BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan...

36
77 BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedung Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. Mengenai gambaran umum kondisi penelitian meliputi beberapa aspek, antara lain kondisi geografis dan letak kecamatan, kependudukan, mata pencaharian dan pendidikan. 1. Kondisi geografis dan letak kecamatan Wedung Kecamatan Wedung merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Demak yang terletak di pesisir pantai laut Jawa, dengan luas wilayah seluas 93.876 ha yang merupakan 11 persen dari seluruh wilayah di Kabupaten Demak. Tanah di Kecamatan Wedung terdiri dari 5.457 ha tanah sawah dan 4.419 ha tanah kering (www.wikipedia.com, 8/5/2015, 11.00). Batas-batas wilayah Kecamatan Wedung adalah sebagai berikut: sebelah utara yaitu desa Angin-angin Kecamatan Wedung, sebelah timur yaitu desa Buko Kecamatan Wedung, sebelah selatan yaitu desa Bungo Kecamatan Wedung, sebelah barat yaitu desa Jetak Kecamatan Wedung.

Transcript of BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan...

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

77

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Wedung

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Wedung Kabupaten

Demak. Mengenai gambaran umum kondisi penelitian meliputi beberapa

aspek, antara lain kondisi geografis dan letak kecamatan, kependudukan, mata

pencaharian dan pendidikan.

1. Kondisi geografis dan letak kecamatan Wedung

Kecamatan Wedung merupakan salah satu wilayah di Kabupaten

Demak yang terletak di pesisir pantai laut Jawa, dengan luas wilayah seluas

93.876 ha yang merupakan 11 persen dari seluruh wilayah di Kabupaten

Demak. Tanah di Kecamatan Wedung terdiri dari 5.457 ha tanah sawah

dan 4.419 ha tanah kering (www.wikipedia.com, 8/5/2015, 11.00).

Batas-batas wilayah Kecamatan Wedung adalah sebagai berikut:

sebelah utara yaitu desa Angin-angin Kecamatan Wedung, sebelah timur

yaitu desa Buko Kecamatan Wedung, sebelah selatan yaitu desa Bungo

Kecamatan Wedung, sebelah barat yaitu desa Jetak Kecamatan Wedung.

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

78

2. Kependudukan

Berdasar data dari Badan Pusat Statistik bahwa jumlah penduduk di

Kecamatan Wedung sebesar 80.827 jiwa yang terdiri dari 39.305 laki-laki

dan 41.522 perempuan (www.wikipedia.com, 8/5/2015, 11.00). Melihat

data tersebut di atas, dapat dilihat bahwa populasi jumlah penduduk yang

perempuan lebih besar dibanding dengan jumlah laki-laki.

Sesuai dengan keadaan alamnya, maka sebagian besar penduduk desa

Wedung adalah sebagai petani. Kecamatan Wedung memiliki tanah yang

subur, sehingga para penduduk memanfaatkan tanah yang subur tersebut

untuk menanam padi maupun tanaman palawija lainnya.

Sebagian besar perekonomian warga Kecamatan Wedung diperoleh

dari bertani. Sedangkan perpindahan penduduk baik datang maupun pergi

relatif kecil. Setiap ada perpindahan penduduk baru di Kecamatan Wedung

disebabkan karena pekerjaan (umumnya dari kaum pedagang / pengusaha

yang mempunyai keinginan untuk berwirausaha di tempat yang baru) dan

yang lain dari para pegawai pemerintahan maupun karyawan swasta.

Termasuk juga penduduk pendatang baru, yang disebabkan karena adanya

pernikahan.

3. Mata pencaharian

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kecamatan Wedung

adalah sebagai petani atau bercocok tanam terutama bertanam padi dan

tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

79

iklim yang cocok, maka mayoritas penduduk desa Wedung sebagian besar

adalah sebagai petani.

Dalam kelompok kerja petani, ada yang memiliki dan mengerjakan

lahannya sendiri, dan ada pula yang mengerjakan lahan milik orang lain

atau biasa disebut buruh tani. Kelompok petani dan buruh tani bekerja

dengan sistem bagi hasil ataupun dengan sistem penyewaan tanah.

Sebagian besar masyarakat mengelola lahan milik orang lain untuk

ditanami berbagai macam jenis sayuran, padi, serta palawija. Sebagian

hasil dari pertanian dijual ke beberapa daerah sekitarnya dan pasar untuk

memenuhi kebutuhan hidup.

Mata pencaharian lain yang dimiliki oleh masyarakat Kecamatan

Wedung adalah nelayan, pengusaha, buruh industri, buruh bangunan,

pedagang (Nasi “Kucingan” dan buah), supir angkutan, Pegawai Negeri

(Sipil/TNI), pensiunan dan lain-lain.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar dalam usaha meningkatkan

kecerdasan dan kemampuan masyarakat. Oleh karena itu, masalah

pendidikan bagi masyarakat adalah hal utama yang wajib untuk

diupayakan.

Demikian pula bagi masyarakat di Kecamatan Wedung. Sebagian

besar penduduk Kecamatan Wedung menempuh pendidikan, seperti SD/MI

sampai Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah (SMA/MA) atau

pondok pesantren hingga sampai ke jenjang Perguruan Tinggi.

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

80

B. Tarekat Naqsyabandiyyah Kha>lidiyyah di Kecamatan Wedung

Berdasarkan penelusuran penulis ketika melakukan penelitian atas

pendataan lapangan mengenai macam-macam tarekat beserta para mursyidnya

di Kecamatan Wedung Kota Demak, ternyata penulis menemukan beberapa

tarekat yang di bawah asuhan seorang mursyid tarekat, antara lain: tarekat

Sya>z\iliyyah, tarekat Qa >diriyyah wa an-Naqsyabandiyyah dan tarekat

Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah.

Dari ketiga tarekat diatas, kemudian penulis melakukan konfirmasi

terhadap salah satu mursyid tarekat yang bernama KH. Abdul Haq mengenai

perkembangan tarekatnya dan tarekat yang lainnya. Informasi yang penulis

terima dari keterangan mursyid tersebut bahwa pertama tarekat Qa>diriyah wa

an-Naqsyabandiyyah. Dahulu ia dapat berkembang di Kecamatan Wedung

tepatnya di desa Kuanyar.

Namun seiring berjalan waktu ketika seorang mursyid dari tarekat

Qa>diriyah wa an-Naqsyabandiyyah telah meninggal dunia dan ia belum

memberi wasiat atau menunjuk sosok pengganti dari dirinya sebagai mursyid,

baik dari keturunan, saudara maupun murid-muridnya maka tarekat tersebut

menjadi vakum atau mengalami kekosongan dan tidak berkembang lagi

(wawancara, KH. Abdul Haq).

Kedua tarekat Sya >z\iliyyah, pada awalnya tarekat ini dapat berkembang

di kecamatan wedung tepatnya di desa Duren. Namun ketika sang

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

81

mursyid/badal nya telah meninggal dan bersamaan dengan itu bahwa sang

mursyid juga belum menunjuk penggantinya maka tarekat tersebut tidak bisa

berkembang sebagaimana mestinya.

Sehingga pada akhirnya tarekat Sya >z\iliyyah di desa Duren tidak ada

penerusnya yang melakukan pembinaan terhadap murid-murid tarekat

dikarenakan ketiadaan sosok mursyid tarekat (wawancara, A. Dalhar, 25

Januari 2015).

Selanjutnya untuk mencari informasi lebih mendalam lagi penulis

bertanya kepada salah satu tokoh agama sekaligus pengikut dan pengamal

tarekat yang bernama KH. Ali Hafidh Cholil tentang keberadaan tarekat

Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di Kecamatan Wedung. Kyai Hafidh kemudian

memberi informasi dan menunjukkan ke beberapa desa yang terdapat tarekat

Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah beserta para mursyid-nya (wawancara, Ali

Hafidh, 22 Januari 2015). Di antara desa yang beliau sebutkan ialah; desa

Jetak, desa Muteh dan desa Buko.

Setelah penulis mendapatkan informasi tentang keberadaan tarekat

Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di 3 (tiga) desa pada kecamatan wedung,

kemudian penulis melakukan kunjungan dan menemui para mursyid tarekat

untuk melakukan wawancara penelitian. Sedangkan urain wawancara

mengenai perkembangan tarekat an-Naqsyabandiyyah al-Kha>lidiyyah di tiga

(3) desa tersebut adalah sebagai berikut:

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

82

1. Potret Tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di desa Jetak dan para

mursyid-nya.

Menurut KH Abdul Haq selaku mursyid tarekat an-Naqsyabandiyyah

al-Kha>lidiyyah di desa Jetak bahwa pada mulanya tarekat ini diperkenalkan

oleh K.H. Cholil (w. 1975) (selanjutnya di sebut Cholil). Cholil sendiri

adalah seorang mursyid pertama pada tarekat Naqsyabandiyyah

Kha>lidiyyah di desa Jetak. Ia merupakan figur seorang sesepuh yang „alim,

kharismatik dan terhormat yang tinggal di desa Jetak1.

