Bab iii makalah agama
-
Upload
lukman-priasmoro -
Category
Documents
-
view
664 -
download
5
description
Transcript of Bab iii makalah agama
![Page 1: Bab iii makalah agama](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020720/54b4603b4a7959a21f8b4597/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kehidupan Sosial dalam Islam Serta Perbandingannya dengan
Kapitalisme dan Komunisme.
1. Kehidupan Sosial dalam Islam.
Kehidupan sosial dalam Islam itu sangatlah cocok diterapkan
dalam masa apa pun, meskipun perkembangan zaman semakin nyata
dengan kemajuan intelektual dan teknologi diteiap belahan bumi. Paham
Islam akan tetap lestari dalam kehidupan didunia yang semakin modern
ini. Pengayoman kepada masyarakat lebih menjamin kehormatan dan
kebahagiaan manusia dalam masyarakat. Kehidupan sosial dalam Islam
adalah satu bagian asasi yang pokok dari sekian tanggungjawab
dilaksanakan oleh umat Islam. Kehidupan sosial dalam Islam sangat
terkait dengan Al-Qur’an dan Hadits, dari sejak zaman nabi hingga rasul,
kehidupan sosial secara Islam sudah ditata sedemikian rupa oleh Allah
SWT melalui firman dan wahyu yang Ia turunkan melalui utusan-utusan-
Nya. Dalam kehidupan sosial ini mayarakat bekerja sama dengan
pemerintah untuk merealisasikan pengayoman masyrakat.
2. Perbandingan antara Kehidupan Sosial dalam Islma dengan Kapitalisme
dan Komunisme
a. Kapitalisme
Kapitalisme adalah kaum bermodal; orang yg bermodal besar;
golongan atau orang yg sangat kaya, namun dalam Islam
kepemilikan atau hak memiliki harus tunduk kepada kemashlahatan
umat dan masyarakat. Sehingga kehidupan sosial dalam Islam tidak
ada titik temunya dengan kapitalisme karena bertolak belakang
karena kapitalisme adala sebuah ideology yang mendorong
seseorang untuk berkuasa dan memiliki/membeli apa pun dengan
segala yang ia punya untuk menjajah dan menindas kaum minoritas.
6
![Page 2: Bab iii makalah agama](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020720/54b4603b4a7959a21f8b4597/html5/thumbnails/2.jpg)
b. Komunisme
Kehidupan sosial menurut islam itu benar menurut watak dan
kepentingan hidup manusia, dalam komunisme yang dikemukakan
oleh Karl Max menyebutkan bahwa hak milik tidak diakui namun
dalam kenyataannya tidak demikian. Paham komunisme menerapkan
hak kepemilikan perorangan (tertera dalam UUD Rusia pasal 10).
Allah SWT berfirman :
ق�م� � ف�أ و�ج�ه�ك� لد�ين� �يف�ا ن ح� ت� ف�ط�ر� �ه� الل �ي �ت ال ف�ط�ر� �اس� الن �ه� �ي ع�ل ال� �د�يل� �ب ت
‹ �ق�› ٠٣ ل �خ� ل �ه� الل ذ�*ل�ك� الد�ين, �م, �ق�ي ال �*ك�ن� و�ل �ر� �ث ك� أ �اس� الن ال� �م,ون� �ع�ل ي
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui. (Q.S. Ar-Ruum : 30)
Kehidupan sosial menurut Islam dalam memberikan hak milik
perorangan itu dengan tujuan agar bakat-bakat yang dimiliki
manusia dalam masing-masing bidang dapat tersalurkan dan
berkembang baik serta wajar. Kehidupan sosial menurut Islam dapat
menimbulkan kegotong-royongan antar seluruh lapisan masyarakat.
Dalam komunisme, mereka tidak mengenal agama dan tidak
memercayai manusia beragama karena dapat menghalangi kemajuan
berpikir dan tidak memercayai orang bukan komunis. Mereka lebih
percaya kepada sesame orang yang sesame komunis. Komunis juga
tidak memercayai kepribadian manusia.
Dalam penjelasan di atas sangatlah jelas bahwa kehidupan
komunis sangat berbanding terbalik dengan kehidupan sosial.
menurut Islam.
