BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prinsip...

39
77 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prinsip Keadilan yang Membangun Konsep CSR Prinsip pelaksanaan CSR menurut salah seorang pakar CSR dari University of Bath Inggris yaitu Alyson Warhurst, di mana pada tahun 1998 beliau menjelaskan ada 16 prinsip yang harus diperhatikan dalam mengimplementasikan CSR, adapun prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut: 35 1. Prioritas Perusahaan Perusahaan harus menjadikan tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi dan penentu utama dalam pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian suatu perusahaan dapat membuat kebijakan, program, dan praktek dalam menjalankan aktivitas bisnisnya dengan cara lebih bertanggung jawab secara sosial. 2. Manajemen Terpadu Manajemen sebagai pengendali dan pengambil keputusan harus mengintegrasikan setiap kebijakan 35 Wibisono, Yusuf, Membedah Konsep & Aplikasi CSR, Frascho Publishing, Gresik, 2007, h. 39-41

Transcript of BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prinsip...

77

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Prinsip Keadilan yang Membangun Konsep

CSR

Prinsip pelaksanaan CSR menurut salah seorang

pakar CSR dari University of Bath Inggris yaitu Alyson

Warhurst, di mana pada tahun 1998 beliau menjelaskan ada

16 prinsip yang harus diperhatikan dalam

mengimplementasikan CSR, adapun prinsip-prinsip itu

adalah sebagai berikut:35

1. Prioritas Perusahaan

Perusahaan harus menjadikan tanggung jawab sosial

sebagai prioritas tertinggi dan penentu utama dalam

pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian suatu

perusahaan dapat membuat kebijakan, program, dan

praktek dalam menjalankan aktivitas bisnisnya

dengan cara lebih bertanggung jawab secara sosial.

2. Manajemen Terpadu

Manajemen sebagai pengendali dan pengambil

keputusan harus mengintegrasikan setiap kebijakan

35

Wibisono, Yusuf, Membedah Konsep & Aplikasi CSR, Frascho

Publishing, Gresik, 2007, h. 39-41

78

dan program dalam aktivitas bisnisnya, sebagai salah

satu unsur dalam fungsi manajemen.

3. Proses Perbaikan

Setiap kebijakan, program, dan kinerja sosial harus

dilakukan evaluasi secara berkesinambungan

didasarkan atas temuan riset mutakhir dan memahami

kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial

tersebut secara global.

4. Pendidikan Karyawan

Karyawan sebagai stakeholders primer harus

ditingkatkan kemampuan dan keahliannya, oleh

karena itu perusahaan herus memotivasi mereka

melalui program pendidikan dan pelatihan.

5. Pengkajian

Perusahaan sebelum melakukan sekecil apapun suatu

kegiatan harus terlebih dahulu melakukan pengkajian

mengenai dampak sosialnya. Kegiatan ini tidak saja

dilakukan pada saat memulai suatu kegiatan, tapi juga

pada saat sebelum mengakhiri atau menutup suatu

kegiatan.

6. Produk dan Jasa

Suatu perusahaan harus senantiasa berusaha

mengembangkan suatu produk dan jasa yang tidak

mempunyai dampak negatif secara sosial.

7. Informasi Publik

Memberikan informasi dan bila perlu mengadakan

pendidikan terhadap konsumen, distributor, dan

79

masyarakat umum tentang penggunaan,

penyimpanan, dan pembuangan atas suatu produk

barang atau jasa.

8. Fasilitas dan Operasi

Mengembangkan, merancang, dan mengoperasikan

fasilitas serta menjalankan kegiatan dengan

mempertimbangkan temuan yang berkaitan dengan

dampak sosial dari suatu kegiatan perusahaan.

9. Penelitian

Melakukan dan atau mendukung riset atas dampak

sosial dari penggunaan bahan baku, produk, proses,

emisi, dan limbah yang dihasilkan sehubungan

dengan kegiatan usaha. Penelitian itu sendiri

dilakukan dalam upaya mengurangi dan atau

meniadakan dampak negatif kegiatan dimaksud.

10. Prinsip Pencegahan

Memodifikasi manufaktur, pemasaran dan atua

penggunaan atas produk barang atau jasa yang sejalan

dengan hasil penelitian mutakhir. Kegiatan ini

dilakukan sebagai upaya mencegah dampak sosial

yang bersifat negatif.

11. Kontraktor dan Pemasok

Mendorong kontraktor atau pemasok untuk

mengimplementasikan dari prinsip tanggung jawab

sosial sebagai bagian dari suatu persyaratan dalam

kegiatan usahanya.

80

12. Siaga Menghadapi Darurat

Perusahaan harus menyusun dan merumuskan

rencana dalam menghadapi keadaan darurat. Dan bila

terjadi keadaan berbahaya perusahaan harus bekerja

sama dengan layanan gawat darurat (emergency),

instansi berwenang, dan komunitas lokal. Selain itu

perusahaan berusaha mengebali potensi bahaya yang

muncul.

13. Transfer Best Practise

Berkontribusi pada pengembangan dan transfer bisnis

praktis sepanjang bertanggung jawab secara sosial

pada semua industri dan sektor publik.

14. Memberikan Sumbangan

Sumbangan ini ditujukan untk pengembangan usaha

bersama, kebijakan publik dan bisnis, lembaga

pemerintah dan lintas departemen serta lembaga

pendidikan yang akan membantu meningkatkan

kesadaran akan tanggung jawab sosial.

15. Keterbukaan

Menumbuh kembangkan budaya keterbukaan dan

dialogis dalam lingkungan perusahaan dan dengan

unsur publik. Selain itu perusahaan harus mampu

mengantisipasi dan memberikan respons terhadap

risiko potensial (potencial hazard) yang mungkin

muncul, dampak negatif dari operasi, produk, limbah,

dan jasa.