Cholil sebelum tinggal di desa Jetak ia di minta menjadi seorang kyai

oleh warga masyarakat di desa Pongangan kecamatan Bonang. Setelah

mengabdi beberapa tahun di desa Pongangan, ia memiliki beberapa bidang

tanah yang kemudian beliau mendirikan sebuah masjid di Pongangan.

Cholil selanjutnya pindah dari desa Pongangan menuju desa Duren.

Perpindahan ia juga disertai dengan mewakafkan seluruh bidang tanah

yang telah dimilikinya di desa Pongangan.

Alasan pindahnya Cholil menuju desa Duren tidak lain adalah karena

Warga masyarakat Duren berkehendak kepada Cholil untuk menjadi

seorang kyai di sana. Pada akhirnya setelah Cholil mengabdi beberapa

tahun di desa Duren, ia juga diminta menjadi seorang kyai pula oleh warga

1 Keterangan dari informan/nara sumber (Kyai Abdul Haq) dalam menerangkan asal-muasal

Cholil tampak sedikit mengalami kebimbangan, yaitu: apakah Mbah Cholil merupakan orang asli

kelahiran dari Jetak atau orang yang pertama kali berdomisili di Jetak tanpa diketahui asal-mula

keberadaannya (wawancara Abdul Haq, 23 Januari 2015). Namun menurut Ali Munir selaku cucu dari

istri pertama Mbah Cholil menyebutkan bahwa Mbah Cholil sendiri berasal dari Pongangan

Kecamatan Bonang (wawancara Ali Munir, 24 April 2015).

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

83

desa Jetak dikarenakan di desa Jetak sendiri belum ada sosok seorang

kyai.2

Cholil akhir pindah dan bermukim di desa Jetak dan meninggalkan

desa Duren dikarenakan di desa tersebut sudah terdapat beberapa kyai yang

juga berkhidmah di sana. Demikianlah kisah perjalanan kehidupan dakwah

Cholil dari satu desa ke desa yang lain sebagai seorang Kyai sepuh yang

alim serta kharismatik.

Informan menyebutkan bahwa Cholil setelah di desa Jetak ia

mendedikasikan hidupnya untuk mengajar beberapa ilmu agama kepada

warga masyarakat Jetak seperti al-Quran, kitab kuning (salaf) dan tarekat,

yaitu tarekat an-Naqsyabandiyyah al-Kha >lidiyyah. Beberapa bukti

perjuangan Napak tilah dari Cholil di desa Jetak masih berdiri kokoh

hingga sampai saat ini, yaitu berupa Masjid Baitul Muttaqin, pondok

tarekat dan lembaga pendidikan formal mulai Madrasah Ibtidaiyyah,

Madrasah Tsanawiyyah, Madrasah Aliyah dan Madrasah Diniyyah yang

sekarang bernaung di bawah Yayasan al-Choliliyyah di desa Jetak.

Perjuangan Cholil tersebut telah dilanjutkan oleh z\urriyah

(keturunan)nya sehingga dapat berkembang luas sampai sekarang.

Sedangkan perkembangan tarekat an-Naqsyabandiyyah al-Kha>lidiyyah di

desa Jetak semenjak periode Cholil mengalami perkembangan, yaitu

bertambahnya para murid yang mengikuti tarekat baik yang berasal dari

2 Abdul Haq tidak menjelaskan tahunnya secara detail dikarenakan pada waktu itu usia

informan yang masih belia, maka dari itu beliau tidak mengetahui secara detail bagaimana kisah Cholil

di desa Duren. Di samping itu informan berdomisili di desa Jetak bukan di desa Duren.

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

84

desa Jetak sendiri maupun dari wilayah sekitarnya, antara lain Tempel,

Pasir, Angina-Angin, Menco, Bugel dan Bandengan (Jepara).

Setelah Cholil wafat, tampuk kepemimpinan mursyid tarekatnya

diberikan kepada KH. Abdul Basyir3 (selanjutnya disebut Basyir), yaitu

putra Cholil dari istri pertamanya. Basyir awal mula bai‟at tarekat kepada

Zuhri (Girikusumo), kemudian setelah menjadi mursyid ia melanjutkan

tugas sebagai mursyid tarekat seperti halnya tugas mursyid yang telah

dilakukan oleh Mbah Cholil (wawancara Ali Munir, 24 April 2015).

Basyir menjadi mursyid tarekat hanya berlangsung kurang lebih

sepuluh tahun, dan akhirnya beliau wafat. Pada saat meninggalnya Basyir,

ia belum sempat menunjuk seseorang untuk menggantikan posisinya

sebagai mursyid. Sehingga posisi mursyid pada saat itu mengalami

kekosongan, hanya saja kegiatan tarekat di desa Jetak pada waktu itu masih

dapat berjalan seperti sedia kala sebagaimana ketika masih terdapat

mursyid dalam tarekat tersebut. Hal itu dikarenakan ada seorang badal

mursyid dari Duren, yang bernama KH. Muhtar yang dulunya menjadi

badal dari Cholil (wawancara Abdul Haq, 23 Januari 2015).

3 Menurut Ali Munir selaku putra dari Basyir bahwa ia adalah putra keempat Cholil dari istri

pertama yang bernama Hj. Khadijah. Latar belakang pendidikan Basyir adalah seorang santri yang

pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren di Mayong kepada Kyai Abdul Khaliq. Selain itu

Mbah Basyir melanjutkan ke pondok Bareng Kudus kepada Kyai Yasin, Beliau juga pernah menjadi

santri di pondok Lasem di tempatnya Kyai Maksum Lasem. Mbah Basyir semasa hidupnya sebelum

menjadi mursyid, ia juga aktif di berbagai keorganisasian seperti kepala Sekolah dan Pengurus NU di

Kabupaten Demak. Ketika umur 50 tahun Mbah Basyir diangkat menjadi mursyid tarekat dan

meninggal dunia pada usia 63 tahun pada tahun sekitar 1984. Mbah basyir sendiri mempuyai 8 anak

keturunan, 2 anak di antaranya telah meninggal di usia belia (wawancara Ali Munir, 24 April 2015).

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

85

Ketika Muhtar berperan menjadi badal mursyid yang mengalami

kekosongan dalam tarekat tersebut, ia hanya menjalankan tugasnya untuk

memberi tawajjuhan saja dan tidak melakukan proses bai‟at. Sedangkan

proses pembai‟at dan kegiatan khalwat dilakukan oleh seorang mursyid

yang didatangkan dari Girikusumo, yaitu KH. Munif.

Kekosongan mursyid dalam tarekat tersebut tidak berlangsung lama

dikarenakan seorang putra dari Cholil sendiri dari istri ketiga yang bernama

KH. Abdul Haq (selanjutnya disebut Abdul Haq) dengan berselang

beberapa tahun beliau kemudian diangkat oleh Munif sebagai penerus

mursyid tarekat di desa Jetak, setelah selesai menjalani suluk tarekatnya.

Tugas awal dari Abdul Haq (sebutan untuk KH. Abdul Haq) sebelum

diangkat menjadi mursyid adalah menjadi imam rathib (imam Sholat tetap)

di masjid Jami‟ al-Muttaqin desa Jetak sebagai pengganti Basyir. Sebelum

jenazah Basyir diberangkatkan menuju masjid untuk disholatkan bahwa

ada satu pengumuman yang ditujukan kepada semua warga desa Jetak

mengenai; “siapa yang akan menjadi pengganti imam ratib di Masjid al-

Muttaqin” tersebut, sehingga pada akhirnya warga masyarakat secara

aklamasi mengangkat dan menyetujui jika Abdul Haq terpilih menjadi

imam ratib di masjid al-Muttaqin selaku pengganti dari Basyir (wawancara

Abdul Haq, 23 Januari 2015).

Berselang satu minggu dari meninggalnya Basyir, Abdul Haq diantar

oleh Ali Rodli (selanjutnya disebut Rodli) dan Kyai Mas‟udi (Muteh) ke

KH. Munif untuk melakukan bai‟at tarekat. Sebelum berbai‟at pada Munif,

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

86

Abdul Haq pernah diajak sowan/berkunjung ke KH. Arwani (Kudus) oleh

Rodli untuk berbai‟at kepada Arwani. Namun ketika sampai di kediaman

Arwani, ia tidak berada ditempat dikarenakan sedang bertakziyah, sehingga

niat Abdul Haq untuk berbai‟at tarekat kepada Arwani urung dilakukan

(wawancara Abdul Haq, 23 Januari 2015).

