BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

26
17 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi Geomorfologi mempelajari bentuk lahan dari permukaan bumi serta proses-proses yang berlangsung terhadap permukaan bumi sejak terbentukya bumi hingga saat ini baik secara endogen (tektonik dan vulkanisme) maupun eksogen (pelapukan dan erosi). Ditinjau dari aspek geomorfiknya, daerah Tanjung Bintang dan Sekitarnya, Kecamatan Sukabumi - Tanjung Bintang, Kota Bandar Lampung - Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung ditentukan dari beberapa aspek geomorfologi yang meliputi morfologi, morfometri, dan morfogenetik (Klasifikasi Van Zuidam, 1985). Aspek geomorfologi, menyangkut semua bagian dari bentuk bentang alam, elevasi, dan proses yang bekerja di atas maupun di bawah permukaan bumi. Dalam analisis geomorfologi dilakukan pengamatan melalui interpretasi citra satelit dengan menggunakan Data Elevation Model-Nasional (DEMNAS), Hillshade, dan Peta Topografi. Sehingga analisis yang dilakukan adalah pengamatan melalui kenampakan relief dan tinggi rendahnya elevasi berdasarkan morfologi area pengamatan geomorfologi. III.1.1. Morfografi Morfografi menggambarkan bentuk permukaan bumi yang menjelaskan bentuk dari bentang alam suatu bentuk lahan dataran, bentuk lahan perbukitan/pegunungan, bentuk lahan gunungapi (vulkanik), lembah, bentuk lereng, pola punggungan, dan pola aliran sungai. Pada daerah penelitian terbagi empat kelompok yang dibedakan berdasarkan hubungan ketinggian absolut dengan morfografi menurut klasifikasi Van Zuidam (1985) yang ditunjukkan pada Tabel III.1. Analisis morfografi menggunakan Data Elevation Model-Nasional (DEMNAS) pada elevasi ketinggian dari topografi kontur skala 1:12.500 dengan interval kontur 12,5 meter. Berdasarkan analisis beserta pengolahan data morfografi secara kualitatif, daerah penelitian memiliki unsur morfografi berupa Dataran, Dataran Rendah, Perbukitan Bergelombang, dan Perbukitan. Pembagian unsur morfografi daerah penelitian, berdasarkan elevasi ketinggian kontur dengan daerah titik terendah sampai dengan titik tertinggi. Perbedaan elevasi ketinggian ini dipengaruhi oleh perbedaan litologi, erosi, tektonik, dan pengaruh denudasional.

Transcript of BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

Page 1: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

17

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III.1. Geomorfologi

Geomorfologi mempelajari bentuk lahan dari permukaan bumi serta proses-proses

yang berlangsung terhadap permukaan bumi sejak terbentukya bumi hingga saat ini

baik secara endogen (tektonik dan vulkanisme) maupun eksogen (pelapukan dan

erosi). Ditinjau dari aspek geomorfiknya, daerah Tanjung Bintang dan Sekitarnya,

Kecamatan Sukabumi - Tanjung Bintang, Kota Bandar Lampung - Kabupaten

Lampung Selatan, Provinsi Lampung ditentukan dari beberapa aspek geomorfologi

yang meliputi morfologi, morfometri, dan morfogenetik (Klasifikasi Van Zuidam,

1985). Aspek geomorfologi, menyangkut semua bagian dari bentuk bentang alam,

elevasi, dan proses yang bekerja di atas maupun di bawah permukaan bumi. Dalam

analisis geomorfologi dilakukan pengamatan melalui interpretasi citra satelit

dengan menggunakan Data Elevation Model-Nasional (DEMNAS), Hillshade, dan

Peta Topografi. Sehingga analisis yang dilakukan adalah pengamatan melalui

kenampakan relief dan tinggi rendahnya elevasi berdasarkan morfologi area

pengamatan geomorfologi.

III.1.1. Morfografi

Morfografi menggambarkan bentuk permukaan bumi yang menjelaskan bentuk dari

bentang alam suatu bentuk lahan dataran, bentuk lahan perbukitan/pegunungan,

bentuk lahan gunungapi (vulkanik), lembah, bentuk lereng, pola punggungan, dan

pola aliran sungai. Pada daerah penelitian terbagi empat kelompok yang dibedakan

berdasarkan hubungan ketinggian absolut dengan morfografi menurut klasifikasi

Van Zuidam (1985) yang ditunjukkan pada Tabel III.1.

Analisis morfografi menggunakan Data Elevation Model-Nasional (DEMNAS)

pada elevasi ketinggian dari topografi kontur skala 1:12.500 dengan interval kontur

12,5 meter. Berdasarkan analisis beserta pengolahan data morfografi secara

kualitatif, daerah penelitian memiliki unsur morfografi berupa Dataran, Dataran

Rendah, Perbukitan Bergelombang, dan Perbukitan. Pembagian unsur morfografi

daerah penelitian, berdasarkan elevasi ketinggian kontur dengan daerah titik

terendah sampai dengan titik tertinggi. Perbedaan elevasi ketinggian ini

dipengaruhi oleh perbedaan litologi, erosi, tektonik, dan pengaruh denudasional.

