BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada...

40
37 BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF PENDIDIKAN ADAT KAMBIK Dalam kesempatan ini, penulis melakukan kajian penelitian tentang memori kolektif pada Suku Moi terhadap Pendidikan Adat Kambik sebagai suatu kekayaan budaya yang masih hidup dalam ingatan masyarakatnya. Ingatan berharga tersebut lahir dari pengalaman empiris yang tersimpan dalam memori melalui simbol-simbol bahasa yang termanifestasi melalui tutur, sehingga menciptakan interaksi yang sangat kuat, oleh karena itu, penulis meyakini bahwa, Pendidikan Adat Kambik merupakan budaya yang sangat berguna bagi kehidupan sekarang ini. Bagian bab ini penulis akan memaparkan informasi secara utuh keseluruhan data yang di temukan dilapangan dan untuk memahami dengan baik maka penulis akan menyusunya secara sistematis yang pada dasarnya berhubungan dengan judul penulisan. 3.1. Asal Usul dan Letak Geografis Suku Moi Kata Moi dalam beberapa literatur sering di jumpai penyebutannya dengan nama ”Mosana” artikulasi kata “orang yang lembut dan ramah” merujuk kepada suatu daerah dibagian pulau Salawati yang menghadap tanjung kepala burung. Penyebutan Mosana di tujukan kepada suku Moi secara keseluruhan, akan tetapi pada dasarnya kata tersebut tidak berlaku bagi masyarakat Moi secara menyeluruh, kata

Transcript of BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada...

Page 1: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

37

BAB III

MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF PENDIDIKAN ADAT

KAMBIK

Dalam kesempatan ini, penulis melakukan kajian penelitian tentang memori

kolektif pada Suku Moi terhadap Pendidikan Adat Kambik sebagai suatu kekayaan

budaya yang masih hidup dalam ingatan masyarakatnya. Ingatan berharga tersebut

lahir dari pengalaman empiris yang tersimpan dalam memori melalui simbol-simbol

bahasa yang termanifestasi melalui tutur, sehingga menciptakan interaksi yang sangat

kuat, oleh karena itu, penulis meyakini bahwa, Pendidikan Adat Kambik merupakan

budaya yang sangat berguna bagi kehidupan sekarang ini. Bagian bab ini penulis akan

memaparkan informasi secara utuh keseluruhan data yang di temukan dilapangan dan

untuk memahami dengan baik maka penulis akan menyusunya secara sistematis yang

pada dasarnya berhubungan dengan judul penulisan.

3.1. Asal Usul dan Letak Geografis Suku Moi

Kata Moi dalam beberapa literatur sering di jumpai penyebutannya dengan

nama ”Mosana” artikulasi kata “orang yang lembut dan ramah” merujuk kepada

suatu daerah dibagian pulau Salawati yang menghadap tanjung kepala burung.

Penyebutan Mosana di tujukan kepada suku Moi secara keseluruhan, akan tetapi pada

dasarnya kata tersebut tidak berlaku bagi masyarakat Moi secara menyeluruh, kata

Page 2: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

38

tersebut hanya menunjukan Suku Moi sejak awal (Vorhooeve : People and Language

1975). Disebutkan bahwa asal mula suku Moi dari Klawelem di distrik Makbon1.

Selain itu dalam teks-teks Belanda terdapat sebutan Moi dan Mooi secara

bergantian. Penyebutan kata tersebut merujuk pada Suku Moi yang mendiami

wilayah Kepala Burung, dijelaskan juga bahwa suku Moi berkarakter lembut, sopan

dan tak beringas serta bertutur kata manis, artikulasi tentang kata Moi pada

hakekatnya menyatakan realitas kehidupan Masyarakat Moi sebagai masyarakat adat

yang sangat terbuka terhadap pengaruh dari luar, selain itu ditemukan dalam

penelitian bahwa kemungkinan Suku Moi dalam bentuk fisiknya sedikit berbeda

dengan kebanyakan suku di Kepala Burung Papua, disebabkan oleh perkawinan

campur antara orang pribumi dan pendatang, hal itu di buktikan dengan istilah ne saf

(pendatang), istilah ne saf di buktikan dengan perubahan pada marga seperti

Manggapraw menjadi Manggablaw dan Arfayan menjadi Arfan. Jadi dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Telah terdapat suku Moi asli yang penyebutannya Neulig atau tuan tanah,

yang mendiami tanah ini

2. Pendatang yang kemudian hidup bersama-sama, terutama di pesisir pantai

dengan suku asli, didalamnya terjadi perkawinan yang melahirkan marga-

marga baru.2

1 Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi (Bogor : PT Sarana Komunikasi

Utama, 2011), 24.

Page 3: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

39

Namun pada hakekatnya dapat dikatakan bahwa Suku Moi merupakan suku

asli yang mendiami Sorong dan Raja Ampat. Kendatipun secara struktur

pemerintahan sekarang, Raja Ampat telah di mekarkan menjadi kabupaten terpisah

dari Kota Sorong berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah yang diberlakukan sejak Januari 2001.3

Terdapat pendapat lain mengenai Suku Moi, yang mengatakan bahwa Suku

Moi merupakan orang padang rumput, akan tetapi tidak adanya bukti dan sumber

pendukung yang dapat membenarkan pendapat ini, selain itu juga tidak adanya

pengakuan dari masyarakat Moi tentang argument tersebut tentang orang Moi sebagai

orang rumput, dikarenakan konteks keberadaan suku Moi tidak dapat menyatakan

identitas mereka sebagai orang rumput .4

Sedangkan penyebutan kata Sorong bagi Suku Moi disebut Maladum. Sejarah

kata Maladum dimunculkan pada masa pemerintahan Belanda. Dimana pada waktu

pemerintah Belanda membuka Kota Sorong, pihak Belanda mempekerjakan

masyarakat Moi, tugas masyarakat Moi pada waktu itu membersihkan lahan-lahan

yang banyak di tumbuhi pohon gelobak (sejenis tanaman lengkuas) yang dalam

bahasa Moi disebut dum. Dari situlah masyarakat Moi menamakan kota Sorong

2 Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi, 27-28.

3Arsip Keputusan Keputusan DPDRI Nomor 17/DPDRI/I/2012-2013 ,Pandangan dan

Pendapat DPD RI terhadap Aspirasi Masyarakat dan Daerah tentang Pembentukan Kabupaten Raja

Ampat Selatan sebagai Pemekaran dari Kabupaten Raja Ampat di Provinsi Papua Barat.

4 Hasil wawancara, Lukas Laratmase ( Masyarakat ) via telepon Di Sorong 13 Oktober 2017.

PUKUL 07:03 WIT.

Page 4: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

40

sekarang (Maladum) atau tanah yang ditumbuhi dum.5 Terdapat pendapat lain

mengenai nama kota sorong (maladum), arti maladum dari akar “dum” yang artinya

“daratan”, artikulasinya merujuk kepada sebuah daratan luas di bagian barat nuigunea

atau papua barat.6

3.2. Populasi dan Penyebaran Suku Moi

Suku Moi yang mendiami wilayah Raja Ampat dan Sorong saat ini meliputi 8

subetnik yaitu: Moi Legin, Moi Abun, Moi Karon, Moi Klabra, Moi Moraid, Moi

Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini

dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja Ampat maka Suku Moi

terbagi dalam wilayah pemerintahan kabupaten, distrik, kampung dan kelurahan.

Populasi suku Moi hingga sekarang dalam angka perhitungan dari tahun 2006-2008

semakin meningkat dan pada tahun 2017 dipastikan semakin tinggi angkanya.7

Dengan jumlah jiwa mencapai ribuan orang dengan ratusan marga besar dan kecil

(gelet).8

3.3. Mata Pencaharian Suku Moi

Sistem mata pencaharian Suku Moi secara khusus adalah peramu, berburu,

petani dan nelayan, dalam mencukupi kebutuhan hidup baik secara individu ataupun

kelompok atas hak adatnya, selain itu dalam kekerabatan masyarakat Moi mengenal

5 Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi, 26.

6 Hasil Wawancara Calvin Gifelem ( Masyarakat ), 6 September 2017. Kampung Baru

PUKUL 08:12 WIT. 7 Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi,33.

8 http://www.mongabay.co.id/2014/11/30/kala-suku-moi-papua-tegaskan-batas-wilayah/

Page 5: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

41

makan bersama, makan bersama dilakukan bagi keret9 yang kepemilikan tanah

berdampingan/berdekatan, namun dalam proses ini terdapat larangan-larangan pada

waktu-waktu tertentu, dimana adanya pelarangan adat berupa pengambilan hasil alam

dalam kurun waktu 3-4 bulan (sasi) dalam hubungannya dengan mata pencaharian

yang meliputi hasil laut, kebun dan hasil lainnya. Proses pengambilan hasil laut,

kebun dan lain sebagainya akan dapat dilakukan ketika telah dilakukannya upacara

adat (bemfie) dan doa secara keagamaan.10

Masyarakat Moi yang hidupnya berdiam di bantaran sungai, danau dan laut

pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan, sejak dahulu Suku Moi

mengunakan alat-alat yang sangat sederhana (sbatum) kulit kayu berbentuk silinder

maupun tombak ikan dari bambu dan dahan kayu adapun cara-cara yang sangat

tradisional yaitu meracuni ikan dengan kulit kayu (sabekesik) di baringgi dengan

mantra-matra berupa lagu-lagu agar tangkapan ikan berjalan dengan sangat mulus,

sedangkan bagi masyarakat pedalaman hidup dengan cara berburu hewan seperti rusa,

babi, kasuari, kus-kus dan burung. Dalam berburu, alat yang digunakan adalah

tombak bambu, batu, panah dan alat lainya dibaringgi juga dengan matra-mantra dan

lagu yang bersumber pada kepercayaan lokal (animisme) dibagian pesisir berprofesi

sebagai petani yang bercocok tanam berupa ubi jalar, keladi, pisang, singkong, sagu,

ulat sagu dan buah-buahan seperti kelapa, mangga. Dengan mengunakan alat berupa

cangkul batu dan bambu dengan cara melubangi tanah untuk menanam sayur dan

9 Keret merupakan sebutan untuk marga

10 Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi,78.