Abdul Haq pertama kali melakukan bai‟at tarekat adalah kepada

Munif (Girikusumo) sampai akhirnya ia diangkat menjadi mursyid. Abdul

Haq menempuh proses ta„allum dan ta‟di >b tarekatnya kepada Munif

(Girikusumo). Di samping itu ia juga selalu ikut kegiatan tawajjuhan yang

dilakukan oleh KH Muhtar di Pondok tarekat desa Jetak. Kegiatan

tawajjuhan itu selalu diikuti oleh Abdul Haq hingga sampai ia

diperintahkan oleh kyai Munif untuk mengikuti khalwat pada bulan-bulan

tertentu (Muh}arram, Rajab dan Ramad }a>n). Setelah Abdul Haq melakukan

beberapa khalwat, ia kemudian mendapat perintah (dawuh-jawa) dari

Munif untuk menjadi badal mursyid-nya. Selain itu, ia juga diperintahkan

membantu kepada Muhtar untuk ikut serta men-tawajjuh para murid

tarekat di pondok tarekat desa Jetak (wawancara Abdul Haq, 23 Januari

2015 ).

Kemudian berselang beberapa tahun, Abdul Haq setelah

menyelesaikan serangkaian khalwatnya yang telah diperintahkan oleh

Munif. Selanjutnya ia mendapat ijin/dawuh untuk membai‟at para murid

dan memegang sendiri pada kegiatan tawajjuhan di setiap hari selasa di

pondok tarekat desa Jetak.

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

87

Abdul Haq setelah mendapat ijin dan diperbolehkan untuk

membai‟at sendiri oleh Munif, ia kemudian melakukan bai‟at dan

tawajjuhan secara mandiri di pondok tarekat desa Jetak, yaitu setiap hari

selasa pagi sampai menjelang siang. Selain itu, ia juga mengadakan

kegiatan khalwat pada bulan-bulan tertentu seperti, Muharram, Rajab dan

Ramadhan (wawancara Abdul Haq, 23 Januari 2015).

Kegiatan bai‟at, tawajjuhan dan khalwat masih berlangsung hingga

sampai sekarang. Sedangkan murid tarekat yang mengikuti kegiatan

tawajjuhan kurang lebih sebanyak 200 murid tarekat. di antara para murid

tarekat ada yang rutin mengikuti kegiatan tawajjuhan namun sebagian ada

yang tidak mengikutinya.

2. Potret Tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di desa Buko dan para

mursyid-nya.

Gambaran umum mengenai tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di

desa Buko adalah berawal dari keberadaan KH. Syahid (selanjutnya

dipanggil Syahid).4 Ia adalah salah satu seorang pejuang yang turut serta

berjuang untuk mengusir penjajah Belanda dan Jepang di desa Buko pada

masa itu.

Syahid datang di desa Buko untuk mensyiarkan agama Islam dan

tarekat kepada warga masyarakatnya. Ia juga pernah menimba ilmu-ilmu

4 Menurut Narasumber dari Cucunya yang bernama KH. Ahmad Dalhar (selanjutnya Mbah

Dalhar) bahwa asal-muasal keberadaan Syahid, usia dan tanggal wafatnya tidak diketahui karena

informan yang bersangkutan tidak begitu mengetahui secara jelas figur dari Syahid sendiri hanya

berdasar cerita dari sesepuh di desa Buko. Selain itu, informan ketika ditanya peneliti mengenai tahun

mengenai keberadaan Syahid maka jawaban yang disebutkan adalah pada masa Belanda (wawancara,

25 Januari 2015).

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

88

agama dan ilmu tarekat di kota Makkah ketika menjalankan ibadah haji.

Syahid juga sempat ber-bai‟at tarekat kepada mursyid di Kota Makkah5

(wawancara, Ahmad Dalhar, 25 Januari 2015).

Syahid selain pejuang ia juga sebagai seorang mursyid tarekat pada

periode awal yang ikut menyebar luaskan perkembangan tarekat

Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di desa Buko. Tapak tilasnya yang masih

dapat dijumpai adalah pondok tarekat yang masih berdiri kokoh beserta

kegiatan tarekatnya hingga sampai sekarang.

Setelah Syahid meninggal kegiatan tarekat kemudian dilanjutkan

oleh putranya yang bernama KH Ali Mukarrom (selanjutnya Mukarrom).6

Menurut Dalhar bahwa Mukarrom ketika proses awal memasuki dunia

tarekat, ia melakukan bai‟at kepada KH. Mansur (Popongan). Setelah

bai‟at, ia kemudian melakukan pendalaman atau ngaji (belajar) tarekat

kepada kyai Mansur (Popongan) hingga sampai wafatnya. Berhubung

Mukarrom ngaji-nya kepada Mansur (Popongan) belum khatam, sehingga

ia melanjutkkannya kepada KH. Abdullah Khafidz (Rembang untuk

menyelesaikannya (wawancara, Dalhar 25 Januari 2015).

Kyai Mukarrom setelah selesai belajar tarekatnya kepada KH.

Abdullah Khafidz (rembang), hingga ia mendapatkan ijin untuk membai‟at

5 Informan menceritakan kisah dari pernyataan Kyai Alawi (Muteh) yang diutarakan oleh

Ayahnya. Pada waktu itu KH. Ali Mukarrom (Ayah dari Mbah Dalhar ) berada dalam satu camp

(maktab/tenda) Haji bersama Kyai Alawi dari Muteh yang mengatakan bahwa Mbah Syahid telah

berbai‟at kepada seorang Mursyid di Kota Makkah. 6 Mbah Syahid memiliki dua anak, yaitu Mbah Mukarrom selaku putra pertama dan Bu Hj.

Fadhilah. Mbah Ali Mukarrom menikah kemudian memiliki dua anak, yaitu Ali Khafid (Buko) dan

Ahmad Dalhar. Dari kedua anak tersebut nantinya menjadi pengganti mursyid berikutnya setelah

meninggalnya Mbah Mukarrom (wawancara, Ali Khafid (Jetak), 22 Januari 2015).

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

89

secara mandiri sebagai mursyid tarekat di desa Buko. Kyai Mukarrom

ketika menjadi mursyid tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di desa

Buko, ia kemudian melanjutkan tarekat Ayahnya (KH Syahid) hingga

sampai akhir hayatnya, yaitu pada tahun 2006 M dengan usia 86 Tahun.

Sebelum meninggal, Mukarrom memanggil kedua anaknya

“berwasiat” membai‟at dan memberi ijin untuk menjadi penerus tarekat

Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di desa Buko.7 Pada waktu itu, Pengganti

mursyid selanjutnya akan dilimpahkan pada anak pertama dari Mukarrom,

yaitu KH. Ali Khafid (Buko). Pilihan tersebut Dikarenakan faktor usia

lebih tua juga kapasitas keilmuan lebih dahulu mumpuni. Selain itu, Mbah

Khafid juga seorang al-Hafidz/ h}amilul Qur‟a >n (orang yang sudah hafal al-

Qur‟an sebanyak 30 Juz) (wawancara, A. Dalhar, 25 Januari 2015).

Sedangkan Khafid (Buko) jauh-jauh hari sebelum menjadi mursyid,

beliau telah diperintah oleh orang tuanya untuk melakukan bai‟at tarekat

kepada KH. Abdullah Salam (pati) (terkenal dengan Mbah Dullah Salam).

Namun, ketika Khafid (Buko) sowan kepada Dullah Salam dan meminta

ijin untuk berkenan membai‟at tarekat kepadanya, Beliau tidak berkenan

membai‟atnya melainkan menyuruhnya untuk berbai‟at tarekat kepada

7 Keterangan adanya wasiat dibai‟at dan mendapat ijin sebagai pengganti mursyid dari Mbah

Ali Mukarrom dibenarkan oleh kedua putra dari Mbah Mukarrom, yaitu Mbah Khafidz (Buko)

(wawancara, 15/5/2015) dan Mbah Dalhar (wawancara, 25/1/2015). Meskipun keduanya mendapat

wasiat dan ijin, tetapi Mbah Dalhar mempersilahkan kepada kakaknya terlebih dahulu untuk

melakukan bai‟at tarekat di Desa Buko. Sedangkan Mbah Dalhar membantu dalam mengisi pengajian

dan memberi tawajjuhan.

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

90

KH. Habib Luthfi (Pekalongan) (selanjutnya Habib Luthfi) (wawancara,

Ali Khafidz (Buko), 15 Mei 2015).

Mbah Khafidz ketika sowan kepada Habib Luthfi untuk berbai‟at

tarekat, ia mendapat beberapa pertanyaan seputar tentang dirinya. Pada

akhirnya, ia menceritakan kronologi asal-muasal dari keinginan baiat

tarekat. Setelah ia Khafidz berbai‟at tarekat kepada Habib Luthfi,

kemudian Habib Luthfi memberi dawuh (perintah) kepada Khafidz untuk

melakukan tawajjuhan dan ngaji tarekat ditempat terdekat dari tempat

domisilinya.

