BAB III KAJIAN EMPIRIS KOMUNIKASI SUAMI-ISTRI NELAYAN …digilib.uinsby.ac.id/16531/6/Bab 3.pdf ·...

22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 59 BAB III KAJIAN EMPIRIS KOMUNIKASI SUAMI-ISTRI NELAYAN DESA PALANG KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN A. Deskripsi desa palang Desa palang merupakan daerah pesisir yang tepatnya berada di utara pulau Jawa dengan Laut Jawa menjadi batas utara wilayahnya, Desa Glodog menjadi batas selatan danTimurnya, serta Desa Gesikharjo menjadi batas baratnya. Penduduk desa palang dapat dibilang sangat padat, pasalnya, dengan luas wilayah 14,075 HA penduduknya mencapai 3992 jiwa dari 1112 Kepala Keluarga. Dari total jumlah penduduk tersebut angka penduduk laki-laki dan perempuan tak jauh berbeda, 1980 laki-laki dan 2012 perempuan. Mayoritas penduduk desa palang beragama Islam, pasalnya 3961 dari 3992 jiwapenduduknyamerupakanberagamaislam. Di desaPalangjugahanyaterdapat 1 masjid dan 10 mushollasebagaisaranaperibadatan. Adapun data-data diatas diperoleh dari Jumlah penduduk menurut Jumlah Jenis Kelamin Laki-laki 1980 Perempuan 2012 Kepala Keluarga KK 1112 Kewarganegaraan WNI Laki-laki 1980 Perempuan 2012 Laki-laki -

Transcript of BAB III KAJIAN EMPIRIS KOMUNIKASI SUAMI-ISTRI NELAYAN …digilib.uinsby.ac.id/16531/6/Bab 3.pdf ·...

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

BAB III

KAJIAN EMPIRIS KOMUNIKASI SUAMI-ISTRI NELAYAN DESA

PALANG KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN

A. Deskripsi desa palang

Desa palang merupakan daerah pesisir yang tepatnya berada di utara pulau

Jawa dengan Laut Jawa menjadi batas utara wilayahnya, Desa Glodog menjadi

batas selatan danTimurnya, serta Desa Gesikharjo menjadi batas baratnya.

Penduduk desa palang dapat dibilang sangat padat, pasalnya, dengan luas

wilayah 14,075 HA penduduknya mencapai 3992 jiwa dari 1112 Kepala

Keluarga. Dari total jumlah penduduk tersebut angka penduduk laki-laki dan

perempuan tak jauh berbeda, 1980 laki-laki dan 2012 perempuan. Mayoritas

penduduk desa palang beragama Islam, pasalnya 3961 dari 3992

jiwapenduduknyamerupakanberagamaislam. Di desaPalangjugahanyaterdapat 1

masjid dan 10 mushollasebagaisaranaperibadatan. Adapun data-data diatas

diperoleh dari

Jumlah penduduk

menurut

Jumlah

Jenis Kelamin

Laki-laki 1980

Perempuan 2012

Kepala Keluarga KK 1112

Kewarganegaraan WNI

Laki-laki 1980

Perempuan 2012

Laki-laki -

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

Kewarganegaraan WNA Perempuan -

Tabel 3.1: kependudukanDesaPalang

Agama Jumlah

Islam 3961

Kristen 1

Hindu -

Budha -

Katholik -

Tabel 3.2 : jumlahpendudukmenurut Agama terhadap Yang MahaEsa

Sarana peribadatan Jumlah

Masjid 1

Musholla 10

Gereja -

Wihara -

Pura -

Tabel 3.3 : Bidangbangunan Agama

Kondisi geografis desa palang berada di dataran rendah, hanya 2 meter

ketinggian tanah dari permukaan laut, dengan curah hujan 3mm/tahun. Jarak desa

palang dari pusat pemerintahan kecamatan hanya 1.5 Km, jarak dari Ibu kota

kabupaten 9 Km, jarak dari Ibu kota Propinsi 105 Km, serta jarak dari Ibu Kota

Negara 999 Km.

Dari uraian diatas dapat terlihat jelas bahwa desa palang merupakan desa

pesisir pantai yang mayoritas penduduknya merupakan seorang nelayan. Dari

jumlah keseluruhan penduduk desa palang, 1376 jiwa bermata pencaharian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

sebagai nelayan, 23 jiwa menjadi buruh tani, 19 orang menjadi pertukangan, 435

menjadi karyawan, 275 menjadi pedagang.

