BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur...

38
31 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur Kelembagaan Kepolisian Resort Pasuruan Kota dalam Melakukan Upaya Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian Kekerasan Kepolisian adalah aparat negara yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk menegakkan hukum, sekaligus sebagai penyelenggara hukum dalam memelihara keamanan dan ketertiban hukum, serta menindak tegas terhadap pelaku pelanggar hukum berdasarkan Perundang-Undangan. Tugas Kepolisian dalam hal penelitian ini ialah berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai pemeliharaan dan penegakan hukum, dengan cara melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan, menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum, melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan. . Kepolisian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Kepolisian di tingkat Polres yakni Polres Kota Pasuruan yang beralamatkan di Jalan Gajah Mada No 19 Pasuruan, jawa Timur dengan struktur organisasi sebagai berikut:

Transcript of BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur...

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

31

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Struktur Kelembagaan Kepolisian Resort Pasuruan Kota dalam

Melakukan Upaya Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana

Pencurian Kekerasan

Kepolisian adalah aparat negara yang diberi wewenang oleh pemerintah

untuk menegakkan hukum, sekaligus sebagai penyelenggara hukum dalam

memelihara keamanan dan ketertiban hukum, serta menindak tegas terhadap

pelaku pelanggar hukum berdasarkan Perundang-Undangan. Tugas Kepolisian

dalam hal penelitian ini ialah berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai pemeliharaan

dan penegakan hukum, dengan cara melaksanakan pengaturan, penjagaan,

pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai

kebutuhan, menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban, memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum, melindungi

keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari

gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan

pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan melaksanakan

tugas lain sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan. . Kepolisian yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah Kepolisian di tingkat Polres yakni Polres

Kota Pasuruan yang beralamatkan di Jalan Gajah Mada No 19 Pasuruan, jawa

Timur dengan struktur organisasi sebagai berikut:

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

32

Gambar 1

Struktur Organisasi Polres Pasuruan

Sumber : (Polres Pasuruan Kota)

Polres membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor.

Untuk kota-kota besar, Polres dinamai Kepolisian Resor Kota Besar.

Polres memiliki satuan tugas kepolisian yang lengkap layaknya Polda,

dan dipimpin oleh seorang Komisaris Besar Besar Polisi (Kombes)

WAKA POLRES PASURUAN KOTA

BAG

OPS BAG

REN BAG

SUMDA

UR

TELEMATIKA

UNIT P3D

UR

DOKKES

SIUM

SAT

SAMAPTA

SAT

RESKRIM

SAT

LANTAS

SAT

INTELKAM

POLSEK

POLSEK

GADINGREJO

POLSEK

PURWOREJO

POLSEK

BUGULKIDUL

KAPOLRES PASURUAN KOTA

SAT

BINMA

S

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

33

(untuk Polrestabes) atau Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) (untuk

Polres).1

Polres Pasuruan Kota merupakan salah satu bentuk institusi dari aparat

penegak hukum yakni Kepolisian yang bekerja di bawah naungan Polri

(Kepolisian Republik Indonesia). Polres Pasuruan Kota merupakan badan

pelaksana kewilayahan dibawah Kepolisian Daerah Jawa Timur. Polres

Pasuruan Kota bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, dan

pemberian perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat di

wilayah hukum Kota Pasuruan.

1) Visi dan Misi Polres Pasuruan Kota

Visi

“Terwujudnya Polri yang makin profesional, unggul dan dapat

dipercaya masyarakat guna mendukung terciptanya Indonesia

yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian yang berlandasan

gotong royong di wilayah Jawa Timur”

MISI

1. Mewujudkan pemuliaan dan kepercayaan publik (trust

building) melalui perlindungan, pengayoman dan pelayanan

sampai lini terdepan dengan konsep “Polda cukup – Polres

besar – Polsek kuat”.

2. Mewujudkan pemberdayaan kualitas SDM Polri yang

profesional dan kompeten, yang menjunjung etika dan sendi –

sendi HAM.

3. Meningkatkan kesejahteraan personil Polri (well motivated

dan welfare)

4. Mewujudkan deteksi aksi melalui kegiatan deteksi dini,

peringatan dini dan cegah dini secara cepat, akurat dan efektif.

5. Mewujudkan Harkamtibmas dengan pemahaman, kesadaran

dan kepatuhan hukum melalui strategi Polmas serta

membangun sinergi polisional yang proaktif dengan lembaga /

instansi terkait dan seluruh komponen masyarakat.

6. Mewujudkan penegakkan hukum yang berkeadilan,

menjunjung tinggi HAM dan anti KKN.

1 Humas Polri, “Profil Polresta Pasuruan”, www.humas.polri.go.id, diakses pada tanggal 07

Juni 2016

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

34

7. Menjaga Kamseltibcar Lantas untuk menjamin keselamatan

dan kelancaran arus orang dan barang.

8. Mewujudkan keamanan, keselamatan dan ketertiban di

kawasan perairan laut dan danau untuk mendukung visi

pembangunan wilayah kemaritiman.

9. Mewujudkan personil Polri yang kompeten yang dibuktikan

dengan sertifikasi kecakapan kecabangan profesi.

10. Mewujudkan inteljen Kepolisian yang profesional dan

komponen untuk memastikan dukungan yang handal bagi

keamanan, pencegahan dini kriminalitas dan pengambilan

keputusan yang tepat pada kebijakan keamanan. Adapun untuk tugas – tugas di lingkup Polresta Pasuruan adalah

sebagai berikut :

1. Kapolresta ( Kepala Kepolisian Resor kota )

Bertugas mengajukan pertimbangan dan atau saran kepada

Kapolwil mengenai hal – hal yang berhubungan dengan bidang –

bidang tugasnya.

2. Waka Polresta ( Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota )

Bertugas mengajukan pertimbangan dan saran atau merumuskan

atau menyiapkan rencana dan program kerja Polresta Pasuruan.

3. Bag Sumda ( Bagian Sumber Daya )

Bertugas menyelenggarakan administrasi personal dan

menyelenggarakan perawatan personel

4. Bag Binmas ( Bagian Pembinaan Masyarakat )

Bertugas memberikan bimbingan teknis atas pelaksanaan fungsi

Binamitra pada tingkat pemuda terutama dalam rangka pencegahan

dan menanggulangi kenakalan remaja.

5. Bag Ops ( Bagian Operasional )

Bertugas memantau secara aktif dan terus menerus tentang situasi

keamanan, ketertiban masyarakat dalam wilayah

6. Taud ( Tata Urusan Dalam )

Bertugas melaksanakan koresponden, dokumentasi, termasuk

melaksanakan dinas urusan lainnya.

7. Urusan Dok Kes ( Ur Dokter Kesehatan )

Bertugas memberikan pelayanan kesehatan kepada anggota

Polresta Pasuruan beserta keluarganya.

8. Unit Pelayanan, Penertiban dan Penegakkan Disiplin ( Unit P3D )

Bertugas menyelenggarakan penegakkan hukum dan disiplin bagi

anggota Polri, serta menjaga tata tertib dan pengamanan

dilingkungan Makas Komando (mako) Polresta termasuk dalam

rangka operasi – operasi khusus satuan fungsional Polresta.

9. Urusan Telematika (Ur Telematika)

Bertugas memonitor dan mengendalikan situasi di wilayah Kota

Pasuruan melalui alat komunikasi berupa HT maupun sarana

telepon.

10. Sat Reskrim ( Satuan Reserse Kriminal )

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

35

Bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan yang

berkaitan dengan tindak pidana yang dilaporkan ke Polresta

Pasuruan serta memberi bantuan tehnis tentang penyelidikan dan

penyidikan kepada Polsek jajaran.

11. Sat Reskoba ( Satuan Reserse Kriminal Narkoba )

Bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan yang

berkaitan dengan tindak pidana Narkoba di wilayah Kota Pasuruan.

12. Sat Intelkam ( Satuan intelkam )

Bertugas melakukan Penyelidikan berupa Observasi (pengamatan),

Survilence (pembuntutan), dan tindakan hukum lain guna menjaga

dan menciptakan situasi wilayah Kota Pasuruan tetap aman dan

kondusif.

13. Sat Samapta ( Satuan Samapta )

Bertugas memberikan bimbingan teknis atas pelaksanaan fungsi

Samapta sampai ditingkat Polsek serta menyelenggarakan fungsi

Samapta yang meliputi penjagaan, pengawalan, patroli dan

tindakan pertama pada tempat kejadian perkara.