Khafidz melakukan tawajjuhan tarekat di desa Buko sendiri, yaitu

kepada mursyid Mbah Ali Mukarrom yang tidak lain merupakan orang

tuanya sendiri. Kegiatan tawajjuhan beserta khalwat rutin pada bulan-bulan

tertentu yang dilaksanakan di pondok tarekat desa Buko, selalu diikuti oleh

Khafid. Sehingga menjelang wafat Mukarrom, ia mendapat wasiat dan ijin

untuk menjadi pengganti penerus mursyid berikutnya.

Pada waktu itu, pada tahun 2006 M hingga sampai sekarang (2015

M), Mbah Khafid menjadi penerus mursyid tarekat Naqsyabandiyyah

Kha>lidiyyah di desa Buko. Perkembangan tarekat di desa Buko semakin

menyebar luas di wilayah sekitar desa Buko. Sedangkan jumlah para murid

tarekat yang mengikuti kegiatan tawajjuhan sampai saat ini berkisar 500

orang (wawancara, Ali Khafidz, 15 Mei 2015).

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

91

3. Potret Tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di desa Muteh dan para

mursyid-nya.

Peneliti melakukan wawancara kepada mursyid Naqsyabandiyyah

Kha>lidiyyah di desa Muteh yang bernama KH. Mansur (selanjutnya

Mansur) pada tanggal 24 Januari 2015.8 Ia menjelaskan bahwa

perkembangan tarekat di desa Muteh berawal semenjak pada Masa KH

Sanusi (selanjutnya Sanusi). Sedangkan Sanusi sendiri merupakan orang

tua dari Mansur yang sekarang menjadi penerus mursyid tarekat

Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di desa Muteh.

Konon, Sanusi ketika menyebarkan tarekatnya berasal dari KH.

Mansur popongan. Setelah menjadi khalifah9 atau diangkat menjadi

mursyid, ia kemudian menyebar luaskan tarekat di desa Muteh

(wawancara, Mansur, 24 Januari 2015). Setelah Sanusi meninggal, mursyid

tarekat kemudian diturunkan oleh putranya, yaitu Mansur Sanusi.

Namun penuturan dari Mansur sendiri bahwa ia tidak langsung

menerima ijin ke-mursyid-an dari sang Ayah, melainkan dari KH. Arwani

Kudus (wawancara, Mansur, 24 Januari 2015). Setelah Mansur mendapat

ijin sebagai khalifah atau mursyid tarekat, beliau meneruskan tarekat

Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di desa Muteh hingga sampai sekarang.

8 Ia adalah seorang sosok Kyai sepuh dan sekaligus sebagai mursyid tarekat Naqsyabandiyyah

Kha>lidiyyah di desa Muteh. Ia juga menjadi pengasuh pondok pesantren Darut Tauhid Muteh kulon.

Dikarenakan faktor usia, ketika proses wawancara berjalan informan dalam memberikan informasi dan

data mengenai perkembangan tarekat Naqsyabandiyyah Kha>lidiyyah di desa Mutih sedikit mengalami kesulitan serta hanya memberi jawaban secara singkat-singkat saja sehingga hal ini menyebutkan

minimnya data yang didapatkan. 9 Yaitu seseorang yang sudah melakukan rangkaian ta‟di>b tarekat dan telah menyelesaikan

jenjang khalwat tarekatnya serta mendapat ijin khusus dari seorang guru mursyid.

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

92

Sedangkan pengikut tarekat di desa Muteh yang sampai sekarang masih

aktif mengikuti kegiatan tarekat (tawajjuhan dan khalwat) sekitar 200

orang.

C. Sanad Mursyid Tarekat

Keberadaan silsilah sanad dalam tarekat sangat penting sekali, karena

dapat menentukan mu„tabarah atau tidaknya suatu tarekat. Begitu juga sama

pentingnya atas keberadaan silsilah sanad dalam mursyid tarekat, karena

selain sebagai keabsahan mata rantai sosok figur seorang mursyid juga akan

memberi dampak pada segala aktifitas kegiatan tarekatnya10

.

Keberlangsungan silsilah sanad mursyid dalam tarekat

Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di Kecamatan Wedung dapat diketahui dari

hasil wawancara terhadap para mursyid tarekat di desa Jetak, desa Buko dan

desa Muteh, yaitu:

Pertama, KH. Kholil merupakan periode awal dari mursyid tarekat

Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah yang berada di desa Jetak. Dia adalah orang

yang mengenalkan tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di desa Jetak.

Silsilah ke-mursyid-an KH. Kholil berasal dari KH. Zahid (w. 1966)

10 Menurut an-Na>zili> (tt: 188-189) bahwa seorang mursyid yang tidak memiliki silsilah

sampai pada Nabi Muhammad Saw, maka keberkahannya akan terputus, tidak diperkenankan untuk

membai‟at dan memberi ijazah.

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

93

Girikusumo. Sedangkan Zahid sendiri silsilah sanadnya dari ayahnya yang

bernama KH. Muhammad Hadi dari Girikusumo11

.

Setelah meninggalnya Kholil, status mursyid tarekat kemudian

dilanjutkan oleh Basyir (w. 2000), selaku putra dari istri pertama Kholil.

Basyir sendiri sebelum meninggalnya Kholil, ia telah aktif dalam dunia

tarekat dan cukup lama melakukan bai‟at tarekat. Sehingga jeda pergantian

mursyid dari Kholil kepada Basyir relatif singkat. Hanya berselang waktu

setengah tahun saja, para masya >yikh tarekat antara lain KH. Arwani (Kudus),

KH. Abdullah Hafidh (Rembang) dan KH. Zuhri (Girikusumo) telah

melakukan pengangkatan dan peresmian kepada Basyir untuk menjadi

mursyid tarekat berikutnya12

.

Setelah beberapa tahun kemudian Basyir meninggal dunia. Pada saat itu

beliau tidak berwasiat atau mengangkat mursyid sebagai penggantinya, baik

dari pihak keluarga maupun murid-muridnya. Yang terjadi adalah posisi

mursyid dalam tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di desa Jetak

mengalami kekosongan (belum ada pengganti). Sehingga kegiatan tarekat

yang berupa tawajjuhan dan khalwat diisi oleh beberapa badal mursyid dan

mendatangkan mursyid dari Girikusumo, Munif.

11 Mengenai silsilah sanad dari KH. Muhammad Hadi Girikusumo adalah berasal dari

Sulaiman Zuhdi dari Makkah. Lihat lebih lanjut Bruinessen (1996: 162). 12 Berdasarkan pada keterangan informan (Ali Munir) bahwa Mbah Basyir telah melakukan

bai‟at tarekat kepada KH. Zuhri yaitu putra dari KH Abdullah Hadi (Girikusumo). Namun status

mursyid dari Mbah basyir belum ada informan yang menjelaskan secara rinci, apakah pengangkatan

tersebut dilakukan oleh Mbah Kholil sendiri atau dari 3 para masyakyih di atas. Meskipun demikian,

Ali Munir menyebutkan bahwa peresmian dalam pengangkatan Mbah Basyir sebagai mursyid telah di

lakukan oleh ketiga masyayikh, yaitu Mbah Arwani, Mbah Hafidl dan Mbah Zuhri (wawancara Ali

Munir, 24/4/2015).

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

94

Abdul Haq (mursyid sekarang) pada masa itu masih tergolong baru

dalam memasuki dunia tarekat. Seiring berjalannya pendidikan tarekat yang

ditempuh oleh Abdul Haq di bawah bimbingan Munif berlangsung selama

beberapa tahun, maka Mbah Abdul Haq mendapat perintah (dawuh-jawa) dari

Mbah Munif untuk menjadi badal dan ikut membantu memberi tawajjuhan di

desa Jetak.

Dan selanjutnya Munif memerintahkan (men-dawuh-i) kepada Abdul

Haq untuk mengikuti khalwat hingga selesai (khatam), seraya ia (Abdul Haq)

memberi ilustrasi “ibarat mahasiswa sudah diwisuda”. Kemudian Munif

memberikan ijin13

kepada Abdul Haq untuk membaiat para murid dan

memegang kegiatan selasa-nan (tawajjuhan) secara mandiri di desa Jetak.

Pada saat Abdul Haq menerima dawuh untuk membai‟at dan menjalankan

kegiatan tarekat secara mandiri, ia merupakan awal dari statusnya menjadi

seorang mursyid.

Kedua, silsilah sanad mursyid tarekat di desa Buko berawal dari KH.

Syahid yang berbai‟at tarekat dengan mursyid yang berada di Kota Makkah.