Jenis pekerjaan Jumlah

Karyawan 35

Pedagang 275

Tani 1

Pertukangan 19

Buruhtani 23

Pension 4

Nelayan 1376

Pemulung -

Jasa -

Tabel 3.4 : Jumlahpendudukmenurutmatapencaharian

Jumlah penduduk desa palang menurut usia yakni 325 orang kisaran umur

0-3 tahun, 331 orang kisaran umur 4-6 tahun, 513 umur 7-12 tahun, 388 umur 13-

15 tahun, 342 umur 16-18 tahun, 2062 orang kisaran umur 19-keatas. Adapun

jumlah penduduk menurut usia pada kelompok tenaga kerja di desa palang, usia

10-14 tahun berjumlah 350 jiwa, usia 15-19 tahun berjumlah 998 jiwa, usia 20-26

tahun berjumlah 877 jiwa, usia 27-40 tahun berjumlah 630 jiwa, usia 41-56

berjumlah 617 jiwa, 57-keatas berjumlah 378 jiwa.

Usia Jumlah

0-3 325

4-6 311

7-12 513

13-15 388

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

16-18 342

19-keatas 2062

Tabel 3.5 : JumlahpendudukmenurutUsia (Kelompokpendidikan)

Usia Jumlah

10-14 350

15-19 998

20-26 877

27-40 630

41-56 617

57-keatas 378

Tabel 3.6 : Jumlahpendudukmenurutusia (kelompoktenagakerja)

Jumlah penduduk desa palang menurut tinggat pendidikan, Taman Kanak-

Kanak 263 orang, Sekolah Dasar 302, SMP 273, SMA 112, Sarjana 30. Adapun

penduduk desa palang yang lulus di pendidikan khusus, PondokPesantren 175

orang dan madrasah 267 orang.

Lulusan pendidikan umum Jumlah

Taman kanak-kanak 263

SekolahDasar 302

SMP 273

SMA 112

D1-D3 6

Sarjana 30

Tabel 3.7 : Jumlahpendudukmenuruttingkatpendidikan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

Lulusan pendidikan khusus Jumlah

Pondok Pesantren 175

Madrasah 267

Pendidikan Keagamaan -

Sekolah luar biasa -

Kursus ketrampilan -

Tabel 3.8 : Jumlahpendudukmenuruttingkatpendidikan

Adapun sarana prasarana pendidikan di desa palang mempunyai gedung

sekolah Dasar Negeri 4 buah dangan 11 guru dan 140 murid. Selain itu desa

palang juga memiliki sarana prasarana pendidikan swasta. 2 gedung buah

kelompok bermain dengan 9 guru dan 45 murid, 2 gedung Taman Kanak-kanak

dengan 6 guru dan127 murid, 3 gedung Sekolah Dasar dengan 20 guru dan 254

murid, 3 gedung SLTP dengan 19 guru dan 257 murid, 2 gedung SMA dengan 15

guru dan 150 murid.

Selain sarana prasarana pendidikan negeri dan swasta, ada juga sarana

prasarana pendidikan khusus di desa palang,1 gedung pondok pesantren dengan 2

pengasuh dan 25 murid, 3 gedung madrasah dengan 20 guru dan 257 murid.

Jenis pendidikan Negeri Swasta

Gedung Guru Murid Gedung Guru Murid

Buah Orang Orang Buah Orang Orang

Kelompok

bermain

2 9 45

TK 2 6 127

SD 4 11 140 3 20 254

SMP 3 19 257

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

SMA 2 15 150

Akademi

PerguruanTinggi

Tabel 3.9 : PendidikanUmum

Jenis pendidikan Gedung (buah) Guru/pelatih

(orang)

Murid (orang)

Pondok Pesantren 1 2 25

Madrasah 3 20 257

SLB

Sarana pendidikan

non formal

Tabel 3.10 : Pendidikankhusus

Bidang kemasyarakatan pun juga ada di desa palang ini, ada 4 kelompok

majelista‟lim dengan jumlah 680 anggota, dan 1 kelompok remaja masjid dengan

290 anggota.

Keagamaan Jumlah Kelompok

Majelista‟lim 680 4

Majelisgereja

Majelisbudha

Majelishindu

Remaja masjid 290 1

Remajagereja

Remajabudha

Remajahindu

Tabel 3.11 : Organisasikemasyarakatan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

B. Data Penelitian

a. Profil Subjek Penelitian

Dalam sebuah penelitian sosial, manusia merupakan obyek yang

diteliti. Pihak yang terlibat langsung dalam penelitian sebagai pelaku

berkaitan dengan topik penelitian dan mengetahui serta menjalani sendiri

sebagai tokoh utama disebut dengan subjek penelitian. Sedangkan pihak lain

yang mungkin saja berkompeten dalam hal yang besesuian dengan topik

penelitian namun bukan sebagai pelaku tetapi memiliki kompetensi terkait

topikpenelitian dapat disebut dengan informan penelitian.

