Bab iii makalah agama

16
BAB II PEMBAHASAN A. Kehidupan Sosial dalam Islam Serta Perbandingannya dengan Kapitalisme dan Komunisme. 1. Kehidupan Sosial dalam Islam. Kehidupan sosial dalam Islam itu sangatlah cocok diterapkan dalam masa apa pun, meskipun perkembangan zaman semakin nyata dengan kemajuan intelektual dan teknologi diteiap belahan bumi. Paham Islam akan tetap lestari dalam kehidupan didunia yang semakin modern ini. Pengayoman kepada masyarakat lebih menjamin kehormatan dan kebahagiaan manusia dalam masyarakat. Kehidupan sosial dalam Islam adalah satu bagian asasi yang pokok dari sekian tanggungjawab dilaksanakan oleh umat Islam. Kehidupan sosial dalam Islam sangat terkait dengan Al-Qur’an dan Hadits, dari sejak zaman nabi hingga rasul, kehidupan sosial secara Islam sudah ditata sedemikian rupa oleh Allah SWT melalui firman dan wahyu yang Ia turunkan melalui utusan-utusan-Nya. Dalam kehidupan sosial ini mayarakat bekerja sama dengan pemerintah untuk merealisasikan pengayoman masyrakat. 6

description

 

Transcript of Bab iii makalah agama

Page 1: Bab iii makalah agama

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kehidupan Sosial dalam Islam Serta Perbandingannya dengan

Kapitalisme dan Komunisme.

1. Kehidupan Sosial dalam Islam.

Kehidupan sosial dalam Islam itu sangatlah cocok diterapkan

dalam masa apa pun, meskipun perkembangan zaman semakin nyata

dengan kemajuan intelektual dan teknologi diteiap belahan bumi. Paham

Islam akan tetap lestari dalam kehidupan didunia yang semakin modern

ini. Pengayoman kepada masyarakat lebih menjamin kehormatan dan

kebahagiaan manusia dalam masyarakat. Kehidupan sosial dalam Islam

adalah satu bagian asasi yang pokok dari sekian tanggungjawab

dilaksanakan oleh umat Islam. Kehidupan sosial dalam Islam sangat

terkait dengan Al-Qur’an dan Hadits, dari sejak zaman nabi hingga rasul,

kehidupan sosial secara Islam sudah ditata sedemikian rupa oleh Allah

SWT melalui firman dan wahyu yang Ia turunkan melalui utusan-utusan-

Nya. Dalam kehidupan sosial ini mayarakat bekerja sama dengan

pemerintah untuk merealisasikan pengayoman masyrakat.

2. Perbandingan antara Kehidupan Sosial dalam Islma dengan Kapitalisme

dan Komunisme

a. Kapitalisme

Kapitalisme adalah kaum bermodal; orang yg bermodal besar;

golongan atau orang yg sangat kaya, namun dalam Islam

kepemilikan atau hak memiliki harus tunduk kepada kemashlahatan

umat dan masyarakat. Sehingga kehidupan sosial dalam Islam tidak

ada titik temunya dengan kapitalisme karena bertolak belakang

karena kapitalisme adala sebuah ideology yang mendorong

seseorang untuk berkuasa dan memiliki/membeli apa pun dengan

segala yang ia punya untuk menjajah dan menindas kaum minoritas.

6

Page 2: Bab iii makalah agama

b. Komunisme

Kehidupan sosial menurut islam itu benar menurut watak dan

kepentingan hidup manusia, dalam komunisme yang dikemukakan

oleh Karl Max menyebutkan bahwa hak milik tidak diakui namun

dalam kenyataannya tidak demikian. Paham komunisme menerapkan

hak kepemilikan perorangan (tertera dalam UUD Rusia pasal 10).

Allah SWT berfirman :

ق�م� � ف�أ و�ج�ه�ك� لد�ين� �يف�ا ن ح� ت� ف�ط�ر� �ه� الل �ي �ت ال ف�ط�ر� �اس� الن �ه� �ي ع�ل ال� �د�يل� �ب ت

‹ �ق�› ٠٣ ل �خ� ل �ه� الل ذ�*ل�ك� الد�ين, �م, �ق�ي ال �*ك�ن� و�ل �ر� �ث ك� أ �اس� الن ال� �م,ون� �ع�ل ي

Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada

agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan

manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah.

