BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam...

34
37 BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN MANGONGKAL HOLI 3.1 Asal usul Batak Toba Dalam catatan sejarah bahwa asal-usul orang nenek moyang orang Batak yang berada di Sumatera berasal dari dua tempat yaitu; orang Batak berasal dari Asia Utara menuju ke Formosa di Filipina dan turun ke arah Selatan yang menjadi komunitas orang Toraja, Bugis, dan Makassar, setelah bergerak menuju Lampung, Sumatera Selatan, kemudian menyusuri pantai Barat hingga Barus dan naik ke pegunungan Bukit Barisan di Pusik Buhit kawasan Danau Toba, pendapat kedua yaitu orang Batak berasal dari India yang melakukan persebaran ke Asia Tenggara di negeri Mung Thai, Burma kemudian turun ke tanah genting kera di belahan utara Malaysia bergerak melayari semenanjung Malaka menuju ke pantai Timur Sumatera hingga di Batubara, dengan menyusuri sungai Asahan menuju ke Danau Toba atau dengan rute lain dari Malaka menuju pantai Barat Aceh, menuju Singkil, Barus, Sibolga, hingga kemudian menetap di Pusuk Buhit. 1 Menurut Sangti, bahwa suku Batak, adalah salah satu suku bangsa yang termasuk rumpun Melayu atau Indonesia tua dan mungkin juga termasuk tertua khususnya di Sumatera dan di Indonesia umumnya. 2 Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa orang Batak sudah berada sejak 800 sampai 1000 tahun yang lalu, mereka mendapatkan angka itu dari urutan marga-marga Batak yang ada, akan tetapi Malau menduga bahwa orang Batak sudah ada lebih dari 1500-2000 tahun yang lalu. 3 Selain itu Parlindungan berpendapat bahwa suku 1 Bungaran Amtonius Simanjuntak, Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2002), 75. 2 Batara Sangti, Sejarah Batak (Balige: Karl Sianipar Company, 1978), 16. 3 Gens Malau, Dolok Pusuk Buhit (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 17.

Transcript of BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam...

Page 1: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

37

BAB III

KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN MANGONGKAL HOLI

3.1 Asal usul Batak Toba

Dalam catatan sejarah bahwa asal-usul orang nenek moyang orang Batak yang berada

di Sumatera berasal dari dua tempat yaitu; orang Batak berasal dari Asia Utara menuju ke

Formosa di Filipina dan turun ke arah Selatan yang menjadi komunitas orang Toraja, Bugis,

dan Makassar, setelah bergerak menuju Lampung, Sumatera Selatan, kemudian menyusuri

pantai Barat hingga Barus dan naik ke pegunungan Bukit Barisan di Pusik Buhit kawasan

Danau Toba, pendapat kedua yaitu orang Batak berasal dari India yang melakukan

persebaran ke Asia Tenggara di negeri Mung Thai, Burma kemudian turun ke tanah genting

kera di belahan utara Malaysia bergerak melayari semenanjung Malaka menuju ke pantai

Timur Sumatera hingga di Batubara, dengan menyusuri sungai Asahan menuju ke Danau

Toba atau dengan rute lain dari Malaka menuju pantai Barat Aceh, menuju Singkil, Barus,

Sibolga, hingga kemudian menetap di Pusuk Buhit.1

Menurut Sangti, bahwa suku Batak, adalah salah satu suku bangsa yang termasuk

rumpun Melayu atau Indonesia tua dan mungkin juga termasuk tertua khususnya di Sumatera

dan di Indonesia umumnya.2 Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa orang Batak sudah

berada sejak 800 sampai 1000 tahun yang lalu, mereka mendapatkan angka itu dari urutan

marga-marga Batak yang ada, akan tetapi Malau menduga bahwa orang Batak sudah ada

lebih dari 1500-2000 tahun yang lalu.3 Selain itu Parlindungan berpendapat bahwa suku

1 Bungaran Amtonius Simanjuntak, Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba (Yogyakarta:

Penerbit Jendela, 2002), 75. 2 Batara Sangti, Sejarah Batak (Balige: Karl Sianipar Company, 1978), 16. 3 Gens Malau, Dolok Pusuk Buhit (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 17.

Page 2: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

38

bangsa Batak berasal dari pengunungan Burma, Siam, dan Kamboja dan telah tiba di tanah

Batak lebih dari 1000 tahun sehingga kedatangan imigran itu berlangsung selama tiga

gelombang yaitu gelombang pertama mendarat di Nias, Mentawai, Siberut, gelombang kedua

mendarat di muara sungai simpang dan gelombang ketiga mendarat di muara sungai Sorkam,

dari sana mereka memasuki pengunungan dan sampai di Danau Toba dan menetap di kaki

gunung Pusuk Buhit.4

3.2 Pengertian Batak Toba

Pengertian kata Batak sampai sekarang belum dapat dijelaskan dengan tepat dan

memuaskan, menurut Warneck, Batak memiliki pengertian “penunggang kuda yang lincah”,

tetapi menurut H.N Van Dier bahwa kata Batak yaitu “kafir”, ada juga yang mengatakan

bahwa “budak yang bercap atau bertanda.”5 Pada awalnya suku Batak sudah memiliki nama

yang disebut dengan “Batak” nama ini muncul setelah Siraja Batak ada. Banyak yang

berpendapat bahwa munculnya istilah “Batak” adalah sebuah kata yang berasal dari kata

“Bataha” yaitu nama sebuah negeri di Burma yang dahulu kala asal mula orang Batak

sebelum bergerak kepulau Nusantara dan dari kata “Bataha” kemudian beralih menjadi kata

“Batak”, karena itu penamaan suku bangsa dan tanah Batak tidaklah lahir di Sumatera

Utara.6

Menurut Parkin yang mengatakan bahwa istilah kata “Batak” berasal dari “Batah”

yang kemudian pengucapannya menjadi “Batak” karena adanya perubahan yang terjadi

dalam aksara Batak tua tidak adanya “k” sementara huruf “h” yang ada dalam setiap akhir

4 Mangaraja Onggang Parlindungan, Tuanku Rao (Medan: Tanjung pengharapan, 1964), 614-615. 5 Andar M Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

1996), 80 6 Sangti, Sejarah Batak, 26-27.

Page 3: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

39

kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak”

bukan saja bermakna penunjukkan sebuah marga di Sumatera melainkan bermakna

“menggembara”, “merampok”, “menyamun”, “dan “merampas”.8

3.3 Identitas Masyarakat Batak Toba

Menurut J. Pardede bahwa identitas masyarakat Batak dikenal dengan trilogi

identitasnya yang menonjol yaitu; adat, bahasa, dan marga, ketiganya merupakan suatu

kesatuan yang utuh. Adat tidak dapat dihadirkan tanpa sarana bahasa Batak, dan juga tanpa

kehadiran unsur marga yang terstruktur dalam falsafah orang Batak yaitu dalihan na tolu

yang terdiri dari hula-hula, boru, dan dongan sabutuha, pelaksanaan adat tidak mungkin

berjalan. Tiga dimensi inilah merupakan suatu keutuhan, yang nampaknya lama kelamaan

unsur marga mengambil kedudukan yang kuat dari ketiganya. Menurut Pardede bahwa

adanya arus moderenisasi, pengaruh Kristen dan Islam yang meredusir sebagian adat Batak,

akan tetapi tidak pernah menghentikan adat itu, dan juga dengan bahasa yang harus

dipertahankan dari desakan bahasa nasional secara dinamis telah menggeser bahasa Batak,

unsur margalah yang satu-satunya identitas suku Batak yang tetap eksis dan bertahan, hal ini

dapat dilihat dari masyarakat Batak yang berada di desa dan di perkotaan untuk memakai

marganya sebagai identitas walaupun mereka tidak mengerti adat dan bahasa Batak.9

7 Harry Parkin, Batak Fruit of Hindu Thought Madras (The Christian Literature Society, 1978), 20. 8 Dewan Bahasa dan Pustaka, Kamus Dewan (Kuala Lumpur, 1998), 112. 9 J. Pardede, Efek-Efek Sosial dan Religi dari Parmagoan Sebagai Suatu masalah dalam Gereja-Gereja

Batak, dalam A.A Sitompul, ed Ketika aku dalam Penjara (Medan: Grafica, 1985), 125.