14. Sat Lantas ( Satuan Lalu Lintas )

Bertugas menyelenggarakan fungsi lalu lintas berupa pengaturan

lalulintas, penjagaan pos lalulintas dalam seluruh wilayah Polresta

Pasuruan.2

Penjelasan yang terdapat diatas mengenai pembagian tugas tersebut dapat

diketahui bahwa tiap-tiap departemen dan jabatan dalam Kepolisian memiliki

tanggungjawab masing-masing dalam pelaksanaan tugas utamanya sebagai

pengayom dan pelindung masyarakat. Khusus untuk penanganan penyelidikan

dan penyidikan di wilayah hukum Pasuruan, yang mana termasuk tindak

kriminalitas, pencurian dll, penanganannya diserahkan pada Satuan Reserse

dan Kriminal (Sat Reskrim) Polres Pasuruan. Satuan Reserse kriminal Polres

Pasuruan memiliki struktur organisasi sebagai berikut:

2 Humas Polri, “Profil Polresta Pasuruan”, www.humas.polri.go.id, diakses pada tanggal 07 Juni

2016

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

36

Gambar 2

Struktur Organisasi Satreskrim Polres Pasuruan

Sumber : (Polres Pasuruan Kota)

1. Visi dan Misi satreskrim Polres Pasuruan

Visi

Menangani tindak pidana secara profesional dan proporsional yang

mengedepankan aspek humanis

Misi

Memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat Pasuruan tentang

tindak pidana yang terjadi dan sejauh mana penanganannya.

Adapun tugas-tugas untuk lingkup satreskrim Pasuruan adalah sebagai

berikut :

1. Kasatreskrim : Bertanggung jawab kepada Kapolres Kota dan dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari berada dibawah kendali Waka Polres

Kota, Kasat Reskrim dibantu oleh Kaur Bin Ops Reskrim, disingkat

KBO Reskrim, yang bertanggung jawab kepada Kasat Reskrim

2. Kaur Mintu : bertugas menyelenggarakan urusan perencanaan dan

administrasi umum, ketatausahaan dan urusan dalam urusan personel /

logistik termasuk pelayanan keuangan dilingkungan satreskrim

3. Kaur Bin Ops : merupakan unsur pembantu pimpinan dan pelaksana

staf pada sat reskrim polres Pasuruan yang bertugas menyelenggarakan

segala pekerjaan / kegiatan staf bagi pelaksana fungsi reskrim di

lingkungan Polres Pasuruan.

KASAT

RESKRIM

KAUR MINTU

PPA

KAUR BIN

OPS

KANIT

I/PIDUM

KAUR

IDENTIFIKASI

KASUUNIT I KASUUNIT II KASUUNIT

III

KANIT

II/PIDEK

KANIT

IV/TIPIDTE

R

KANIT

III/TIPIDKO

R

KASUUNIT

SIDIK

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

37

4. Kaur Identifikasi : sebagai bantuan teknis fungsi reskrim dalam

melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana kejahatan,

melayani kepentingan masyarakat umum yang berkaitan dengan

identifikasi, pencarian, pengambilan dan atau pengembangan sidik jari

laten.

5. Kanit Pidum : bertugas melaksanakan penyidikan kasus-kasus

pencurian biasa, pencurian dengan pemberatan, penipuan, penggelapan,

penganiayaan, pembunuhan dan perjudian.

6. Kanit Tipider : Melaksanakan penyidikan yang berkaitan dengan tindak

pidana tertentu

7. Kanit Tipidkor : Melaksanakan penyidikan yang berkaitan dengan

tindak pidana korupsi

8. Kanit Pidek : Melaksanakan penyidikan yang berkaitan dengan tindak

pidana terhadap kegiatan ekonomi, dokumen, dan pemalsuan surat-

surat.

Berdasarkan rumusan masalah dalam hal penelitian ini, unsur yang

meiliki keterkaitan dengan penanganan yang dilakukan oleh satreskrim polres

Pasuruan terhadap tindak pidana pencurian dengan kekerasan yakni dilakukan

oleh Kanit Pidum dibawah pimpinan Kasat Reskrim.

Berdasarkan pasal 1 ayat (1) UU No 8 tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana dan pasal 1 ayat (1) UU No 2 tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menyatakan, bahwa :

“Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti tersebut membuat terang

tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”3

Dari pasal tersebut, bahwa penyidikan merupakan suatu kegiatan yang

berkesinambungan antara satu kegiatandengan kegiatan lainnya, dimana

kegiatan-kegiatan penyidikan tersebut dapat digolongkan menjadi 4

(empat)kelompok, yaitu kegiatan penyelidikan; kegiatan upaya paksa;

Pemeriksaan dan Penyelesaian dan penyerahan Perkara.

3 Lihat pasal 1 ayat (1) UU No 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan pasal 1 ayat (1) UU

No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

38

Dalam penyelenggaraan fungsi penyidikan, sebagai pelaksana utama

pada tingkat KOD adalah Satuan Reskrim, di pimpin oleh seorang perwira

yang disebut dengan Kasat Reskrim, yang dalam pelaksanaannya bertanggung

jawab kepada Kapolresta, dan dibantu oleh para kepala unit. Kepalaunit

sebagai manajer lini terdepan yang langsung membawahi para

penyidik/penyidik pembantu dan penyelidik yang tergabung sebagai

anggotanya, yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan kegiatan-

kegiatan penyelidikan dalam rangka pengungkapan perkara.

Guna pengungkapan perkara dilakukan melalui proses kegiatan

penyidikan yang dilakukan secara profesional, proporsional, efektif dan

efesien, maka penggerak, pengatur dan pengendali penyidikan dalam

pengungkapan perkara pidana dilaksanakan oleh para Kanit dan Kasat Reskrim

untuk seluruh satuan yang di dasarkan pada kemampuan manajerial dan

kemampuan tehnis dan taktis penyidikan.

Dalam menjalankan kegiatan penyidikan guna pengungkapan perkara,

para penyidik/Penyidik pembantu di berikan kewenangan hukum yang bersifat

memaksa dan bahkan dapat merampas hak-hak asasi seseorang demi

kepentingan hukum guna menemukan tersangka pelaku pidana dan

membuktikannya berdasarkan pada alat bukti yang sah (pasal 184 KUHAP).

Dengan kewenangan hukum yang di miliki oleh para penyidik/penyidik

pembantu dan atau penyelidik tersebut, mendorong seseorang atau sekelompok

orang yang demi kepentingannya menjalin hubungan saling menguntungkan

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

39

dengan para penyidik, penyidik pembantu tanpa mengindahkan perarutan

hukum yang berlaku.

Keterbatasan sumber daya Reskrim dan tingkat kesejahteraan anggota

yang tidak memadai, mengakibatkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan

dalam pelaksanaan kegiatan penyidikan. Dan dalam kegiatan pengumpulan

data, informasi, dan keterangan yang berkaitan dengan suatu perkara pidana,

baik tentang keberadaan barang bukti ataupun perbuatan dari sesorang yang di

sangka sebagai pelaku tindak pidana, para anggota masih sering menggunakan

ancaman kekerasan ataupun dengan kekerasan agar perkara tersebut dapat

segera terungkap. Untuk meningkatkan pengungkapan perkara dan

meminimalisir penyimpangan yang terjadi, maka kepala Satuan dan kepala unit

mempunyai peran yang sangat strategis, dimana kepala unit yang secara

langsung membawahi para penyidik/penyidik pembantu yang ada pada

unitnya, dan Kasat Reskrim sebagai penanggung jawab dari pada kegiatan

Kesatuan Fungsi Reskrim, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan pimpinan, selain harus memiliki kemampuan manajerial dan

kemampuan tehnis dan taktis penyidikan, harus pula di dukung pula dengan

komitmen seluruh Pimpinan Polres khususnya dan umumnya Polri secara

berjenjang. Dalam pelaksanaan kegiatan penyidikan yaitu kegiatan

penyelidikan, kegiatan Upaya paksa, Kegiatan Pemeriksaan dan kegiatan

penyelesaian perkara yang dilaksanakan oleh satuan Reskrim Polres Pasuruan

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

40

B. Deskripsi Umum Tentang Faktor-Faktor Penyebab Pencurian Dengan

Kekerasan di Kota Pasuruan

Sebelum Penulis menjabarkan dan membahas mengenai hasil dari

penelitian dalam bab pembahasan pada skripsi ini, penulis terlebih dahulu akan

memberikan gambaran secara umum tentang faktor-faktor penyebab Pencurian

Dengan Kekerasan di Pasuruan.

Pasuruan yang berlokasi di Jawa Timur, tepatnya berada di daerah

yang berbatasan dengan Malang. Begal di Pasuruan sangat melegenda,

dan hingga hari ini masih ada saja cerita-cerita orang yang dibegal di

kota ini.Begal di Pasuruan dikenal sangat berani dan taktis. Tak hanya

merampas motor yang lewat jalanan sepi, begal-begal di kota ini juga

tidak ragu untuk melakukannya di jalan-jalan yang ramai. Namun, soal

penganiayaan, entah harus kagum atau tidak, tapi begal Pasuruan sangat

jarang melukai. Apabila si korban mau dengan begitu saja menyerahkan

motornya, ia akan pulang dengan selamat. Kalau tidak kooperatif, tak

menutup kemungkinan para begal ini akan menyabetkan clurit atau

samurai miliknya. Kepolisian sepertinya harus makin gencar melakukan

operasi-operasi agar begal-begal makin sempit ruang geraknya.