81

16. Pencapaian dan Pelaporan

Melakukan evaluasi atas hasul kinerja sosial,

melaksanakan audit sosial secara berkala dan

mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria perusahaan

dan ketertentuan peraturan perundang-undangan serta

menyampaikan informasi tersebut kepada dewan

direksi, pemegang saham, pekerja, dan publik.

Ada empat model atau pola CSR yang diterapkan di

Indonesia, yaitu :36

1. Keterlibatan langsung

Perusahaan menjalankan program CSR secara

langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan

sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat

tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah

perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat

seniornya, seperti corporate secretary atau public

affair atau menjadi bagian dari tugas pejabat public

relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.

Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah

perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan

adopsi dari model yang lazim diterapkan di

perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya

perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin, atau

36 Saidi dan Abidin, 2004. h. 64-65

82

dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi

kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan

perusahaan di antaranya adalah Yayasan Coca-cola

Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan

pertambangan).

3. Bermitra dengan pihak lain.

Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerja

sama dengan lembaga sosial/ organisasi non

pemerintah (ornop), instansi pemerintah, universitas,

atau media massa, baik dalam mengelola dana

maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

Beberapa lembaga sosial/ ornop yang bekerja sama

dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara

lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan

Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet

Dhuafa, instansi-instansi pemerintah (Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia/ LIPI, Depdiknas, Depkes,

Depsos), perguruan-perguruan tinggi (UI, ITB, IPB),

media massa (Dkk kompas, Kita Peduli Indosiar).

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.

Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota, atau

mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan

untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan

model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pihak

pemberian hibah perusahaan yang bersifat ‘hibah

pembangunan’. Pihak konsorsium atau lembaga

semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-

83

perusahaan yang mendukungnya secara proaktif

mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga

operasional dan kemudian mengembangkan program

yang disepakati bersama.

CSR memiliki beberapa jenis atau sektor kegiatan.

Ada sembilan jenis atau sektor kegiatan CSR, yaitu: (1)

Pelayanan sosial; (2) Pendidikan dan penelitian; (3)

Kesehatan; (4) Kedaruratan (emergency); (5) Lingkungan;

(6) Ekonomi produktif; (7) Seni, olah raga, dan pariwisata;

(8) Pembangunam prasarana dan perumahan; dan (9)

Hukum, advokasi, dan politik.37

Kategori perusahaan hubungannya dengan penerapan

CSR :

1. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan

anggaran CSR :

a) Perusahaan Minimalis. Perusahaan yang

memiliki profit dan anggaran CSR yang rendah.

b) Perusahaan Ekonomis. Perusahaan yang

memiliki profit tinggi, namun anggaran

CSRnya rendah.

c) Perusahaan Humanis. Perusahaan yang

memiliki profit rendah, tapi proporsi anggaran

CSRnya tinggi.

37 Saidi dan Abidin. 2004. h. 64-65

84

d) Perusahaan Reformis. Perusahaan yang

memiliki profit dan anggaran CSR yang tinggi.

Perusahaan memandang CSR bukan beban, tapi

peluang untuk maju.

2. Berdasarkan tujuan CSR (promosi atau

pemberdayaan masyarakat):

a) Perusahaan Pasif. Perusahaan yang menerapkan

CSR tanpa tujuan yang jelas.

b) Perusahaan Impresif. CSR diutamakan untuk

promosi.

c) Perusahaan Agresif. CSR diutamakan untuk

pemberdayaan.

d) Perusahaan Progresif. Perusahaan menerapkan

CSR untuk tujuan promosi dan pemberdayaan

karena dipandang bermanfaat dan menunjang

satu sama lain bagi kemajuan perusahaan.

Dengan uraian diatas, penulis berpendapat prinsip

keadilan yang ditawarkan CSR sesuai dengan nilai yang

terkadung dalam sila kelima Pancasila; "Keadilan Bagi

Seluruh Rakyat Indonesia".

B. Bentuk Implementasi Corporate Social

Responsibility (CSR)

Berbagai bentuk implementasi CSR dapat dijelaskan

sebagai berikut :

85

1. Konsumen, dalam bentuk penggunaan material yang

ramah lingkungan, tidak berbahaya, serta

memberikan informasi dan petunjuk yang jelas

termasuk infromasi atas suku cadang dan pelayanan

purnajualnya serta informasi lain yang harus

diketahui konsumen.

2. Karyawan, dalam bentuk persamaan hak dan

kewajiban atas seluruh karyawan tanpa membedakan

ras, suku, agama, dan golongan. Karyawan

mendapatkan penghargaan berdasarkan kompetensi

dan hasil penilaian prestasinya.

3. Komunitas dan lingkungan, dalam bentuk kegiatan

kemanusiaan maupun lingkungan hidup, baik di

lingkungan sekitar perusahaan maupun di daerah lain

yang membutuhkan. Kegiatan terhadap komunitas ini

antara lain berupa kegiatan donor darah, memberikan

bantuan kepada daerah yang terkena musibah.

4. Kesehatan dan keamanan, dalam bentuk penjagaan

dan pemeliharaan secara rutin atas fasilitas dan

lingkungan kantor sesuai petunjuk dan instansi

terkait.

86

C. Implementasi Corporate Social Renponsibility di

Indonesia

1. Perencanaan CSR

Corporate Social Responsibility butuh

perumusan yang jelas, baik materi, stragtegi, sasaran,

penelitian pemangku kepentingan, maupun anggaran

yang dibutuhkan. Untuk itu, butuh kajian mendalam

dan berkelanjutan, khususnya dalam menentukan isi

dan sasaran agar memiliki daya dukung pembangunan

berkelanjutan dalam rangka meningkatkan

pemberdayaan pada para pemangku kepentingan.

