BAB III METODE PENELITIANdigilib.uinsby.ac.id/3140/7/Bab 3.pdf · 2016-01-11 · mengenai...
Transcript of BAB III METODE PENELITIANdigilib.uinsby.ac.id/3140/7/Bab 3.pdf · 2016-01-11 · mengenai...
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
143
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bagian metode penelitian ini berturut-turut penulis akan membahas
tentang: (a). Paradigma Penelitian; (b). Pendekatan dan Rancangan Penelitian,
(c).Lokasi dan Latar Penelitian, (d). Data, Sumber Data, dan Instrumen Penelitian,
(e). Prosedur Pengumpulan Data, (f). Metode Analisis Data, (g). Pengecekan
Keabsahan Data, dan (h). Tahapan Penelitian.
A. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma naturalistik atau biasa disebut
juga dengan paradigma interpretif atau non positivistik. Paradigma ini biasa
digunakan dalam penelitian kualitatif.
Sesuai dengan fungsi ilmu pengetahuan sosial pada umumnya,
penggunaan paradigma naturalistik dimaksudkan untuk menjelaskan dan
menerangkan mengenai sifat, karakteristrik dan kaitan sebab akibat atau
pengaruh mempengaruhi mengenai peristiwa dan fenomena budaya organisasi
pada obyek yang diteliti. Paradigma naturalistik digunakan dikarenakan
adanya kemungkinan peneliti menemukan pemaknaan (meaning) dan
pemahaman (understanding) dari setiap fenomena sehingga diharapkan
peneliti bisa menemukan kearifan lokal, kearifan tradisional, people
knowledge (pengetahuan orang) dan teori-teori dari subyek yang diteliti.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
144
B. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian lapangan, maka metode penelitian
yang dibuat, adalah metode penelitian kualitatif, seperti yang didefinisikan
oleh Bogdan dan Taylor (1975 : 5), metode penelitian kualitatif, sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata
tertulis, atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.1
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah
pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif, adalah pendekatan penelitian
yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, atau kejadian yang
terjadi pada saat sekarang.2 Tujuan dari penelitian deskriptif ini, adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki,3 yaitu bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam
mengenai Problematika Penyelenggaraan Supervisi Pendidikan Islam pada
Madrasah di Era Otonomi Daerah. Namun demikian, karena pelaksanaan
penelitian dilakukan setelah kejadian berlangsung maka tetap dapat dikatakan
sebagai penelitian deskriptif, atau lebih tepatnya, pendekatan penelitian
seperti ini dapat disebut dengan penelitian deskriptif analitis yang berorientasi
pada pemecahan masalah, karena sesuai dengan tujuan penelitian yakni: (a)
mendeskripsikan proses penyelenggaraan Supervisi Pendidikan Islam di
madrasah pada era otonomi daerah di Kabupaten Tuban, (b) mencermati
problematika penyelenggaraan supervisi pendidikan Islam di madrasah pada
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), 4. 2 Nana Sujana Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru, 1989), 64. 3 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 54.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
145
era otonomi daerah di Kabupaten Tuban, (c) serta merekomendasikan
langkah-langkah solusi antisipatif penyelenggaraan supervisi pendidikan Islam
di madrasah pada era otonomi daerah di Kabupaten Tuban.
Pada sisi yang lain, terkait dengan pelaksanaan supervisi pendidikan
pada madrasah di era otonomi daerah yang karena sifatnya berhubungan
dengan peraturan perundangan tentang kebijakan pemerintah, dalam hal ini
adalah penyelenggaraan supervisi pendidikan pada madrasah, yang dilakukan
oleh aparat pemerintah dalam hal ini adalah pengawas madrasah, maka
penelitian ini juga menggunakan pendekatan birokratis.
Penelitian ini diharapkan bisa menemukan serta mendeskripsikan data
secara menyeluruh dan utuh mengenai penyelenggaraan supervisi Pendidikan
Agama Islam pada madrasah di era otonomi daerah. Selain itu penelitian ini
diharapkan mampu membangun suatu teori secara induktif dari abstraksi-
abstraksi data yang dikumpulkan kedalam bagian dari sub sistem pendidikan
nasional yang berperan dan pertanggungjawabannya sesuai dengan tugas
pokok serta fungsi pengawas di lingkungan Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Tuban yaitu melakukan pembinaan pengelolaan pembelajaran
MI/MTs/MA, membina manajemen madrasah dalam hal perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi program kerja madrasah untuk
dapat mencapai tujuan, visi dan misinya.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa karakteristik utama studi
multi kasus adalah adanya penelitian terhadap dua atau lebih subjek, latar,
atau sumber data. Kasus yang diteliti adalah penyelenggaraan supervisi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
146
Pendidikan Agama Islam pada Madrasah di Kabupaten Tuban yang terjadi
pada era otonomi daerah.
Rancangan studi multi kasus ini dilakukan karena adanya upaya
untuk pertanggungjawaban ilmiah antara kaitan logis fokus penelitian,
pengumpulan data yang relevan, serta analisis data dari hasil penelitian.
Adanya problematika kepengawasan Pendidikan Agama Islam di madrasah
pada era otonomi daerah di Kabupaten Tuban, menandakan adanya kasus dan
karakteristik supervisi Pendidikan Agama Islam di madrasah pada era otonomi
daerah di Kabupaten Tuban, yang perlu dikaji, baik dari segi strategi maupun
penyelenggarannya, mempunyai kecocokan penelitian dalam penggunaan
rancangan studi multi kasus (multi case study). Penerapan rancangan studi
multi kasus dimulai dari kasus tunggal terlebih dahulu, kemudian berlanjut
pada kasus kedua dan ketiga.
