BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit...

20
III-1 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan peta geomorfologi Dam (1994), daerah penelitian berada pada satuan pusat vulkanik (volcanic centre/volcanic cone) dan satuan vulkanik ekstrusif (volcanic extrusives). Satuan pusat vulkanik memiliki bentang alam berbentuk kerucut yang dapat dibedakan dari bentukan di sekitarnya. Satuan ini memiliki pola lereng yang radial. Pada daerah penelitian, satuan pusat vulkanik meliputi Gunung Palasari, Gunung Manglayang dan Gunung Bukit Tunggul. Satuan vulkanik ekstrusif merupakan bentang alam vulkanik yang berada di sekeliling kerucut gunungapi. Satuan ini terbentuk sebagai proses vulkanik yang bersifat eksogen dan tersusun dari berbagai variasi material vulkanik (breksi, konglomerat, pumice dan debu). Berdasarkan kondisi topografi, satuan vulkanik ekstrusif pada daerah penelitian kemungkinan berasal dari material Gunung Bukit Tunggul, Gunung Palasari, dan dibatasi secara tegas oleh Sesar Lembang yang berarah barat – timur (Gambar III.1). Gambar III.1 : Peta geomorfologi dataran Bandung (Dam, 1994)

Transcript of BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit...

Page 1: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-1

BAB III

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III.1 Geomorfologi Daerah Penelitian

Berdasarkan peta geomorfologi Dam (1994), daerah penelitian berada pada satuan pusat

vulkanik (volcanic centre/volcanic cone) dan satuan vulkanik ekstrusif (volcanic extrusives).

Satuan pusat vulkanik memiliki bentang alam berbentuk kerucut yang dapat dibedakan dari

bentukan di sekitarnya. Satuan ini memiliki pola lereng yang radial. Pada daerah penelitian,

satuan pusat vulkanik meliputi Gunung Palasari, Gunung Manglayang dan Gunung Bukit

Tunggul. Satuan vulkanik ekstrusif merupakan bentang alam vulkanik yang berada di sekeliling

kerucut gunungapi. Satuan ini terbentuk sebagai proses vulkanik yang bersifat eksogen dan

tersusun dari berbagai variasi material vulkanik (breksi, konglomerat, pumice dan debu).

Berdasarkan kondisi topografi, satuan vulkanik ekstrusif pada daerah penelitian kemungkinan

berasal dari material Gunung Bukit Tunggul, Gunung Palasari, dan dibatasi secara tegas oleh

Sesar Lembang yang berarah barat – timur (Gambar III.1).

Gambar III.1 : Peta geomorfologi dataran Bandung (Dam, 1994)

Page 2: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-2

Daerah penelitian terletak diantara beberapa kerucut gunungapi, yaitu: Gunung Bukit

Tunggul dan Gunung Pangparang disebelah utara, serta Gunung Manglayang disebelah tenggara.

Gunung Palasari berada di bagian tengah daerah penelitian (Gambar III.2).

Secara umum daerah penelitian terdiri dari perbukitan terjal (75 %) dan lembah (25%).

Pembagian satuan geomorfologi didasarkan pada pola kerapatan kontur, kemiringan lereng dan

bentuk morfologi di lapangan. Berdasarkan klasifikasi van Zuidam (1983), daerah penelitian

dibagi menjadi tiga satuan geomorfologi, yaitu Satuan Lereng Gunungapi Bagian Bawah

Gunung Bukit Tunggul dan Gunung Pangparang (V7), Satuan Lereng Gunungapi Bagian Bawah

Gunung Manglayang (V6), dan Satuan Kerucut Bagian Atas dan Tengah Gunung Palasari (V4)

(Lampiran I).