Yusuf Wibisono menyatakan bahwa perencanaan

program menjadi penting karena dapat dijadikan arah

untuk melaksanakan pelaksanaan program. Di

samping itu, perencanaan juga menentukan strategi

yang lebih efektif dapat dilaksanakan. Paling tidak

terdapat sembilan hal yang perlu diperhatikan, antara

lain merumuskan visi, misi, tujuan, kebijakan,

merancang struktur organisasi, menyiapkan SDM,

membagi wilayah, mengelola dana, rancang

implementasi, evaluasi, dan pelaporan.38

38

Nor Hadi, Corporate Social Responsibility, Graha Ilmu,

Yogyakarta, 2011, h 124

87

Nor Hadi merumuskan diagram yang

menggambarkan tahapan perencanaan, evaluasi, dan

implementasi tanggungjawab sosial (social

responsibility) sebagaimana dalam diagram berikut

ini:39

Gambar 3. 1

Gradasi Perencanaaan CSR

Menetapkan Visi

Visi merupakan landasan filosofis operasional suatu entitas,

dengan tidak memandang jenis entitasnya. Sebagai landasan visi

39

Ibid. h. 124

Visi

Misi

Tujuan

Target

Strategi Kebijak

an

Merancan

g

Program Operasio

nal

Evaluasi Laporan implement

asi

Pemetaa

n Dana

Lingkage

Stakehold

er &

Pemetaan

Wilayah

Meranca

ng

Struktur Organisa

si

Menyedi

a-kan

SDM

88

menjadi core value satu aktivitas sehingga menjiwai berbagai

bantuk aktivitas yang menjadi kebijakan entitas (organisasi).

Dalam aktivitas keberpihakan terhadap masyarakat dan

lingkungan, praktik tanggungjawab sosial (social Responsibility)

harus didasarkan pada landasan yang kuat yang dijadikan pijakan

kebijakan. Untuk itu, visi yang sinergis dengan visi perusahaan

menjadi penting. Visi memberikan arahan para pihak pengelola

perusahaan untuk menentukan code of conduct perusahaan, agar

sejalan dengan nilai masyarakat di lingkungannya.

Menetapkan Misi

Misi merupakan penjabaran secara lebih operasional dari

visi. Sehingga, misi tanggungjawab sosial perusahaan (corporate

social responsibility) merupakan wahana untuk

menginformasikan siapa perusahaan, landasan filosofis

perusahaan, apa ini atau garis aktivitas perusahaan dimata

stakeholder. Singkat kata, misi merupakan jabaran inti aktivitas

yang akan mengantarkan terwujudnya harapan sebagaimana

tertuang dalam visi perusahaan.

Menetapkan Tujuan

Tujuan merupakan scope hasil akhir (result) yang dicapai

perusahaan sebagaimana tertuang dalam perencanaan. Penentuan

tujuan secara akurat dapat menjadi bingkai (frame) segala

tindakan yang akan dilakukan, dan sekaligus dapat dijadikan

standar ketercapaian satu aktivitas.

89

Menetapkan Target

Target merupakan batas dan acuan pekerjaan jangka pendek

dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Target penting

ditetapkan, karena menjadi bagian pengawasan pelaksanaan dan

evaluasi secara melekat dari serentetan tindakan jangka waktu

yang lebih lama.

Mempertimbangkan Kebijakan

Kebijakan akan menentukan dalam merumuskan strategi

peleksanaan tanggungjawab sosial dan sekaligus sebagai

guidance aktivitas yang akan dimunculkan. wibisono, Yusuf dan

Nor Hadi menyatakan berbagai bentuk kebijakan yang dilakukan

oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas tanggungjawab

sosial (social responsibility), seperti:40

1. Tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social

responsibility), didudukkan sebagai investasi sosial

perusahaan.

2. Tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social

responsibility), didudukkan sebagai strategi bisnis

3. Tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social

responsibility), didudukkan sebagai upaya untuk

memeroleh licence to operate perusahaan di

masyarakat.

40

Ibid. h. 124-142

90

4. Tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social

responsibility), didudukkan sebagai bagian dari risk

management.

Menetapkan Strategi

Menetapkan strategi implememntasi tanggungjawab sosial

(social responcibility) memiliki ketergantungan arah mana

kebijakan tanggungjawab sosial akan dilakukan. Strategi di sini

merupakan sarana untuk menjabarkan visi, misi, dan kebijakan

tanggungjawab sosial yang akan dipraktikkan. Pada banyak

kasus, tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan dengan

mengacu pada strategi antara lain:

1. Public Relation

Strategi ini ditujukan untuk ketercapaian tujuan social

responcibility dalam kerangka membangun dan

menanamkan persepsi masyarakat tentang perusahaan

(membangun citra).

2. Strategi Defensif

Usaha dilakukan untuk menangkis atau mengubah

anggapan negatif yang telah tertanam pada diri

komunitas terhadap perusahaan. Strategi ini

umumnya digunakan setelah komplain para

pemangku kepentingan terjadi pada perusahaan.

3. Community Development

Melakukan program untuk komunitas sekitar

perusahaan atau kegiatan perusahaan yang berbeda

91

dari hasil perusahaan. Program pengembangan

masyarakat dapat dibedakan menjadi:

a) Community Relation

Strategi ini dilakukan dengan menggunakan

kegiatan-kegiatan yang menyangkut

pengembangan kesepahaman melalui

komunikasi dan informasi kepada para pihak

yang berkepentingan (stakeholder). Strategi ini

lebih diarahkan pada kegiatan kedermaan.

b) Community Service

Strategi ini lebih menitik beratkan pada

kepentingan umum atau kepentingan

masyarakat untuk memberikan kebutuhan yang

ada di masyarakat dan pemecahan masalah

yang dihadapai masyarakat, dan perusahaan

hanya sebagai fasilitator.

c) Community Empowering

Merupakan strategi pelaksanaan tanggungjawab

sosial perusahaan yang memberikan akses lebih

luas kepada masyarakat untuk menunjang

kemandiriannya.

