BAB III Kerangka Pemikiran_ I10rap

download BAB III Kerangka Pemikiran_ I10rap

of 10

description

BAB III Kerangka Pemikiran_ I10rap

Transcript of BAB III Kerangka Pemikiran_ I10rap

  • 18

    KERANGKA PEMIKIRAN

    Protein sebagai salah satu zat gizi yang diperlukan tubuh, memegang

    peranan penting dalam proses pertumbuhan, pengganti sel tubuh yang rusak,

    dan sebagai katalisator. Fungsi protein tersebut merupakan fungsi khas yang

    tidak dimiliki oleh zat gizi lain. Hal inilah yang menyebabkan protein sangat

    dibutuhkan oleh remaja yang sedang berada dalam masa pertumbuhan dan

    perkembangan. Pada masa ini remaja memerlukan zat gizi dalam jumlah yang

    relatif besar dan bila konsumsinya tidak seimbang maka dapat menimbulkan

    masalah gizi.

    Konsumsi pangan dan penyakit infeksi merupakan faktor yang

    berpengaruh langsung terhadap keadaan gizi remaja. Namun, penyakit infeksi

    tidak diteliti dalam penelitian ini karena penyakit infeksi jarang terjadi pada

    kelompok usia remaja. Konsumsi pangan termasuk konsumsi protein dipengaruhi

    oleh kebiasaan makan dan ketersediaan makanan. Pola konsumsi pangan

    individu atau keluarga dapat berfungsi sebagai cerminan dari kebiasaan makan

    individu atau keluarga. Ketersediaan makanan tidak diteliti lebih lanjut dalam

    penelitian ini.

    Kebiasaan makan yang diteliti dalam penelitian ini adalah kebiasaan

    makan lengkap, kebiasaan sarapan, kebiasaan mengkonsumsi susu, dan

    kebiasaan mengkonsumsi pangan hewani. Pangan hewani termasuk susu kaya

    dalam protein bermutu tinggi karena memiliki pola asam amino yang menyerupai

    pola kebutuhan asam amino manusia. Semakin tinggi frekuensi makan lengkap,

    maka akan memberi peluang semakin meningkatnya frekuensi konsumsi pangan

    hewani. Frekuensi dan jumlah konsumsi pangan hewani yang memenuhi

    kebutuhan konsumsi pangan juga akan memberikan peluang semakin

    terpenuhinya kecukupan gizi remaja termasuk zat gizi protein. Kecukupan protein

    sangat ditentukan oleh umur, jenis kelamin dan berat badan. Tingkat kecukupan

    protein merupakan perbandingan antara jumlah konsumsi protein dengan angka

    kecukupan yang dianjurkan.

    Kebiasaan makan dipengaruhi oleh karakteristik individu dan keadaan

    sosial ekonomi keluarga remaja. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan serta

    preferensi remaja terhadap suatu pangan juga berpengaruh terhadap kebiasaan

    makan. Dengan pengetahuan gizi yang baik remaja mampu menentukan pilihan

    pangan yang baik dan sehat untuk dikonsumsi. Preferensi juga sangat

  • 19

    menentukan pilihan remaja terhadap pangan tertentu untuk dikonsumsi, yang

    akhirnya menentukan kebiasaan makan.

    Keadaan sosial ekonomi keluarga remaja yang diteliti dalam penelitian ini

    meliputi pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan

    jumlah keluarga. Semakin tinggi pendidikan orang tua remaja maka akan

    memungkinkan orang tua memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap suatu

    hal termasuk konsumsi pangan keluarga yang bergizi. Pendidikan yang tinggi

    akan memberikan peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang

    baik yang akhirnya akan menentukan tingkat pendapatan orang tua. Pendapatan

    termasuk penentu baik atau buruknya keadaan gizi seseorang atau sekelompok

    orang karena merupakan faktor langsung yang menentukan kualitas dan

    kuantitas pangan yang dikonsumsi. Besar keluarga juga berkaitan dengan

    pemenuhan kebutuhan individu karena berpengaruh terhadap pengeluaran

    rumah tangga. Uraian di atas dapat disajikan dalam suatu bagan yang

    menyajikan hubungan antara pola konsumsi pangan hewani dan status gizi

    remaja.

