BAB III MEMFOKUSKAN EVALUASI -...
Transcript of BAB III MEMFOKUSKAN EVALUASI -...
BAB III
MEMFOKUSKAN EVALUASI
Memfokuskan evaluasi yaitu memfokuskan apa dan bagaimana evaluasi akan
dilakukan. Seperti memfokuskan kamera, fokus evaluasi berarti melihat beberapa
variabel dengan teliti. Biasanya variable ini termasuk objek yang akan dievaluasi, tujuan
evaluasi, individu yang akan terlibat, latar belakang dan pengaruhnya pada evalusi, serta
pertanyaan-pertanyaan penting yang harus dijawab oleh evaluasi untuk mencapai tujuan
evaluasi.
Bila evalusi sudah terfokus, maka ini berarti proses dan desain dimulai.
Ketentuan-ketentuan pada tahap ini harus diperhatikan dengan teratur untuk diubah
apabila sewaktu-waktu ada perubahan pada objek, wadah, dan induvidu yang terlibat.
Anda harus memperhatikan ketentuan tersebut dalam evaluasi apapun, apakah ini untuk
memenuhi permintaan biaya dariluar untuk menggabungkan program atau untuk tujuan-
tujuan yang lain.
A. Apa yang Akan Dievaluasi
Ojek evaluasi yaitu apa yang akan dievaluasi, dapat berupa program, proyek,
training, materi atau bahkan evaluasi yang lain. Apapun dapat menjadi objek evaluasi.
Tugas merumuskan dan menjelaskan objek yang akan dievaluasi tampaknya mudah dan
sederhana, tetapi masalah sebaliknya. Kenyataan justru merupakan tugas yang paling
sulit dan merupakan tanggung jawab yang penting. Ini disebabkan karena:
1) Objek yang dievaluasi tidak statis, misalnya dalam suatu program, objek tersebut
sedang berjalan, dapat saja dipengaruhi oleh kejadian didalam maupun diluar dan
terus berubah.
2) Objek tampak berbeda, disatu pihak administrator melihat begini, sedangkan klien
begitu.
Oleh sebab itu, perlu ada kesepakatan tentang apa yang akan dievaluasi sebelum
mendesain evaluasi. Dan tujuan evaluasi harus dirumuskan dengan jelas.
Beberapa objek yang dapat dievaluasi (Worhen B & Sanders G.R. 1987)
Kursus proses analisis kebutuhan
Lokakarya pelayanan konsultasi
Seri rokakarya program pengembangan staf
Kurikulum seminar
System manajemen system failing
Program dagree konperensi
Manajemen system rapat-rapat
Informasi
Materi modul simposium
System logistik dan lain-lain
B. Proses Pemfokusan
Langkah pertama merupakan hal penting dalam perjalanan untuk menentukan
tujuan perjalanan, menerangkan tentang apa dan bagaimana perjalanan akan ditempuh.
Hal yang sama juga terjadi dalam evaluasi. Diskusi antar evaluator dan seponsor biasanya
membicarakan tujuan utama evaluasi, prosedur yang akan dilalui dan intruksi yang akan
dilakukan selama evaluasi. Proses pemfokusan akan membicarakan bagaimana evaluator
dan seponsor akan bekerja sama dalam membuat kerangka kerja evaluasi. Pengembangan
kerangka kerja ini yang disebut “Pempokusan Evaluasi”. Kata pokus ini dipakai untuk
menerangkan proses, karena mempertajam atau memperjelas citra dan image dan
memperjelas situasi. Bila anda memokuskan evaluasi, Anda memperjelas pengertian
kebutuhan dan keinginan porsonil program dan seponsor, dan pengertian mereka mereka
tentang pengalaman dan kemampuan anda sebagia evaluator. Lebih jauh lagi, anda
merumuskan landasan peraturan yang akan dipakai dalam evaluasi, dan memilih isu yang
akan eva;luasi. Proses ni termasuk saling memberi informasi beserta analisisnya. Bab ini
membicarakan elemen yang terlibat dalam proses dan menunjukan dasar-dasar untuk
melaksanakan evaluasi.
Misalkan anda berada dalam situasi berikut ini. Anda akan bertemu dengan
seorang kepala sekolah atau direktur suatu institut, dengan pengertian bahwa orang
tersebutingin melakukan evaluasi. Anda dipersilahkan masuk ke kantornya dan disambut
ramah tamah. Direktur tersebut menerangkan bahwa anda direkomendasikan oleh teman
baiknya dan anda memberi jawaban dengan sepantasnya. Kemudian hening, diam
sejenak, direktur memandang anda dan anda ganti memandang. Nah, bagaimana
selanjutmnya?
Dalam skenario yang ideal, ini merupakan diskusi penting dimana direktur tersebut
menjelaskan tentang programnya, isu penting untyuk semua pihak yang berminat, dan
masalah pertanyaan-pertanyaan yang perlu dipecahkan atau dijawab. Sebagai jawaban,
anda menjelaskan pendekatan anda terhadap evaluasi tersebut, cara anda menjalankan,
dan keahlian anda dalam mengerjakan evaluasi, dan sebagainya. Bersama-sama anda
mengkhususkan pembicaraan pada beberapa isu yang akan dituju, menentukan strategi
untuk menjawab pertanyaan, dan persetujuan tentang petunjuk umum evaluasi.
Tentu saja proses ini memerlukan banyak diskusi, mungkin dengan tatap muka,
melalui telepon, atau surat-menyurat. Kadang-kadang anda sebagai evaluator sangat
berbeda pendapat tentang tujuan dan proses evaluasi dengan seorang sponsor yang
potensial, mungkin anda akan memilih lebih baik mengundurkan diri saja. Seorang
evaluator yang efektif dalam tahap negosiasi, ia harus mengerti bagaimana melakukan
pemokusan evaluasi dengan jelasdan baik. Hanya dengan cara ini sponsor dan evaluator
mengerti apa yang akan mereka capai dan apa hasil usaha kerja sama mereka nanti.
Negosiasi inilah yang merupakan objek bab ini.
C. Kerangka Pemfokusan Evaluasi
Pemfokusan evaluasi merupakan tugas yang agak rumit, karena melibatkan
negosisasi orang-orang yang tidak selalu mempunyai pengetahuan dan sikap yang sama
tentang apa yang mereka diskusikan dan yang tidak menempatkan nilai-nilai pada wadah
dan hasil yang sama. Lebih-lebih ini merupakan interaksi antar manusia, dimana banyak
sekali kehendak dan seluk-beluknya yang bervariasi. Hal ini memang harus disadari yang
merupakan hal yang kompleks atau rumit dan ini timbul selalu dalam pemfokusan
evaluasi, oleh sebab itu perlu disederhanakan.
D. Elemen-Elemen Proses Pemfokusan
Bila ditanya evaluator tentang pemokusan evaluasi, mereka biasanya akan
memikirkan tujuan tertentu, dan menentukan pertanyaan-pertanyan evaluasi. Bila ditanya
bagaimana prosesnya, mereka kurang yakin, tapi akan menyebutkan pertukaran informasi
antara evaluator dengan klien. Misalnya, evaluator bertanya tentang tujuan program, dan
klien akan menyebutkan hasil-hasil yang diharapkan. Dari sana akan mudah bagi
evaluator untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan.
Seperti kita lihat, proses lebih kompleks. Pada nyatanya telah mulai sebelum klien
dan evaluator bertemu. Keduanya datang ke pertemuan penting dengan pemikiran
masing-masing, ide-ide evaluasi, dan harapan-harapan yang mungkin akan dicapai.
Bahkan setelah bertemu yang mereka kerjakan tidak hanya merumuskan tujuan program
dan membuat rencana tes. Kedua belah pihak mencoba mempelajari lebih banyak tentang
kebutuhan dan kemampuan yang lain dan manfaat yang dapat diperoleh program dari
evaluasi. Banyak informasi di pertukarkan, maksudnya agar memberi dalam proses ini.
Kemudian setelah membicarakan bermacam-macam pilihan, mereka baru mulai
menentukan prioritas dan menentukan sejumlah target yang terbatas. Akhirnya, petunjuk
umum disetujui dan dengan dasar itu rencana evaluasi dibuat.
Untuk dapat mengerti proses ini lebih baik, bayangkan tentang pertemuan
pertama antar evaluator dengan klien baru. Dengan kata lain, pertemuan ini akan
mempertemukan dua individu, merundingkan isu, dan mencapai persetujuan untuk
rencana umum dalam mengevaluasi programnya. Tetapi bagaimana yang terjadi
sesungguhnya ?
