BAB III MEMBANGUN MASYARAKAT IDONESIA YANG · PDF fileseorang Kristen yang sejati karena...
-
Upload
truongtram -
Category
Documents
-
view
254 -
download
8
Transcript of BAB III MEMBANGUN MASYARAKAT IDONESIA YANG · PDF fileseorang Kristen yang sejati karena...
1
BAB III
MEMBANGUN MASYARAKAT IDONESIA YANG SEJAHTERA
Kesejahteraan sebagaimana dicita-citakan oleh para pendiri bangsa ini bisa dimaknai
baik dalam arti sosial maupun ekonomi. Nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran,
perdamaian dan keutuhan ciptaan menjadi ukuran tingkat kesejahteraan sebagaimana dicita-
citakan, anda diajak untuk ambil bagian dalam memperjuangkan nilai-nilai tersebut sesuai
dengan peran anda masing-masing.
Perjuangan mencapai kesejahteraan hidup tersebut perlu ditempatkan dalam rangka
mewujudkan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah dimengerti sebagai situasi hidup manusia yang
didambakan atau dirindukan oleh setiap orang yang berkehendak baik, sesuai dengan
kehendak Allah sendiri. Kerajaan Allah sesungguhnya sudah dimulai secara definitif dalam
diri Yesus Kristus, dalam sabda dan karya-Nya sebab Yesus Kristus adalah Autobasilea atau
Kerajaan Allah yang mempribadi. Yesus Firman Allah yang menjadi daging (lih. Yoh 1:1-
18). Dalam Yesus Kristus, Allah sungguh hadir di tengah manusia.
Kerajaan Allah menjadi pusat pewartaan dan keprihatinan tunggal Yesus Kristus. Misi
pokok Yesus datang ke dunia adalah mewartakan dan memperjuangkan terwujudnya
Kerajaan Allah. Dalam perspektif cita-cita Yesus itulah, pembangunan masyarakat Indonesia
yanag sejahtera kita perjuangkan.
A. Memperjuangkan Keadilan, Kejujuran, Kebenaraan dan Perdamaian
Keadilan, kejujuran, kebenaran dan rasa damai selalu menjadi kerinduan dari setiap
orang yang berkehendak baik. Walaupun begitu kerinduan itu kelihatannya tidak akan
datang dengan sendirinya, harus diperjuangkan. Manusialah yang harus memperjuangkan
pencapaian kerinduan itu. Perjuangan untuk membangun dunia yang lebih manusiawi kita
tempatkan dalam kerangka karya Allah dan dalam kerja sama dengan semua orang yang
berkehendak baik. Kerajaan Allah tercipta apabila keadilan, kejujuran, kebenaran dan
perdamaian mewarani kehidupan manusia, baik perorangan maupun dalam kebersamaan
sehingga orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli
menendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik (bdk.
Luk 7:22).
1.Pengertian Keadilan, Kejujuran, Kebenaraan dan Perdamaian
a. Adil berarti tidak berat sebelah, berpihak kepada yang benar atau berpegang pada
kebenaran. Keadilan berarti memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.
Dengan demikian, keadilan mengungkapkan kewajiban untuk memberikan perlakuan yang
sama terhadap semua orang yang berada dalam situasi yang sama untuk menghormati hak
semua pihak yang bersangkutan. Tentang keadilan, Gereja katolik mengajarkan bahwa
keadilan tidak melulu tertuju kepada sesama, tetapi juga kepada Allah. Keadilan juga bisa
diartikan sebagai kehendak yang tetap dan teguh untuk memberi kepada Allah dan sesama
apa yang menjadi hak mereka. Keadilan terhadap Allah “kebajikan penghormatan kepada
2
Allah”. Keadilan terhadap manusia mengatur hubungan di antara mereka demi kesejahteraan
bersama (KGC 1807). Yesus juga mengajarkan agar kita mempersembahkan kepada Allah
yang menjadi hak Allah dan menyerahkan kepada Kaisar apa yang menjadi hak kaisar (lih.
Mat 22:21).
b. Kebenaran berarti keadaan yang cocok atau sesuai dengan hal yang sesungguhnya.
Kebenaran yang dimaksud sesuai dengan arti dan makna Firman Kedelapan yang berbunyi:
“Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu manuasia” (Kel 20:8). Nilai kebenaran inilah yang
senantiasa perlu kita perjuangkan dalam hidup sehari-hari.
c. Jujur berarti tulus hati, tidak curang, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang
lain. Kejujuran merupakan keselarasan antara suara hati, kata yang diucapkan serta sikap dan
perbuatan kita. Di tengah berbagai ketidakjujuran dan ketidakbenaran, kita harus tetap jujur
benar dan adil. Setelah mempelajari masalah kejujuran, diharapkan kita dapat menjadi
seorang Kristen yang sejati karena selalu memperjuangkan kejujuran.
d. Damai berkaitan dengan shalom dalam konteks Perjanjiana Lama. Kata shalom berarti
kesejahteraan pribadi dan masyarakat yang terus-menerus harus diusahakan, misalnya dalam
Mzm 34:15 diserukan agar kita selalu mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.
Sedangkan dalam Kitab Suci perjanjian Baru, yang diajarkan oleh Yesus dimengerti sebagai
upaya membersihkan dunia ini dari segala macam kejahatan dan kedurhakaan. Damai terjadi
jika kita saling memberi maaf tanpa pernah mengingat-ingat kesalahan (bdk. Mat 18:22).
Menurut ajaran Gereja perdamaian yang dimaksud tidak hanya berarti tidak ada perang.
Damai berarti situasi selamata sejahtera dalam diri manusia yang didasarkan pada semangat
kasih, tanpa ada dendam dan permusuhan (bdk. Luk 6:27-36)
2. Model (Kerangka berpikir/sikap) atau memandang kehidupan masyarakat
a. Model Konsensus
Model ini menjadi kerangka berpikir yang melatarbelakangi model konservatif dan
liberal. Menurut model konsensus, struktur sosial yang ada merupakan hasil konsensus
bersama anggota masyarakat, perjanjian dan pengakuan bersama akan nilai-nilai. Setiap
masyarakat pada hakekatnya teratur dan stabil. Segala perubahan terhadap konsensus akan
dianggap membahayakan stabilitas sosial. Struktur sosial yang telah ada tetap dipertahankan
demi stabilitas masyarakat, bahkan harus selalu dijunjung tinggi.