Karena rancangan penelitian ini bersifat studi multi kasus, maka
langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1) melakukan pengumpulan data pada kasus pertama yaitu penyeleng
garaan supervisi Pendidikan Agama Islam; (2) melakukan pengamatan pada
kasus kedua yaitu, penyelenggaraan supervisi yang hanya dilakukan pada
lingkungan Madrasah, dan (3) penelitian dilanjutkan pada kasus ketiga yaitu
penyelenggaraan supervisi pendidikan yang dilakukan di lingkungan
Kementerian Agama Kabupaten Tuban. Meskipun rancangan penelitian ini
terjadi secara bertahap, peristiwa-peristiwa khusus (event) pengamatan yang
terjadi secara simultan juga dimanfaatkan untuk penggalian data.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
147
Berdasarkan temuan konseptual penyelenggaraan supervisi diatas,
peneliti berusaha melakukan analisis, komparasi dan pengembangan
konseptual, supaya mampu mendapatkan abstraksi tentang penyelenggaraan
supervisi Pendidikan Agama Islam pada Madrasah di Kabupaten Tuban.
Untuk itu suatu analisis berusaha dilakukan untuk memodifikasi suatu cara
pengembangan teori dan mengujinya.4
Sejalan dengan rancangan penelitian studi multi kasus, penelitian ini
berusaha memahami makna peristiwa serta interaksi orang dalam situasi
tertentu dalam hal ini adalah situasi pengawasan pendidikan Islam pada
madrasah. Untuk dapat memahami makna peristiwa dan interaksi orang,
peneliti berusaha menggunakan orientasi teoritik atau perspektif teoritik dalam
pendekatan fenomenologis (phenomenological approach) seperti yang telah
dijelaskan di atas.
C. Lokasi dan Latar Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pengawas madrasah di lingkungan
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tuban. Kegiatan pengamatan ini
dimaksudkan untuk meneliti aktivitas supervisi pendidikan agama Islam yang
dilakukan oleh pengawas madrasah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan
pengawasan, sampai pada pelaporan hasil kepengawasan, dan kemudian
mengidentifikasi problematika yang terjadi dalam sistem dan kegiatan
kepengawasan pendidikan.
4 Bogdan R.C. & S.K. Biklen, Ibid, 65.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
148
Kabupaten Tuban yang menjadi lokasi penelitian ini adalah sebuah
kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Tuban merupakan wilayah
yang berada di jalur pantai utara (Pantura) Pulau Jawa, terletak pada koordinat
111o 30’ sampai dengan 112o 35’ Bujur Timur dan 6o 40’ sampai dengan
7o18’ Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah: sebelah utara Laut Jawa,
sebelah timur Kabupaten Lamongan, sebelah selatan Kabupaten Bojonegoro,
dan sebelah barat Kabupaten Rembang dan Blora Jawa Tengah. Luas wilayah
Kabupaten Tuban 183.994.562 Ha, atau (3,8% dari luas wilayah Provinsi Jawa
Timur). Panjang pantai sekitar 65 km membentang dari arah timur Kecamatan
Palang sampai arah barat Kecamatan Bancar. Sedangkan luas wilayah lautan
meliputi 22.608 km2, terdiri dari 20 kecamatan dan 327 desa, selengkapnya
dapat dilihat pada peta 3.1. berikut :
Peta 3.1 Peta Kabupaten Tuban
Sumber data: (BPS Kab. Tuban ) Profil Dikdasmen Kabupaten Tuban 2013
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
149
Keadaan tingkat pendidikan penduduk kabupaten Tuban dapat dirinci
menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD
Sederajat, 3) tamat SD Sederajat, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat
SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan
Grafik 2.3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Tuban
Tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah Tamat SD Sederajat sebesar
438.049 orang atau 33,95 % sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil
adalah Tamat Diploma sebesar 9.022 orang atau 0,70 %.
Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis maka penduduk
yang dapat membaca dan menulis sebesar 1.267.367 orang atau 98,22 %
sedangkan yang buta huruf sebesar 23.027 orang atau 1,78 % yang didominasi
oleh penduduk usia pra sekolah.
Grafik 3.1 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk
Kabupaten Tuban Tahun 2013/2014
Sumber data : DIKPORA Kabupaten Tuban 2013/2014
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
150
Berdasarkan data pada tabel 3.1. berikut di kabupaten Tuban terdapat
sekolah tingkat dasar dan menengah sebanyak 1.070 lembaga, dengan jumlah
sekolah terbesar pada jenjang SD/MI sederajat sebesar 796 lembaga, dan
jumlah terkecil adalah jenjang SMA/MA sederajat sebesar 95 sekolah.
Tabel 3.1 Data Prasarana Dikdasmen Kab. Tuban Tahun 2013-2014
Sumber data : DIKPORA Kabupaten Tuban 2013/2014
Grafik 3.2 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah
Kabupaten Tuban Tahun 2013/2014
Sumber: (BPS Kab. Tuban ) Profil Dikdasmen Kabupaten Tuban 2013
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
151
Grafik 3.3 Proporsi Penduduk Usia Sekolah
Kabupaten Tuban Tahun 2013/2014
Sumber: (BPS Kab. Tuban ) Profil Dikdasmen Kabupaten Tuban 2013
Berdasarkan Grafik 3.2, dan Grafik 3.3 diketahui bahwa proporsi
penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kabupaten Tuban.
Proporsi penduduk usia masuk SD sederajat atau usia 6-7 tahun sebesar
2,00%, penduduk usia 7-12 tahun sebesar 7,45%, usia 13-15 tahun sebesar
4,26%, dan pendduk usia 16-18 tahun sebesar 4,24%, sedangkan penduduk
usia lainnya sebesar 82,06%. Dengan demikian, penduduk usia pendidikan
dasar dan menengah yakni dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar
15,94% atau sejumlah 205.707 orang.