Page 6: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

42

buah-buahan.11

Akan tetapi sekarang sebagian besar masyarakat Moi telah memiliki

beragam profesi tidak hanya sebatas berburu, bertani, nelayan melainkan juga telah

bekerja pada berbagai instansi pemerintahan seperti menjadi pegawai negeri sipil,

polisi, dosen, tukang ojek, penjual di pasar dan berbagai macam profesi lainnya guna

memenuhi kebutuhan hidup.12

Akan tetapi dengan menekuni profesi yang baru tidak membuat masyarakat

Moi meninggalkan profesi lama, seperti berkebun, bertani dan berburu dan lain-lain,

hingga saat ini masih banyak orang-orang tua yang ke hutan dan ke laut untuk

bercocok tanam, berburu dan menangkap ikan, masyarakat Moi dalam kualitas

jumlah di bandingkan dengan suku lain di sekitar memang berbanding sedikit, akan

tetapi luas wilayah suku Moi dengan segala kekayaannya sangat luas dan banyak,

oleh sebab itu hal kekayaan tersebut harus di maanfatkan untuk kebutuhan sehari-

hari.13

3.4. Bahasa Suku Moi

Roger M, Kesing, 1992 menjelaskan bahwa ketika berbicara maka

menghasilkan urutan-urutan bunyi serta makna-makna, di lengkapi oleh Claude Levi

Strauss secara konsep strukturalisme, tata bunyi merupakan mitode konseptual guna

memahami budaya sebagai suatu presepsi, sifat serta pikiran manusia. Secara umum

11

Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi,89. 12

Wawancara dengan Yosua Manibela( Masyarakat ) pada 14 September 12 WIT. 13

Wawancara dengan Urgenes Ulis( Tokoh Masyarakat, pelaku Pendidikan Adat ) Klasaman

km 12, 12 September 2017, jam 18:00 WIT.

Page 7: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

43

penduduk Irian Jaya di bagi menjadi 2 bagian besar sesuai dengan bahasa yang

digunakannya yaitu Ausronesia dan Non-Ausronesia, bahasa Ausronesia disebut

sebagai bahasa Melanesia sedangkan bahasa non-Ausronesia disebut bahasa Papua,

jadi dapat disimpulkan bahwa kedua bahasa ini menjadi bahasa lokal masyarakat

Papua.

Berdasarkan informasi (SIL) Summer Institute Of Language Internasional

cabang Indonesia menyebutkan bahwa keseluruhan bahasa yang digunakan di Papua

ataupun Papua barat berjumlah 263, sedangkan menurut kementrian RI dalam

pemetaan bahasa-bahasa di Indonesia menyebutkan jumlah bahasa di Papua-Papua

Barat berjumlah 272 secara keseluruhan tidak ada yang berfungsi sebagai bahasa ibu.

Akan tetapi bahasa yang di gunakan dalam interaksi sosial mengunakan bahasa

sehari-hari meliputi bahasa Indonesia, daerah dan asing, ketika berinteraksi satu suku

dengan suku yang lain maka mengunakan bahasa Indonesia, ketika berinteraksi

dengan sesama suku maka mengunakan bahasa daerah dan pada saat berinteraksi

dengan orang luar Indonesia (luar negeri) maka mengunakan bahasa asing.14

Bahasa Moi merupakan salah satu bahasa dari lima phylum mayor (phylum)

Papua Barat, dimana terdapat 24 bahasa yang mewakili 3,3 persen dari keseluruhan

bahasa yang teredintifikasi ada di Papua yang berjumlah 726 bahasa, sedangkan

penutur aktif I perkirakan mencapai 122.000 atau 4,5 persen dari 2756 penutur asli

bahasa Papua. Berry & Berry menyebutkan bahwa bahasa asli Moi atau bahasa induk

14

Akhsan Na’im, Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk

Indonesia( Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2011 ), 6.

Page 8: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

44

di tuturkan oleh 4.600 orang yang terbentuk dalam masing-masing dialek yang pada

hakekatnya mirip, Berry&berry membaginya menjadi 3 bagian : pegunungan

(Amber), dari hulu sungai (Klasa), dan pedalaman (kelim) namun pada umumnya

bahasa daerah yang meliputi daerah Moi pada umumnya di sebut dengan bahasa

Salmak yang merupakan bagian dari bahasa phylum.15

3.5. Struktur Masyrakat Adat Moi

Masyarakat adat Moi secara etnografi penyebarannya sangat luas meliputi

daerah Mega, Makbon, selatan Seget dan kearah barat Misool, Batbat hingga

kepulauan Ayau dan Waigeo yang meliputi kepualuan Raja Ampat daerah Moi Maya.

Secara keseluruhan daerah ini masuk dalam hukum adat, sedangkan Moi yang tidak

berbahasa Moi adalah Karon, Madik, Menyah, Kalabra, dan lain-lain.

Menyangkut adat-istiadat Suku Moi Merupakan suatu rahasia yang sulit

diketahui oleh orang luar Moi bahkan Moi sendiri. Suku Moi pada dasarnya dibagi

menjadi 3 golongan yaitu:

1. Ne Folus adalah orang yang berpengetahuan, mengetahui banyak hal serta

paham tentang filsafat

2. Golongan menegah yakni golongan yang berpengetahuan terbatas dan

tidak mendalam.

3. Golongan rendah, merupakan para wanita dalam suku Moi.

15

Di kutip dari arsip kompas yang di tulis oleh Irfan Nursyam tahun 2013.

Page 9: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

45

Struktur masyarakat Moi mengikuti garis Patrilineal (laki-laki/ayah). Struktur adat

penyebutan terhadap laki-laki disebut (needle) laki-laki dan (negili) perempuan

struktur adat seperti ini telah tercipta sejak dahulu kala sebelum masuknya pengaruh

dari luar. Secara umum kaum laki-laki dalam struktur masyarakat Moi berhak

memiliki jabatan adat seperti kepala keret, kepala suku dan lain sebagainya dengan

tangung jawab menjaga integritas serta kelangsungan kehidupan suku Moi, tetapi

juga laki-laki Moi terlahir dengan hak-hak khusus seperti kepemilikan tanah, hal

tersebut diturunkan ke generasi selanjutnya dengan bertangung jawab terhadap

marganya. Sedangkan perempuan Moi (nelagi) memiliki pemimpin tersendiri yang

disebut (fulus) yang ahli dalam berbagai bidang seperti cara dalam meramu obat-

obatan alam, pengetahuan tentang kewanitaan sebagai bentuk persiapan akan masa

perkawinan, bekerja dikebun mencari sayur-mayur, kayu bakar serta memelihara

anak sebagai kelangsungan suku Moi, dikarenakan anak-anak suku Moi merupakan

generasi penting bagi marga dan suku.16

Struktur adat dan kepemimpinan adat dalam suku terbagi menjadi 2 bagian

yaitu : tokoh adat dan pejabat adat. Tokoh adat (ne foos: orang yang

menguasai/memiliki kekuatan gaib, sebagai orang suci), ne ligin: pembicara: seorang

penyampaikan sesuatu, pemikir: orang yang berperan menyampaikan pesan kepada

publik, ne fulus: orang yang berpengetahuan sejarah, dan ne kook orang kaya dan

16

Hermanto Suaib, Suku Moi( Sorong: Anima, 2017 ), 65.

Page 10: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

46

terhormat. Di dalam struktur adat juga terdapat nedla atau nelagi yaitu kelompok

perempuan , laki-laki muda yang belom mengikuti pendidikan Kambik.17

3.6. Tanah Dan Hak Adat

Suku Moi mempunyai hak ulayat atas tanah mereka sebagai warisan budaya

yang dapat dimanfaatkan secara adat (Stevanus Malak, 2006). Hak tanah bagi Suku

Moi bersifat komunal. Namun dalam pemaamfatannya dapat bersifat kelompok

atupun individual, tidak ada suatu keharusan hak atas tanah dipergunakan secara

kolektif, mengingat kebutuhan sebagai individu sangat dibutuhkan dikarenakan

berbagai macam faktor ekonomi, sosial dan lain sebagainya.