Merancang Struktur Organisasi

Belkaoui dan Karpik menyatakan bahwa umumnya

perusahaan melakukan tanggungjawab sosial didasarkan pada

pertimbangan trade of cost and benefit. Nor Hadi menyatakan

bahwa paling tidak perusahaan melakukan tanggungjawab sosial,

92

didasarakan pada motif, terutama motif ekonomi. Wibisono

Yusuf menyatakan bahwa ketercakupan dan keseriusan

perusahaan melakukan tanggungjawab sosial didasarkan pada

pertimbangan, antara lain (1) komitmen manajemen terhadap

keeberpihakan pada masalah lingkungan, (2) besar kecilnya dana

dalam kegiatan yang dikelola, (3) harapan dan kebutuhan.

Merancang Program

Nor Hadi menemukan bahwa perusahaan melakukan

tanggungjawab sosial lebih didasarkan pada motif perusahaan,

sehingga praktik tanggungjawab sosial perusahaan lebih

didasarkan pada pertimbangan sejauhmana memberikan

dukungan terhadap operasional perusahaan. Wibisono Yusuf

menyatakan bahwa tindakan yang harus dilakukan dalam rangka

mengurangi kekurangan efektifan praktik tanggungjawab sosial

adalah denga melakukan identifikasi problematika yang dihadapi

serta kebutuhan riil yang dirasakan stakeholder. Lebih lanjut

dikatakan bahwa program tanggungjawab sosial perusahaan

sedapat mungkin dilakukan dalam kerangka orientasi antara lain:

1. Berbasis sumberdaya lokal

2. Berbasis pada pemberdayaan masyarakat

3. Mengutamakan program berkelanjutan

4. Dibuat berdasarkan perencanaan secara participatif

yang didahului dengan need assessment.

5. Linked dengan core bissiness perusahaan.

6. Fokus pada bidang perioritas.

93

Menyediakan Sumber Daya Manusia

Menyediakan sumberdaya manusia adalah pihak karyawan

yang diserahi pelaksanaan aktivitas tanggungjawab sosial.

Penyiapan sumberdaya manusia dianggap penting karena terkait

efektifitas, avaluasi, serta pengendalian pelaksanaan kegiatan

berikut keuangan yang menyertainya.

Lingkage Stakeholder & Pemetaan Wilayah

Lingkage dengan stakeholder maksudnya membangun

jaringan dan kedekatan denga stakeholder. Lingkage bermanfaat

untuk mendeteksi berbagai dampak negatif yang dirasakan

stakeholder berikut penaganannya sesuai dengan keadaan dan

kebutuhan masyarakat. Upaya kedekatan dengan masyarakat

perlu dilakukan dalam rangka mengurangi kekurang efektivan

program yang diberikan pada masyarakat, serta biaya dapat

ditekan (efisiensi).

Penentuan Sumber Dana

Menurut Undang-undang Nomor 40 tahun 2007

menyatakan bahwa perusahaan di lingkungan BUMN dan

perusahaan yang operasinya bersentuhan eksploitasi sumberdaya

alam harus menyisihkan sampai 3% untuk kegiatan bina

lingkungan dan kemitraan. Namun demikian, perusahaan non

BUMN dan di luar industri eksploitasi sumberdaya alam dan

perkembangannya ternyata juga telah melaksanakan social

responsibility, meskipun bersifat volunter, hal itu ditunjukkan

dengan aktivitas tanggung jawab sosial sebagaimana dinyatakan

94

dalam annual report. Umumnya, perusahaan melaksanakan

tanggungjawab sosial dengan penuh keseriusan, namun juga

terdapat perusahaan melakukan tanggungjawab sosial sebatas

memenuhi standar minimal. Menurut Nor Hadi menunjukkan

hampir 62 perusahaan yang disurvei ternyata telah melaksanakan

tanggungjawab sosial, mulai dari bentuk kegiatan karitatif sampai

pada kegiatan yang bersifat community development.

Implementasi

Implementasi tanggung jawab berarti merencanakan

implementasi pelaksanaan tanggungjawab di lapangan. Terdapat

berbagai pendekatan yang dapat dijadikan pijakan dalam

mengimplementasikan praktik tanggungjawab sosial, antara lain:

(1) sentralisasi, (2) desentralisasi, (3) kombinasi. Implementasi

tanggungjawab sosial juga dapat dilaksanakan secara self

managning, maupun outsourching.

Evaluasi

Langkah selanjutnya adalah merencanakan sistem dan

metode evaluasi yang akan diberlakukan atas praktik tanggung

jawab sosial, baik dilihat dari efektifitas maupun stakeholder.

Adapun pelaksanaan evaluasi dilihat dari waktu, dilakukan secara

harian, mingguan, bulanan, triwulanan, semesteran, maupun

tahunan. Dilihat dari proses, dapat dilakukan ketika masih dalam

proses perencanaan, saat pelaksanaan program, maupun selesai

melaksanakan program.

95

2. Implementasi Social Responsibility

Terdapat banyak prinsip yang harus dijadikan

pijakan dalam praktik tanggungjawab sosial. Equator

principles yang diadopsi beberapa negara,

merumuskan beberapa prinsip, antara lain (Wibisono

Yusuf) :

a. Accountability’s (AA1000) standard, yang

mengacu pada “Triple Botton Line” dari John

Elkington.

b. Global Reporting Initiative (GRI) yang

merupakan paduan pelaporan perusahaan untuk

emndukung pembangunan berkelanjutan yang

digagas oleh PBB lewat Coalition For

Envoironmental Economies (CERES) dan

UNEP pada tahun 1997

c. Social Accountability International SA8000

Standard

d. ISO 14000 environmental management

standard

e. ISO 26000 environmental and social reporting

3. Evaluasi Social Responsibility

Evaluasi pelaksanaan tanggungjawab sosial

perusahaan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan:

a. Memperoleh temuan masukan untuk

perencanaan program atau kegiatan yang

dilaksanakan

96

b. Memperoleh berbagai bahan pertimbangan

dalam rangka mendukung pengambilan

keputusan, layak atau tidak layak program

tanggungjawab sosial untuk dilanjutkan

c. Memperoleh temuan untuk masukan perbaikan

program atau kegiatan dilaksanakan

d. Memperoleh temuan hambatan programa yang

sedang dilaksnakan

e. Memperoleh temuan untuk perbaikan

f. Memperoleh rekomendasi dan pelaporan

terhadap penyandang dana.