  • 20

    Gambar 1 Hubungan antara faktor yang berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan hewani dan status gizi remaja

    Karakteristik sosial ekonomi keluarga - Pendidikan orang tua - Pekerjaan orang tua - Pendapatan orang tua - Jumlah keluarga

    Pengetahuan Gizi

    Karakteristik individu - Usia - Jenis kelamin

    Pola Konsumsi Pangan Hewani Remaja

    Kebiasaan Makan - Frekuensi makan - Kebiasaan sarapan - Kebiasaan konsumsi susu - Kebiasaan konsumsi

    pangan hewani

    Sumbangan protein hewani terhadap

    tingkat kecukupan energi dan protein

    Status Gizi Remaja

    Preferensi Pangan Hewani

  • 21

    METODE PENELITIAN

    Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

    Desain penelitian ini adalah cross-sectional study dimana pengumpulan

    data dilakukan pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik sampel dan

    hubungan antar variabel (Singarimbun & Effendi 1995). Penelitian ini dilakukan di

    Kota dan Kabupaten Bogor pada dua Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)

    dengan karakteristik yang berbeda.

    Sekolah yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah SMAN 2 Bogor dan

    SMAN 1 Ciampea. Kedua sekolah tersebut dipilih secara purposive dengan

    alasan remaja yang berada di kedua sekolah tersebut masing-masing memiliki

    karakteristik sosial ekonomi yang berbeda. SMAN 2 Bogor mewakili karakteristik

    wilayah perkotaan dengan status sosial ekonomi tinggi dan SMAN 1 Ciampea

    yang berada di Kabupaten Bogor mewakili wilayah perdesaan dengan status

    sosial ekonomi rendah. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan. Pengumpulan

    data primer dilakukan pada bulan Mei hingga Juni dengan cara membagikan

    kuesioner dan wawancara kepada remaja maupun pihak sekolah.

    Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putera dan puteri

    kelas XI pada kedua sekolah yang terpilih sebagai lokasi penelitian.

    Pertimbangan memilih siswa kelas XI adalah bahwa siswa kelas yang

    bersangkutan telah mengikuti pendidikan dalam kondisi stabil dan telah

    beradaptasi dengan lingkungan sekolah, siswa kelas X tidak dipilih dengan

    alasan masih membutuhkan penyesuaian dengan lingkungan sekolah dan siswa

    kelas XII telah sibuk dengan kegiatan Ujian Negara (UN).

    Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 120

    remaja yang terdiri dari 60 remaja SMAN 2 Kota Bogor dan 60 remaja SMAN 1

    Ciampea. Penarikan contoh dilakukan dengan metode Stratified Random

    Sampling pada masing-masing sekolah. Teknik penarikan contoh disajikan pada

    gambar berikut:

  • 22

    Stratified random sampling

    Gambar 2 Cara penarikan contoh

    Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    Jenis data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

    primer meliputi karakteristik remaja (usia dan jenis kelamin), karakteristik sosial

    ekonomi keluarga (pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang

    tua dan jumlah keluarga), pengetahuan gizi remaja, kebiasaan makan dan

    preferensi pangan hewani remaja, pola konsumsi pangan hewani dan

    sumbangan protein hewani terhadap tingkat kecukupan energi dan protein, serta

    status gizi remaja. Informasi ini diperoleh melalui wawancara menggunakan

    kuesioner yang ditujukan pada remaja.

    Data sekunder diperoleh dari pihak sekolah yang berupa data keadaan

    umum lokasi penelitian dan data pendukung lainnya. Jenis dan cara

    pengumpulan data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.

    Bogor

    SMAN 2 Bogor (346 remaja)

    SMAN 1 Ciampea (217 remaja) Purposif

    60 remaja

    31 laki-laki

    60 remaja

    29 perempuan

    28 laki-laki

    32 perempuan

    Kota Bogor Kabupaten Bogor

  • 23

    Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data

    Jenis Data Sumber Cara Pengumpulan Data

    Primer 1) Karakteristik individu

    - Usia - Jenis Kelamin

    2) Karakteristik Keluarga - Pendidikan orang tua - Pekerjaan orang tua - Pendapatan orang tua - Besar Keluarga