B. Model konflik/radikal
Model radikal berpendapat bahwa struktur sosial yang ada sebagai hasil pemaksaan
sekelompok kecil anggota masyarakat. Struktur sosial bukanlah hasil konsensus seluruh
warga. Struktur sosial yang dibuat oleh minoritas anggota masyarakat terutama dimaksudkan
untuk melindungi kepentingan kelompok elite serta membuat ketergantungan hidup kaum
3
mayoritas (miskin) terhadap kaum minoritas (elite). Model ini memandang secara positif
segala perubahan sosial sebab masyarakat sendiri adalah dinamis. Struktur sosial yang
seharusnya dibuat untuk melindungi semua pihak.
Jika keadilan sosial dimengerti sebagai keadaan masyarakat di mana pola hubungan
manusia satu sama lain, struktur-struktur proses politik, sosial, budaya dan idiologi
memungkinkan manusia untuk hidup bebas dari penderitaan, kemiskinan struktural dan
pemerkosaan hak-hak asasi manusia. Kebalikan dari keadilan adalah kemiskinan. Seperti
halnya keadilan, kemiskinan pun dapat menjadi individual dan struktural. Kemiskinan
individual adalah kemiskinan yang disebabkan oleh masing-masing individu misalnya
karena sakit, malas dll. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan karena
struktur yang menimpa seseorang sebagai anggota golongan masyarakat tertentu.
Ketidakadilan sangat identik dengan kemiskinan. Kemiskinan tidak terbatas pada
kemiskinan materi atau harta melainkan berkaitan dengan beberapa bentuk kemiskinan
lainnya;
Kemiskinan politik, jika masyarakat tidak dilibatkan dalam pengambilan
keputusan politi
Kemiskianan sosial, jika kebebasan masyarakat untuk membangun
persaudaraan dan solidaritas dibelenggu
Kemiskinan spiritual, jika masyarakat dihalang-halangi untuk menghayati dan
mengekspresikan imannya.
Ketidakadilan dan kemiskinan pada gilirannya akan melahirkan ketidakjujuran
karena kepalsuan dihalalkan oleh sistim perundang-undangan. Ketidakadilan juga akan
melahirkan ketidakbenaran karena masyarakat diberi peluang atau dipaksa untuk melakukan
kebohongan. Selain itu akan melahirkan pertikaian dan konflik karena ketidakpuasan,
kekecewaan, curiga di tengah-tengah masyarakat. Jika permasalahan keadilan, kejujuran,
kebenaran dan perdamaian merupakan permasalahan yang mempunyai hubungan yang erat
maka penyebab utamanya dari masalah tersebut adalah struktur sosial yang tidak adil. Kata
“struktur” menunjukkkan hubungan antarbagian dari keseluruhan. Struktur sosial adalah
interaksi manusia yang sudah terpola dalam institusi-institusi ekonomi, politik, agama,
budaya dan keluarga. Atau dapat dirumuskan secara sederhana demikian; struktur sosial
adalah keseluruhan aturan permainan dalam berinteraksi sosial. Aturan permainan ini
mencakup, baik hukum tertulis ( UUD, UU, PP, perpu, perda) maupun hukum tidak tertulis
(adat istiadat, norma, tata krama dan sopan santun).
Suatu aturan permainan dibuat selalu untuk mengatur agar hubungan antarmanusia
dalam masyarakat dapat lebih harmonis. Dalam kenyataan aturan permainan tidak selamanya
adil sebab yang paling diuntungkan adalah pembuat aturan permainan tersebut. Aturan
permainan yang adil adalah aturan permainan yang menguntungkan semua pihak. Struktur
sosial atau aturan permainan yang tidak adil akan melahirkan ketidakadilan sosial,
4
ketidkjujuran, ketidakbenaran dan pertikaian. Oleh karena itu, untuk menciptakan keadilan,
kejujuran, kebenaran dan perdamaian menurut model radikal haruslah dilakukan dengan
mengubah aturan permaian yang lebih adil, dengan melibatkan semua unsur yang nantinya
akan dikenai aturan permainan itu.
3.Berbagai hambatan dalam usaha menegakkan keadilan, kejujuran, kebenaran dan
perdamaian dalam masyarakat.
Jika menggunakan model radikal, jalan keluarnya adalah mengubah “aturan
permainan”. Jika mau mengubah aturan permainan haruslah menggantikan pejabat pembuat
undang-undang. Langkah untuk mencapai hal ini tidaklah mudah sebab aturan permainan itu
dibuat oleh pembuat aturan permainan yang dalam kenyataannya telah dilindungi/diproteksi
oleh undang-undang yang juga dibuatnya sendiri. Dengan demikian hambatan utamanya
adalah sistim sosial yang menindas.
Idiologi konservatif berakar pada kapitalisme dan liberalism abad XIX. Kaum
konservatif menjunjung tinggi struktur sosial yang sudah ada. Demi tegaknya struktur sosial
kaum konservatif berprinsip bahwa kekuasaan merupakan hal yang sangat hakiki. Jika dalam
kenyataan terdapat perbedaan tingkat sosial, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan bakat
dan pembawaannya (=talenta). Bakat yang berbeda akan menghasilkan jasa yang berbeda,
tingkatan jasa yang berbeda akan mendatangkan penghasilan (=product and income) yang
berbeda pula.
Kaum konservatif tidak memandang kemiskinan sebagai masalah serius. Masalah
kemiskinan akan dapat terselesaikan dengan sendirinya asalkan masyarakat bisa menjadi
“sadar” betapa pentingnya mematuhi tatanan sosial yang sudah ada, demi kebaikan semua.
Kaum konservatif tidak mendukung campur tangan pemerintah memberi bantuan kepada
kaum miskin, dengan cara memberi jaminan sosial bagi penganggur atau mereka yang
berpendapatan rendah. Segala bentuk bantuan itu justru membuat orang miskin semakin
malas dan manja serta tidak memiliki semangat berkompetisi untuk menjadi yang terbaik atau
memperbaiki “nasib-Nya”. Idiologi konsevatif juga menolak bentuk perubahan dalam bentuk
dan dengan cara apa pun, bahkan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mempertahankan
status quo yang sangat menguntungkan kelompoknya.