Ada tiga elemen dalam proses pemokusan evaluasi (Stecher Brian M & W. Alan
Davis), yaitu :
1. Mempertemukan pengetahuan dan harapan
2. mengumpulkan evaluasi
3. merumuskan rencana evaluasi
Semua komponen ini harus ada bila evaluasi direncanakan. Walaupun ada urutan
yang logis pada ketiga elemen tersebut, penulis memilih tidak menyebutnya sebagai
langkah. Dalam kenyataannya, diskusi dapat bergerak maju mundur beberapa kali antara
merumuskan rencana awal dan saling bertukar informasi sebelum strategi akhir
dirumuskan. Dapat juga terjadi rencana evaluasi sudah dibuat, kemudian diketahui
beberapa informasi penting tertinggal, ini membuat keharusan melakukan
diskusikembali. Jadi, jarang suatu terjadi dengan urutan teratur, dalam sekuen yang
teratur, namun ketiga elemen itu harus ada. Penting pula untuk mengetahui bagaimana
mereka berinteraksi untuk menciptakan suatu pariabel rencana evaluasi. Sub-sub, berikut
akan membicarakan elemen-elemen tersebut lebih rinci lagi.
1. Pengetahuan dan Harapan yang Telah Ada
Telah dikatakan bahwa proses pemokusan evaluasi telah terjadi sebelum klien dan
evaluator bertemu. Masing-masing datang ke rapat/pertemuan dengan pengetahuan dan
harapan yang telah ada sebelumnya. Setiap evaluator mempunyai konsep sendiri tentang
evaluasi. Apakah evaluasi merupakan evaluasi yang mengevaluasi kelompok kontrol dan
dengan analisis statistik? Atau apakah dibuat untuk memperoleh informasi yang
berhubungan dengan keputusan khusus program?
Banyak jawaban dapat diberikan,karena banyak pendekatan evaluasi yang ada.
Apabila anda bertanya kepada seorang ahli evaluasi tentang apa yang disebut evaluasi,
untuk menerangkan tujuannya, dan untuk melakukan prosedurnya mereka akan
menjawab dengan jawaban melakukan evaluasi, Anda akan memperoleh banyak jawaban
yang berbeda.
Secara sadar atau tidak anda sendiri mempunyai pendapat tentang evaluasi. Bila
seorang bertanya kepada anda atau meminta pendapat anda mungkin cenderung
memberikan pilihan yang mencerminkan pendapat atau pendekatan anda senderi tentang
evaluasi. Bahkan bahwa anda merasa yakin akan suatu pendekatan, anda akan mencoba
mempengaruhi bahwa usul anda itu yang merupakan kerangka atau strategi yang benar.
Bila anda tidak kenal dengan suatu pendekatan, tentu anda tidak mengusulkan hal
tersebut kepada orang yang bertanya. Lebih jauh lagi, dua orang evaluator, dengan dua
macam pendekatan terhadap evaluasi, akan memberi respon yang berbeda terhadap klien
yang sama, mungkin akan berfokus kepada hal yang berbeda dengan hasil evaluasi dari
kelompok yang lain.
Klien juga akan datang kepertemuan tentang harapan-harapan tentang evaluasi
yang akan dilakukannya. Misalnya, untuk banyak klien evaluasi sama dengan tes,
terutama perbandingan antara pretes dan postes, dan pengukuran lain seperti hasil belajar
yang diperoleh dari perbandingan waktu. Tidak semua klien mempunyai pendapat yang
seperti itu, beberapa telah pengalaman dengan evaluasi macam lain, tapi kebanyakan
klien berpendapat seperti yang pertama. Selain itu klien juga datang kepertemuan dengan
masalah-masalah yang diharapkan akan terpecahkan dengan evaluasi yang akan
dilakukan. Masalah-masalah tersebut mungkin dari proyek, mungkin juga dari sponsor
yang membiayai proyek. Apapun alasanya, hal ini akan mewarnai cara klien memberikan
informasi, menjawab pertanyaan dari evaluator, dan penilaianya terhadap kemampuan
evaluatur dan manfaat atau mutu yang dikatakan. Ide-ide atau saran-saran dari evaluator
akan ditafsirkan oleh klien sejalan dengan kebutuhan dan harapanya.
Jadi kita harus tahu bahwa evaluator dan klien telah mempunyai kondisi awal (
pre-existing condition), ide, darapan tentang evaluasi sebelum mereka bertemu yang akan
mempengaruhi kerjasama mereka dalam mengevaluasi program. Ini merupakan elemen
yang pertama dalam memfokuskan evaluasi.
2. Pengumpulan Informasi
Elemen kedua dalam pemfokusan yaitu pengumpulan informasi. Kedua pihak,
baik evaluator maupun klien harus belajar tentang hal ini. Evaluator harus akrab,
maksudnya harus banyak tahu tentang program yang akan dievaluasi, kebutuhan dan
harapan klien, induvidu dan kelompok yang harus dilibatkan, dan keterbatasan-
keterbatasan yang berupa waktu, sumber-sumber dan keterbatasan-keterbatasan yang
lainya. Klien ingin mengetahui tentang kemampuan evaluator dan evaluasi yang akan
membantu mereka.
Ada beberapa macam informasi yang perlu diketahui evaluator tentang setiap
program. Pertanyaan tambahan yang ditanyakan akan tergantung pada program khusus
yang didiskusikan dan kondisi saat evaluasi akan dikerjakan
Pertama, keterangan tentang program. Siapa peserta program? Pelaya-pelayanan
apa yang diberikan? Apa tujuan program, dan bagaimana mengukur keberhasilanya
beberapa karyawan yang terlibat? Apa jadwal kegiatan program? Berapa lokasi yang
terlibat? Evaluator harus memperoleh gambaran yang jelas tentang bagaimana program
berjalan. Hal ini penting untuk menentukan strategi evaluasi apa yang akan dipakai.
Kedua, evaluator harus mengetahui apa yang diiinginkan klien. Mengapa
diadakan evaluasi? Mengapa program diputuskan dengan memakai evaluator dari luar?
Informasi ini sangat penting. Tidak saja hal ini akan memberikan petunjuk prima tentang
penyelesaian yang tentatif terhadap masalah klien, hal ini juga akan menunjukan kepada
evaluator tentang pengetahuan dan konsep klien tentang evaluasi. Lebih jauh lagi,
evaluator akan mengetahui keinginan dan kejelasan tujuan yang telah dirumuskan.
Ketiga, dalam tahap pengumpulan informasi ini, perlu kiranya diketahui apakah
ada individu atau kelompok lain yang berminat atas hasil evaluasi, rapat-rapat awal
biasanya diadakan dalam kelompok kecil sebelum menentukan strategi evaluasi. Anda
akan dapat memberikan rencana evaluasi yang lebih tepat apabila anda dapat
memperoleh informasi yang relevan. Juga penting untuk mengetahui siapa yang berminat
terhadap informasi yang akan dihasilakan evaluasi, karena orang-orang ini akan
menampakan diri dalam proses evaluasi.
Akhirnya, evaluator biasanyza akan berusaha untuk menentukan sumber-sumber
yang dapat dimanfaatkan, dan apa keterbatasan-keterbatasan yang mungkin dihadapi
yang membatasi ruang gerak evaluasi. Pertanyaan tentang sumber-sumber merupakan
pertanyaan yang peka. Walaupun beberapa klien akan mempunyai anggaran tertentu
untuk evaluasi ini pada tahap negosiasi, klien lainya mungkin akan menentukan anggaran
berdasarkan diskusi yang dilakukan dengan evaluator, dan pada informasi yang diberikan
tentang ongkos dan manfaat bermacam-macam pilihan. Dalam hal ini evaluator hanya
membutuhkan petunjuk umum untuk menolong mengatur rencananya.
Keterbatasan-keterbatasan juga merupakan hal yang penting. Evaluator perlu
mengetahui keterbatasan-keterbatasan yang mungkin dapat muncul selama evaluasi
dilakukan. Selagi evaluator menyusun strategi, evaluator perlu memeriksa persaratan-
persaratan yang perlu ada untuk melakukan kegiatan evaluasi.
Pada waktu yang sama evaluator berusaha mempelajari lebih banyak segala
sesuatu tentang program yang yang bersangkutan, begitu juga klien mencoba
mengumpulkan informasi. Kegiatan klien berfokus pada pengenalan dan kemampuan
evaluator, nilai, keterbatasan evaluasi dalam mencapai kebutuhanya, dan macam prosedur
yang akan dijalankan dalam melakukan evaluasi. Dan evaluator harus menjawab semua
pertanyaan tersebut.
3. Membuat Rencana Evaluasi
Setelah mempelajari program dan kegiatan klien, evaluator mulai memikirkan
tentang kegiatan-kegiatan evaluasi. Proses ini melibatkan penjelasan pertanyaan dari
setiap pertanyaan, merumuskan strategi untuk mengumpulkan data yang berhubungan
dengan pertanyaan, dan memperkirakan, biaya serta kemungkinan kemudahan pilihan-
pilihan tersebut. Hal ini betul-betul merupakan proses interaksi yang mengarah kepada
rumusan rencana evaluasi.
Apa sebenarnya rencana evaluasi itu? Yang dimaksud dalam hal ini adalah
persetujuan umum antara evaluator dan klien yang menjelaskan isu-isu penting evaluasi.
Rencana ini biasanya awal dari penandatanganan persetujuan. Biasanya merupakan
persetujuan lisan bukan tulisan. Paling tidak rencana evaluasi yang baik yaitu
menjelaskan tiga hal, yakni pertanyaan-pertanyaan evaluasi,nilai, dan biaya.