D. Data, Sumber Data, dan Instrumen Penelitian
1. Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang
sesuai dengan fokus penelitian, yaitu penyelenggaraan supervisi
Pendidikan Agama Islam pada Madrasah di Kabupaten Tuban.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
152
Jenis data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dalam bentuk
verbal atau kata-kata, atau ucapan lisan, dan perilaku dari subjek
(informant) yang juga bersumber dari dokumen-dokumen penting
berkaitan dengan penyelenggaraan supervisi Pendidikan Agama Islam
pada Madrasah di Kabupaten Tuban. Sedangkan data sekunder
bersumber dari dokumen-dokumen pendukung, foto-foto kegiatan, dan
benda-benda yang dapat digunakan sebagai pelengkap data primer.
Karakteristik data sekunder yaitu berupa tulisan-tulisan, rekaman-
rekaman, gambar-gambar atau foto-foto pendukung berhubungan
dengan penyelenggaraan supervisi Pendidikan Agama Islam pada
Madrasah di Kabupaten Tuban.
Data primer mengenai penyelenggaraan supervisi Pendidikan Agama
Islam pada Madrasah di Kabupaten Tuban bisa dijaring melalui observasi
antara lain: melalui kondisi permasalahan, alokasi waktu, keterbatasan
kuantitas Supervisor, kompetensi Supervisor, keterbatasan sarana prasarana
dan dana operasional, serta dukungan dari Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Tuban, serta dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban.
Sedangkan yang dijaring melalui teknik wawancara antara lain adalah:
filosofi, ideologi, nilai-nilai, visi, misi, mengenai supervisi Pendidikan
Agama Islam.
Mengenai data sekunder yang dijaring melalui dokumen adalah data
yang diperkirakan terdapat kaitannya dengan fokus penelitian antara lain
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
153
dokumen tentang: (1) Alokasi waktu, (2) Sumber Daya Manusia, (3)
Sarana prasarana, (4) Kompetensi Supervisor, (5) Pedoman dan peraturan-
peraturan berkenaan dengan Supervisi pendidikan agama Islam di madrasah
pada era otonomi daerah di Kabupaten Tuban. Mengenai hal ini secara rinci
akan dikemukakan di bagian prosedur pengumpulan data.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua
yaitu manusia atau orang dan bukan manusia. Sumber data manusia
berfungsi sebagai subjek atau informan kunci (key informants). Sedangkan
sumber data bukan manusia berupa dokumen yang relevan dengan fokus
penelitian, seperti gambar, foto, catatan rapat atau tulisan-tulisan yang ada
kaitannya dengan fokus penelitian.
Penentuan informan dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria:
(1) subjek cukup lama dan intensif menyatu dengan medan aktifitas yang
menjadi sasaran penelitian, (2) subjek yang masih aktif terlibat di
lingkungan aktifitas yang menjadi sasaran penelitian, (3) subjek yang
masih mempunyai waktu untuk dimintai informasi oleh peneliti, (4) subjek
yang tidak mengemas informasi, tetapi relatif memberikan informasi yang
sebenarnya, dan (5) subjek yang tergolong asing bagi peneliti.
Adapun informan penelitian terdiri dari 31 pengawas pendidikan
Agama Islam (PPAI) secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.2. berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
154
Tabel 3.2. Daftar Informan Pangawas Pendidikan Agama Islam Kabupaten Tuban Tahun 2013/2014
Sumber data : Kantor Kemenag. Kab. Tuban
No. Nama Jabatan Tempat Tugas
1. Arif Abidullah (ketua pokjawas)
Pengawas SMP/MTs, SMA/SMK/MA
Rengel,Soko, Pareng an, Grabagan
2. M. Suhadi Pengawas SMP/MTs, SMA/SMK/MA
Widang,Plumpang, Palang,Tambaboyo, Bancar
3. Saiful Badri (Sekrt. pokjawas) PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Bancar
4. Nur Hasan PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Tuban 5. Suryadi PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Montong 6. Muhajir PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Plumpang 7. Ahmad Shoddiq PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Jenu 8. Sya'roni.HB PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Grabagan 9. M. Mochtarom Ni'am PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Tambakboyo 10. Rastam PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Merakurak 11. Kastijan PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Rengel 12. S.A. Bahweres PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Palang 13. Moh. Ali Tamam PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Kerek 14. Ahmad Basyar PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Parengan 15. Muhlasin PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Palang 16. Abd. Munif PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Bangilan 17. Anwar PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Rengel 18. Munadji PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Semanding 19. Hadi Irhamni PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Plumpang 20. Jupriyanto PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Singgahan 21. Moh. Syuhada PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Jatirogo 22. Murohib PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Senori 23. Ahmad Zuhdi PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Soko 24. Siti Asiyah PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Semanding 25. Um Zulaniyyah PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Plumpang 26. Zaenah PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Jenu 27. Mudjaekun PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Kenduruan 28. Teguh Wahyudi PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Soko 29. Damam Purwanto PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Montong 30. Laela Umi PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Tuban 31. Nuryanto PPAI TK/RA, SD/MI Kec. Kerek
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
155
Sehubungan dengan kriteria tersebut di atas, dan sesuai dengan
tujuan penelitian, maka pemilihan informan dilakukan secara purposif.
Teknik sampling purposif digunakan untuk mengarahkan pengumpulan data
sesuai kebutuhan melalui penseleksian dan pemilihan informan yang
benar-benar menguasai informasi dan permasalahan secara mendalam serta
dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Penggunaan
sampling purposif ini memberi kebebasan peneliti dari keterikatan proses
formal dalam proses pengambilan sampel, yang berarti peneliti dapat
menentukan sampling sesuai dengan tujuan penelitian, Sampling yang
dimaksudkan bukanlah sampling yang mewakili populasi, melainkan
didasarkan pada relevansi dan kedalaman informasi. Namun demikian,
pemilihan sampel tidak sekedar berdasarkan kehendak subjektif peneliti,
melainkan berdasarkan tema yang muncul di lapangan.