Kebutuhan akan tanah secara kelompok dapat di penuhi dengan cara tanah

tersebut dijadikan sebagai pengembalaan ternak, tanah untuk pasar, tanah dusun adat,

dan tanah untuk membangun kampung (iik fagu). Hak ulayat atas tanah Suku Moi

meliputi 8 subetnik yakni :

1. Moi Segin: Gisim, Segun, Waimon, Katapop, Katimin, Yeflio, Kasimle.

2. Moi Lamas: Seget, Durian Kari, Waliam, Malabam, Seilolof, Ketlosuf.

3. Mo Maya: Salawati, Raja Ampat, Sailolof, dan Julbatam.

4. Moi Kelin: Aimas, Mariat Gunung dan Klamono

5. Moi Klabra: Beraur, Misbra, Buk, Wanurian, Klarion, Wungkas, Wilti,

Tarsa dan Hobar.

6. Moi Karon: Sausapor dan daerah pedalaman

17

Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi,37-39.

Page 11: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

47

7. Moi Moraid: Sayosa dan Salmak

8. Moi Legin: Batulubang, Makbon, Malaumkarta, Asbaken, Dela, Mega,

Klayili, Maladofok, dan Sayosa.

Berdasarkan pembagian diatas, telah diatur dengan sangat baik mengigat

menghindari terjadinya konflik dalam klan-klan Suku Moi. Dalam status sebagai

pemilik hak ulayat tanah, masyarakat Moi sangat menjunjung tinggi serta menjaga

tanah serta menjadikannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hidup mereka,

Kedekatan Suku Moi terhadap alam terwujud dalam penyebutan negeln yang berarti

orang pedalaman/darat, netas orang pantai, negela orang sungai, penyebutan-

penyebutan tersebut mengambarkan identitas sebagai kepemilikan atas tanah adat,

jadi pada dasarnya segala bentuk kepemilikan tanah telah diatur dalam adat, sehingga

tidak adanya klaim atas tanah yang bukan menjadi milik suatu individu, kelompok

ataupun klan tertentu. Keyakinan akan tempat tinggal, berusaha dan lain sebagainya

telah ditentukan oleh nenek moyang Suku Moi berdasarkan batas-batas alam seperti

gunung, bukit, lembah, sungai, batasan-batasan tersebut mencakut bagaimana mereka

berlaku dan bertindak seperti berburu hanya dalam batas wilayah yang menjadi milik

individu atau kelompok tertentu. Sejak tahun 1930-1950 Suku Moi berdomisi hampir

diseantero Kota Sorong, namun sejak tahun 1970-2005 tercatat hanya sedikit

masyarakat Moi yang mendiami kota Sorong, diakibatkan banyaknya pendatang dari

luar Suku Moi yang berdomisili di Kota Sorong. (Eliezer Nelson Homer, 2005).18

18

Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi, 40-43.

Page 12: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

48

Kepemilikan atas tanah bersifat komunal dimana kewajiban dan hak

merupakan bagian integral dari rumah tangga ataupun marga yang pemilik adat,

selain itu masyarakat Moi mempunyai sistem pengelolahan sumber daya alam yang

sejak dahulu kala telah di wariskan melalui hukum adat, sehingga dalam

pelaksanaannya hukum adat berfungsi sebagai sumber aturan yang memiliki nilai

yang mengatur masyarakat dalam mengelolah sumber daya alam.

1. Menghargai pemilik ulayat, kepemilikan menjadi bagian bersama serta

satu klan ataupun marga tidak hanya hidup terbatas pada tanah adatnya

saja serta tidak memiliki hak menjual/belikan tanahnya..

2. Berkaitan dengan tanah adat, terdapat tanah adat tertentu yang tidak dapat

diperjual belikan serta dialihkan ke siapapun, terkecuali adanya marga

yang punah serta sengketa adat yang melibatkan hilangnya nyawa

manusia.

3. Tanah dan hutan yang tersetia digunakan secukupnya demi kebutuhan

hidup tidak boleh lebih.

4. Pergaulan muda/mudi suku Moi harus dibatasi khususnya lawan jenis

terlebih khusus seorang wanita bergaul dengan marga luar dikarenakan

adanya aturan adat terhadap hal itu.

5. Pembukaan lahan tidak boleh berdekatan dengan sungai demi menjaga

sungai dan kehidupan disekitarnya.

Page 13: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

49

6. Aturan-aturan yang didalamnya terkena sanksi adat ialah masalah tanah,

perkawinan, mas kawin, kain timur dan kesepakatan-kesepakatan

perjanjian lainnya.

7. Pengalihan atas hak wilayat tanah tidak termasuk dalam peraturan adat

melainkan peraturan pribadi/individu.

Dalam pelaksanaannya. Namun realitas sekarang dalam masyarakat Suku

Moi, seringkali terjadi pelangaran adat yang telah di tentukan, dimana suatu marga

seringkali mencoba untuk mengambil tanah marga lain, dengan cara memindahkan

pembatas (patok), pelangaran adat seperti ini di dasari pada kepentingan ekonomi,

dimana terdapat pohon kayu besi, pasir atau tanah yang datar pada kepemilikan suatu

marga.19

Bertolak dari hal tersebut pemaanfatan hasil alam menjadi 2 bagian pokok,

yaitu hutan keramat/mamali (kufok) dan hutan biaa (kuwos). Hutan keramat

merupakan daerah hutan yang dilindungi oleh hukum adat serta dianggap sakral

dikarenakan keyakinan akan roh para nenek-moyang yang tinggal dan berdiam di

hutan tersebut, dan juga didalam hutan keramat di yakini merupakan tempat

penyimpanan harta yang di kubur dalam tanah, oleh karena itu tidak diperkenankan

pebukaan lahan baik skala kecil ataupun besar. Sedangkan dalam kehidupan sehari-

hari pemanfaatan akan pohon dan kayu dalam daerah hutan keramat hanya

diperbolehkan dalam skala berdiameter kecil demi kepentingan pembuatan rumah,

alat berburu dan pertanian, dan juga satwa yang ada di atur dalam aturan adat, seperti

hewan berburu, burung, ikan dimanfaatkan terbatas pada kebutuhan hidup saja,

19

Wawancara dengan Urgenes Ulis( Tokoh Masyarakat, pelaku Pendidikan Adat ) Klasaman km 12, 12 September 2017, jam 18:00 WIT.

Page 14: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

50

namun jika jumlah yang diambil berlebihan dan digunakan untuk suatu kepentingan,

maka terlebih dahulu harus melalui proses doa-doa yang di naikan kepada arwah-

arwah.

Masyarakat Moi percaya bahwa pemaanfaatan hasil jika tidak disertai dengan

doa-doa para arwah, maka segala sesuatu yang dibutuhkan tidak akan tampak oleh

mata, kepercayaan terhadap para arwah juga terwujud dalam bentuk sasi yaitu

pantangan atau larangan untuk mengambil dan memanfaatkan tumbuhan atau hewan

buruan tertentu ataupun suatu dusun secara keseluruhan secara kurun waktu 1-5

tahun, proses sasi ini akan berakhir jika telah dilakukannya proses adat,selain itu juga

sasi dilakukan guna menghargai pemilik dusun yang telah meninggal sebagai bentuk

penghargaan terhadapnya.20

3.7. Sistem Kepemimpinan

Menurut J.R. Mansoben (1985-1995) menemukan adanya empat model

kepemimpinan yang dikenal dalam masyarakat Papua yaitu: a) kepemimpinan

berwibawa (pria berwibawa), b) kepemimpinan chief atau penghulu keondoafian),

c)kepemimpinan kerajaan dan d) kepemimpinan campuran.

a) Kepemimpinan berwibawa

Merupakan kepemimpinan yang di ukurannya pada prestasi-prestasi individu

seperti kekayaan menurut budaya. Suku Moi kekayaan diukur dengan jumlah

kain timur yang dimilikinya, selain itu kekayaan diukur dengan kemampuan

20

Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi,45-48.

Page 15: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

51

bagaimana seseorang dapat berorasi atau berdiplomasi, seorang individu

dikatakan dapat memimpin apabila ia mampu dan berani menyampaikan

pendapat di muka umum, pantai berargumen serta pandai bekerja sama antar

warga guna mencapai tujuan yang dicapai.

Adapun sifat bermurah hati (generousity) bahwa seseorang pantas

menjadi pemimpin apabila memiliki sikap peduli terhadap orang lain dengan

membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan dimana kekayaan dan

kekuasaan tidak dipergunakan demi kepentingan pribadinya ataupun

kelompoknya melainkan kepentingan orang lain.21

b) kepempimpinan penghulu (Chief atau Ondoafi)

model kepemimpinan penghulu atau local keondoafian (chief) bersifat

warisan, bahwa kepemimpinan ataupun kedudukan diperoleh melalui

pewarisan (ascibedment) dilakukan biasanya dari klen (marga) yang sama.

Seseorang tidak dapat memimpin apabila telah meninggal atau dalam kondisi

sakit maka akan diturunkan atau wariskan kepada anak laki-lakinya yang

paling tua dengan syarat memiliki sifat-sifat kepemimpinan serta pengetahuan

yang dalam tentang adat-istiadat, jika tidak memiliki sifat tersebut maka

kepemimpinan akan dialihkan kepada salah seorang saudara yang memiliki

syarat-syarat tersebut, adapun jika pemilik hak waris masih kecil dan belim

mampu melaksanakan tugasnya, maka akan dilimpahkan kepada seorang

21

Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi,114-117.