Page 2: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

18

Tabel III.1. Hubungan ketinggian absolut dan morfografi (klasifikasi Van Zuidam,

1985).

III.1.2. Morfometri

Morfometri menjelaskan informasi dari nilai aspek geomorfologi suatu daerah

seperti kemiringan lereng, titik ketinggian, panjang lereng, dan kekerasan relief.

Pengukuran penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan lereng dan

panjang lereng, sehingga tatanama satuan geomorfologi dapat lebih terperinci.

Daerah penelitian terbagi atas empat kelas lereng dari tujuh kelompok ukuran

kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1985).

Tabel III.2. Hubungan kelas relief - Kemiringan lereng dan perbedaan ketingian

(klasifikasi Van Zuidam, 1985).

Ketinggian Absolut Unsur Morfografi

< 50 meter Dataran atau sangat datar

50 meter - 100 meter Dataran rendah

100 meter - 200 meter Perbukitan bergelombang

200 meter - 500 meter Perbukitan

500 meter - 1.500 meter Perbukitan tinggi

1.500 - 3.000 meter Pegunungan

>3.000 meter Pegunungan Tinggi

Kemiringan Lereng (%) Beda Tinggi (m) Kelas Lereng

0 - 2 <5 Lereng Datar

3 - 7 5 - 50 Lereng sangat landai

8 - 13 25 - 75 Lereng landai

14 - 20 75 - 200 Lereng agak curam

21 - 55 200 - 500 Lereng curam

56 - 140 500 - 1.000 Lereng sangat curam

>140 >1.000 Lereng sangat curam sekali

Page 3: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

19

Daerah penelitian yang meliputi Desa Kaliasin, Desa Lingarjati, Desa Merbau

Mataram, Desa Kilat, Desa Giriharjo, Desa Tanjungbaru, dan Desa Tegalsari

didominasi oleh lereng landai. Sebagian kecil dari bagian barat daerah penelitian

yang merupakan kawasan dari pertambangan PT. Batu Makmur Dua termasuk ke

dalam kelas lereng yang meliputi lereng datar, lereng landai, lereng agak curam,

dan lereng curam yang dianalisis berdasarkan hubungan kelas relief, kemiringan

lereng, dan ketinggian (ditunjukkan pada Tabel III.2).

III.1.3. Morfogenetik

Morfogenetik menjelaskan suatu proses terbentuknya permukaan bumi seperti

bentuk lahan Dataran, bentuk lahan Perbukitan Agak Curam, dan bentuk lahan

Perbukitan Curam. Pengaruh utama terbentuknya permukaan bumi ini, dipengaruhi

oleh perkembangan proses eksogen dan endogen pada bumi. Proses eksogen yang

berkembang di daerah penelitian yaitu erosi dan pelapukan. Sedangkan faktor

pengontrol proses endogennya dikontrol oleh aktivitas tektonisme dan vulkanisme.

Terdapat tiga bentuk lahan yang termasuk di daerah penelitian, yaitu perbukitan,

lembahan, dan dataran.

III.1.4. Pola Aliran Sungai

Gambar III.1. Peta pola aliran sungai dengan pola dendritik.

Page 4: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

20

Pola aliran sungai di daerah Tanjung Bintang, termasuk kedalam pola dendritik

(klasifikasi Howard, 1967). Karakteristik pola aliran sungai daerah penelitian,

sebagian besar dikontrol oleh kelerengan yang memiliki banyak anak cabang yang

mengalir kemuara sungai. Aliran sungai ini mengikuti kemiringan lereng yang

biasanya memiliki lembah berbentuk U-V. Pola aliran sungai dendritik ini memiliki

jenis pola pengaliran membentuk percabangan menyebar membentuk seperti

ranting pohon dan bermuara hingga ke induk sungai. Persebaran pola aliran sungai

daerah penelitian berada pada sungai dan aliran sungai yang meliputi, Way

Galihlunik (mengalir dari baratdaya-timurlaut), Way Giriharjo (barat-timur), dan

Way Kilat (baratdaya-timurlaut) yang ditunjukkan pada Gambar III.1.

III.1.5. Satuan Geomorfologi

Daerah penelitian sebagian besar didominasi morfologi berupa Dataran, Perbukitan

Bergelombang, dan Perbukitan. Hal ini telah dibuktikan dari hasil pengamatan yang

telah dilakukan di lapangan dan analisis bentuk lahan melalui kenampakan citra

satelit dan pengambilan data di lapangan. Satuan geomorfologi daerah penelitian

terbagi atas empat satuan geomorfologi berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1985)

meliputi Dataran Banjir (F), Perbukitan Denudasional Landai (D), Perbukitan

Struktural Agak Curam (S2), dan Perbukitan Curam (S1).