Page 4: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

40

3.4 Mitologi Batak Toba

Pada mitologi Batak, suku ini kaya sekali akan mitos, mengenai debata, dewa,

penciptaan bumi, manusia bahkan tumbuh-tubuhan, semua ini diceritakan sejak dulu dari

mulut ke mulut, melalui tradisi lisan dari orangtua yang mengerti akan cerita ini dan

kemudian di ceritakan kepada anak muda atau anak-anak, mitos kemudian dikemas ke dalam

turi-turian (cerita dongeng), di dalam cerita tersebut banyak sekali versi sehingga memiliki

kandungan cerita yang berbeda, hal ini disebabkan karena penyampaian cerita masih

menggunakan komunikasi lisan atau tanpa teks secara turun-temurun, selain itu juga semua

cerita dongeng tidak pernah didokumentasikan sebelumnya dalam bentuk buku. Selain itu

awal manusia pertama di dunia ini berasal dari tanah Batak tepatnya di Pusuk Buhit, yang

terletak di sebalah Barat Pulau Samosir, dalam mitos ini menceritakan bahwa manusia

pertama adalah Si Raja Ihat Manisia dan Si Boru Ihat Manisia, sepasang anak ini adalah hasil

perkawinan dari Raja Odap-Odap dan Si Boru Deakparujar, yang di dalam ceritanya sebelum

Deakparujar kawin, Deakparujar sudah terlebih dahulu menciptakan Banua Tonga (Bumi),

tetapi Raja Odap-Odap merupakan salah satu dewa yang berada di Banua Ginjang dan

perkawinkan mereka dilakukan di Banua Tonga (Bumi), sehingga mereka mendapatkan

persetujuan dan berkat dari Debata meskipun Deakparujar pada saat itu menolak untuk

dikawinkan dengan Raja Odap-Odap karena dilihatnya kurang menawan, yang pada akhirnya

dia tunduk kepada perintah Debata. Menurut agama Parmalim bahwa ketika Raja Ihat

Manisia dan Boru Ihat Manisia sudah besar mereka akhirnya dikawinkan atas persetujuan

Debata, sehingga melahirkanlah tiga anak yang bernama, Raja Miokmiok, Raja Nibegu, dan

Aji Lapaslapas, dalam cerita ini, Raja Miokmiok memiliki anak yang bernama Eng Banua,

Page 5: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

41

tetapi kedua anaknya yang lain yaitu Raja Nibegu dan Aji Lapaslapas tidak diketahui apakah

mereka memiliki keturunan atau tidak.10

Menurut Hutagalung bahwa pada saat itu Eng Banua memiliki tiga putra yang

Bernama Raja Aceh, Raja Bonangbonang (Eng Domio) dan Raja Jau, Raja Bonangbonang

memiliki anak yang bernama Guru Tantan Debata dan memiliki gelar Ompu Raja Ijolma

yang memiliki putra bernama Siraja Batak, sehingga dari Si Raja Batak memberikan anak

yang bernama Guru Tatea Bulan dan Raja Isumboan, sedangkan Raja Aceh adalah nenek

moyang semua suku Aceh, tetapi menurut cerita bahwa kedua anak itu Raja Aceh dan Raja

Jau tidak jelas diketahui dimana mereka.11 Menurut kajian sejarah bahwa pada awalnya

Siraja Batak merupakan peletak dasar sejarah suku Batak yang berupa tulisan, karena sejak

dari Siraja Batak ada catatan mengenai tarombo (silsilah). Sehingga Siraja Batak dipercaya

sebagai nenek moyang orang Batak yang seharusnya sejarah Batak dimulai dari Tantan

Debata hingga kepada Raja Ihat Manisia, tetapi itu masih berbentuk mitos dan bersifat

lisan.12

Menurut fakta sejarah bahwa pada saat itu adanya bukti peninggalan Siraja Batak

yang berupa aksara Batak, yang menyatakan bahwa Batak sudah ada sejak zaman Siraja

Batak, dan dialah yang menyerahkan dua gulungan kepada anaknya yaitu kepada Guru Tatea

Bulan dalam suratnya disebut surat agong yang berisi tentang hadatuon (ketabiban),

keperwiraan, kependekaran dan kesaktian, sedangkan surat yang kedua bernama surat

Tombaga holing diberikan kepada Raja Isumbaon yang berisi mengenai tentang ajaran-ajaran

kerajaan, hukum, peradilan, persawahan, perniagaan, dan kesenian. Sehingga melalui kedua

10 Ibrahim Gultom, Agama Malim di Tanah Batak (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 37-38. 11 Wasinton Hutagalung, Pustaha Batak (Pangururan: Tulus Jaya, 1991), 32. 12 Sangti, Sejarah Batak, 276.

Page 6: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

42

jalur anaknya Siraja Batak maka keturunannya mulai berkembang, pada generasi kelima dan

keenam baru mulailah ada marga-marga.13

3.5 Letak Geografi Batak Toba

Tanah Batak terletak di Pulau Sumatera dan kawasan ini masuk ke dalam wilayah

Sumatera Utara yang pada awalnya kawasan tanah Batak ini mencakup keseluruhan daerah

yang dinamakan dengan Tapanuli yaitu; Tapanuli Utara, Tapanulis Selatan, dan Tapanili

Tengah serta dengan daerah Simalungun, Dairi, dan Karo. Pada zaman kerajaan

Sisingamangaraja, kawasan Tanah Batak terdiri atas empat daerah yaitu; Samosir, Toba

Holbung, Humbang, dan Silindung.14 Wilayah ini memiliki luas kurang lebih 10000km2 dan

berada pada ketinggian 700-2300m diatas permukaan laut. Wilayah kediaman masyarakat

Batak Toba diapit oleh kelompok etnik Batak yang lain yaitu; Pak-Pak, Simalungun, dan

Karo yang berada disebelah Barat Laut dan Timur Laut, dan kelompok Mandailing dan

Angkola sipirok yang berada disebelah Tenggara dan Barat.15

Secara astronomis berada antara 2°03 dan 2°04 Lintang Utara dan antara 98°56 dan

99°40 Bujur Timur, masyarakat Batak Toba yang tinggal di tanah Batak terbagi atas empat

subwilayah dalam satu distrik disebut dengan distrik Toba mengacu kepada pembagian

seluruh kawasan Toba dengan empat jenis topografi dengan empat variasi adat, kawasan

Toba yang meliputi wilayah Silindung, Toba Holbung, Humbang, dan Pulau Samosir,

keadaan alam dan topografi kawasan Toba, sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan

13 Sangti, Sejarah Batak, 237. 14 Ibrahim Gultom, Agama Malim, 30. 15 http://digilib.unimed.ac.id/22339/8/8.NIM%20208142100%20BAB%20I.pdf, diunduh 19-09-2017,

15.05 WIB.

Page 7: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

43

bukit-bukit tandus dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang sebagian kecil masih

berupa hutan primer.

3.6 Bahasa Batak Toba

Suku Batak merupakan suku yang memiliki banyak kesamamaan baik itu Batak Toba,

Pakpak, Simalungun, Karo, Angkola, dan Mandailing namun para ahli membedakan menjadi

dua cabang bahasa Batak yang tidak memungkinkan adanya komunikasi antara kedua

kelompok tersebut. Bahasa Angkola, toba dan Mandailing membentuk rumpun selatan, Karo,

Pakpak-dairi membentuk rumpun utara, tetapi bahasa Simalungun biasa sebagai kelompok

ketiga yang berdiri di antara rumpun selatan dan utara, tetapi menurut ahli bahwa bahasa

Simalungun lebih kepada rumpun selatan yang berpisah dari cabang Batak selatan sebelum

bahasa Batak Toba dan Angola-Mandailing terbentuk. Pada awalnya dialek bahasa Batak

berasal dari satu bahasa purba (proto language) yang kosakatanya dapat direkonstruksi.

Linguistik historis komperatif merupakan suatu bidang yang menyelidiki perkembangan satu

bahasa ke bahasa lain dari masa ke masa sehingga dari metode itu dapat diketahui bahwa

misalnya bilangan tiga dalam bahasa Batak purba dibilang telu sehingga kosakata ini

diwariskan sampai ke rumpun Batak Utara, sedangkan Batak Selatan mengalami adanya

pergesaran kosakata dari (Ə) menjadi (O) sehingga (tӗlu), sehingga dengan demikian

linguistik historis komparatif dapat menentukan hubungan kekerabatan antara bahasa asal.

Selain itu juga adanya bahasa Alas yang secara linguistik dapat digolongkan ke dalam

rumpun bahasa Batak utara, tetapi jika dilihat dari segi budaya suku Alas ini tidak termasuk

ke dalam kebudayaan Batak karena pada masa lalu kemungkinan mereka menggunakan

varian surat Batak mengingat dari segi budaya, sistem kekerabatan maupun dari segi bahasa

Page 8: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

44

suku Alas lebih cenderung memiliki persamaan dengan suku Batak Utaras terkhusus Karo.16

Selain itu dalam segi bahasa antara Simalungun dan Karo adalah bagian dari bahasa yang

berbeda sehingga sulit berkomunikasi tetapi di perbatasan Karo dan Simalungun tidak ada

masalah mengenai komunikasi, karena keduanya banyak kata yang dipinjam dari seberang

perbatasan, selain itu dari segi budaya tidak ada budaya yang mencolok di antara kampung

Simalungun dan Karo di perbatasan serta di perbatasan baik Karo dan Pakpak atau Pakpak

dan Toba. Bahasa Toba, Mandailing, Angkola tidak banyak berbeda karena keduanya

memiliki persamaan yang pada umumnya disebut dengan bahasa Angkola-Mandailing,

sehingga dapat dikatakan dari kelima suku harus mengingat bahwa dari segi bahasa, budaya

dan tulisan tidak selalu adanya garis pemisah, karena kelima suku ini memiliki induk yang

sama.17

3.7 Nilai dalam Hamoraon, Hagabeon, dan Hasangapon

Hamoraon (kekayaan), hagabeon (banyak keturunan dan panjang umur), dan

Hasangapon (kewibawaan, kehormatan, dan kemuliaan) merupakan sistem yang terdapat

dalam nilai budaya orang Batak dan tujuan hidup orang Batak, ketiganya merupakan konsep

yang hidup dalam alam pikiran masyarakat Batak mengenai apa yang dianggap bernilai,

berharga, luhur, dan mulia. Ketiga nilai ini disebut sebagai budaya ideal bagi masyarakat

Batak, karena bagi mereka nilai budaya tersebut sangat umum dan mempunyai pengaruh

sangat luas. Melalui proses setiap individu anggota masyarakat telah diresapi dengan nilai

tersebut, sehingga berakar dalam jiwa masyarakat Batak.