Page 16: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

52

saudara ondoafi sampai waktu anak tersebut bertumbuh dewasa dan siap

melaksanakan tugas sebagai seorang pemimpin.

Adapaun tipe kepemimpinan penghulu atau ondoafi sumber kekuasaan untuk

menjadi seorang pemimpin bersumber pada (mite) berkaitan dengan asal-usul

pemimpin, dimana harapannya bahwa seorang pemimpin tersebut berasal dari

keturunan dewa atau alam gaib yang dianggap sakral, kesakralannya

memungkinankan kepemimpinannya tidak boleh di bantah atau langgar.

c). sistem kepemimpinan campuran

sistem kepemimpinan model ini didapatkan melalui pewarisan serta pencapaian,

dalam hal ini kepemimpinan diwariskan dari seorang ayah kepada anaknya ketika

keadaan masyarakat dalam situasi kondusif, akan tetapi jika situasi masyarakat dalam

kondisi bahaya yang mengancam kehidupan, pada situasi seperti ini jika ada seorang

individu yang mampu memecahkan masalah yang sedang di hadapi maka secara

otomatis ia diakui sebagai seorang pemimpin.22

3.8. Sistem Kepercayaan

Suku Moi sebelum mengenal agama modern (Kristen, Islam, katolik)

mempunyai kepercayaan animisme dengan mempelajari mitos-mitos, lagu-lagu

rakyat, mantra serta larangan-larangan adat yang bagi masyarakat di tandai dengan

berupa tempat-tempat seperti hutan keramat, mengambil ikan di laut/sungai, menotok

22

Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi,118-127.

Page 17: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

53

sagu semuanya itu harus dilakukan dengan menyebutkan nama-nama arwah atau

roh.23

Kepercayaan animisme (bahasa latin anima atau roh) merupakan kepercayaan

terhadap makhluk halus atau roh, hal ini merupakan kepercayaan mula-mula

dikalangan masyarakat tradisional yang lahir dari lokalitas setempat, kepercayaan

terhadap animisme merupakan bentuk kesadaran manusia tradisional dalam

memahami yang ilahi, dengan keyakinan adanya kuasa tertinggi diatas manusia.

Kepercayaan terhadap animisme terwujud dalam bentuk symbol-simbol seperti gua,

pohon, atau batu besar dimana masyarakat tradisional meyakini adanya kuasa yang

berdiam dalam symbol-simbol tersebut oleh karena itu harus di hormati agar tidak

menganggu manusia.

Suku Moi sebelum mengenal Tuhan dalam agama Islam dan Kristen, mereka

telah percaya kepada satu dewa atau Tuhan yang berkuasa diatas dewa-dewa yang di

sebut dengan nama “Fun Nah dan Muwe” bagi Suku Moi semua dewa, roh para

leluhur harus di hargai dan di hormati karena mempunyai kekuasaan yang mutlak atas

hidup manusia. Dan bagi masyarakat Moi dewa pencipta merupakan penguasa

tertinggi yang tidak kelihatan namun dapat dijumpai dalam unsur-unsur alam tertentu

seperti angin, hujan, petir, pusaran air, dasar laut dan juga tanjung tertentu. Hingga

sekarang wujud keterlibatan peran dewa-dewa masih di rasakan saat ini, keterlibatan

dewa-dewa dalam peristiwa alam seperti petir, hujan deras, Guntur dan kilat akan

23

Wawancara dengan Silas Kalami, ( Tokoh Masyarakat, selaku Ketua Lembaga Adat ( LMA

MOI ) di sekertariat LMA pada tanggal 16 september jam 15:00 WIT.

Page 18: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

54

terjadi ketika adanya konflik antara satu marga dengan marga yang lain, seperti

konflik tentang batas tanah, pengambilan hak ulayat terhadap kepimilikan marga

yang lain dan peristiwa-peristiwa lainnya.24

Sejak dahulu Suku Moi dalam seluruh aspek moral dan tingkah lakunya selalu

berhubungan dengan roh dewa ataupun roh leluhur yang diungkapkan dalam bentuk

nyanyian-nyanyian serta mantra-mantra, dewa-dewa ataupun roh para leluhur

diyakini berdiam dalam setiap wujud-wujud alam misalnya dewa hutan yang

mendiami hutan yang bertempat pada pohon-pohon besar, oleh karena itu masyarakat

Moi pohon-pohon besar di hutan dianggap keramat. Sebelum mengenal agama

modern (Kristen, Islam) kepercayaan tradisi Suku Moi memainkan peran penting

dalam keseharian hidup mereka, dimana anggapan bahwa makhluk-makhluk halus

mempunyai kekuatan dan kekuasaan yang mengontrol kehidupan manusia, oleh

karena itu harus dihormati dan dihargai, bentuk dari penghargaan sekaligus rasa takut

mereka diwujudkan dalam bentuk ritual-ritual pemberian sesajen.

Acara ritual pemujaan yang terdapat dalam suku Moi tidak berbentuk wujud

patung seperti masyarakat Biak (Karwar) atau pembayaran tengkorak (Maybrat),

namun pemujaan dan penyembahan dilakukan kepada alam sebagai sebagai bentuk

keyakinan berdiamnya roh halus atau dewa. Penulis menambahkan bahwa pemujaan

dan penyembahan kepada roh leluhur secara modern di kenal dengan animisme,

namun nilai positif dari penyembahan kepada animisme merupakan wujud

pengetahuan terhadap adat, dimana sejak dahulu para leluhur telah melakukan

24

Wawancara, Wehelmina Soe, ( Masyarakat ), 2 September, Rufei Pantai Pukul 02:14 WIT.

Page 19: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

55

praktek penyembahan kepada roh-roh yang diyakini ada, jika generasi berikutnya

melakukan hal demikian itu berarti dikategorikan mengerti dan paham tentang adat

tanpa meninggalkannya.25

3.9. Masuknya Agama Modern

Masuknya Agama Kristen Protestan pertama kali mendarat di Manokwari

tahun 1855 di pelopori oleh misionaris C.W Ottow dan G.J Geissler utusan UZV

(Utrechse Zending Vereningging). Dengan menginjakan kaki di Pulau Mansinam

pada 5 Ferbuari “Dengan nama Allah kami menginjak tanah ini” ) dengan kalimat ini

kuasa Tuhan mulai bekerja di Tanah Papua secara umum dimana dengan perjuangan

yang berat penyebaran agama Kristen mulai masuk dan menyebarkan terang Kristus

dalam kegelapan dan kekafiran orang Papua.

Setelah Ottow dan Geissler meletakan dasar Injil Kristus maka diteruskan

oleh Pdt J.L Van Hasselt pada tahun 1866 setelah itu dilanjutkan olen sending-

sending lainya yang berasal dari Belanda ataupun Jerman, proses pekabaran Injil dari

Mansinam mulai menyebar disebagian besar teluk Cendrawasih hingga sampai ke

pesisir timur sungai Mamberamo meliputi Senjati bahkan sampai ke Sorong

(Inanwatan, Babo dan fak-fak), disamping tujuan memberitakan Injil para sending

juga memberikan pengajaran kepada penduduk lokal bagaimana cara bercocok

tanam, pertukangan dan pengobatan.26

25

Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi,142-145. 26

Injil pertama kali masuk di Tanah Papua pada tanggal 5 Februari 1855 dibawa oleh Ottow

dan Geisller, (: Jayapura, Kantor Pusat GKI di Irian Barat, 1966), 47.

Page 20: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

56

Pada Tahun 1990 otoritas pemerintahan Belanda membangun pemukiman dan

perkampungan di pesisir kota Sorong yang berdekatan dengan Pula Doom sebagai

pusat pemerintahan. Proses penyebaran Injil semakin pesat dengan terbentuknya

persekutuan pemuda Ambon di Pulau Doom 1912 yang membantu para zending

sebagai utusan (M. E. Tamtelahitu). Pada tanggal 1 April 1925 pemerintah Belanda

membangun lima kampung sebagai pusat pekabaran Injil di daerah Sorong dan

sekitarnya, kelima kampung tersebut ialah :

1. Kampung Klademak (Kalami, Ulim dan Kwatolo)

2. Kampung Matilimisin (daerah saga sekarang dengan marga Osok)

3. Kampung Manoi (daerah PT Pelni dan Usaha Mina) Malseme. Ulim, Kalami

dan Kilala.

4. Kampung Nooi (Pelabuhan) Osok, Kalami Maga dan Kalaibin.

5. Kampung malanu (daerah Pelabuhan sampai SMKK) Osok, Warwei,

Kalasuat, Mubalus, Kalawaisa, Bawela dan lain-lain.

Balzasar Wolk Wagunu asal Sangihe (Sulut) merupakan utusan zending

untuk menginjili Tanah Manoi, ia juga merupakan guru pertama yang membentuk

jemaat Kristen di Manoi, sekarang jemaat Eklesia Klasaman pada 27 Oktober

1927 yang di maknai sebagai hari masuknya Injil di Sorong. Pada waktu 30

Oktober 1927 Gonof meminta kepada setiap orang tua Suku Moi untuk membawa

anak mereka bersekolah (modern). Kemudian pada 1 November 1927 terdapat 26

putra-putri Moi yang bersekolah maka ditetapkanlah sebagai hari lahirnya sekolah

Page 21: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

57

pertama dengan nama “Volkschool UZV” dengan waktu belajar kisaran 3 tahun.