Karena penelitian ini menggunakan rancangan studi multi kasus,
maka teknik sampling penelitian ini digunakan dalam dua tahap: (1) studi
kasus tunggal pada kasus pertama digunakan teknik sampling secara
purposif yaitu mencari informan kunci yang dapat memberi informasi
kepada peneliti tentang data yang dibutuhkan; (2) cara pengambilan
sampel seperti pada kasus pertama digunakan pula untuk memperoleh data
pada kasus kedua dan ketiga.
Dengan teknik purposif ini akhirnya ditetapkan sampel yang
menjadi informan kunci sebagai sumber data adalah: Pengawas
Pendidikan Agama Islam di Madrasah. Dari informan kunci tersebut
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
156
selanjutnya dikembangkan untuk mencari informan lainnya dengan teknik
bola salju (snowball sampling). Teknik bola salju ini digunakan untuk
mencari informasi secara terus-menerus dari informan satu ke yang
lainnya, sehingga data yang diperoleh semakin banyak, lengkap, dan
mendalam. Teknik bola salju ini selain untuk memilih informan yang
dianggap paling mengetahui masalah yang dikaji, juga cara memilihnya
dikembangkan sesuai kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam
mengumpulkan data. Penggunaan tehnik bola salju ini baru akan
dihentikan apabila data yang diperoleh dianggap telah jenuh (data
saturnation), atau jika data tentang penyelenggaraan supervisi Pendidikan
Agama Islam pada Madrasah di Kabupaten Tuban tidak berkembang lagi
sehingga sama dengan data yang telah diperoleh sebelumnya.
Dalam penelitian ini juga dilakukan pemilihan sampling secara
internal (internal sampling), yaitu dengan mengambil keputusan diberikan
dalam gagasan umum mengenai apa yang diteliti, dengan siapa berbicara,
kapan melakukan pengamatan, dan berapa banyak dokumen yang
direview. Intinya, sampling internal yang digunakan dalam penelitian ini
ditujukan untuk mempersempit studi atau mempertajam.5 Teknik sampling
internal tidak digunakan untuk membuat generalisasi, melainkan untuk
memperoleh kedalaman studi dalam konteks dan fokus penelitian yang
dilakukan secara integratif. Prosedur yang akan dilaksanakan dalam
penelitian ini adalah melakukan observasi dalam rangka memilih
5 Bogdan & Biklen, Qualitative Research for Education, 65.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
157
peristiwa-peristiwa, subjek, dan informan yang diteliti secara mendalam,
serta menentukan waktu pengumpulan data.
Selain teknik sampling bola salju dan teknik sampling internal,
dalam penelitian ini juga digunakan sampling waktu (time sampling).
Artinya pada waktu peneliti menemui informan, penyesuaian waktu
akan dipertimbangkan untuk memperoreh data yang diinginkan. Kecuali
pada peristiwa atau kejadian yang bersifat kebetulan, peneliti berusaha
memberikan perkiraan waktu yang baik untuk observasi dan wawancara.
Penggunaan sampling waktu ini penting sebab keberadaannya sangat
mempengaruhi makna dan penafsiran konteks terhadap subjek atau
peristiwa di lapangan.
Hasil atau temuan penelitian pada kasus diatas berusaha
dibandingkan dan dipadukan pada analisis lintas kasus (cross-case
analysis) untuk menyusun sebuah kerangka konseptual yang
dikembangkan dalam abstraksi temuan dari lapangan.
3. Instrumen Penelitian
Untuk dapat memahami makna dan penafsiran terhadap
fenomena dan simbol-simbol interaksi pada penyelenggaraan supervisi
Pendidikan Agama Islam, dibutuhkan keterlibatan dan penghayatan
secara langsung dari peneliti terhadap objek yang terjadi di lapangan.
Oleh karena itu, instrumen yang ada dalam penelitian ini adalah
termasuk peneliti sendiri.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
158
Keuntungan peneliti sebagai instrumen kunci karena sifatnya yang
responsive dan adaptable. Peneliti sebagai instrumen akan mampu
menekankan pada keutuhan (holistic emphasis), pengembangan dasar
pengetahuan (knowledge based expansion), penyegaran proses (processual
immediacy), dan adanya kesempatan yang terklarifikasi dan teringkas
(opportunity for clarification and summarization), serta dapat
memanfaatkan kesempatan yang ada untuk melakukan penyelidikan pada
respon yang istimewa, ganjil, atau khas (explore a typical or idiosyncratic
responses).
Subjek penelitian ini adalah manusia dengan segala pikiran
perasaannya serta sadar akan kehadiran peneliti. Karena itu peneliti
melakukan adaptasi dan penyesuaian diri serta "berguru" pada
kehadiran dan keterlibatan peneliti dalam lapangan yang kehadirannya
untuk menemukan makna dan tafsiran dari subjek yang tidak dapat
digantikan oleh alat lain (nonhuman), sebab hanya penelitilah yang dapat
mengkonfirmasikan dan mengadakan pengecekan anggota (member
checks). Selain itu melalui keterlibatan langsung peneliti di lapangan dapat
diketahui melalui adanya informasi tambahan dari informan berdasarkan
cara pandang, prestasi, pengalaman, keahlian dan kedudukannya.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data secara holistik dan integratif, serta
memperhatikan relevansi data dengan fokus dan tujuan, maka dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
159
pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan melalui tiga teknik, yaitu:
(1) wawancara mendalam (in depth interview); (2) observasi partisipan
(participant observation); dan (3) studi dokumentasi (study of documents).
Tiga teknik tersebut merupakan teknik dasar dalam penelitian kualitatif yang
disepakati oleh sebagian besar penulis.6
Berikut ini akan dibahas secara rinci tiga teknik dasar tersebut, yaitu
wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumentasi.
1. Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan teknik utama dalam metodologi kualitatif.
Demikian pula dalam penelitian ini, teknik wawancara digunakan untuk
menangkap makna secara mendasar dalam interaksi yang spesifik. Teknik
wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstandar
(unstandarized interview) yang dilakukan tanpa menyusun daftar
pertanyaan yang ketat. Selanjutnya wawancara yang tidak terstandar ini
dikembangkan dalam tiga teknik, yaitu: (1) wawancara tidak terstruktur
(unstructured interview atau passive interview), (2) wawancara agak
terstruktur (some what structured interview), dan (3) wawancara sambil
lalu (casual interview).
Kelebihan wawancara tidak terstruktur antara lain dapat dilakukan
secara personal yang mana informasi bisa didapat sebanyak-banyaknya.
6 Nasution, Metode Penelitian Kualitatif-Kuantitatif (Bandung: Tarsito. 1994), 98.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
160
Sedangkan wawancara agak terstruktur memungkinkan adanya catatan
respon yang bersifat afektif yang tampak selama wawancara berlangsung,
dan dipilah-pilahkan keberadaan pengaruh pribadi peneliti dalam
mempengaruhi hasil wawancara, serta memungkinkan pewawancara
belajar dari informan tentang budaya, bahasa, dan cara hidup mereka.
Secara psikologis wawancara ini lebih bebas dan dapat bersifat obrolan
sehingga tidak melelahkan dan menjemukan informan.
Pada waktu melakukan wawancara yang tidak terstruktur,
pertanyaan-pertanyaan dilakukan secara bebas (free interview) pada
pertanyaan-pertanyaan umum tentang karakteristik dan kondisi umum
daerah penelitian, birokrasinya, persepsi masyarakat tentang pendidikan
dan madrasah dan sebagainya. Selanjutnya dilakukan wawancara yang
terfokus (focused interview) yang pertanyaannya tidak memiliki struktur
tertentu, akan tetapi selalu berpusat pada satu pokok ke pokok yang lain.
Dalam hal ini fokus diarahkan pada penyelenggaraan supervisi Pendidikan
Agama Islam pada Madrasah di Kabupaten Tuban, dengan mengajukan
pertanyaan misalnya mengenai peran pengawas madrasah, kepala madrasah
dan pikiran-pikiran yang disampaikan oleh berbagai pihak tentang
penyelenggaraan supervisi pendidikan pada madrasah. Dengan kata lain,
wawancara pada tahap kedua ini tidak menggunakan instrumen terstruktur
namun peneliti telah membuat garis-garis besar yang disusun berdasarkan
fokus dan rumusan masalah. Kedua metode ini dilakukan secara terbuka
(open interview) sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang open ended,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
161
dan ditujukan kepada informan-informan tertentu yang dianggap sebagai
informan kunci (key informant) serta informan biasa.
Wawancara ketiga yang bersifat sambil lalu (casual inteview)
dilakukan apabila secara kebetulan peneliti bertemu informan yang tidak
direncanakan atau diseleksi terlebih dahulu, seperti tokoh masyarakat,
guru-guru, atau masyarakat sekitar madrasah yang tidak diperhitungkan
sebelumnya. Cara wawancara dilakukan sesuai dengan keadaan sehingga
alur wawancara sangat tidak terstruktur (very unstructured). Sedangkan ke-
dudukan wawancara ketiga ini hanya sebagai pendukung dari metode
wawancara yang pertama dan kedua.
Dalam memilih informan pertama, yang dipilih adalah informan
yang memiliki pengetahuan khusus, informatif dan dekat dengan situasi
yang menjadi fokus penelitian, disamping memiliki status tertentu.
Pengawas Madrasah, Pengawas PAI, Kepala Madrasah sebagai informan
kunci, diasumsikan memiliki banyak informasi tentang penyelenggaraan
supervisi Pendidikan Agama Islam pada Madrasah di Kabupaten Tuban.
Setelah wawancara dengan pengawas madrasah dianggap cukup,
peneliti meminta untuk ditunjukkan informan berikutnya yang dianggap
memiliki informasi yang dibutuhkan, relevan dan memadai. Dari informan
yang ditunjuk tersebut, dilakukan wawancara secukupnya, serta pada akhir
wawancara diminta pula untuk menunjuk informan lain. Demikian
seterusnya, sehingga informasi yang diperoleh semakin besar seperti bola
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
162
salju (snowball sampling technique) dan sesuai tujuan (purposive) yang
terdapat dalam fokus penelitian.
Untuk melakukan wawancara yang lebih terstruktur terlebih dahulu
dipersiapkan bahan-bahan yang diangkat dari isu-isu yang dieksplorasi
sebelumnya. Dalam hal ini bisa dilakukan pendalaman atau dapat pula
menjaga kemungkinan terjadinya bias.7 Dalam kondisi tertentu jika
pendalaman yang dilakukan kurang menunjukkan hasil, maka dapat
dilakukan pendalaman dengan saling mempertentangkan (antagonistic
probes). Namun demikian hal ini harus dilakukan secara persuasif, sopan
dan santai.
Untuk menghindari wawancara yang melantur dan menghasilkan
informasi yang kurang berarti selama wawancara, topiknya selalu dia
rahkan pada pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan fokus penelitian.
Wawancara dapat dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu, atau dapat
pula secara spontan sesuai kesempatan yang diberikan oleh informan.
Untuk merekam hasil wawancara dengan seijin informan peneliti
menggunakan alat bantu berupa: buku catatan dan mesin perekam (tape
recorder, handycam dan camera).