Wibisono Yusuf menyatakan bahwa evaluasi

terhadap implementasi program tangguang jawab sosial

didasarkan pada standar atau norma ketercapaian. Untuk

itu, dalam rangka melakukan evaluasi perlu dirumuskan

ukuran keberhasilan program, anttara lain:

1. Indikator Internal

a. Ukuran Primer/ kualitatif (M-A-O terpadu)

1) Minimize

Meminimalkan konflik antara

perusahaan dengan masyarakat dengan

harapan terwujudnya hubungan yang

harmonis dan kondusif.

2) Aset

Aset perusahaan yang terdiri dari

pemilik/ pimpinan perusahaan, karyawan,

97

pabrik, adan fasilitas pendukungnya

terjaga dan terpelihara dengan aman.

3) Operational

Seluruh kegiatan perusahaan

berjalan dengan aman dan lancar.

b. Ukuran Sekunder

1) Tingkat penyakuran dan kolektabilitas

(umumnya untuk PKBL BUMN)

2) Tingkat Compliance pada aturan yang

berlaku

2. Indikator Eksternal

a. Indikator Ekonomi

1) Tingkat pertambahan kualitas sarana dan

prasarana umum

2) Tingkat peningkatan kamandirian

masyarakat secara ekonomi

3) Tingkat peningkatan kualitas hidup bagi

masyarakat secara berkelanjutan.

b. Indikator Sosial

1) Frekuensi terjadinya gejolak/ konflik

sosial

2) Tingkat kualitas hubungan sosial antara

perusahaan dengan masyarakat

3) Tingkat kepuasan masyarakat (dilakukan

dengan survey kepuasan)

Keberadaan CSR di Indonesia memperoleh respon

yang positif dari pemerintah. Respon pemerintah ini terlihat

98

dengan terbitnya kebijakan pemerintah melalui Keputusan

Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003, yang

mengharuskan seluruh BUMN untuk menyisihkan sebagian

labanya untuk pemberdayaan masyarakat yang dikenal

dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL),

yang implementasinya ditindaklanjuti dengan Surat Edaran

Menteri BUMN, SE No 433/MBU/20033 yang merupakan

petunjuk pelaksanaan dari keputusan Menteri BUMN

tersebut. Adanya UU No 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, yang di dalamnya memuat kewajiban perusahaan

yang mengeksplorasi sumber daya alam untuk melakukan

CSR menjadi bukti keseriusan perhatian pemerintah

terhadap isu CSR.

Di Indonesia konsep CSR bukan lagi menjadi sebuah

wacana belaka, melainkan sudah masuk ke dalam tatanan

praktis. Sudah ada beberapa perusahaan di Indonesia yang

mulai mengimplementasikan program CSR dalam

menjalankan kegiatan bisnisnya. Sebagai contoh PT.

TELKOM, program CSR PT. TELKOM terfokus pada

tujuh bidang utama, yaitu kemitraan, pendidikan,

kesehatan, bantuan kemanusiaan dan bencana alam,

kebudayaan dan keadapan, layanan umum, dan lingkungan.

PT. Riaupulp sebuah perusahaan serat, bubur kertas, dan

kertas yang beroperasi di Riau memiliki beberapa program

CSR, antara lain Beasiswa 2007, Taman Bacaan Kampung,

pembangunan Istana Sayap Pelalawan. Sedangkan CSR

yang dilakukan PT. Antam adalah pemberian bantuan

99

modal kerja untuk pengembangan usaha kecil, menengah,

dan koperasi bagi masyarakat sekitarnya. Dengan adanya

Undang-undang Perseroan Terbatas yang disahkan pada

tahun 2007, keberadaan CSR di Indonesia semakin jelas,

sebab sudah memiliki payung hukum. Contoh lain adalah

CSR yang dilakukan oleh PT. HM Sampoerna.

Implementasi program CSR PT. HM Samporna, Tbk.

Program CSR yang diterapkan oleh PT. HM Sampoerna

tertuang dalam Society Empowerment Program (SEP) yang

terdiri dari empat bidang utama, yaitu bidang pendidikan,

ekonomi, sosial dan lingkungan. 41

Contoh perilaku/ sikap positif sesuai sila kelima

Pancasila, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia:

1. Di lingkungan keluarga

a. Bersikap hemat dan mau bekerja keras sesuai

dengan kemampuan.

b. Mengutamakan kebutuhan sekolah sebelum

kebutuhan lainnya.

c. Pandai membagi waktu untuk belajar, bermain,

dan membantu orang tua.

d. Rajin melatih diri dengan keterampilan/ hasta

karya.

e. Tidak bersikap boros.

f. Mengatur pengeluaran.

41

Wibisono, Yusuf, Membedah Konsep & Aplikasi CSR, Penerbit

Frashco Publishing, Gresik, 2007, h. 69

100

g. Menjadi orang tua asuh, atau teman asuh bagi

orang lain yang kekurangan dalam ekonomi.

h. Mau berbagi rasa dan keuntungan dengan

keluarga lain yang membutuhkan pertolongan.

i. Mengembangkan silaturahmi, kekeluargaan dan

kegotongroyongan dalam mengembangkan

usaha keluarga.

2. Di lingkungan sekolah:

a. Siswa gemar menabung dan menghemat uang

jajan.

b. Tidak menggunakan perhiasanyang berlebihan.

c. Pengadaan sarana belajar secara sederhana/

wajar.

d. Bekerja keras dalam meraih prestasi.

e. Rajin sekolah dan mengikuti pelajaran dengan

tekun dan sungguh-sungguh.

f. Menjadi anggota koperasi sekolah.

g. Menjadi teman asuh bagi orang lain yang

kurang mampu secara ekonomis.

h. Setia kawan dalam menolong korban bencana

alam dan fakir miskin.

i. Menjalin kebersamaan dalam kegiatan sosial

kemanusiaan.