Pokoknya bagaimana caranya agar kejahatan yang bikin nggak nyaman

ini bisa segera ditanggulangi. Khususnya kota-kota di atas yang sudah

sangat lekat dengan image begal.4

Pasuruan yang berlokasi di jawa timur memiliki kenekaragaman

penduduk yang sebagian besar adalah suku jawa dan madura, namun juga

dapat ditemui suku-suku lain seperti keturunan arab dan tionghoa, selain suku-

suku tersebut terdapat juga suku Tengger yang hidup di kawasan pegunungan

Tengger terutama di kecamatan Tosari. Wilayah Pasuruan sebenarnya sangat

strategis, akses ke ibukota propinsi dari arah timur selalu melewati Pasuruan,

Pasuruan dilintasi jalur pantura Surabaya-Banyuwangi, Bagian barat wilayah

Kabupaten Pasuruan terdapat jalur utama Surabaya-Malang, serta ruas jalan tol

4 http://www.boombastis.com/daerah-indonesia-begal/61946, Pasuruan kota begal, diakses tanggal 28 maret 2017 pukul 18.10 WIB

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

41

Surabaya-Gempol. Demikian juga wilayah Malang dan sekitarnya. Namun

sayang, akses jalan yang demikian serupa kemudian rusak akibat banyaknya

kendaraan besar yang ,melewati jalur pantura serta kurangnya perhatian dari

pemerintah, image Pasuruan juga menjadi buruk akibat maraknya kasus

pencurian dengan kekerasan.

Jumlah kejahatan pencurian Dengan Kekerasan di Polres

Pasuruan

Tahun Laporan pencurian kekerasan Terselesaikan

2011 8 6

2012 21 11

2013 47 27

2014 33 21

2015 23 11

2016 20 10

Sumber Data : Polres Pasuruan

Data statistik kasus Pencurian yang diperoleh dari Polres Pasuruan

periode 2011-2016 Menunjukkan bahwa pada tahun 2011 pencurian dengan

kekerasan berjumlah terlapor 8 kasus dan yang terselesaikan 6 kasus, 2012

berjumlah 21 kasus terlapor dan terselesaikan 11 kasus, 2013 berjumlah 47

kasus terlapor dan 27 kasus terselaikan, 2014 berjumlah 33 kasus terlapor dan

21 kasus terselesaikan, 2015 berjumlah 23 kasus terlapor dan 11 kasus

terselesaikan, dan pada tahun 2016 laporan mengenai tindak pidana pencurian

dengan kekerasan berjumlah 20 kasus terlapor dan 10 kasus yang diselesaikan

oleh pihak polres Pasuruan. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kepolisian

telah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir angka Tindak Pidana

pencurian dengan kekerasan, namun Tindak pidana tersebut masih sering

terjadi di masyarakat, meski telah dilakukan berbagai upaya untuk mencegah

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

42

terjadinya tindak pidana pencurian dengan kekerasan “Begal” oleh Polres

Pasuruan, namun tindak pidana tersebut masih sering terjadi di wilayah hukum

Polres Pasuruan.

Pasuruan menjadi wilayah yang sangat rawan dengan kejahatan terutama

Begal motor. Banyak diberitakan di media massa bagaimana komplotan begal

beraksi menggunakan gaya rider touring. Berjalan di jalanan beriringan 3

sampai empat motor sport. Dandanannya pun demikian, mirip pengendara

touring dengan membawa lampu senter merah sebagai lampu komando.

Mereka menyusuri wilayah Pasuruan mulai dari Pasuruan timur di Grati

sampai Pasuruan Barat di Watukosek. Mulai Utara di Gempol sampai Pasuruan

Selatan di Purwodadi. Kejahatan ini dilakukan tak mengenal waktu demikian

juga mangsa. Boleh jadi kejahatannya dilakukan di pagi hari ketika banyak

orang bekerja lalu lalang dijalanan. Mangsanya pun demikian, mulai dari anak

sekolah, pelajar sampai pekerja. Beberapa kejadian juga dialami oleh petugas

keamanan (TNI dan polisi) Berbagai macam faktor dapat menjadi penyebab

terjadinya tindak pidana pencurian dengan kekerasan, berikut merupakan

faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana pencurian dengan kekerasan.

b. Faktor Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu hal yang penting di dalam kehidupan

manusia, maka keadaan ekonomi dari pelaku tindak pidana pencurianlah

yang kerap kali muncul melatarbelakangi seseorang melakukan tindak

pidana pencurian. Para pelaku sering kali tidak mempunyai pekerjaan yang

tetap, atau bahkan tidak punya pekerjaan. Karena desakan ekonomi yang

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

43

menghimpit, yaitu harus memenuhi kebutuhan keluarga, membeli sandang

maupun pangan, atau ada sanak keluarganya yang sedang sakit, maka

sesorang dapat berbuat nekat dengan melakukan tindak pidana pencurian.

Menurut Harvey Bremner, terdapat tujuh macam pandangan

teoritis yang berkenaan dengan sebab-sebab kejahatan yang

berhubungan langsung dengan masalah pengaruh perubahan

ekonomi terhadap perilaku jahat teori ini mencakup :

a. Kemrosotan ekonomi

Menurunnya tingkat pendapat nasional dan lapangan kerja

b. kemunduran komparatif dalam keadaan sosial ekonomi sebagai

akibat tersebarnya sebagian besar keuntungan ekonomi pada

sebagian besar penduduk

c. meningkatnya perbuatan pelanggaran sebagai akibat

berkurangnya kesempatan dalam sektor-sektor formal ekonomi

d. teori frustasi agresi

berkaitan dengan tindak kekerasan tanpa faedah. hipotesa ini

berasal dari ilmu jiwa

e. perkembangan penyimpangan sub budaya, baik dalam nilai-nilai

maupun pola normative sebagai “reaksi formasi” terhadap

tiadanya integrasi sosial ekonomi

f. Teori Asosiasi diferential

menggambarkan mekanisme bagaimana seorang individu menjadi

akrab dengan sub-kultur kriminal

g. Urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi yang secara potensial

menimbulkan integrasi masyarakat yang lebih miskin5

Terhadap lingkungan ekonomi yang buruk seperti diatas, misal

minimnya kesempatan kerja maka akan menimbulkan banyak

pengangguran, orang yang tidak mendapatkan pekerjaan akan terdorong

untuk melakukan kejahatan agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,

sehingga dapat dikatakan pengangguran memberi dampak yang besar

timbulya suatu kejahatan.

Contoh kasus yang dapat penulis paparkan dari hasil wawancara

dengan salah seorang narapidana yang bernama Eko Wahyudi als Cecep

24 tahun pekerja serabutan kuli bangunan, Eko Wahyudi mengatakan

pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja sedikit selain itu saat tidak

5 Made Darma Weda, Kriminologi, rajawali Press, 1996, hal 15

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

44

ada pekerjaan maka eko akan menganggur sehingga terpaksa melakukan

tindak pidana pencurian dengan kekerasan, dari hasil pencurian tersebut

digunakan memenuhi kebutuhannya sehari-hari.6

Adapun Susanto 23 tahun yang merupakan residivis, terpaksa

melakukan pencurian dengan kekerasan demi memenuhi kebutuhannya

dan membantu orang tuanya, Cecep melakukan tindak pidana pencurian

dengan kekerasan karena sulit untuk mendapatkan pekerjaan, hal ini

dikarenakan cecep telah mendapat image buruk setelah keluar dari penjara

sedangkan latar belakang pendidikan hanya lulusan smp.7

Harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi dan rasa sayang

terhadap keluarga menjadi motivasi bagi pelaku untuk melakukan tindak

pidana pencurian dengan kekerasan, pendapatan yang rendah atau tidak

mempunyai pekerjaan yang tidak tetap membuat pelaku mencari alternatif

lain demi mendapatkan uang, hal ini penulis kemukakan karena sesuai

dengan hasil wawancara terhadap beberapa narapidana di kepolisian resort

Pasuruan, perhitungan pendapatan pelaku curas penulis ukur dengan

mengakumulasikan jumlah pendapatan dari 10 narapidana yang telah

diwawancarai, dimana tingkat pendapatan dibagi atas 3 yakni rendah,

sedang dan tinggi. Tingkatan pendapatan rendah yaitu Rp. 250.000/bulan

diambil sebagai dasar tingkatan dimana angka tersebut mendekati angka

pendapatan terendah dari keseluruhan sampel narapidana yang

diwawancarai yaitu Rp.200.000/bulan, sedangkan tingkat pendapatan

tinggi adalah Rp.900.000/bulan, dimana pendapatan tersebut mendekati

angka pendapatan tertinggi dari keseluruhan sampel narapidana yang

6 Wawancara dengan pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan atas nama Eko Wahyudi, tanggal 13 Oktober 2016 7 Wawancara dengan pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan atas nama Susanto, tanggal 13 Oktober 2016