III.1.5.1. Satuan Dataran Banjir (F)

Berdasarkan karakteristik di lapangan, pada elevasi 0-100 meter pada bagian

Timurlaut daerah penelitian terdapat morfologi berupa dataran yang di dominasi

oleh material aluvium berupa kerikil, kerakal, bongkah, dan fragmen batuan

lainnya. Daerah ini memiliki luas berkisar 15% dari kotak pemetaan geologi serta

pengamatan geomorfologi yang merupakan tempat terakumulasinya sedimen dan

kumpulan material dari batuan yang mengalami transportasi oleh fluida melalui

aliran sungai dan dikontrol oleh arus sungai. Dataran banjir ini terletak pada aliran

sungai Way Galihlunik, merupakan satuan yang memiliki elevasi terendah di

daerah penelitian. Satuan ini biasanya dikontrol oleh debit air yang mengalir dari

segala arah, sehingga apabila aliran air yang besar mengalirkan air pada satuan ini

maka daerah ini akan terisi air dan menjadi tempat terakumulasi batuan (dapat

dilihat pada Gambar III.2).

Page 5: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

21

Gambar III.2. Stasiun pengamatan satuan dataran banjir.

III.1.5.2. Satuan Perbukitan Denudasional Landai (D)

Gambar III.3. Stasiun pengamatan satuan perbukitan denudasional landai.

Page 6: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

22

Bagian timur daerah penelitian memiliki bentuk morfologi perbukitan landai hingga

dataran berupa endapan permukaan yang dipengaruh oleh proses eksogen berupa

erosi dan pelapukan. Daerah ini memiliki elevasi berkisar 100-125 meter dari

permukaan laut. Karakteristik bentuk lembah, relatif berbentuk U-V dengan

material penyusun batuan Perbukitan Denudasional Landai berupa Satuan Sekis,

Granit, Riolit, dan Tuf. Berdasarkan Klasifikasi Van Zuidam (1985), persentase

lereng daerah ini sekitar 8-13% yang tergolong kedalam kelas lereng landai. Satuan

Perbukitan Denudasional landai memiliki luas yang mendominasi di daerah

penelitian berkisar 65% dari kotak pemetaan geologi serta pengamatan

geomorfologi (dapat dilihat pada Gambar III.3).

III.1.5.3. Satuan Perbukitan Struktural Agak Curam (S2)

Gambar III.4. Stasiun pengamatan satuan perbukitan struktural agak curam.

Morfologi pada satuan Perbukitan Struktural Agak Curam memperlihatkan kondisi

permukaan bergelombang. Perbedaan dan sifat fisik dari batuan juga dapat

mempengaruhi morfologi bergelombang. Batuan yang memiliki kristalisasi lebih

tinggi (kaya akan silika) akan lebih resisitensi dibandingkan dengan batuan yang

Page 7: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

23

produk utamanya adalah kumpulan dari material batuan yang telah terbentuk

sebelumnya dan mengalami rekristalisasi kembali.

Proses eksogen yang mempengaruhi Satuan Perbukitan Struktural Agak Curam ini

adalah pelapukan dan erosional serta dikontrol oleh proses endogen, yaitu aktivitas

tektonik bawah permukaan. Lembah pada satuan ini memiliki lembah berbentuk V,

dengan jenis pola aliran sungai, yaitu dendritik. Satuan Perbukitan Struktural Agak

Curam memiliki luas berkisar 15 % dari keseluruhan daerah penelitian yang berada

di bagian barat (dapat dilihat pada Gambar III.4).

III.1.5.4. Satuan Perbukitan Struktural Curam (S2)

Gambar III.5. Satuan pengamatan satuan perbukitan struktural curam.

Satuan Perbukitan Struktural Curam merupakan satuan yang terletak dibarat kotak

penelitian, material penyusun batuan ini adalah Breksi Vulkanik. Satuan ini

tergolong kedalam kelas lereng curam dengan persentase berkisar 21% - 55%.

Berdasarkan pengamatan dari sisi depan perbukitan, area lokasi pertambangan PT.

Batu Makmur Dua sebagai acuan dari kondisi bentuk lahan dengan Azimuth

Page 8: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

24

N150°E, sedangkan dibagian sisi belakang kenampakan bentuk geomorfologi ini

berada di bukaan lahan warga dengan Azimuth N330°E.