B. Bekerja dalam Perspektif Islam
Islam merupakan satu-satunya agama yang sarat dengan amal (kerja),
kualitas keimanan seorang muslim dilihat dari mengaktualisasikan ajaran
7
![Page 3: Bab iii makalah agama](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020720/54b4603b4a7959a21f8b4597/html5/thumbnails/3.jpg)
Islam dalam praktek kehidupan sehari-harinya. Orang Islam yang mengaku
dirinya mukmin haru meyakini bahwa pekerjaan adalah sebuah kehormatan
dan mediator Allah SWT untuk memenuhi segala macam kebutuhan. Islam
memberikan batasan terhadap halal-haram dalam hal yang menyangkut jenis
pekerjaan.
1. Motivasi Kerja.
Motivasi bekerja hanya semata-mata dari dan untuk Allah SWT
sebagai wujud kesadaran diri sebagai makhluk-Nya. Motivasi sangat
penting karena secara naluri manusia mengharap imbalan dari apa yang
dikerjakan. Firman Allah SWT dalam Qur’an Surah Al-Jumu’ah ayat 10
yang artinya “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu
di uka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung”. Ayat ini menegaskan bahwa melakukan usaha
dan aktifitas kerja stelah melakukan shalat menunjukkan keyakinan kita
terhadap sang pencipta sehingga tidak ada lagi rasa pesismis dan apatis.
Dalam bekerja kita dapat menggunakan prinsip manajemen yang
sering digunakan yaitu “POAC”, planning, organizing, actuating and
contolling.
2. Kewajiban Bekerja.
Allah memerintahkan langsung kepada manusia untuk berkarya di
muka bumi ini sebagai tempat dan sumber rizki. Dalam hadits tertera :
“Apabila kalian selesai melaksanakan shalat Shubuh, janganlah kalian
tidur dan enggan mencari rizki kalian.” (H.R. Thabrani)
“Mencari barang yang halal itu wajib bagi setiap muslim.” (H.R.
Thabrani)
Jenis-jenis usaha dalam Islam :
a. Berdagang.
b. Kerajinan tangan.
c. Pertanian.
d. Peternakan.
e. Jihad.
78
![Page 4: Bab iii makalah agama](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020720/54b4603b4a7959a21f8b4597/html5/thumbnails/4.jpg)
f. Perburuhan.
g. Keguruan.
3. Hikmah Bekerja.
Berusaha dan berikhtiar dalam rangka mencari rizki dan karunia
Allah SWT adalah wajib. Hikmah kita dalam bekerja adalah :
a. Membina ketentraman dan kebahagiaan.
b. Memenuhi nafkah keluarga.
c. Sebagai sarana ibadah.
d. Menolak kemungkaran.
4. Etos Kerja Muslim
Etos kerja berasal dari bahasa Yunani yang berarti seuatu yang
diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja, dari
kata ini lahir kata ethic yaitu pedoman, moral dan perilaku.
a. Kerja adalah sebuah keharusan.
b. Kerja yang shaleh.
Kerja yang sesuai, bermanfaat dan memenuhi syarat serta nilai-
nila dengan cara :
1) Memahami latar belakang pendidikan.
2) Tauhid sebagai spirit kerja.
c. Sence of belonging untuk mencapai keberkahan hidup.
Diartikan sebagai keterikatan, kebersamaan atau dengan kata
lain gotong royong, langkah-langkahnya adalah :
1) Mencintai pekerjaan (yuhibbu).
2) Tekun (Al-Itqan).
Setelah melakukan pekerjaan akan mendapat imbalam sesuai dengan
usaha dan aktifitasnya yaitu bersifat benda, rasa, karsa dan keturunan.
d. Ciri etos kerja.
1) Memiliki jiwa kepemimpinan.
2) Selalu berhitung.
3) Penghargaan terhadap waktu.
4) Kerja sama.
79
![Page 5: Bab iii makalah agama](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020720/54b4603b4a7959a21f8b4597/html5/thumbnails/5.jpg)
5) Optimisme.
6) Tidak pernah merasa puas berbuat kebajikan.
e. Faktor penghambat etos kerja.
1) Khurafat dan Tahayaul.