Dalam penelitian berjudul Pola Komunikasi Keluarga Nelayan di

Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, adapun subjek penelitian

yang dimaksud adalah pasangan suami-istri yang profesi dari suami adalah

seorang nelayang dan keduanya tinggal di desa palang secara menetap. Untuk

kategorisasi yang lain terkait dengan tipe nelayan yang merupakan cara kerja

suami dalam pergi kelaut dikhususkan kepada mereka yang melaut bisa

berminggu-minggu untuk menangkap ikan dilautan lepas. Adapun kategori

nelayan dengan cara kerja seperti itu di desa palang disebut dengan ngebog.

Informan penelitian dari segi istri tidak ada pengkategorian secara khusus,

baik dari segi usia, lama perkawinan, status sosial dan lainnya. Karena

pengkategorian terhadap istri tidak berpengaruh dalam proses perencanaan

penelitian ini, namun nantinya akan diketahui dari hasil penelitian dari proses

wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

Adapun Subjek penelitian skripsi ini adalah 6 orang pasangan suami-

istri yakni; Sugiono-Sukinem, Herman-Lastri, Didik Suprayetno-Via. Profil

lebih lanjut dari keenam subjek penelitian diatas adalah sebagi berikut;

Bapak Sugiono

(gobek)

Bapak Sugiono (70 tahun) adalah seorang

nelayan desa palang dengan cara kerja ngebok

selama 7 hari waktu pelayaran dan 4 hari waktu

bersandar secara periodik apabila tidak ada

halangan tertentu seperti sakit atau kegitan lain

yang harus meninggalkan pekerjaan nelayannya.

Maksud dari sistem layar 7 hari dan sandar 4 hari

adalah selama 1 minggu Bapak sugiono mencari

ikan dilautan lepas kemudian menepi untuk

menjualkan ikannya kepada juragannya dan

tinggal seejenak dirumah selama 4 hari kemudian

berlayar lagi satu minggu dan seperti itu

seterusnya. Bapak Sugiono memang merupakan

seorang belah, yakni kuli atau orang yang ikut

bekerja mencari ikan menggunakan kapal orang

lain sehingga tugasnya hanya sampai menjual

atau mengembalikan ikan hasil tangkapannya

untuk diberi upah oleh juragan. Hasil melaut

yang diperoleh Bapak sugiono selama satu

minggu berlayar dihargai oleh juragannya rata-

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

rata 850 ribu dalam sekali tangkapan ngebok.

Bapak Sugiono mulai menjadi nelayan sejak usia

19 tahun sebelum ia menikah karena memang

merupakan pekerjaan ayahnya juga dan anggapan

Bapak sugiono terkait profesinya tersebut adalah

turunan yang juga sudah diturunkan keanak-

anaknya. Ketiga anak dari sugiyono dan sukinem

berjenis kelamin laki-laki dengan usia sudah

dewasa (20-35 tahun) juga bekerja sebagai

nelayan.

Ibu Sukinem

(yat)

Sukinem (75 tahun) adalah istri dari sugiono yang

mempunyai usia yang lebih tua dari suaminya.

Untuk membantu perekonomian keluarga

sukinem mempunyai usaha yakni berjualan

gorengan. Ini dilakukan untuk turut memenuhi

kebutuhan rumah tangga. Dalam penuturannya

digunakan sebagai urusan dapur. Namun tetap

baginya, pekerjaannya hanyalah seorang ibu

rumah tangga yang mengurusi kebutuhan suami

dan anak-anaknya walau diusianya yang sudah

tua.

Bapak Herman

(tres)

Bapak Herman (41 tahun) seorang nelayan desa

palang dengan cara kerja ngebok selama 8 hari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

waktu pelayaran dan 3 hari waktu bersandar.

Dibandingkan dengan sugino waktu berlayar

herman lebih lama satu hari. Dari

pendapatannya,tentu penghasilan Bapak herman

lebih banyak yakni 900 ribu setiap sekali ngebok.