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

45

diwawancarai yakni Rp.850.000/bulan. Berikut hasil data yang penulis

gambarkan dengan tabel :

Tabel 1

Tingkat Pendapatan Pelaku Pencurian dengan Kekerasan di Pasuruan

Tahun 2016

No tingkat pendapatan frekuensi Presentase

1 rendah < 250 7 70%

2 sedang >251-900 3 30%

3 tinggi >900 - -

Jumlah 10 100%

Sumber Data : Polres Pasuruan 2016

Tabel 1 menggambarkan bahwa tingkat pendapatan pelaku

pencurian dengan kekerasan yang paling banyak adalah yang

dikategorikan dalam tingkat berpendapatan rendah, pendapatannya sekitar

kurang dari Rp. 250.000 per bulan sebanyak 7 orang atau 70% sedangkan

yang berpendapatan sedang antara Rp. 251.000 s/d Rp. 900.000 per bulan

mencapai 3 orang atau sekitar 30%. Golongan pelajar juga penulis

masukkan kedalam kategori penghasilan rendah karena mereka tetap

dikategorikan berpenghasilan, karena masih bergantung pada orang tua

dan masih mendapatkan uang jajan yang jumlahnya tidak lebih dari

200.000/bulan. Data tersebut menunjukkan bahwa para pelaku kebanyakan

yang berpenghasilan rendah yaitu mencapai 70%, ini jelas menunjukkan

bahwa faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap pencurian dengan

kekerasan, sebab tidak bisa dipungkiri bahwa tingkat kebutuhan manusia

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

46

semakin meningkat sehingga menuntut pengeluaran yang tinggi. Namun,

terkadang tuntutan pengeluaran yang tinggi itu tidak diimbangi oleh

pemasukan yang tinggi pula. Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan itu,

seseorang terkadang menghalalkan segala cara salah satunya dengan

melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan.

c. Faktor Pendidikan

Di samping faktor ekonomi, faktor yang berperan dalam

menyebabkan kejahatan adalah faktor pendidikan yang dapat juga

bermakna ketidaktahuan dari orang yang melakukan kejahatan terhadap

akibat-akibat perbuatannya.

Goddard dengan teorinya (The mental tester

theory) berpendapat bahwa kelemahan otak (yang diturunkan oleh

orang tua menurut hukum-hukum kebakaran dari mental)

menyebabkan orang-orang yang bersangkutan tidak mampu

menilai akibat tingkah lakunya dan tidak bisa menghargai undang-

undang sebagaimana mestinya).8

seseorang yang memiliki pendidikan rendah kurang memahami

norma dan aturan yang berlaku di masyarakat, minimnya pengetahuan

mengenai norma dan aturan membuat orang tersebut tidak dapat

membedakan mana yang benar dan mana yang salah dari persepektif

norma yang ada di masyarakat.

Sesuai dengan hasil penelitian penulis, pendidikan juga

berpengaruh terhadap terjadinya pencurian dengan kekerasan, dimana

8 Ninik widyanti dan Yulius waskita. 1987. Kejahatan Dalam Masyarakat dan Pencegahannya. Jakarta. Bina Aksara. Halaman 54

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

47

tingkat pendidikan pelaku rata-rata hanya tamat sekolah dasar. Dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2

Tingkat Pendidikan Pelaku Pencurian dengan Kekerasan di Pasuruan

Tahun 2016

No tingkat pendidikan frekuensi Presentase

1 SD 4 40%

2 SMP 5 50%

3 SMU 1 10%

4 Perguruan Tinggi - -

Jumlah 10 100%

Sumber Data : Polres Pasuruan 2016

Tabel 2 menggambarkan bahwa faktor pendidikan juga berpengaruh

terhadap pencurian dengan kekerasan, sebagaimana tabel di atas pelaku

pencurian dengan kekerasan yang berpendidikan rendah mencapai 4 orang

atau 40% yang tamat SD, kemudian yang berpendidikan SMP sebanyak 5

orang atau 50% dan yang berpendidikan SMU sebanyak 1 orang atau 10%.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal yang minim di

dalam masyarakat dapat menimbulkan dampak terhadap masyarakat

tersebut, yaitu mereka merasa dan bersikap rendah diri serta kurang kreatif

sehingga tidak ada kontrol terhadap pribadinya sehingga mudah

melakukan tindakan-tindakan kejahatan utamanya pencurian dengan

kekerasan. Dengan pendidikan yang minim pola pemikiran mereka mudah

dipengaruhi oleh keadaan sosial sehingga pergaulan dalam lingkungannya

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

48

mudah mengekspresikan tingkah laku yang kurang baik lewat perbuatan

yang merugikan masyarakat.

Berbicara tentang pendidikan dikaitkan dengan kejahatan mungkin

banyak permasalahan yang akan muncul, oleh karena itu penulis batasi

seperti pendidikan yang kurang berhasil adalah dari pelaku yang relatif

pendidikan rendah, maka akan mempengaruhi pekerjaan pelaku karena

kurangnya keterampilan yang dimiliki sehingga pelaku pencurian dengan

kekerasan yang terjadi di Pasuruan pada umumnya adalah buruh yang

pekerjaannya tidak tetap. Hal itu disebabkan karena pendidikan yang

rendah, sehingga kurangnya kreatifitas dan berhubungan dengan

kurangnya peluang lapangan kerja.

Bekal pendidikan yang baik dapat mencegah tingkah laku jahat

karena faktor pendidikan ini penulis anggap penting disoroti, karena

menurut salah satu petugas lapangan Lembaga Permasyarakatan Pasuruan

bagian pembinaan mengatakan bahwa sebagian besar pelaku pencurian

dengan kekerasan yang ada dalam lembaga permasyarakatan adalah

mereka yang tergolong dalam pendidikan minim (rendah). Sehubungan

dengan pendidikan yang minim itu maka pola pikir mereka mudah

terpengaruh karena kadang-kadang mereka bisa mengekspresikan tingkah

laku yang tidak baik lewat perbuatan yang merugikan masyarakat.

Jadi melalui bekal pendidikan yang diperoleh dengan baik

merupakan proses pembentukan nilai-nilai atau perilaku mereka. Memang

jika faktor pendidikan dikaitkan dengan latar belakang kejahatan yang

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

49

dilakukan itu, rata-rata yang berpendidikan rendah seperti berpendidikan

sekolah dasar yang banyak melakukan kejahatan pencurian dengan

kekerasan.

d. Faktor Lingkungan

Baik buruknya tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh

lingkungan dimana orang tersebut berada, pada pergaulan yang diikuti

dengan peniruan suatu lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap

kepribadian dan tingkah laku seseorang. Lingkungan yang dimaksud

adalah lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat itu sendiri

Lingkungan memiliki peran dalam terjadinya tindak pidana,

mengingat pengaruh terhadap pola pikir, sikap dan perilaku seseorang

dapat dipengaruhi oleh pergaulan disekitarnya, sesuai dengan pepatah

“Die welt ist shuld an mir als ich” yang berarti dunia lebih bertanggung

jawab atas jadinya saya daripada saya sendiri. Pergaulan dalam lingkup

lingkungan yang tidak sehat di sekitar dapat mengubah pendirian

seseorang dan menjadikan individu memiliki kecenderungan melakukan

tindak pidana.

Dari hasil wawancara dengan pelaku, beberapa pelaku

mengungkapkan bahwa mereka mengikuti teman dan juga membantu

temannya untuk melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan,

hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Iptu Rianto yang mengatakan:

Dari pandangan kepolisian dan hasil penegakan hukum, pergaulan

memang memiliki pengaruh terhadap timbulnya tindak pidana.

Seseorang yang biasa bergaul dengan pelanggar hukum, maka

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

50

akan memiliki potensi yang sama untuk menjadi seseorang

pelanggar hukum.9

Pernyataan yang diungkapkan oleh Iptu Rianto tersebut, dapat

diketahui bahwa salah satu penyebab timbulnya tindak pidana pencurian

adalah akibat pergaulan yang ada dilingkungan. Karena pergaulan dapat

membentuk kepribadian seseorang sehingga dapat dijadikan panutan.

Mazhab lingkungan seperti yang dikatakan oleh A.

Lacassagne, G. Tarde, F. Turatti, N.N. Colajani, Von Myr,

Bonger dan Shuterland berpendapat bahwa seseorang dapat

berbuat kejahatan apabila terdapat :

a. Lingkungan yang memberi kesempatan akan timbulnya

kejahatan

b. lingkungan pergaulan yang memberi contoh atau tauladan

c. lingkungan ekonomi (kemiskinan, kesengsaraan)

d. lingkungan pergaulan yang berbeda-beda (differential

association)10

Disini penulis setuju dengan faktor pergaulan sebagai penyebab

terjadinya kejahatan, karena menurut penulis seseorang terkadang labil

dalam pemilihannya yang mengakibatkan salah dalam mengambil

keputusan, dalam lingkup pergaulan yang tidak sehat dalam lingkungan,

hal ini memicu terjadinya tindak pidana khususnya tindak pidana

pencurian dengan kekerasan.