Dengan demikian, model konservatif sangat tidak mungkin digunakan untuk
mengubah sistim dari tidak adil menjadi adil, tidak jujur menjadi jujur, tidak benar menjadi
benar, konflik menjadi damai. Mengapa? Karena jika sistim berubah ada kemungkinan status
penganut idiologi konservtif ini akan terancam.
Sementara model liberal memandang struktur sosial itu mempunyai kesamaan yaitu
struktur sosial harus tetap dipertahankan. Sedangkan yang membeakan keduanya adalah
dalam hal memandang masalah kemiskian. Secara garis besar perbedaan itu dapat
digambarkan sebagai berikut.
5
Model konservatif Model liberal
Pandangan terhadap masalah kemiskinan
Mempersalahkan kaum miskin.
Kaum miskin tidak cukup berusaha untuk
menggunakan/memanfaatkan kesempatan
yang sudah ada.
Kurangnya kesempatan berusaha potensial
menciptakan kemiskinan
Kesempatan kalau pun ada masih belum
seperti yang diharapkan sehingga orang
miskin tetap mengalami kesulitan hidup
Solusi untuk mengatasi kemiskinan
Membiarkan mereka (tidak memberi
bantuan/kesempatan apapun) agar mereka
sadar akan kesalahannya dan memperbaiki
cara hidupnya dengan memperbaiki nasehat-
nasehat moralistik.
Tidak setuju diberikan bantuan apa pun
kepada mereka karena segala bentuk bantuan,
justru akan membuat mereka semakin
tergantung dan manja.
Struktur sosial yang sudah ada harus
dipertahankan dengan segala cara.
Memberikan bantuan kepada mereka berupa;
kesempatan berusaha, pelayanan khusus,
pendidikan/pelatihan keterampilan.
Segala kemungkian untuk membantu orang
miskin harus dilakukan sebab jika
kemiskinan dibiarkan saja maka tingkat
kemiskinan bertmbah.
Struktur sosial yang sudah ada harus tetap
dipertahankan.
4. Belajar dari tokoh pejuang keadilan, kejujuran, kebenaran dan perdamaian dalam
masyarakat.
5.Teladan Yesus dalam menegakkan keadilan, kejujuran, kebenaran dan perdamaian dalam
masyarakat
Dalam upaya menegakkan keadilan, Yesus melakukannya dengan cara-cara yang
sangat sederhana tetapi mengandung makna yang sangat mendalam. Para pendengarnya
diajak untuk melihat diri sendiri sebelum mengadili orang lain. Apakah saya sudah benar?
Keadilan tidak akan dapat tercipta jika masing-masing menuntut orang lain agar berbuat adil.
Keadilan juga tidak bakal terjadi masing-masing orang hanya melakukan pengadilan terhadap
orang lain. Yesus memberi teladan kepada para murid-Nya tentang bagaimana menegakkan
keadilan yang lebih efektif berdasarkan prinsip cinta kasih sebagai contoh: Injil Yohanes 8:2-
12). Dalam hal menegakan kejujuran Yesus tidak sekedar “menyerang” kebohongan,
melainkan lebih pada kepura-puraan. Seperti halnya yang dilakukan oleh ahli taurat yang
mengajukan sejumlah pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan bukan untuk memperoleh
informasi yang benar atau untuk menguji pengetahuan Yesus, melainkan untuk menjebak
Yesus. Yesus dengan cerdas, tetapi penuh dengan kasih menjawab pertanyaan itu sekaligus
membongkar kepura-puraan dengan harapan melalui kasih orang lain berubah dalam bingkai
sikap dasar kasih. Hal itu digambarkan dalam kisah sebagai berikut. Hal ini sangat jelas
digambarkan dalam injil Markus 12:1-17;28-31. Sementara dalam injil Mat 5:20-24, Yesus
6
mengajarkan kepada kita bahwa berdamai dan perdamaian itu merupakan hal yang sangat
penting, bahkan harus diutamakan. Yesus menegaskan bahwa beribadat memang penting,
tetapi semuanya itu tidak akan ada gunanya jika masih ada dendam yang belum diselesaikan
melalui perdamaian. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, tetapi jangan sampai
merusak perdamaian dan relasi pribadi yang didasari kasih dengan orang lain.
7. Gereja katolik mewujudkan keadilan, kejujuran, kebenaran dan perdamaian dalam
hidup sehari-hari
Masalah-masalah sosial dan iman akan penebusan Kristus mendorong Gereja untuk
terlibat. Keduanya menjadi satu-kesatuan inspirasi dan perwujudan dalam keterlibatan
Gereja. Masalah-masalah sosial menjadi konteks keterlibatan Gereja dalam
mengaktualisasikan imannya.
Dalam situasi dunia yang penuh dengan persoalan, Gereja tetap mendasarkan diri
pada iman bahwa “Allah adalah kasih dan barang siapa tinggal di dalam kasih dia ada di
dalam Allah dan Allah di dalam dia” (1Yoh 4:16). Kata-kata dari surat pertama Yohanes ini
mengungkapkan secara jelas inti terdalam iman Kristen: gambaran kristiani tentang Allah dan
gambaran akan umat manusia serta panggilannya. Dalam ayat yang sama, Yohanes
memberikan ringkasan hidup kristiani: “kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih
Allah kepada kita”.
Injil Yohanes menggambarkan peristiwa tersebut dengan ungkapan: “karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini sehingga ia telah mengaruniakan Putera-Nya yang tinggal
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya……… memperoleh hidup yang kekal” (Yoh
3:16). Dengan menyadari akan pentingnya kasih Tuhan, iman Kristen mengungkapkan
kembali inti iman Israel dengan sebuah pendasaran dan cakupan yang baru, yang terdapat
dalam kitab ulangan: “dengarkanlah hai umat Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa!
Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu” (Ul 6:4-5). Yesus Kristus menyatukan perintah kasih kepada Allah dan
kasih kepada sesama dengan mengatakan; “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri” (Mrk 12:29-31). Kasih kepada Allah hanya dapat terbukti secara konkret dengan
mengasihi sesama. Sebaliknya, relasi (kasih) dengan sesama harus merupakan tanda bukti
kasihnya kepada Allah. Pesan kasih kristiani tersebut menjadi aktual dan penting terlebih di
tengah dunia yang diwarnai dengan tindak balas dendam, kebencian, kekerasan dan
ketidakadilan.
Krisis moralitas yang sudah sangat parah banyak dikeluhkan dan diarahkan kepada
para elite. Sayanganya, betapapun mereka disorot, mereka seakan telah kebal dalam
ketidakpedulian. Politik uang semakin marak meskipun sulit untuk dibuktikan dan yang
menjadi tumbal atau korban adalah rakyat kecil. Selain itu peperangan terus terjadi,
kemiskinan, ketidakadilan, pelanggaran HAM, rendahnya rasa solodaritas, lemahnya
kehendak untuk menggali dan mewujudkan kebenaran dan keadilan. Rasanya benar kata-kata
7
santo Agustinus yaitu; sebuah negara yang tidak dipimpin atas dasar keadilan hanya
akan menjadi kumpulan para pencuri.
Dalam situasi seperti itu, Gereja sebagai komunitas kasih dan pewarta kasih di tengah
dunia diharapkan, bahkan dituntut berperan mewartakan kasih di tengah dunia yang seakan-
akan “tanpa Tuhan”. Gereja harus proaktif dalam usaha untuk menghadirkan wajah Allah
yang penuh kasih di tengah dunia yang semangat kasihnya mulai redup.
Menyadari situasi dunia yang seperti ini Paus Benediktus XVI pada awal karya
kepausanya, mengeluarkan sebuah ensiklik berjudul Deus Est Caritas (Allah adalah kasih)
yang pesannya sangat aktual karena sesuai dengan situasi dunia saat ini. Semua orang Kristen
telah mengalami kasih Allah yang begitu besar lewat Putera-Nya yang memberikan teladan
kasih terbesar dengan penyerahan diri-Nya di kayu salib. Yang menjadi tugas dan kewajiban
orang Kristen adalah menggandakan kasih Kristus itu di tengah dunia yang penuh gejolak ini.
Orang Kristen tidak dapat mengatakan bahwa ia mencintai Tuhan yang tidak
kelihatan jika ia tidak mencintai sesamanya yang kelihatan yaitu: yang miskin, menderita,
dianiaya, yang mengalami ketidakadilan. Orang Kristen harus tahu kapan ia berbicara tentang
Tuhan dan kapan waktunya diam untuk membiarkan kasih berbicara lewat tutur kata, sikap
dan tindakan pelayanan kasih.
Sebagai contoh berikut adalah sikap Gereja terhadap masalah sosial yang termuat dalam
ensiklik Rerum Novarum.
Rerum Novarum (1891) Paus Leo XII
Keadaan & masalah Tanggapan Gereja
1. Terdapat kelompok kecil yang mengontrol
produksi.
2. Kekayaan yang terpusatkan pada kelompok
kecil itu menimbulkan keserakahan.
3. Orang-orang miskin hidup dalam
kesengsaraan.
4. Terdapat kondisi kerja yang tidak layak.
5. Sosialisme menolak kekayaan pribadi.
6. Sosialisme mendukung pertentangan kelas.
1. Menyatakan pentingnya batas-batas kekayaan
pribadi.
2. Menekankan lagi bahwa pengertian
pemilikan uang secara adil berbeda dari
penggunaanya secara adil maka dianjurkan
agar orang yang kaya membantu sesamanya
yang miskin dan dituntut agar negara
mengusahakan kesejahteraan umum.
3. Menganjurkan agar jemaat mempersatukan
orang kaya dan orang miskin
4. Menganjurkan agar didirikannya perserikatan
buruh dan gaji yang adil
5. Mengakui sahnya hak milik pribadi dan hak
milik pribadi itu bermakna sosial
6. Menganjurkan hubungan yang setaraf antara
modal dan kerja
8
Isi pokok Rerum Novarum adalah: dengan tegas, Paus menentang kondisi yang tidak
manusiawi, yang kemudian menjadi situasi buruk bagi kaum buruh dalam masyarakat
industri. Ada tiga faktor kunci yang mendasari kehidupan ekonomi: buruh, modal dan
teknologi/negara. Ketiga hal itu saling berhubungan, dapat menciptakan iklim kehidupan
yang adil ataupun tidak adil.
Rerum novarum membela kaum buruh yang menderita dengan menyerukan kepada
para anggotanya agar membebaskan manusia dari segala bentuk penderitannya. Dengan
demikian, harus disepakati upah yang adil. Para buruh juga berhak ikut dalam serikat buruh.
Selanjutnya ditegaskan pula bahwa negara wajib melindungi hak-hak buruh. Dengan Rerum
Novarum, Gereja ingin melawan segala macam bentuk baik kapitalisme maupun sosialisme.
B. Melestarikan lingkungan hidup
Karya penciptaan Allah merupakan awal karya penyelamatan yang berlangsung terus-
menerus, berpuncak dalam Kristus dan mencapai kepenuhannya pada akhir zaman saat langit
baru dan bumi baru terbentuk (Why 21:1-4) dan saat seluruh ciptaan bersatu padu memuji
kebesaran Allah pencipta (Why 4:8-11;5:13). Dengan demikian dapat dipahami bahwa sejak
awal mula Allah menghendaki agar semua ciptaan itu diselamatkan. Hal ini tampak dalam
kisah penciptaan. Ciptaan Allah itu sungguh amat baik (Kej 1:31). Pernyataan “baik” dalam
teks kitab suci itu masih dimungkinkan untuk dikembangkan antara lain;
Segala yang “baik” yang diciptakan Allah harus dijaga supaya tetap baik adanya;
Segala yang “baik” yang diciptakan Allah diharapkan semakin ditingkatkan untuk
menjadi lebih baik
Allah telah menyerahkan yang baik kepada manusia dan manusia tinggal
memanfaatkannya saja, tanpa harus menjaga atau meningkatkan sesuatu yang
“baik” itu
Segala sesuatu yang awalnya baik itu rusak karena kesalahan manusia. Manusia tidak
setia pada apa yang dipesankan Allah. Manusia tidak menjaga dan merawat, tetapi menjadi
penghancur dengan memetik dan memakan buah dari pohon kehidupan (lih. Kej 3).