Dari informasi yang didapat penulis bahwa sumber pertama dari KH. Ahmad

Dalhar mengatakan silsilah ke-mursyid-an KH. Syahid berasal dari seorang

mursyid Makkah (wawancara, A. Dalhar, 25 Januari 2015).14

13 Adapun redaksi yang di utarakan informan pada saat itu adalah; “Saya (Abdul Haq) setelah

beberapa tahun kedawuhan untuk khalwat, saya kemudian di dawuhi untuk membaiat. Ya tidak matur

hanya didawuhi sendiri, begitu juga ketika saya menjadi badal.“Pun Mas mengenai selasanan

njenengan yang memegang sendiri” ujar Mbah Munif (wawancara, Mbah Abdul Haq 23 Januari

2015). 14 Kyai Dalhar selaku informan tidak mengetahui secara pasti mengenai nama atau sosok

mursyid yang berasal dari kota Makkah.

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

95

Penjelasan informan tersebut memberi dua pemahaman, yaitu pertama

yang dimaksudkan dapat berupa silsilah sanad tarekat Naqsyabandiyyah

Kha>lidiyyahnya atau kedua silsilah mendapat ijin sebagai mursyid tarekat.

Dari dua pemahaman tersebut ada kemungkinan benarnya atau bahkan hanya

salah satunya saja.

Jika mengacu pada silsilah sanad tarekatnya yang diikuti oleh Syahid,

maka hal itu dapat diterima dan dibenarkan. Dikarenakan pada waktu itu

adalah musim haji sedangkan Syahid sendiri melakukan haji dan berbai‟at

tarekat dengan mursyid Makkah. Hal ini berdasarkan keterangan Kyai Alawi

(Muteh) yang sempat beribadah haji bersama Mbah Syahid serta tinggal

dalam satu camp / maktab.

Sedangkan jika mengacu pada opsi kedua mengenai keberadaan silsilah

Syahid dalam mendapatkan ijin sebagai mursyid. Menurut penulis bahwa hal

itu dapat saja terjadi karena ibadah haji pada waktu dulu memakan waktu

yang cukup lama sehingga dapat dimungkinkan masa tenggangnya digunakan

untuk mengaji ilmu tarekat dan mendalaminya. Meskipun demikian, penulis

belum mendapatkan data yang lengkap mengenai pemahaman opsi yang

kedua ini.

Mengenai sumber kedua dari penuturan KH. Ali Khafid (Buko), yang

sekarang menjadi penerus mursyid tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di

desa Buko mengatakan bahwa silsilah sanad mursyid tarekatnya berasal KH

Muhammad Hadi Girikusumo (wawancara Ali Khafidh, 15 Mei 2015).

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

96

Keterangan ini berdasarkan pada keterkaitan pertemanan antara Kyai

Kholil (Jetak) dengan KH. Syahid (Buko) yang pada waktu dulu sama-sama

mengaji dan mendalami tarekat di Mbah Hadi Girikusumo. Sehingga bisa jadi

keduanya setelah menyelesaikan proses tarbiah (ngaji tarekat dan khalwat) di

Girikusumo, mereka berdua mendapat ijin menjadi dari Hadi untuk menjadi

mursyid.

Jika berangkat dari keterangan seperti itu, maka keterangan versi

sumber kedua menunjukkan bahwa Syahid mendapat silsilah sanad tarekat

dan ijin menjadi mursyidnya berasal dari KH. Hadi (Girikusumo).

Bisa jadi, sumber dua versi di atas, baik versi Dalhar maupun Ali

Khafidz dapat digabungkan. Yaitu bahwa KH. Syahid melakukan bai‟at

tarekatnya kepada seorang mursyid tarekat yang berada di Kota Makkah.

Selanjutnya Mbah Syahid mengaji dan mendalami tarekatnya kepada KH.

Hadi Girikusumo hingga selesai dan mendapat ijin untuk menjadi mursyid.

Atau bisa juga Syahid melakukan dua kali baiat tarekat dengan mursyid yang

berbeda.

Ketika KH. Syahid meninggal, penerus mursyid tarekat

Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di desa Buko adalah KH. Ali Mukarrom

selaku putra dari Syahid sendiri. Sedangkan Mukarrom awal bai‟at tarekatnya

kepada KH. Mansur Popongan, namun pemberian ijin kepada Mukarrom

untuk menjadi mursyid diberikan oleh KH. Abdullah Khafidz dari rembang.

Yang mana pemberian ijin tersebut dilakukan setelah Mukarrom

menyelesaikan segala rangkaian khalwat dan tarbiyah tarekatnya.

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

97

Jika diamati bahwa silsilah sanad dari proses diangkatnya Mukarrom

menjadi mursyid ternyata tidak langsung menerima ijin dari jalur Syahid

sendiri melainkan melalui mursyid lain atau KH. Abdullah Khafid (rembang).

Meskipun demikian, hal itu tidak menghalangi keberlangsungan dari

kontinueitas silsilah sanad tarekatnya serta berjalannya kegiatan tarekat di

desa Buko.

Pada tahun 2006, Mukarrom meninggal dunia dengan usia 86 tahun.

Sebelum wafat, ia sempat memanggil kedua anaknya dan memberi wasiat

serta ijin supaya kelak ada yang menjadi pengganti mursyid tarekat di desa

Buko. Hingga pada akhirnya sang kakaklah (Khafid) yang diperkenankan

menjadi mursyid terlebih dahulu. Dan adiknya (Dalhar) sebagai wakil dari

Khafidz ketika sedang berhalangan.

Mengenai Khafidh sendiri pertama kali bai‟at tarekatnya kepada

Maulana Habib Luthfi, sedangkan tarbaiah tarekat, tawajjuhan dan

khalwatnya kepada ayahnya sendiri yaitu Ali Mukarrom. Ketika menjelang

meninggalnya Mbah Mukarrom, Khafidz mendapat ijin sebagai penerus

menjadi mursyid tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyahnya di desa Buko

hingga sampai sekarang.

Ketiga, sanad silsilah mursyid tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di

desa Muteh adalah pertama Mbah Sanusi. Mbah Sanusi silsilah sanadnya

berasal dari guru mursyidnya, yaitu KH. Mansur Popongan (wawancara,

Mansur Sanusi, 24 Januari 2015).

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

98

Setelah Sanusi meninggal, mursyid tarekat Naqsyabandiyyah

Kha>lidiyyah dilanjukkan oleh putranya yang bernama Mansur Sanusi

(Muteh). Sedangkan Mansur berbaiat tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah

kepada KH. Arwani Kudus, hingga akhirnya beliau mendapat ijin menjadi

mursyid tarekat di desa Muteh.

KH. Mansur sebetulnya berbai‟at tarekat kepada beberapa masyayikh

tarekat, antara lain tarekat syadziliyyah dari Maulana Habib Luthfi, dan

tarekat Qadiriyyah dari KH. Muhammadun Pondoan (Pati). Namun dari baiat

beberapa tarekat tersebut Mansur hanya memiliki ijin menjadi

khalifah/mursyid pada tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah yang sebagai

penerus dari pada ayahnya.

Silsilah sanad mursyid pada tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di

desa Muteh tersebut dalam praktek pergantian mursyid pertamanya (KH.

Sanusi) tidak secara langsung memberikan ijin kepada putra/penerus mursyid

berikutnya. Melainkan penerus mursyid tarekat tersebut telah mendapatkan

ijin kemursyidannya dari guru mursyid lainnya15

. Sehingga penerus mursyid

tersebut setelah melakukan rangkaian ta‟di >b dan khalwat serta mendapatkan

ijin dari guru mursyidnya. Baru kemudia ketika ia (penerus) telah secara resmi

mendapat ijin (diangkat menjadi mursyid) maka kemudian ia baru melakukan

fungsi kemursyid-annya untuk melanjutkan tarekat yang telah ditinggal wafat

oleh sang mursyid pertama.

15 Yaitu melakukan tabarrukan ngaji tarekat kepada mursyid yang lebih senior yang masih

dalam satu tarekat dengan kata lain nyepuhke ilmu ketarekatan.

Page 23: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

99

D. Kualifikasi Mursyid Tarekat Naqsyabandiyyah Kha>lidiyyah di

Kecamatan Wedung

Mengenai gambaran tentang kualifikasi mursyid dalam tarekat, Penulis

telah melakukan wawancara kepada para mursyid tarekat Naqsyabandiyyah

Kha>lidiyyah yang berada di kecamatan Wedung. Tepatnya wawancara

tersebut ditujukan kepada para mursyid tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah

yang berada di tiga (3) desa, yaitu desa Jetak, desa Buko dan desa Muteh.

Sedangkan uraian kualifikasi mursyid dalam tarekat, terlebih pada tarekat

Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di Kecamatan Wedung adalah sebagai berikut;

1. Di Desa Jetak Bersama K.H. Abdul Haq

Menurut pemaparan K.H. Abdul Haq ketika diwawancarai sebagai

Mursyid tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di desa Jetak adalah;

pertama, bahwa yang dimaksud sebagai mursyid secara umum merupakan

seseorang yang menunjukkan pada kebaikan. Sedangkan pengertian

mursyid dalam tarekat ialah orang yang menunjukkan jalan menuju Allah

SWT, dan juga dapat menuntun seorang (murid)16

pada jalan yang baik

(wawancara, Abdul Haq; 23 Januari 2015).