Isu pokok yang digali melalui wawancara ini antara lain:
(1).Permasalahan Alokasi Waktu, (2). Keterbatasan Kuantitas Supervisor,
(3).Kompetensi Supervisor, (4). Keterbatasan Dana Operasional,
(5).Dukungan Kemenag, serta (6). Dukungan Pemerintah Daerah
7 Moleong, L.J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Roesdakarya: 1989), 28.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
163
Kabupaten Tuban dalam penyelenggaraan supervisi Pendidikan Agama
Islam pada madrasah.
2. Observasi Partisipan
Teknik observasi partisipasi ini digunakan untuk melengkapi dan
menguji hasil wawancara yang diberikan oleh informan yang mungkin
belum menyeluruh atau belum mampu menggambarkan segala macam
situasi atau bahkan melenceng. Observasi partisipan merupakan
karakteristik interaksi sosial antara peneliti dengan subjek-subjek
penelitian. Dengan kata lain, proses bagi peneliti memasuki latar dengan
tujuan untuk melakukan pengamatan tentang bagaimana peristiwa-
peristiwa (events) dalam latar saling berhubungan.
Observasi partisipan dilakukan dalam tiga tahap, dimulai dari
observasi deskriptif (descriptive observations) secara luas dengan me-
lukiskan secara umum situasi penyelenggaran supervisi Pendidikan
Agama Islam pada Madrasah di Kabupaten Tuban. Tahap berikutnya
dilakukan observasi terfokus (focused observations) untuk menemukan
kategori-kategori, seperti penyelenggaraan supervisi Pendidikan Agama
Islam pada Madrasah di Kabupaten Tuban dengan beragam
problematiknya.
Tahap akhir setelah dilakukan analisis dan observasi berulang-
ulang, diadakan penyempitan lagi dengan melakukan observasi selektif
(selective observations) dengan mencari perbedaan di antara kategori-
kategori, seperti penyelenggaraan supervisi Pendidikan Agama Islam di
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
164
Madrasah, problematik supervisi Pendidikan Agama Islam Kabupaten
Tuban, dan pola supervisi pengawas Kementerian Agama Kabupaten
Tuban. Semua hasil pengamatan dicatat sebagai rekaman pengamatan
lapangan (field note), yang selanjutnya dilakukan refleksi.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengum-
pulkan data yang ada dari sumber-sumber non-insani. Penggunaan studi
dokumentasi ini didasarkan pada lima alasan yaitu: (1) sumber-sumber ini
tersedia dan murah (terutama dari segi waktu); (2) dokumen dan rekaman
merupakan sumber informasi yang stabil, akurat, dan dapat dianalisis
kembali; (3) dokumen dan rekaman merupakan sumber informasi yang
kaya, secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya; (4)
sumber ini merupakan pernyataan legal yang dapat memenuhi
akuntabilitas; dan (5) sumber bersifat nonreaktif, sehingga tidak sukar
ditemukan dengan teknik kajian isi. Dokumen-dokumen yang dianalisis
untuk memahami penyelenggaraan supervisi Pendidikan Agama Islam
pada Madrasah di Kabupaten Tuban.
F. Tekhnik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara
sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan yang telah
dihimpun oleh peneliti. Kegiatan analisis dilakukan melalui menelaah data,
menata, membagi menjadi satuan-satuan yang dikelola, mensintesis, mencari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
165
pola, menemukan apa yang bermakna, dan apa yang diteliti dan dilaporkan
secara sistematis.8 Data itu sendiri terdiri dari deskripsi-deskripsi rinci
mengenai situasi, peristiwa, orang, interaksi, dan perilaku. Dengan kata lain,
data merupakan deskripsi dari pernyataan-pernyataan seseorang tentang
perspektif, pengalaman atau sesuatu hal, sikap, keyakinan, dan pikirannya
serta petikan-petikan isi dokumen yang berkaitan dengan suatu program.9
Mengingat penelitian ini menggunakan rancangan studi multi kasus
maka dalam menganalisis data dilakukan dua tahap, yaitu: (1) analisis data
kasus individu (individual case), dan (2) analisis data lintas kasus (cross case
analysis).
1. Analisis Data Kasus Individu
Analisis data kasus individu dilakukan pada masing-masing obyek
pada Madrasah di Kabupaten Tuban yang menjadi obyek penelitian ini.
Dalam menganalisis, peneliti melakukan interpretasi terhadap data yang
berupa kata-kata, sehingga diperoleh makna (meaning). Untuk itu analisis
dilakukan bersama-sama dengan proses pengumpulan data, serta setelah
data terkumpul.
Menurut Miles dan Huberman.10 analisis data terdiri dari tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan atau verifikasi.
8 Bogdan & Biklen, Qualitative Research for Education, 54. 9 Patton, M.Q., Qualitative Evaluation Methods. (Baverly Hill: Sage Publications, 1980), 36. 10 Miles dan Huberman, Qualitative Data Aalysis (Baverly Hill: Sage Publication, 1984), 56.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
166
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga diperoleh
kesimpulan akhir dan diverifikasi. Reduksi data diartikan sebagai
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus
selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar
terkumpul peneliti sudah berusaha mengantisipasi akan adanya reduksi
data yang sudah tampak dan akhirnya bisa memutuskan kerangka
konseptual, wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan
penentuan metode pengumpulan data. Selama pengumpulan data
berlangsung sudah terjadi tahapan reduksi, selanjutnya (membuat
ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus dan
menulis memo). Proses ini berlanjut sampai pasca pengumpulan data
di lapangan, bahkan pada akhir pembuatan laporan sehingga tersusun
lengkap.
Langkah selanjutnya mengembangkan sistem pengkodean.