Adanya pelaku kejahatan dalam lingkup yang sama akan

memberikan pengaruh terhadap tindakan seseorang dalam melakukan

kejahatan. Keteladanan seseorang, dalam artian yang negatif, turut

memberikan impact yang besar terhadap terjadinya tindak kejahatan.

Fenomena ini tampak dimana seorang pencuri kecil yang bergaul dengan 9 Wawancara dengan Iptu Rianto selaku Kasat Reskrim di Polres Pasuruan pada tanggal 12 Oktober 2016 10 Op Cit hal 29

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

51

pencuri kelas kakap kemudian justru lebih termotivasi dalam melakukan

tindak kejahatan yang lebih besar ataupun yang lebih menguntungkan

dirinya. Misalnya, Si A yang biasa mencuri dompet kemudian berkumpul

dan sering berkumpul dengan SI B yang biasa mencuri motor, maka tidak

menutup kemungkinan Si A melakukan pencurian motor seperti si B,

karena dirasa lebih menguntungkan dan resikonya lebih rendah.

Pergaulan dengan teman-teman dan tetangga merupakan salah satu

penyebab terjadinya pencurian dengan kekerasan. Hal itu menunjukkan

bahwa dalam memilih teman harus memperhatikan sifat, watak, serta

kepribadian seseorang. Baik buruknya tingkah laku seseorang sangat

dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan, apabila bergaul dengan orang baik

maka perbuatan mereka pasti baik pula dan apabila bergaul dengan orang

yang suka melakukan perbuatan buruk maka besar kemungkinan akan

dipengaruhinya. Hal lain yang menyebabkan terjadinya pencurian dengan

kekerasan adalah kurangnya Polisi yang berpatroli di tempat-tempat yang

wajar sering ada tindakan pencurian dengan kekerasan, begitu pula kurang

hati-hatinya para pemilik kendaraan bermotor yang melewati jalanan

jalanan yang sepi dan gelap pada malam hari.

e. Faktor Lemahnya Hukuman

Kedudukan hukum sebagai supremasi tertinggi dalam tatanan

masyarakat bernegara bukanlah suatu hal yang terjadi begitu saja. Proses

panjang telah berlangsung hingga masyarakat di seluruh dunia sepakat

untuk menempatkan hukum sebagai salah satu pedoman tertulis yang

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

52

harus dipatuhi dalam rangka mencapai ketertiban, keamanan, dan keadilan

bersama. Namun demikian, dalam proses pelaksanaannya, terjadi beragam

permasalahan sehingga hukum tidak bisa begitu saja ditegakkan.

Permasalahan penegakkan hukum sebenarnya terletak pada faktor-

faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a) Faktor hukumnya sendiri, yang dimaksud adalah undang-undang

b) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum.

c) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

d) Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku

atau diterapkan

e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.11

Pihak penegak hukum atau yang menerapkan hukum kadang-

kadang menyimpang dari nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat,

sehingga ada pelaku kejahatan pencurian dengan kekerasan yang

mendapat hukuman yang terlalu ringan. Dan akibatnya begitu keluar dari

lembaga permasyarakatan maka pelaku mengulangi perbuatan jahat

tersebut, menurut hasil wawancara penulis dengan 10 pelaku tindak pidana

pencurian dengan kekerasan 2 orang dintaranya merupakan residivis, yaitu

bernama Eko Wahyudi dan Susanto. Kedua pelaku tersebut memilih

melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan dikarenakan

hukuman yang diterima dirasa ringan.

Susanto merupakan residivis yang melakukan 2 kali tindak pidana

pencurian dan 1 kali tindak pidana pencurian dengan kekerasan,

menurutnya hukuman yang diterima cukup ringan, sebab menurutnya

penjara merupakan tempat tinggal gratis yang penuh dengan pelayanan,

makan minum gratis dan istirahat secukupnya tanpa di bebani pekerjaan

yang berat seperti di luar tahanan, walaupun di dalamnya ada benturan –

11 Soerjono Soekanto, 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Rajawali Pers, Jakarta. Hlm 8

Page 23: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

53

benturan kecil antara narapidana, seperti perkelahian dan perebutan

pengaruh di antara para napi, tapi semuanya itu adalah hal yang lumrah

dalam tahanan. Susanto mengaku di penjara saya tidak hanya belajar

keterampilan yang disediakan dari pihak LP tapi saya juga belajar

keterampilan yang lain dari senior saya.12

Bagi para residivis yang masih muda, penjara merupakan tempat

tinggal yang gratis, dikarenakan kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh

negara, beberapa pelaku berpendapat penjara merupakan sarana untuk

menambah wawasan dan keterampilan baik yang berdampak buruk

maupun yang berdampak baik, sehingga dapat dikatakan hukuman yang

diterima pelaku tidak memberikan efek jera dan sifat menakuti. Oleh

karena itu penulis tidak setuju apabila pelaku residis pencurian khususnya

pencurian dengan kekerasan hanya dihukum penjara namun penulis

menyarankan agar hukuman bagi pelaku yang telah lebih dari 1 kali

melakukan pencurian dengan kekerasan diberi hukaman alternatif lain

seperti dalam hukum Islam yaitu dihukum potong tangan.

C. Kendala yang Dihadapi oleh Kepolisian Dalam Menanggulangi

Maraknya Tindakan Pidana Pencurian Dengan Kekerasan.

Kepolisian dalam proses pencegahan tindak pidana pencurian dengan

kekerasan telah melakukan berbagai upaya yaitu upaya prefentif dan upaya

represif, upaya represif yang dilakukan oleh kepolisian ialah melakukan

penyelidikan dan mengungkap kasus yang dilaporkan kepada pihak kepolisian,

namun kepolisian memiliki beberapa kendala yang menghambat kasus yang

dilaporkan tersebut tidak dapat terselesaikan.

12 Wawancara dengan pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan atas nama Susanto, tanggal 13 Oktober 2016

Page 24: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

54

Menurut Iptu Rianto ada beberapa kendala yang membuat beberapa

kasus pencurian dengan kekerasan yang dilaporkan tidak dapat

terselesaikan, diantaranya:

a. Alat bukti tidak mencukupi.

b. Tersangka tidak diketahui keberadaannya.

c. Perkara tersebut belum dapat dibuktikan oleh penyidik.13

Menurut pendapat penulis, beberapa kendala diatas menjadi faktor

penghambat yang dialami oleh kepolisian dalam menuntaskan kasus pencurian

dengan kekerasan. Alat bukti yang tidak mencukupi merupakan salah satu

kendala yang dihadapi oleh kepolisian, macam-macam alat bukti diatur di

dalam KUHAP yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat dan petunjuk,

dalam KUHAP sistem pembuktian diatur dalam pasal 183 yang menyebutkan

hakimtidak bolehmenjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa

suatu tindak pidana telah terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah

melakukannya, dalam proses pembuktian harus sekurang-kurangnya terdapat 2

alat bukti yang sah, hal ini menjadi tugas kepolisian untuk mencari alat-alat

bukti tersebut.

Kendala yang kedua yaitu tersangka tidak diketahui keberadaannya,

dalam mencari pelaku polisi serigkali mendapatkan kesulitan, kesulitan ini bisa

berasal dari kurangnya ciri-ciri yang disebutkan oleh saksi ataupun korban,

pelaku sering berpindah-pindah tempat, dan kurangnya petunjuk keberadaan si

pelaku, kendala yang selanjutnya yaitu perkara tersebut belum bisa dibuktikan

oleh penyidik, perkara yang tidak dapat dibuktikan oleh penyidik dikarenakan

13 Wawancara dengan Iptu Rianto selaku Kasat Reskrim di Polres Pasuruan pada tanggal 12 Oktober 2016

Page 25: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

55

kurangnya alat bukti atau pelaku tidak memenuhi unsur yang terdapat dalam

pasal 365 KUHP. beberapa kendala tersebut dapat menghambat kepolisian

dalam menuntaskan kasus pencurian yang dilaporkan kepada kepolisian,

sehingga pihak kepolisian mendapat hambatan dalam menanggulangi tindak

pidana pencurian dengan kekerasan, namun sebagai pengayom dan penegak

hukum polisi harus bekerja lebih ekstra agar kasus pencurian dengan kekerasan

yang dilaporkan dapat terselesaikan.

Iptu Riyanto pun menjelaskan sulitnya untuk menangkap pelaku, dan

berpindah-pindah tempat juga modusnya semakin canggih membuat

para pihak kepolisian kewalahan dalam menangani kasus ini. Terlebih

lagi kurang personil dan juga sarana prasarana kurang tercukupi dari

pemerintah yang membuat Kepolisian Resor Pasuruan selalu berupaya

untuk memberikan rasa aman dan nyaman sesuai dengan kemampuan

mereka seutuhnya.