16 Akifumi Iwabuchi, The people of The Alas Valley: A Study Ethnic Group of Northern Sumatera (Oxfrod:

Clarendon Press, 1994), 28. 17 Uli Kozok, Warisan Leluhur Sastra Lama dan Aksara Batak (Jakarta; Kepustakaan Populer Gramedia,

1999), 14-15.

Page 9: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

45

3.7.1 Hamoraon (kekayaan atau kaya raya)

Konsep hamoraon terdapat dua istilah dalam bahasa Batak yaitu yang merujuk

kepada kekayaan yang maduma (kaya) dan mamora (kaya raya).18 Jadi kualitas yang dituju

oleh masyarakat Batak dalam nilainya sangat tinggi. Cita-cita tertinggi dalam orang Batak

adalah kuasa dan alat untuk mendapatkannya ialah kekayaan, maka ada ungkapan orang

Batak yaitu “arta do hasangapon di Batak, molo godang hepeng na, dohot do bangkena

marsangap” (harta adalah kehormatan bagi orang Batak, kalau banyak uangnya maka ketika

meninggalpun dia tetap dihormati), pada awalnya perang antara huta (kampung) dan budaya

rentenir telah mendorong merajalelanya perbudakan dan kekayaan ditandai dengan

kepemilikan sawah, lading, ternak maupun harta benda lainnya, tetapi pada perkembagannya

uang menjadi tolak ukur kekayaan seseorang.19 Menurut Vergouwen Hamoraon merupakan

sumber otoritas kesuksesan dan kedermawanan seorang raja sejati sebagaimana dibawah ini:

Hamoraon (kekayaan) merupakan sumber penting otoritas. Ia mencerminkan

kehidupan yang sukses, mujur dalam permainan, menang perang, untung dalam

perdagangan, nasib baik dalam bercocok tanam dan keberhasilan dalam berternak.

Hal tersebut dapat menyebabkan kekuasaan seseorang menjadi kuat di dalam

lingkungannya: pada masa lalu, berdasarkan kekayaan seseorang dapat menjalankan

perang dalam waktu lama, dan saat sekarang ini memungkinkan orang mendapatkan

uang emas yang lebih tinggi dari seorang putri yang dikawinkan, dan dengan

demikian affina yang berpengaruh. Namun, wujud utama hamoraon adalah

pangalongan atau partamueon (senang menjamu): kedermawanan akan

menunjukkan kadar kualitas seorang kepala yang sejati.20

Pada hakekatnya perilaku hamoraoun pada masyarakat Batak di dasari dengan agama

yang kuat, secara serempak pula diusahakan meraih hagabeon.

18 Naloom Siahaan, Dalihan Na Tolu (Jakarta: Grafina, 1982), 36-37. 19 Siahaan, Dalihan Na Tolu, 181. 20 J.C Vergouwen, Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba (Yogyakarta: LkiS, 2004), 164.

Page 10: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

46

3.7.2 Hagabeon (banyak keturunan dan panjang umur)

Secara tradisional ada tingkatan di dalam hagabeon seseorang yaitu: pertama; ketika

orang tersebut sudah dewasa seseuai dengan ciri khas atau keahliannya. Kedua: apabila

seseorang telah menikah dan telah memiliki anak maka orang itu akan diberi gelar “Ama ni”

(Ayah dari) sesuai dengan anaknya yang tertua. Ketiga adalah “Ompu” (kakek/nenek) gelar

ini akan di dapat ketika seseorang telah memiliki cucu.21 Orang Batak mengharapkan banyak

keturunan terkhusus dari laki-laki yang diharapkan menjadi sumber daya bagi keluarga untuk

mengolah lahan demi mencapai hamoraon, selain untuk memiliki putra lebih banyak

ketimbang putri karena seringnya terjadi peperangan antar kampung, karena itu tenaga laki-

laki lebih dibutuhkan. Untuk mencapai hagabeon maka masyarakat Batak haruslah melihat

nilai-nilai religi yang dianutnya. Kehormatan dan kemuliaan masyarakat Batak dalam

memperoleh banyak anak dan panjang umur tidak dapat menjadi panutan apabila tidak

memiliki prilaku religi yang kuat.

Ukuran dari hagabeon adalah keluarga yang besar usia lanjut sekaligus menjadi

panutan masyarakat.22 Mengenai kematian yang sehubungan dengan hagabeon, maka

terdapat tiga tingkatan yaitu: pertama, Mate sakkar (mati menyedihkan), kematian seseorang

yang belum berkeluarga atau sudah berkeluarga namun belum memiliki cucu dari anak-

anaknya. Kedua, Sarimatua ialah kematian yang sudah memiliki cucu, namun masih

memiliki tanggungan anak yang belum menikah. Ketiga, Saurmatua ialah seseorang akan

sangat dihormati dalam hidupnya dan orang tersebut akan menjadi tempat bertanya bagi para

21 Siahaan, Dalihan Na Tolu, 179. 22 Basyral Hamidy Harahap dan Hotman M Siahaan, Orientasi Nilai-Nilai Budaya Batak (Jakarta: Sanggar

Willem Iskandar, 1987), 160.

Page 11: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

47

pemuda terutama yang berhubungan dengan adat. Karena itu, seperti Hamoraon, maka

Hagabeon menjadi jalan orang Batak mencapai Hasangapon.23

3.7.3 Hasangapon (Kewibawaan, Kehormatan, dan Kemuliaan)

Dalam masyarakat Batak ada dorongan untuk meraih Hasangapon tidak hanya

dengan berdasarkan kondisi kini dan masa yang akan datang melainkan didasarkan pada

pencapaian leluhur. Harahap dan Hotman Siahaan mengatakan bahwa seseorang yang telah

berhasil meraih Hagabeon dan Hamoraon tidak dengan sendirinya meraih Hasangapon

apabila nilai-nilai terutama bisuk, arif, bijaksana belum dimiliki charisma, wibawa,

terpandang dan terhormat barulah lebih bermakna Hasangapon apabila telah memiliki bisuk

yang merupakan nilai dasar dari Hasangapon.24 Pada masyarakat Batak ketiga konsep ini

merupakan hal yang penting dan merupakan kepemilikan adat dalam masyarakat yang harus

menjadi milik para individu. Perilaku para individu harus mencerminkan ketiga konsep

tersebut.

3.8 Mata Pencaharian Batak Toba

Tanah Batak pada umumnya adalah darerah pengunungan, bila dibandingkan antara

luas wilayah antara pengunungan dan dataran rendah maka dataran rendah sempit, karena

tanah Batak memiliki hutan walaupun sebagian merupakan hutan ilalang dan sampilpil, hasil

hutan yang terkenal sejak zaman dahulu adalah kapur barus, kemenyan, kulit manis, dan

rotan serta kopi. Tembakau yang juga hasil komoditas dari sekitar Binjai dan Delitua.25

23 Siahaan, Dalihan Na Tolu, 180. 24 Harahap dan M Siahaan, Orientasi Nilai, 184. 25 Bungaran Antonius Simanjuntak, Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba hingga 1945 (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2006), 12-13.

Page 12: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

48

Selain daripada itu juga bahwa mata pencaharian orang Batak yaitu dari sector pertanian,

peternakan, perikanan, perdangangan, dan angkutan komunikasi. Dari sektor pertanian ini

merupakan komoditas andalan bagi masyarakat Batak Toba dalam menggerakan

perekonomian daerah dan juga karena kondisi fisik dan agrosistem. Kawasan ini merupakan

yang memiliki suberdaya biofisik yang cukup untuk mendukung pengembangan pertanian

antara lain; ketersediaan tanah, hara, dataran rendah, dan tinggi, kondisi inilah yang tidak

terlepas dari asal-mula terjadinya danau Toba.

Pada sektor perkebunan maka masyarakat Batak Toba memiliki potensi produksi dari

hasil perkebunan seperti kopi, kemenyan, kemiri, kulit manis, cengkeh, kelapa sawit, dan

kakao, tanaman ini merupakan usaha yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Kopi

yang merupakan komoditi andalan dari tanah perkebunan yang memiliki prospek baik dan

memiliki lahan yang sangat luas. Dari sektor perternakan, di kawasan danau Toba pada

umumnya masyarakat memiliki usaha rumah tangga yang dikelompokkan menjadi ternak

besar, kecil, dan unggas yang terdiri; sapi, kerbau, dan kuda (ternak besar), kambing, babi,

dan domba (ternak kecil), ayam dan itik (unggas), kawasan perternakan kebanyakan

menyebar diseluruh danau Toba, terutama di daerah perkampungan.26

3.9 Seni Dalam Masyarakat Batak Toba

Seni merupakan salah satu unsur kebudayaan yang dimiliki seseorang atau kelompok

orang untuk menciptakan implus melalui panca indera atau melalui kombinasi dari beberapa

panca indera yang menyentuh rasa halus akan lingkungannya sehingga lahirlah keindahan

dalam karya seni. Maka di dalam masyarakat Batak terdapat seni yang diciptakan yaitu:

26 http://www.pu.go.id/uploads/services/infopublik20160330174236.pdf, diunduh 19-09-2017, 15.20 WIB.