Karakteristik morfologi satuan ini dapat dilihat dari bentuk lahan yang memiliki

bentuk perbukitan hingga lembahan yang memiliki bentuk lembah V dengan

elevasi 175 - 243,75 meter dari permukaan laut. Satuan ini dipengaruhi oleh proses

eksogen berupa erosi dan pelapukan serta pengontrol (ditunjukkan pada Gambar

III.5). Satuan Perbukitan Struktural Curam ini memiliki luas berkisar 5% dari

keseluruhan daerah penelitian yang berada di bagian barat (dapat dilihat pada

Gambar III.5).

III.1.6. Tahapan Geomorfik

Gambar III.6. Tahapan geomorfik daerah penelitian ditunjukkan dari lembah

berbentuk U-V dengan morfologi berupa dataran hingga perbukitan.

Daerah penelitian memiliki tahapan geomorfik yang dapat dianalisis melalui bentuk

lembah dan ciri morfologi di lapangan. Tahapan geomorfik daerah penelitian ini

berada pada tahap dewasa yang dibuktikan adanya kelerengan yang landai - datar,

sehingga membentuk lembah karakteristik huruf U-V dengan permukaan

bergelombang terdapat banyak material sedimen serta pelapukan batuan lainnya

yang ada disekitarnya (dapat dilihat pada Gambar III.6).

Page 9: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

25

Pengaruh tahapan geomorfik daerah penelitian ini berupa perbedaan litologi yang

signifikan pada masing-masing daerah, mengakibatkan bagian permukaan

bergelombang. Proses eksogen yang berpengaruh berupa erosi dan adanya

pelapukan secara lateral, ditunjukkan pada bagian utara-timur daerah penelitian

dengan morfologi berupa dataran - perbukitan dengan memiliki pola aliran sungai

dendritik, serta terdapat material lepas berupa aluvium yang tersusun dari kerakal,

kerikil, bongkah, material dan pelapukan dari batuan sekitarnya.

III.2. Stratigrafi Daerah Penelitian

III.2.1. Satuan Sekis

Gambar III.7. Stasiun pengamatan ST-009, merupakan satuan sekis yang

tersingkap di pinggir jalan raya bagian selatan daerah penelitian.

Satuan Sekis merupakan batuan tertua di daerah penelitian. Satuan ini tersebar pada

bagian selatan daerah penelitian dengan menempati luas 3% dari total luas secara

keseluruhan daerah penelitian. Satuan sekis terletak di pinggir akses jalan raya

tepatnya di Desa Tanjung Baru yang terdapat pada stasiun pengamatan ST-009

(dapat dilihat pada Gambar III.7). Satuan ini memiliki lebar singkapan kurang lebih

4,5 meter dengan beberapa bongkah yang tersusun diatas singkapan batuan. Hal ini

dikarenakan, kondisi singkapan berada dilereng perbukitan yang bergelombang,

dikontrol oleh struktur geologi dan aktivitas tektonisme di bawah permukaan serta

Page 10: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

26

dipengaruhi oleh proses eksogen berupa erosi yang mengakibatkan sebagian blok

menjadi patah dan menyisakan bongkah diatas singkapan batuan.

Gambar III.8. Foto pengamatan sayatan tipis satuan sekis dalam stasiun

pengamatan ST-009.

Satuan Sekis menyebar luas pada bagian Selatan luar daerah penelitian, hal itu dapat

divalidasi berdasarkan formasi batuan yang berumur Paleozoikum tersebar pada

bagian bawah daerah penelitian meliputi Pzg (s,m,k,ml) yang terdiri dari Komplek

Gunung Kasih, Batupualam Trimulyono, Kuarsit Sidodadi, Migmatite Jundeng dan

Sekis Way Galih. Berdasarkan dari deskripsi secara megaskopis, batuan sekis

memiliki warna hijau keabuan dengan kondisi segar yang memiliki struktur foliasi

dan juga terdapat struktur perulangan dari mineral pipih yang memiiki orientasi

mineral menerus disebut dengan schistose (Indikasi penamaan batuan sekis dalam

daerah penelitian). Satuan sekis daerah penelitian memiliki ukuran kristal sedang

hingga kasar yang terdiri dari perselingan bentuk dari kristal lepidoblastik.

Analisis sayatan tipis, satuan Sekis memiliki karakteristik dengan orientasi mineral

berbentuk pipih, berupa tekstur lepidoblastik, komposisi mineral yang terkandung

di dalam satuan batuan meliputi Hornblende (Hbl) yang merupakan mineral utama

dari Amfibol sebanyak 31%, Plagioklas (Pg) 38% Kuarsa (Qz) 16%, dan Alkali

Felspar (Fs) 15%. Penamaan satuan Sekis stasiun pengamatan ST-009 ditinjau dari

Page 11: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

27

kehadiran struktur schistose yang terdapat dalam tubuh batuan (bukan melalui

jumlah kompoisi mika yang hadir).

III.2.2. Satuan Granit

Gambar III.9. Stasiun pengamatan ST-003, merupakan satuan granit yang

tersingkap di Sungai Way Galihlunik bagian utara daerah penelitian.

