memberikan coding dalam hubungan dengan pengolahan data jika

menggunakan computer.

Penyimpulan data (the summarizing of the data)

Analisis data untuk tujuan testing hipotesis

Analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan

Data kuantitatif pada penelitian ini diperoleh dari hasil uji coba instrument,

data pretest, data posttest, dan hasil observasi kemampuan berpikir kritis peserta

didik. Data hasil uji coba instrument diolah dengan menggunakan software Anates

V.402 for windows untuk memperoleh validitas butir soal tes, reabilitas, daya

pembeda serta tingkat kesukaran soal. Sedangkan hasil data pretest, posttest, dan

N gain data Matched Subject diolah dengan bantuan program SPSS versi 21.

Untuk lebih jelasnya langkah-langkah analisis data pada penelitian ini diuraikan

sebagai berikut:

1. Data hasil tes kemampuan berpikir kritis

Hasil tes kemampuan berpikir kritis digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah untuk kelas eksperimen 1 dan model

pembelajaran berbasis proyek untuk kelas eksperimen 2, serta model

pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. Untuk selanjutnya hasil perolehan

dari tes ini dibandingkan untuk mengetahui perbedaan masing-masing model yang

telah diterapkan.

Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan berpikir kritis diolah

melalui tahapan sebagai berikut:

Page 23: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

72

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Memberikan skor jawaban peserta didik sesuai dengan kunci jawaban dan

pedoman penskoran.

2) Membuat tabel skor pretest dan posttest peserta didik baik untuk kelas

eksperimen 1, eksperimen 2, maupun kelas kontrol.

3) Menentukan skor pertumbuhan kemampuan berpikir kritis peserta didik

dengan rumus Hake (Cheng et al, 2004, Nurdiansyah, 2011: 62) :

Ng =

Keterangan :

Spost = Skor Posttest

Spre = Skor Pretest

S maks = Skor Maksimum Ideal

Hasil perhitungan dari N-gain tersebut kemudian diinterpretasikan dengan

menggunakan klasifikasi sebagai berikut :

Tabel 3.14 Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

4) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretest,

posttes, dan N-gain soal kemampuan berpikir kritis peserta didik

menggunakan uji statistic Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Uji

parametric digunakan jika data berdistribusi dengan normal dan uji

nonparametric jika data tidak berdsitribusi normal.

Rumus uji normalitas :

T3 = 1

𝐷 [∑ 𝛼𝑖(𝑘

𝑖=1 𝑋𝑛−𝑖+1 ‒ 𝑋𝑖)

Keterangan :

D = Berdasarkan rumus di bawah

αi = Koefisien test Shapiro Wilk

χn-i+1 = Angka ke n – I + 1 pada data

Spost ‒ Spre

Smaks ‒ Spre

Page 24: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

73

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

χi = Angka ke i pada data

Perumusan hipotesisnya yaitu :

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian :

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α = 0,05), maka H0 ditolak

Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α = 0,05), maka H1 diterima

5) Menguji homogenitas varians skor pretes, posttest dan N-gain soal

kemampuan berpikir kritis menggunakan uji Levene. Pengujian homogenitas

untuk melihat apakah data yang diperoleh memiliki variasi dan nilai rata-rata

yang homogen atau tidak (Somantri, 2006, hlm. 294).

Perumusan hipotesanya yaitu :

H0 :Varian skor pretest, posttest dan N-gain ketiga kelas homogen

H1 :Variasi skor pretest, posttest dan N-gain ketiga kelas tidak homogen

Kriteria pengujiannya yaitu :