Keterangan : PL : Gunung Palasari, BT : Gunung Bukit Tunggul, ML: Gunung Manglayang, PP : Gunung Pangparang Daerah Penelitian

Gambar III.2 : Lokasi daerah penelitian

Page 3: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-3

III.1.1 Satuan Lereng Gunungapi Bagian Bawah Gunung Bukit Tunggul dan Gunung

Pangparang (V7)

Satuan ini berada di bagian utara daerah penelitian, menempati sekitar 35% luas daerah

penelitian. Satuan ini merupakan bagian bawah (foot slopes) dari Gunung Bukit Tunggul (2206

m) dan Gunung Pangparang (1957 m) yang berada disebelah utara (Foto III.1). Satuan ini

memiliki pola kerapatan kontur yang sedang – rapat. Pola kerapatan kontur sedang berada di

bagian barat, sedangkan pola kontur rapat berada di bagian timur (Lampiran I). Berdasarkan

kenampakan morfologi di lapangan, pola kerapatan kontur sedang merupakan perbukitan dengan

kemiringan lereng sedikit miring dan lembah menyerupai bentuk huruf ”U” (Foto III.2).

Sedangkan pola kerapatan kontur rapat merupakan perbukitan dengan kemiringan lereng miring

– sedikit curam (Foto III.3). Klasifikasi kemiringan lereng oleh van Zuidam (1983) menyebutkan

kemiringan lereng sedikit miring adalah 20 – 40 (2% - 7%), kemiringan lereng miring adalah 40 –

80 (7% - 15%), dan kemiringan lereng sedikit curam adalah 80 – 160 (15% - 30 %).

Foto III.2 : Lembah sungai

menyerupai bentuk huruf ”U”

Foto III.3 : Perbukitan di satuan V7 dengan kemiringan lereng miring – sedikit curam (7% - 30%).

Foto III.1 : Lokasi daerah penelitian (latar depan) berada pada kaki gunungapi Bukit Tunggul dan Gunung Pangparang (latar belakang).

(Foto diambil dari sebelah selatan Gunung Bukit Tunggul).

Page 4: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-4

III.1.2 Satuan Lereng Gunungapi Bagian Bawah Gunung Manglayang (V6).

Satuan ini berada di bagian tenggara daerah penelitian, menempati sekitar 15% luas

daerah penelitian. Satuan ini merupakan bagian bawah (foot slopes) dari Gunung Manglayang

(Foto III.4). Satuan ini memiliki pola kerapatan kontur yang sedang – rapat. Berdasarkan

kenampakan morfologi di lapangan dan klasifikasi kemiringan lereng oleh van Zuidam (1983),

satuan ini merupakan perbukitan dengan kemiringan lereng miring.

III.1.3 Satuan Kerucut Gunungapi Bagian Atas dan Tengah Gunung Palasari (V4).

Satuan ini berada di bagian selatan daerah penelitian, menempati sekitar 50% luas daerah

penelitian. Satuan ini merupakan bagian atas dan tengah Gunung Palasari (1859 m) (Foto III.5).

Satuan ini memiliki pola kerapatan kontur yang rapat. Berdasarkan kenampakan morfologi di

lapangan, satuan ini merupakan perbukitan dengan kemiringan curam – sangat curam (30% -

140%), dengan lembah sungai yang menyerupai bentuk huruf ”V” (Foto III.6). Kemiringan

lereng curam adalah 160 – 350 (30% - 70%) dan kemiringan lereng sangat curam adalah 350 –

550 (70% - 140%) (van Zuidam, 1983). Pada satuan ini terdapat gawir sesar (fault scarp), tebing

Foto III.4 : Lokasi daerah penelitian (latar depan) berada pada kaki

Gunung Manglayang.

(Foto diambil dari sebelah barat laut Gunung Manglayang).

Page 5: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-5

terjal yang terbentuk akibat pergerakan sesar dan merupakan bagian dari sesar yang tersingkap di

permukaan sebelum terubah akibat erosi dan pelapukan (Bates dan Jackson, 1987). Gawir sesar

daerah penelitian berarah barat – timur, dimana topografi bagian selatan relatif lebih tinggi

daripada bagian utara.

