Bab III Landasan Teori - · PDF filePelapukan mekanik terjadi karena perubahan fisik, dimana...

download Bab III Landasan Teori - · PDF filePelapukan mekanik terjadi karena perubahan fisik, dimana tidak ada perubahan kimia pada batuan tersebut. Disebabkan karena perbedaan temperatur

If you can't read please download the document

Transcript of Bab III Landasan Teori - · PDF filePelapukan mekanik terjadi karena perubahan fisik, dimana...

  • 17

    Bab III Landasan Teori 3.1 Pelapukan

    Batuan beku yang terdapat di daerah penelitian pada awalnya terbentuknya

    berada jauh di kerak samudera serta pada kondisi tekanan dan temperatur yang

    tinggi. Dengan terjadinya tektonik pada kerak samudera, maka batuan tersebut

    terangkat dan tersingkap di permukaan bumi.

    Batuan dasar yang terdapat di permukaan hampir semuanya telah berubah.

    Disebabkan karena tekanan dan temperatur pada permukaan bumi berbeda dengan

    tekanan dan temperatur pada awal pembentukannya, maka secara perlahan-lahan

    batuan tersebut akan mengalami perubahan untuk mencapai kesetimbangan yang

    baru. Pelapukan pada batuan merupakan proses perubahan fisik maupun kimia

    batuan, proses ini terjadi akibat perubahan lingkungan.

    Proses pelapukan pada batuan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pelapukan

    mekanik dan pelapukan kimia.

    Pelapukan Mekanik

    Pelapukan mekanik terjadi karena perubahan fisik, dimana tidak ada perubahan

    kimia pada batuan tersebut. Disebabkan karena perbedaan temperatur yang besar

    pada waktu siang dan malam, maka batuan tersebut akan mengalami ketegangan-

    ketegangan yang menyebabkan batuan tersebut pecah.

    Pelapukan Kimia

    Pelapukan kimia merupakan proses yang mengubah struktur dalam mineral

    dengan pengurangan atau penambahan unsur pada mineral tersebut. Batuan yang

    mengalami pelapukan kimia akan terjadi perubahan komposisi mineral pada

    batuan tersebut.

  • 18

    Proses pelapukan yang terjadi pada daerah penelitian didominasi oleh proses

    pelapukan secara kimia. Pelapukan tersebut telah mengubah komposisi mineral

    batuan pada awal pembentukan menjadi mineral baru. Dalam proses pelapukan,

    air menjadi media yang sangat penting dalam mengubah komposisi mineral. Air

    akan mengoksidasi mineral dalam batuan yang dilaluinya.

    Batuan dasar di daerah penelitian adalah peridotit, merupakan batuan ultrabasa

    yang mengandung mineral olivine. Pada daerah tropis, mineral olivine sangat

    tidak stabil sehingga lapuk dan mengalami perubahan komposisi mineral. Mineral

    olivine terdekomposisi membentuk mineral lain yang kaya akan mineral ekonomis

    seperti nikel, besi, dan kobalt.

    3.2 Genesa Nikel Laterit

    Proses terbentuknya endapan nikel sekunder (laterit) dimulai dengan proses

    pelapukan pada batuan peridotit. Batuan tersebut banyak mengandung olivin,

    magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya mengandung 0.3 % nikel.

    Batuan peridotit sangat mudah terpengaruh oleh proses pelapukan di mana

    airtanah yang kaya CO2 yang berasal dari udara luar dan tumbuh-tumbuhan

    akan menghancurkan olivin. Penguraian olivine, magnesium, besi, nikel, dan

    silikat ke dalam larutan, cenderung membentuk suspensi koloid dari partikel-

    partikel silika.

    Larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri

    hidroksida. Endapan tersebut akan menghilangkan air dengan membentuk

    mineral-mineral seperti goethite (FeO(OH)), hematite (Fe2O3), dan kobalt,

    sehingga besi oksida mengendap dekat dengan permukaan air tanah.