3. Di lingkungan masyarakat:

a. Menggalang kegiatan sosial.

b. Menggalakan program jaring pengaman sosial

dengan tepat sasaran.

101

c. Menggalakan program padat karya dan

memanfaatkan lahan tidur.

d. Menggiatkan gerakan nasional orang tua asuh.

e. Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat

penganggur.

f. Meningkatkan semangat gotong royong dan

kekeluargaan.

g. Menggiatkan koperasi dan usaha ekonomi

lemah.

h. Meningkatkan semangat kerja keras dan

kesederhanaan.

D. CSR Merupakan Implementasi Pancasila Sila

Kelima

Keadilan adalah kebajikan utama dalam intitusi

sosial, sebagaimana kebenaran dalam sistem pemikiran.

Suatu teori, betapapun elegan dan ekonomisnya, harus

ditolak atau direvisi jika ia tidak benar; demikian juga

hukum dan intitusi, tidak peduli betapapun efisien dan

rapinya, harus direformasi atau dihapuskan jika tidak adil.

42

42

John Rawls, A Theory of Justice, Teori Keadilan, Dasar-dasar

Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dalam Negara,

Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, h. 5

102

Ada dua prinsip keadilan menurut John Rowls adalah

berbunyi:43

“Pertama: setiap orang mempunyai hak yang

sama atas kebebasan dasar yang paling luas, seluas

kebebasan yang sama bagi semua orang. Kedua:

ketimpangan sosial dan ekonomi mesti diatur sedemikian

rupa sehingga (a) dapat diharapkan memberi keuntungan

semua orang, dan (b) semua posisi dan jabatan terbuka bagi

semua orang.”

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

menunjukkan bahwa manusia Indonesia menyadari hak

dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan

sosial dalam masyarakat Indonesia. Keadilan sosial

memiliki unsur pemerataan, persamaan dan kebebasan yang

bersifat komunal. Dalam rangka ini dikembangkanlah

perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan

suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu

dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga

keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati

hak-hak orang lain. Nilai keadilan sosial mengamanatkan

bahwa semua warga negara mempunyai hak yang sama dan

bahwa semua orang sama di hadapan hukum.

Dengan sikap yang demikian maka tidak ada usaha-

usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain, juga

untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan hidup bergaya

mewah serta perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan

43

Ibid. h 72

103

dengan atau merugikan kepentingan umum. Demikian juga

dipupuk sikap suka kerja keras dan sikap menghargai hasil

karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai

kemajuan dan kesejahteraan bersama. Kesemuanya itu

dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang

merata dan berkeadilan sosial.

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

mengandung nilai-nilai bahwa setiap peraturan hukum, baik

undang-undang maupun putusan pengadilan mencerminkan

semangat keadilan. Keadilan yang dimaksudkan adalah

semangat keadilan sosial bukan keadilan yang berpusat

pada semangat individu. Keadilan tersebut haruslah dapat

dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, bukan

oleh segelintir golongan tertentu.

Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu

tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur

secara lahiriah maupun batiniah.

Penegakan hukum dan keadilan ini ialah wujud

kesejahteraan manusia lahir dan batin, sosial dan moral.

Kesejahteraan rakyat lahir batin, terutama terjaminnya

keadilan sosial bagi seluruh rakyat, yaitu sandang, pangan,

papan, rasa keamanan dan keadilan, serta kebebasan

beragama/kepercayaan. Cita-cita keadilan sosial ini harus

diwujudkan berdasarkan UUD dan hukum perundangan

yang berlaku dan ditegakkan secara melembaga

berdasarkan UUD 1945.

104

Dalam pandangan Bagir Manan, kekuasaan

kehakiman di Indonesia memiliki beberapa karakter yang

harus dipahami oleh hakim sehingga dapat mewujudkan

nilai keadilan sosial. Peradilan berfungsi menerapkan

hukum, menegakkan hukum dan menegakkan keadilan

berdasarkan Pancasila. Pelaksanaan peradilan berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Peradilan dilakukan dengan

sederhana, cepat dan biaya ringan; segala bentuk campur

tangan dari luar kekuasaan kehakiman dilarang. Pengadilan

mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan

orang, tidak ada seorangpun dapat dihadapkan di depan

pengadilan selain daripada yang ditentukan baginya oleh

undang-undang.

Dalam sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat

Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila pertama, kedua,

ketiga sampai keempat. Dalam sila tersebut terkandung

nilai yang merupakan jutaan Negara sebagai tujuan dalam

hidup bersama. Maka nilai keadilan yang harus terwujud

dalam kehidupan bersama adalah keadilan yang didasari

dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan.Yaitu,

keadilan hubungan manusia dengan dirinya sendiri,

manusia dengan manusia lain,manusia dengan masyarakat,

bangsa dan Negara serta hubungan manusia dengan Tuhan-

Nya. Konsekuensi nilai keadilan yang harus terwujud

adalah: (a) Keadialn distributif yaitu suatu hubungan

keadilan antara Negara terhadap rakyatnya, (b) Keadilan

legal yaitu suatu hubungan keadilan antara warga Negara

105

terhadap negaranya. (c) Keadilan komunitatif adalah

hubungan keadilan antara warga Negara satu dengan yang

lainnya secara timbal balik. Sehingga untuk mewujudkan

suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia haruslah

tercapai sebuah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan.Yang

didasari oleh adanya persatuan Indonesia. Persatuan

tersebut didasari oleh kemanusiaan yang adil dan beradab

yang menjadi dasar segala pelaksanaanya adalah keyakinan

terhadap ketuhanan Yang Maha Esa. Disinilah perwujudan

manusia sebagai makhluk sosial yang religius dalam etika

kehidupan berbangsa.