Pertanyaan-pertanyaan dirumuskan dalam bentuk yang khusus, misalnya : apakah
siswa memperoleh hasil yang lebih baik dengan memakai program A dari pada program
B? apakah program mencapai sebanyak 75% yang direncanakan? atau mungkin meneliti
isu yang paling luas, misalnya : apakah akibat atau dampak pengurangan pegawai
perpustakaan sekolah? Akhirnya mungkin hal-hal yang lebih umum, seperti: mengapa
orang-orang tidak senang dengan program latihan kerja yang diselanggarakan di balai
pertemuan umum? Dalam beberapa hal, evaluator dan klien harus benar-benar mengerti
tentang masalah evaluasi yang akan dilakukan.
Kedua, evaluator harus menjelaskan prosedur yang akan ditempuh dalam kegiatan
evaluasi. Apakah akan membuat kuesioner? Apakah evaluator akan mengadakan
kunjungan rumah, mengamati perilaku di kelas, atau berbicara secara informal dengan
guru-guru selama istirahat? Prosedur pengumpulan data mungkin sangat bervariasi, dan
menuntut permintaan yang berbeda-beda dalam peserta program. Oleh sebab itu, harus
dirundingkan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan, sumber-sumber yang
disediakan klien, dan jangka waktu proses evaluasi
Ketiga, evaluator harus menyetujui biaya evaluasi secara umum. Evaluator harus
memperkirakan jumlah biaya yang akan diperlukan untuk melakukan kegiatan yang telah
dirundingkan. Pilihan atas beberapa alternatif mungkin tergantung pada biaya yang
diperlukan oleh setiap tahap kegiatan, maka mungkin evaluator perlu memperkirakan
biaya setiap komponen. Perincian anggaran dengan angka-angka yang pasti dapat
diberikan kemudian, tetapi kedua pihak pada tahap ini harus menyetujui biaya secara
gratis besar apa yang akan diperlukan
E. Hal-hal yang Perlu Diingat dalam Pengumpulan Informasi
Pengumpulan informasi merupakan hal yang pokok dalam evaluasi. Apabila
program sosial sama, atau apabila suatu pendekatan dapat dipakai untuk semua program,
maka tentu tidak perlu mengumpulkan informasi yang terlalu khusus dan banyak tentang
suatu program setiap angka mengevaluasi. Tetapi tidak demikian pada kenyataanya,
program bermacam-macam, dan evaluator dapat memilih bermacam-macam strategi dan
menu untuk melakukan evaluasi. Hal ini menyebabkan evaluator akan menyita banyak
waktu untuk mengenal setiap program atau proyek yang akan di evaluasi.
Perlu diperhatikan bahwa informasi dalam jangka waktu tertentu akan berubah
dan tidak statis, begitu juga dalam pengumpulan data perl diubah sdengan kundisi dan
situasi proyek dan sumber yang ada . Yang paling penting yaitu memilih informasi yang
tepat untuk menjawab pertanyaan evaluasi. Informasi yang dikumpulkan harus relavan
dengan pertanyaan yang telah dirumuskan, informasi harus banyak untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan evaluasi. Menggunakan informasi terlalubanyak akan menjadi
mubajir. Memakan waktu, tenaga, uang, dan tidak praktis. Informasi yang cukup, tidak
terlalu banyak dan tidak terlau sedikit adalah yang terbaik dan menghemat. Sumber-
sumber informasi harus diketahui dimana dan kapan waktu yang paling tepat untuk
mengambilnya. Juga harus diketahui sebelumnya bagaimana menganalisis informasi,
menafsirkan, dan melaporkan kepada klien sehingga dapat dipercaya dan berguna.
Kegagalan evaluator memperoleh informasi untuk diri sendiri secara teratur tentang
beberapa aspek program yang akan dievaluasi, akan mengakibatkan kesalahan yang fatal,
misalnya :
Seorang evaluator yang memakai pendekatan eksperimental diminta untuk
mengevaluasi keefektifan tiga perlakuan terhadap pecandu alcohol, tetapi tidak
mengetahui atau tidak mempelajari bahwa salah satu program dinodai oleh karyawan
yang memutar balikan dan seorang direktur yang ditaktor. Dengan hanya memusatkan
pada hasil, ia memberikan laporan yang salah , bahkan informasi atau laporan yang
berguna.
Seorang evaluator yang memakai pendekatan yang beriontasi pada tujuan (goal
oriented approach), menghabiskan berbulan-bulan membuat tes untuk menjawab tujuan
kurikulum bahasa inggris. Setelah membuat instrumen lengkap, ia baru tahu bahwa kelas
bahasa inggris tersebut hanya bertemu 30 menit sehari, sehingga tidak cukup waktu untuk
membuat tes yang telah dibuat.
Seorang evaluator dikontrak oleh kondak untuk mengevaluasi dampak atau
pengaruh pemakaian pengaman model baru bagi pengendara sepeda motor, melaporkan
pada bulan februari bahwa program tersebut sangat efektif. Tetapi sebelum
evaluatormelapor, penitia dewan pengaman pada bulan januari memutuskan
menghentikan anggaran untuk keperluan tersebut karena tidak ada perbaikan.
Kesalahan-kesalahan diatas menunjukan kurangnya informasi tentang program
dan kebutuhan klien untuk evaluasi pada satat evaluasi didesain. Kesalahan tersebut dapat
dihindari apabila evaluator mengikuti atau menbuat rencana yang matap tentang
pengumpulan data. Sebagai evaluator ia harus mengetahui sebanyak-banyaknya tentang
program yang akan dievaluasi. Tujuan evaluasi, siapa kliennya, keterbatasan waktu,
biaya, dan kemungkinan memperoleh informasi sebelum sampai pada rencana
efaluasidan melaksanakanya. Memang, anda tidak punya banyak waktu mengumplkan
informasi tersebut, dan pada tahap ini evaluator belum dibayar untuk itu. Oleh sebab itu,
evaluator perlu merancang jauh sebelumnya,informasi apa saja yang penting diketahui da
bagaimana memperolehnya segera. Kebanyakan informasi yang diperlukan berkisar antar
tiga komponen berikut ini ( Brian M. Stecher & W. Alan Davis, 1987).
- Apa programnya ?
- Apa yang dievaluasi ?
- Apa keterbatasan-keterbatasan evaluasi ?
Setiap pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan evaluasi awal. Setiap
pertanyaan akan dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih khusus. Evaluator
memerlukan informasi yang lebih rinci dan khusus, tergantung dari situasi dan kondisi
yang sedang berlaku dan pandangan tentang evaluasi dari kedua belah pihak, evaluator
dan klien. Misalnya evaluator yang beriontasi pada tujuan akan memerlukan tambahan
waktu untuk menentukan tujuan program lebih jelas sedangkan evaluator yang menganut
pendekatan keputusan, perlu mengetahui lebih banyak tentang perkembangan program
dan macam-macam keputusan yang kiranya akan dibuat pada waktu yang akan dating.
Evaluator akan mewawancarai orang-orang yang memegang kunci keputusan dalam
program untuk memperoleh informasi tersebut. Kebanyakan informasi akan diperoleh
dari orang-orang proyek atau dari pimpinan proyek.
1. Apa Programnya
Keakraban dengan orang-orang proyek dan pengenalan yang tuntas tentang
program yang akan dievaluasi merupakan syarat yang mutlak. Evaluator harus
menyediakan waktu untuk mendengar segala sesuatu tentang program dari orang-orang
proyek. Yang paling penting pada dasarnya yang harus diketahui ialah :
(1). Siapa yang akan mendapat manfaat program ?
(2). Siapa yang mengerjakan program tersebut ?
(3). Apa yang mereka lakukan ?
Biasanya topik tersebut merupakan hal utama yang dibicarakan klien dengan
evaluator.
Sering orang-orang program mempunyai pandangan yang berbeda dengan
evaluator, bila hasil tersebut terjadi, evaluator dapat mengadakan wawancara kearah isu-
isu sebagai berikut :
1. Klien
a. Siapa yang dilayani oleh program ?
b. Bagaimana mereka dapat terlibat dalam proyek ?
c. Apa bedanya dengan mereka yang tidak terlibat ?
2. Tujuan
a. Apa yang akan dilakukan program bagi orang yang dilayani ?
b. Apakah tujuan utama sudah dirumuskan dan apakah tujuan itu ?
c. Mana dari tujuan tersebut yang terpenting ? Adakah tujuan yang memerlukan
waktu lebih banyak dari pada yang lainya ?
d. Bagaimana karyawan menilai betapa baiknya mereka mencapai tujuan tersebut ?
e. Bila program berhasil, apa yang diharapkan terjadi ?
3. Proses
a. Apakah pendekatan umum yang dipakai ?
b. Apakah kegiatan yang dilakukan ?
c. Apakah jadwal kegiatan-kegiatan yang dilakukan ?
