BAB III KAJIAN EMPIRIS KOMUNIKASI SUAMI-ISTRI NELAYAN …digilib.uinsby.ac.id/16531/6/Bab 3.pdf ·...
-
Upload
hoangkhuong -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of BAB III KAJIAN EMPIRIS KOMUNIKASI SUAMI-ISTRI NELAYAN …digilib.uinsby.ac.id/16531/6/Bab 3.pdf ·...
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
BAB III
KAJIAN EMPIRIS KOMUNIKASI SUAMI-ISTRI NELAYAN DESA
PALANG KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN
A. Deskripsi desa palang
Desa palang merupakan daerah pesisir yang tepatnya berada di utara pulau
Jawa dengan Laut Jawa menjadi batas utara wilayahnya, Desa Glodog menjadi
batas selatan danTimurnya, serta Desa Gesikharjo menjadi batas baratnya.
Penduduk desa palang dapat dibilang sangat padat, pasalnya, dengan luas
wilayah 14,075 HA penduduknya mencapai 3992 jiwa dari 1112 Kepala
Keluarga. Dari total jumlah penduduk tersebut angka penduduk laki-laki dan
perempuan tak jauh berbeda, 1980 laki-laki dan 2012 perempuan. Mayoritas
penduduk desa palang beragama Islam, pasalnya 3961 dari 3992
jiwapenduduknyamerupakanberagamaislam. Di desaPalangjugahanyaterdapat 1
masjid dan 10 mushollasebagaisaranaperibadatan. Adapun data-data diatas
diperoleh dari
Jumlah penduduk
menurut
Jumlah
Jenis Kelamin
Laki-laki 1980
Perempuan 2012
Kepala Keluarga KK 1112
Kewarganegaraan WNI
Laki-laki 1980
Perempuan 2012
Laki-laki -
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
Kewarganegaraan WNA Perempuan -
Tabel 3.1: kependudukanDesaPalang
Agama Jumlah
Islam 3961
Kristen 1
Hindu -
Budha -
Katholik -
Tabel 3.2 : jumlahpendudukmenurut Agama terhadap Yang MahaEsa
Sarana peribadatan Jumlah
Masjid 1
Musholla 10
Gereja -
Wihara -
Pura -
Tabel 3.3 : Bidangbangunan Agama
Kondisi geografis desa palang berada di dataran rendah, hanya 2 meter
ketinggian tanah dari permukaan laut, dengan curah hujan 3mm/tahun. Jarak desa
palang dari pusat pemerintahan kecamatan hanya 1.5 Km, jarak dari Ibu kota
kabupaten 9 Km, jarak dari Ibu kota Propinsi 105 Km, serta jarak dari Ibu Kota
Negara 999 Km.
Dari uraian diatas dapat terlihat jelas bahwa desa palang merupakan desa
pesisir pantai yang mayoritas penduduknya merupakan seorang nelayan. Dari
jumlah keseluruhan penduduk desa palang, 1376 jiwa bermata pencaharian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
sebagai nelayan, 23 jiwa menjadi buruh tani, 19 orang menjadi pertukangan, 435
menjadi karyawan, 275 menjadi pedagang.
Jenis pekerjaan Jumlah
Karyawan 35
Pedagang 275
Tani 1
Pertukangan 19
Buruhtani 23
Pension 4
Nelayan 1376
Pemulung -
Jasa -
Tabel 3.4 : Jumlahpendudukmenurutmatapencaharian
Jumlah penduduk desa palang menurut usia yakni 325 orang kisaran umur
0-3 tahun, 331 orang kisaran umur 4-6 tahun, 513 umur 7-12 tahun, 388 umur 13-
15 tahun, 342 umur 16-18 tahun, 2062 orang kisaran umur 19-keatas. Adapun
jumlah penduduk menurut usia pada kelompok tenaga kerja di desa palang, usia
10-14 tahun berjumlah 350 jiwa, usia 15-19 tahun berjumlah 998 jiwa, usia 20-26
tahun berjumlah 877 jiwa, usia 27-40 tahun berjumlah 630 jiwa, usia 41-56
berjumlah 617 jiwa, 57-keatas berjumlah 378 jiwa.