Keterangan Abdul Haq di atas menunjukkan bahwa mengenai

pengertian mursyid secara umum dapat merujuk pada setiap orang tanpa

harus terikat dengan kualifikasi tertentu, sehingga akan menjadi terbuka

16 Istilah murid dalam tarekat ialah seseorang yang sudah melakukan bai‟at tarekat kepada

seorang guru mursyid, sehingga sang murid dapat melakukan amalan dzikir tertentu dalam tarekat

yang sesuai petunjuk mursyidnya. Amalan dzikir tersebut, tidak diperkenankan untuk diamalkan bagi

setiap orang kecuali bagi mereka yang sudah melakukan bai‟at tarekat.

Page 24: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

100

dan sah-sah saja ketika sebutan mursyid disandarkan bagi siapa saja yang

telah menunjukkan pada kebaikan.

Namun pengertian mursyid secara umum di atas akan menjadi

berbeda ketika pengertian mursyid dinisbatkan pada tarekat, karena seorang

mursyid tarekat harus memiliki kualifikasi tertentu yang harus ditempuh

dan dipenuhi oleh seseorang sebelum status mursyid melekat dalam

dirinya.

Sedangkan kualifikasi mursyid dalam tarekat tersebut menurut Abdul

Haq adalah:

Pertama, seorang mursyid harus terdiri dari seorang Muslim. Kedua,

seseorang yang „alim, sifat „alim disini tidak difahami sebatas pada

seseorang yang pandai dalam membaca kitab, melainkan juga harus orang

yang arif. Orang arif menurut penuturan Abdul Haq adalah seseorang yang

mengetahui kondisi lingkungan sosialnya, dapat saling menghormati dan

menjaga hak-kewajiban kepada sesama mahluk Allah SWT (wawancara,

Abdul Haq, 23 Januari 2015). Sehingga uraian orang alim yang arif dari

penjelasan Abdul Haq dapat dideskripsikan sebagai seseorang yang

memiliki kedalaman keilmuan juga mengetahui dan peduli terhadap

kondisi sosial-masyarakatnya, terlebih-lebih pada murid tarekatnya.

Ketiga, orang yang hatinya bersih, yaitu seseorang yang benar-benar

hatinya bersih tidak hanya sebatas pengakuan saja melainkan dibuktikan

dengan adanya konsistensi antara hati, ucapan dan perbuatan. Bersihnya

hati seseorang tersebut tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT, sehingga

Page 25: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

101

untuk mengetahui manifestasi dari hati yang bersih diperlukan kondisi lahir

yang berupa akhlak17

yang terpuji.

Bentuk dari akhlak terpuji adalah terhindarnya seseorang dari sifat-

sifat tercela yang diibaratkan sebagai kotoran atau penyakit hati, yaitu

berupa sifat sombong, riya >‟, sum„ah dan „ujub. Menurut Abdul Haq bahwa

keberadaan sifat-sifat tercela itu dapat mengakibatkan kotornya hati

seseorang. Ibarat sawah yang sedang ditanami biji gabah kemudian muncul

berbagai macam rumput yang diumpamakan sebagai sifat tercela, niscaya

gabah tersebut tidak bisa berkembang secara baik dikarenakan terganggu

dengan macam-macam rumput tersebut. Selain itu, ism z\a >t tidak akan

menempel pada hati yang kotor, maka dari itu, seorang mursyid dituntut

memiliki hati yang bersih dan terhindar dari sifat-sifat tercela yang menjadi

penyakit hati (wawancara, Abdul Haq, 23 Januari 2015).

Keempat, sudah mendalami dan menyelesaikan dzikir tarekat mulai

tingkat pertama hingga akhir. Dalam tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah

terdapat dzikir wirid yang berjenjang mulai tahap awal sampai tahap akhir.

Kenaikan dzikir seorang murid dari satu tahap ke tahap yang lain

berdasarkan dawuh perintah seorang mursyid. Sehingga ketika seorang

murid dapat menyelesaikan dzikir hingga pada tahap akhir serta dipandang

mampu oleh seorang mursyid, dan ditunjang oleh bersihnya hati sang

17 Menurut al-Gaza>li > dalam kitab Ih}ya>‟ „Ulu >m ad-Di>n bahwa akhlak merupakan sifat yang

tertanam dalam jiwa, yang mendorong lahirnya perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa

pertimbangan dan pemikiran yang mendalam (al-Gaza>li>, 1992: 177).

Page 26: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

102

murid maka sang mursyid akan mengangkat sang murid untuk menjadi

mursyid.

Dalam penjelasan Abdul Haq bahwa tahapan proses dzikir tarekat

yang dilakukan oleh murid tarekat tersebut diumpamakan seorang

mahasiswa yang telah menyelesaikan proses studinya (kuliah, praktek dan

karya ilmiah) selanjutnya diwisuda.

Kelima, mendapat ijin dari seorang guru mursyid-nya. Berdasarkan

keterangan dari Abdul Haq bahwa ijin tersebut memang datangnya tidak

terduga, bukan atas permintaan sang murid melainkan atas penunjukkan

sang mursyid sendiri. Seumpama ada seorang murid yang memohon

kepada sang mursyid, tetapi seorang mursyid sendiri tidak berkenan untuk

memberi restu atau ijin. Maka jangan berharap dapat menjadi mursyid

karena proses menjadi mursyid yang mendapat ijin (dawuh) dari seorang

mursyid tidak lepas dari hasil penelitian (progress report) suluk tarekatnya

dan hasil petunjuk dari Allah SWT.

Selanjutnya, penjelasan dari informan (Abdul Haq) dalam

wawancaranya telah menyatakan bahwa syarat atau kualifikasi mursyid

bukan sebuah keharusan terdiri dari seseorang yang berasal dari z\urriyyah

(keturunan) seorang mursyidnya. Melainkan terbuka bagi siapapun yang

telah memenuhi kreteria dan mendapat ijin atau dawuh langsung dari

seorang mursyid atas pengangkatan dirinya sebagai mursyid.

Selain itu, bahwa proses terpilih menjadi mursyid tidak lepas dari

minh}ah ila >hiyyah (pemberian anugerah dari Allah SWT), bukan berdasar

Page 27: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

103

iktisa>bi > (usaha sang murid). yaitu melalui ru‟yah s}a>lih}ah (mimpi yang

benar) atau ilham dari seorang mursyid. Sehingga seseorang tidak akan

mendapat mandat sebagai mursyid selama ia tidak mendapat instruksi dari

guru mursyidnya.

2. Di desa Buko bersama KH. Ali Khafidz dan KH. Ahmad Dalhar

Setelah penulis mewawancarai kepada dua narasumber yaitu, KH.

Ali Khafidz dan KH. Ahmad Dalhar, mengenai kualifikasi mursyid tarekat.

Yang mana kedua narasumber tersebut merupakan para mursyid tarekat

yang menjadi penerus mursyid sebelumnya, yaitu Ayahnya. Maka hasilnya

adalah sebagai berikut;

Informan pertama yaitu Dalhar, beliau menyatakan dalam

wawancaranya (25 Januari 2015) bahwa kriteria atau kualifikasi untuk

menjadi mursyid adalah:

Pertama, orang yang sudah bait dan mengaji tarekat. Point pertama

ini berlaku bagi siapapun yang telah mengamalkan tarekat, baik seorang

murid maupun keturunan dari mursyid-nya.

Alasan informan pada saat itu mengatakan bahwa; “menjadi mursyid

itu juga termasuk hidayah, disamping sudah mengaji t }ari>qah, sudah baiat

dan sudah pantas kalau dia menjadi mursyid”.

Berdasarkan statement tersebut dapat menunjukkan bahwa seorang

mursyid harus sudah menyelami amaliyah tarekat dahulu, di samping juga

dipandang cukup oleh guru mursyidnya untuk mengemban amanat sebagai

mursyid. Sehingga pada akhirnya seorang guru mursyid akan betul-betul

Page 28: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

104

yakin bahwa seseorang yang akan diberi ijin sebagai mursyid merupakan

orang yang tepat dan memiliki kemampuan.

Kedua, KH. Dalhar mengatakan pendapat dari Syaikh „Abd al-Qa>dir

al-Jaila>ni> yang berupa memiliki ilmunya para ulama yaitu ilmu-ilmu

syari‟at dan ilmu tarekat, cakap dalam siasat para raja (strategi politik) dan

mengetahui hikmah-hikmahnya para ahli hikmah. Kriteria ini masih

bersifat fleksibel karena melihat kondisi dan situasi yang ada. Selain itu

syarat yang uraikan Syaikh „Abd al-Qa>dir al-Jaila >ni> sulit dijangkau oleh

orang awam, bahkan bisa jadi tidak bisa.