    Remaja

    Remaja

    Wawancara

    Wawancara

    3) Pengetahuan gizi Remaja Pengisian kuesioner 4) Kebiasaan makan dan

    preferensi pangan hewani Remaja Wawancara

    5) Konsumsi pangan hewani Remaja Recall 2x24 jam 6) Status Gizi

    - Berat badan - Tinggi badan

    Remaja Pengkuran BB dengan timbangan dan TB dengan

    micro-toise

    Sekunder 1) Keadaan umum SMA N 2 Bogor

    dan SMA N 1 Ciampea

    Sekolah

    Pengambilan data-data yang berkaitan kepada

    pihak sekolah

    Pengolahan dan Analisis Data

    Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan program

    komputer Microsoft Excell dan SPSS versi 13.0 for windows. Proses pengolahan

    meliputi entry, coding, editing, cleaning, dan analisis. Hasil pengolahan data

    selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik. Analisis statistik korelasi

    Rank Spearman digunakan untuk menguji hubungan antar variabel yang bersifat

    ordinal, sedangkan analisis korelasi Pearson digunakan untuk menguji hubungan

    antar variabel yang bersifat skala (rasio dan interval). Analisis perbandingan juga

    digunakan untuk membandingkan rata-rata antara dua kelompok sampel data

    dengan menggunakan independent-sample T test. Program WHO Anthroplus

    digunakan untuk mengolah data status gizi remaja. Dalam rangka memperdalam

    analisis, dilakukan pengelompokkan atau pengkategorian terhadap beberapa

    variabel terterntu. Daftar jenis variabel dan batasan kategori variabel dapat dilihat

    pada lampiran 2.

    Uang Saku. Data uang saku remaja diolah dengan mengelompokkannya

    menjadi 3 kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kategori tersebut diperoleh

    dengan cara mengelompokkan uang saku remaja dengan mencari simpangan

    kuartilnya.

    Pendidikan orang tua. Data tingkat pendidikan orang tua diolah dengan

    mengelompokkannya menjadi enam kategori, yaitu tamat SD atau sederajat,

    tamat SMP atau sederajat, tamat SMA atau sederajat, Diploma atau Akademi,

    dan Sarjana atau Pascasarjana.

  • 24

    Besar keluarga. Data besar keluarga diperoleh dengan menanyakan

    kepada remaja jumlah anggota keluarganya. Data yang diperoleh kemudian

    dikelompokkan menjadi keluarga kecil (4 orang), keluarga sedang (5-7 orang),

    dan keluarga besar (8 orang) (Hurlock 1998).

    Pengetahuan gizi. Pengetahuan gizi remaja diukur dengan 20

    pertanyaan pilihan ganda tentang sumber, jenis, fungsi, dan akibat konsumsi

    protein yang tidak memadai. Skor yang diberikan yaitu 1 jika jawaban benar dan

    jika salah diberi skor 0. Selanjutnya tingkat pengetahuan gizi dikategorikan

    dengan menetapkan cut off point dari skor yang telah dijadikan dalam bentuk

    persen. Penilaian tingkat pengetahuan gizi dibagi menjadi 3 yaitu kurang, sedang

    dan baik. Jika contoh mendapatkan total skor 80% maka termasuk

    kategori baik (Khomsan 2000).

    Kebiasaan makan. Kebiasaan makan remaja dinilai dari 6 pertanyaan

    tentang: 1) Frekuensi makan lengkap setiap hari; 2) Frekuensi sarapan pagi; 3)

    Frekuensi mengkonsumsi susu; 4) Frekuensi mengkonsumsi lauk hewani. Dalam

    hal pertanyaan tentang frekuensi mengkonsumsi susu dan frekuensi

    mengkonsumsi lauk hewani, kriteria jawaban dibagi menjadi empat yaitu: 1)

    Selalu, jika konsumsinya 5-7 kali/minggu; 2) Kadang-kadang, jika konsumsinya

    3-4 kali/ minggu; 3) Jarang, jika konsumsinya 1-2 kali/ minggu; 4) Tidak pernah.

    Frekuensi konsumsi pangan hewani. Frekuensi konsumsi pangan

    hewani dinilai terhadap pangan hewani yang sering dikonsumsi. Jenis-jenis

    pangan hewani dilihat dari daftar komposisi bahan makanan (DKBM). Frekuensi

    makan diukur dalam satuan kali per hari, kali per minggu, maupun kali per bulan.

    Preferensi pangan hewani. Preferensi pangan hewani dinilai terhadap

    pangan hewani yang disukai. Jenis-jenis pangan hewani dilihat dari daftar

    komposisi bahan makanan (DKBM). Penilaian meliputi pernyataan-pernyataan

    sangat suka, suka, tidak suka dan sangat tidak suka (Supariasa et al. 2001).