4. Organisasi
a. Dimana pelayanan diberikan? Apakah ada perbedaan diantara mereka ?
b. Siapa yang memberi pelayanan ? berapa jumlah karyawan ?
c. Siapa yang membiayai program ?
d. Bagai mana program dilakukan ? bagaimana hilarki organisasi ?
2. Mengapa Evaluasi Dilakukan ?
Sekali evaluator mengetahui secara umum tentang suatu program, langkah
selanjutnya yaitu memfokuskan evaluasi yaitu sampai pada pengertian mengapa evaluasi
dilakukan dan apa tujuan yang akan dicapai. Proses ini melibatkan pertukaran pandangan
antara klien dan evaluator, biasanya evaluator yang memegang peran karena keahlianya
dalam bidang ini.
Tujuan evaluasi dapat bermacam-macam, antara lain seperi pekerjaan rutin atau
tanggung jawab rutin, untuk membantu pekerjaan manajer dan karyawan dengan tujuan
yang lebih banyak, dan informasi yang lebih lengkap dari yang sudah ada, atau
memberikan informasi untuk tim pembina atau nasihat, untuk klien, untuk direktur, atau
pemberi dana atau seponsor. Telah diketahui bahwa perbedaan minat dan harapan antara
klien mendorong mereka mencari konsultan atau evaluator. Evaluator yang luwes dan
kreatif menganggap tujuan, minat, dan harapan klien seperti pilihanya sendiri dalam
merumuskan rencana evaluasinya.
Tidak cukup apabila hanya bertanya kepada klien mengapa mereka mengadakan
evaluasi, dan apa tujuanya. Manager program sering meminta bantuan tanpa punya ide
yang jelas mengapa evaluasi dilakukan, atau apa guna evalusi di lakukan biasanya karena
diminta oleh pemberi dana. Dalam hal ini, manager program tidak menyadari bahwa
evaluasi dapat memberi mereka informasi yang berguna dan dapat memberi informasi
kepada audiensi yang lebih banyak. Disini evaluator dapat memberi pelayanan yang
berharga dengan memperluas pandangan klien tentang evaluasi, di samping itu tanggung
jawab terhadap pemberi dana juga terpenuhi.
Evaluator juga harus igat bahwa suatu evaluasi sering mempunyai audensi yang
potensial. Seperti klien, karyawan, pimpinan, pemberi dana , dan publik yang berminat
langsung atas hasil evaluasi, terutama program-program social. Kelompok-kelompok
tersebut biasanya mempunyai kebutuhan yang berbeda untuk informasi dan melihat
tujuan evaluasi dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya, karyawan yang merasa
bahwa telah berusaha keras untuk mencapai tujuan program sebaik mungkin, dengan
sumber daya minimum, akan mengharap tambahan dana. Pemberi dana mungkin ingin
mengetahui berapa yang mereka peroleh dari uang yang mereka keluarkan, jumlah, dan
mutu pelayanan dan hasil yang telah dicapai klien. Juga dapat memberi informasi kepada
sejumlah audiensi dengan satu evaluasi program.
Tentu saja direktur program atau dewan direksi yang mengontrak evaluator
mungkin tek berkenan apabila ada orang lain yang ikut mengetahui hasil evaluasi, atau
mungkin melarang yang untuk diketahui oleh mereka sendiri. Maka evaluator harus hati-
hati menjalankan peranannya, menghormati minat klien yang utama, sambil menyadari
ada kelompok yang berminat terutama para pemegang saham dalam program atau dalam
evaluasi. Untuk situasi-situasi tertentu mungkin kelompok tersebut dapat dilibatkan,
sedang untuk urusan-urusan tertentu mungkin tak dapat diperkenankan.
Dalam pertemuan dengan klien, evaluator dapat menentukan tujuan evaluasi yang
potensial, minat klien, harapan klien, dan kemunkinan untuk ditunjukannya hasil evaluasi
kepada klien yang lebih luas, dengan menganyakan pertanyaan secara langsung dan tidak
langsung dan memberikan saran-saran. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat ditanyakan :
Tujuan langsung
Bagainana program akan dievalusi ?
Harapan-harapan
Bagaimana menggambarkan evaluasi program yang lalu ?
Mengapa evaluasi yang terdahulu dinggap lebih bermanfaat ?
Apa kira-kira informasi yang diperlukan dalam evaluasi ?
Pendapat dan minat
Apakah anda mempunyai pendapat khusus tentang program kali ini ?
Apakah ada perubahan besar yang diperkirakan akan terjadi diwaktu dekat ?
Informasi apa tentang program yang akan amat bermanfaat bagi karyawan,
klien, pengawas (supervisor), atau sponsor.
Para audiensi lainya
Kelompok apa yang terlibat dalam program, atau mereka yang akan
dipengaruhi oleh evaluasi ?
Informasi apa tentang program yang paling berguna bagi masing-masing
kelompok.?
Haruskah wakil dari kelompok lain diwawancarai dalam merancanakan
evaluasi
Kelompok mana yang akan menerima informasi tentang evaluasi, apabila
evcaluasi telah selesai ? apakah harus mebuat laporan khusus untuk kelompok
khusus ?
3. Apa Keterbatasan-keterbatasan Evaluasi yanga Akan Dilakukan
Evaluator perlu menentukan apa yang dapat dikerjakan dan apa yang tak dapat
dilakukan. Ruang lingkup evaluasi dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan yang
praktis, biasanya karena uang. Klien yang gontarak atau mungkin mempunyai sejumlah
dana yang tertentu utnuk evaluasi, atau mungkin klien bertanya kepada evaluator untuk
mengusulkan jumlah biaya. Dari masing-masing jumlah tersebut ada batasnya. Jumlah
biaya utnuk evaluasi sering berkisar antara 5% dan 10% dari dana operasi untuk
program-program tertentu.
Uang diartikan sebagai waktu dalam proses evaluasi, tetapi batasan waktu juga
perlu dipertimbangkan. Sering dana progaram menentukan jadwal untuk evaluasi dan
menentukan batas akhir untuk menyelesaikannya. Untuk beberapa program, seperti yang
terdapat di sekolah-sekolah, programnya sendiri yang akan menentukan adanya evaluasi
pada waktu-waktu tertentu. Bila evaluasi dilakukan dengan maksud untuk suatu
keputusan tertentu maka harus diselesaikan sedini mungkin sehingga dapat dipakai
sebagai pedoman untuk keperluan tersebut.
Dipakainya suatu informasi mungkin menyebabkan keterbatasan yang lain,
misalnya : survei kepada peserta yang terdahulu, mungkin dapat memberikan informasi
yang berguna, namun mungkin juga tidak praktis karena tergantung dari mobilitas dan
keberadaan peserta yang terdahulu. Data yang disimpan dalam komputer lebih mudah
diperoleh daripada data dalam keretas biasa. Memakai suatu informasi mungkin juga
dibatasi mungkin juga dibatasi oleh kerahasiaan atau karena unsur politik. Oleh sebab itu,
sebaiknya keterbatasan-keterbatasan seperti itu diperhatikan sedini mungkin sebelum
pengumpulan informasi untuk mempokuskan evaluasi
Akhirnya, evaluator harus menentukan apakah klien dapat memberikan sumber-
sumber atau pelayanan yang berguna untuk melancarkan pekerjaan evaluator.
Evaluator dalam melakukan tugasnya dapat melimpahkan tanggungjawab dan
meminta pihak klien turut mengumpulkan data tertentu, menyimpan rekaman,atau
mengambil data, hal ini dapat mengurangi kesibukan evaluator, dan evaluator dapat
mengerjakan pekerjaan yang lain. Kerja sama seperti ini dapat melancarkan pekerjaan
dan mepercepat menyelesaikan evaluasi
Pertanyaan-pertanyaan berikut dapt membantu memberikan gambaran tentang
keterbatasan-keterbatasan dalam evaluasi :
Anggaran
Kira-kira berapa uang yang dipergunakan klien untuk melaksanakan evaluasi
?
Apakah ada jadwal waktu-waktu tertentu untuk menyerahkan semuanya pada
waktu yang telah ditentukan ?
Informasi yang ada
Informasi apakah yang telah ada tentang program ?
Bagaimana informasi akan disimpan (dengan komputer, dalam beberapa file,
atau dalam satu file disuatu tempat)?
Apakah ada kebijaksanaan untuk memperoleh informasi yang bersifat rahasia
atau bersifat pribadi ?
Apakah ada kelompok atau orang pemegang kunci yang dapat memberi
informasi hanya pada waktu-waktu tertentu ?
Sumber-sumber tambahan
Dapatkah proyek membantu dalam ( pekerjaan-pekerjaan klerek, fasilitas
komputer, pengumpulan data)?
Dapatkah para karyawan diandalkan bekerjasama dalam mengumpulakan data
atau pengambilan data (ritrieval)?