Ketiga, mendapat ijin dari seorang guru mursyid tarekatnya. Ada

tidak adanya ijin dari guru mursyid akan bergantung pada penilaian

subjektifitas guru mursyid sendiri terhadap murid tarekatnya. Sehingga

syarat atau kualifikasi yang berupa ijin ini didasarkan pada pertimbangan

seorang mursyid setelah melihat aspek kemampuan seorang murid yang

sudah dianggap mumpuni dengan segala kapasitasnya.

Dari kualifikasi tersebut tidak serta merta dapat menjadikan diri

seseorang berhak untuk menjadi mursyid. Dikarenakan menjadi mursyid

merupakan fad }l (anugerah) Allah SWT yang telah diberikan pada

hambanya, sebagai minh }ah ila >hiyyah yang harus didahului dengan proses

riya>d}ah18

yang berjenjang (wawancara, Dalhar, 25 Januari 2015). Sehingga

18 Riyadhah yang dimaksud disini sebagaimana yang difahami oleh Dalhar adalah

“menjalankan puasa dan khalwat 10 hari sampai 40 hari. Sedangkan riya >d}ah dalam t}ari>qah

Kha>lidiyyah, khalwat yang dijalankan ada yang 10 hari, 20 hari sampai 40 hari. Biasanya calon

seorang mursyid seperti itu, disamping sudah riya >d}ah, beliau juga harus mempunyai ilmu dan sudah

Page 29: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

105

proses menjadi mursyid menurut Dalhar selain ada aspek ilahiyyah juga

harus dijalani (iktisa>bi >) seperti ngaji tarekat, khalwat dan riya>d }ah.

Sedangkan informan kedua berasal dari Khafidz, selaku mursyid

tarekat Naqsyabandiyyah Kha >lidiyyah di desa Buko pada saat sekarang.

Dari hasil wawancara pada tanggal 15 Mei 2015 bahwa Hafidh (Buko)

mengutarakan di antara syarat atau kualifikasi mursyid ialah;

Pertama, memiliki sifat alim, yaitu mengetahui ilmu-ilmu agama, al-

Qur‟an (h}a >fiz} al-Qur‟a >n) dan mengetahui ilmu dalam tarekat. Beliau juga

menekankan pentingnya mengetahui kandungan al-Quran sebagai syarat

dari seorang mursyid, yang kemudian direpresentasikan dari seseorang

yang telah memiliki hafalan al-Qur‟an (h}a>fiz} al-Qur‟a >n).

Kedua, memiliki hati yang bersih. Seperti zuhud, yaitu seorang

mursyid yang hatinya tidak selalu bergantung (kumantil- jawa) pada hal-hal

yang bersifat keduniaan, contohnya harta benda, jabatan dan sebagainya.

Ketiga, sanad mursyid tarekat. Seorang mursyid harus memiliki

silsilah sanad mursyid tarekat yang bersambung sampai kepada Rasulullah

saw.

Keempat, memiliki akhlak terpuji. Seorang mursyid mengedepankan

mu„a >syarah bi al-ma„ru >f (pergaulan yang baik) dengan baik terhadap

semua murid tarekat.

diizini oleh guru. Jadi ada tahapan-tahapan yang harus dilalui” (wawancara, Dalhar 25 Januari

2015).

Page 30: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

106

Kelima, mendapat ijin dari guru mursyid. Ijin tersebut merupakan

bentuk dari legalisasi untuk melakukan bai‟at tarekat dan men-ta‟di >b para

murid tarekat secara mandiri. Khafidh menjelaskan bahwa seumpama ada

seorang murid tarekat yang telah memenuhi syarat-syarat menjadi mursyid

di atas, namun ia belum mendapat ijin dari guru mursyidnya maka ia tidak

boleh mendeklarasikan sebagai mursyid tarekat. Sehingga keberadaan ijin

ini diibaratkan sebagai license yang akan diberikan oleh mursyid tarekat

sebagai kewenangan terhadap seseorang yang telah memiliki kualifiksi dan

kompetisi sebagai mursyid.

3. Di desa Muteh bersama KH. Mansur Sanusi

Hasil dari wawancara pada tanggal 24 Januari 2015 bersama KH.

Mansur Sanusi menyebutkan bahwa kualifikasi mursyid tarekat antara lain;

Pertama, sudah bai‟at tarekat dan sudah menyelesaikan ta‟di >b

tarekat dan khalwat-nya.

Kedua, memiliki ilmu ulama, atau tabah}h}ur fi „ilm al-Isla>m (menurut

imam Ma >lik). Yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan dan

kemampuan, serta mumpuni dalam syari‟atnya serta mengetahui ilmu fikih

dalam ibadah keseharian, seperti wudhu, sholat, puasa, zakat dan ilmu

mu‟amalah, mu„a >syarah dengan sosial- masyarakat.

Ketiga, ilmu strategi atau politik.

Page 31: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

107

Keempat, mengetahui hikmah-hikmah ibadah. Di antaranya berupa

keutamaan-keutamaan dalam menjalankan amal ibadah tersebut atau

berupa hikmah dibalik mengamalkan amalan tersebut.

Kelima, memiliki hati yang bersih19

.

Keenam, memiliki sanad.

Ketujuh, telah mendapat ijin dari guru mursyidnya. Sehingga jika ada

orang yang alim dan memiliki kualifikasi yang lainnya tetapi belum

mendapat ijin ke-mursyid-an dari guru mursyidnya maka Ia tidak akan

dapat menjadi mursyid tarekat.

KH. Mansur juga mengatakan bahwa faktor keturunan (z\urriyyah)

bukan termasuk sebagai kategori kualifikasi mursyid tarekat. Namun,

realitas sekarang ini terdapat kecenderungan bahwa seorang mursyid ketika

meninggal tampuk penerus posisi mursyid beralih pada keturunan mursyid

tersebut.

Fenomena tersebut di jawab oleh Mansur seolah berdalih dan

mengklaim bahwa hal itu berdasarkan atas kesejarahan baiat tarekat yang

dilakukan oleh Nabi Muhammad saw kepada lingkaran keluarga, kerabat

dan sahabatnya.

Sembari berkata; “pertama yang di baiat Abu > Bakar mertua beliau,

terus „Umar kemudian Us\ma>n kemudian „Ali > bin Abi> T{a>lib selaku mantu

19 Informan memberi contoh nyata mengenai kisah dari Kyai Salman (Solo). “Kyai Salman

dijadikan mursyid oleh Mbah Mansyur (Popongan), beliau pada saat itu masih kecil, masih bermain.

Bapaknya Mbah Salman merupakan seorang kyai sebagai mantunya Mbah Mansyur, dan sudah

mengajar kitab dimana-dimana tetapi beliau tidak dijadikan mursyid. Setelah Mbah Mansyur wafat,

Mbah Salman masih kecil belum dewasa, tetapi sudah diberi silsilah sanad”. Menurut penuturan dari

informan bahwa pemilihan Kyai Salman di antaranya atas pertimbangan kebersihan hati dari Mbah

Salman.

Page 32: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

108

beliau, kemudian semua sahabat dan z \urriyyah Rasul Saw” (wawancara,

Mansur Sanuri, 24 Januari 2015).

E. Fungsi Mursyid pada Tarekat Naqsabandiyyah Kha>lidiyyah di

Kecamatan Wedung

Fungsi mursyid yang telah diuraikan oleh para mursyid tarekat

Naqsabandiyyah Kha >lidiyyah di Kecamatan Wedung pada saat wawancara

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar terdapat kesamaan dengan

teori yang ada. Dikarenakan subtansinya memiliki kesamaan maksud dan

tujuan dari apa yang penulis telah utarakan sebelumnya mengenai fungsi

mursyid.

Secara teori sebagaimana dalam bab dua bahwa di antara fungsi

mursyid tarekat ialah hifdz sanad, talqi >n, tawassul, ra >bit }ah, tawajjuh dan

irsya >d. Begitu pula dalam faktanya menunjukkan hal yang demikian. Pertama,

seperti penuturan dari KH. Mansur Sanusi selaku mursyid di desa Muteh

menjelaskan hifdz sanad dengan redaksi silsilah sanad20

.

Kedua, talqi>n dari beberapa uraian para mursyid21

menunjukkan bahwa

mereka juga menjalankan talqi >n kepada para murid tarekat. Kata talqi>n dalam

penjelasannya lebih sering menggunakan istilah bai‟at karena secara tidak

langsung dalam bai‟at tarekat di dalamnya terdapat ritual talqi >n dzikir.