    Konsumsi Pangan. Data meliputi jenis dan jumlah pangan. Kemudian

    dikonversikan kedalam kandungan gizi, yaitu energi dan protein. Rumus yang

    digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi

    adalah (Hardinsyah & Briawan 1994) :

  • 25

    Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

    Keterangan :

    KGij = Penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan yang

    dikonsumsi

    Bj = Berat bahan makanan j (gram)

    Gij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j

    BDDj = persen bahan makanan j yang dapat dimakan

    Kemudian dihitung tingkat kecukupan zat gizinya dengan rumus:

    Konsumsi Zat Gizi Aktual

    Angka Kecukupan Gizi (AKG)

    Untuk menentukan AKG individu dapat dilakukan dengan melakukan

    koreksi terhadap berat badan, dengan rumus:

    Berat Badan Aktual (kg)

    Berat Badan Dalam daftar AKG

    Tingkat konsumsi energi dan protein dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

    defisiensi tingkat berat ( +2,0 SD Obesitas

    >+1,0 SD s/d +2,0 SD Overweight

    +1,0 SD s/d -2,0 SD Normal

  • 26

    Definisi Operasional

    Remaja adalah remaja SMAN 2 Kota Bogor dan remaja SMAN 1 Ciampea kelas

    XI yang dijadikan sebagai contoh dalam penelitian.

    Pendidikan Orang tua adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan

    oleh ayah dan ibu yang dikategorikan menjadi tamat SD, SMP, SMA, dan

    Diploma/Akademi, Sarjana/Pascasarjana.

    Pekerjaan Orang tua adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh ayah dan ibu

    remaja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, meliputi PNS/PS, bekerja di

    BUMN, TNI/Polri, wiraswasta dan ibu rumah tangga.

    Pendapatan Orang tua adalah banyaknya uang yang diperoleh orang tua yang

    diukur dengan cara menjumlahkan pendapatan orang tua dari hasil

    pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan) selama satu bulan,

    dinyatakan dalam Rp/kapita/bulan.

    Besar keluarga ialah banyaknya anggota keluarga inti yaitu ayah, ibu, dan anak

    yang biaya hidupnya menjadi tanggungan keluarga, dinyatakan dalam

    jiwa.

    Uang Saku adalah jumlah uang dalam rupiah yang diterima siswa per bulan

    yang digunakan untuk membeli makanan dan non makanan.

    Pengeluaran Pangan adalah alokasi uang saku remaja yang digunakan untuk

    membeli pangan.

    Pengetahuan Gizi adalah kemampuan kognitif serta pemahaman siswa tentang

    gizi dan pangan hewani. Pengetahuan diukur berdasarkan kemampuan

    siswa dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan gizi dan

    pangan hewani yang disiapkan dalam kuesioner. Pengetahuan gizi

    dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu kurang, sedang, dan tinggi

    (Khomsan 2000).

    Kebiasaan makan ialah perilaku individu yang diukur dalam hal kebiasaan

    makan lengkap, kebiasaan sarapan pagi, kebiasaan mengkonsumsi susu

    dan kebiasaan mengkonsumsi pangan hewani.

    Frekuensi makan lengkap ialah berapa kali contoh makan dalam sehari secara

    lengkap meliputi nasi, lauk, sayur atau buah-buahan.

    Preferensi pangan sumber protein hewani ialah tingkat kesukaan contoh

    terhadap jenis pangan sumber protein hewani dimulai dari sangat suka,

    suka, tidak suka dan sangat tidak suka.

  • 27

    Konsumsi Pangan Hewani adalah semua pangan hewani yang dikonsumsi

    remaja selama 2 x 24 jam, dihitung dalam satuan energi dan protein.

    Tingkat Konsumsi Pangan Hewani adalah persentase perbandingan antara

    konsumsi energi dan protein yang berasal dari pangan hewani dengan

    angka kecukupan energi dan protein yang berasal dari pangan hewani

    (AKPH) yang dianjurkan dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI,

    LIPI tahun 1998.

    Konsumsi Total adalah makanan sehari-hari yang dikonsumsi remaja selama 2

    x 24 jam, dihitung dalam satuan energi dan protein.

    Tingkat Konsumsi Total adalah persentase perbandingan antara konsumsi

    energi dan protein total dengan angka kecukupan energi dan protein total

    yang dianjurkan dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2004.

    Status Gizi adalah keadaan gizi contoh yang diakibatkan oleh konsumsi,

    penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan yang diukur secara

    antropometri berdasarkan indikator IMT (Riyadi 2001).