Menurut pendapat penulis kendala yang dari keterangan Iptu Rianto

diatas terdapat kendala yang dihadapi oleh kepolisian dalam menanggulangi

tindak pidana pencurian dengan kekerasan, yaitu modus yang berbeda-beda,

kurangnya jumlah personil dan juga perbedaan persepsi antara penegak hukum.

1. Modus yang Berbeda-beda

Kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian dengen

kkerasan mengalami kendala mengalami kesulitan karena modus yang

digunakan oleh pelaku bisa berbeda-beda, berkembang dan semakin

canggih seperti begal berikut

SURYAMALANG.COM, PASURUAN – Dua pria yang

diduga kuat sebagai pelaku begal atau curas motor di wilayah

hukum Polres Pasuruan Kota dicokok. Mereka adalah Arie

Raimond Firmansyah (31) warga Desa Rabalas, Kecamatan Grati,

dan Safak (48) warga Desa Watestani, Kecamatan

Nguling, Pasuruan. Keduanya, diamankan polisi di rumahnya

Page 26: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

56

masing-masing, Selasa (22/11/2016) malam. Dari dua tersangka,

polisi berhasil mengamankan beberapa barang bukti. Di antaranya

yakni tujuh sepeda motor dari berbagai macam jenis dan merek,

satu senjata api (senpi) jenis FN yang disinyalir itu merupakan

senjata mainan. Tiga buah handphone (Hp) dari berbagai macam

jenis, senjata tajam (sajam), dan masih banyak lagi.

Kapolres Pasuruan Kota AKBP Yong Ferryjon mengatakan, dalam

pemeriksaan, modus begal yang dilakukan keduanya ini sangat

unik. Secara umum, metode mereka sama dengan

pelaku begal lainnya yakni berkelompok. Namun sistemnya yang

mereka gunakan itu bukan hunting di jalan seperti begal pada

umumnya.“Mereka memaksimalkan situs jual beli online yang saat

ini gampang sekali dijumpai,” terangnya.

Menurut Yong, aksi keduanya ini dimulai dengan hunting di

situs jual beli online dan mencari orang-orang yang sedang menjual

sepeda motornya. Setelah itu, kedua tersangka ini melakukan

percakapan dengan penjual sepeda motor itu. Akhirnya, antara dua

tersangka dengan penjual ini ada kesepakatan dan bertemu di

sebuah tempat. Alasannya, dua tersangka ini ingin melihat kondisi

sepeda motornya. “Kedua tersangka ini cenderung berpura-pura

sebagai pembeli dan yang dipilih itu sepeda motor dengan harga

cukup tinggi , semacam Ninja, Honda CBR , dan sebagainya,”

ungkapnya. Setelah itu, dikatakan Yong, kedua tersangka ini

menyewa sebuah mobil tour and travel. Tujuannya, untuk

mengantarkan kedua tersangka ini ke lokasi yang sudah ditentutkan

. Selain itu, juga untuk memastikan penjual ini bahwa mereka

berdua berniat membeli sepeda motornya. “Setelah bertemu, kedua

tersangka ini modus ingin mencoba sepeda motornya. Setelah

penjual ini percaya, keduanya langsung membawa lari sepeda

motornya, dan tour and travel ini ditinggalkan begitu saja,”

paparnya. Terkadang, lanjut Yong, ada juga penjual sepeda motor

ini yang dianiaya karena tidak mau melepaskan sepeda motornya

untuk dicoba. Untuk alat yang digunakan bervariasi, ada clurit, ada

pedang dan sebagainya. Sesekali, tersangka juga mengancam

korbannya dengan senpi mainan dan bom ikan atau bondet.14

Modus yang digunakan pelaku yang terdahulu berbeda dengan

modus pelaku yang sekarang, dahulu pelaku bekerjasama dengan pelaku

lainnya dan mencari korban di jalan-jalan yang sepi, namun sekarang

beberapa pelaku mengembangkan berbagai macam modus seperti contoh

14 http://suryamalang.tribunnews.com, “Modus-modus begal di pasuruan” diakses tanggal 26 November 2016

Page 27: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

57

diatas, selain menggunakan media online, beberapa pelaku bahkan

menggunakan melakukan tindak pidana pencurian kekerasan dengan cara

salah satu pelaku berpura pura jatuh dari motor, disaat korban

mengahmpiri dan menolong pelaku, pelaku lainnya menghampiri korban

dan mengancam serta membawa motor korban.

Made Darma Weda dalam bukunya menyatakan bukanlah hal yang

mudah dapat menggali sebab-sebab kejahatan, terhadap hal ini

dikarenakan :

a. Adanya kesulitan dalam menentukan factor-faktor yang menjadi

penyebabnya.

b. Karena terdapat berbagai faktor yang saling mempengaruhi

(multiple factor approacg), dimana suatu faktor tidaklah cukup

untuk menimbulkan kejahatan.

c. sebab kejahatan tidak mengenal generasi , yang berarti bila

sebab tersebut telah diketahui tidak serta merta berlaku bagi

kejahatan lainnya.15

Modus yang berbeda-beda serta berkembang membuat polisi

menjadi kewalahan dalam menanggulangi tindak pidana tersebut, sehingga

pihak polisi melakukan pengamatan dan juga mempelajarai modus yang

berkembang dalam menanggulangi berkembangnya modus yang

digunakan pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Dengan

mempelajari modus yang berkembang polisi akan lebih mengetahui

bagaimana cara mencegah terjadinya tindak pidana pencurian dengan

kekerasan di masyarakat.

2. Kurangnya Jumlah Personil

Kendala lain yang dihadapi oleh Kepolisian dalam

menanggulangi tindak pidana pencurian dengan kekerasan adalah

kurangnya jumlah personil Iptu Rianto mengatakan selain modus

yang beraneka ragam, kurangnya jumlah personil juga menjadi

15 Made Darma Weda, 1996, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, hal 16

Page 28: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

58

kendala yang dihadapi kepolisian dalam menanggulangi Tindak

pidana Pencurian dengan kekerasan.16

Jika dikaitkan dengan pendapat Achmad Ali (1998:211)

menyatakan : Memang tidak dapat disangka kendala yang dihadapi

pihak kepolisian kita adalah keterbatasan kepolisian Indonesia

menanggulangi berbagai jenis kriminalitas. Faktor penyebabnya

salah satu adalah tidak terlepas dari belum berimbangnya antara

jumlah personil polisi dengan jumlah warga masyarakat yang harus

dilayani.17

Dapat dilihat tidak berimbangnya jumlah personil polisi dengan

jumlah warga masyarakat yang harus dilayani, seperti yang sudah di

ketahui bahwa wilayah Pasuruan yang cukup luas dan dengan jumlah

personel pihak kepolisian yang jumlahnya terbatas untuk menangani

keseluruhan tindak pidana yang terjadi di Kabupaten Malang maka hak ini

menjadi faktor yang tidak mendukung dalam menangani kasus tindak

pidana khusunya tindak pidana Pencurian dengan kekerasan.

Polres Pasuruan hanya memiliki ±1250 personil termasuk PNS. Satuan

Reskrim masih tergolong dalam kekurangan personil, Satuan Reskrim hanya

memiliki 132 personil dari ketentuan ideal 180 orang. Kekurangan personil

yang terjadi di Satuan Reskrim sangatlah mempengaruhi kinerja satuan ini.

Berdasarkan data yang diperolehjumlah pengaduan dan laporan yang masuk ke

PolresKepanjen ± 150 kasus setiap bulan, sedangkan kemampuan Satuan

Reskrim Polres Kepanjen dalam menangani kasus hanya mampu ± 2-3 kasus

perunit tiap bulan. Disini sudah mulai tampak timpangnya penegakan hukum di

Indonesia khususnya di wilayah hukum Polres Pasuruan. dengan tidak

16 Wawancara dengan Iptu Rianto selaku Kasat Reskrim di Polres Pasuruan pada tanggal 12 Oktober 2016 17 Syafri, http://syafrifaisal-syafri.blogspot.co.id, kendala yang diahadapi kepolisian dalam

mencegah kejahatan diakses tanggal 01 November 2016

Page 29: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

59

berimbangnya jumlah personil kepolisian dengan jumlah masyarakat maka

kepolisian tidak dapat fokus kepada kepada salah satu kasus yang ada,

khususnya kasus tindak pidana pencurian dengan kekerasan.

Luasnya wilayah kota Pasuruan dengan jumlah personil yang terbatas

menjadi kendala kepolisian dalam melakukan pengawasan. Selain itu biaya

operasional yang terbatas dalam memburu pelaku kejahatan juga ikut memiliki

andil dalam menghambat upaya penanggulangan pencurian dengan kekerasan.