2) Alon-alon asal klakon.
3) Gampangan (gimana nanti).
4) Patalistis (nerimo).
5) Mangan ora mangan kumpul.
6) Salah persepsei (kerja kasar adalah hina).
7) Jimat atau mascot.
C. Masyarakat Mardlotillah
Islam telah menggariskan semua hukum-hukumnya termasuk tentang
kemasyarakatan atas dasar tauhid. Al-Qur’an telah menjelaskan perbedaan
masyarakat Islam dengan masyarakat lainnya. Masyarakat Islam dapat
dibedakan dari segi anatominya, dimana karakteristik-karakteristik tersirat
dalam Al-Qur’an. Yusuf Al-Qardhawi dalam buku Anatomi Masyarakat
Islam (1999) telah mengidentifikasi karakteristik anatomi masyarakat Islam
sebagai berikut:
1. Aqidah dan keimanan, menurutnya ada pilar inti dan unsur esensial yang
menjadi landasan terbentuknya individu atau masyarakat yang berkualitas
secara moral, mental, dan mengemban amanat dari Rabb-Nya.
2. Manifestasi dari unsur tauhid itu adalah terlaksananya syiar-syiar ysng
berbentuk ibadah, baik ibadah ritual maupun sosial.
3. Mengharmonisasikan antara akal dan wahyu, mengaitkan antara agama
dan dunia, mensinkronkan antara ketetapan prinsip syariat dengan tuntutan
perkembangan zaman, menyeimbangkan antara hal-hal yang konstan dan
variabel, memadukan antara nilai salafi dan pembaharuan, mengambil
inspirasi aktual, menyongsong masa depan, dan mempercayai toleransi
tanpa adanya penyepelean prinsip.
4. Terwujudnya rasa persaudaraan, cinta, dan kasih sayang lintas geografis
bsngsa dan negara dalam realita konkrit dan kondisi praktis.
710
![Page 6: Bab iii makalah agama](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020720/54b4603b4a7959a21f8b4597/html5/thumbnails/6.jpg)
5. Tidak ada dikontomi antara ilmu dan akhlak, politik, ekonomi, budaya,
dan akhlak. Menjunjung tinggi adab susila yang mulia.
6. Penerapan nilai-nilai perikemanusiaan dalam berbagai bentuk, yaitu ilmu,
amal, kebebasan, persaudaraan, musyawarah, keadilan, saling tolong
menolong, saling mendukung, saling kasih sayang, dan kesetiakawanan
sosial di bidang material dan moral.
7. Menerapkan syariat Ilahi dan merujuk kepadanya dalam seluruh aspek
kehidupan, baik yang bersifat ibadah ritual maupun muamalah.
Ali Abdul Halim Mahmud (1996) dalam bukunya “Karakteristik
Ummat Terbaik” menjelaskan bahwa, mabda dalam membangun ummat ialah
aqidah yang tidak mengenal fanatisme kebangsaan dan tidak akan
tergoyahkan oleh zaman dan tempat, serta diikat oleh rasa persaudaraan
seagama, persaudaraan dalam beramal dan perilaku.
Prinsip-prinsip dalam membangun ummat berdasarkan pada penjelasan
Al-Qur’an tentang:
1. Asas akhlak, yaitu manusia bebas melakukan tindakan-tindakannya
dengan penuh raasa tanggungjawab dan adanya keharusan untuk menjaga
apa yang dihalalkan dan diharamkan Allah.
2. Asas kemasyarakatan, yaitu memberikan keleluasaan kepada orang-orang
yang taat kepada Allah dan mempersempit gerak bagi yang suka
bermaksiat kepada Allah.
3. Asas politik, yaitu bahwa dengan berdirinya Daulah Islamiyah bertujuan
untuk memberlakukan syariat dan hukum-hukum Allah.
4. Asas perekonomian, yaitu perekonomian yang mengakui dan menghormati
hak milik pribadi tanpa mengabaikan fungsi sosial dan penggunaan harta
terikat oleh hukum Allah.
5. Asas amar ma’ruf dan nabi munkar merupakan asas kebijakan yang
penting dalam membangun ummat Islam.