Page 13: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

49

3.9.1 Seni Sastra Batak Toba

Sastra merupakan bagian kehidupan dari orang Batak, akan tetapi di dalam sastra

tersebut baik dari cerita-cerita rakyat dalam bentuk fabel, mitos, dan legenda, umpama,

umpasa, torhan-torhanan, turi-turian, huling-hulingan, semuanya tidak pernah ditulis

melainkan diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi, walaupun orang Batak sudah

memiliki tulisan sendiri. Mereka tidak pernah menggunakan sistem tulisannya untuk tujuan

sehari-hari, maka untuk menggunakan yang sehari-hari seperti; mencatat utang-piutang, atau

pengeluaran rumah tangga, mencatat silsilah marganya, membuat catatan, dan mengeluarkan

dokumen-dokumen, mereka tidak menggunakan pena melainkan secara lisan diberitahukan,

tetapi untuk menggunakan pena atau tulisan hanya ada tiga tujuan yaitu; pertama, ilmu

kedukunan (hadataon), kedua, surat-menyurat (termasuk surat ancaman, ketiga, ratapan

(hanya di Karo, Simalungun, dan Angkola-Mandailing).

Pada naskah orang Batak tiga perempat bagian naskah membahas mengenai ilmu

kedukunan atau hadatuon. Yang berhak menulis ialah para datu (dukun) dan ditulis dari buku

kulit kayu, dan mereka juga terkadang menggunakan bamboo atau tulang kerbau. Tetapi di

dalam naskah Batak tidak semua ditulis oleh para datu, ada juga beberapa dari orang biasa

atau seorang raja. Di dalam naskah sering juga ditemukan surat ancaman, di daerah

Karo,Simalungun, Angkola dan Mandailing terdapat ratapan yang membahas mengenai

kematian orang tua atau kerabat dan percintaan yang gagal.27 Menurut Endrawasa sastra lisan

merupakan karya yang penyebarannya disampaikan dari mulut ke mulut secara turun-

temurun, karena banyaknya penyerebaran dari mulut ke mulut, maka banyak sastra lisan

yang mulai memudar karena tidak dapat dipertahankan, selain dikarenakan batas memori

27 Uli Kozok, Warisan Leluhur, 15-16.

Page 14: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

50

manusia dalam mengingat, karena perkembangan teknologi yang semakin canggih yang pada

akhirnya sastra lisan pun tergeser, dan termasuk sastra lisan masyarakat Toba yang memiliki

nilai budaya yang tinggi, yang seharusnya dapat dijaga.28 Selain itu menurut Nurelide bahwa

sastra Batak merupakan produk budaya masyarakat baik dari genre prosa maupun puisi

adanya perubahan yang menunjukkan perubahan yang berakibat kepada ketidakpedulian

masyarakat terhadap sastra lisan yang dipandang sebagai kisah yang tidak masuk akal dan

berada diluar jangkauan akal sehat.hal ini dapat menjadi suatu ancaman terhadap sastra lisan

dalam kehidupan masyarakat.29

Sastra lisan Batak Toba dapat dipandang sebagai aset yang berharga dan layak untuk

dikaji dan dilestarikan, karena sebagian dari sastra lisan Batak Toba masih diterapkan pada

acara adat masyarakat. Mite (Myth), legenda, dan dongeng (folklore), merupakan genre prosa

yang pernah hidup pada masyarakat Batak Toba, mite merupakan cerita yang lama dan sering

dikaitkan dengan dewa-dewa atau kekuatan-kekuatan supranatural yang diunggkapkan secara

gaib dan dianggap suci. Legenda merupakan cerita rakyat yang pada zaman dahulu yang ada

hubungannya dengan sejarah dan tidak dianggap suci. Dongeng merupakan prosa rakyat

yang benar-benar terjadi oleh empunya cerita dan dongeng karena tidak terikat oleh waktu

dan tempat.30

28 Suwardi Edraswara, Metodelogi Penelitian Sastra, Epistemologi, Model, Teori dan Aplikasi

(Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003), 151. 29 Nurelide, Menelusiri Makna Simbolik Budaya Batak Toba Dalam Sastra Lisan Batak Toba Tinjauan

Antropologis dan Semiotik (Medan: Pusat Bahasa 2006), 1,15. 30 James Danandjaja, Folkor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain (Jakarta: Pustaka Grafitipers,

1986), 50.

Page 15: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

51

3.9.2 Seni Tari Batak Toba

Bagi masyarakat Batak Toba Tortor merupakan bentuk seni tari yang bukan hanya

menari melainkan lebih meluas dan kompleks, karena dalam setiap gerakan tortor memiliki

pengertian selain itu juga tortor dilakukan sesuai dengan sistem kekerabatan dalam

kehidupan masyarakat Batak dan juga tortor menjadi sarana interaksi hubungan antar sesama

sesuai kedudukan dalam unsur Dalihan Na Tolu, selain itu nama tortor diyakini berasal dari

hentakan kaki para penari yang bersuara “tor-tor” karena hentakan kakinya berasal dari

rumah yang berasal dari rumah Batak toba yang terbuat dari kayu, tarian ini sudah ada sekitar

abad ke 13, pada zaman dahulu tradisi ini dalam kehidupan masyarakat Batak Toba yang

berada di kawasan Samosir, Toba, dan juga Humbang.31

Tortor merupakan tarian yang merupakan seni tari dengan menggerakan seluruh

badan dengan dituntun gondang, dengan pusat pada tangan, jari kaki, telapak kaki, punggung

dan bahu.32 Pada setiap gerakan pada tortor Batak yang berekspresi disebut urdot, jadi

mangarudot berarti menggerakkan badan dan anggota tubuh dengan ekspresif, urodot

dilakukan sesuai dengan gondang, karena gondang dan tortor merupakan satu kesatuan

antara bunyi dan gerak tubuh yang sedang dibawakan.33 Tortor dalam upacara ritual maupun

adat biasa haruslah diiringi dengan gondang sabangunan itu artinya bahwa aktivitas

manortor ini dilakukan sebagai sarana untuk penyampaian isi batin baik kepada roh nenek

moyang maupun kepada orang-orang yang dihormati maupun disayangi yang ditunjukkan

dalam tari tortor. Penulis menemukan responden yang mengatakan bahwa pada upacara

mangongkal holi, musik merupakan salah satu alat yang dipakai untuk memeriahkan upacara

31 http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/02/Isi%20Jurnal%20fix%20(02-23-

17-04-03-13).pdf, diunduh 19-09-2017, 15.10 WIB. 32 Gens Malau, Budaya Batak (Jakarta: Yayasan Binabudaya Nusantara Taotoba Nusabudaya, 2000), 215. 33 Andar Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,

1996), 120.

Page 16: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

52

mangongkal holi maka secara spontan mereka menari atau marnortor hal ini dilakukan

sebagai bentuk sukacita dan suatu bentuk tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Batak baik

di yang berada di rantau maupun di kampung halaman.34

3.9.3 Seni Musik Batak Toba

Menurut Malinowski bahwa Musik adalah suatu aktivitas budaya yang merupakan

produk jenis prilaku manusia yang bermaksud untuk memuaskan rangkaian kehidupan untuk

kebutuhan naluri keindahan. Selain itu musik juga memiliki fungsi sebagai alat untuk

pengungkapan emosional, kepuasan estetis, hiburan, sarana komunikasi, persembahan,

simbol, sarana kelangsungan, stabilitas kebudayaan, dan integritas masyarakat.35 Musik

tradisional berasal dari makna luapan ekspresi masyarakat, sejarah dan kehidupan

masyarakat yang terdiri dari fungsi, bentuk, sejarah dan ciri khas dari wilayah tersebut. Ben

M Pasaribu mengatakan bahwa gondang memiliki arti yang majemuk yang bisa berarti

instrument, musikal, ensambel musikal.36

Pada musik tradisi masyarakat Batak, pada dasarnya memiliki dua ansambel musik

gondang yaitu; gondang sabangunan (Sarune, Taganing, Gordang, Ogung dan Hesek) dan

gondang hasapi (Hasapi Ende, Hasapi doal, Garantung, Sulim, Sarune Etek, dan Hesek),

gondang sabagunan atau yang juga disebut dengan gondang bolon, karena menurut

kepercayaan orang Batak Toba gondang Sabagunan diciptakan oleh Ompu Mulajadi

Nabolon, jadi gondang Sabangunan pada zaman dahulu digunakan untuk upacara adat

maupun upacara religius, selain itu juga gondang memiliki peran sebagai mendia yang

34 Wawancara, R.S br. Pasaribu, 27 Oktober 2017, 17.00 WIB. 35 Allan P. Merriam, The Anthrophology of Musics (Bloomington, Northwestren University Press, 1964),

219-226. 36 Ben M. Pasaribu, Pluralitas Musik Etnik (Medan: Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan

Batak, 2004), 61.