F. Desain Evaluasi Program
Desain evaluasi program (Calor Tyler Fitz-Gibbon & Lynn Lyons Morris,1987 ),
menyatakan bahwa suatu desain ialah rencana yang menunjukan bila evaluasi akan
dilakukan dan dari siapa evaluasi atau informasi akan diumpulkan selama proses
evaluasi. Alasan utama memakai desain yaitu untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan
dilakukan menurut organisasi yang teratur dan aturan evaluasi yang baik. Setiap orang
yang terlibat dalam evaluasi adalah orang yang tepat, dilakukan pada waktu yang tepat,
dan ditempat yang tepat seperti yang telah direncanakan. Pada dasarnya suatu desain
ialah bagai mana mengumpulka informasi yang komperatif sehingga hasil program yang
dievaluasi dapat dipakai untuk menilai manpaat dan besarnya program apakah akan
dipetrlukan atau tidak.Pekerjaan evaluator berkisar antara mengambil salah satu atau
keduanya, tergantung dari tugas yang diberikan.
(1). Bila seorang evaluator diminta membuat laporan singkat tentang keefektifan suatu
program. Dalam hal ini evaluasi akan memberi laporan misalnya kepada pemberi
dana, pemerintah, organisasi, atau institutyang memintanya untuk mengevaluasi
program tertantu. Evaluator mungkin akan menjelaskan program yang
bersangkutan, informasi yang menerangkan tentang keberhasilan program
pencapaian tujuan yang telah ditentukan, mencatatat dapak yang diperkirakan, dan
mungkin membuat perbandingan-perbandingan dengan program lainnya. Apabila
ini akan dilakukan, maka evaluator adalah evaluator sumatif, ia melakukan evaluasi
sumatif.
(2). Tugas evaluatpor mungkin sebagai penoong dan penasehat terhadap perencana
program dan pengembang atau mungkin sebagai perencana itu sendiri, evaluator
akan diminta untuk melihat masalah yang pontensial, hal-ha yang perlu diperbaiki,
memenitor kegiatan program dan secara teratur melakukan tes untuk mengetahui
kemajuan siswa atau karyawan, untuk mengetahui perubahan perilaku, dan
sebagainya. Dala situasi ini evaluator adalah orang yang tugasnya tidak dapat
dirumuskan dengan jelas batasannya. Evaluator mungkin diminta atau mungkin
tidak membuat laporan pada akhir kegiatanya. Maka evaluator ini adalah evaluator
formatif atau ia melakukan evaluasi formatif.
1. Desain dalam Evaluasi Sumatif
Biasanya desain dihubungkan dengan evaluasi sumatif, evaluator sumatif
diharapkan membuat laporan tentang keberhasilan program. Karena laporan
tersebut dapat mepengaruhi keputusan tentang masa depan program atau nasib
orang lain, maka evaluator perlu mendukung penemuanya dengan deta yang cukup
terpercaya. Oleh sebab itu, ia harus memperkirakan atau memperhitungkan adanya
argumentasi atau bahkan serangan dan kritik atau kesimpulan dari golongan atau
dari orang yang menantangnya. Desain yang baik tidak membuat ia imun terhadap
serangan-serangan yang mungkin timbul, justru akan memperkuat pertahanannya.
Biasanya desain dibuat sebagai metode untuk melakukan eksperimen ilmiah,
metode dimana orang dapat membuat dampak secara logika pada hasil
sesuatuperlakuan yang dibuatnya, misalnya evaluasi pendidikan, perlakuannya
adalah program pendidikan.
Evaluasi sumatif sebaiknya memakai desain eksperimen apabila peneliti
program yang akan dievaluasi dengan hasi evaluasinya. Evaluasi somatif yang
[paling baik yaitu evaluasi yang mempunyai cirri-ciri penelitian yang baik,
maksudnya yang mempuyai persaratan penelitian lengkap. Evaluasi yang memakai
instrumen dengan validitas dan relibilitas yang tinggi. Hasil evaluasi harus di
umumkan dan disebarkan. Langka memang evaluasi yang begitu ketat mengikuti
standar tersebut diatas. Ciri-ciri penting setiap evaluasi yang baik yaitu memperoleh
info yang sebaik mungkin, dan informasi yang dapat di percaya oleh audensi atau
klien evaluasi. Tugas evaluator sumatif yaitu mengumpulkan informasi yang
terpercaya dan sedapat mungkin memperhitungkan selalu keraguan-keraguan orang
lain terhadap laporanya. Mengingat selalu akan ada keraguan-keraguan orang
tersebut, maka evaluasi harus didesain sedemikian rupa, sehingga secara optimal
akan dapat menahan sejumlah serangan dan kritikan terhadap dirinya.
Tujuan evaluator ialah mencari penemuan tentang program yang dapat
digeneralisasikan kepada situasi lain diluar program yang dievaluasi. Kriteria yang
telah disepakati oleh kalangan ilmuan dalam ilmu social, yang merupakan topik
penelitian pendidikan. Walaupun hal tersebut penting sebagai pelayanan terhadap
dunia pendidikan, bahwa evaluator memakai desain dan instrumen yang bermutu,
namun evaluator akan selalu membatasinya terhadap data yang akan dapat berguana
dan dipakai serta dipercaya oleh kliennya yang khusus. Tugas evaluator adalah
memberi informasi tentang baik buruknya program, mengingatkan mereka bahwa
adalah tidak benar memutuskan sesuatu yang penting hanya dengan setu atau dua
hasil penelitian. Juga merumuskan tugas evaluator untuk mengajukan atau
menyatakan pendapatnya tentang mutu program. Oleh sebab itu, evaluator yang
mengemban tugas tersebut harus menyadari bahwa ia harus mendukung
kesimpulanya, harus bertanggung jawab atas kesimpulan-kesimpulan laporanya,
yang berarti mengumpulkan data dan desain yang relatif baik dan dapat diandalkan.
2. Desain dalam Evaluasi Formatif
Menggunakan desain formatif dalam program berarti karyawan program
akan berkesempatan melihat dengan seksama keefektifan program dan komponen
yang ada didalamnya. Hal ini memungkinkan evaluator menjalankan fungsinya
yang utama, menganjurkan orang-orang program mengamati terus-menerus yang
cermat kegiatan-kegiatan dalam program. Membuat desain dengan teliti akan
menolong evaluator membuat penelitian percontohan, membuat eksperimen
percobaan pada omponen program tertentu, misalnya komponen program yang baru
dibuat. Hal ini akan meyakinkan langkah-langkah selanjutnya. Kelompok kontrol
dan data dari time series measurements (evaluasi seri waktu) akan membuat
informasi lebih mudah ditafsirkan. Untuk evaluasi formatif sebaiknya menggunakan
kelompok kontrol seperti akan dibicarakan kemudian (dalam desain 1,2,3) atau
dengan seri waktu sebelum program dimulai (desain 4 dan 5).
3. Beberapa Saran untuk Evaluasi Formatif
a. Mengambil beberapa versi dari bebrbagai macam program yang akan dinilai.
Miasalnya, memilih program yang relatif murah dan mudah serta relatif
menghemat waktu.
b. Mengurangi beberapa persaratan untuk kepentingan penerapan desain. Karena
evaluasi formatif biasanya mengumpulkan informasi untuk keperluan orang-
orang program saja, evaluator formatif dapat mengurangi kep erluan lain untuk
membuat desain. Misalnya ia dapat menilai siswa yang tidak terlalu diacak, jadi
tidak terlalu harus persis, selama prestasi atau penafsiran hasilnya disertai
dengan alas an yang tepat.
c. Melakukan eksperimen kecil atau pilot tes (tes pilot). Mungkin perencanan
program harus selalu membuat keputusan tentang bagaimana sebaiknya
programbekerja, kebanyakan keputusan tersebut dibuat tanpa mengetahui apa
atau bagaimana yang terbaik. Misalnya, apakah sebaiknya kelas bahasa inggris
akan diberikan satu kali empat jam atau dua kali 2 jam seminggu dan lain-lain.
Memakai desain memerlukan rencana terlebih dahulu. Mencari kelompok
yang mau membantu sebagai kelompok pembanding, walaupun tidak bermaksud
mengumpulkan data yang koperatif. Tidak ada salahnya menyiapkan kelompok
yang bersedia membantu, misalnya kelas yang gurunya memberikan siswanya
untuk eksperimen.
Sering evaluator diminta oleh seponsor atau pemberi dana misalnya untuk
menolong kelompok anak-anak terbelakang, atau anak-anak yang berbakat. Siswa
dari kelompok tersebut misalnya mengalami gangguan karena keadanya, dalam hal
ini tentu tidak dapat dipakai desain biasa seperti halnya untuk anak-anak yang
normal, tetap memerlukan desain khusus yang unuk sesuai dengan kondisi anak-
anak tersebut
Berikut ini disarankan pendekatan-pendekatan yang dapat dipakai untuk
program pendidikan khusus, yaitu dengan memakai qualitative methods (metode
kuaitatif).
a. memakai desain kelompok non- squivalent, perbandingan seperti ini dapat
dilakukan apabila misalya sekolah lain tidak punya program yang sama, yang
khusus memberites kepada siswanya dan melihat hasilnya.