Menurut pendeta E Osok almarhum), jemaat yang di dirikan berdiri hingga

Perang Dunia ke II 28 Desember 1941 hingga gedung sekolah tersebut di bakar

oleh tentara Jepang, situasi Perang Dunia ke II membuat Mayarakat Moi terdesak

dan harus meninggalkan kampungnya dan berlindung kepadalaman hutan,

setelah itu proses perkembangan Injil mulai meluas dengan masuk ke daerah-

daerah baru seperti Mios Manggara, Selepele, Sailolof, Pam, Kabare, Arefi dan

Urbinasopen ( Pdt. E. Osok. Demianus Osok, Manoi harta terpendam, 2001).

Akan tetapi peran terpenting seorang sending yang mengabarkan Injil di daerah

Sorong dan Raja Ampat ialah Dr. F. C. Kamma ia bekerja sebagai pendeta

pertama di Sorong dan Raja Ampat kurang lebih 10 tahun (1931-1942). Hingga

sekarang masyarakat Moi pada umumnya beragama Kristen yang mendasari

keyakinannya pada motto” menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah” 27

Masuknya Agama Islam menurut para ahli telah datang di Papua sejak abad

ke 14 hal itu dibuktikan oleh keteragan Thomas W. Arnold dalam tulisannya yang

berjudul The Preahing Of Islam ia mengatakan bahwa setelah kerajaan Majapahit

dikalahkan oleh kerajaan Islam Demak maka secara otomatis kendali kekuasaan

di pegang oleh Islam Demak, sebagaimana waktu Majapahit memimpin itu juga

yang terjadi pada Demak, dimana pengaruhnya sangat besar bahkan sampai

meliputi wilayah Papua.

27

Mofu Andrikus, Visi Kerajaan Allah( majalah Kla Swo Foos), Sorong; 2014

Page 22: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

58

3.10. Sistem Pengetahuan

3.10.1. Pendidikan Formal

Pada 1 november 1927 dijadikan sebagai hari lahirnya sekolah pertama di kota

Sorong. Pendidikan formal didirikan oleh Belanda dengan nama “Volkschool UZV”

dengan jumlah murid pertama 26 orang. Menurut keterangan E. Osok murid pertama

sekolah ini bahwa sekolah ini berjalan sampai dengan tahun 1942 setelah itu

dihancurkan oleh jepang akibat Perang Dunia ke II. Bentuk pendidikan formal bagi

Suku Moi sebelum tahun 1970 masih sangat terbatas, jenjang tertinggi hanya sebatas

Sekolah Dasar, bahkan pada tahun-tahun tersebut banyak siswa Suku Moi yang tidak

menyelesaikan pendidikan tersebut, akibat banyak masyarakat suku Moi yang

tertinggal dari suku-suku disekitarnya.

Namun pada tahun 1980-aan hingga sekarang ini banyak generasi Suku Moi sudah

menempuh pendidikan mulai dari SD ,SMP ,SMA bahkan sampai S1 dan S2 hingga

jenjang S3. Kesuksesan para putra-putri Suku Moi saat ini tidak terlepas dari peran

pemerintah Kota Sorong dan juga setiap keluarga, individu dan lembaga lainnya

bahwa betapa pentingnya pendidikan bagi kemajuan Masyarakat Moi secara umum.

3.10.2. Pengertian Pendidikan Adat Kambik

Budaya membentuk manusia menjadi manusia yang berpengetahuan, itu terbukti,

sejak dahulu Suku Moi telah hidup di dalam aturan, petunjuk, resep, rencana dan

strategi-strategi yang didalamnya terdapat serangkaian bentuk kognitif yang

digunakan secara kolektif untuk kebutuhan hidup dalam keberadaannya dengan

Page 23: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

59

lingkungan sekitar (alam), pengetahuan semacam ini menciptakan sistem yang dapat

memberikan penilaian bagi mereka dalam menghadapi baik dan buruknya lingkungan

disekitar serta sesuatu yang berharga atau tidak, baik atau buruk dan juga

mendatangkan kebaikan atau mencelakakan, semuanya ini menyatakan bahwa

masyarakat Moi sejak dahulu mempunyai nilai-nilai yang luhur.

Sebelum mengenal pendidikan formal, sejak dahulu masyarakat Moi mengenal

pendidikan adat, yakni pendidikan Kambik yang mengajarkan berbagai macam

pengetahuan melalui alam, belajar melalui alam merupakan rutinitas yang diajarkan

secara turun-temurun, dimana pada hekekatnya alam mengajarkan tentang hidup dan

kehidupan, diaman gejala alam seperti gempa, banjir, longsor dan lain sebagainya

dapat diketahui hanya melalui pendidikan Kambik.

Secara etimologi Kambik berasal dari kata Kam yang artinya rumah atau

tempat bermain, namun, pada hakekatnya rumah/tempat pendidikan adat Kambik

merupakan sekolah adat yang menempatkan anak-anak suku Moi sebagai subjek

dengan mengunakan pendekatan pendidikan tentang alam, rumah/tempat belajar

Kambik merupakan tujuan masyarakat Moi dalam upaya memberikan pembelajaran

kepada generasi akan datang dengan kemampuan-kemapuan khusus yang meliputi

kesehatan pengobatan traditional, pertanian, sosial, adat-istiadat, berburu, berperang

dan lain sebagainya, namun yang terpenting dari pendidikan Kambik ialah

menciptakan pemimpin serta mempunyai kedudukan dalam suku Moi.28

28

Hasil Wawancara dengan Matias Asirima, ( Murid atau pelaku pendidikan adat ) km 12

pada tanggal 18 September jam 20:00 WIT.

Page 24: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

60

Suku Moi meyakini bahwa pendidikan adat Kambik merupakan pendidikan

yang sakral, karena, di yakini pembelajaran yang ada dalam pendidikan Kambik

merupakan sumber pengetahuan moral dan etika yang mengatur seluruh totalitas

keberadaan Masyarakat Moi dalam berbagai aspek kehidupan sosialnya.29

Peserta

Pendidikan Adat kambik merupakan kelompok dalam struktur masyarakat adat Moi,

yaitu hanya anak laki-laki (nedla) yang berhak secara utuh mengukuti pendidikan

tersebut, dalam pendidikan adat Kambik setiap siswa (ulibi) adat diajarkan tentang

kepemimpinan dalam berbagai bidang pengetahuan dan juga adat-istiadat yang

berhubungan dengan keberadaan Suku Moi secara mendalam dan lengkap.

Anggapan dalam masyarakat Moi bahwa, setinggi apapun gelar seseorang

dalam pendidikan formal, akan tetapi bila ia belum mengikuti pendidikan adat

Kambik, maka ia dianggap bodoh/telanjang, seperti perempuan. Angapan seperti

menyatakan bahwa identitas masyarakat Moi sebagai masyarakat adat, dan ketika ia

belum masuk rumah Kambik untuk belajar dan mengerti tentang adat, maka pada

hakekatnya ia bodoh.30

Seperti layaknya pendidikan formal yang mempunyai tingkatan, pendidikan

adat Kambik juga diberikan gelar kelulusan sesuai dengan jenjang yang di lalui

seseorang, seperti SD (ulibi) merupakan tingkatan paling dasar saat selesai di berikan

gelar (unsulu) , berikunya setara SMP dan SMA (unsmas) diberikan gelar (tulukma)

dan yang paling tertinggi setingkat Perguruan tinggi (untlan/kmabiek di berikan gelar

29

Hasil Wawancara dengan Lowisa, ( Masyarakat ) di kediaman Jalan Baru pada tanggal 4

september jam 1:00 WIT. 30

Wawancara dengan Silas Kalami, ( Tokoh Masyarakat, selaku Ketua Lembaga Adat (LMA

MOI) di sekertariat LMA pada tanggal 16 september jam 15:00 WIT.

Page 25: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

61

wariek atau sukmin, (dapat menjadi guru dalam pendidikan Kambik (tukan), gelar-

gelar ini di berikan setelah para murid Pendidikan Adat Kambik selesai dari proses

belajarnya, pemberian-gelar ini merupakan simbol kopentensi pada bidang-bidang

tertentu tetapi juga status sebagai masyarakat adat, durasi waktu belajar dalam

pendidikan adat Kambik berkisar dari 6-18 bulan, tingkatan dasar dan menengah

dalam proses belajar memerlukan waktu 6-12 bulan, namun tingkatan yang tertinggi

memerlukan waktu hingga 18 bulan bahkan mungkin lebih, tergantung kesepakatan

bersama dewan adat.31

Sumber pembelajaran dalam Pendidikan Adat Kambik berasal dari pada

leluhur, sehingga Pendidikan Adat Kambik sangat kental dengan unsur animisme,

dimana kandungan mantra-mantra dan penyembahan kepada arwah para leluhur

masih di praktekan. Dalam pengajaran yang diberikan oleh guru (tukan), para siswa

dalam pendidikan Kambik belajar mengenai berbagai macam hal antara lain :

-berburu, dalam melakukan perburuan sebelum masuk hutan, diajarkan untuk

menginjakan tanah sebanyak tiga kali serta mengetahui arah angin terlebih dahulu

dan membacakan matra-matra, agar dapat mengetahui keberadaan hewan buruan

tanpa bersusah payah untuk mencarinya di tengah hutan, selain itu juga fungsi dari

31

Wawancara dengan Urgenes UliM( Tokoh Masyarakat, pelaku Pendidikan Adat ) Klasaman

km 12, 12 September 2017, jam 18:00 WIT.