Usia Jumlah
0-3 325
4-6 311
7-12 513
13-15 388
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
16-18 342
19-keatas 2062
Tabel 3.5 : JumlahpendudukmenurutUsia (Kelompokpendidikan)
Usia Jumlah
10-14 350
15-19 998
20-26 877
27-40 630
41-56 617
57-keatas 378
Tabel 3.6 : Jumlahpendudukmenurutusia (kelompoktenagakerja)
Jumlah penduduk desa palang menurut tinggat pendidikan, Taman Kanak-
Kanak 263 orang, Sekolah Dasar 302, SMP 273, SMA 112, Sarjana 30. Adapun
penduduk desa palang yang lulus di pendidikan khusus, PondokPesantren 175
orang dan madrasah 267 orang.
Lulusan pendidikan umum Jumlah
Taman kanak-kanak 263
SekolahDasar 302
SMP 273
SMA 112
D1-D3 6
Sarjana 30
Tabel 3.7 : Jumlahpendudukmenuruttingkatpendidikan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
Lulusan pendidikan khusus Jumlah
Pondok Pesantren 175
Madrasah 267
Pendidikan Keagamaan -
Sekolah luar biasa -
Kursus ketrampilan -
Tabel 3.8 : Jumlahpendudukmenuruttingkatpendidikan
Adapun sarana prasarana pendidikan di desa palang mempunyai gedung
sekolah Dasar Negeri 4 buah dangan 11 guru dan 140 murid. Selain itu desa
palang juga memiliki sarana prasarana pendidikan swasta. 2 gedung buah
kelompok bermain dengan 9 guru dan 45 murid, 2 gedung Taman Kanak-kanak
dengan 6 guru dan127 murid, 3 gedung Sekolah Dasar dengan 20 guru dan 254
murid, 3 gedung SLTP dengan 19 guru dan 257 murid, 2 gedung SMA dengan 15
guru dan 150 murid.
Selain sarana prasarana pendidikan negeri dan swasta, ada juga sarana
prasarana pendidikan khusus di desa palang,1 gedung pondok pesantren dengan 2
pengasuh dan 25 murid, 3 gedung madrasah dengan 20 guru dan 257 murid.
Jenis pendidikan Negeri Swasta
Gedung Guru Murid Gedung Guru Murid
Buah Orang Orang Buah Orang Orang
Kelompok
bermain
2 9 45
TK 2 6 127
SD 4 11 140 3 20 254
SMP 3 19 257
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
SMA 2 15 150
Akademi
PerguruanTinggi
Tabel 3.9 : PendidikanUmum
Jenis pendidikan Gedung (buah) Guru/pelatih
(orang)
Murid (orang)
Pondok Pesantren 1 2 25
Madrasah 3 20 257
SLB
Sarana pendidikan
non formal
Tabel 3.10 : Pendidikankhusus
Bidang kemasyarakatan pun juga ada di desa palang ini, ada 4 kelompok
majelista‟lim dengan jumlah 680 anggota, dan 1 kelompok remaja masjid dengan
290 anggota.
Keagamaan Jumlah Kelompok
Majelista‟lim 680 4
Majelisgereja
Majelisbudha
Majelishindu
Remaja masjid 290 1
Remajagereja
Remajabudha
Remajahindu
Tabel 3.11 : Organisasikemasyarakatan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
B. Data Penelitian
a. Profil Subjek Penelitian
Dalam sebuah penelitian sosial, manusia merupakan obyek yang
diteliti. Pihak yang terlibat langsung dalam penelitian sebagai pelaku
berkaitan dengan topik penelitian dan mengetahui serta menjalani sendiri
sebagai tokoh utama disebut dengan subjek penelitian. Sedangkan pihak lain
yang mungkin saja berkompeten dalam hal yang besesuian dengan topik
penelitian namun bukan sebagai pelaku tetapi memiliki kompetensi terkait
topikpenelitian dapat disebut dengan informan penelitian.
Dalam penelitian berjudul Pola Komunikasi Keluarga Nelayan di
Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, adapun subjek penelitian
yang dimaksud adalah pasangan suami-istri yang profesi dari suami adalah
seorang nelayang dan keduanya tinggal di desa palang secara menetap. Untuk
kategorisasi yang lain terkait dengan tipe nelayan yang merupakan cara kerja
suami dalam pergi kelaut dikhususkan kepada mereka yang melaut bisa
berminggu-minggu untuk menangkap ikan dilautan lepas. Adapun kategori
nelayan dengan cara kerja seperti itu di desa palang disebut dengan ngebog.