Satuan Granit memiliki dominasi paling banyak di daerah penelitian dan tersebar

dengan luas 29% dari baratlaut hingga tenggara daerah penelitian. Pengambilan

sampel batuan dilakukan dengan cara pemilahan yang diambil satu sampel batuan

pada stasiun pengamatan ST-003, terletak pada sungai Way Giriharjo ditunjukkan

pada Gambar III.9. Berdasarkan pengamatan secara megaskopis, karakteristik

batuan ini memiliki warna abu-abu terang dan abu kehijauan. Hal ini dipengaruhi

oleh komposisi kimianya bersifat asam. Satuan granit memiliki tekstur fanerik

dengan butir kasar yang tersusun seluruhnya oleh kristal disebut dengan

holokristalin. Dalam korelasi litologi melalui regional menurut Mangga (1993)

dalam Peta Geologi Regional Lembar Tanjung Karang, satuan Granit diperkirakan

berumur Kapur Tengah yang termasuk kedalam Formasi Sulan Granodiorit dan

terbentuk setelah satuan Sekis.

Page 12: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

28

Gambar III.10. Foto pengamatan sayatan tipis satuan granit dalam stasiun

pengamatan ST-003.

Analisis sayatan tipis pada kode sampel ST-003, memiliki karakteristik umum

berupa tekstur fanerik yang diwakili oleh bentuk kristal euhedral dengan bentuk

butir granular yang terususun atas Fenokris Kuarsa, (Qz) 40 %, mineral Plagioklas

(Pg) sebanyak 25%, Alkali Felspar (Fs) 20% dan Biotit (Bt) 15 %. Berdasarkan dari

penamaan batuan plutonik menurut Streckeisen (1976), satuan ini memiliki

penamaan Granit.

III.2.3. Satuan Diorit

Satuan Diorit terletak di sungai Way Kilat dengan yang memiliki luas daerah 12%

dari keseluruhan satuan batuan yang berada di sisi tenggara daerah penelitian yang

terletak pada lantai sungai Way Kilat. Satuan Diorit memiliki warna abu-abu gelap

dengan tekstur umum fanerik dan derajat kristalisasi holokristalin. Diorit dihasilkan

dari pencairan sebagian batuan mafik di atas zona subduksi dengan jenis batuan

ekuivalen vulkanik ekstrusifnya adalah andesit (ditunjukkan pada gambar III.11).

Page 13: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

29

Gambar III.11. Stasiun pengamatan ST-002, merupakan satuan diorit yang

tersingkap di Sungai Way Kilat bagian tenggara daerah penelitian.

Gambar III.12. Foto pengamatan sayatan tipis satuan diorit dalam stasiun

pengamatan ST-002.

Satuan Diorit tersusun dari komposisi mineral yang meliputi massadasar Plagioklas

(Pg) dengan jumlah yang mendominasi sebanyak 80%, Kuarsa (Qz) 8%, Alkali

Felspar (Fs) 7% dan kehadiran mineral Biotit (Bt) sebanyak 5 %. Berdasarkan dari

Page 14: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

30

Klasifikasi Streckeisen (1976), satuan batuan ini dinamakan dari perbandingan

jumlah antara mineral utama berupa Plagioklas, Kuarsa, dan Alkali Felspar dengan

penamaan batuannya adalah diorit.

III.2.4. Satuan Riolit

Gambar III.13. Stasiun pengamatan ST-022, merupakan satuan riolit yang

tersingkap di aliran sungai kotak bagian tengah daerah penelitian.

Satuan Riolit tersebar 16% di bagian tengah kotak penelitian, yang memiliki lebar

singkapan kurang lebih 3 meter pada lantai anak sungai Way Galihlunik di stasiun

ST-022. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara megaskopis, satuan

batuan ini memiliki warna kuning kecoklatan dengan dengan tekstur afanitik dan

derajat kristalisasi hipokristalin, yang memiliki ukuran butir relatif sama

(equigranular). Satuan Riolit terbentuk setelah satuan Granit terbentuk dengan

komposisi magma yang asam dan wana batuan relatif lebih terang, tersusun atas

kelimpahan mineral silika di dalamnya.

Dari pengamatan sayatan tipis, batuan ini tersusun atas massadasar kristal gelas

yang disebut dengan mikrokristalin dan tersusun atas komposisi mineral berupa

Fenokris Kuarsa (Qz) sebanyak 20%, Alkali Felspar (Fs) sebanyak 27%, Plagioklas

Page 15: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

31

(Pg) sebanyak 38% dan berupa Gelas Vulkanik (Gls) 15%, sehingga memberikan

penamaan batuan berupa Riolit (Streckeisen , 1976).

Gambar III.14. Foto pengamatan sayatan tipis satuan riolit dalam stasiun

pengamatan ST-022.