6. Asas jihad fi sabilillah untuk menjunjung tinggi kalimat Allah dan
merupakan puncak dari harakat Islamiyah.
711
![Page 7: Bab iii makalah agama](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020720/54b4603b4a7959a21f8b4597/html5/thumbnails/7.jpg)
Selanjutnya Al-Qur’an menjelaskan masyarakat yang dicita-citakan
oleh Islam, masyarakat ideal, masyarakat itu adalah “Masyarakat
Mardhatillah”. Masyarakat tersebut terbangun dan terbina oleh dan dalam
struktur yang berpolakan hukum-hukum Allah dengan sumbernya Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul. Masyarakat mardhatillah juga dikenal dengan sebutan
“Baldatun Thayibayun wa Rabbun Ghafuur”. Kaelany (1992: 124) merinci
kriteria-kriterianya sebagai berikut:
1. Ummat yang satu (Q.S. 2 : 213)
“Manusia adalah umat yang satu..”. (al-Baqarah : 213)
2. Terdiri dari berbagai suku bangsa (Q.S. 49 :13).
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal.”
3. Yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa (Q.S. 49:13)
4. Tegaknya musyawarah dalam berbagai urusan (Q.S. 3:159) (Q.S. 42:38)
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”
5. Tegaknya keadilan (Q.S. 5:8, Q.S. 6:152, Q.S. 4:58, Q.S. 16:90)
712
![Page 8: Bab iii makalah agama](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020720/54b4603b4a7959a21f8b4597/html5/thumbnails/8.jpg)
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
6. Tumbuhnya persatuan dan kejemaahan (Q.S. 3:103, Q.S. 8:63, Q.S.
48:29).
“dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman).
walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi,
niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah
telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi
Maha Bijaksana.”
7. Adanya kepemimpinan yang berwibawa dan taat kepada Allah (Q.S. 4:59)
“ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan
Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.”
8. Tidak saling menghina antara sesama anggota (Q.S. 49:11).
Disamping itu dalam masyarakat Mardhatillah terpenuhinya hak dan
kewajiban anggota seperti:
Belajar dan mengajar serta mendapatkan pendidikan (Q.S. 16:75,
Q.S. 39:9, Q.S. 58:11).
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
713
![Page 9: Bab iii makalah agama](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020720/54b4603b4a7959a21f8b4597/html5/thumbnails/9.jpg)
a. Mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahliannya (Q.S. 17:84).
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya
masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih
benar jalanNya.
b. Mendapatkan perlindungan keamanan, baik jiwa, fisik maupun
hartanya (Q.S. 5:32,38,Q.S. 2:179)
“oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena
orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat
kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh
manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan
manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka
Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”
c. Beriman dan bertaqwa (Q.S. 7 : 96)
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu,
Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
Dari esensi ayat-ayat Al-Qur’an dan melalui penjelasan para ahli
diatas, dapat saya ungkapkan bahwa masalah kemasyarakatan sangat
mendapatkan porsi tersendiri. Oleh karena itu berbicara mengenai Al-
Qur’an dan kemasyarakatan, bahwa Al-Qur’an sebagai sumber persoalan
kemasyarakatan.
Istilah lain yang dikembangkan para ahli untuk mengaktualisasikan
nilai-nilai Al-Qur’an dengan masyarakat Madani, masyarakat madani
merupakan contoh konkrit dari masyarakat mardhatillah.
Masyarakat madani menurut Dewan Raharjo (1999 : 152) adalah:
714
![Page 10: Bab iii makalah agama](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020720/54b4603b4a7959a21f8b4597/html5/thumbnails/10.jpg)
Masyarakat yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan umum disebut al-
khair. Masyarakat seperti ini harus dipertahankan dengan membentuk
persekutuan-persekutuan, perkumpulan, perhimpunan, atau asosiasi yang
memiliki visi dan pedoman perilaku. Mula-mula Allah memerintahkan untuk
melakukan suatu integrasi sosial dengan ikatan-ikatan persatuan, yang
dinyatakan dalam ayat 103 surat Ali-Imran:
“dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-
orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Dasar utama masyarakat madani adalah persatuan atau integrasi sosial
yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik
dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu
persaudaraan.
715