Perbedaan yang hanya sekitar 50 ribu tersebut

disebabkan karena juragan dari Bapak sugonodan

Bapak herman berbeda. Karena setiap juragan

biasanya telah membuat kesepakatan tersendiri

dengan para belah-nya. Sama dengan Bapak

sugiono, pekerjaan nelayan merupakan pekerjaan

turunan. Namun, masih belum ada satu dari

kelima anaknya yang menjadi nelayan karena

memang kelima anaknya masih kecil. Adapun

anak pertamanya berjenis kelamin seorang wanita

yang sudah sekolah ditingkat strata satu. Namun

keempat adiknya yang berjenis kelamin laki-laki

yang harusnya sudah SMA memilih untuk tidak

sekolah sedangkan ketiga lainnya masih

bersekolah di tingkat SMP dan SD. Ketika

ditanya akan kah anak kedua nya nanti apabila

diperbolehkan bekerja akan dijadikan nelayan,

herman mengatakan “iya”.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

Ibu Lastri

(zul)

Lastri (40 tahun) adalah istri dari Herman, dia

sepenuhnya menjadi istri yang mengurusi segalah

pekerjaan rumah tangga seperti memasak,

membersikan rumah, mencuci, mengurusi

keperluan suami dan meramut anak-anaknya.

Alasan kenapa Lastrii tidak bekerja (sampingan)

adalah karena masih memiliki 3 anak kecil yang

masih perlu dirawat dan sangat masih bergantung

kepada ibunya. Walaupun begitu lastri mencoba

tidak memberatkan suami dengan meminta

diberikan barang-barang tertentu. Sebaliknya

lastri mencoba mencukup-cukupkan pendapatan

suami untuk keperluan setiap minggunya bahkan

masih terfikir untuk menyisakan dan dapat

ditabung.

Bapak Didik

Suprayetno

(ganden)

Bapak Didik Suprayetno (26 tahun) memulai

bekerja sebagai nelayan sejak usia 14 tahun. Dia

juga bekerja dengan sistem ngebok selama 7 hari

pelayaran dan 4 hari sistem sandar. Dari sitem

kerja ketiga nelayan ini periode hari yang

dilakukan adalah 11 harian. yang berarti dalam

satu bulan dapat dikatakan pendapatan yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

diterima adalah 3 kali waktu pelayaran. Bapak

Didik merupakan seorang juragan “pemilik

kapal”yang juga turut ikut menangkap ikan

dilautan dengan sistem ngebok. Dari

pendapatannya melalui sistem ngebok Bapak

didik bisa memperoleh pendapatan sekitar 800

ribu. Namun dari kepemilikan dari perahunya

didik dapat mengantongi beberapa kali lipat uang

untuk dirinya tersebut dikalikan jumlah nelayan

yang ikut berlayar saat itu. Sebagai contoh

apabila orang yang ikut berlayar saat itu 10

orang, maka dari kepemilikan perahu didik

mendapat uang sebanyak 8 juta rupiah.

Dalam sekali nelayan dengan sistem ngebok, saat

menepi penjualan dari ikan yang ditangkap,

pendapatan bisa mencapai total 15-30 juta.

Dengan pembagian upah

1 : 2 : banyak nelayan

Ketika menggunakan rata-rata pendapatan

nelayan 800 dengan misal jumlah nelayan 10

orang maka uang tersebut pembagiannya adalah 8

juta dibagikan kepada 10 orang nelayan. 8 juta

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

untuk pemilik kapal dan (2x 800) = 1,6 juta untuk

pemilik mesin. Contoh diatas menggunakan misal

total uang yang didapat sekali menepi adalah 17,6

juta.

Bapak Didik mempunyai 2 anak yang masih kecil

yang berjenis kelamin laki-laki, namun dia

berharap kedepan anak-anak nya mendapat

pekerjaan yang lain yang lebih baik ketimbang

menjadi nelayan.

Ibu Via Via (21 tahun) adalah istri dari didik yang bekerja

sebagai guru mengaji di TPQ desa palang. Selain

itu tetap pekerjaannya adalah ibu rumah tangga

yang mengurusi keperluan suaminya dan kedua

anaknya yang masih kecil. Di usianya yang

memang masih muda ia sudah siap berumah

tangga dengan segala permasalahan yang

memang pernah terjadi. Namun via melihat hal

ini sebagai proses pendewasaan dalam

pernikahan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

b. Profil Informan Penelitian

Informan penelitiian yang merupakan pihak yang tidak terlibat secara

langsung dengan topik penelitian dan berada diluar pengkategorian yang

dibuat peneliti untuk subjek penelitian antara lain:

Kapala Desa Agus Abdul Manan SH

Sekretaris Desa Heppy Mundhofar

Perserikatan Nelayan Ramto

Nelayan asal Pasuruan Paji

c. Komunikasi Suami-Istri Nelayan Desa Palang Kecamatan Palang

Kabupaten Tuban

Berdasarkan sistem kerja nelayan desa palang dengan sistem ngebok

yang mengharuskan suami lebih sering berada dilaut maka proses komunikasi

antar suami-istri tidak bisa seperti keluarga yang lain yang dapat

berkomunikasi layaknya suami-istri yang dapat bertemu setiap hari.