III.1.4 Pola Aliran Sungai

Berdasarkan klasifikasi pola aliran sungai (Howard, 1967 dalam van Zuidam, 1983), pola

aliran sungai di daerah penelitian adalah dendritik dan paralel (Gambar III.3). Pola aliran tipe

dendritik berbentuk menyerupai cabang pohon, dengan ketahanan batuan relatif seragam. Tipe

dendritik berkembang pada lereng dengan kemiringan sedikit miring (van Zuidam, 1983). Pada

daerah penelitian, pola ini berkembang pada Ci Sarua yang mengalir kearah barat dan sungai –

sungai di daerah Palintang yang mengalir kearah selatan. Arah aliran Ci Sarua relatif sejajar

dengan arah gawir sesar, ada kemungkinan pola aliran Ci Sarua dipengaruhi aktifitas gawir

tersebut. Pola paralel berada di bagian tengah dan selatan daerah penelitian. Pada umumnya, pola

paralel berkembang pada lereng dengan kemiringan sedikit curam hingga curam (van Zuidam,

1983). Pada daerah penelitian, pola ini berkembang pada sungai – sungai di sebelah selatan Sesar

Lembang.

G.Palasari

Foto III.6 : Lembah sungai menyerupai bentuk huruf ”V”

Foto III.5 : Lokasi daerah penelitian pada Bagian Atas

dan Tengah Gunung Palasari (Foto dari arah selatan).

Page 6: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-6

Berdasarkan genesa, lembah sungai di daerah penelitian adalah konsekuan, subsekuen,

obsekuen, dan resekuen. Konsekuen adalah lembah sungai yang mengalir mengikuti kemiringan

lereng awal (initial slope). Subsekuen adalah lembah sungai yang berkembang pada batuan yang

mudah tererosi. Bentuk lembah subsekuen dipengaruhi struktur yang ada. Obsekuen adalah

lembah yang arah aliran air berlawanan dengan konsekuen. Resekuen adalah lembah yang arah

aliran air searah dengan konsekuen, tetapi resekuen terbentuk pada level topografi yang lebih

rendah (Davis, 1902 dalam Thornbury, 1989).

III.2 Stratigrafi Daerah Penelitian

Daerah penelitian didominasi oleh hasil endapan vulkanik Kuarter yang berasal dari

kompleks gunungapi disekitarnya. Material hasil endapan vulkanik tersebut berupa Satuan

Breksi Piroklastik, Satuan Lava Andesit I, Satuan Tuf, dan Satuan Lava Andesit II (Lampiran II).

Keterangan : a : Pola aliran sungai dan genesa di daerah penelitian b : Pola aliran sungai (Howard, 1967 dalam Zuidam, 1983) c : Genesa sungai

Gambar III.3 : Pola dan genesa sungai pada satuan daerah penelitian.

c

b a

c

Page 7: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-7

Dalam penelitian ini, penulis membagi satuan berdasarkan pengamatan secara megaskopis dan

penamaan yang mengacu pada klasifikasi Schmidt (1981) (Tabel III.1). Penentuan satuan batuan

mengacu pada konsep litostratigrafi. Pada satuan litostratigrafi penentuan satuan didasarkan pada

ciri-ciri batuan yang dapat diamati di lapangan (Sandi Stratigrafi Indonesia (SSI), 1973).

Tabel III.1: Klasifikasi batuan piroklastik (Schmidt, 1981).

Lokasi daerah penelitian terletak di komplek gunungapi, oleh karena itu dalam analisis

mekanisme pengendapan batuan, penulis mengacu pada model Fuego. Model Fuego adalah

model fasies gunungapi strato darat di Guatemala, Pembagian fasies gunung api tersebut

dikembangkan oleh Vessel dan Davies (1981) dalam Cas dan Wright (1987) (Gambar III.4).

Model ini terdiri dari empat fasies, yaitu : Fasies Vulkanik Inti (Volcanic Core Facies), Fasies

Vulkanoklastik Proksimal (Proximal Volcaniclastic Facies), Fasies Vulkanoklastik Medial

(Medial Volcaniclastic Facies), dan Fasies Vulkanoklastik Distal (Distal Volcaniclastic Facies).

1. Fasies vulkanik inti (Volcanic Core Facies) terdiri dari lava, endapan piroklastik

jatuhan, dan breksi koluvium.

2. Fasies vulkanoklastik proksimal (Proximal Volcanoclastic Facies) terdiri dari breksi

vulkanik (blok dan endapan aliran debu, breksi koluvium) dan endapan piroklastik

jatuhan.