Hancurnya tata ciptaan itu harus dipulihkan. Dan itu, terpenuhi dalam diri Yesus Kristus
namun demikian, tidak berarti bahwa manusia tinggal diam dan berpangku tangan. Ia harus
tetap menjalankan tugas untuk merawat dan memelihara taman sebab melestarikan alam
adalah tanggung jawab seluruh umat manusia. Manusia diundang menjadi rekan kerja Allah
untuk memelihara dan menjaga keutuhan alam semesta sehingga proses penciptaan masih
dapat berlangsung (creation continua).
9
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga yaitu;
Unsur hayati (biotik) yaitu; unsur lingkungan hidup yang terdiri dari mahluk hidup,
seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan jasad renik.
Unsur sosial budaya yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang
merupakan sistim nilai, gagasan dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk
sosial.
Unsur fisik (abiotik) yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak
hidup, seperti tanah, air, udara, iklim dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik
sangat besar perannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi.
Bayangkan apa yang terjadi jika air tidak ada lagi di muka bumi atau udara yang
dipenuhi asap?
1. Kekayaan dan keragaman sumber daya alam dan maknanya bagi hidup
manusia
Jika kita cermati kisah penciptaan, kita mendapat gambaran yang jelas bahwa sebelum
manusia diciptakan, Allah telah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia
lebih dari cukup. Semua itu merupakan kekayaan alam berupa flora, fauna atau segala bahan
mineral yang terkandung di perut bumi. Sumber daya alam mineral berupa barang-barang
tambang, seperti minyak bumi, gas alam, emas, tembaga, nikel, aluminium dll.
Pemerintah indonesia mengatur pemanfaatan sumber daya alam dengan menuangkan
aturan itu dalam UUD 1945 khususnya pasal 33 ayat (3) yang berbunyi: “bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Pengertian “dikuasai” di sini tidak berarti
pemanfaatannya dilakukan dengan semena-mena, namun juga harus memperhatikan aspek-
aspek keserasian, keselarasan, keseimbangan, keadilan yang merata dan berkelanjutan baik
bagi generasi sekarang maupun masa yang akan datang. Upaya yang telah dilakukan
pemerintah indonesia untuk menjaga keutuhan dan keberlanjutan dari sumber daya alam
hayati adalah;
UU no. 4 tahun 1982, tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup.
UU no. 5 tahun 1990, tentang konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
UU no. 5 tahun 1994, tentang pengesahan united nations convention on
biological
Diversity (konvensi perserikatan bangsa-bangsa mengenai keanekaragaman
hayati
Keputusan presiden republik indonesia no. 4 tahun 1993, tentang satwa dan
bunga nasional.
10
2. Fakta-fakta kerusakan lingkungan hidup
Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi
dua yaitu:
a. Peristiwa alam
Gempa bumi, tsunami, gunung meletus adalah peristiwa alam yang tidak dapat
dicegah. Peristiwa-peristiwa itu secara alamiah akan selalu terjadi. Terjadinya
bencana tersebut bukan karena Allah marah lalu menghukum manusia sebab sejak
awal penciptaan Allah menghendaki agar manusia selamat.
b. Ulah manusia
Kehancuran tata ciptaan terjadi karena ulah manusia. Saat manusia tidak taat dan
tergoda untuk menjadi seperti Allah (bdk. Kej 3:5), manusia merusak tata ciptaan
dan relasi dengan Allah. Manusia yang dipanggil untuk menjadi rekan kerja Allah,
menolak tawaran kasih tersebut. Secara gamblang Paus Yohanes Paulus II dalam
Centesimus Annus menjelaskan:
“………… manusia mengira boleh semuanya sendiri mendayagunakan bumi dan menikmati
hasilnya dengan menaklukkannya tanpa syarat kepada kehendaknya sendiri, seolah bumi tidak
mengemban tuntutan serta maksud tujuannya semula yang diterimanya dari Allah dan yang
manusia memang dapat mengembangkan, tetapi tidak boleh mengkhianatinya. Manusia bukannya
menjalankan tugasnya bekerja sama dengan Allah di dunia. Ia justru malahan mau menggantikan
tempat Allah dan dengan demikian akhirnya membangkitkan pemberontakan alam yang tidak
diaturnya tetapi justru disiksanya.”
Secara jelas dikatakan Paus bahwa: kerusakan dan kehancuran lingkungan karena manusia
ingin menggantikan tempat Allah
3. Sebab dan akibat kerusakan lingkungan hidup
Kerusakan yang paling parah adalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
perilaku, pola pikir, atau pendekatan manusia terhadap kekayaan alam yang keliru.
Hutan dibabat secara sadis sehingga mengakibatkan; tanah longsor, banjir, hilangnya
sumber air, kepunahan flora dsb. Pola pikir atau pendekatan yang keliru akan
memperparah kerusakan alam.
a. Pola pendekatan teknokratis (tekne: ketrampilan; krateein: menguasai)
Pola pendekatan ini memandang bahwa alam disediakan Allah bagi manusia
sehingga manusia sekadar menguasai atau memanfaatkan alam. Pola pikir ini
memungkinkan manusia memiliki sikap merampas segala sesuatu yang tersedia di
alam lingkungnnya dan membuang limbahnya ke alam.
b. Pola pendekatan ekonomis
11
Sikap manusia (modern) terhadap lingkungannya yang mengutamakan
keuntungan ekonomis dan tidak menghiraukan dampak ekologis:
Sistim perekonomian sekarang cenderung berpola kapitalistik (=laba akan
menjamin perusahaan mampu bertahan dalam persaingan bebas). Agar
laba meningkat biaya ditekan seminimal mungkin. Eksploitasi kekayaan
alam diimbangi biaya semurah mungkin. Sistim ini berdampak pada
lingkungan alam yang harus dikorbankan, demi memperoleh laba sebesar-
besarnya.
Pola hidup masyarakat yang kurang memperhitungkan dampak
lingkungan: membuang sampah sembarangan, memilih produk komestik
dalam kemasan yang tidak ramah lingkuangan, penggunaan plastic dan
kertas yang berlebihan dan tidak efisien.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pola pikir dan pendekatan yang merusak antara lain sbb;
a. Kekayaan biosfer rusak.