Page 26: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

62

mantra-mantra tersebut membuat hewan buruan menjadi tak berdaya dan mudah

untuk di bunuh.32

-bercocok tanam, sebelum melakukan bercocok tanam, para siswa diajarkan

untuk membacakan matra supaya sayur dan buah-buahan yang di tanam akan tumbuh

subur tetapi juga pada saat dipanen, sayur atau buah-buahan yang ditanam tidak

mudah busuk, contohnya tanaman pohon Sagu. Sagu yang telah di tebang dan di

totok akan di simpan di dalam lumpur atau pecek, maka Sagu tersebut akan dapat

bertahan hingga berbulan-bulan. Semuanya ini dimungkinkan oleh kekuatan mantra-

mantra yang diucapkan untuk membuatnya bertahan ataukah secara rasional adanya

unsur lain yang dapat membuat tanaman itu bertahan.?33

Kesehatan, dalam menjaga serta memberikan jaminan kesehatan kepada

setiap kelompok dalam Suku Moi, peserta Pendidikan Adat Kambik diperlengkapi

dengan pengetahuan pengobatan tradisional. Dalam Kambik diajarkan tentang air,

kulit kayu dan daun-daun, bara api dan buah-buahan tertentu yang dapat

menyembuhkan orang dari penyakitnya, contoh seperti tali hutan dapat berfungsi

sebagai media yang dapat mengeluarkan bisa ular dari orang yang tergigit. Suku Moi

juga mengetahui cara sehat bagi ibu hamil, dimana saat seseorang perempuan sedang

hamil, maka secara otomatis suami (laki-laki harus meninggalkan rumah hingga sang

32

Wawancara dengan Matias Asirima,pelaku langsung pendidikan adat di kediaman

klasaman km 12 pada tanggal 18 spetember jam 18:00 WIT. 33

Wawancara dengan Eka Kalami, istri ketua LMA Sorong pada tangal 16 september jam

15:00 WIT.

Page 27: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

63

istri (perempuan) melahirkan baru dapat kembali tinggal bersama-sama. Hal ini

dilakukan demi kesehatan ibu ).

Berperang, Suku Moi merupakan suku yang sejak dahulu sering berperang

satu dengan yang lain demi tanah dan wilayah kekuasaan atau kesalahan dalam satu

klan. Tetapi juga menjaga keamanan dari suku-suku di sekitarnya. Mereka diajarkan

tentang cara membuat tameng (gili) untuk menghalangi serangan lawan, serta belajar

cara membuat anak panah dari bambu atau tulang kasuari serta busur yang di buat

dari pelepah sagu berserta tali busur dari pohon nibong. Tombak ( sawiyek ) yang

juga terbuat dari tulang kasuari. Tetapi juga yang lebih mendalam diajarkan mantra-

mantra khusus untuk membuat musuh lemas dan tertidur sehingga dapat dibunuh

dengan mudah, kepercayaan Suku Moi sejak dahulu, dalam peperangan ketika

membunuh musuh, kepalanya harus di potong dan dibawah pulang, hal ini

merupakan bukti kekuatan dan keperkasaan seseorang yang dapat menjadikannya

sebagai seorang pemimpin perang, semakin banyak kepala yang terkumpul, semakin

besar peluang untuk menjadi pemimpin perang.34

Selain menyangkut kehidupan sehari-hari seperti yang telah dijelaskan diatas

berdasarkan data yang di dapat di lapangan, pendidikan adat Kambik juga

mengajarkan segala sesuatu yang berkaitan dengan adat-istiadat Orang Moi seperti :

Sistem perkawinan, proses perkawinan dikalangan Suku Moi sejak dahulu,

dipersatukan melalui bentuk masuk minta, istilah “masuk minta” di peruntukan bagi

34

Wawancara dengan Mathias Asirima. Asirima,pelaku langsung pendidikan adat di

kediaman klasaman km 12 pada tanggal 18 september jam 18:00 WIT.

Page 28: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

64

keluarga kedua belah pihak, dimana pihak keluarga laki-laki akan datang kepada

pihak perempuan dan meminta keluarga pihak perempuan agar anaknya mau

dijodohkan, namun dalam pendidikan Kambik, diajarkan bagaimana cara meminang

seorang perempuan, perempuan tersebut harus mampu mempunyai beberapa

ketrampilan seperti, memasak, menotok sagu, membuat ramuan obat-obatan dan

berkebun, jika perempuan didapati telah mampu untuk memenuhi semua kewajiban

ini, maka ia layak untuk di nikahi. Keseluruhan pengetahuan ini, diwariskan melalui

garis keturunan keluarga, dimana ingatan-ingatan diwariskan dari ayah kepada anak,

anak kepada anaknya kelak dan seterusnya, jadi pemahaman tentang pengetahuan

yang di dapat dalam pendidikan adat tidak akan hilang, meskipun tidak semuanya

dapat di ingat dengan baik, dikarenakan factor usia yang membuat sebagian ingatan

menjadi tidak sempurnah. Cara memberikan pengetahuan tentang adat-istiadat yang

di peroleh dalam Kambik yang di berikan kepada keluarga tidak terbatas pada ruang

dan waktu apapun, saat nonton tv, saat makan, santai bentuk apapun, sang ayah akan

selalu menceritakan hal-hal yang harus di ketahui dan di patuhi mengenai adat.35

Sistem pembayaran adat bagi yang meninggal, setiap keluarga dalam Suku Moi

masuk dalam sistem bayar adat, jika dalam satu keluarga ada anggota keluarga yang

meninggal, maka secara otomatis harus membayar adat, contohnya dalam satu

keluarga jika istri meninggal, maka sang suami diharuskan membayar adat ganti susu,

mata, rambut dan tulang, bentuk pembayaran berupa sebilah parang. Hal ini berlaku

35

Wawancara dengan Elfan. Masyarakat suku Moi pada tanggal 21 september jam 9 : 00 WIT

Page 29: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

65

sebaliknya. Supaya dapat mengigat keluarga kedua belah pihak dalam sistem

kekeluargaan, kendatipun salah satu keluarga telah tiada.

Dari keseluruhannya ini para siswa (ulibi) pada akhirnya akan keluar dengan berbagai

pengetahuan tentang alam serta di persiapkan untuk menjadi pemimpin yang kelak

dapat mempersatukan seluruh masyarakat suku Moi dalam persaudaraan yang kokoh

dan menciptakan kedamaian dan kesejahteraan.

Keseluruhan pengetahuan ini, diwariskan melalui garis keturunan keluarga,

dimana ingatan-ingatan di wariskan dari ayah kepada anak, anak kepada anaknya

(khusus anak laki) kelak dan seterusnya, jadi pemahaman tentang pengetahuan yang

di dapat dalam pendidikan adat tidak akan hilang, meskipun tidak semuanya dapat

diingat dengan baik, dikarenakan faktor usia yang membuat sebagian ingatan menjadi

tidak sempurnah. Cara memberikan pengetahuan tentang adat-istiadat yang di peroleh

dalam Kambik yang di berikan kepada keluarga tidak terbatas pada ruang dan waktu

apapun, saat nonton tv, saat makan, santai bentuk apapun, sang ayah akan selalu

menceritakan hal-hal yang harus di ketahui dan di patuhi mengenai adat.

3.10.2. Proses Menjadi Murid Dalam

Sejak dahulu menurut masyarakat Moi agar menjadi murid dalam pendidikan adat

Kambik ada beberapa cara yang dilakukan yaitu:

1. Anak dicuri, Orang Moi sejak lampau mengenai sebuah cara untuk mencari

seorang murid dalam Kambik yaitu dengan cara mencuri anak, anak tersebut

di bawah ke dalam hutan dan diajarkan tentang alam dan adat-istiadat suku

Page 30: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

66

Moi, pemahaman masyarakat pada umumnya sejak dahulu, bahwa ketika anak

mereka secara tiba-tiba menghilang tanpa mengetahui keberadaannya, maka

secara otomatis mereka sudah mengetahui bahwa telah di bawah ke dalam

hutan oleh tua-tua adat untuk masuk dalam pendidikan Kambik. Setelah

selesai dalam proses belajarnya maka anak tersebut akan di kembalikan

pulang kepada keluarganya.36

Maka pihak keluarga akan menyadari bahwa

selama anaknya hilang dibawah oleh para pelaku pendidikan adat untuk

mengikuti proses pembelajar adat.

2. Di pilih secara adat, setiap keret dalam suku Moi mempunyai pemimpin keret,

yang pantas untuk mengikuti pendidikan kambik ialah keturunan pemimpin

keret (anak sulung), yang kelak setelah selesai, ia akan kembali dan menjadi

pemimpin dalam keret tersebut.