Saat suami melaut, aktifitas yang dilakukan oleh para istri beraneka

ragam. Ibu Sukinem menghabiskan waktu dengan berjualan. Ketika

berjualan proses komunikasi yang dilakukan hanya sebatas komunikasi

penjual dan pembeli. Para pembeli gorengan Ibu sukinem tidak tersegmen

pada pihak-pihak tertentu. Pembeli gorengan antara lain para tetangga, bapak-

bapak, ibu-ibu, para remaja dan anak kecil.

“Lak pas bapak‟e nang segoro, tetep dodolan ngider nang wong-

wong kampung, seng tuku yo bocah-bocah lak gak yo tonggo-tonggo

dewe kene mas. Lak nang TPI yo wong-wong miyang ngunu akeh

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

ngompol (Kalau bapak sedang berlayar menangkap ikan tetap jualan

keliling ke warga kampung, yang beli ya anak-anak dan para

tetangga dekat-dekat sini mas. Kalau di TPI [read: Tempat

pelelangan Ikan] ya nelayan-nelayan yang berkumpul beli.)

Berbeda dengan Ibu Sukinem, Ibu Lastri menghabiskan waktu

untuk mengurusi keperluan 3 anaknya yang masih sekolah. Hubungan Ibu

Lastri dengan anak-anaknya berlangsung setiap hari dengan pembahasan tak

lain urusan sekolah. Komunikasi dengan orang lain yang dilakukan selain

dengan putra-putrinya yakni dengan para tetangga. Pada sore hari setelah

mengurusi anak-anak untuk belajar mengaji di TPQ biasanya Ibu lastri

menghabiskan waktu dengan tetangga-tetangganya untuk berbincang

menghabiskan senja.

“ onok, gak onok bapak ya kene tetep ngurusi cah.. cah iki mas,

masakne, ngadusi, mbelajari ya koyok ibuk-ibuk liyane... yo gak

mungkin mas mek ngomong karo anak tok, sore2 ngunu lak marine

cah-cah ngaji, akune wes ayu marine sembahyang yo nyanngkruk

ndek ngarepe omah ambek tonggo-tonggo kene mas ... seng diomong

yo kadang ibuk-ibuk nggosip..” (ada nggak bapak ya tetep ngurusi

anak-anak mas, membuat makanan, memandikan, memberi pelajaran

(mengerjakan PR) sama seperti ibu-ibu lainnya... ya tidak mungkin

mas kalau berbincang dengan anak-anak saja waktu sore hari setelah

anak-anak mengaji dan saya sudah cantik setelah sholat ashar ya

kumpul didepan rumah dengan tetangga.. yang dibicarakan ya

kadang-kadang gosip mas”

Ketika ditanya mengenai gosip yang dibicarakan, ketika peneliti

menyinggung apakah salah satunya terkait kehidupan rumah tangga tetangga

yang sedang mengalami masalah, Ibu Lastri membenarkan.

“ iyo lah mas, yo kan jenege tonggo kabeh kudu pengen ngerti”.

Saat suami melaut, aktifitas yang dilakukan oleh para suami aslinya

sama saja, tergantung bagian pekerjaan yang di ambil oleh suami. Seperti

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

74

Didik Suprayetno, ia merupakan pemilik kapal atau biasa disebut juragan,

tugasnya hanya mengemudikan kapal saja, dan membantu para „belah‟ saat

kualahan menangkap ikan.

“asline tugasku yo mok nyetir kemudi tok, soale aku seng duwe kapal,

tapi lek ndelok belahku yo sakno, mesti tak ewangi mas”. (aslinya

tugas saya hanya menyetir kemudi saja, soalnya sayakan yang punya

kapal. kalau lihat buruh (pekerja) saya kesusahan, pasti saya bantu)

Saat ditanya mengenai komunikasi dengan keluarganya saat ia berada

di laut, ia langsung bingung, karena tak pernah ia bisa menghubungi

keluarganya, namun, saat hendak bersandar sekitar kurang lebih dua jam

sebelum bersandar, ia baru bisa menghubungi keluarganya yang ada dirumah.