3. Fasies vulkanoklastik medial (Medial Volcanoclastic Facies) terdiri dari endapan

debris-flow (lahar) dan konglomerat fluvial serta endapan piroklastik jatuhan.

4. Fasies vulkanoklastik distal (Distal Volcanoclastic Facies) didominasi oleh pasir

fluvial, breksi dan konglomerat.

Ukuran Butir (mm) Piroklast

Endapan piroklastik

Non Konsolidasi : tefra Konsolidasi : Batuan piroklastik

>64 Blok, Bom

Aglomerat, lapisan blok/ bom atau Blok/bom tefra Aglomerat, Breksi Piroklastik

2 - 64 Lapili Tefra Lapili Batuan Lapili

⅟16 - 2 Butiran debu kasar Debu kasar Tuf kasar

< ⅟16 butiran debu halus Debu halus Tuf halus

Page 8: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-8

III.2.1 Satuan Breksi Piroklastik

III.2.1.1 Penyebaran

Satuan Breksi Piroklastik memiliki penyebaran di permukaan sekitar 55% dari luas

daerah penelitian, tersebar di bagian barat dan timur, ditandai warna coklat pada peta geologi

(Lampiran II). Satuan ini tersingkap di sungai, lembah dan punggungan. Pola penyebaran pada

bagian barat mengikuti punggungan dan lembah dari Gunung Palasari. Sedangkan pola

penyebaran pada bagian timur mengikuti punggungan dan lembah dari Gunung Pangparang.

Kenampakan di lapangan memperlihatkan sebagian besar singkapan sudah mengalami

pelapukan, meskipun pada beberapa lokasi masih terlihat segar.

III.2.1.2 Ciri Litologi

Berdasarkan pengamatan di lapangan (Lampiran III), satuan ini terdiri dari breksi

piroklastik, konglomerat dan tuf. Secara megaskopis, breksi piroklastik memiliki ciri-ciri, coklat

terang (kondisi lapuk) sampai abu-abu hitam (kondisi segar), kerikil – bongkah, menyudut –

Gambar III.4 : Fasies gunungapi Stratovolcano daerah Fuego, Guatemala (Vassel dan Davis, 1981 dalam Cas dan Wright, 1987).

Page 9: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-9

menyudut tanggung, terpilah buruk, kemas terbuka, lunak (kondisi lapuk) dan kompak (kondisi

segar), andesit, dan masa dasar tufa. Fragmen andesit (monomik), kerikil – bongkah, abu – abu,

fanerik, subhedral – anhedral, mineral : plagioklas, biotit, hornblende. Pada beberapa lokasi,

diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan

mikroskopis, lihat Lampiran V-1).

Konglomerat, coklat terang (kondisi lapuk) sampai abu – abu kehitaman (segar), kerikil –

bongkah, membulat – membulat tanggung, terpilah buruk, kemas terbuka, kompak, fragmen

andesit, dan masa dasar tufa. Fragmen andesit (monomik), abu – abu, fanerik, subhedral –

anhedral, mineral : plagioklas, biotit, hornblende. Pengamatan batuan ini dapat dilakukan pada

lokasi singkapan LG 22. (Foto III.7).

Tuf, coklat muda, butir halus – kasar, membulat – membulat tanggung, terpilah sedang –

baik, kemas terbuka, mudah diremas. Pengamatan batuan ini dapat dilakukan pada lokasi

singkapan Pa86. (Foto III.8).

III.2.1.3 Mekanisme Pengendapan

Endapan piroklastik jatuhan terbentuk setelah material vulkanik keluar secara eksplosif

dari lubang kepundan. Fragmen-fragmen berukuran besar keluar secara eksplosif, sedangkan

endapan berukuran lebih halus berpindah melalui mekanisme aliran piroklastik membentuk ash-

cloud derived fall deposits (Cas dan Wright, 1987). Hasil pengamatan di lapangan, dijumpai

fragmen andesit berukuran besar (>2m) yang bercampur dengan material yang halus (tuf).