3. Perwakilan. Dalam upaya untuk menjadikan anak bagian dari pendidikan adat

Kambik, anak dapat diwakilkan oleh klan, marga kepada marga yang lain,

contohnya marga Ulim menitipkan anaknya kepada marga Ulimpa untuk di

bawah kepada pendidikan adat, namun cara seperti ini menuntut pembayaran

data berupa kain toba kain timur) namun dengan syarat anak yang di titipkan

harus di kembalikan dalam keadaan baik.37

Setelah selesai dari proses ini

maka seluruh masyarakat Moi dari berbagai klan dan marga akan melakukan

36

Wawancara dengan Eka Kalami. istri ketua LMA Sorong pada tangal 16 september jam

15:00 WIT. 37

Wawancara dengan Orgenes Ulim. pelaku langsung pendidikan adat di kediaman klasaman

km 12 pada tanggal 14 September jam 14:00 WIT.

Page 31: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

67

upacara perayaan di hutan, berupa makan bersama, sebagai bentuk dari

kesuksesan anak yang telah lulus dari pendidikan adat.

3.10.3. Ritual Pendidikan Adat

3.10.4. Pra Pendidikan

Dalam ritual pelaksanaan pendidikan adat Kambik, marga Ulimpa

dipercayakan sebagai pelaksanan dalam prosesi berjalannya pendidikan dari waktu ke

waktu, tempat pelaksanaan pendidikan dilaksanakan di kampung Kleben distrik

Moraid, sebelum palaksanaan pendidikan Kambik, para dewan adat duduk

bermufakat untuk proses ritual yang harus dilakukan sebelum pendidikan tersebut di

mulai, hasil dari mufakat bertujuan untuk menunjuk siapa guru yang akan mengajar

serta memimpin ritual yaitu dengan menyanyikan syair-syair dari marga khusus

pemimpin yang ditunjuk mengajar. Tetapi juga dalam prosesi ini, para dewan adat

menyampaikan pemberitahuan kepada seluruh lapisan masyarakat adat Moi yang

terdiri dari berbagai sub-etnis meliputi keluarga dengan keret-keret yang ada untuk

mengirimkan anak laki-lakinya mengikuti pendidikan adat.

Dibaringi dengan persiapan-persiapan yang harus dilakukan oleh anggota

keluarga, pihak wanita seperti menghiasi anak-anak (ulibi) dengan manik-manik,

serta ujaran-ujaran berupa larangan dan pantangan bagi perempuan untuk tidak

masuk dalam rumah pendidikan adat (tempat pelaksanaan pendidikan, terlebih

perempuan yang sedang haid. Selain itu juga larangan bagi murid pendidikan adat

Kambik untuk duduk makan bersama perempuan, larangan berikutnya ialah

memekan makanan yang berwarna merah. Baik buah-buahan, sayuran dan berbagai

Page 32: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

68

bentuk makanan berwarna merah, selain itu juga para pria memberikan naseat-

nasehat kepada anaknya agar dapat mengikuti pendidikan dengan baik.38

3.10.5. Pendidikan

Setelah anak-anak Moi telah dikirim kepada sekolah adat, maka anak-anak

tersebut akan ditegukan oleh dewan adat, seperti babtis dalam kekristenan, dengan

cara dibasahi dengan air diatas kepala, dibaringi dengan pemberian nama adat, nama

adat yang diberikan berpatokan pada nama-nama alam. Setelah selesai dalam proses

pengukuhan, maka anak-anak tersebut dapat melangkahkan kaki masuk dalam tempat

belajar atau rumah belajar Kambik dan mengikuti proses belajar mengajar dalam

durasi waktu yang telah ditentukan.

3.10.6. Pasca Pendidikan

Sesudah anak-anak atau murid (ulibi) selesai dalam proses belajarnya, maka

mereka akan mendapat gelar-gelar adat, seperti untelen, kofso, sifai, masawom, ini

merupakan gelar-gelar yang diberikan bagi setiap siswa-siswa sekolah adat yang telah

selesai dari proses belajarnya, proses belajar tersebut akan dikukuhkan dengan

upacara adat dalam bentuk makan bersama di tengah hutan39

ketika anak tersebut

38

Wawancara dengan Urgenes UliM( Tokoh Masyarakat, pelaku Pendidikan Adat )

Klasaman km 12, 12 September 2017, jam 18:00 WIT.

39

Wawancara dengan Urgenes Ulim( Tokoh Masyarakat, pelaku Pendidikan Adat ) Klasaman

km 12, 12 September 2017, jam 18:00 WIT.

Page 33: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

69

kembali kedalam komunitas masyarakat maka ia akan mendapat tempat dalam

struktur masyarakat adat.40

3.10.8. Nilai Yang Terkandung Dalam Pendidikan

1. Identitas, pendidikan adat Kambik menciptakan identitas bagi seluruh masyarakat

adat Moi, dengan mengikuti pendidikan Kambik, maka secara otomatis sesorang

mendapatkan kedudukan dalam struktur adat dan struktur sosial, serta dapat di akui

oleh seluruh masyarakat Moi. Bagi masyarakat Moi, sesesorang yang belum

mengikuti pendidikan adat Kambik, belum mempunyai identitas dalam struktur adat,

ia dianggap telanjang, seperti perempuan atau bahkan tidak sempurnah. Oleh karena

itu, pendidikan adat Kambik turut menciptakan identitas bagi suku Moi.

2. Moral, dalam pedidikan Kambik, setiap Suku Moi belajar tentang nilai moral,

terlebih khusus yang menyangkut dengan totalitas keberadaan mereka dalam

hubungannya dengan sesamanya, alam tetapi juga yang ilahi,. Supaya tercipta

hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam, sesamanya dan juga yang

ilahi. Keterikatan ini memberikan nilai baru bagi manusia untuk selalu memiliki

sikap, menghargai, menjaga dan berjuang. Seperti bagaimana ia harus menghargai

pemilik hak ulayat seseorang yang menjadi miliknya. Menghargai alam dengan cara

menjaga tempat sakral dan tidak menebang pohon secara sembarangan. Tetapi juga

wujud menghargai yang ilahi memberikan sesajen-sejanen sebagai wujud keyakinan

40

Lih Hal 37-38

Page 34: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

70

akan keberadaan yang ilahi. Tetapi juga menjaga alam berupa pohon, goa dan batu

sebagai tanda kehadiran yang ilahi pada tempat-tempat tersebut.

3 Kesetaraan, menekankan kebersaman hidup menyatukan seluruh perbedaan

golongan agar terwujud persatuan hidup seperti yang dicita-citakan oleh seluruh

manusia. Perwujudan nilai itu dapat dinikmati oleh orang Moi jika mereka tetap

mempraktikkan Pendidikan Adat kambik dalam tindakan dan tutur . Hal ini

diimplementasikan dalam pengungkapan nilai pendidikan adat Kambik sebagai gaya

hidup dalam ikatan tali persatuan yang kuat merajut segenap lapisan suku Moi dalam

kehidupan masa kini. Sejak dahulu alumi para pendidikan adat Kambik telah

menciptakan pemimpin-pemimpin yang handal yang mampu memberikan rasa damai

serta menciptakan kesetaraan dalam berbagai lapisan masyarakat Moi yang terdiri

dari berbagai sub-etnis.41

3.10.9. Faktor Penyebab Hilangnya Pendidikan Adat

1. Merkantilisme

Pada Tahun 1935 Belanda mulai mengintervensi tradisi masyarakat Moi

secara menyeluruh, proses keterlibatan Belanda di tandai dengan pengeboran

minyak di Sorong melalui perusahan NNGPM (Nederlandsche Nieuw Guinea

Petroleum Maatschappij ), dan juga perkebunan kelapa sawit di distrik

Klamono, pada saat proyek minyak dan kelapa sawit, pihak Belanda

41

Wawancara dengan Urgenes Ulim( Tokoh Masyarakat, pelaku Pendidikan Adat ) Klasaman

km 12, 12 September 2017, jam 18:00 WIT.

Page 35: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

71

mengajak dan mempekerjakan masyarakat dalam perusahan tersebut,

sedangkan pada konteks itu keseharian masyarakat Moi hanya berfokus pada

bertani, berladang, berburu demi kebutuhan hidup, serta yang terpenting

belajar dalam pendidikan adat sebagai pengetahuan bagi hidup mereka, akan

tetapi tuntutan Belanda kepada masyarakat untuk bekerja pada perusahan

NNGPM secara otomatis membuat perubahan kerja, dimana waktu

masyarakat Moi khususnya laki-laki yang seharusnya belajar dalam

pendidikan adat, menjadi bekerja kepada perusahan Belanda, pada bagian ini,

titik awal memudarnya pendidikan adat Kambik.42

2. Kekristenan

Proses Pekabaran Injil pertama kali masuk di Kota Sorong pada 19 Oktober

1927 di bawah oleh Penginjil Wagunu asal Sangihe.43

Sebelum masuknya

Injil di Kota Sorong masyarakat Moi mempunyai sumber pembelajaran hanya

ada di Kambik, dimana segala sesuatu yang berhubungan dengan yang ilahi

dan yang sakral hanya di pelajari melalui Pendidikan Adat Kambik, sebagai

sumber pengetahuan masyarakat Moi tentang kekuatan yang berada di atas

mereka. Implementasi dari bentuk pengetahuan tentang yang sakral dan ilahi

di wujud nyatakan melalui pemberlakuan larangan hutan keramat, serta

penyembahan kepada roh-roh leluhur dan dewa-dewa guna menciptakan

keseimbangan, penghormatan dan kesejahteraan dalam totalitas keberadaan

42

Wawancara dengan Urgenes Ulim( Tokoh Masyarakat, pelaku Pendidikan Adat ) Klasaman

km 12, 12 September 2017, jam 18:00 WIT. 43

Lih hal 50.