“yo gak isok mas, ogak onok sinyal nok segoro, mung isok ngabari lek

wes apene mepet nang TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kiro kiro rong

jam sam durunge teko darat”. (ya tidak bisa mas, tidak ada sinyal di

tengah laut hanya bisa memberi kabar kalau sudah dekat dengan TPI,

kira-kira dua jam sebelum mendarat).

Namun, didik menjelaskan bahwa sangat terjalin bagus komunikasi

antar sesama nelayan saat berada di laut, pasalnya sama-sama hidup di

tengah-tengah air dan tidak kelihatan daratan mereka harus bisa rukun untuk

menjaga kesolitan dalam bekerjanya.

“lek masalah podo-podo belah e yo apik mas, wong podo-podo gak

nang omah e, urip nang tengah segoro yo kudu rukun, ben hasil e

barokah”. (Kalau masalah sama-sama buruh nya ya baik mas, kan

sama-sama gak dirumahe, hidup di tengah-tengah lautan ya harus

rukun agar hasilnya berkah.

Berbeda dengan Sugiono, pria berkulit hitam pekat keturunan nelayan

yang sering dipanggil dengan sapaan „gobek‟ ini menyatakan bahwa tidak ada

komunikasi sekali dengan keluarganya yang berada di rumah, pasalnya,

gobek tidak pernah membawa alat bantu komunikasi HP saat melaut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

75

“nggeh mboten saget komunikasi kaleh keluarga ingkang ten griyo,

kulo niki nggadah HP, nanging mboten nate kulo beto miyang, tapi

niki ingkang ndamel kulo semangat, dadose pengen kerjo semangat

ben saget mbeto mantok arto katah.”(tidak bisa berkomunikasi

dengan keluarga yang berada dirumah, saya ini punya HP, tapi tidak

pernah saya bawa berlayar, ini juga membuat saya semakin

semangat, jadi dapat membawa uang yang banyak)

Saat berada dilaut, gobek hanya bisa pasrah dengan tuhan pencipta

alam semesta, dengan tidak meninggalkan sholat meskipun berada di tengah

laut, berdoa agar diberi keselamatan oleh sang pencipta.

“Kulo nggeh naming saget sholat, ndung karo seng kuoso, ben

selamet, ben saget mentok ketemu keluarga maleh ten griyo.”(saya

tetap menjalankan sholat, menghadap yang maha kuasa agardiberi

keselamatan agar bisa pulang bertemu keluarga dirumah.)

Saat ditegaskan oleh peneliti, ditanya tentang komunikasi dengan

siapa saja saat ia berada dilaut, ia menjawab bahwa hanya dengan Allah dan

kawan-kawannya yang berada di satu perahunya.

“enggeh mas, namung kaleh rencang-rencang „belah‟ niku mawon

omong omongan, kaleh gusti pengeran nggeh pas kulo sholat niku”.

(Ya mas, hanya berbincang dengan semasa teman „buruh nelayan‟ itu

saja hanya berbincang-bincang dengan tuhan ketika saya shalat).

Berbeda lagi, pria yang sejak umur 17 tahun sudah menjadi pelaut dan

biasa disapa dengan „tres‟ ini, ia malah tidak mempunyai HP, saat berada

didarat pun ia tidak memiliki alat bantu komunikasi HP, jadi ia tidak bisa

berkomunikasi dengan keluarganya saat berada di laut.

“jelas mboten saget komunikasi kaleh bojo kulo mas, kulo ten segoro,

bojokulo ten griyo, kolo kaleh bojo kulo nggehmboten nggadah HP,

dados nggeh mboten saget ngehubungi bojokulo blas, nggeh kulo

khawatir mas asline, tapi tetep kulo ndungo dinungo (do‟a mendoa

kan) ”. (jelas tidak bisa berkomunikasi dengan istri saya mas, saya di

tengah laut, istri saya dirumah , istri saya juga tidak punya HP, jadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

76

ya tidak bisa menghubungi istri saya sama sekali, ya tentu khawatir aslinya, tapi tetap saya saling mendoakan).

Pada intinya dari data di atas berdasarkan komunikasi yang dilakukan

maka dapat disimpulkan tidak ada bentuk komunikasi dalam bentuk apapun

saat suami berada di laut, dikarenakan kurang memadainya alat teknologi dan

komunikasi yang dimiliki nelayan untuk melakukan komunikasi dengan

keluarganya yang berada di rumah.