Pancasila sila kelima, Keadilan Sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia mempunyai makna bahwa seluruh rakyat

Indonesia mendapatkan perlakuan yang adil baik dalam

bidang hukum, politik, ekonomi, kebudayaan, maupun

kebutuhan spiritual dan rohani sehingga tercipta masyarakat

yang adil dan makmur dalam pelaksanaan kehidupan

bernegara. Di dalam sila kelima intinya bahwa adanya

persamaan manusia di dalam kehidupan bermasyarakat,

tidak ada perbedaan kedudukkan ataupun strata

di dalamnya, semua masyarakat mendapatkan hak-hak yang

seharusnya diperoleh dengan adil.

Implementasi keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia harus berdasarkan ketentuan yang terdapat

dalam pasal-pasal UUD 1945 sebagai berikut:

Pembukaan UUD 1945 alenia kedua:

106

“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah

sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat

sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu

gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka,

bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”

Alenia Keempat:

“…mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi selurah rakyat

Indonesia”

Pasal 23 :

1. Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai

wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan

setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan

secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

2. Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan

belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas

bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan

memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan

Daerah.

3. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui

rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara

yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah

menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara tahun yang lalu.

107

Pasal 23A

Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untak keperluan

negara diatur dengan undang-undang.

Pasal 23B

Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 23C

Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-

undang.

Pasal 23D

Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan,

kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur

dengan undang-undang.

Pasal 23E

1. Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

tentang keuangan negara diadakan satu Badan

Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.

2. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan

kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, sesuai dengan kewenangannya.

3. Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh

lembaga perwakilan dan/atau badan, sesuai dengan

undang-undang.

108

Pasal 23F

1. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh

Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan

diresmikan oleh Presiden.

2. Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan

oleh anggota.

Pasal 23G

1. Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota

negara, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa

Keuangan diatur dengan undang-undang.

3. Aktualisasi dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara melalui keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia dapat dipertimbangankan alternatif berikut:

a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang

luhur yang mencerminkan sikap dan suasana

kekeluargaan dan gotong-royong.

b. Bersikap adil.

c. Menjaga keseimbangan antara hak dan

kewajiban.

d. Menghormati hak-hak orang lain.

e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

g. Tidak bersifat boros.

h. Tidak bergaya hidup mewah.

109

i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan

kepentingan umum.

j. Suka bekerja keras.

k. Menghargai hasil karya orang lain.

l. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan

yang merata dan berkeadilan sosial.

Landasan Hukum Bagi CSR Sebagai Bentuk Keadilan Sosial

Landasan hukum untuk pemberlakuan CSR harus

memenuhi 3 (tiga) landasan tersebut yakni filosofis, sosiologis

dan yuridis. Dengan berlandaskan pada ketiga landasan ini maka

lengkaplah landasan hukum pemberlakuan CSR memperoleh

keabsahan filosofis, sosiologis dan yuridis.44

Landasan hukum

diberlakukannya CSR dalam kegiatan bisinis di Indonesia antara

lain:

Nilai-nilai dan asas-asas yang menjadi dasar pentingnya

mengatur tanggung jawab sebagai kewajiban bagi setiap

perusahaan/ korporasi adalah:

1. Pembukaan UUD 1945 mengatur bahwa salah satu

tujuan Negara Republik Indonesia adalah “untuk

memajukan kesejahteraan umum dan kesejahteraan

bagi seluruh rakyat Indonesia”.

2. UUD Negara Republik Indonesia, Pasal 33

mengamanatkan bahwa perekonomian disusun

44

Gustav Radbruch dalam berbagai literatur Satjipro Rahardjo, Ilmu

Hukum, 2006, h. 19-20

110

sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan (Pasal

33 Ayat (1); perekonomian nasioal diselenggarakan

berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prisip

kebersamaan, efisiensi keadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional. (Pasal 33 Ayat (4)). Pembukaan dan Pasal

33 UUD Negara Republik Indonesia 1945 tersebut

merupakan legitimasi dari eksistensi berbagai pelaku

ekonomi yang dijalankan oleh orang perseorangan,

kelompok, organisasi, atau pun badan hukum di

Indonesia.

3. Usaha bersama atas dasar kekeluargaan yang

dimaksud oleh Pasal 33 UUD Negara Republik

Indonesia 1945 dapat dimaknai sempit, luas, dan

sebagai sebuah prinsip atau jiwa 45

. Dalam arti sempit

dikaitkan dengan koperasi sebagai bentuk usaha

bersama. Dalam arti luas, yaitu bahwa sistem

perekonomian nasional sebagai usaha bersama

seluruh elemen rakyat Indonesia. Sebagai sebuah

prinsip atau jiwa, setiap bentuk usaha harus berjiwa

koperasi yang di dalamnya terdapat usaha bersama

berdasarkan asa kekeluargaan.

4. Pengertian kebersamaan berkaitan dengan konsep

pelaku ekonomi yang tidak hanya terbatas pada

45

Asshddiqie, Jimly, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Penerbit

Sinar Grafika, Jakarta, 2010, h. 269

111

BUMN, perusahaan swasta, dan koperasi, meliankan

meliputi semua subyek ekonomi, baik dalam kegiatan

produksi, distribusi, maupun konsumsi.

5. Semua bentuk usaha, baik koperasi, perseroan, dan/

atau BUMN/ daerah pada dasranya memiliki prinsip

koperasi dan usaha bersama sebagai prinsip kejiwaan

yang besifat koperatif.

6. Setiap bentuk usaha, baik koperasi, perusahaan

swasta, dan BUMN/ BUMD baru dapat dikatakan

memiliki jiwa koperatif apabila salah satunya

diwujudkan dengan memiliki dan melaksanakan

program Corporate Social Responsibility (selanjutnya

ditulis CSR), sebagai bentuk kepedulian perusahaan

terhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih

luas dari pada sekedar terhadap kepentingan

perusahaan semata. Korporasi yang memiliki jiwa

kooperatif adalah korporasi (perusahaan swasta atau

BUMN) yang melalui program CSR memberi akses

masyarakat terhadap bagian keuntungan perusahaan

46.