20 Mengutip perkataan Mansur bahwa ketika peneliti menanyakan kepadanya: Ijin niku

termasuk ijazah nopo termasuk baiat atau apa pak kiai? Jawabannya: “Termasuk dalam silsilah, jika

tidak ada ijin maka tidak mempunyai silsilah (wawancara, Mansur 24 Januari 2015). 21 Di antaranya adalah KH. Abdul Haq (Jetak), KH. Ahmad Dalhar (Buko) dan KH. Mansur

Sanusi (Muteh)

Page 33: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

109

Ketiga, ra>bit }ah. Pada poin ini juga menunjukkan bahwa seorang

mursyid juga berfungsi untuk ra>bit }ah bagi para murid tarekat dalam

permulaan dzikirnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh KH. Abdul Haq

selaku mursyid di desa Jetak bahwa:

“orang yang ikut tarekat harus mempunyai guru mursyid, sedangkan

orang yang sudah dibaiat harus melakukan rabithah, artinya rabt }

yaitu menyambung angan-angan, perasaan murid seolah-olah

dihadapi oleh gurunya.sehingga ia membayangkan kalau gurunya

yang membaiat didepannya artinya mengingat, membayangkan kalau

gurunya didepannya bisa lihat wajahnya motifnya, bentuknya, seperti

didepan mata atau menyambung perasaan, keterangannya seperti itu

menyambung hatinya dengan gurunya…” (Wawancara, Abdul Haq 23

Januari 2015).

Begitu juga menurut KH. Mansur Sanusi yang mengatakan tentang

keberadaan ra >bit }ah dalam tarekat; “Ra>bit }ah itu ingat, ra >bit}ah itu jalan syariat

untuk mendapat hidayah dari Allah SWT. Kalau sudah membicarakan soal

thariqah, ingat kepada guru itu selamanya (wawancara, Mansur Sanusi 24

Januari 2015).

Selain itu, menurut KH. Dalhar juga menjelaskan bahwa ra>bit }ah

merupakan ikatan rohani atau batin antara murid dengan gurunya, yaitu orang

ketika melakukan dzikir hal pertama yang diingat adalah mengingat gurunya

sebagai ikatan di antara keduanya untuk mengingat Allah Swt (Wawancara,

Dalhar 25 Januari 2015).

Uraian dari ketiga para mursyid menunjukkan bahwa seorang mursyid

tarekat berfungsi sebagai ra>bit }ah dzikirnya dari para murid tarekat. Kendati

Page 34: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

110

uraian di atas menggunakan redaksi yang berbeda namun memiliki makna

subtansi yang sama.

Keempat, tawajjuh. Semua para mursyid mengakui atas fungsinya

untuk memberi tawajjuh kepada para murid tarekat. Tawajjuh ini merupakan

bimbingan atau pendidikan secara regular yang dilakukan seorang mursyid

kepada murid tarekatnya dalam waktu-waktu tertentu. Sebagian besar

tawajjuh dilakukan setiap sepekan sekali, yaitu hari Selasa atau bulan-bulan

tertentu seperti Muharram, Rajab dan Ramadhan.

Sebagaimana penuturan dari para mursyid tarekat, antara lain: KH.

Abdul Haq yang mengatakan:

“Berhadapan antara murid dengan guru, maka seorang murid itu di

tawajjuhi, dihadapi gurunya, dengan berhadap-hadapan kepalanya

(bathu‟e bertemu bathu‟-Jawa)…dengan tujuan bahwa orang dzikir itu

mencari nur Ilahi, yaitu nur yang terang. Saya contohkan matahari,

matahari kan cahayanya membuat terang alam. Cahaya matahari

memberi terangnya alam jadi namanya seorang mursyid itu ibarat

kaca pengilon jika dihadapkan pada cahaya matahari di siang hari

yang panas, atau ketika dihadapkan cahaya sinar matahari maka kaca

akan terdapat pantulan, semisal batrei terdapat bayangan terang yang

keluar dari kaca pengilon (cermin). Kaca yang terkena sinar matahari

saya nisbatkan Allah kemudian ditangkap oleh guru mursyid, guru

mursyid yang bercahaya dari kaca tersebut kemudian ditangkap oleh

muridnya. Makanya ditawajjuhi itu biar supaya nur ilahi yang

diterima guru kemudian disampaikan kepada muridnya. Karena

seorang murid belum kuat karena belum terang hatinya mungkin gelap

sehingga belum kuat menerima secara langsung. Saya contokan tadi

nur matahari ditangkap dengan kaca pengilon, sorotan kaca pengilu

diterima oleh muridnya, itulah tujuannya tawajjuhan. Atau saya

contohkan lagi, air hujan, air hujan saya ibaratkan sebagai nur dari

Allah Swt, air hujan tersebut jatuh pada genting selanjutnya ditangkap

talang (aliran air). Talang itu ibarat gurunya, ibarat jadi jalannya

Nur Allah, ibarat jadi jalurnya air, talang itu (gembrojok) mengalir

deras kebawah, yang di bawah grojokan talang itu ibarat muridnya.

Murid itu jika mau menadah maka insyaallah ia akan mendapatkan

air. Jadi membuat bercahaya hatinya murid itulah tujuan dari

Page 35: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

111

tawajjuhan. Faham itu ya, Jadi guru nerima Nur ilahi, Nur Allah terus

disampaikan kepada muridnya. Sama dengan air hujan lewat talang

kemudian talang jatuh kebawah dan ditaruh ember atau yang lain,

untuk ember (wadah) ibarat muridnya. Itu tujuan tawajjuhan,

sehingga ketika ditawajjuhi satu persatu maka ada bacaan untuk

menerima Nur Allah yang lewat Guru. Sehingga bagi orang yang

belum masuk tarekat, ya tidak boleh mengetahui (Wawancara, Abdul

Haq 25 Januari 2015).

Begitulah di antara penjelasan mengenai praktek tawajjuh yang

dilakukan oleh seorang mursyid kepada murid-muridnya ketika melakukan

bimbingan atau tarbiah dalam sebuah tarekat. Praktek tawajjuh seperti itu

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari fungsi dan peran seorang

mursyid yang harus dijalankan sesuai kemampuan dan kapasitasnya selaku

menjadi seorang mursyid dalam sebuah tarekat.

Kelima, memberi irsya >d. Tugas yang harus dilakukan seorang mursyid

di antaranya adalah memberi bimbingan dan penunjuk jalan bagi para murid

tarekat dalam pendakian spiritualnya. Untuk itu memberi irsyad (bimbingan)

selain menjadi fungsi dari seorang mursyid mursyid juga sebagai bagian dari

tugas dan kewajiban yang harus ia lakukan. Sesuai keterangan dari KH. Abdul

Haq yang mengatakan bahwa;

“Mursyid itu seseorang yang menunjukkan kebaikan, memberi jalan

kepada murid tentang kebaikan ini secara umum, dalam tarekat ialah

menunjukkan jalan menuju Allah, menuntun orang pada jalan yang

baik” (wawancara, Abdul Haq 25 Januari 20015).

Dari pernyataan tersebut, dapat difahami bahwa seorang mursyid

tarekat berfungsi memberi irsyad (petunjuk) kepada murid tarekat demi

menghantar untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Page 36: BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Wedungeprints.walisongo.ac.id/7501/4/115112042_Bab3.pdf · tanaman palawija. Kondisi tanah yang subur, irigasi yang memadai, dan

112

Dari beberapa fungsi mursyid di atas mencerminkan bahwa kerangka

teori yang terdapat dalam bab dua mempunyai kesamaan dan kesesuaian

dengan data lapangan mengenai fungsi mursyid tarekat dalam realitas

masyarakat. Sehingga penekanan akan pentingnya optimalisasi fungsi mursyid

dalam tarekat benar-benar dapat terealisasikan secara baik dan benar.

Sedangkan peran mursyid dalam sosial masyarakat di Kecamatan

Wedung adalah dari hasil pengamatan dan interview menunjukkan bahwa

sosok seorang mursyid tarekat mempunyai peran penting dalam sosial-

masyarakat, baik secara individu maupun sebagai pemimpin sebuah tarekat.

yaitu; di antaranya menjadi seorang da‟i keagamaan yang menyerukan

kepada warga masyarakat mengenai amr ma„ru >f dan nahy munkar.

Seorang mursyid tarekat di kecamatan Wedung hampir melakukan

perannya sebagai da‟i keagamaan pada masing-masih wilayahnya. Ada yang

keliling di berbagai wilayah atau hanya melakukan pengajian kitab-kitab salaf

di pondok pesantrennya dikarenakan sebagiannya ada yang menjadi pengasuh

pondok pesantren.

Selain itu, ada sebagian mursyid tarekat yang aktif dalam berbagai

ormas dan pengabdian sosial-masyarakat dengan mengisi pengajian-pengajian

diberbagai masjid daerah setempat.

Sedangkan peran mursyid tarekat di kecamatan Wedung dalam dunia

politik praktis cenderung tidak aktif, menutup diri dan hanya sekedar

berpartisipasi dalam memeriahkan proses demokratisasi perpolitikan di

Indonesia.