Semua data yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip)
dibuat ringkasan kontak berdasarkan fokus penelitian. Setiap topik
liputan dibuat kode yang menggambarkan topik tersebut. Kode-kode
tersebut dipakai untuk mengorganisasi satuan-satuan data, yaitu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
167
potongan-potongan kalimat yang diambil dari transkrip sesuai dengan
urutan paragraf menggunakan komputer.
b. Penyajian Data
Sebagaimana ditegaskan oleh Miles dan Huberman, bahwa
penyajian data dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang
bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.11 Penyajian data dalam
penelitian ini juga dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dari
data-data yang telah diperoleh, kemudian disusun secara sistematis,
dari bentuk informasi yang kompleks menjadi sederhana namun
selektif.
Data yang diperoleh dari penelitian ini berwujud kata-kata,
kalimat-kalimat, atau paragraf-paragraf. Penyajian data yang paling se-
ring digunakan dalam penelitian kualitatif pada masa lalu adalah ben-
tuk teks naratif. Namun oleh Miles dan Hubennan cara penyajian data
dalam bentuk teks naratif dikritik sangat tidak praktis, karena itu Miles
dan Hubennan menyarankan agar data bisa disajikan dalam bentuk
matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Merancang deretan kolom-kolom
sebuah matrik untuk data kualitatif dan memutuskan jenis dan bentuk
data yang harus dimasukkan ke dalam kotak-kotak matriks merupakan
kegiatan analisis.
11 Ibid, 23.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
168
c. Penarikan Kesimpulan atau Verivikasi
Kegiatan analisis pada tahap ketiga adalah menarik kesimpulan
dan verifikasi. Analisis yang dilakukan selama pengumpulan data dan
sesudah pengumpulan data ternyata bisa digunakan untuk menarik
kesimpulan, sehingga peneliti dapat menemukan pola tentang
peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sejak pengumpulan data, peneliti
berusaha mencari makna atau arti dari simbol-simbol, mencatat
keteraturan pola, penjelasan-penjelasan, dan alur sebab akibat yang
terjadi. Dari kegiatan ini dibuat simpulan-simpulan yang sifatnya
terbuka, umum, kemudian menuju ke yang spesifik atau rinci.
Kesimpulan final diharapkan dapat diperoleh setelah pengumpulan
data selesai.
2. Analisis Data Lintas Kasus
Analisis data lintas kasus dimaksudkan sebagai proses
pembandingan temuan-temuan yang diperoleh dari masing-masing kasus,
sekaligus sebagai proses memadukan antar kasus. Pada awalnya temuan
yang diperoleh dari Madrasah Kabupaten Tuban, disusun kategori dan
tema, dianalisis secara induktif konseptual, dan dibuat penjelasan naratif
yang tersusun menjadi proposisi tertentu yang selanjutnya dikembangkan
menjadi teori substansif I.
Proposisi-proposisi dan teori substantif I selanjutnya dianalisis
dengan cara membandingkan dengan proposisi-proposisi dan teori
substansif II (Kementerian Agama) untuk menemukan perbedaan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
169
karakteristik dari masing-masing kasus sebagai konsepsi teoritik
berdasarkan perbedaan. Perbedaan kedua kasus ini dijadikan temuan
sementara untuk dikonfirmasikan pada kasus berikutnya (Dukungan
Kementerian Agama Kabupaten Tuban). Pada tahap terakhir dilakukan
analisis secara simultan untuk merekonstruksi dan menyusun konsepsi
tentang persamaan kasus I dan II secara sistematis. Selanjutnya dilakukan
analisis lintas kasus antara kasus I, II dan kasus III dengan teknik yang
sama. Analisis akhir ini dimaksudkan untuk menyusun konsepsi sistematis
berdasarkan hasil analisis data dan interpretasi teoretik yang bersifat
naratif berupa proposisi-proposisi lintas kasus yang selanjutnya dijadikan
bahan untuk mengembangkan temuan teori substantif.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis lintas kasus ini
meliputi: (1) menggunakan pendekatan induktif konseptualistik yang
dilakukan dengan membandingkan dan memadukan temuan konseptual
dari masing-masing kasus individu, (2) hasilnya dijadikan dasar untuk
rnenyusun pernyataan konseptual atau proposisi-proposisi lintas kasus, (3)
mengevaluasi kesesuaian proposisi dengan fakta yang menjadi acuan, (4)
merekonstruksi ulang proposisi-proposisi sesuai dengan fakta dari masing-
masing kasus individu, dan (5) mengulangi proses ini sesuai keperluan,
sampai batas kejenuhan.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data pada dasarnya merupakan bagian yang
sangat penting dan tidak terpisahkan dari penelitian kualitatif. Pelaksanaan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
170
pengecekan keabsahan data didasarkan pada empat kriteria yaitu derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability). 12
1. Kredibilitas
Sebagai instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah
peneliti sendiri, sehingga sangat dimungkinkan dalam pelaksanaan di
lapangan terjadi kecondongan purbasangka (bias). Untuk menghindari hal
tersebut, data yang diperoleh perlu diuji kredibilitasnya (derajat
kepercayaannya).13
Pengecekan kredibilitas atau derajat kepercayaan data perlu
dilakukan untuk membuktikan apakah yang diamati oleh peneliti benar-
benar telah sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di
lapangan. Derajat kepercayaan data (kesahihan data) dalam penelitian
kualitatif digunakan untuk memenuhi kriteria (nilai) kebenaran yang
bersifat emic, baik bagi pembaca maupun bagi subjek yang teliti.
Lincoln dan Guba 14 menyatakan bahwa untuk memperoleh data
yang valid dapat ditempuh teknik pengecekan data melalui: (1) observasi
yang dilakukan secara terus-menerus (persistent observation); (2)
triangulasi (triangulation) sumber data, metode dan peneliti lain; (3)
pengecekan anggota (member check), diskusi teman sejawat (peer
12 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 34. 13 Lincoln and Guba, Effective Evaluation: Improving the Uselfulness of Evaluation Result Trough Responsive and NaturalisticAapproaches, (San Francisco, California, 1981), 31. 14 Ibid, 32.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
171
reviewing); dan (4) pengecekan mengenai kecukupan referensi (referential
adequacy checks). Pengujian terhadap kredibilitas data dalam penelitian
ini dilakukan dengan triangulasi sumber data dan pemanfaatan metode,
serta member check.
Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara membandingdan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari
informan yang satu dengan informan lainnya. Misalnya guru yang satu ke
guru lainnya, dari kepala sekolah ke wakil kepala sekolah, dan sebagainya.
Triangulasi metode dilaksanakan dengan cara memanfaatkan penggunaan
beberapa metode yang berbeda untuk mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh. Misalnya hasil observasi dibandingkan
atau dicek dengan interview, kemudian dicek lagi melalui dokumen yang
relevan.
Pengecekan data dengan member check dilakukan pada subjek
wawancara melalui dua cara. Cara pertama langsung pada saat wawancara
dalam bentuk penyampaian ide yang tertangkap peneliti saat wawancara.
Cara kedua tidak langsung dalam bentuk penyampaian rangkuman hasil
wawancara yang sudah dibuat oleh peneliti; Dalam hal ini tidak setiap
fokus penelitian mendapat member check, namun pengakuan kebenaran
data oleh pihak-pihak tertentu yang dianggap sumber informasi dari yang
sudah diwawancarai dinyatakan memadai mewakili sumber informasi
sasaran wawancara.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
172
2. Transferabilitas
Transferabilitas atau keteralihan dalam penelitian kualitatif dapat
dicapai dengan cara "uraian rinci". Untuk kepentingan ini peneliti
berusaha melaporkan hasil penelitiannya secara rinci. Uraian laporan
berusaha diusahakan untuk mengungkap secara khusus segala sesuatu
yang diperlukan oleh pembaca, agar para pembaca dapat memahami
temuan-temuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri bukan bagian dari
uraian rinci melainkan penafsiran yang diuraikan secara rinci dengan
penuh tanggung jawab berdasarkan kejadian-kejadian nyata.
3. Dependabilitas
Dependabilitas atau kebergantungan dilakukan untuk tidak
mengulangi kesalahan-kesalahan dalam konseptualisasi rencana penelitian.
pengumpulan data, interpretasi temuan, dan pelaporan hasil penelitian.
Untuk itu diperlukan dependent auditor. Sebagai dependent auditor dalam
peneiitian ini adalah para pembimbing yang ditunjuk oleh pihak pengelola
pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya
untuk membimbing peneliti dalam penyelesaianan penelitian ini.
4. Konfirmabilitas
Konfirmabilitas atau kepastian diperlukan untuk mengetahui
apakah data yang diperoleh objektif atau tidak. Hal ini bergantung pada
persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, temuan
seseorang. Jika telah disepakati oleh beberapa atau banyak orang dapat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
173
dikatakan objektif, namun penekanannya tetap pada datanya. Untuk
menentukan kepastian data dalam penelitian ini, maka dilakukan cara
untuk mengkonfirmasikan data dengan para informan atau para ahli.
Kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan pengauditan dependabilitas.
Perbedaannya jika pengauditan dependabilitas ditujukan pada penilaian
proses yang dilalui selama penelitian, sedangkan pengauditan
konfirmabilitas adalah untuk menjamin keterkaitan antara data, informasi,
dan interpretasi yang dituangkan dalam laporan serta didukung oleh
bahan-bahan yang tersedia.
H. Tahapan Penelitian
Salah satu karakteristik penelitian kualitatif adalah desainnya disusun
secara sirkuler.15 Oleh karena itu penelitian ini ditempuh melalui tiga tahap
yaitu: (1) studi persiapan atau orientasi, (2) studi eksplorasi umum, dan (3)
studi eksplorasi terfokus.
Pertama, tahapan studi persiapan atau studi orientasi dengan menyusun
praproposal, proposal penelitian tentative, serta menggalang sumber
pendukung yang diperlukan. Penentuan objek dan fokus penelitian ini
didasarkan atas: (1) isu-isu umum yaitu seputar problem supervisi Pendidikan
Agama Islam di Madrasah; (2) mengkaji literatur-literatur yang relevan; (3)
orientasi ke Madrasah Kabupaten Tuban dan menetapkan objek penelitian,
dan (4) diskusi dengan teman sejawat.
15 Nasution, Metode Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, 43.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
174
Kedua, tahapan studi eksplorasi umum, yang direncanakan adalah: (1)
konsultasi, wawancara dan perizinan pada instansi yang berwenang;
(2)penjajagan umum pada beberapa objek yang ditunjukkan untuk melakukan
observasi dan wawancara secara global atau disebut dengan grand tour dan
mini tour 16, untuk menentukan pemilihan objek lebih lanjut; (3) studi literatur
dan menentukan kembali fokus penelitian; (4) seminar kecil dengan promotor
dan diskusi dengan teman sejawat untuk memperoleh masukan; serta
(5)konsultasi secara kontinyu dengan promotor untuk memperoleh legitimasi
guna melanjutkan penelitian.
Ketiga, tahapan eksplorasi terfokus yang diikuti dengan pengecekan
hasil temuan penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian. Tahap
eksplorasi terfokus ini mencakup tahap: (1) pengumpulan data yang dilakukan
secara rinci dan mendalam guna menemukan kerangka konseptual tema-tema
di lapangan; (2) pengumpulan dan analisis data secara bersama-sama; (3)
pengecekan hasil dan temuan penelitian oleh promotor; dan (4) penulisan
laporan hasil penelitian untuk diajukan pada tahap ujian desertasi.
16 Spradley, J.P., Metode Etnografi. Penerjemah Misbah Zulfa (Yogyakarta: Tiara Kencana, 1997), 54.