(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui. (Q.S. Ar-Ruum : 30)

Kehidupan sosial menurut Islam dalam memberikan hak milik

perorangan itu dengan tujuan agar bakat-bakat yang dimiliki

manusia dalam masing-masing bidang dapat tersalurkan dan

berkembang baik serta wajar. Kehidupan sosial menurut Islam dapat

menimbulkan kegotong-royongan antar seluruh lapisan masyarakat.

Dalam komunisme, mereka tidak mengenal agama dan tidak

memercayai manusia beragama karena dapat menghalangi kemajuan

berpikir dan tidak memercayai orang bukan komunis. Mereka lebih

percaya kepada sesame orang yang sesame komunis. Komunis juga

tidak memercayai kepribadian manusia.

Dalam penjelasan di atas sangatlah jelas bahwa kehidupan

komunis sangat berbanding terbalik dengan kehidupan sosial.

menurut Islam.

B. Bekerja dalam Perspektif Islam

Islam merupakan satu-satunya agama yang sarat dengan amal (kerja),

kualitas keimanan seorang muslim dilihat dari mengaktualisasikan ajaran

7

Page 3: Bab iii makalah agama

Islam dalam praktek kehidupan sehari-harinya. Orang Islam yang mengaku

dirinya mukmin haru meyakini bahwa pekerjaan adalah sebuah kehormatan

dan mediator Allah SWT untuk memenuhi segala macam kebutuhan. Islam

memberikan batasan terhadap halal-haram dalam hal yang menyangkut jenis

pekerjaan.

1. Motivasi Kerja.

Motivasi bekerja hanya semata-mata dari dan untuk Allah SWT

sebagai wujud kesadaran diri sebagai makhluk-Nya. Motivasi sangat

penting karena secara naluri manusia mengharap imbalan dari apa yang

dikerjakan. Firman Allah SWT dalam Qur’an Surah Al-Jumu’ah ayat 10

yang artinya “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu

di uka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak

supaya kamu beruntung”. Ayat ini menegaskan bahwa melakukan usaha

dan aktifitas kerja stelah melakukan shalat menunjukkan keyakinan kita

terhadap sang pencipta sehingga tidak ada lagi rasa pesismis dan apatis.

Dalam bekerja kita dapat menggunakan prinsip manajemen yang

sering digunakan yaitu “POAC”, planning, organizing, actuating and

contolling.

2. Kewajiban Bekerja.

Allah memerintahkan langsung kepada manusia untuk berkarya di

muka bumi ini sebagai tempat dan sumber rizki. Dalam hadits tertera :

“Apabila kalian selesai melaksanakan shalat Shubuh, janganlah kalian

tidur dan enggan mencari rizki kalian.” (H.R. Thabrani)

“Mencari barang yang halal itu wajib bagi setiap muslim.” (H.R.

Thabrani)

Jenis-jenis usaha dalam Islam :

a. Berdagang.

b. Kerajinan tangan.

c. Pertanian.

d. Peternakan.

e. Jihad.

78

Page 4: Bab iii makalah agama

f. Perburuhan.

g. Keguruan.

3. Hikmah Bekerja.

Berusaha dan berikhtiar dalam rangka mencari rizki dan karunia

Allah SWT adalah wajib. Hikmah kita dalam bekerja adalah :

a. Membina ketentraman dan kebahagiaan.

b. Memenuhi nafkah keluarga.

c. Sebagai sarana ibadah.

d. Menolak kemungkaran.

4. Etos Kerja Muslim

Etos kerja berasal dari bahasa Yunani yang berarti seuatu yang

diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja, dari

kata ini lahir kata ethic yaitu pedoman, moral dan perilaku.

a. Kerja adalah sebuah keharusan.

b. Kerja yang shaleh.

Kerja yang sesuai, bermanfaat dan memenuhi syarat serta nilai-

nila dengan cara :

1) Memahami latar belakang pendidikan.

2) Tauhid sebagai spirit kerja.

c. Sence of belonging untuk mencapai keberkahan hidup.

Diartikan sebagai keterikatan, kebersamaan atau dengan kata

lain gotong royong, langkah-langkahnya adalah :

1) Mencintai pekerjaan (yuhibbu).

2) Tekun (Al-Itqan).

Setelah melakukan pekerjaan akan mendapat imbalam sesuai dengan

usaha dan aktifitasnya yaitu bersifat benda, rasa, karsa dan keturunan.

d. Ciri etos kerja.