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α = 0,05), maka H0 ditolak

Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α = 0,05), maka H1 diterima

6) Setelah data memenuhi syarat normal dan homogenitas, selanjutnya

dilakukan uji perbedaan rata-rata skor posttest dan N-gain menggunakan uji-t

dengan software SPSS versi 21 dan dilanjutkan dengan matched subjects

adalah sebagai berikut :

t = 𝑀𝑘 ‒ 𝑀𝑒

√(𝑆𝐷𝑀𝑘 2 + 𝑆𝐷𝑀𝑒

2 )−2𝑟𝑘𝑒(𝑆𝐷𝑀𝑘)(𝑆𝐷𝑀𝑒)

dimana 𝑆𝐷𝑀𝑘2 =

𝑆𝐷𝑘2

𝑛𝑘− 1

dan 𝑆𝐷𝑀𝑒2 =

𝑆𝐷𝑒2

𝑛𝑒− 1

Hipotesis yang akan diuji :

Page 25: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

74

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Skor posttest dan Matched Subject soal kemampuan berpikir kritis di

kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2

H0 = tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik

antara kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek.

H1 = terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara

kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan

kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek.

b) Skor posttest dan Matched Subject soal kemampuan berpikir kritis peserta

didik di kelas ekperimen 1 dan kelas kontrol.

H0 = tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik

antara kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

dengan kelas konvensional.

H1 = terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara

kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan

kelas konvensional.

c) Skor posttest dan Matched Subject soal kemampuan berpikir kritis peserta

didik di kelas eksperimen 2 dan kelas control.

H0 = tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik

antara kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek

dengan kelas konvensional.

H1 = terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara

kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dengan

kelas konvensional.

2. Pengukuran perbedaan pertumbuhan kemampuan berpikir kritis peserta didik

dengan Matches Subjects

Penelitian ini menggunakan Matched Subjects, dimana matching dilakukan

terhadap subyek demi subyek. Matched Subjects menggunakan kombinasi ordinal

dan nominal, sehingga peserta didik akan dikelompokkan berdasarkan kesamaan

jenis kelamin dan skor pretest yang sama atau mendekati (Arikunto, 2015).

Berdasarkan hasil pretest dan posttest diperoleh skor yang sama

dimasukkan ke dalam kelompok matched subject yang tediri atas 10 pasang yang

Page 26: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

75

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdiri dari 5 pasang perempuan dan 5 pasang laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada table berikut :

Tabel 3.15 Matched Subjects Berdasarkan Skor Pretest

No L/P

Kelas Eskperimen

1Pembelajaran Berbasis

Masalah

Kelas Eksperimen 2

Pembelajaran Berbasis

Proyek

Kelas Kontrol

Pembelajaran

Konvensional

Nama Pretest Nama Pretest Nama Pretest

1 P SA 25 14 SB 20 14 SC 27 14

2 P SA 11 15 SB 21 15 SC 20 15

3 P SA 26 17 SB 3 17 SC 11 17

4 P SA 8 18 SB 15 18 SC 25 18

5 P SA 21 19 SB 4 19 SC 4 19

6 L SA 24 15 SB 12 15 SC 9 15

7 L SA 3 16 SB 9 16 SC 7 16

8 L SA 1 17 SB 23 17 SC 15 17

9 L SA 16 19 SB 5 19 SC 8 19

10 L SA 6 19 SB 8 19 SC 1 19

Rata-rata 16.9 Rata-rata 16.9 Rata-rata 16.9

3. Format Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Format observasi kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.16 Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis

Nama Peserta

Didik

Aspek yang dinilai

Jum

lah

Sko

r

Nil

ai P

rose

s

Kri

teri

a

Per

sen

tase

(%

)

Memberikan

Penjelasan

Sederhana

Membangun

keterampilan

dasar

Menyim

Pulkan

Memberikan

penjelasan

lanjut

Mengatur

strategi dan

teknik

Page 27: BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/23889/6/T_IPS_1404561_Chapter3.pdf · disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VIII semester genap

76

Rina Ervina, 2016 PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM RANGKA MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemudian setelah dilakukan kegiatan mengkorelasikan indikator

penilaian, maka dilakukan perhitungan nilai proses berdasarkan rumus di bawah

ini.

Nilai proses diperoleh dari : 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 x 100

Tabel 3.17 Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Persentase Katagori

76 – 100 % Baik

56-75 % Cukup

40 – 55 % Kurang Baik

0 – 39 % Tidak Baik