III.2.5. Satuan Tuf

Stasiun ST-022 merupakan Satuan Batuan Vulkanik berupa Tuf yang memiliki

warna coklat menyerupai tanah, tersebar di Selatan-Barat sebanyak 17% dari

keseluruhan batuan di daerah penelitian. Karakteristik batuan di lapangan memiliki

lebar singkapan kurang lebih 7 meter yang berukuran butir lapilli (2 mm - 64 mm),

dengan bentuk butir membundar tanggung, porositas baik, kemas batuan terbuka,

tersusun atas massadasar gelas vulkanik dan kuarsa, dengan kehadiran fragmen

batuan yang mendominasi berupa kristal. Kehadiran satuan Tuf ini menjelaskan

bukti adanya zaman Tersier pada daerah penelitian yang didominasi oleh Batuan

Vulkanik, sekaligus menjelaskan bahwa pada zaman ini didominasi oleh produk

hasil gunungapi yang terjadi secara eksplosif dengan tipe endapan jatuhan (dapat

dilihat pada Gambar III.15).

Batuan yang terbentuk akibat dari hasil aktivitas vulkanik gunungapi melalui erupsi

secara eksplosif, memiliki komposisi mineral penyusun batuan berupa material

Gelas Vulkanik (Gl) 35%, Fragmen litik (Lit) sebanyak 10% dan Kristal sebanyak

Page 16: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

32

55%. Berdasarkan penamaan berdasarkan Klasifikasi Pettijhon (1975) dinamakan

dengan Satuan Batuan Tuf Kristal.

Gambar III.15. Stasiun pengamatan ST-013, merupakan satuan tuf yang

tersingkap pada bukaan lahan perumahan di daerah penelitian.

Gambar III.16. Foto pengamatan sayatan tipis satuan batuan tuf dalam stasiun

pengamatan ST-013.

Page 17: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

33

III.2.6. Satuan Breksi Vulkanik

Satuan Breksi Vulkanik tersebar di baratlaut daerah penelitian tepatnya di area

pertambangan PT. Batu Makmur Dua dan Sekitarnya. Singkapan Satuan Breksi

tersebar sebanyak 10% dari keseluruhan daerah penelitian. Stasiun ini terdiri dari

material penyusun berupa Breksi Vulkanik yang terdiri atas matriks Tuf, dengan

fragmen Batuan Andesit (dapat dilihat pada Gambar III.17).

Breksi Vulkanik memiliki kenampakan warna abu-abu gelap, pemilahan buruk,

dengan bentuk butir menyudut tanggung hingga menyudut, kemas terbuka,

berukuran fragmen lapilli hingga blok (2 mm hingga >64 mm). Tuf sebagai matriks

yang berukuran debu hingga lapilli dengan warna abu kehijauan, bertekstur afanitik

memiliki warna abu-abu gelap, dengan derajat kristalisasi hipokristalin.

Berdasarkan pengamatan sayatan tipis (Gambar III.18) komposisi mineral pada

batuan yang tersusun dari litologi Breksi Vulkanik berupa fenokris mineral

Plagioklas dan mineral Opak (Op) sebanyak 20%, berukuran >64 mm, dengan

matriks Tuf Lapili sebanyak 45% dan Gelas Vulkanik (Gls) sebanyak 35%

(Menurut Klasifikasi Fisher, 1966).

Gambar III.17. Stasiun pengamatan ST-067, merupakan satuan breksi vulkanik

yang tersingkap di area bukit pertambangan di daerah penelitian.

Page 18: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

34

Gambar III.18. Foto pengamatan sayatan tipis satuan breksi vulkanik dalam

stasiun pengamatan ST-067.

III.2.7. Endapan Aluvium

Gambar III.19. Endapan aluvium berada pada hilir sungai daerah penelitian yang

meliputi pada stasiun pengamatan ST-028, ST029, ST-030, dan ST-055.

Page 19: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

35

Penyebaran aluvium berada di hilir sungai bagian utara hingga timur daerah

penelitian yang meliputi sungai Way Galihlunik terletak pada Desa Kaliasin dan

Desa Giriharjo. Endapan aluvium meliputi kurang lebih 13% dari daerah pemetaan

geologi. Endapan ini berada pada elevasi 0 meter - 100 meter di atas permukaan

laut yang terdiri dari material - material lepas berupa kerikil, kerakal, bongkah,

fragmen batuan beku, fragmen kasar, dan material sedimen.

Bagian hilir sungai memiliki karakteristik sungai bervolume kecil berupa aliran

sungai dengan pola dendritik dan morfologi berupa dataran. Bagian hulu sungai

mencerminkan ciri-ciri dengan pola berkelok yang memiliki dimensi besar dan

merupakan faktor penciri dari umur sungai pada stadia dewasa (dapat dilihat pada

Gambar III.19).