Berdasarkan sistem kerja nelayan desa palang dengan sistem ngebok

yang mengharuskan suami lebih jarang atau sedikit waktu berada di rumah

maka proses komunikasi antar suami-istri tidak bisa seperti keluarga yang

lain yang dapat berkomunikasi layaknya suami-istri yang dapat bertemu

setiap hari.

Saat suami dirumah, aktifitas yang dilakukan oleh para istri pun tetap

beraneka ragam. Ibu Sukinem tetap berjualan, malah ia di bantu oleh

suaminya saat suaminya berada dirumah. Ketika berjualan proses komunikasi

yang dilakukan tetap hanya sebatas komunikasi penjual dan pembeli, namun,

bertambah dengan adanya suami, komunikasinya bertambah dengan

suaminya. Para pembeli gorengan Ibu sukinem pun tetap tidak tersegmen

pada pihak-pihak tertentu. Pembeli gorengan antara lain para tetangga, bapak-

bapak, ibu-ibu, para remaja dan anak kecil, ditambah teman-teman suaminya

yang juga tidak melaut biasanya mampir membeli gorengannya ibu sukinem.

“lek seumpomo pas bojoku muleh, gak miyang, aku yo diewangi, terus

malah bolo-bolone bojoku biasane mampir tuku gorengan nok

nggonku”. (Kalau seumpamasuami ku pulang, tidak pergi berlayar

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

77

aku juga dibantu, terus teman-teman suami biasanya mampir membeli

gorengan di saya.)

Sukinem juga merasa seneng jika suaminya beraja dirumah, pasalnya,

saat dirumah suaminya selalu membantu pekerjaannya, dan membantu

pekerjaan rumah yang lainnya, pun juga ada yang bisa di ajak mengobrol

keluh kesalnya.

“yo enak mas, enek seng diajak omong-omongan, terus enek seng

isok ngewangi resik-resik omah lain-laine ya ngunu”.(ya enak mas,

ada yang diajak berbicara, terus ada yang bisa membantu bersih-

bersih rumah dan kegiatan lainnya).

Sama halnya dengan Lastri alias Zul, ia merasa senang saat suaminya

berada dirumah, ia dapat berkomunikasi dengan baik tanpa menggunakan alat

bantu komunikasi apapun, dan semua pekerjaan rumah bisa terasa ringan jika

suaminya berada dirumah.

“kabeh dilakoni bareng mas, lek bapak wes neng omah, gelem

umbah-umbah, yo gelem ngewangi masak. Kan podo gak isok HP an

e, dadi nek wes ketemu ngene iki baru isok omong-omongan.”

(Semuanya dilakukan bersama, kalau bapak sudah dirumah turut

mencuci baju, mau apabila disuruh memasak. Karena sama-sama

tidak bisa menggunakan HP, jadi kalau sudah ketemu baru bisa

berbincang-bincang).

Lain halnya dengan Via wanita yang masih sangat muda ini sangat

senang ketika suaminya sedang melaut, bisa bermain HP serta sudah dikasih

jatah uang untuk hidup selama suaminya sedang bekerja. Tetapi ketika

suaminya sudah di rumah, Via bisa menjaga kekeluargaan dengan suaminya,

dan bisa menjalin komunikasi secara bagus dengan suaminya ketika berada

dekat dengannya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78

Via pun senang sekali karena pasti diajak jalan-jalan sama suaminya

ketika suaminya dirumah, dan membelikan pakaian untuk anak-anaknya.

“iya aku seneng, pas bojoku muleh nok omah pasti aku diajak jalan-

jalan, tuku klambi gawe anak-anak ku, terus ambek ngajak cah cilik-

cilik dolanan nok alun-alun”. (Iya saya senang kalau suami ku

dirumah, saya diajak jalan-jalan, dibelikan baju untuk anak-anak,

dan mengajak main anak-anak ke alun-alun).

Suami Via yang bernama Didik Suprayitno pun juga merasakan hal

yang sama ketika berada di rumah, ia sangat senang jika berada di rumah,

dikarenakan, meskipun ia membawa HP dan bisa menghubungi istrinya 2

jam sebelum bersandar. Namun, jika sudah berada di rumah, Via dan Didik

jarang menggunakan Hp, karena didik selalu mengajak Via kepanapun ia

pergi, dan tidak membuituhkan alat bantu komunikasi lagi jiga dengan

istrinya. Lain halnya jika ada urunagn dengan teman-temannya, ia baru

menggunakan Hp nya untuk menghubungi temannya.