Berdasarkan hal tersebut, Satuan Breksi Piroklastik ini diendapkan melalui mekanisme

piroklastik jatuhan (pyroclastic fall).

Foto III.7 : Singkapan konglomerat (LG22) Foto III.8 : Singkapan tuf (Pa86).

Page 10: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-10

Secara morfologi, Satuan Breksi Piroklastik bagian barat terletak pada puncak dan tubuh

Gunung Palasari, sedangkan bagian timur terletak pada tubuh Gunung Pangparang dimana kedua

bagian tersebut berasosiasi dengan breksi dan tuf. Mengacu pada model Fuego, Satuan Breksi

Piroklastik bagian barat terletak pada fasies vulkanik inti dan fasies vulkanoklastik proksimal

dari Gunung Palasari, dan pada fasies ini juga dijumpai Lava Andesit I. Sedangkan Satuan

Breksi Piroklastik bagian timur berada pada fasies vulkanoklastik proksimal dari Gunung

Pangparang.

III.2.2 Satuan Lava Andesit I

III.2.2.1 Penyebaran

Satuan Lava Andesit I memiliki penyebaran di permukaan sekitar 4% dari luas daerah

penelitian, ditandai warna merah pada peta geologi (Lampiran II). Satuan ini tersingkap di sungai

- sungai di daerah Palintang, dan sungai di daerah Legoknyenang. Lava – lava tersebut

kemungkinan merupakan produk dari Gunung Palasari, kecuali pada lava bagian paling timur

(daerah Ciangkeb), dimana tidak diketahui sumbernya.

III.2.2.2 Ciri Litologi

Lava Andesit I, abu – abu kehitaman, afanitik, kompak, dan tekstur vesikular

(pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-2). Pada Lava Andesit I dijumpai kekar gerus

(shear fracture), diantaranya dapat diamati pada lokasi singkapan LG5 (Foto III.9). Analisa

mengenai kekar gerus akan dibahas pada bab III.3 mengenai analisa struktur.

III.2.2.3 Mekanisme Pengendapan

Lava adalah aliran magma yang keluar ke permukaan bumi ketika terjadi aktivitas

vulkanik efusif. Pada umumnya, lava berasosiasi dengan aliran piroklastik (Cas dan Wright,

1987). Menurut Yuwono (2004), endapan lava mengikuti sepanjang lembah purba dan

diendapkan di daerah dekat sumber. Berdasarkan uraian sebelumnya (sub-bab III.2.1.3), satuan

Lava Andesit I bagian barat berada pada fasies inti dan fasies proksimal Gunung Palasari.

Page 11: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-11

III.2.3 Satuan Tuf

III.2.3.1 Penyebaran

Satuan Tuf memiliki penyebaran di permukaan sekitar 40% dari luas daerah penelitian,

ditandai warna kuning pada peta geologi (Lampiran III). Satuan ini tersingkap di bagian utara,

tengah dan tenggara daerah penelitian, di sungai, lembah, dan punggungan.

III.2.3.2 Ciri Litologi

Berdasarkan pengamatan di lapangan, satuan ini terdiri dari batuan tuf. Ciri litologi

berwarna coklat kemerahan (kondisi lapuk), ukuran butir debu kasar – halus, terpilah buruk –

sedang , menyudut – membulat tanggung, mudah diremas, terdapat fragmen berukuran lapili,

seperti litik, kristal, dan gelas (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-3). Pengamatan

batuan ini dapat dilakukan diantaranya pada lokasi singkapan Pa58 (Foto III.10).

III.2.3.3 Mekanisme Pengendapan

Berdasarkan ciri litologi, terpilah buruk – sedang, satuan ini memiliki karakteristik

endapan dengan mekanisme piroklastik aliran. Menurut McPhie dkk (1993), karakteristik

piroklastik aliran dicirikan pemilahan buruk, dimana batuan piroklastik berukuran lapili dan blok

tertanam pada material yang lebih halus.

Secara morfologi, Satuan Tuf terletak pada kaki Gunung Bukit Tunggul, Gunung

Pangparang, dan Gunung Manglayang. Mengacu pada model Fuego, Satuan Tuf berada pada

Foto III.9 : Singkapan lava andesit I(LG5) dengan struktur kekar gerus.