Miasalnya seorang giru dari sekolah luar biasa merencanakan membuat program
untuk memajukan kemampuan membaca muridnya. Ia meminta bantuan kepada
sekolah luar biasa lain yang tidak mempunyai program seperti sekolahnya, untuk
mengetes muridnya sesuai dengan tes yang diberikan kepada muridnya, pada
permulaan dan akhir semester. Kemajuan kedua kelompok dapat dibandingkan.
b. melakkan pendekatan formatif dan mengevaluasi komponen program. Studi
komperatif tentang dampak suatu program secara utuh, tidak sealu merupakan
pelayanan yang terbaik, untuk para karyawan atau orang-orang proyek, evaluasi
yang lebih berguna dapat tidak selalu merupakan pelayanan yang terbaik. Untuk
psara karyawan atau orang-orang proyek, evaluasi yang lebih berguna dapat juga
diperoleh dengan mengevaluasi komponen-komponen khusus program, yang
menghasilkan seran-saran untuk program, perbaikan atau perubahan yang mungkin
dapat dilakukan.
c. Membandingkan beberapa program yang berbeda, dengan memberikan indikator
yang umum. Misalnya, keputusan atas hasil program yang memakai desain 3. Ada
kalanya seorang evaluator diminta mengevaluasi sejumlah program khusus yang
dibuat oleh induvidu atau proyek yang mempunyai tujuan yang berbeda-beda.
Misalnya, dalam sekolah program anak berbakat, berpokus pada memajukan
matematika, bahasa Indonesia, fisika, dan kesemua mata pelajaran. Evaluator dapat
mengukur kepuasan kepada semua siswa sekolah, dan orang tua murid pada
program yang memberikan mata pelajaran satu-persatu, hasilnya mingkin sebagai
berikut.
Tinggi
Kepuasan Mat
Orang tua Bhs. Ind
x x x Fisika
Rendah
Sekolah A B C D
Laporan program Mat Fisika Bhs. Ind Semua
Tentang anak berbakat
Pada umumnya melihat diagram tersebut, orang tua murid sama-sama puas baik
matematika maupun pada bahasa Indonesia. Kepuasan terhadap fisika tampaknya
amat peka. Evaluator mungkin akan mencatat bahwa tampa usaha khusus, fisika
mungkin tidak diajarkan dengan baik kepada anak berbakat, jika kepuasan orang tua
murid merupakan indikator yang valid (Gibbon, C.T & Cs. 1987). Yang dimaksud
contoh tersebut yaitu program yang berbeda-beda dapat diukur apabila diberikan
suatu dimensi untuk membandingkannya. Pendapat dan sikap juga dapat dipakai.
d. Membandingkan hasil program dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya.
Acapkali program khusus memerlukan perumusan tujuan yang dapt diukur dan
pekerjaan evaluator adalah mengukur pencapaian tujuan tersebut. Timbul pertanyaan
siapa yang dapt membuat tujuan yang cukup baik diterima dan cukup sederhana
untuk dicapai ? terutama apabila tujuan dirumuskan dan dicapai dengan tes standar.
Kadang-kadang apabila tujuan diambil dari kriteria yang bermutu tinggi, prumusan
tiujuan merupakan pendekatan yang baik sekali. Misalnya menggalakan pelajaran
keterampilan khusus untuk anak-anak yang terbelakang, memungkinkan dapat
tercapainya tujuan untuk anak-anak yang terbelakang tersebut.
e. Pendekatan teori dasar evaluasi. Pendekatan yang baik yaitu mengevaluasi hasil
program evaluasi khusus dengan pendekatan teori dasar evaluasi,yaitu evaluasi yang
memutuskan perhatian atas implementasi program. Dengan tetap menjaga para
karyawan agar menjalankan program seperti yang telah dijanjikan mereka. Misalnya,
doi sebuah perusahaan, program fitness atau kesehatan akan digalakan melalui teori
dasar, diet, dan latihan.aka evaluator akan memusatkan perhatian apakah karyawan
benar-benar tertolong melaksanakan diet dan latihan tiga kali seminggu seperti apa
yang dipersaratkan oleh program fitnes tersebut.
4. Elemen-elemen dalam Desain
Suatu desain evaluasi yaitu rencana yang menyatakan siapa yang akan
dievaluasi, dan bila waktunya (gbbon, C.T & Cs.1987)
a. Kelompok eksperimen
yang dimaksud dengan kelompok dalam desain yaitu kelompok yang menerima
perlakuan. Kelompok yang menjadi eksperimen, yaitu orang atau kelompok yang
mejadi objek eksperimen program. Biasanya diangkat menjadi kelompok E. Tampa
ada perandingan, sulit untuk mengatakan hasil suatu program. Apakah suatu
program sebaik program lainya, atau apakah program berpengaruh terhadap hasi,
maka sebaiknya diadakan perbandingan atau kelompok kontrol.
b. kelompo kontrol
kelompok kontrol yaitu kelompok yang terdiri atas yang sedapat mungkin sama
dengan kelmpok E, yang diukur pada waktu yang sama dengan kelompok E, tetap
yang tidak mendapat pelakuan eksperimen seperti perilaku terhadap kelompok yang
diberikan kepada kelompok E. Disingkat menjadi kelompok C.
c. Kelompok kontrol akuivalen (aquivalentor true contro group)
Kelompok ini dibentuk dengan cara random atau acak. Desain evaluasi yang terbaik
yaitu apabila menggunakan kelompok ekuivalen, karena hasil yang diperoleh desain
pada umumnya tidak disebabkan oleh faktor-faktor lain kecuali karena perbedaan
perlakuan yang diberikan kepada kelompok E dan kelompok C.
d. kelompo kontrol non-ekuivalen (non-randomized control group)
kelompok ini dipilih karena sama dengan kelompok eksperimen, tidak dibentuk
dengan cara acak. Disebut juga kelompok pembanding. Apabila cara acak tidak
mungkin dilakukan, maka evaluator harus mencari kelompok yang sedapatnya sama
dengan kelompok E dan memakai kelompok ini sebagai pembanding.
e. postes
postes yaitu pengukurun atau tes yang dilakukan padaakhir pada suatu eksperimen.
Hasilnya yaitu nilai postes. Postes merupakan variable terikat (dependent variable).
Karena hasil postes tergantung dari apa atau hal yang terjadi dalam program.
Karena postes mengukur hasil program, desain jarang meniadakan postes, walaupun
adakalanya hanya sebagai dari kelompok mengambil postes. Kadang-kadang waktu
postes ditentukan oleh kapan laporan program akan dlakukan.
Pertimbangan lain yang menentukan yaitu kemungkinan adanya make up test atau
tes susulan bagi mereka yang absen pada saat postes dilaksanakan, maka mereka
harus segera melakuka tes susulan, karena kalau tidak segera, maka akan mungkin
akan terjadi kebocoran oleh siswa yang mengambil tes terdahulu dan ini akan
mempengaruhi hasil tes.
f. pre-test
setiap tes atau pengukuran yang dilakukan sebelum peserta menerima program atau
nilai suatu eksperimen dapat disebut pre tes. Evaluator akan menggunakan pretes
untuk :
1. Memilih orang untuk program
2. Mengecek asumsi yang telah dibuat dalam merencanakan program.
3. Mengecek atauatau meyakinkan kelompok pembanding
4. Mengetahui hasil yang diperoleh program.
5. Memperoleh tes yang lebih pekaatas pengaruh program
a). Pretes guna memilih orang untuk program
Adakalanya orang dipilih untuk suatu program atas dasar yang diperoleh dari suatu
tes, misalnya pemilihan siswa untuk suatu program stadi ke luarnegri, ke amerika,
mahasiswa akan diterima dalam program apa bilanilai TOEFL bahasa inggris
mencapai 500, dan IP rata-rata 3. Persaratan tersebut merupakan kriteria untuk
pemilihan mahasiswa.
b) Mengecek asumsi yang telah dibuat dalam erencanakan suatu program
Tes acapkali diperlukan untuk mengecek implimentasi suatu program. Mungkin
akan timbul pertanyaan: apakah peserta yang ikut dalam program adalah peserta
yang sesuai dengan program ? Apakah program itu sesuai dengan yang
direncanakan ? pretes dapat digunakan untuk mengecek hal tersebut untuk
mengetahui kemampuan dan sikap mahasiswa atau karyawan yang terlibat. Contoh,
program komputer direncanakan berdasarkan asumsi bahwa semua mahasiswa
pernah mengetik dengan mesin ketik. Pretes ternyata menunjukan hal ini tidak
benar. Kenyataan ini menyebabkan perlu adanya modifikasi dalam program.
c). Pretes untuk mengecek kelompok pembanding
Apabila nilai postes dua kelompok akan dibandingkan, pertanyaaan yang harus
dijawab mula-mula yaitu apakah kelompok tersebut sama sebelum kelompok yang
satu memperoleh program X dan yang lainya program C. Apakah memakai true
control group, yaitu kedua kelompok dibentuk dengan acak, maka pretes tidak perlu
dilakukan.Tapi apabila pembentukan acak tak dapat atau tak mungkin dilakukan,
dan akan memakai non-randomized group, maka pretes diperlukan atau penting
untuk mengecek apakah kelompok kontrol dan kelomok eksperimen benar
sebanding.
d). Pretes untuk megetahui hasil yang diperoleh program
Tanpa mengukur bagaimana keadaan atau kondisi semula sebelum program
dimulai, anda tak akan mengetahui hasil program setelah program selesai. Bila
ingin mengetahui apa yang dicapai suatu program, maka pretes dapat digunakan
dengan memakai instrumen pretes criterion reference test atau tes standar mutlak.
e). Memperoleh tes yang lebih peka atas pengaruh program
Dalam beberapa hal, mungkin anda ingin mengetahui bahwa program yang ingin
dilakukan memberi hasil yang direncanakan, atau dengan kata lain meragukan
program. Untuk mengetaui hal tersebut, maka perlu dibut desain yang kuat
(powerful). Pretes yang erat hubungannya dengan postes akan menambah kekuatan
desain, artinya pretes dibuat sesama mungkin dengan postes.