1) Memiliki jiwa kepemimpinan.

2) Selalu berhitung.

3) Penghargaan terhadap waktu.

4) Kerja sama.

79

Page 5: Bab iii makalah agama

5) Optimisme.

6) Tidak pernah merasa puas berbuat kebajikan.

e. Faktor penghambat etos kerja.

1) Khurafat dan Tahayaul.

2) Alon-alon asal klakon.

3) Gampangan (gimana nanti).

4) Patalistis (nerimo).

5) Mangan ora mangan kumpul.

6) Salah persepsei (kerja kasar adalah hina).

7) Jimat atau mascot.

C. Masyarakat Mardlotillah

Islam telah menggariskan semua hukum-hukumnya termasuk tentang

kemasyarakatan atas dasar tauhid. Al-Qur’an telah menjelaskan perbedaan

masyarakat Islam dengan masyarakat lainnya. Masyarakat Islam dapat

dibedakan dari segi anatominya, dimana karakteristik-karakteristik tersirat

dalam Al-Qur’an. Yusuf Al-Qardhawi dalam buku Anatomi Masyarakat

Islam (1999) telah mengidentifikasi karakteristik anatomi masyarakat Islam

sebagai berikut:

1. Aqidah dan keimanan, menurutnya ada pilar inti dan unsur esensial yang

menjadi landasan terbentuknya individu atau masyarakat yang berkualitas

secara moral, mental, dan mengemban amanat dari Rabb-Nya.

2. Manifestasi dari unsur tauhid itu adalah terlaksananya syiar-syiar ysng

berbentuk ibadah, baik ibadah ritual maupun sosial.

3. Mengharmonisasikan antara akal dan wahyu, mengaitkan antara agama

dan dunia, mensinkronkan antara ketetapan prinsip syariat dengan tuntutan

perkembangan zaman, menyeimbangkan antara hal-hal yang konstan dan

variabel, memadukan antara nilai salafi dan pembaharuan, mengambil

inspirasi aktual, menyongsong masa depan, dan mempercayai toleransi

tanpa adanya penyepelean prinsip.

4. Terwujudnya rasa persaudaraan, cinta, dan kasih sayang lintas geografis

bsngsa dan negara dalam realita konkrit dan kondisi praktis.

710

Page 6: Bab iii makalah agama

5. Tidak ada dikontomi antara ilmu dan akhlak, politik, ekonomi, budaya,

dan akhlak. Menjunjung tinggi adab susila yang mulia.

6. Penerapan nilai-nilai perikemanusiaan dalam berbagai bentuk, yaitu ilmu,

amal, kebebasan, persaudaraan, musyawarah, keadilan, saling tolong

menolong, saling mendukung, saling kasih sayang, dan kesetiakawanan

sosial di bidang material dan moral.

7. Menerapkan syariat Ilahi dan merujuk kepadanya dalam seluruh aspek

kehidupan, baik yang bersifat ibadah ritual maupun muamalah.

Ali Abdul Halim Mahmud (1996) dalam bukunya “Karakteristik

Ummat Terbaik” menjelaskan bahwa, mabda dalam membangun ummat ialah

aqidah yang tidak mengenal fanatisme kebangsaan dan tidak akan

tergoyahkan oleh zaman dan tempat, serta diikat oleh rasa persaudaraan

seagama, persaudaraan dalam beramal dan perilaku.

Prinsip-prinsip dalam membangun ummat berdasarkan pada penjelasan

Al-Qur’an tentang:

1. Asas akhlak, yaitu manusia bebas melakukan tindakan-tindakannya

dengan penuh raasa tanggungjawab dan adanya keharusan untuk menjaga

apa yang dihalalkan dan diharamkan Allah.

2. Asas kemasyarakatan, yaitu memberikan keleluasaan kepada orang-orang

yang taat kepada Allah dan mempersempit gerak bagi yang suka

bermaksiat kepada Allah.

3. Asas politik, yaitu bahwa dengan berdirinya Daulah Islamiyah bertujuan

untuk memberlakukan syariat dan hukum-hukum Allah.

4. Asas perekonomian, yaitu perekonomian yang mengakui dan menghormati

hak milik pribadi tanpa mengabaikan fungsi sosial dan penggunaan harta

terikat oleh hukum Allah.