Informan penelitian dari segi istri tidak ada pengkategorian secara khusus,
baik dari segi usia, lama perkawinan, status sosial dan lainnya. Karena
pengkategorian terhadap istri tidak berpengaruh dalam proses perencanaan
penelitian ini, namun nantinya akan diketahui dari hasil penelitian dari proses
wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
Adapun Subjek penelitian skripsi ini adalah 6 orang pasangan suami-
istri yakni; Sugiono-Sukinem, Herman-Lastri, Didik Suprayetno-Via. Profil
lebih lanjut dari keenam subjek penelitian diatas adalah sebagi berikut;
Bapak Sugiono
(gobek)
Bapak Sugiono (70 tahun) adalah seorang
nelayan desa palang dengan cara kerja ngebok
selama 7 hari waktu pelayaran dan 4 hari waktu
bersandar secara periodik apabila tidak ada
halangan tertentu seperti sakit atau kegitan lain
yang harus meninggalkan pekerjaan nelayannya.
Maksud dari sistem layar 7 hari dan sandar 4 hari
adalah selama 1 minggu Bapak sugiono mencari
ikan dilautan lepas kemudian menepi untuk
menjualkan ikannya kepada juragannya dan
tinggal seejenak dirumah selama 4 hari kemudian
berlayar lagi satu minggu dan seperti itu
seterusnya. Bapak Sugiono memang merupakan
seorang belah, yakni kuli atau orang yang ikut
bekerja mencari ikan menggunakan kapal orang
lain sehingga tugasnya hanya sampai menjual
atau mengembalikan ikan hasil tangkapannya
untuk diberi upah oleh juragan. Hasil melaut
yang diperoleh Bapak sugiono selama satu
minggu berlayar dihargai oleh juragannya rata-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
rata 850 ribu dalam sekali tangkapan ngebok.
Bapak Sugiono mulai menjadi nelayan sejak usia
19 tahun sebelum ia menikah karena memang
merupakan pekerjaan ayahnya juga dan anggapan
Bapak sugiono terkait profesinya tersebut adalah
turunan yang juga sudah diturunkan keanak-
anaknya. Ketiga anak dari sugiyono dan sukinem
berjenis kelamin laki-laki dengan usia sudah
dewasa (20-35 tahun) juga bekerja sebagai
nelayan.
Ibu Sukinem
(yat)
Sukinem (75 tahun) adalah istri dari sugiono yang
mempunyai usia yang lebih tua dari suaminya.
Untuk membantu perekonomian keluarga
sukinem mempunyai usaha yakni berjualan
gorengan. Ini dilakukan untuk turut memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Dalam penuturannya
digunakan sebagai urusan dapur. Namun tetap
baginya, pekerjaannya hanyalah seorang ibu
rumah tangga yang mengurusi kebutuhan suami
dan anak-anaknya walau diusianya yang sudah
tua.
Bapak Herman
(tres)
Bapak Herman (41 tahun) seorang nelayan desa
palang dengan cara kerja ngebok selama 8 hari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
waktu pelayaran dan 3 hari waktu bersandar.
Dibandingkan dengan sugino waktu berlayar
herman lebih lama satu hari. Dari
pendapatannya,tentu penghasilan Bapak herman
lebih banyak yakni 900 ribu setiap sekali ngebok.
Perbedaan yang hanya sekitar 50 ribu tersebut
disebabkan karena juragan dari Bapak sugonodan
Bapak herman berbeda. Karena setiap juragan
biasanya telah membuat kesepakatan tersendiri
dengan para belah-nya. Sama dengan Bapak
sugiono, pekerjaan nelayan merupakan pekerjaan
turunan. Namun, masih belum ada satu dari
kelima anaknya yang menjadi nelayan karena
memang kelima anaknya masih kecil. Adapun
anak pertamanya berjenis kelamin seorang wanita
yang sudah sekolah ditingkat strata satu. Namun
keempat adiknya yang berjenis kelamin laki-laki
yang harusnya sudah SMA memilih untuk tidak
sekolah sedangkan ketiga lainnya masih
bersekolah di tingkat SMP dan SD. Ketika
ditanya akan kah anak kedua nya nanti apabila
diperbolehkan bekerja akan dijadikan nelayan,
herman mengatakan “iya”.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
Ibu Lastri
(zul)
Lastri (40 tahun) adalah istri dari Herman, dia
sepenuhnya menjadi istri yang mengurusi segalah
pekerjaan rumah tangga seperti memasak,
membersikan rumah, mencuci, mengurusi
keperluan suami dan meramut anak-anaknya.