1. Jangan memberikan pretes apabila akibatnya akan mengubah sikap atau
pengetahuan siswa.
2. Jangan melakukan pretes apabila tidak akan ada artinya. Misalya, anda akan
mengadakan program bahasa jepang, tidak akan ada artinya apabila pretes diberikan
kepada anak-anak Indonesia yang belum pernah tau bahasa jepang. Namun tes lain
yang kiranya dapat dihubungkan dengan hasilnya dapat dilakukan sebagai pretes,
misalnya motivasi atau sikap terhadap bahasa jepang.
3. Jangan menggunakan pretes apabila program sudah berjalan atau sudah dimulai.
Jarum jam tak dapat diputar kembali karena program sudah dimulai.
g). Mid-tes diadakan ketka program sudah berjalan. Tujuan mid-tes yaitu untuk
menentukan dampak program sesudah waktu tertentu.
Contoh 1: Skor tes
Penataran manajemen kel. E dan Kel. C. Oktober – Mei
Penafsiran
Kenaikan skor pada mulanya lambat, namun berangsur-angsur bertambah baik
(naik) sambil program terus berjalan.
x Eksperimental
x
Mean x
Skor tes x Kontrol
o
o
o
Bulan
Okt Des Feb Mei
Mid-tes sangat menolong baik dalam evaluasi formatif maupun dalan evaluasi
sumatif apabila desain evaluasi tidak punya kelompok kontrol. Dalam situasi seperti
itu, evaluator harus memutuskan perhatian pada mempelajari kemajuan program yang
sedang dievaluasi. Memperhatikan dengan cermat adampak perlakuan pada sub-
kelompok yang berbeda-beda, seperti yang tergambar dalam diagram diatas.
Contoh 2 : Skor tes
Membaca dari siswa dengan kemampuan rendah dan tinggi, yang di beri prog. X
(Tampa Kel. Kontrol).
Skor menunjukan bahwa siswa yang berkemampuan tinggi mendapat mampaat yang
maksimal dari program, pada bulan Maret, siswa yang berkemampuan rendah terus
maju sampai akhir tahun.
o Kemampuan tinggi
Mean o
Skor tes Kemampuan rendah
o
o
o
Bulan
Sep Des Mar Juni
h. Retensi tes
“Mereka sudah lupa semua apa yang diajarkan sementara lalu” keluhan semacam
ini tidak asing lagi. Inilah yang dinamakan masalah relensi. Bila program X
tampak jauh lebih baik daripada program C pada akhir semester, cek lagi nilainya
3 bulan berikutnya, kalau masih baik juga, perbedaan hampir tidak ada, maka
perlu diperhatikan, dan tes sebaiknya diulang lagi.
i. Time series test
Sejumlah tes yang diberikan beryturut-turut sebelum dan sesudah program pada
interval yang sama disebut time series tes. Sejumlah tes yang diberika berturut-
turut sebelum program dimulai sebelumya dapat mengurangi kebutuhan akan
kelompok kontrol. Hal ini juga dapat memproyeksikan hasil yang diharapkan
apabila semua berjalan lancar tampa gangguan. Seperti hasil yang terlihat
dibawah ini untuk tes 1, 2, 3, dan 4 dapat diramalkan hasilnya pada tes 6 dengan
memakai ekstra polisi dari garis tren lurus yang diperhatikan garis yang terptus-
putus.
Paling tidak 3 pengukuran dianjurkan untuk dapat menggambar garis trend.
Ketiga pengukuran harus pada instrumen yang sama.
Bila sebagai tambahan beberapa pengukuran atau tes dilakukan sesudah program,
maka hal ini akan sangat membantu dalam menentukan apakah dampaknya stabil
atau tidak.
j. Memilih Desain
Telah dibicarakan dua elemen penting dalam desain, yaitu siapa yang diukur dan
bila dilakukan pengukuran.
Hasil yang
Mean x diharapkan
Skor tes pada kali yang
X ke-6
x
x
1 2 3 4 5 6
Waktu tes
Tabel berikut memperhatikan bagaimana elemen-elemen itu dapat dikombinasikan
untuk membentuk enam desain yang akan dibicarakan selanjutnya. Setiap desain
memicarakan tiga pilihan kelompok untuk diukur.
Exsperimental group
Exsperimental group dan true control group (diacak)
Exsperimental group dan non-equivqlent group (tidak diacak)
Dan ada tiga pilihan untuk pengukuran waktu :
Pretes dan postes
Postes saja
Time series, seri ideal, tiga pengukuran sebelum dan sesudah eksperimen atau
program
Dengan mempelajari table diatas, dapat menolong evaluator secara
tentative memilih desain untuk evaluasi.
Desain Evaluasi
YANG DIUKUR
Kelompok eksperimen saja. Desain ini lebih dari satu kelompok menjawab
Hanya menjawab pertanyaan yang pertanyaan yang membandingkan
berhubungan dengan jalannya program efek program atau eksperimen
dengan beberapa alternatif
True control Non-equivalent control
Pretes Desain 6 Desain 1 Desain 3
Pretes
Postes Tidak disarankan Desain 2 Tidak disarankan
Saja
Time series Desain 4 Baik, tapi tak Desain 5
Biasa
(Gibbon C.T. 1987)
Sumatif atau formatif atau untuk melakukan eksperiman percobaan, atau
eksperimen kecil. Dapat dipilih lebih dari satu desain untuk satu proyek atau eksperimen.
Setiap instrumen dapat dibuat desainnya, misalnya dapat dipakai desain postes saja untuk
mengukur sikap (attitudes), desain pretes-postes untuk mengukur hasil belajar standar
(standar dized achievement) dan desain time series untuk CRT (criterion referenced test)
atau tes standar mutlak. Menggunakan benerapa desain dapat dilakukan, tetapi bila
melakukan evaluasi untuk pertama kali, maka sebaiknya memulai dengan yang sederhana
dan benar, dengan menggunakan desain satu sajadulu.
Penjelasan lebih lanjut, lebih rinci tentang desain untuk lebih mendalami table
tersebut di atas, perlu dijelaskan dengan notasi yang dipakai di dalamnya.
R - berarti random assignment, atau pengacakan
O - berarti pengukuran, observasi.
X - menunjukan program yang dievaluasi, program eksperimen
Notasi ini dipakai dalam keenam desain yang akan dibicarakan selanjutnya
Semua diagram mengikuti format berikut.
Tabel ini menunjukan hal yang sama dengan tabel Desain Evaluasi
Waktu
1 2
(Pre) (Pos)
Kel. E R O X O
Kel. C R O C O
Randum Observasi Kelompok E Observasi
Assigment pretes mendapat postes
Kepada program X,
Kedua Kel. C, Prog
Ram C
Desain 1; the true control group
Desain postes-Pretes
Waktu
1 2
(Pre) (Pos)
Kel. Eksperimen R O X O
Kel. Kontrol R O O
Desain ini merupakan desain klasik. Orang-orang yang dianggap cocok untuk
program X diacak untuk membentuk 2 kelompok, satu kelompok diberi program X, dan
satu kelompok tidak. Yang tidak mendapat program X mungkin tidak menerima program
atau perlakuan sama sekeli, atau dapat diberi program alternatif (Program C). Nilai pretes
dapat dipakai untuk mengecek bahwa kedua kelompok memulai program kurang lebih
dalam keadan yang sama atau akuivalen. Bila pada akhir program nilai postes kelompok
E lebih baik secara signifikan daripada kelompok C, maka dapat dikatakan perbedaan
tersebut sebagai akibat atau dampak program X. Desain ini baik sekali, merupakan tes
kuat (powerful) yang dibuat antara program X dan program alternatif tersebut (Program
C).
Desain 2: the true Control group
Desain Postes saja
Waktu
1 2
(Pre) (Pos)
Kel. Eksperimen R X O
Kel. Kontrol R O
Desain 2 ini juga persis seperti desain 1, tetapi tidak ada pretes. Desain ini dapat
dipakai apabila pretes tidak tersedia atau pemberian pretes akan memakan waktu banyak .
Perlakuan acak dilakukan baik terhadap kelompok E maupun kelompok C,dan harus
dibuat sebanding. Desain ini dibuat apabila akan mengukur sikap.