Page 12: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-12

fasies medial dari Gunung Bukit Tunggul dan/atau Gunung Pangparang dan/atau Gunung

Manglayang.

III.2.4 Satuan Lava Andesit II

III.2.4.1 Penyebaran

Satuan Lava Andesit II memiliki penyebaran di permukaan sekitar 1% dari luas daerah

penelitian, ditandai warna merah muda pada peta geologi (Lampiran II). Satuan ini tersingkap di

Ci Sarua,

III.2.4.2 Ciri Litologi

Secara megaskopis, Lava Andesit I dan Lava Andesit II memiliki ciri yang sama, yaitu

abu – abu kehitaman, afanitik, kompak, dan tekstur vesikular (pengamatan mikroskopis, lihat

Lampiran V-4). Perbedaan terdapat pada kondisi struktur, Jika pada Lava Andesit I (LG5)

dijumpai kekar gerus (shear fracture), pada Lava Andesit II (LC3) dijumpai struktur kekar

berlembar (sheeting joint). Pengamatan Satuan ini dapat dilakukan di lokasi singkapan LC3

(Foto III.11).

III.2.4.3 Mekanisme Pengendapan

Secara morfologi, Lava Andesit II berada pada bagian kaki gunungapi Bukit Tunggul.

Mengacu pada model Fuego, Satuan ini berada pada fasies medial dari Gunung Bukit Tunggul

Foto III.10 : Singkapan tuf di Pa58.

Inset : Fragmen-fragmen pada batuan tuf

Page 13: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-13

III.2.4 Kesebandingan Stratigrafi dan Umur Satuan Batuan

Penelitian tentang stratigrafi di daerah penelitian telah di lakukan oleh beberapa peneliti

sebelumnya, diantaranya adalah Silitonga (1973) dalam “Peta Geologi Lembar Bandung” dan

Koesoemadinata dan Hartono (1981) dalam makalah berjudul “Stratigrafi dan Sedimentasi

Daerah Bandung”. Oleh karena itu, penulis menyebandingkan umur dan stratigrafi daerah

penelitian dengan penelitian sebelumnya (Tabel III.2).

Tabel III.2 : Kesebandingan Stratigrafi Daerah Penelitian

Satuan Breksi Piroklastik termasuk dalam endapan Hasil Gunung Api Tua Tak

Teruraikan (Qvu) yang diendapkan pada masa Kuarter (Silitonga, 1973). Satuan ini penulis

Foto III.11 : Singkapan lava andesit II (LC3) dengan struktur kekar berlembar.

Page 14: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-14

sebandingkan dengan Formasi Cikapundung yang diendapkan pada kala Plistosen Bawah –

Tengah (Koesoemadinata dan Hartono, 1981). Penulis tidak menemukan kontak yang tegas

antara satuan ini dengan satuan yang lain di lapangan. Penarikan batas satuan di peta geologi,

berdasarkan sentuhan antara dua satuan dengan ciri litologi yang berbeda di peta lintasan

(Lampiran III) serta sebaran yang mengikuti lembah.

Satuan Lava Andesit I termasuk dalam Satuan Hasil Gunung Api Tua Tak Teruraikan

(Qvu) (Silitonga, 1973). Satuan ini penulis sebandingkan dengan Formasi Cikapundung yang

diendapkan pada Kala Plistosen Bawah – Tengah (Koesoemadinata dan Hartono, 1981). Lava

Andesit I melensa dalam Satuan Breksi Piroklastik, hal tersebut didasarkan pada umur

pengendapan yang sebanding. Penarikan batas satuan di peta geologi, berdasarkan sentuhan

antara dua satuan dengan ciri litologi yang berbeda di peta lintasan (Lampiran III) serta sebaran

yang mengikuti lembah.