3. Perbedaan persepsi antara penegak hukum

Permasalahan lain adalah terjadinya perbedaan persepsi antara

polisi dengan penegak hukum lainnya dalam memperlakukan penjahat.

Polisi selaku garda paling depan dalam memburu penjahat berorientasi

pada perlindungan korban kejahatan. Polisi berusaha semaksimal mungkin

memelihara kantibmas dengan melibas segala bentuk perilaku

menyimpang yang diperangi masyarakat.

Sedangkan aparat hukum lainya (Hakim dan Penasehat Hukum)

lebih banyak berorientasi pada perlindungan hukum dan HAM pelaku

kejahatan. Hak-hak yang dipenuhi oleh penjahat dipenuhi secara optimal.

Sehingga, tidak jarang jika polisi (sakit hati) kepada penjahat yang telah

dengan susah payah ditangkap (seringkali perlaku yang tertangkap

bungkam mengenai jaringannya), kemudian dibebaskan oleh pengadilan,

baik karena tidak terbukti atau karena sang penjahat solid dan ia mampu

membeli keadilan. hal ini merupakan hambatan yang paling besar dalam

memberantas tindak pidana pencurian dengan kekerasan, dengan

Page 30: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

60

dilindunginya hak-hak pelaku maka menurut penulis tidak memberikan

efek jera terhadap si pelaku, sehingga memungkinkan si pelaku untuk

mengulangi tindak pidana yang sama.

D. Upaya Penanggulangan Preventif yang Dilakukan oleh Pihak Kepolisian

Dalam Menanggulangi Maraknya Tindak Pidana Pencurian Dengan

Kekerasan

Tindakan preventif merupakan upaya yang dilakukan kepolisian dalam

hal mencegah tindak pidana terjadi. Oleh sebab itu sebelum tindak pidana

tersebut terjadi,hendaknya memang perlu tindakan sebagi upaya pencegahan

agar tindakan secara preventif bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Djoko Prakoso di dalam bukunya yang berjudul Polri sebagai

Penyidik dalam penegakan hukum, D. Prakoso menjelaskan yang

dimaksud dengan langkah preventif adalah tindakan yang diarahkan

kepada usaha pencegahan terhadap kejahatan. Tindakan tersebut

diarahkan sebelum kejahatan tersebut dilakukan. dengan tindakan-

tindakan preventif diharapkan dapat mengurangi timbulnya kejahatan-

kejahatan baru, setidaknya bisa memperkecil jumlah pelaku-

pelakunya.18

Berdasarkan kutipan diatas, penulis berpendapat bahwa upaya preventif

merupakan tindakan yang memang harus dilakukan untuk mencegah adanya

tindak pidana. Tindakan preventif lebih baik daripada tindakan represif

karena disamping lebih ekonomis, untuk melaksanakannya juga tidak

memerlukan tenaga yang besar. Oleh sebab itu apabila tindakan ini dapat

dimaksimalkan penerapannya dengan melakukan penyuluhan maupun

sosialisasi-sosialisasi tentang hukum kepada masyarakat dan dapat diterima

dengan baik maka akan sangat menguntungkan dengan cara ini masyarakat

bisa memaknai pentingnya menegakkan hukum dalam kehidupan.

18 Djoko Prakoso, Polri sebagai Penyidik dalam Penegakan Hukum, Bina Aksara, Jakarta, Hal 22

Page 31: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

61

Namun sayangnya tidak semua tindakan preventif bisa mengendalikan

masyarakat, karena pemikiran setiap orang berbeda-beda oleh sebab itu

pelaksanaannya pun menuai pro dan kontra. Jika ada masyarakat yang patuh

akan peraturan hukum yang disosialisasikan, ada pula masyarakat yang justru

menyepelekan hal tersebut dengan tetap melakukan tindakan-tindakan yang

justru melanggar aturan. Usaha pencegahan yang bersifat preventif ini

dimaksudkan sebagai usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya

tindak pidana pencurian dengan kekerasan di masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan responden di Polres

Pasuruan, mengenai tindakan ini, yaitu

Tindakan preventif yang dilakukan oleh aparat Kepolisian Resor

Pasuruan yaitu dengan melakukan patroli di jam-jam dan tempat-tempat

yang rawan untuk terjadinya tindak pidana pencurian dengan kekerasan.

Jam-jam rawan yang dimaksud oleh Iptu Riyanto yakni pagi hari yaitu

subuh atau dini hari atau sekitar pukul 04.00-06.00 WIB, dan di malam

hari yakni pukul 23.00-04.00 WIB. Adapun tempat-tempat rawan yang

sering dijadikan incaran oleh para pelaku tindak pidana pencurian ialah

jalan raya yang lengang, biasanya dilakukan di pagi hari, lalu di daerah

perbankan yang saat ini juga marak terjadi adanya perampokan dan

biasanya dilakukan di siang hari atau pukul 12.00 WIB, dan juga daerah

pertokoan yang biasa terjadi di malam hari.19

Dari hasil keterangan Iptu Rianto dapat diketahui, salah satu tindakan

yang dilakukan oleh kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian

dengan kekerasan adalah dengan mengadakan patroli di wilayah-wilayah yang

rawan di Pasuruan. Cara ini diharapkan dapat mencegah terjadinya tindak

pidana pencurian dengan kekerasan, atau apabila terjadi tindak pidana dengan

19 Wawancara dengan Iptu Rianto selaku Kasat Reskrim di Polres Pasuruan pada tanggal 12 Oktober 2016

Page 32: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

62

cepat dapat menanggapi respon secara cepat dalam mengejar pelaku atau

menangkap pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Iptu Rianto, patroli

dilakukan oleh pihak kepolisian setiap hari Senin sampai Sabtu.

Sedangkan untuk rutenya, setiap hari berbeda-beda. Petugas patroli

ditentukan berdasarkan jadwal piket, setelah pelaksanaan patroli,

petugas diharuskan memberikan laporan dan catatan lengkap mengenai

aktivitas patrolinya. Personel yang berpatroli dibagi menjadi 2 dalam

setiap wilayah yaitu petugas yang berseragam dan yang tidak berseragam

untuk melakukan penyamaran. Selain berpatroli Polisi juga bekerjasama

dengan masyarakat dengan cara melibatkan diri pada kegiatan

Siskamling warga. Cara ini selain mendekatkan Polisi dengan warga,

juga akan menjadikan warga terbiasa melakukan pengamanan swadaya

yang mendukung kinerja kepolisian dalam menciptakan keamanan di

lingkungan.20

Menurut penulis dari keterangan Iptu Rianto, Polisi telah melakukan

upaya pencegahan preventif dengan cara patroli dan bekerjasama dengan

masyarakat dalam bentuk siskamling warga, karang taruna dan lain-lain.

Sering kali kepolisian juga memberi sosialisi mengenai pentingnya

siskamling, dan juga menghimbau kepada setiap warga untuk selalu waspada.

Kepolisian dan juga tokoh masyarakat juga mempunyai tugas untuk

mengadakan penyuluhan atau suatu penerangan dalam bidang keagamaan

sebagai upaya memperkuat keyakinan beragama sehingga dapat

meminimalisir terjadinya tindak pidana Dengan cara ini diharapkan dapat

mencegah terjadinya tindak pidana pencurian dengan kekerasan sekaligus

mengurangi jumlah pelaku.

tindakan preventif yang dilakukan oleh Polres Pasuruan apabila bisa

diimplementasikan dengan baik maka kemungkinan meminimalisir adanya

20 Wawancara dengan Iptu Rianto selaku Kasat Reskrim di Polres Pasuruan pada tanggal 12 Oktober 2016

Page 33: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

63

tindakan yang melanggar aturan akan bisa dilakukan, namun dalam hal ini

masih belum diimplementasikan secara menyeluruh dilapisan masyarakat.

Karena terbatasnya akses dengan masyarakat mengingat luasnya wilayah

pasuruan serta kurangnya jumlah personil kepolisian.

E. Upaya Penanggulangan Represif yang Dilakukan oleh Pihak Kepolisian

Dalam Menanggulangi Maraknya Tindak Pidana Pencurian Dengan

Kekerasan

Tindakan represif yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Resor

Pasuruan yakni dengan menangkap pelaku dan memberikan tindakan

tegas jikalau pelaku berusaha melarikan diri akan ditembak di tempat.

Penindakan tegas ini sangatlah dibutuhkan, karena para pelaku tindak

kejahatan saat ini sangat lihai dalam melarikan diri dari kejaran aparat

kepolisian.21

Tindakan yang dilakukan oleh kepolisian apabila pada proses

penangkapan pelaku malarikan diri adalah polisi memberikan tembakan

peringatan yang mengarah keatas, jika pelaku masih berusaha lari dan tidak

memberikan peringatan maka polisi akan menembak pelaku ke arah bagian

tubuh yang tidak vital seperti kaki untuk melumpuhkan pelaku, dan jika

setelah diberi tembakan peringatan namun pelaku melawan petugas baik

dengan sajam maupun senpi yang dapat membahayakan nyawa orang lain

maka pelaku akan melakukan penembakan di tempat untuk melumpuhkan

pelaku. Penembakan ini bertujuan agar si pelaku tidak lolos dari kejaran

aparat kepolisian, sebab pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan

sangat lihai dalam melarikan diri dari kejaran aparat kepolisian..