Page 17: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

53

menghubungkan manusia kepada sang pencipta dalam hubungan vertical dan juga manusia

kepada sesamanya dalam hubungan horizontal.37 Penulis menemukan responden yang

mengatakan bahwa dalam acara adat mangongkal holi, ketika menyambut hula-hula dan

dongan tubu dipakai alat musik untuk memeriahkan upacara mangongkal holi dan sekaligus

menyambut mereka sebagai penghormatan. Karena alat musik sangat penting dalam upacara

mangongkal holi, disisi lain pada upacara mangongkal holi di huta (kampung) gondang

dipakai sebagai alat untuk pesta besar dan ketika adat mangulosi, hula-hula menyampaikan

ulos kepada borunya dan keluarga diiringi musik. Maka secara spontan mereka menari atau

marnortor sebagai bentuk rasa sukacita.38

3.9.4 Seni Kerajinan Batak Toba

Ulos merupakan salah satu seni yang diciptakan oleh masyarakat Batak, ulos dibuat

dengan dua acara yaitu dengan tekstil dan secara tradisional, ulos merupakan kain tenun khas

Batak yang berbentuk selendang, benda sakral ini merupakan simbol restu, kasih sayang, dan

persatuan, sesuai dengan pepatah Batak, ijuk pangihot ni hodong, ulos pangihot ni holong

(ijuk adalah pengikat pelepah maka ulos adalah pengikat kasih sayang antar sesama). Ulos

pada zaman dahulu ketika nenek moyang orang Batak hidup di daerah pengunungan

kebiasaan mereka ialah berladang dan nenek moyang orang Batak harus melawan dinginnya

cuaca yang menusuk ke tulang, sehingga pada saat itu nenek moyang orang Batak berpikir

37 http://digilib.unimed.ac.id/15049/9/209142040%20BAB%20I.pdf diunduh 19-09-2017, 17.49 WIB. 38 Wawancara, R.S br. Pasaribu, 27 Oktober 2017, 17.00 WIB.

Page 18: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

54

untuk membuat suatu kain yang menghangatkan tubuh, maka terdapatlah tiga unsur

kehangatan yaitu matahari, api, dan ulos. 39

Kain ulos yang berakar pada kebudayaan masyarakat Batak merupakan suatu hasil

karya dalam kehidupan kultural masyarakat Batak yang di dalamnya memuat nilai-nilai yang

memiliki makna tinggi, selain itu juga ulos menjadi suatu identitas yang memiliki nilai

kultural yang tinggi dan mengandung nilai ekonomi dan sosial, Neissen mengatakan bahwa

di dalam bentuk ulos terdapat suatu hubungan simbolis antara praktek tenun Batak dan

konsepsi adat dalam konteks durasi waktu, yaitu dalam bentuk ruang dan kesuburan wanita

Batak, khususnya, analisa ini memerlukan simbolik pengetahuan yang lebih mengenai

bahasa, mitos dan teks asli dari teknik tenun.40

Kain ulos Batak ditenun oleh para wanita Batak, dalam pembuatan ulos

membutuhkan waktu yang panjang sehingga tidak semua orang bisa membuat ulos, dikarena

kemampuan pembuatan ulos biasanya diturunkan dari satu penenun kepada keturunannya

dan teknik yang digunakan dalam menenun ulos tidaklah mudah, sehingga motif dan warna

merupakan hasil teknik yang cukup rumit, karena ulos benda yang dianggap sebagai benda

yang diberkati oleh kekuatan supranatural dan memiliki panjang yang harus tepat, jika tidak

dapat membawa kematian kepada tondi (roh) penenun.41

Ulos pada kenyataannya memiliki nilai-nilai yang diyakini oleh orang Batak, dan

upaya untuk melestarikan kain ulos secara fisik maupun nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya yaitu; kain ulos merupakan hasil dari manifestasi dari pengetahuan lokal

masyarakat Batak, yang secara geografis memiliki cuaca dingin yang pada saat itu tergugah

39 http://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/seni/article/download/408/376, diunduh 19 Juni 2017,

18.09 WIB. 40 S.A Neissen, Legacy in Cloth; Batak Textiles of Indonesia (Netherlands: KITLV press, Leiden 2009), 29. 41 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49523/3/Chapter%20II.pdf, diunduh 20 juni 2017, 00.19

WIB.

Page 19: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

55

untuk menciptakan sumber kehangatan baru yaitu kain ulos, pengetahuan mereka miliki pada

kain ulos, menjadikan kain ulos sebagai falsafah orang Batak, karena eksistensi ulos semakin

kuat ketika ulos menjadi penting dalam pelaksanaan upacara dan adat yang dilakukan oleh

orang Batak, karena itu ulos menjadi kain yang sakral dan merupakan simbol kepercayaan

masyarakat Batak kepada Tuhan, selain itu juga ulos menjadi simbol tata tertib sosial,

bermacam ulos yang ada menjadi sumber untuk melakukan tata tertib pada masyarakat Batak

seperti ulos ragi hidup, jugia, dan ragi hotang, yang mengandung tata aturan bagaimana

hidup bermasyarakat (sistem kekerabatan) dimana yang muda harus menghormati yang lebih

tua dan sebaliknya yang tua harus mengayomi yang muda.42

Selain itu penulis mewawancarai responden mengenai ulos, bahwa ulos merupakan

unsur budaya Batak, yang murni dari hasil karya masyarakat Batak berupa kain yang ditenun

berbentuk selendang dan ulos tidak memiliki arti magis tetapi memiliki simbol pengharapan

kepada Tuhan yang melambangkan kasih, masyarakat Batak tidak akan memberikan ulos

kepada orang lain apabila tidak memiliki kasih. Pada upacara mangongkal holi ulos

panampin dipakai untuk menampung tulang-belulang dan merupakan tanda ketulusan

seseorang tulang (paman) kepada anak perempuan yang melaksanakan tradisi penggalian

tulang-belulang. Selain itu juga ad aulos ragi hidup yang dipakai pada upacara mangongkal

holi ulos ini merupakan lambang kesucian dan pembungkus tulang-tulang yang sudah

dibersihkan dan dimasukkan kedalam peti tempat tulang-tulang tersebut.43

42 http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/447/jbptunikompp-gdl-rolandctam-22338-1-laporan-r.pdf, diunduh

24-Juli-2017, 14.22 WIB. 43 Wawancara Via telephone, S. Simbolon, 26 Oktober 2017, 09.00 WIB

Page 20: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

56

3.10 Sistem kepercayaan Batak Toba

Pada zaman dahulu suku Batak telah mempercayai Tuhan atau yang mereka sebut

dengan Debata Mulajadi Nabolon, kepercayaan tersebut berlangsung sejak zaman Siraja

Batak, walaupun kepercayaan ketuhanan telah tumbuh lama di masyarakat Batak namun

pada saat itu belumlah dinamakan dengan agama parmalam karena masyarakat Batak dapat

dikatakan masih dalam keadaan tidak beragama (pagan).44 Walaupun pada masa itu orang

Batak tidak beragama (pagan) tetapi kehidupan masyarakat Batak telah diresapi oleh konsep

keagamaan, sehingga hampir seluruh lingkaran hidup di mana perilakunya yang tidak

dibimbing oleh motif religius dan seluruh pemikirannya dikuasai oleh konsep supranatural,

dan konsep kehidupan keagamaan seperti itulah yang terus ada sampai dimana kepercayaan

itu tumbuh menjadi agama pada masa Raja Nasiakbagi Dalam kepercayaan paganisme

adanya suatu percampuran kepercayaan dari keagamaan kepada Debata, pemujaan yang

bersifat animisme terhadap roh-roh yang sudah meninggal dan dinamisme, ketiga unsur ini

tidak dapat dipisah dalam setiap acara adat istiadat seperti pemujaan terhadap roh Debata

yang diakui sangat menonjol, dan pemujaan terhadap roh nenek moyang, serta roh terhadap

benda-benda yang memiliki kekuatan.45

Menurut Sangti dalam kepercayaan paganisme orang Batak yang menyembah kepada

Debata Mulajadi Nabolon merupakan Tuhan masyarakat Batak yang maha pencipta dan

maha kuasa yang tidak berawal dan tidak berakhir.46 Menurut Tobing yang mengatakan

bahwa Debata Mulajadi Nabolon memiliki sebutan yang lain secara fungsional, seperti;

tuhan yang berkuasa di Banua Ginjang disebut dengan tuhan Bubi Nabolon, bila di Banua

44 Ibrahim Gultom, Agama Malim, 76. 45 J.C Vergouwen, Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba (Jakarta: Penerbit Pustaka Azet, 1986), 79. 46 Batara Sangti, Sejarah Batak, 326.

Page 21: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

57

Tonga dia disebut Debata Mulajadi Nabolon, Ompu Silaon Babolon atau Raja Pinangkabo.

Sedangkan di Banua Toru dia disebut dengan Mulajadi Nabolon atau tuhan Pane Nabolon.