    Magnesium dan nikel silikat tertinggal di dalam larutan selama air tanah bersifat

    asam, tetapi jika bereaksi dengan batuan dan tanah maka zat-zat tersebut

    cenderung mengendap sebagai hidrosilikat.

  • 19

    Adanya erosi air tanah asam dan erosi di permukaan akan melarutkan

    mineral-mineral yang telah terendapkan. Zat-zat tersebut terbawa ke tempat yang

    lebih dalam, sehingga terjadi pengayaan pada bijih nikel. Kandungan nikel pada

    saat terendapkan akan semakin bertambah banyak, dan selama itu magnesium

    tersebar pada aliran air tanah. Proses pengayaan bersifat kumulatif, di mana proses

    dimulai dari batuan yang mengandung 0.25 % nikel, sehingga akan menghasilkan

    1.5 % bijih nikel.

    Keadaan tersebut di atas merupakan kadar nikel yang sudah dapat ditambang, di

    mana waktu yang diperlukan untuk proses pengayaan tersebut mungkin dalam

    beberapa ribu tahun atau bahkan berjuta-juta tahun. Nikel laterit yang mempunyai

    kadar paling tinggi terdapat pada dasar zone pelapukan dan diendapkan pada

    rekahan di bagian atas dari lapisan dasar batuan (bedrock). Nikel laterit terjadi

    akibat dari proses pelapukan kimia pada kondisi iklim lembab dengan periode

    waktu yang lama di mana kondisi tektoniknya stabil (Butt dan Zeegers, 1992)

    Endapan nikel laterit terdapat pada lapisan bumi yang kaya akan besi. Pembagian

    yang sempurna dari besi dan nikel ke dalam zone-zone yang berbeda belum

    diketahui. Pengayaan besi dan nikel terjadi melalui pemindahan magnesium dan

    silika. Besi di dalam banyak berbentuk mineral ferri oksida yang pada umumnya

    membentuk gumpalan (disebut limonit). Endapan nikel dapat ditunjukkan dengan

    adanya jenis limonit tersebut atau sebagai nickel ferrous iron ore. Hal tersebut

    berlawanan dengan nikel bertipe silikat (yang kadang-kadang disebut sebagai bijih

    serpentin) di mana pemisahan nikel dan besi lebih baik.

    Pelapukan akan melarutkan silikat dan unsur-unsur logam dari batuan induk akan

    menghasilkan bijih nikel limonit. Nikel silikat banyak terbentuk di daerah

    beriklim tropis seperti Indonesia dan Kaledonia Baru. Daerah tersebut dengan

    curah hujan cukup tinggi dan banyak tumbuh-tumbuhan yang teruraikan sehingga

    menimbulkan asam organic dan CO2 pada air tanah.

  • 20

    Gambar 3.1 Skema pembentukan nikel laterit (Darijanto, 1988)

    3.3 Klasifikasi Nikel laterit

    Klasifikasi nikel laterit berdasarkan perubahan kandungan mineral, dapat

    dibedakan menjadi 3 tipe (Brand et al, 1998):

    Sedikit pelindiaan pada zona limonit selama musim hujan

    Kosentrasi residu Fe dan Chromait Ni pada Geothit Al-oxida, Mineral lempung

    Mn-hydroxida (+CO) Cr-spinel

    Penguapan, pengendapan Si, Al selama musim kering

    Larutan yang naik akibat kapila-ritas

    ZONA PELINDIAN Silikat yang mengandung Ni

    terobah Mg, Si dan Nikel larut

    Pengendapan kembali Ni, Mg, Si Pada celah-celah mis : Sebagai : - garnierit - krisopras

    Sebagian Mg mengendap kembali sebagai kosentrasi celah pada batuan asal sebagai : - magnesit - serpentinit