Alasan kenapa Lastrii tidak bekerja (sampingan)
adalah karena masih memiliki 3 anak kecil yang
masih perlu dirawat dan sangat masih bergantung
kepada ibunya. Walaupun begitu lastri mencoba
tidak memberatkan suami dengan meminta
diberikan barang-barang tertentu. Sebaliknya
lastri mencoba mencukup-cukupkan pendapatan
suami untuk keperluan setiap minggunya bahkan
masih terfikir untuk menyisakan dan dapat
ditabung.
Bapak Didik
Suprayetno
(ganden)
Bapak Didik Suprayetno (26 tahun) memulai
bekerja sebagai nelayan sejak usia 14 tahun. Dia
juga bekerja dengan sistem ngebok selama 7 hari
pelayaran dan 4 hari sistem sandar. Dari sitem
kerja ketiga nelayan ini periode hari yang
dilakukan adalah 11 harian. yang berarti dalam
satu bulan dapat dikatakan pendapatan yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
diterima adalah 3 kali waktu pelayaran. Bapak
Didik merupakan seorang juragan “pemilik
kapal”yang juga turut ikut menangkap ikan
dilautan dengan sistem ngebok. Dari
pendapatannya melalui sistem ngebok Bapak
didik bisa memperoleh pendapatan sekitar 800
ribu. Namun dari kepemilikan dari perahunya
didik dapat mengantongi beberapa kali lipat uang
untuk dirinya tersebut dikalikan jumlah nelayan
yang ikut berlayar saat itu. Sebagai contoh
apabila orang yang ikut berlayar saat itu 10
orang, maka dari kepemilikan perahu didik
mendapat uang sebanyak 8 juta rupiah.
Dalam sekali nelayan dengan sistem ngebok, saat
menepi penjualan dari ikan yang ditangkap,
pendapatan bisa mencapai total 15-30 juta.
Dengan pembagian upah
1 : 2 : banyak nelayan
Ketika menggunakan rata-rata pendapatan
nelayan 800 dengan misal jumlah nelayan 10
orang maka uang tersebut pembagiannya adalah 8
juta dibagikan kepada 10 orang nelayan. 8 juta
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
untuk pemilik kapal dan (2x 800) = 1,6 juta untuk
pemilik mesin. Contoh diatas menggunakan misal
total uang yang didapat sekali menepi adalah 17,6
juta.
Bapak Didik mempunyai 2 anak yang masih kecil
yang berjenis kelamin laki-laki, namun dia
berharap kedepan anak-anak nya mendapat
pekerjaan yang lain yang lebih baik ketimbang
menjadi nelayan.
Ibu Via Via (21 tahun) adalah istri dari didik yang bekerja
sebagai guru mengaji di TPQ desa palang. Selain
itu tetap pekerjaannya adalah ibu rumah tangga
yang mengurusi keperluan suaminya dan kedua
anaknya yang masih kecil. Di usianya yang
memang masih muda ia sudah siap berumah
tangga dengan segala permasalahan yang
memang pernah terjadi. Namun via melihat hal
ini sebagai proses pendewasaan dalam
pernikahan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
b. Profil Informan Penelitian
Informan penelitiian yang merupakan pihak yang tidak terlibat secara
langsung dengan topik penelitian dan berada diluar pengkategorian yang
dibuat peneliti untuk subjek penelitian antara lain:
Kapala Desa Agus Abdul Manan SH
Sekretaris Desa Heppy Mundhofar
Perserikatan Nelayan Ramto
Nelayan asal Pasuruan Paji
c. Komunikasi Suami-Istri Nelayan Desa Palang Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban
Berdasarkan sistem kerja nelayan desa palang dengan sistem ngebok
yang mengharuskan suami lebih sering berada dilaut maka proses komunikasi
antar suami-istri tidak bisa seperti keluarga yang lain yang dapat
berkomunikasi layaknya suami-istri yang dapat bertemu setiap hari.