Dengan demikian konsep mengenai Debata Mulajadi Nabolon adalah tuhan yang menguasai

keseluruhannya, selain kepercayaannya kepada Debata ada juga kepercayaan yang bernama

Debata natolu yaitu yang dipercayai sebagai pembantu Debata.47 Ketiga pembantu Debata

itu ialah Batara Guru, Soripada, dan Mangalabulan, yang menurut Vergouwen mereka

merupakan diambil dari trimutri Hindu, tetapi Debata Mulajadi Nabolon merupakan tuhan

asli dari orang Batak.48

Selain orang Batak menyembah kepada Debata disisi lain dari kepercayaan

paganisme orang Batak percaya terhadap kuasa-kuasa alam yang dipercayainya ialah

Boraspati di Tano dan Boru Saniangnaga, dewa ini dianggap sebagai dewa yang memiliki

kuasa di Banua Tonga, dewa Boraspati ini memiliki bentuk mirip sekali dengan kadal dan

hidup dibawah tanah mengenai kesuburan tanah adalah berkat kuasa dari dia, sedangkan

Boru Saniangnaga, memiliki bentuk mirip dengan seekor ular merupakan dewi air yang

menguasai air, sehingga dewi ini sangat penting untuk dihormati karena setiap kali manusia

melakukan aktivitas dan berurusan dengan tanah seperti mengolah tanah pertanian, membuka

perkambungan, dan mendirikan tanah, maka orang Batak harus terlebih dahulu memberikan

penghormatan kepada Boraspati Di Tano berupa sesaji sehingga pekerjaannya diberkati dan

diberikan perlindungan. Sementara itu bagi Saniangnaga diberikan penghormatan agar usaha

manusia diberkati seperti menangkap ikan agar memperoleh keselamatan dan diberkati.49

47 Ph. L Tobing, The Structure of The Toba-Batak Belief in the High God (Amsterdam: Jacob Van Campen,

1956), 27. 48 J.C Vergouwen, Masyarakat dan Hukum, 80. 49 Gultom, Agama Malim, 78.

Page 22: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

58

3.11 Sistem kekerabatan Batak Toba

Pada zaman dahulu hingga saat ini orang Batak memiliki sistem kekerabatan secara

patrilineal yaitu menurut garis keturunan dari ayah, dalam sejarah atau legenda Batak, tidak

mengenal garis keturunan matrilineal atau yang disebut dengan garis keturunan dari ibu,

karena garis keturunan laki-laki harus diteruskan oleh anak lelaki, dan akan menjadi punah

bila di dalam keturunan tersebut tidak ada anak laki-laki, selain itu juga dalam sistem

kekerabatan patrilineal itulah menjadi tulang punggung masyarakat Batak. Kaum laki-laki

dalam masyarakat Batak merupakan penentu dalam membentuk hubungan kekerabatan,

tetapi perempuan sebagai pencipta hubungan kebesanan karena perkawinan. Dalam segi

sosial orang Batak mengenal yang disebut dengan marga, karena marga ialah salah satu

identitas orang Batak yang merupakan sendi utama dalam sistem kekerabatan.50

3.12 Falsafah orang Batak Toba

Selain terdapat sistem kekerabatan di dalam kehidupan masyarakat Batak, falsafah

merupakan pedoman dalam bertingkah laku dan merupakan rujukan dalam setiap aktivitas

kemasyarakatan seperti upacara perkawinan, kematian, dan musyawarah, serta di dalam

falsafah juga terdapat pedoman dalam bertingkah laku dengan kata lain “adat sopan santun”

baik dalam pergaulan maupun pada saat berinteraksi dengan lingkungan kekerabatan yang

kecil sampai kepada yang besar.

50 Gultom, Agama Malim, 49.

Page 23: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

59

3.12.1 Dalihan Na Tolu

Dalihan Na Tolu merupakan falsafah orang Batak yang memiliki maknal “tungku

yang tiga” yang diambil dari istilah kebiasaan orang Batak pada zaman dahulu ketika

memasak makanan di atas batu harus jumlahnya tiga dan dari ketiga haruslah diletakkan

persis seperti segitiga sama sisi, sehingga pada saat itu istilah inilah yang kemudian diadopsi

oleh orang Batak menjadi simbol yang bermakna filosofis, yang dapat diibaratkan apabila

masyarakat Batak adalah kuali besar maka yang menjadi tungkunya ialah Dalihan Na Tolu,

karena merupakan asas dari sistem kekerabatan dan asas dari semua aktivitas khususnya yang

berhubungan dengan adat, selain itu, ini merupakan rujukan yang didalamnya berisikan

mengenai bersikap dan berprilaku dalam kehidupan sosial terkhusus sesama orang Batak.51

Falsafah ini dalam sejarahnya dilatar belakangi dengan adanya krisis sosial kekerabatan

generasi ketiga dimana terdapat suatu peristiwa yang buruk terjadi secara beruntun, yang

pada saat itu Tuan Sariburaja kawin incest dengan saudari kandungnya yang bernama Si

Boru Pareme, yang merupakan anak dari Tatea Bulan yang dikenal sebagai generasi kedua

bersama dengan Raja Isumbaon, pada akibatnya apa yang dilakukan oleh Tuan Sariburaja, ia

harus lari ke dalam kehutan dan Si Boru Pareme di usir dari kampung Sianjurmulamula.

Peristiwa yang sama juga dialami oleh Raja Lontung yang mengawini ibu kandungnya Si

Boru Pareme yang pada saat itu sebelumnya diketahui bahwa ia adalah istri bapaknya.52

Sehingga akibat dari perbuatan incest maka muncullah pergolakan sosial yang terjadi

yang pada akhirnya mencapai kepada suatu titik dimana adanya perpecahan hubungan

kekerabatan seluruh keturunan Tatea Bulan, maka pada akhirnya Tatea Bulan dan Raja

51 Tambun Siahaan, Prinsip Dalihan Na Tolu dan Gotong Royong pada Masyarakat Batak (Jakarta:

LP3ES, 1984), 126. 52 N Siahaan, Sejarah Kebudayaan Batak (Medan: C.V Napitupulu dan Sons, 1964), 85.

Page 24: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

60

Isumbaon membuat konsep falsafah, aturan, atau juga adat tentang Batasan-batasan hubugan

kekerabatan antar sesama keturunan, tetapi dalam membuat aturan tersebut tidak secara

tertulis melainkan secara lisan, maka tujuan dari Dalihan Na Tolu ialah untuk membentuk

suatu sistem kekerabatan yang patuh kepada adat yang telah dirintis oleh Siraja Batak dan

juga penetapan hukuman kepada yang melanggarnya. 53

Kata dalihan na tolu juga diartikan dengan tungku nan tiga, jadi dapat diumpakan

kalau masyarakat Batak sebagai sebuah kuali maka dalihan na tolu itu tungkunya dan

biasanya tungku yang dipakai terdiri dari tiga batu dan tungku itu terbuat dari besi terdiri dari

tiga kaki, dan dari tiga kaki itulah tungku menjadi kuat sebagai tempat duduk untuk priuk dan

terjadinya keseimbangan.

3.13 Mangongkal Holi Dalam Batak Kristen Diaspora

Dalam bagian ini penulis akan mengutip pendapat para responden yang kemudian

dianalisa menurut teori yang dipakai dan pandangan-pandangan tokoh lainnya. Penulis

berupaya untuk mengangkat bagaimana cara berpikir para responden mengenai mangongkal

holi. Para responden mengatakan bahwa mangongkal holi merupakan wujud dari suatu

penghormatan kepada leluhur atau orang tua berdasarkan pada keyakinan mereka, di dalam

upacara ini tidak ada keinginan untuk menjadikan atau mengangkat para leluhur atau orang

tua menjadi “Tuhan” yang disembah, dalam upacara mangongkal holi ini pandangan mereka

bukan mengenai suatu praktik penyembahan melainkan suatu bentuk ekspresi

“penghormatan” menurut SP.54

53 Ibrahim Gultom, Agama Malim, 60-61. 54 Wawancara, S Pangaribuan, 10 September 2017, 15.00 WIB.

Page 25: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

61

Menurut AP bahwa ketika kamu malukukan upacara mangongkal holi di kota Cane

pada tanggal 17 Oktober ini merupakan wujud dari suatu pengalaman hukum taurat yang

berbicara tentang seorang anak yang harus menghormati ayah dan ibunya, penulis

mencermati pengalaman responden dengan mengutip isi dari hukum taurat ke lima dalam

bahasa Batak yang diawali dengan harus “ingkon” (harus) karena kata ini memberikan suatu

penekanan terhadap orang tua yang merupakan wujud Tuhan yang kelihatan karena

merekalah yang telah melahirkan, merawat dan membesarkan, bagi responden sendiri bahwa

untuk mencintai orang tua tidak mengenal batasan dan waktu, selain itu juga bagi responden

sendiri walaupun mereka sudah mati rasa cinta dan hormat tidak akan mati. Sama halnya

dengan Yakub yang ketika ia mati memberikan perintah kepada Yusuf untuk berjanji ketika

Yakub mati haruslah dibawa pulang ke tanah Kanaan supaya dikuburkan bersama-sama para

leluhurnya, maka sebaliknya ketika Yusuf pun mati, ia harus berpesan kepada saudara-

saudaranya untuk dikuburkan ditanah Israel.