    PERIDOTIT - SERPENTINIT

    SERPENTINISASI

    ULTRABASA

    AIR HUJAN YANG KAYA CO2

    Pengurangan Larutan yang mengandung Ni, Mg, Si

    Pembawa Larutan yang mengandung Ni, Mg, Si

  • 21

    3.3.1 Endapan silikat hydrous (Hydrous silicate deposits)

    Endapan silikat hydrous ini adalah endapan nikel laterit yang mempunyai kadar

    Ni paling tinggi yang berkisar 1,8 - 2,5%, saprolit bagian bawah merupakan

    horison bijih (ore) sedangkan mineral bijih adalah silikat Mg-Ni hydrous. Tipe ini

    dibentuk oleh alterasi mineral primer batuan seperti serpetin dan garnerit. 3.3.2 Endapan silikat lempung (Clay silicate deposits)

    Dalam endapan ini, terjadinya pelapukan oleh air tanah Si akan terurai sebagian,

    sebagian lagi bergabung dengan Fe. Ni dan Al akan membentuk mineral lempung

    (clay) seperti nontronite dan saponite, biasanya terdapat di bagian atas saprolit

    dan protolith. Serpentin yang kaya akan Ni juga dapat digantikan oleh smektit

    atau kuarsa jika di pengaruhi oleh air tanah yang cukup lama. Kandungan Ni rata-

    rata 1.0-1.5%. 3.3.3 Endapan oksida (Oxside deposits)

    Enpadan laterit oksida, atau dikenal juga sebagai endapan limonit. Ni banyak

    mengandung oksida Fe, terutama geothite. Terdapat juga oksida Mn yang

    diperkaya dalam Co, dimana kandungan Ni rata-rata 1,0-1,6%.

    Gambar 3.2 Klasifikasi nikel laterit berdasarkan perubahan kandungan mineral

    (Brand et al, 1998)

  • 22

    3.4 Faktor Genesa Pembentukan Nikel Laterit

    Komposisi Protolith

    Protolith untuk endapan Ni laterit didominasi oleh batuan ultramafik yang

    mengandung kadar olivin forsteritik yang tinggi dengan kandungan Ni antara 0.2

    dan 0.4 % berat. Beberapa endapan kecil terbentuk dari batuan sedimen, yang be-

    rasal dari pelapukan batuan ultramafik. Jarang sekali, regolith pada tipe batuan

    lain memiliki kandungan yang kaya nikel.

    Protolith yang paling banyak dijumpai adalah peridotit harzburgitik yang seba-

    gian atau seluruhnya telah mengalami serpentinisasi. Secara alami protolith me-

    miliki kendali mendasar terhadap genesis (pembentukan) endapan. Pada umum-

    nya, batuan ini secara mineralogi dan kimiawi memiliki komposisi terbatas, dan

    mineral utamanya olivin, serpentin, dan piroksen (pyroxene) sangat rentan terha-

    dap terhadap pelapukan dalam lingkungan tropis

    Jenis endapan Ni laterit hanya sebagian yang dikontrol oleh litologi. Tiap jenis

    dari ketiga kelas endapan dapat terbentuk pada peridotit, namun pada protolith

    dunit, endapan oksida mendominasi. Nikel laterit pada batuan kaya-olivin yang

    tidak mengalami serpentinisasi tidak terdokumentasi cukup baik, namun

    cenderung membentuk endapan oksida dengan unit saprolitik yang tipis dan

    berbatu. Protolith yang mengalami serpentinisasi sebagian atau keseluruhan

    biasanya menghasilkan endapan saprolit yang lebih tebal, namun kadarnya

    cenderung lebih rendah dengan meningkatnya alterasi (perubahan). Endapan

    silikat lempung dilaporkan hanya ditemukan dari peridotit ter-serpentinisasi;

    sejauh ini baru diidentifikasi memiliki potensi ekonomis. Serpentinisasi juga

    berperan terhadap kar