III.3. Intrusi Batuan

III.3.1. Intrusi batuan pada stasiun pengamatan ST-040

Gambar III.20. Intrusi batuan beku afanitik yang menerobos batuan beku fanerik

dalam stasiun pengamatan ST-040.

Pada stasiun ST-040 terletak di Selatan pemetaan geologi terdapat intrusi dengan

lebar sebesar kurang lebih 30 cm dengan arah baratdaya-timurlaut. Pada lapangan

Page 20: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

36

terlihat batuan beku afanitik dengan komposisi asam berupa Riolit menerobos

batuan beku fanerik, yaitu satuan Granit. Intrusi batuan ini dapat menjadi bukti

umur Kapur Tengah dan juga menjadi hubungan satuan Granit dan Riolit yang

terbentuk secara tidak bersamaan.

Satuan Granit terbentuk lebih dahulu dibandingkan dengan satuan Riolit, melalui

bidang rekahan permukaan yang memiliki komposisi mineral yang relatif kasar

dibandingkan Riolit. Satuan Riolit diperkirakan terbentuk dari intrusi secara

dangkal akibat pergerakan magma yang membeku di dekat permukaan, kemudian

tersingkap di dalam dinding kawah atau kaldera gunungapi yang selanjutnya

mengalami proses erosional, ditunjukkan pada Gambar III.20.

III.3.2. Intrusi batuan Stasiun Pengamatan ST-008

Gambar III.21. Intrusi batuan beku fanerik yang menerobos batuan metamorf

dalam stasiun pengamatan ST-008.

Pada stasiun pengamatan ST-008 ditemukan adanya intrusi batuan beku fanerik

berupa satuan Granit yang menerobos satuan Sekis. Penerobosan satuan granit ini

merupakan bukti awal dari peralihan umur yang ada pada kotak pemetaan geologi.

Terobosan oleh satuan Granit ini menyisakan satuan Sekis kurang lebih hanya 3%

dari luas daerah pemetaan. Satuan Granit daerah penelitian diperkirakan terbentuk

Page 21: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

37

akibat proses yang terjadi dari intrusi magma yang menerobos dari dalam perut

bumi menuju atas permukaan melalui bidang lemah. Proses tersebut diawali dari

pergerakan magma dalam dapur magma yang terangkat keatas akibat adanya

tekanan dari bawah. Komposisi magma satuan Granit bersifat asam dengan massa

jenis lebih ringan dibandingkan batuan lainnya.

III.4. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Gambar III.22. Peta kelurusan punggungan dan lembahan

Identifikasi struktur geologi daerah penelitian diawali dengan analisis pola

kelurusan menggunakan citra satelit (Data DEM) sehingga akan menghasilkan pola

tegasan dari kelurusan punggungan dan lembahan yang dapat memberikan

gambaran keadaan struktur yang ditemukan di lapangan ditunjukkan pada gambar

III.22.

Pada daerah penelitian ditemukan adanya struktur sekunder berupa Sesar dan Kekar

Gerus. Analisis secara dinamik dilakukan untuk dapat mendefinisikan serta

menentukan arah pergerakan struktur geologi yang berkembang di daerah

penelitian mencakupi sebagai berikut.

Page 22: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

38

III.4.1. Sesar Normal pada Stasiun Pengamatan ST-067

Gambar III.23. Keterdapatan slickenside dan ofset sesar.

Pada stasiun pengamatan ST-067, terdapat gores garis yang termasuk kedalam jenis

chatter marks (sistem penanggaan). Kenampakan ini terlihat dari sisi kiri area bukit

pertambangan PT. Batu Makmur Dua yang memiliki besaran arah penunjaman

(trend) sebesar N200°E dengan sudut penunjaman 55° dan berasan sudut strike

terhadap struktur garis berupa pitch sebesar 68°S. Berdasarkan analisis secara

dinamik, diperoleh arah tegasan berarah baratlaut-tenggara dari pengukuran yang

dilakukan pada bidang sesar dengan kedudukan strike/dip sebesar N145°E/55°.

Berdasarkan Klasifikasi Rickard (1972), indikasi sesar lokal yang ditemukan

termasuk kedalam Right Normal Slip Fault dengan arah baratlaut-tenggara.

Pergerakan sesar ini dihubungkan melalui Peta Geologi Regional Lembar Tanjung

Karang (Mangga, 1993) yang memiliki arah pergerakan relatif Sesar Normal dan

termasuk kedalam fase ekstensional yang diperkirakan terbentuk dengan umur

Tersier-Kuarter (ditunjukkan pada Gambar III.24).

Page 23: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

39

Nama Sesar : Right Normal Slip Fault (Klasifikasi Rickard, 1972)

Gambar III.24. Analisis dinamik sesar pada stasiun pengamatan ST-067.