Biosfer (bios: hidup; sphere: bola) artinya keseluruhan lapisan-lapisan kehidupan (di darat,
laut dan udara daerah panas ataupun dingin). Ciri khas biosfer adalah ekosistem-ekosistem
(oiko: rumah; sistima: keseluruhan) yang tak terhitung banyaknya, terdiri dari organisme-
organisme yang saling memengaruhi dan tergantung. Ciri khas ekosistem adalah
keseimbangan atau keharmonisan. Jika ada kekuatan yang merusak, ada yang memperbarui,
jika ada yang mati muncul organisme baru. Akan tetapi keharmonosan alam telah diganggu
manusia dengan tindakan penebangan dan penambangan liar, penggunaan peptisida,
fungisida dan herbisida secara berlebihan, pembuangan limbah industri dan rumah tangga
secara liar.
b.Generasi yang akan datang menderita
Setiap kerusakan lingkungan yang belum dipulihkan atau tidak dapat dipulihkan juga akan
menjadi tanggungan generasi berikutnya. Artinya kita mewariskan penyakit dan bencana
kepada anak cucu.
Kelompok masyarakat yang pesimistis memandang bumi kita ini tidak akan bertahan
selamanya sedangkan kita sebagai orang beriman dipanggil untuk menjawab tawaran kasih
dalam rangka memelihara dan menjaga keutuhan ciptaan.
Tawaran kasih Allah itu mendesak untuk dijawab karena situasinya sudah semakin buruk.
Tata ciptaan itu menuju kehancuran yang dibuat oleh tangan-tangan manusia yang sangat
tampak dalam gejala-gejala sbb;
Pemanasan global. Satu peristiwa yang tak bisa dielakkan yang memengaruhi kondisi
iklim di bumi. Bumi berusaha untuk terus eksis dengan melakukan perbaikan alami,
12
tetapi manusia akan menerima akibatnya dikarenakan proses perbaikan itu sangat
dasyat dan tidak terkendali.
Peningkatan kecil rotasi bumi diakibatkan ketidakseimbangan isi kandung perut bumi
yang terkuras. Banjir dasyat yang menenggelamkan semuanya akibatnya kekurangan
pangan, merajalelanya penyakit dan meluasnya kelaparan.
Terjadinya perubahan pola peruntukan tanah karena lebih banyak orang-orang hidup
di kota-kota besar dibanding dengan di daerah pedesaan. Kota-kota penuh sesak
sehingga harus memperluas areal untuk perumahan ke wilayah pedesaan dengan
mengorbankan tanah pertanian. Dll.
4. Tindakan pelestarian lingkungan hidup
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja tetapi menjadi
tanggung jawab setiap insan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama
pembangunan berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan
hasil KTT bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung dua gagasan penting
yaitu:
Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.
Gagasan keterbatasan yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Adapun ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan adalah sbb;
Menjamin pemerataan dan keadilan
Menghargai keanekaragaman hayati
Menggunakan pendekatan integratif
Menggunakan pandangan jangka panjang
Syukur bahwa kesadaran untuk menyelamatkan bumi semakin dimiliki oleh semakin banyak
orang. Harus diakui bahwa gerakan-gerakan yang dibuat tidak bisa secara cepat meyelesaikan
permasalahan, namun sekali lagi harus disyukuri karena gerakan-gerakan tersebut di samping
menyelamatkan alam juga membangun kesadaran bersama pentingnya memelihara tata
ciptaan. Paus Yohanes paulus II dalam amanat hari perdamaian seluruh dunia
mengungkapkan bahwa:
Berkembangnya kesadaran tentang perdamaian dunia terancam bukan hanya karena
perlombaan senjata, bermacam konflik dan terus berlangsungnya ketidakadilan,
melainkan juga karena kurannya penghargaan terhadap alam. Kesadaran ekologis yang
baru harus dikembangkan dan dianjurkan dengan berbagai inisiatif dan program
konkret.
13
5. Hambatan-hambatan usaha melestarikan lingkungan hidup
Secara teoritis, upaya pelestarian lingkungan hidup itu tidak terlalu sulit karena sudah
dilengkapi dengan perangkat perundang-undangan yang akan mendukungnya. Namun
demikian dalam kenyataannya, praktiknya tidaklah mudah. Banyak hambatan untuk
mewujudkan kehendak baik itu antara lain sebagai berikut.
Demi pemenuhan kebutuhan perekonomian, upaya pelestarian alam menjadi
terhambat karena terjadi konflik kepentingan yakni kepentingan ekologis versus
ekonomis. Misalnya, kerusakan yang ditimbulkan karena banjir, tanah longsor,
kekeringan sebenarnya dapat diminimalisir dampaknya bagi manusia dan lingkungan
hidup, tetapi terbentur pada faktor ekonomi yang memaksa hutan dibabat dan isi perut
bumi diekploitasi.
Dari sistim manajemen lingkungan dan konservasi alam yang ditemukan ada lima
hambatan utama yaitu
Minimnya jumlah sumber daya manusia dan pembagian anggaran yang tidak
merata.
Kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat setempat.
Praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Kegagalan dalam mengakomodasi kepentingan masyarakat setempat.
Gaya kepemimpinan diktator dari atas ke bawah.
Kelima hambatan ini sering dikemukakan oleh para ahli, tetapi tidak ada satu pun
solusi yang dapat dihasilkan, disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan
masalah itu serta lemahnya koordinasi antar lembaga pemerintah.
Dari dinamika masyarakat sipil, ditemukan adanya ketidakpastian dalam pengaturan
sumber daya alam yang sering kali menimbulkan konflik di masyarakat. Konflik ini
akan tetap berlanjut selama pihak-pihak yang bersengketa itu tidak mendapatkan
sumber daya alam secara adil.
Sistim politik dan ekonomi yang korup karena menganggap bahwa sumber daya alam
khususnya hutan merupakan sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk
kepentingan politik dan keuntungan pribadi.
Krisis ekonomi global misalnya ketidakmampuan dalam persaingan di pasar dunia
untuk produk-produk eksport indonesia seperti kayu lapis, dll.