Page 36: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

72

mereka.44

namun kekristenan memandang sumber nilai yang ada dalam

pendidikan adat sebagai sesuatu yang “tidak baik, buruk, berdosa” karena

tidak sesuai dengan ajaran Kristen, sehingga Suku Moi dilarang untuk tidak

mengikuti pendidikan adat, melainkan masuk dalam pendidikan formal yang

didirikan oleh Belanda.45

Serta masuk dalam kekristenan, dengan cara di

babtis. Namun bagi masyarakat Moi pendidikan Kambik mirip dengan segala

sesuatu yang ada dalam Injil, yaitu belajar tentang kebaikan kepada diri

sendiri, orang lain dan lingkungan( alam ) serta Tuhan( ilahi ).46

3. Perang Dunia Kedua

Pada waktu itu tentara Jepang mendarat di kota Sorong, tepatnya sekarang

kabupaten Sausapor, kontestasi antara Amerika dan Jepang di Sorong turut

mempengaruhi pola kehidupan masyarakat Moi, dimana peperanagan antara

Jepang dan sekutu banyak menyengsarakan orang-orang Moi pada waktu itu,

salah satu contoh ketika pihak Jepang memburu pihak Amerika, pada saat

yang bersamaan ketika bertemu dengan penduduk pribumi, maka akan di

bunuh, adapun kekejaman akibat Perang Dunia Ke-2 yang dilakukan oleh

pelaku perang seperti, menjadikan masyarakat Pribumi sebagai pekerja guna

mempersiapkan perlengkapan perang seperti pembuatan lapangan pesawat

44

Lih hal 47-49. 45

Lih hal 50. 46

Wawancara dengan Sakheus Ulim. pelaku langsung pendidikan adat di kediaman klasaman

km 12 pada tanggal 14 September jam 14:00 WIT.

Page 37: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

73

tempur dan lain-lain.47

Akibatnya masyarakat Moi berupaya untuk mencari

perlindungan, dengan cara lari ke hutan meninggalkan perkampungan,

akibatnya proses kegiatan adat tidak dapat berjalan, terlebih khusus,

pendidikan adat Kambik.48

3.10.10. Upaya Untuk Menghidupkan Pendidikan Adat Kambik

Dalam memaknai pendidikan adat Kambik sebagai sumber nilai mula-mula

yang sangat berharga bagi keidupan nenek-moyang dahulu hingga kehidupan Suku

Moi sekarang, muncul inisiatif untuk kembali menghidupkan serta menerapkan

pendidikan adat pada konteks sekarang, upaya untuk menghidupkan kembali

pendidikan adat Kambik dimulai pada tahun 1973 yang di pelopori oleh tokoh

masyarakat (guru dalam pendidikan adat) Mamisa Ulimpa di distrik Kalabili.49

Upaya

yang dilakukan oleh Mamisa Ulimpa dengan cara mengumpulkan seluruh pimpinan

keret meliputi delapan sub-etnik Suku Moi yang ada di Sorong untuk dapat

melakukan musyawarah adat guna mengatur tata cara menghidupkan pendidikan adat

pada saat itu, akan tetapi pada proses pelaksanaan musyawarah adat tersebut, seluruh

peserta musyawarah adat di bubarkan oleh pihak militer Indonesia, sebab

pembubaran tersebut didasari atas kecurigaan perkumpulan musyawarah adat tersebut

47

Wawancara dengan Cosmas Mambrasar, di Werur, 27 Mei 2013). Dikutip dari buku

Sejarah Perang Dunia kedua di Sausapor, 65 48

Wawancara dengan Urgenes Ulim( Tokoh Masyarakat, pelaku Pendidikan Adat ) Klasaman

km 12, 12 September 2017, jam 18:00 WIT. 49

Merupakan sebuah tempat ( distrik ) jarak tempuh dari Kota Sorong memakan waktu 45

menit,

Page 38: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

74

merupakan bentuk dari gerakan OPM ( Organisasi Papua Merdeka ). Upaya

menghidupkan pendidikan adat Kambik menjadi gagal.50

Bertolak dari upaya diatas yang mengalami kegagalan, tidak membuat

masyarakat Moi berhenti untuk terus menghidupkan pendidikan adat sekarang ini,

menurut ketua (LMA), sekarang di kota Sorong khususnya di Maladofok yang

merupakan tempat sakral suku Moi. Masyarakat telah membuat perkebunan dalam

jumlah yang besar serta rumah belajar adat sederhana sebagai tempat belajar dan

praktek tentang adat, akan tetapi hal ini masih belum pasti, apakah rumah adat dan

lahan yang besar tersebut dijadikan sebagai tempat belajar sekaligus praktek tentang

pendidikan adat Kambik. Kalau pun tujuannya untuk menghidupkan pendidikan adat,

seharusnya melewati proses duduk adat, membicarakat hal tersebut secara adat.

Namun realitasnya belum ada pertemuan antara masyarakat dan LMA.51

Berdasarkan data yang ditemukan dalam penelitian lapangan, penulis

menyimpulkan bahwa, pendidikan adat Kambik adalah puncak kebudayaan

masyarakat Moi yang melaluinya orang Moi mengimplementasikan seluruh

pengetahuan dalam hubungan dengan drinya, sesama, alam dan yang ilahi.

50

Wawancara dengan Urgenes Ulim( Tokoh Masyarakat, pelaku Pendidikan Adat ) Klasaman

km 12, 12 September 2017, jam 18:00 WIT. 51

Wawancara dengan Silas Kalami, ( Tokoh Masyarakat, selaku Ketua Lembaga Adat ( LMA

MOI ) di sekertariat LMA pada tanggal 16 september jam 15:00 WIT.

Page 39: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

75

Kesimpulan

Suku Moi merupakan suku yang berada di Papua Barat. Suku Moi dikenal

dengan orang yang ramah dan lembut, Suku Moi dibagi menjadi 8 sub-etnik yaitu

Moi Legin, Abun, Karon, Klabra, Moraid, Segin, dan Maya. Pembagian 8 sub-etnik

tersebut penyebarannya meliputi Kota Sorong, Raja Ampat, Kabupaten Sorong,

Kabupaten Sausapor bahkan Manokwari berdasarkan pembagian wilayah

adminidsrasi pemerintahan sekarang. Profesi Suku Moi tradisional yaitu: berburu,

bertani dan nelayan. Akan tetapi sekarang profesi masyarakat Moi beragam dan tidak

hanya berfokus pada bertani, nelayan dan berburu melainkan PNS, TNI, Polri, tukang

ojek, penjual di pasar, dosen dan lain-lain. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat

Moi yaitu bahasa phylum yang merupakan bahasa rumpun Melanesia dan Ausronesia

yang kebayakan dipakai di Papua secara umum. Akan tetapi secara khusus bagi Suku

Moi bahasa adat yang digunakan yaitu bahasa salmak yang merupakan bagian kecil

dari bahasa phylum.

Dalam sturuktur adat masyarakat Moi dibagi menjadi beberapa bagian antara

lain: ne fulus, orang berpengetahuan, ne foos, orang memiliki kekuatan gaib, ne ligin,

orang yang bertugas berbicara di depan publik. Suku Moi mempunyai tanah hak

ulayat meliputi 8 sub-etnik yang telah dijelaskan diatas. Bentuk kepemimpinan yang

ada dalam truktur adat masyarakat Moi meliputi 3 aspek yaitu: kepemimpinan

berwibawa, kepemimpinan penghulu dan kepemimpinan campuran.

Page 40: BAB III MASYARAKAT MOI DAN MEMORI KOLEKTIF …...Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja

76

Masyarakat Moi sekarang pada umumnya telah memeluk agama Kristen,

Islam dan lain-lain, akan tetapi kepercayaan tradisional Suku Moi terhadap Tuhan,

dikenal dengan nama “Fun Nah atau Muwe” selain itu juga masyarakat Moi

tradisonal percaya kepada roh-roh para leluhur dan dewa-dewa yang diyakini berdiam

pada pohon-pohon besar, batu dan goa-goa tertentu, yang proses penyembaannya

dilakukan dengan cara memberikan sesajen-sesajen serta menjaga dan menghormati

pohon, goa dan batu-batu tertentu. Proses pembelajaran dan ilmu pengetahuan yang

menjadi modal bagi masyarakat Moi dalam tingkah dan lakunya bersumber pada

pendidikan adat (Kambik). Jadi dapat disimpulkan bahwa Suku Moi sejak dahulu

merupakan suku yang telah mempunyai nilai dan aturan-aturan yang menjadi

pedoman dalam kehidupan mereka sejak dahulu hingga sekarang.