5. Asas amar ma’ruf dan nabi munkar merupakan asas kebijakan yang

penting dalam membangun ummat Islam.

6. Asas jihad fi sabilillah untuk menjunjung tinggi kalimat Allah dan

merupakan puncak dari harakat Islamiyah.

711

Page 7: Bab iii makalah agama

Selanjutnya Al-Qur’an menjelaskan masyarakat yang dicita-citakan

oleh Islam, masyarakat ideal, masyarakat itu adalah “Masyarakat

Mardhatillah”. Masyarakat tersebut terbangun dan terbina oleh dan dalam

struktur yang berpolakan hukum-hukum Allah dengan sumbernya Al-Qur’an

dan Sunnah Rasul. Masyarakat mardhatillah juga dikenal dengan sebutan

“Baldatun Thayibayun wa Rabbun Ghafuur”. Kaelany (1992: 124) merinci

kriteria-kriterianya sebagai berikut:

1. Ummat yang satu (Q.S. 2 : 213)

“Manusia adalah umat yang satu..”. (al-Baqarah : 213)

2. Terdiri dari berbagai suku bangsa (Q.S. 49 :13).

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa

dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya

orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang

paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi

Maha Mengenal.”

3. Yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa (Q.S. 49:13)

4. Tegaknya musyawarah dalam berbagai urusan (Q.S. 3:159) (Q.S. 42:38)

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah

lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah

mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan

mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan

tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan

Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)

dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian

dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”

5. Tegaknya keadilan (Q.S. 5:8, Q.S. 6:152, Q.S. 4:58, Q.S. 16:90)

712

Page 8: Bab iii makalah agama

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan

adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,

mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu

lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya

Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

6. Tumbuhnya persatuan dan kejemaahan (Q.S. 3:103, Q.S. 8:63, Q.S.

48:29).

“dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman).

walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi,

niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah

telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi

Maha Bijaksana.”

7. Adanya kepemimpinan yang berwibawa dan taat kepada Allah (Q.S. 4:59)

“ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan

Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al

Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada

Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan

lebih baik akibatnya.”

8. Tidak saling menghina antara sesama anggota (Q.S. 49:11).

Disamping itu dalam masyarakat Mardhatillah terpenuhinya hak dan

kewajiban anggota seperti:

Belajar dan mengajar serta mendapatkan pendidikan (Q.S. 16:75,

Q.S. 39:9, Q.S. 58:11).

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah

akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah

kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

713

Page 9: Bab iii makalah agama

a. Mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahliannya (Q.S. 17:84).

Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya

masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih

benar jalanNya.

b. Mendapatkan perlindungan keamanan, baik jiwa, fisik maupun

hartanya (Q.S. 5:32,38,Q.S. 2:179)

“oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,

bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena

orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat

kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh

manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan

seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan

manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka

Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang

jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh

melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”

c. Beriman dan bertaqwa (Q.S. 7 : 96)

“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan

bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah

dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu,

Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."

Dari esensi ayat-ayat Al-Qur’an dan melalui penjelasan para ahli

diatas, dapat saya ungkapkan bahwa masalah kemasyarakatan sangat

mendapatkan porsi tersendiri. Oleh karena itu berbicara mengenai Al-

Qur’an dan kemasyarakatan, bahwa Al-Qur’an sebagai sumber persoalan

kemasyarakatan.

Istilah lain yang dikembangkan para ahli untuk mengaktualisasikan

nilai-nilai Al-Qur’an dengan masyarakat Madani, masyarakat madani

merupakan contoh konkrit dari masyarakat mardhatillah.

Masyarakat madani menurut Dewan Raharjo (1999 : 152) adalah:

714

Page 10: Bab iii makalah agama

Masyarakat yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan umum disebut al-

khair. Masyarakat seperti ini harus dipertahankan dengan membentuk

persekutuan-persekutuan, perkumpulan, perhimpunan, atau asosiasi yang

memiliki visi dan pedoman perilaku. Mula-mula Allah memerintahkan untuk

melakukan suatu integrasi sosial dengan ikatan-ikatan persatuan, yang

dinyatakan dalam ayat 103 surat Ali-Imran:

“dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan

janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu

ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah

mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-

orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu

Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Dasar utama masyarakat madani adalah persatuan atau integrasi sosial

yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik

dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu

persaudaraan.

715