Saat suami melaut, aktifitas yang dilakukan oleh para istri beraneka
ragam. Ibu Sukinem menghabiskan waktu dengan berjualan. Ketika
berjualan proses komunikasi yang dilakukan hanya sebatas komunikasi
penjual dan pembeli. Para pembeli gorengan Ibu sukinem tidak tersegmen
pada pihak-pihak tertentu. Pembeli gorengan antara lain para tetangga, bapak-
bapak, ibu-ibu, para remaja dan anak kecil.
“Lak pas bapak‟e nang segoro, tetep dodolan ngider nang wong-
wong kampung, seng tuku yo bocah-bocah lak gak yo tonggo-tonggo
dewe kene mas. Lak nang TPI yo wong-wong miyang ngunu akeh
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
ngompol (Kalau bapak sedang berlayar menangkap ikan tetap jualan
keliling ke warga kampung, yang beli ya anak-anak dan para
tetangga dekat-dekat sini mas. Kalau di TPI [read: Tempat
pelelangan Ikan] ya nelayan-nelayan yang berkumpul beli.)
Berbeda dengan Ibu Sukinem, Ibu Lastri menghabiskan waktu
untuk mengurusi keperluan 3 anaknya yang masih sekolah. Hubungan Ibu
Lastri dengan anak-anaknya berlangsung setiap hari dengan pembahasan tak
lain urusan sekolah. Komunikasi dengan orang lain yang dilakukan selain
dengan putra-putrinya yakni dengan para tetangga. Pada sore hari setelah
mengurusi anak-anak untuk belajar mengaji di TPQ biasanya Ibu lastri
menghabiskan waktu dengan tetangga-tetangganya untuk berbincang
menghabiskan senja.
“ onok, gak onok bapak ya kene tetep ngurusi cah.. cah iki mas,
masakne, ngadusi, mbelajari ya koyok ibuk-ibuk liyane... yo gak
mungkin mas mek ngomong karo anak tok, sore2 ngunu lak marine
cah-cah ngaji, akune wes ayu marine sembahyang yo nyanngkruk
ndek ngarepe omah ambek tonggo-tonggo kene mas ... seng diomong
yo kadang ibuk-ibuk nggosip..” (ada nggak bapak ya tetep ngurusi
anak-anak mas, membuat makanan, memandikan, memberi pelajaran
(mengerjakan PR) sama seperti ibu-ibu lainnya... ya tidak mungkin
mas kalau berbincang dengan anak-anak saja waktu sore hari setelah
anak-anak mengaji dan saya sudah cantik setelah sholat ashar ya
kumpul didepan rumah dengan tetangga.. yang dibicarakan ya
kadang-kadang gosip mas”
Ketika ditanya mengenai gosip yang dibicarakan, ketika peneliti
menyinggung apakah salah satunya terkait kehidupan rumah tangga tetangga
yang sedang mengalami masalah, Ibu Lastri membenarkan.
“ iyo lah mas, yo kan jenege tonggo kabeh kudu pengen ngerti”.
Saat suami melaut, aktifitas yang dilakukan oleh para suami aslinya
sama saja, tergantung bagian pekerjaan yang di ambil oleh suami. Seperti
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
Didik Suprayetno, ia merupakan pemilik kapal atau biasa disebut juragan,
tugasnya hanya mengemudikan kapal saja, dan membantu para „belah‟ saat
kualahan menangkap ikan.
“asline tugasku yo mok nyetir kemudi tok, soale aku seng duwe kapal,
tapi lek ndelok belahku yo sakno, mesti tak ewangi mas”. (aslinya
tugas saya hanya menyetir kemudi saja, soalnya sayakan yang punya
kapal. kalau lihat buruh (pekerja) saya kesusahan, pasti saya bantu)
Saat ditanya mengenai komunikasi dengan keluarganya saat ia berada
di laut, ia langsung bingung, karena tak pernah ia bisa menghubungi
keluarganya, namun, saat hendak bersandar sekitar kurang lebih dua jam
sebelum bersandar, ia baru bisa menghubungi keluarganya yang ada dirumah.
“yo gak isok mas, ogak onok sinyal nok segoro, mung isok ngabari lek
wes apene mepet nang TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kiro kiro rong
jam sam durunge teko darat”. (ya tidak bisa mas, tidak ada sinyal di
tengah laut hanya bisa memberi kabar kalau sudah dekat dengan TPI,
kira-kira dua jam sebelum mendarat).