Tujuan dan fungsi negara Indonesia dibentuk secara

tegas dinyatakan dalam Alinea ke-IV Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Menurut

Barda Nawawi Arief, apabila dipadatkan tujuan dan fungsi

negara Indonesia yakni to social welfare dan to social

46 Ibid. h. 271

112

defence. Untuk mencapai itu semua Bangsa Indonesia

dipandu oleh Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa.

Bangsa Indonesia tidak akan mampu mencapai tujuan yang

telah dicita-citakan tanpa nilai-nilai luhur yang

dijunjungnya sebagai suatu pandangan hidup yakni

Pancasila.47

Dalam hal ini, pemberlakuan kewajiban CSR

dilakukan demi mewujudkan tujuan dan fungsi negara yang

bersesuaian dengan Pancasila. Sekedar menjelaskan

singkat, bahwa salah satu sila dalam Pancasila yakni

Persatuan Indonesia. Apabila dari sila ini saja dapat

dipahami, untuk mencapai tujuan dan fungsi negara

tersebut, maka butuh adanya tindakan seluruh komponen

bangsa, untuk bersatu membantu Pemerintah.

CSR adalah wujud konkrit usaha memberikan

kesejahteraan kepada masyarakat sekaligus memberikan

perlindungan kepada masyarakat yang senafas dengan nilai-

nilai persatuan Indonesia.

Realitas dalam masyarakat yang menjadi dasar

kebutuhan untuk mengatur tanggung jawab sosial

perusahaan sebagai etika bisnis, secara empirik, CSR

memiliki keterhubungan dengan masyarakat, dengan

demikian eksistensi perusahaan-perusahaan di sejatinya

dapat didialogkan dengan masyarakat dan lingkungan di

mana perusahaan itu hidup.

47

Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis,

Filosofis, Yuridis dan Aktualisasinya, Penerbit Paradigma, Yogyakarta, 2013,

h. 41.

113

1. Kebutuhan dan harapan masyarakat yang semakin

berubah, untuk bertahan dan berhasil dalam

persaingan bisnis modern, para pelaku bisnis semakin

sadar bahwa pusat perhatian harus mulai diubah,

bahwa justru mendatangkan keuntungan, mereka

harus peka dan tanggap terhadap kebutuhan dan

harapan masyarakat semakin berubah.

2. Terbatasnya sumber daya alam. Bisnis diharapkan

untuk tidak hanya mengekploitasi sumber daya alam

yang terbatas demi keuntungan ekonomis, melainkan

juga ikut melakukan kegiatan sosial tertentu terutama

bertujuan untuk memelihara sumber daya alam.

3. Lingkungan sosial yang lebih baik. Dunia bisnis

mempunyai kewajiban dan tanggung jawab sosial

untuk memperbaiki lingkungan sosialnya ke arah

yang lebih baik, lingkungan sosial yang semakin bauk

otomatis akan memeperbaiki iklim bisnis yang ada.

4. Perimbangan tanggung jawab dan kekuasaan. Baik

keterlibatan sosial maupun tanggung jawab sosial

perusahaan dapat dilihat sebagai faktor pengimbang

bagi kekuasaan bisnis modern yang semakin raksasa

dewasa ini. Kekuasaan bisnis yang terlalu besar, jika

tidak diimbangi dan dikontrol dengan tanggung jawab

sosial, maka akan menyebabkan bisnis menjadi

kekuatan yang merusak masyarakat.

5. Bisnis mempunyai sumber daya-sumber daya yang

berguna. Perusahaan memiliki dana dan juga tenaga

114

profesional dalam segala bidang yang dapat

dimanfaatkan atau disumbangkan bagi kepentingan

kemajuan masyarakat.

6. Keuntungan jangka panjang. Bagi perusahaan,

tanggung jawab sosil secara keseluruhan, termasuk

keterlibatan perusahaaan dalam berbagai kegiatan

sosial, merupakan suatu nilai yang sangat positif bagi

perkembangan dan kelangsungan perusahaaan itu

dalam jangka panjang.

Kehadiran tanggung jawab hukum tentu didasarkan

pada nilai-nilai kemanfaatan apa yang akan diterima oleh

masyarakat. Begitupun dengan adanya tanggung jawab

hukum berupa CSR. Dalam sebuah disertasi yang berjudul

“Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui program CSD”

yang ditulis oleh Dewangga Nikmatullah terungkap bahwa

CSR dapat digunakan sebagai sarana untuk

memberdayakan masyarakat miskin. Bahkan dari hasil

penelitian tersebut pula disimpulkan bahwa CSR dipandang

“as assistance to the poor community, a capital support to

the small scale business, and a social and environmental

aid.” 48

Senada dengan hal itu, Badaruddin dalam pidato

pengukuhan sebagai guru besar tetap Fakultas Ilmu Sosial

48 Dewangga Nikmatullah. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Miskin

Melalui Program Corporate Social Responsibility, Disertasi, Program Studi

Penyuluhan Pembangunan/ Pemberdayaan Masyarakat, Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret, 2013. Dapat diakses melalui

http://eprints.uns.ac.id/12590/1/343931701201408338.pdf.

115

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara meyakini

“implementasi tanggung jawab sosial perusahaan terhadap

masyarakat melalui pemanfaatan potensi modal sosial

sebagai alternatif pemberdayaan masyarakat miskin di

Indonesia.49

49

Badaruddin, Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Masyarakat Melalui Pemanfaatan Potensi Modal Sosial: Alternatif

Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Indonesia, Pidato Pengukuhan Guru

Besar, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, 12

April 2008. Dapat diakses melalui

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/733/1/08E00205.pdf.