Selain itu juga AP mengatakan bahwa kalau sudah melakukan adat na gok

(sempurna/adat yang penuh) maka kami telah memiliki nama baru yaitu pomparan Ompu

Rouli Pangaribuan dan apabila ada pesta adat maka kami memakai nama ini, ketika kami

dipanggil juga maka nama ini menjadi identitas kami sebagai pomparan Ompu tersebut.55

Selain itu juga ada responden yang mengatakan bahwa upacara mangongkal holi lahir

dari rasa kekeluargaan dan cinta kasih di antara sesama anggota keluarga. Perasaan seperti

itulah yang mendorong anggota keluarga untuk bergotong royong baik untuk memberikan

pikiran, tenaga, dan juga materi, serta menggerakan anggota keluarga yang berada ditempat

lain untuk datang berkumpul dan melakukan acara ritual bersama. Karena dengan motivasi

55 Hasil Wawancara dengan A. Pangaribuan 10 September 2017

Page 26: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

62

seperti itulah yang membuat upacara mangongkal holi dipahami sebagai ungkapan syukur

kepada Tuhan, upacara mangongkal holi sebagai ungkapan tanda kasih sayang kita terhadap

orang tua yang sudah meninggal, dan juga mengingatkan kita akan masa lalu dimana kasih

sayang mereka terhadap kita yang mereka berikan kepada kita semasa hidupnya, orang tua

Batak mati-matian menyekolahkan anak-anaknya agar dapat berhasil, karena buat mereka,

anak-anaknya yang kelak akan membawa namanya, memang perjuangan orang tua tidak

dapat dibayar dengan materi.56

Selain itu penulis menemukan dalam wawancara dengan responden yang mengatakan

pentingnya ungkapan dan pengakuan manusia beradat dalam sosial masyarakat Batak, hal ini

diungkapkan oleh OAS yang melihat mangongkal holi berkaitan dengan nilai manusia di

tengah pesekutuan masyarakat. Selain itu juga OAS mengatakan bahwa mangongkal holi

merupakan satu tradisi adat Batak, selain itu juga bahwa mangongkal holi merupakan

penghormatan kepada orang tua. Dalam kekristenan Ketika mangongkal holi jangan ada yang

menangis, jangan juga mangongkal holi menjadikan tulang-belulang itu sebagai berhala atau

disembah, jangan juga ada yang menari (marnortor) dalam mangongkal holi, supaya sampai

berlanjut sampai sekarang yang mangongkal holi.

Ungkapan manusia ber-adat menjadi sebuah istilah yang sangat penting bagi

masyarakat Batak sehingga bila disebutkan hal sebaliknya manusia tidak ber-adat (tidak

maradat) menjadi istilah yang sangat sensitive karena memberi stigma yang sangat negatif

sehingga harus dihindari. Daripada dapat dilihat adanya nilai-nilai tertentu yang harus dijaga

dan coba untuk diwujud nyatakan oleh masyarakat Batak untuk menunjukkan suatu nilai dan

status sosial di tengah-tengah masyarakat yaitu; manusia beradat (maradat). Dengan sebutan

56 Hasil Wawancara dengan Op. Pangaribuan 11 September 2017

Page 27: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

63

manusia maradat berarti dia adalah manusia yang menjaga harmoni dan stabilitas

keberlangsungan kehidupan serta relasi dirinya dengan orang tua, keluarga, masyarakat dan

Tuhan. Maka dengan menjadi manusia beradat merupakan suatu posisi yang anti terhadap

penjagaan nilai-nilai, etika hukum, norma, solidaritas, dan harmoni, serta keberlangsungan

hidup. Pentingnya upacara mangongkal holi ialah untuk mengangkat dereajat marga dan

keluarga, serta merupakan budaya Batak yang sudah ada sejak zaman dulu, dalam upacara

mangongkal holi apabila upacara itu besar maka dibuatlah simbol kerbau bagi mereka karena

sudah dipenuhinya sebuah adat penghormatan kepada orang tuanya. Dengan simbol tersebut

maka orang dapat melihat bahwa keluarga tersebut sudah menjadi keluarga besar.57

Ghazali mengatakan dalam bukunya bahwa menjadi manusia yang bertatakrama dan

hidup dalam norma adalah suatu tuntutan yang umum di dalam kehidupan sosial manusia,

oleh sebab itu manusia menciptakan serangkaian adat istiadat, bahasa, benda-benda, seni dan

tarian sehingga membantu manusia dalam keberlangsungan hidup bermasyarakat dan juga

menjaga hubungan dengan sesama dalam relasi sosial yang harmonis. Penghormatan kepada

leluhur adalah suatu praktik budaya yang merupakan suatu nilai yang dianggap sangat

penting tingah-tengah masyarakat dan sudah dianggap sebagai norma umum, maka dalam hal

ini, mereka yang sudah mati tidak “diilahikan” tetapi diberikan suatu tempat khusus di

tengah-tengah sebuah komunitas untuk menjadikan mereka sebagai makhluk yang dihormati.

Upacara yang dilakukan merupakan fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas

masyarakat dan juga bukan semata-mata menjalankan kewajiban adat, atau rasa bakti tetapi

sudah menjadi kewajiban sosial.58 Dalam penelitian yang dilakukan, penulis disini mencoba

57 Hasil Wawancara dengan Op A. Sitinjak 12 September 2017 58 Adeng Muchtar Ghazali, Antropologi Agama: Upaya memahami Keragaman Kepercayaan, Keyakinan,

dan Agama (Bandung: Alfabeta, 2011), 91.

Page 28: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

64

untuk melihat cara berpikir manusia yang meliputi; genealogical imangination dan imagined

community yang telah mendorong manusia untuk menyusun kembali narasi tentang identitas,

genealogi dan komunitasnya. Reissman mengatakan bahwa identitas baik secara personal

maupun komunal senantiasa dikonstruksikan melalui serangkaian cerita yang disusun dan

diberitakan kepada orang lain dan mereka dapat sehingga dapat memahami kelompok kita

atau bahkan sebaliknya. Karena itu pentingnya untuk melihat mangongkal holi lebih dari

sekedar ritus budaya tetapi suatu narasi yang dideskonstruksikan oleh pelakunya.59

Di sisi lain penulis menemukan responden yang pernah melakukan upacara

mangongkal holi pada tanggal 6 Agustus 2017, di kota Bandung untuk dibawa ke kampung

Limbong, sebelum di bawa ke kampung Limbong mereka melakukan upacara mangongkal

holi, FL mengatakan bahwa ada tahapan dalam melakukan mangongkal holi yaitu; pertama-

tama adalah sebelum mangongkal holi adanya ibadah yang di damping oleh pendeta, agar

tidak simpang siur pemahaman akan mangongkal holi dan agar diberkati Tuhan

keturunannya maupun acaranya berlangsung dengan baik dan lancar. Setelah ibadah

kemudian acara adat, yang terpenting adalah hula-hula (karena yang di digali adalah

perempuan), yang pertama yang menggali diawali oleh pendeta, kemudian anaknya, dilanjut

oleh hula-hula, dan setelah itu kemudian digalilah oleh orang-orang yang di sekitar daerah

tersebut agar cepat digalinya mereka kemudian memberi uang.

Setelah digali diangkat yang menerima tulang-tulang tersebut ialah tulangnya, setelah

diambil dicuci, dengan asam, kunyit dan demban, supaya tidak ada bakteri lagi, kemudian

dimasukkan ke kain putih, kain putih merupakan simbol kesucian dikarenakan orang mayat

sudah suci dan sudah bersatu dengan Tuhan, ketika dimasukkan ke kain putih harus disusun

59 Cathrine Kohler Reissman, Narative Methods for the Human Sciences (Los Angeles: Sage pulication,

2008), 8.

Page 29: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

65

terlebih dahulu kemudian di pakaikan ulos, dan diangkat oleh boru yaitu istri dari anak

pertama setelah itu dibawa kegerja dan tidak boleh dibawa kerumah. Bagi FL, bahwa penting

melakukan upacara mangongkal holi, yaitu untuk menghormati leluhur, salah satu cara

menghormatinya yaitu dengan di tempatkannya ke tempat yang layak yaitu di simen (tugu).

FL juga mengatakan bahwa mangongkal holi ialah sebagai tanda pemenuhan adat

pemakaman kepada orang tua mereka. Selain itu juga FL mengatakan bahwa ketika kami

melakukan upacara tersebut itu berarti selesailah adat untuk orang tua dan itu tandanya orang

tua kami adalah orang yang sudah memiliki hamoraon, hagabeon, dan hasangapon yang

menjadi rangkaian adat kepada orang tua kita.60

Selain itu penulis menemukan responden, FS mengatakan bahwa mangongkal holi

merupakan suatu tradisi sebagai bentuk penghormatan, apabila keluarganya sudah mampu

untuk melakukan upacara mangongkal holi maka upacara tersebut dapat mengangkat harkat

orang tua untuk ditempatkan yang lebih supaya bersatu dengan orang tua yang lain atau

leluhur. Selain itu juga FS mengatakan bahwa yang melakukan upacara mangongkal holi

ialah mereka yang mau melakukannya, karena tergantung dari kemampuan mereka apakah

mereka mau melakukannya atau tidak selain itu menyangkut dana, apabila dananya sudah

mencukupi maka itu dapat terlaksanakan, karena dalam melakukan upacara tersebut harus

mengundang saudara-saudara baik itu yang ada diperantauan maupun yang ada dikampung

halaman. Responden juga mengatakan menganai waktu karena untuk melakukan upacara

mangongkal holi diperlukan waktu yang panjang kurang lebih sekitar lima sampai sepuluh

tahun agar tidak ada lagi daging dari orang yang sudah meninggal tersebut atau bisa

60 Hasil Wawancara dengan F. br Limbong 18 September 2017

Page 30: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

66

dikakatan sampai membusuk dan yang tersisa hanyalah tengkoraknya saja sehingga itu dapat

diangkat.