Kekurangstabilan politik dalam negeri menyebabkan ketidakpastian implementasi
kebijakan dalam bidang kehutanan dan sumber daya alam lainnya.
14
Tuntutan otonomi daerah memaksa pemerintah berusaha keras untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah (pad) sehingga mencukupi biaya operasional daerahnya.
6. Pelestarian Lingkungan Hidup Berdasarkan Terang Kitab Suci
Upaya pelestarian lingkungan hidup bukan hanya terjadi pada zaman ini, melainkan sudah
sejak zaman awal peradaban manusia. Mungkin perbedaannya terletak pada pokok
permasalahnnya, jika pada zaman lampau orang berpikir bagaimana berupaya agar
lingkungan alam tidak rusak, sedangkan di zaman sekarang orang berpikir, bagaimana
memperbaiki lingkungan alam yang rusak.
Dalam kitab Kejadian 1: 28-29 dituliskan:
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
“beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-
burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
Berfirmanlah Allah: “lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala
tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-
pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
Sejak awal mula, Allah telah menyerahkan bumi dan segala isinya kepada manusia
untuk ditaklukkan dan dikuasai sebab Allah telah meletakkan sumber kehidupan itu di bumi
dan segala isinya. Oleh karena itu, selagi manusia masih menggantungkan hidupnya kepada
bumi dan lingkungannya, sudah sepantasnya manusia menjaganya agar ketersediaan sumber
hidup itu tetap bertahan. Jika bumi dan alam lingkungannya rusak, tidak akan mampu lagi
menyediakan sumber kehidupan manusia. Dengan demikian manusia akan mengalami
kemusnahan karena tidak mampu bertahan hidup. Hanya manusia yang diciptakan sebagai
gambar dan rupa Allah (imago dei) dan yang diberi kewenangan untuk menguasai dan
menaklukkan bumi dengan segala isinya.
Kesatuan manusia dengan alam digambarkan dalam cerita tentang penciptaan
manusia sebagai: “Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah” (Kej 2:7). Dalam
bahasa Ibrani manusia disebut adam yang mempunyai akar kata yang sama dengan kata
untuk tanah, adamah yang berarti warna merah kecoklatan yang mengungkapan warna kulit
manusia dan warnah tanah. Dalam bahasa latin, manusia disebut homo yang juga mempunyai
makna yang berkaitan dengan humus yaitu tanah.
Istilah “mengusahakan dan memelihara” atau “mengelola” dalam Kejadian 2:15,
diterjemahkan dalam istilah Ibrani abudah yang sama maknanya dengan kata “ibadat” dan
mengabdi. Dengan kata lain penguasaan atas alam seharusnya dijalankan secara bertanggung
jawab: memanfaatkan sambil menjaga dan memelihara. Ibadat sejati adalah melakukan apa
saja yang merupakan kehendak Allah dalam hidup manusia termasuk hal mengelola (abudah)
15
dan memelihara (samar) lingkungan hidup yang dipercayakan kekuasaan atau
kepemimpinannya kepada kita sebagai manusia.
Walaupun begitu praktik yang terjadi ternyata manusia memiliki kecenderungan
menghadapi alam tidak lagi dalam konteks “sesama ciptaan”, tetapi mengarah pada hubungan
“tuan dengan miliknya.” Manusia memperlakukan alam sebagai obyek yang semata-mata
berguna untuk dimiiki dan konsumsi. Alam diperhatikan hanya dalam konteks kegunaan
(utilistik-materialistik). Manusia hanya memperhatikan tugas yakni: menguasai, tetapi tidak
memperhatikan tugas untuk memelihara. Dengan demikian, manusia gagal melaksanakan
tugas kepemimpinan atas alam.
Akar kerusakan lingkungan alam dewasa ini terletak dalam sikap manusia atau yang
disebut economic gain by environmental loss. Manusia menjadi berdosa dalam menghadapi
alam sebab tidak lagi sekadar untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi sekaligus untuk
memenuhi keserakahannya. Dengan kata lain manusia berdosa adalah manusia yang
hakekatkatnya berubah dari a needy being menjadi a greedy being. Kegagalan dalam
melaksanakan tugas kepemimpinan atas alam merupakan wujud kegagalan manusia dalam
mengendalikan dirinya, khususnya keinginan-keinginannya.
Dalam perjanjian baru dikatakan bahwa Allah yang mahakasih mengasihi dunia
ciptaan-Nya (kosmos) sehingga ia mengutus anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia yaitu
Yesus Kristus (Yoh 3:16). Yesus Kristus yang disebut firman (logos) telah berinkarnasi,
mengambil bentuk materi dengan menjelma menjadi manusia dan melalui penyerahan-Nya di
atas kayu salib serta kebangkitan-Nya dari antara orang mati, Ia telah mendamaikan Allah
dengan segala sesuatu (ta panta) atau dunia (kosmos) ini (Kol 1:19-20; 2Kor 5:18-19). Yesus
Kristus telah memulihkan hubungan Allah dengan manusia dan dengan seluruh ciptaan-Nya
dan memulihkan hubungan manusia dengan alam.
Dalam iman Kristen, hubungan baru manusia dengan alam bukan saja hubungan
dominio (menguasai), tetapi juga hubungan communio (persekutuan). Persekutuan dengan
Allah harus tercermin dalam persekutuan dengan alam. Hubungan yang baik dengan alam
sekaligus mengarahkan kita pada penyempurnaan ciptaan dalam “langit dan bumi yang baru”
(why 21:1-5) yang menjadi tujuan akhir dari karya penebusan Allah melalui Yesus Kristus.
Relasi kita dengan lingkungan hidup telah dipulihkan hubungannya oleh Tuhan Yesus
Kristus, maka kita sebagai manusia baru dalam Kristus (2Kor. 5:7), seharusnya membangun
hubungan solider dengan alam. Hubungan solider (sesama ciptaan dan sesama tebusan)
berarti alam mestinya diperlakukan dengan penuh belas kasihan. Alam sekitar tidak boleh
diperlakukan semena-mena, tidak dirusak, tidak dicemari dan semua isinya tidak dibiarkan
musnah atau punah. Jika kita memelihara dan menghargai alam berarti kita menghargai sang
pencipta.