Namun, didik menjelaskan bahwa sangat terjalin bagus komunikasi
antar sesama nelayan saat berada di laut, pasalnya sama-sama hidup di
tengah-tengah air dan tidak kelihatan daratan mereka harus bisa rukun untuk
menjaga kesolitan dalam bekerjanya.
“lek masalah podo-podo belah e yo apik mas, wong podo-podo gak
nang omah e, urip nang tengah segoro yo kudu rukun, ben hasil e
barokah”. (Kalau masalah sama-sama buruh nya ya baik mas, kan
sama-sama gak dirumahe, hidup di tengah-tengah lautan ya harus
rukun agar hasilnya berkah.
Berbeda dengan Sugiono, pria berkulit hitam pekat keturunan nelayan
yang sering dipanggil dengan sapaan „gobek‟ ini menyatakan bahwa tidak ada
komunikasi sekali dengan keluarganya yang berada di rumah, pasalnya,
gobek tidak pernah membawa alat bantu komunikasi HP saat melaut.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
75
“nggeh mboten saget komunikasi kaleh keluarga ingkang ten griyo,
kulo niki nggadah HP, nanging mboten nate kulo beto miyang, tapi
niki ingkang ndamel kulo semangat, dadose pengen kerjo semangat
ben saget mbeto mantok arto katah.”(tidak bisa berkomunikasi
dengan keluarga yang berada dirumah, saya ini punya HP, tapi tidak
pernah saya bawa berlayar, ini juga membuat saya semakin
semangat, jadi dapat membawa uang yang banyak)
Saat berada dilaut, gobek hanya bisa pasrah dengan tuhan pencipta
alam semesta, dengan tidak meninggalkan sholat meskipun berada di tengah
laut, berdoa agar diberi keselamatan oleh sang pencipta.
“Kulo nggeh naming saget sholat, ndung karo seng kuoso, ben
selamet, ben saget mentok ketemu keluarga maleh ten griyo.”(saya
tetap menjalankan sholat, menghadap yang maha kuasa agardiberi
keselamatan agar bisa pulang bertemu keluarga dirumah.)
Saat ditegaskan oleh peneliti, ditanya tentang komunikasi dengan
siapa saja saat ia berada dilaut, ia menjawab bahwa hanya dengan Allah dan
kawan-kawannya yang berada di satu perahunya.
“enggeh mas, namung kaleh rencang-rencang „belah‟ niku mawon
omong omongan, kaleh gusti pengeran nggeh pas kulo sholat niku”.
(Ya mas, hanya berbincang dengan semasa teman „buruh nelayan‟ itu
saja hanya berbincang-bincang dengan tuhan ketika saya shalat).
Berbeda lagi, pria yang sejak umur 17 tahun sudah menjadi pelaut dan
biasa disapa dengan „tres‟ ini, ia malah tidak mempunyai HP, saat berada
didarat pun ia tidak memiliki alat bantu komunikasi HP, jadi ia tidak bisa
berkomunikasi dengan keluarganya saat berada di laut.
“jelas mboten saget komunikasi kaleh bojo kulo mas, kulo ten segoro,
bojokulo ten griyo, kolo kaleh bojo kulo nggehmboten nggadah HP,
dados nggeh mboten saget ngehubungi bojokulo blas, nggeh kulo
khawatir mas asline, tapi tetep kulo ndungo dinungo (do‟a mendoa
kan) ”. (jelas tidak bisa berkomunikasi dengan istri saya mas, saya di
tengah laut, istri saya dirumah , istri saya juga tidak punya HP, jadi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
ya tidak bisa menghubungi istri saya sama sekali, ya tentu khawatir aslinya, tapi tetap saya saling mendoakan).
Pada intinya dari data di atas berdasarkan komunikasi yang dilakukan
maka dapat disimpulkan tidak ada bentuk komunikasi dalam bentuk apapun
saat suami berada di laut, dikarenakan kurang memadainya alat teknologi dan
komunikasi yang dimiliki nelayan untuk melakukan komunikasi dengan
keluarganya yang berada di rumah.
Berdasarkan sistem kerja nelayan desa palang dengan sistem ngebok
yang mengharuskan suami lebih jarang atau sedikit waktu berada di rumah
maka proses komunikasi antar suami-istri tidak bisa seperti keluarga yang
lain yang dapat berkomunikasi layaknya suami-istri yang dapat bertemu
setiap hari.