Iptu Rianto menerangkan pihak reskrim dengan bekerjasama

dengan satuan fungsi intel akan berupaya untuk menangkap pelaku

21 Wawancara dengan Iptu Rianto selaku Kasat Reskrim di Polres Pasuruan pada tanggal 12 Oktober 2016

Page 34: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

64

tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan mengajukan berkas

sampai ke tingkat kejaksaan yang kelak akan meneruskannya ke

pengadilan. Untuk barang yang telah hilang dan berhasil ditemukan

kembali, akan segera dikembalikan kepada pemilik sebelumnya.22

Tindakan represif yang dilakukan oleh kepolisian yaitu dengan

melakukan penangkapan pelaku yang diduga melakukan tindak pidana

pencurian dengan kekerasan, identitas pelaku tersebut diperoleh dari

keterangan korban dan saksi serta hasil penyelidikan kepolisian, dalam

mengungkap identitas pelaku serta jaringannya atau sindikat tindak pidana

pencurian dengan kekerasan atau biasa dikenal dengan istilah begal polisi

bekerjasama dengan intel, setelah pelaku berhasil ditangkap maka oleh

penyelidik akan diserahkan kepada penyidik untuk dilakukan proses

penyidikan atau pemeriksaan lebih lanjut, apabila penyidikan telah usai

dilakukan dan keterangan saksi, korban, tersangka, unsur-unsur tindak pidana

dan barang bukti telah jelas, maka penyidik akan menyerahkan berkas perkara

kepada kejaksaan untuk disidangkan.

Dari Keterangan Iptu Rianto, selain melakukan upaya preventif polisi

juga melakukan upaya represif yaitu dengan melakukan pengusutan,

penangkapan, penyidikan dan penahan, hal ini sesuai dengan pendapat Djoko

Prakoso di dalam bukunya yang berjudul Polri sebagai Penyidik dalam

penegakan hukum, D. Prakoso menejelaskan yang dimaksud dengan langkah

represif ini merupakan tindakan penaggulangan yang dilakukan setelah suatu

kejahatan dilakukan,. Tindakan yang dimaksud tersebut adalah tindakan yang

berupa pengusutan, penyidikan, penghukuman, dan rehabilitasi.Upaya

22 ibid

Page 35: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

65

penaggulangan ini adalah berupa tindakan langsung yang dilakukan oleh

satuan fungsi reserse yang dikedepankan dan dibantu oleh satuan fungsi intel,

yaitu tindakan tindakan secara hukum yang ditujukan kepada pelaku

kejahatan. Perlakuan tersebut dimaksudkan sebagai suatu rangkaian

pembalasan atas perbuatan si pelanggar hukum. Penghukuman merupakan

tindakan untuk memberikan penderitaan terhadap pelaku kejahatan yang

sebanding atau mungkin lebih berat dari akibat yang ditimbulkan oleh

perbuatan kejahatan tersebut, apakah ia berupa hukuman pemenjaraan

ataupun hukuman yang bersifat penderitaan

Seseorang dapat dikatakan telah melakukan tindak pidana pencurian

dengan kekerasan apabila telah memenuhi unsur yang terkandung di dalam

pasal 365 ayat 1, 2, 3 dan 4. dasar sanksi hukum yang terkandung dalam pasal

365 adalah sebagai berikut:

1. Diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun,

pencurian yang didahului, disertai, atau diikuti dengan kekerasan

atau ancaman kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk

mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal

tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau

peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya.

2. Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun :

a. jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah

atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau

dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan.

b. jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih secara

bersama-sama

c. jika masuknya ke tempat melakukan kejahatan, dengan

membongkar, merusak, atau memanjat, atau memakai anak kunci

palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

d. jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

3. Ayat 3 Jika perbuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan penjara

paling lama lima belas tahun

4. Diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama

waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan

Page 36: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

66

mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang

atau lebih secara bersama-sama dengan disertai oleh salah satu hal

yang diterangkan dalam ayat 2 ke-1 dan ke-3

Tindak pidana pencurian memberatkan atau pencurian dengan

kekerasan yang diatur dalam pasal 365 KUHP itu juga merupakan suatu

pencurian dengan kualifikasi ataupun merupakan pencurian dengan unsur-

unsur yang memberatkan. Dengan demikian maka yang diatur dalam pasal ini

sesungguhnya hanya satu kejahatan, dan bukan kejahatan yang terdiri dari

kejahatan “pencurian” dan kejahatan “pemakaian kekerasan terhadap orang”

Contoh kasus yang dapat dikenakan pasal 365 KUHP adalah

Telah terjadi tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang dilakukan

oleh Sariman pada tanggal 20 November 2015 pada pukul sekira 20.00

WIB. pada mulanya sariman dan temannya yang bernama Benol

berkumpul di rumah Benol, di rumah Iwan mereka berkumpul untuk

menentukan lokasi untuk melakukan pencurian, akhirnya mereka

sepakat untuk melakukan pencurian dengan kekerasan di daerah Kraton

Pasuruan dengan mengendarai motor para pelaku menuju ke lokasi, di

lokasi Benol melihat seseorang memakai motor Vario 125 warna hitam,

kemudian pelaku mengejar dan menyerempet korban, pelaku yang

bernama Sariman bersama dengan Benol menyuruh korban berhenti

sambil menodongkan celurit, karena korban takut maka korban

berhenti, Sariman merebut kunci motor korban sambil terus

menodongkan celurit, kemudian korban lari sambil teriak minta tolong

sehingga beberapa warga lari menghampiri korban, karena panik Benol

kabur duluan sedangkan Sariman saat mau kabur ditendang oleh

pengendara motor lain yang kebetulan melintas sehingga motor yang

dikemudikannya terjatuh bersama dengan sariman, dan sariman di

tangkap oleh warga, selang beberapa saat kemudian polisi datang dan

membawa pelaku serta barang buktinya.23

Dari hasil wawancara diatas, modus yang digunakan oleh pelaku adalah

menunggu korban di tempat yang sepi, kemudian memepet korban dan

menodong korban dengan menggunakan senjata tajam untuk menakuti korban

23 Hasil wawancara dengan pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan atas nama Eko wahyudi als Cecep di Lapas Klas II B PAsuruan, tanggal 7 Februari 2017

Page 37: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

67

setelah korban terjatuh pelaku membawa lari motor korban, pelaku telah

dikenakan pasal 365 KUHP, karena telah memenuhi unsur obyektif dan unsur

subyektif, unsur obyektif dalam pasal 365 KUHP adalah Pencurian dengan

didahului, disertai, diikuti kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap

seseorang, disini pelaku melakukan perbuatan pencurian diikuti ancaman

kekerasan dalam bentuk menodong korban dengan menodong korban dengan

menggunakan senjata tajam berupa celurit. Sedangkan faktor subyektif dalam

pasal 365 KUHP adalah dengan maksud untuk mempersiapkan atau

mempermudah pencurian itu atau jika tertangkap tangan memberi

kesempatan bagi diri sendiri atau peserta lainnya dalam kejahatan itu, pelaku

memenuhi unsur subyektif pasal 365 KUHP, karena pelaku mempunyai

maksud untuk mempermudah melakukan pencurian dengan melakukan

ancaman kekerasan.

Upaya pencegahan yang dilakukan oleh Kepolisian sudah semaksimal

mungkin dalam menekan terjadinya tindak pidana pasal 365 KUHP tentang

Pencurian dengan kekerasan, namun tindak pidana tersebut masih sering

terjadi di Pasuruan, hal ini dikarenakan polisi hanya berfokus dalam upaya

pencegahan, seharusnya polisi juga mempelajari mengenai faktor-faktor

penyebab terjadinya tindak pidana pencurian dengan kekerasan, khususnya

mengenai faktor lemahnya hukum, bagi para pelaku tindak pidana residivis

pencurian dengan kekerasan hukuman penjara dirasa cukup ringan meskipun

dalam ketentuan pasal 365 KUHP terdapat hukuman penjara seumur hidup

atau waktu tertentu. Para pelaku merasa hukuman tersebut cukup ringan

Page 38: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur ...eprints.umm.ac.id/37856/4/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263-4-babiii.… · BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... SAT

68

dikarenakan di dalam penjara pelaku merasa seperti di rumah karena

kebutuhan hidupnya bisa terpenuhi, Sehingga diharapkan para penegak

hukum mencari alternatif hukuman lain seperti hukum potong tangan dalam

hukum Islam bagi pelaku yang telah melakukan tindak pidana pencurian lebih

dari 1 kali, sehingga dapat memberikan efek jera dan memiliki sifat menakuti.