Menurut FS mengenai pandangan Batak diaspora tentang mangongkal holi ialah

bahwa, bila masih seumur dengan mereka yang sudah tua mereka berpikir itu pasti mereka

mengerti, akan tetapi bila orang Batak yang sudah lahir di tanah rantau tergantung keterangan

apa yang diberitahukan oleh orang tuanya dan mereka tidak peduli lagi Sebelum melakukan

mangongkal holi perlu ada suatu musyawarah (martonggo raja), supaya terjadi mufakat

untuk melakukan acara mangongkal holi, dan yang ada disitu ialah tulang (bila bapa yang

meninggal), dan hula-hula (bila ibu yang meninggal), dan apabila sudah terjadi kata mufakat

maka acara dapat berjalan secara adat. Selain itu juga disisi lain diperlukan dana yang cukup

besar untuk melakukan upacara tersebut karena akan banyak mengundang saudara-saudara

baik yang ada di kampung maupun yang ada di perantauan. Selain ajang untuk mengangkat

harkat dan martabat orang tua atau leluhur ketempat yang lebih, tetapi anjang untuk

bertemunya keluarga yang dari rantau dan yang terdapat dikampung halaman sehingga

mereka dapat mengenang masa lalu mereka.61

Penulis juga menemukan adanya suatu pemahaman dari SS, yang mengatakan bahwa

mangongkal holi merupakan tambahan untuk budaya Batak karena adat yang dominan dalam

adat Batak ialah penghormatan kepada orang mati, karena menyangkut kehidupan orang

Batak, dalam sejarahnya mangongkal holi pada zaman pra-Kekristenan pada saat itu ketika

setelah digali tulang-tulang dari orang yang sudah meninggal tidak dibawa kegereja

melainkan dibawa kerumah lalu mereka menyembah tulang-tulang itu, marnortor, ditangisi,

dan menurut sejarahnya bahwa upacara tersebut sudah ada sejak zaman nenek moyang orang

61 Hasil Wawancara dengan F. Simbolon 19 September 2017

Page 31: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

67

Batak, karena nenek moyang orang Batak tidak terlepas dari adat istiadat. Ketika kekristenan

masuk ke tanah Batak maka dalam segi pelaksanaan maka pada acara mangongkal holi

setelah di gali tulang-tulangnya disimpan di peti lalu ditutup oleh ulos yang merupakan

simbol dari kehidupan (supaya kehidupan semakin diberkati dan panjang umur) setelah itu

kemudian tulang-belulangnya dibawa kegereja untuk disimpan apabila itu belum dibawa ke

tana Batak, setelah sampai di tanah Batak maka kemudian di masukkan ke tugu (suatu simbol

yang tepat untuk proses kesatuan marga dan bukti penghormatan kepada nenek moyang), ini

mau menunjukkan bahwa tradisi orang Batak untuk menghormati leluhur atau orang tua

sebelum datangnya Kekristen tetap berlangsung sampai Kekristen datang ke tanah Batak.

Selain itu tugu merupakan simbol kebatakan (marga) dan simbol untuk kebatakan (adat),

karena melalui tugu, orang Batak membentuk kebatakannya, mempersatukan masa lalu, masa

kini dan masa yang akan datang.62

Bagi DP mangongkal holi bahwa upacara mangongkal holi tidak hanya meninggikan

status sosial leluhur tetapi juga meninggikan status mereka sebagai keturunan para leluhur,

dalam penuturannya bahwa ada tiga hal yang dicari oleh masyarakat Batak yaitu Hamoraon

(kekayaan), Hagabeon (keturunan yang banyak), dan Hasangapon (kehormatan) nyata di

ketiganya sangatlah penting dalam orang Batak, karena lewat upacara ini, tampaklah bahwa

orang tua dan kakek yang sudah digali tulang-belulangnya itu adalah orang yang memiliki

ketiganya63

Selain itu juga menurut RP bahwa dengan berlangsungnya upacara mangongkal holi

bertujuan untuk menguatkan antara sesama anggota keluarga yang berdomisili di tempat-

tempat yang berbeda dan lewat upacara ini juga mereka dapat saling mengenal dan terlebih

62 Wawancara Via telephone, Pdt.S.M Simbolon, 20 September 2017, 14.30 WIB 63 Wawancara D. Pangaribuan 21 September 2017 17.00 WIB

Page 32: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

68

lagi saling belajar memahami satu sama lainnya serta di bangun harapan agar keluarga ini

dapat tetap bersatu, saling menopang dan membantu agar anggota keluarga tersebut dapat

berhasil. Upacara ini juga membuat relasi bukan saja terbatas pada pertalian keluarga tetapi

menjadi koneksi dan relasi sekampung halaman. Karena yang paling menonjol dalam

upacara ini ialah adanya sikap sehati, sepikiran, dan sepenanggungan serta adanya sikap

solidaritas antara keluarga, karena upacara yang seperti ini merupakan acara yang besar dan

bukan upacara yang main-main, apabila setiap orang menonjolkan dirinya maka akan terjadi

perpecahan antara keluarga, tetapi disinilah kita harus hidup rukun antara kakak-beradik, bisa

damai dan tertawa bersama, apalagi kita harus menerima keluarga dari pihak masing-masing

karena itulah yang harus di jaga. Karena itu upacara mangongkal holi memperluas makna

“keluarga” dan “saudara/I” yang tadinya hanya ditunjukan hanya kepada keluarga kandung

(sedarah daging) kini ditujukan kepada anggota masyarakat yang manjemuk.64

Lewat pemaknaan ini, maka solidaritas tidak lagi berbicara sebatas rasa tanggung

jawab kepada anggota tetapi juga orang yang diluar keluarga seperti teman sekampung.

Disamping itu juga, upacara mangongkal holi membuat batas tegas antara orang kota dan

orang kampung menjadi kabur, karena lewat upacara mangongkal holi telah membuat semua

orang dan tempat menjadi terhubung.

Penulis juga mendapatkan responden yang mengatakan pada acara mangongkal holi

itu penting karena menurut pandangan BSP mengatakan bahwa untuk mengingatkan siapa

kita, karena banyak orang Batak yang sudah hidup di rantau dan jaya, lupa sama

keluarganya. Orang Batak yang sudah di rantau terkadang mereka ada yang melakukan

upacara mangongkal holi dan juga ada yang tidak karena untuk melakukan itu diperlukan

64 Hasil Wawancara dengan R. Pangaribuan 22 September 2017

Page 33: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

69

dana yang cukup besar dan harus mengadakan pesta. Melakukan upacara tersebut pastilah

harus dengan adat Batak, di awali dengan musyawarah, acara gereja, lalu barulah mulai

penggalian. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua dan sebagai tradisi,

upacara ini juga mengingatkan kita akan pentingnya suatu pembelajaran bagi orang Batak

yang hidup di zaman sekarang dan yang sudah hidup merantau ditempat lain, sudah hidupnya

terjamin atau sudah jaya, lupa sama keluarga, ini orang yang simbong yang tidak tahu siapa

dirinya, lewat upacara ini maka kita harus merenung atau intropeksi diri, bahwa kita

benginilah dulunya, orang tua dan kakek memperjuangkan kehidupan kita supaya menjadi

manusia, maka di dalam upacara ini rasa kekeluargaan semakin ditekan, harus saling tolong-

menolong, dan sama-sama memiliki tanggung jawab serta saling bersatu.65

Penulis menemukan responden yang mengatakan bahwa upacara mangongkal holi

dari sisi adat itu merupakan suatu penghormatan kepada leluhur, akan tetapi di sisi lain

adalah karena adanya pergusuran oleh pemerintah sehingga mereka melakukan upacara

mangongkal holi, akan tetapi, Mangongkal holi tidak terlalu penting, karena dari sisi dana

bahwa upacara mangongkal holi perlu memakan biaya yang sangat banyak Apabila dilihat

dari sisi adat maka mangongkal holi merupakan suatu penghormatan terhadap orang tua,

tetapi apabila dilihat dari sisi pemerintah, maka adanya suatu penggusuran yang dilakukan

sehingga mereka harus melakukan upacara mangongkal holi, tetapi upacara ini tidak terlalu

sangat penting karena menyangkut biaya, dan membutuhkan persiapan yang baik serta dapat

meluangkan waktu, karena melakukan upacara tersebut memerlukan waktu yang panjang.

Apabila mereka memiliki sebidang tanah maka mereka dapat membangun tugu dan tempat

dimana tugu itu berdiri menjadi milik keluarga tersebut dan diakuioleh semuat keluarga serta

65 Hasil Wawancara Via telepon dengan B.S Pangaribuan, 26 Oktober 2017

Page 34: BAB III KEKERABATAN, MASYARAKAT BATAK, DAN …€¦ · 39 kata dibunyikan menjadi “k”.7 Dalam literatur khususnya Kamus Melayu, istilah “Batak” bukan saja bermakna penunjukkan

70

tidak ada yang mengganggu gugat akan hal itu. Orang Batak memliki tanh pusaka yang

diwariskan oleh leluhur kepada keturunannya, tetapi ada juga yang tidak memiliki tanah

warisan.66

66 Hasil Wawancara Via telepon dengan R.S br. Pasaribu, 30 Oktober 2017