Saat suami dirumah, aktifitas yang dilakukan oleh para istri pun tetap
beraneka ragam. Ibu Sukinem tetap berjualan, malah ia di bantu oleh
suaminya saat suaminya berada dirumah. Ketika berjualan proses komunikasi
yang dilakukan tetap hanya sebatas komunikasi penjual dan pembeli, namun,
bertambah dengan adanya suami, komunikasinya bertambah dengan
suaminya. Para pembeli gorengan Ibu sukinem pun tetap tidak tersegmen
pada pihak-pihak tertentu. Pembeli gorengan antara lain para tetangga, bapak-
bapak, ibu-ibu, para remaja dan anak kecil, ditambah teman-teman suaminya
yang juga tidak melaut biasanya mampir membeli gorengannya ibu sukinem.
“lek seumpomo pas bojoku muleh, gak miyang, aku yo diewangi, terus
malah bolo-bolone bojoku biasane mampir tuku gorengan nok
nggonku”. (Kalau seumpamasuami ku pulang, tidak pergi berlayar
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
77
aku juga dibantu, terus teman-teman suami biasanya mampir membeli
gorengan di saya.)
Sukinem juga merasa seneng jika suaminya beraja dirumah, pasalnya,
saat dirumah suaminya selalu membantu pekerjaannya, dan membantu
pekerjaan rumah yang lainnya, pun juga ada yang bisa di ajak mengobrol
keluh kesalnya.
“yo enak mas, enek seng diajak omong-omongan, terus enek seng
isok ngewangi resik-resik omah lain-laine ya ngunu”.(ya enak mas,
ada yang diajak berbicara, terus ada yang bisa membantu bersih-
bersih rumah dan kegiatan lainnya).
Sama halnya dengan Lastri alias Zul, ia merasa senang saat suaminya
berada dirumah, ia dapat berkomunikasi dengan baik tanpa menggunakan alat
bantu komunikasi apapun, dan semua pekerjaan rumah bisa terasa ringan jika
suaminya berada dirumah.
“kabeh dilakoni bareng mas, lek bapak wes neng omah, gelem
umbah-umbah, yo gelem ngewangi masak. Kan podo gak isok HP an
e, dadi nek wes ketemu ngene iki baru isok omong-omongan.”
(Semuanya dilakukan bersama, kalau bapak sudah dirumah turut
mencuci baju, mau apabila disuruh memasak. Karena sama-sama
tidak bisa menggunakan HP, jadi kalau sudah ketemu baru bisa
berbincang-bincang).
Lain halnya dengan Via wanita yang masih sangat muda ini sangat
senang ketika suaminya sedang melaut, bisa bermain HP serta sudah dikasih
jatah uang untuk hidup selama suaminya sedang bekerja. Tetapi ketika
suaminya sudah di rumah, Via bisa menjaga kekeluargaan dengan suaminya,
dan bisa menjalin komunikasi secara bagus dengan suaminya ketika berada
dekat dengannya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
78
Via pun senang sekali karena pasti diajak jalan-jalan sama suaminya
ketika suaminya dirumah, dan membelikan pakaian untuk anak-anaknya.
“iya aku seneng, pas bojoku muleh nok omah pasti aku diajak jalan-
jalan, tuku klambi gawe anak-anak ku, terus ambek ngajak cah cilik-
cilik dolanan nok alun-alun”. (Iya saya senang kalau suami ku
dirumah, saya diajak jalan-jalan, dibelikan baju untuk anak-anak,
dan mengajak main anak-anak ke alun-alun).
Suami Via yang bernama Didik Suprayitno pun juga merasakan hal
yang sama ketika berada di rumah, ia sangat senang jika berada di rumah,
dikarenakan, meskipun ia membawa HP dan bisa menghubungi istrinya 2
jam sebelum bersandar. Namun, jika sudah berada di rumah, Via dan Didik
jarang menggunakan Hp, karena didik selalu mengajak Via kepanapun ia
pergi, dan tidak membuituhkan alat bantu komunikasi lagi jiga dengan
istrinya. Lain halnya jika ada urunagn dengan teman-temannya, ia baru
menggunakan Hp nya untuk menghubungi temannya.
“meskipun aku miyang nggowo Hp mas, isok ngabari bojoku, tapi
perasaanku ijek tetep kangen mas ambek bojoku, lek wes nak omah
mesti langsung tak jak dolan nak alon-alon mas, karo anak-anak ku.