“meskipun aku miyang nggowo Hp mas, isok ngabari bojoku, tapi

perasaanku ijek tetep kangen mas ambek bojoku, lek wes nak omah

mesti langsung tak jak dolan nak alon-alon mas, karo anak-anak ku.

Aku yo jarang gawe hp lek nak omah, lek gak ape ngabari konco-

koncoku baru aku gawe hp. Mangkane aku ambek bojoku isok rukun

lek nak omah, seje ambek bojoku biyen mas, bojo seng pertama biyen

tapi saiki wes pegatan, pas aku miyang malah bojoku seng pertama iki

golek pacar maneh, yowes langsung tak pegat mas, padahan jatah

duwek belonjo ambek jajan y owes tak cukupi, malah sampek luweh-

luweh mas”. (walau saya pergi berlayar membawa HP mas, bisa

memberikan kabar kepada istri, tetapi perasaanku masih tetap kangen

mas sama istriku, kalau sudah dirumah mesti langsung saya ajak pergi

ke alun-alun mas, bersama anak-anak saya. saya juga jarang

menggunakan HP kalu sudah dirumah. kalau gak saat mau mengabari

teman-teman saya baru saya menggunakan HP. Makannya saya bisa

rukun kalau dirumah. Berbeda dengan istri pertama saya ttapi

sekarang kami sudah bercerai ketika saya berlayar,istri saya yang

pertama malah mencari pacar lagi,langsung saya ceraikan mas,

padahal jatah uang belanja sudah saya cukupi bahkan berlebih.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

79

Herman pun juga sangat puas dengan pelayanan istrinya saat ia berada

di rumah, saya sangat di perhatikan sama istri saat dirumah.

“kabeh dicepak.i mas lek aku nak omah ambek bojoku, mangkane aku

marem lek nak omah. Isok omong-omongan ambek bojoku.Lek nok

segoro soale yo gak isok ngabari blas. Lek aku mending nang omah ae

mas, isok ambek bojoku terus, lek isuk yo ngeterno nak pasar biasa e.

(semuanya disiapkan mas kalu saya sedang dirumah dengan istri,

makannya saya sudah tenang kalau dirumah bisa mengobrol dengan

istri, kan kalau sedang ditengah laut gak bisa memberi kabar sama

sekali, kalau memilih ya mending dirumah saja mas bisa sama istri,

bisa mengantar kepasar.

Tetap sama juga seperti yang lain, Sugiono pun senang jika berada di

rumah, dikarenakan bisa membantu istrinya yang berada dirumah untuk

menjual gorengan,

Aku sueneng mas lek nang omah, isok ngewangi bojoku nggawe

gorengan”. (saya senang mas kalau dirumah, bisa membantu istri membuat gorengan).

Data berdasarkan pendekatan etnografi terkait komunikasi suami istri

nelayan Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban diperoleh data

antara lain:

1. Terdapat panggilan sayang antgar pasangan keluarga nelayan, misalnya

bapak “sugiono” dipanggil dengan sebutan gobeg, sedangkan istrinya ibu

Sukinem dipanggil “yat”.

Pasangan yang lain seperti bapak Herman mendapatkan panggilan satang

dari istrinya ibu lastri yaitu “Tres”. Sedangkan ibu Lastri sendiri

mendapat panggilan “Zul‟.

Bapak didik dapat panggilan sayang “ Ganden”dari istrinya. Terkait

alasan pemberian panggilan sayang tersebut semuanya tidak memberikan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

alasan secara jelas terkait alasan pemberian panggilan sayang tersebut,

namun, dengan sendirinya seiring berjalannya pernikahan mereka,

panggilan sayang tersebut dapat menjadikan hubungan mereka semakin

dekat.

Dalam komunikasi sehari-harihari yang dilakukan oleh suami-istri

nelayan Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, dalam komunikasi

verbal terkait penggunaan bahasa terdapat kata-kata yang hanya diketahui

oleh masyarakat desa Palang, yang memiliki arti berbeda apabila digunakan

di daerah lain, adapun beberapa contohnya penggunaan istilah “sakcepet” di

Desa Palang berarti jumlah uang 1 juta, namun di daerah lain bisa berarti

rokok 1 cepet. Kata “Ujur-ujur” di Desa Palang berarti orang yang membantu

menjual ikan, dan bahasa ini hanya diketahui oleh masyarakat palang, ada

juga istilah “ngorek” berarti orang yang ikut memilih ikan sesaat sebelum

ikan dijual, “belah” berarti anak buah kapal atau buruh yang ikut bekerja

sebagai nelayan.