Karena perlakuan acak akan membuat hampir semua variable sama (terutama
apabila jumlah kelompok besar, katakanlah misalnya 20 kelompok atau lebih), maka
memungkinkan dalam desain ini menunggu sampai program berakhr sebelum
menentukan dengan pasti bagaimana postesnya. Juga tes dapat ditambah dengan tes yang
tak direncanakan. Desain 2 dapat hudah digunakan pada hal yang sama dengan desain 1,
misalnya untuk hasil belajar, tetapi untuk mengukur sikap sebaiknya memakai postes
saja.
Desain 3: Non- Equivalent Control Group
Desain Pretes dan Postes
Waktu
1 2
(Pre) (Pos)
Kel. Eksperimen O X O
Kel. Kontrol O O
Desain ini dibuat seperti Desain 1, hanya kelompok kontrol tidak dibentuk dengan
cara acak. Tandanya kelompok kontrol non-akuivalen (non-randomized), diagram
dibatasi oleh garis yang terputus-putus, yang memisahkan kelopok E dan kelopok C.
Desain ini dapat dipakai untuk evaluasi di sekolah.
Nilai pretes dapat mengecek kesamaan kedua kelompok, Kesamaan-kesamaan
mereka, paling tidak pada beberapa hal yang diukur.
Desain ini dipakai apabila siswa tidak dapat diacak untuk program, tapi harus
dilakukan dengan kelas-kelas (intact). Beberapa kelas yang tak mendapat program E
dapat membentuk kelompok non-ekuivalen ntuk kelas-kelasyangbberada dalam program
E.
Bila jumlah kelas cukup, sebaiknya kelas yang diacak bukan siswa, hal ini untuk
memperoleh desain 1 yang lebih kuat.
Desain 4: The Group time series Design
Waktu
1 2 3 4 5 6
Kel. eksperimen O O O X O O O
Desain ini memakai orang-orang program sebagai kelompok kontrol mereka.
Pengukuran yang sama dilakukan atas kelimpok orang yang sama dalam waktu atau
interval yang teratur beberapa kali sebulum dan beberapa kali sesudah program. Melihat
apakah program X tampaknya akan mengganggu hasil program, evaluator dapat
mengukur apakah program akan memberi dampak atau mempengaruhi hasil yang diukur.
Desain ini, seperti desain sebelum dan sesudahnya, hanya memerlukan
pengukuran atas suatu kelompok, tetapi merupakan perkembangan yang lebih jauh dari
desain tersebut. Tepatnya bagaimana suatu desain time series memberi kemungkinan
penafsiran hasil yang lebih baik dari pada desain sebelum dan sesudah, dapat
digambarkan dengan melihat situasi berikut: Misalnya suatu desain prepos tes
menunjukan kemajuan membaca selama lima bulan.
Program X
5.0
Nilai 4.0
Ekuivalen 3.0 o
2.0 o
1.0
Waktu
Pretes Postes
Sekarang apabila pengukuran Time saries ditambahkan kegrafik yang sama,
garfik tampak seperti berikut.
Program X
5.0 o
Nilai 4.0 o
Ekuivalen 3.0 o
2.0 o
1.0 o
Waktu
Pretes Postes
Tampak nilai sudah naik sebelum program dan terus naik dalam jumlah yang
sama. Tampaknya program tidak berpengaruh, juga tidak membuat keadaan menjadi leih
baik.
Sekarang pengukuran Time series ditambahkan ke grafik yang sama terlihat
sebagai berikut:
Program X
5.0
Nilai 4.0 o o o o o
Ekuivalen 3.0 o o o o o
2.0
1.0
Waktu
Pretes Postes
Kali ini penafsiran amat berbeda, program berpengaruh dan menyebabkan
lompatan kemajuan pada nilai membaca dan membuat nilai tambah selama pengukuran
Time series.
Seperti dapat dilihat manfaat desain Time series terhadap kelompok pretes tunggal
diperoleh dari pengukuran yang berseri sebelum dan sesudah program. Hal ini akan
memberikan gambaran yang lebih akurat tentang pengaruh program daripada apabila
memakai satu kali pengukuran sebelum dan sesudah program.
Dsain ini sangat baik untuk memonitor evaluasi formatif, evaluasi program yang
sedang berjalan.
Desain Time series ada dua mecam
1). Pengukuran atas sekelompok orang yang sama,yang disebut tipe longitudinal
2). Kelompok successive, yang diukur yaitu orang-orang yang katagorinya sama,
bukanorang yang sama.
Misalnya, mengukur kelompok mahasiswa yang sama mulai dari semester I,
semester 2, sampai semester 3 mahasiswanya sama semua kelompok mengukur nilai
mahasiswa tingkatan atau tahaptahun untuk beberapa tahun, mahasiswanya tentu
berlainan.
Desain 5: The time Saries With Non-Rquivalen Control Group
Waktu
1 2 3 4 5 6
Kel. eksperimen O O O X O O O
Kel. non-ekuivalen O O O O O O
Desain ini persis sama dengan desain, tetapi dengan tambahan kelompok kontrol
non-ekuivalen. Dua kelompok diukur dengan teratur sebelum program, kemudian satu
kelompok diberi program X, tetapi kelompok yang satunya tidak.
Tambahan kelompok pembanding pada desain 4, menambah kuatnya desain.
Apabila sesuatu terjadi (di luar atau hal yang tak ada hubungannnya dengan program)
bersamaan dengan program E, dampaknya akan terlihat pada kelompok C, Kelompok E.
Seperti yang ditunjukan oleh segi empat desain ini menggabungkan desain
pre-pos, kelompok non-equivalen (desain 3), jadi dapat memberi semua desain tersebut.
Bila anda merencanakan memakai desain 5, pelajari juga desain3 dan 4.
Desain 6: The Before and After Design
Waktu
1 2
(pre) (Post)
Kel. eksperimen O O O X O O O
Sekelompok orang mengambil pretes, diberi program X kemudian diberi postes.
Hasilnya dibandingkan dengan pedoman atau dengan kelompok lain yang diharapkan
sama. Desain amat biasa dipakai baik dalam evaluasi sumatif maupun evaluasi formatif.
G. Masalah-Masalah Umun dalam Implimentasi
Memilih desain, tidak sesulit megimplementasikannya dengan akurat, tepat,
benar, dan yang dapat berjalan dengan benar. Walaupun anda dapat melakukan
pengacakan dengan baik, dengantrue control group, atau non- equivalen group, masih ada
masalah-masalah potensial waktu mengimplimentasikan desain antara lain:
1. Faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar untuk suatu mata kuliah, ialah waktu
yang dipakai mahasiswa untuk mempelajari mata kuliah tersebut. Progaram panjang ,
mungkin akan memberi hasil lebih baik lagi mahasiswa. Dalam menganalisis hasil
program, perlu mempertimbangkan waktu atau lamanya program, per hari, dan
kehadiran dalam kelas. Membandingkan hasil belajar Kelompok E dan kelompok C
bagi siswa yang mengikuti program dalam jangka waktu yang sama
2. Masalah attrition
Mahasiswa dropout atau keluar dari program dan dari kelompok kontrol karena
berbagai alasan, absen terlalu banyak, pindah program, pndah seklah, dan lain-lain.
Kehilangan data dari orang-orang tersebut sering mempengaruhi hasil program. Kalau
yang keluar siswa-siswa yang lambat atau yang kurang bermotivasi, misalnya,
program akan memberi hasil rata-rata yang bertambah tinggi karena keluaranya
peserta tersebut, hal sebaliknya akan terjadi apabila yang keluar peserta-peserta yang
pandai dan bermotivasi tinggi. Hilangnya peserta dari kelompok program baik dari
kelompok E atau kelompok C disebut “attrition”.
3. Masalah compound
Masalah ini dapat timbul, misalnya program baru berjalan dan akan menilai hasil
belajar mahasiswa. Pada saat yang sama dosennyaganti karena satu dan lain hal. Bla
hal ini terjadi, maka sulit untuk menentukan apakah hasil belajar bertambah baik atau
buruk karena program atau karena dosen yang baru tersebut.
4. Masalah kontaminasi
Kontaminasi dapat terjadi, misalanya karena metode atau materi yang dipakai oleh
kelompok satu dipakai oleh kelompok liannya (oleh salah satu kelompok C atau
kelompok E dan sebalikny). Hal tersebut terjadi misalnya dosen kelompok E secara
tidak sengaja menceritakan materi atau metodenya kepada dosen kelopok C waktu
istirahat makan siang, dan dosen kelompok C menirunya sehingga terjadi kebocoran
dan pencemaran atau kontaminasi dalam pengukuran nanti.
Kebocoran seperti itu dapat dihindari ketika menganalisis dan menafsirkan
evaliasi. Keempat masalah tersebut harus diperhatikan apabila akan menganalisis dan
menafsirkan hasil pengukuran.
Daftar Bacaan Tambahan
Braskamp, L.A & Brown, R.D. 1980. New Direction for program Evaluation : Utilization
Information. San Fransisco; Jossy – Bass.