Dilihat dari sudut pandang iman Kristen, tugas pelestarian lingkungan hidup yang pertama
dan utama adalah mempraktikan pola hidup baru hidup yang penuh pertobatan dan
16
pengendalian diri sehingga hidup kita tidak dikendalikan dosa dan keinginannya tetapi
dikendalikan oleh cinta kasih.
Materialisme adalah akar kerusakan lingkungan hidup. Oleh karena itu materialisme
menjadi praktik penyembahan alam. Kristus mengingatkan bahaya mamonisme (cinta
uang/harga) yang dapat disamakan dengan sikap rakus terhadap sumber-sumber alam (Mat
6:19-24 par; 1Tim. 6:6-10). Oleh karena mencintai materi, alam dieksploitasi guna
mendapatkan keuntungan material. Maka supaya alam dapat dipelihara dan dijaga
kelestariannya manusia harus berubah (bertobat) dan mengendalikan dirinya. Manusia harus
menyembah Allah dan bukan materi. Dalam arti itulah maka usaha pelestarian alam harus
dilihat sebagai ibadat kepada Allah melawan penyembahan alam khususnya penyembahan
alam modern alias materialism atau mamonisme.
7. Rancangan dan Pelestarian Tindakan Pelestarian Lingkungan Hidup di Lingkup
Masyarakat
Langkah-langkah yang ditawarkan untuk pelestarian lingkungan hidup adalah;
A. Persiapan. Dalam persiapan ini terdapat tiga kegiatan kunci yang harus dilaksanakan
yaitu;
Sosialisasi rencana kegiatan dengan kelompok masyarakat
Pemilihan atau pengangkatan motivator (kelompok inti)
Penguatan kelompok kerja yang telah ada atau pembentukan kelompok kerja baru.
B. Perencanaan. Tujuh ciri perencanaan yang dinilai akan efektif yaitu;
Proses perencanaannya berangkat dari situasi nyata
Merupakan perencanaan partisipatif, termasuk keikutsertaan masyarakaat
setempat.
Berorientasi pada tindakan berdasarkan tingkat kesiapannya
Memiliki tujuan dan target yang jelas
Memiliki kerangka kerja yang fleksibel bagi pengabilan keputusan
Bersifat terpadu
Meliputi proses-proses untuk pemantauan dan evaluasi
C. Persiapan sosial. Untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat secara
penuh, maka masyarakat harus dipersiapkan secara sosial agar dapat:
17
Mengutarakan aspirasi serta pengetahuan tradisional dan kearifannya dalam
menangani isu-isu lokal yang merupakan aturan-aturan yang harus dipatuhi.
Mengetahui keuntungan dan kerugian yang akan didapat dari setiap pilihan
intervensi yang diusulkan yang dianggap dapat berfungsi sebagai jalan keluar
untuk menanggulangi persoalan lingkungan yang dihadapi.
Berperan serta dalam perencanaan dan pengimplementasian rencana tersebut.
D. Penyadaran masyarakat. Dalam rangka menyadarkan masyarakat terdapat tiga
kunci penyadaran yaitu penyadaran tentang:
Nilai-nilai ekologis, ekosistem, serta manfaat penanggulangan kerusakan
lingkungan
Konservasi
Berkelanjutan ekonomi jika upaya penanggulangan kerusakan lingkungan
dapat dilaksanakan secara arif dan bijaksana.
E. Analisis kebutuhan. Untuk melakukan analisis kebutuhan terdapat tujuh langkah
pelaksanaannya yaitu;
Penyusunan rencana awal dengan melibatkan masyarakaat local
Identifikasi situasi yang dihadapi di lokasi kegiatan
Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
Identifikasi masalah-masalah yang memerlukan tindak lanjut
Identifikasi pemanfaatan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan di masa depan
Identifikasi kendala-kendala yang dapat menghalangi implementasi yang
efektif dari rencana-rencana tersebut
Identifikasi strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan kegiatan.
F. Pelatihan keterampilan dasar
Pelatihan keterampilan dasar perlu dilakukan untuk efektivitas upaya penanggulangan
kerusakan lingkungan yaitu:
Pelatihan mengani perencanaan upaya penanggulangan kerusakan bagi
otivator atau kelompok inti.
Keterampilan tentang dasar-dasar managemen organisasi
Peranserta masyarakat dalam pemantauan dan pengawasan
18
Pelatihan dasar tentang pengamatan sumberdaya
Pelatihan pemantauan kondisi sosial ekonomi dan ekologi
Orientasi mengenai pengawasan dan pelaksanaan ketentuan-keentuan yang
berkaitan dengan upaya penanggulangan kerusakan lingkungan dan
pelestarian sumber daya.
G. Pengembangan fasilitas sosial. Ada dua kegiatan pokok dalam pengembangan
fasilitas sosial ini yaitu;
Melakukan pikiran atau analisis tentang kebutuhan prasarana yang dibutuhkan
dalam upaya penanggulangan kerusakan lingkungan, penyusunan rencana
penanggulangan dan pelaksanaan penanggulangan berbasis masyarakat.
Meningkatkan kemampuan (keterampilan) lembaga-lembaga masyarakat yang
bertanggung jawab atas pelaksaanaa langkah-langkah penyelamatan dan
penanggulangan kerusakan lingkungan dan pembangunan prasarana.
H. Pendanaan. Pendanaan merupakan bagian-bagian terpenting dalam proses
implementasi upaya penanggulangan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, peran
pemerintah selaku penyedia pelayanan dan penanggung jawab kelestarian lingkungan
diharapkan dapat memberikan alternatif pembiayaan sebagai dana awal perencanaan
dan implementasi upaya penanggulangan. Modal terpenting dalam upaya ini adanya
kesadaran masyarakat untuk melanjutkan upaya penanggulangan dengan dana
swadaya masyarakat setempat.
Di tingkat sekolah atau bahkan keluarga kita juga dapat membuat perencanaan yang
lebih sederhanan. Sederhana, baik dalam arti ruang lingkupnya maupun bentuk
kegiatannya. Misalnya, OSIS merancang bentuk kegiatan peduli lingkungan, baik
berupa program pengendalian sampah, penghijauan, penghematan listrik,
penghematan air dan sebagainya.