Aku yo jarang gawe hp lek nak omah, lek gak ape ngabari konco-
koncoku baru aku gawe hp. Mangkane aku ambek bojoku isok rukun
lek nak omah, seje ambek bojoku biyen mas, bojo seng pertama biyen
tapi saiki wes pegatan, pas aku miyang malah bojoku seng pertama iki
golek pacar maneh, yowes langsung tak pegat mas, padahan jatah
duwek belonjo ambek jajan y owes tak cukupi, malah sampek luweh-
luweh mas”. (walau saya pergi berlayar membawa HP mas, bisa
memberikan kabar kepada istri, tetapi perasaanku masih tetap kangen
mas sama istriku, kalau sudah dirumah mesti langsung saya ajak pergi
ke alun-alun mas, bersama anak-anak saya. saya juga jarang
menggunakan HP kalu sudah dirumah. kalau gak saat mau mengabari
teman-teman saya baru saya menggunakan HP. Makannya saya bisa
rukun kalau dirumah. Berbeda dengan istri pertama saya ttapi
sekarang kami sudah bercerai ketika saya berlayar,istri saya yang
pertama malah mencari pacar lagi,langsung saya ceraikan mas,
padahal jatah uang belanja sudah saya cukupi bahkan berlebih.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
79
Herman pun juga sangat puas dengan pelayanan istrinya saat ia berada
di rumah, saya sangat di perhatikan sama istri saat dirumah.
“kabeh dicepak.i mas lek aku nak omah ambek bojoku, mangkane aku
marem lek nak omah. Isok omong-omongan ambek bojoku.Lek nok
segoro soale yo gak isok ngabari blas. Lek aku mending nang omah ae
mas, isok ambek bojoku terus, lek isuk yo ngeterno nak pasar biasa e.
(semuanya disiapkan mas kalu saya sedang dirumah dengan istri,
makannya saya sudah tenang kalau dirumah bisa mengobrol dengan
istri, kan kalau sedang ditengah laut gak bisa memberi kabar sama
sekali, kalau memilih ya mending dirumah saja mas bisa sama istri,
bisa mengantar kepasar.
Tetap sama juga seperti yang lain, Sugiono pun senang jika berada di
rumah, dikarenakan bisa membantu istrinya yang berada dirumah untuk
menjual gorengan,
Aku sueneng mas lek nang omah, isok ngewangi bojoku nggawe
gorengan”. (saya senang mas kalau dirumah, bisa membantu istri membuat gorengan).
Data berdasarkan pendekatan etnografi terkait komunikasi suami istri
nelayan Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban diperoleh data
antara lain:
1. Terdapat panggilan sayang antgar pasangan keluarga nelayan, misalnya
bapak “sugiono” dipanggil dengan sebutan gobeg, sedangkan istrinya ibu
Sukinem dipanggil “yat”.
Pasangan yang lain seperti bapak Herman mendapatkan panggilan satang
dari istrinya ibu lastri yaitu “Tres”. Sedangkan ibu Lastri sendiri
mendapat panggilan “Zul‟.
Bapak didik dapat panggilan sayang “ Ganden”dari istrinya. Terkait
alasan pemberian panggilan sayang tersebut semuanya tidak memberikan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
80
alasan secara jelas terkait alasan pemberian panggilan sayang tersebut,
namun, dengan sendirinya seiring berjalannya pernikahan mereka,
panggilan sayang tersebut dapat menjadikan hubungan mereka semakin
dekat.
Dalam komunikasi sehari-harihari yang dilakukan oleh suami-istri
nelayan Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, dalam komunikasi
verbal terkait penggunaan bahasa terdapat kata-kata yang hanya diketahui
oleh masyarakat desa Palang, yang memiliki arti berbeda apabila digunakan
di daerah lain, adapun beberapa contohnya penggunaan istilah “sakcepet” di
Desa Palang berarti jumlah uang 1 juta, namun di daerah lain bisa berarti
rokok 1 cepet. Kata “Ujur-ujur” di Desa Palang berarti orang yang membantu
menjual ikan, dan bahasa ini hanya diketahui oleh masyarakat palang, ada
juga istilah “ngorek” berarti orang yang ikut memilih ikan sesaat sebelum
ikan dijual, “belah” berarti anak buah kapal atau buruh yang ikut bekerja
sebagai nelayan.