III.4.2. Struktur Sekunder Kekar Gerus

III.4.2.1. Kekar Gerus pada Stasiun Pengamatan ST-018

Gambar III.25. Kekar gerus pada stasiun pengamatan ST-018.

Pada stasiun Pengamatan ST-018 merupakan jenis Kekar Gerus yang memiliki

bidang saling berpasangan. Kekar ini diperkirakan terbentuk akibat hilangnya

beban batuan yang patah akibat arus sungai atau dipengaruhi oleh proses erosi dan

tektonisme. Salah satu pengaruh hilangnya beban pada batuan diakibatkan dari

pembekuan batuan yang belum sempurna membeku dan adanya pengaruh erosi

Bidang Sesar N145°E/55°

Plunge, Trend 50°, N200°E

Pitch 68°S

Page 24: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

40

secara tiba-tiba, sehingga mengalami percepatan yang mengakibatkan adanya

pergerusan pada tubuh batuan (dapat dilihat pada Gambar III.25).

Data Kekar

Strike Dip

230 56

155 44

153 60

205 60

145 62

175 54

225 58

232 65

153 65

148 56

140 73

120 78

292 73

140 73

275 70

Gambar III.26. Pengolahan data kekar berdasarkan analisis dinamik pada stasiun

pengamatan ST-018.

Analisis yang telah dilakukan melalui software dips untuk menganalisis arah

tegasan utama yang akan menghasilkan pola stress berupa vertical stress, horizontal

maximum stress, dan horizontal minimum stress dari masing-masing sigma (σ).

Berdasarkan pengolahan data tersebut, model stress yang diperoleh menyerupai

pola sesar mendatar dengan nilai σ1 Plunge, Trend (0°, N188°E), σ2 (54°, N280°E)

dan σ3 (35° N99°E), sehingga dihasilkan arah tegasan struktur berarah Baratdaya-

Timurlaut (ditunjukkan pada Gambar III.26).

III.4.2.2. Bidang Kekar Titik Pengamatan ST-048

Pada stasiun pengamatan ST-048 merupakan kekar gerus yang memiliki

karakteristik sama pada kekar stasiun pengamatan ST-018. Struktur Kekar ST-048

diperkirakan terbentuk akibat hilangnya beban batuan yang patah akibat arus sungai

atau dipengaruhi oleh proses erosi dan tektonisme. Salah satu pengaruh hilangnya

beban pada batuan diakibatkan dari pembekuan batuan yang belum sempurna

membeku dan adanya pengaruh erosi secara tiba-tiba, sehingga mengalami

Model Stress (σ) :

σ1 = Shmax

σ2 = Sv σ3 = Shmin

Page 25: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

41

percepatan yang mengakibatkan adanya pergerusan pada tubuh batuan. Struktur

kekar ini terletak di lantai sungai Way Giriharjo di Barat daerah penelitian yang

ditunjukkan pada Gambar III.27. Keberadaan struktur kekar ini terletak di bagian

barat daerah penelitian.

Gambar III.27. Kekar gerus pada stasiun pengamatan ST-048.

Pada stasiun pengamatan ST-048 merupakan kekar gerus yang memiliki

karakteristik sama pada kekar stasiun pengamatan ST-018. Struktur Kekar ST-048

diperkirakan terbentuk akibat hilangnya beban batuan yang patah akibat arus sungai

atau dipengaruhi oleh proses erosi dan tektonisme. Salah satu pengaruh hilangnya

beban pada batuan diakibatkan dari pembekuan batuan yang belum sempurna

membeku dan adanya pengaruh erosi secara tiba-tiba, sehingga mengalami

percepatan yang mengakibatkan adanya pergerusan pada tubuh batuan. Struktur

kekar ini terletak di lantai sungai Way Giriharjo di Barat daerah penelitian yang

ditunjukkan pada Gambar III.27. Keberadaan struktur kekar ini terletak di bagian

barat daerah penelitian.

Ditinjau dari pengolahan data melalui analisis dinamik yang dilakukan, model

stress yang diperoleh dari data kekar ini menyerupai pola sesar mendatar dengan

nilai σ1 sebesar Plunge,Trend (02°, N194°E), σ2 Plunge,Trend (73°,N292°E) dan

σ3 Plunge,Trend (16°N103°), sehingga dihasilkan arah tegasan struktur berarah

Baratdaya-Timurlaut, ditunjukkan pada Gambar III.28.

Page 26: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi ...

42

Data Kekar

Strike Dip

165 76

90 74

100 66

224 73

175 80

15 60

240 81

38 85

130 60

332 70

70 70

138 74

78 55

165 76

169 76

340 87

145 80

160 73

60 80

220 75

Gambar III.28. Pengolahan data kekar berdasarkan analisis dinamik pada stasiun

pengamatan ST-048.

Model Stress (σ) :

σ1 = Shmax

σ2 = Sv σ3 = Shmin