Satuan Tuf di daerah penelitian termasuk Satuan Hasil Gunung Api Muda Tak

Teruraikan (Qyu) dan Satuan Koluvium (Qc). Berdasarkan kemiripan litologi, Hutasoit (2009)

memasukkan Satuan Hasil Gunung Api Muda Tak Teruraikan (Qyu) ke dalam Formasi

Cibeureum. Formasi Cibeureum diendapkan pada Kala Plistosen Atas (Koesoemadinata dan

Hartono, 1981). Penarikan batas satuan di peta geologi, berdasarkan sentuhan antara dua satuan

dengan ciri litologi yang berbeda di peta lintasan (Lampiran III) serta sebaran yang mengikuti

lembah.

Satuan Lava Andesit II termasuk dalam Satuan Hasil Gunung Api Muda Tak Teruraikan

(Qyu) (Silitonga, 1973). Satuan ini penulis sebandingkan dengan Formasi Cibeureum yang

diendapkan pada kala Plistosen Atas (Koesoemadinata dan Hartono, 1981). Lava Andesit II

melensa dalam Satuan Tuf, hal tersebut didasarkan pada umur pengendapan yang sebanding.

Penarikan batas satuan di peta geologi, berdasarkan sentuhan antara dua satuan dengan ciri

litologi yang berbeda di peta lintasan (Lampiran III) serta sebaran yang mengikuti lembah.

Page 15: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-15

III.3 Geologi Struktur Daerah Penelitian.

Berdasarkan peta geologi Lembar Bandung (Silitonga, 1973), terdapat gawir sesar

berarah barat – timur dan utara – selatan di daerah penelitian. Gawir sesar tersebut merupakan

bagian dari Sesar Lembang sebelah timur (Gambar III.5). Berdasarkan penelitian Tjia (1986)

dalam Dam (1994), Sesar Lembang mengalami pergerakan vertikal (dip slip) dan pergerakan

mendatar (strike – slip). Sedangkan Koesoemadinata dan Hartono (1981) menyebutkan Sesar

Lembang memiliki pergerakan turun (sesar normal) dengan loncatan (throw) meningkat dari

barat hingga timur. Pembentukan awal Sesar Lembang diperkirakan terjadi pada akhir Plistosen

Tengah (Van Bemmelen, 1949 dalam Koesoemadinata dan Hartono, 1981).

Sesar Lembang di daerah penelitian dicirikan oleh gawir sesar berarah barat – timur (Foto

III.12). Berdasarkan bentuk morfologi dan intepretasi citra satelit, Sesar Lembang di daerah

penelitian merupakan sesar turun, di mana bagian utara lebih rendah daripada bagian selatan.

Sesar tersebut memotong Satuan Breksi Piroklastik. Oleh karena itu, Sesar Lembang di daerah

penelitian berumur lebih muda dari Plistosen Tengah.

Gambar III.5 : Peta geologi daerah Gunung Palasari dan sekitarnya. Pada daerah penelitian tampak adanya gawir sesar berarah barat – timur dan utara – selatan (Silitonga, 1973).

Page 16: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-16

Hasil pengamatan di lapangan, penulis juga menjumpai kekar gerus (shear fracture) dan

cermin sesar (slickenside). Kekar gerus memotong satuan batuan Lava Andesit I, diantaranya

pada lokasi pengamatan LG 5 (Foto III.13), sedangkan cermin sesar ditemui pada tiga lokasi

pengamatan yaitu PA24, PA96 dan LG1(Foto III.14).

Kekar gerus dan cermin sesar merupakan indikasi aktifitas terjadinya sesar. Berdasarkan

lokasi singkapan, penulis mengelompokkan menjadi empat, yaitu Sesar Cipanjalu, Sesar

Girimekar, Sesar Palintang 1, dan Sesar Palintang 2. Sesar – sesar tersebut kemungkinan

merupakan sesar – sesar minor yang terbentuk akibat pergerakan Sesar Lembang. Pergerakan

Foto III.13 : Singkapan kekar gerus (LG5).

Foto III.12 : Sesar Lembang dilihat dari sebelah utara.

Page 17: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-17

Sesar Lembang yang kemungkinan terjadi lebih dari sekali, mengakibatkan terbentuknya jenis

sesar minor yang berbeda-beda.

Pengambilan data struktur dilakukan pada beberapa lokasi singkapan (Lampiran VI).

Kemudian data tersebut diolah menggunakan software Stereonet. Hasil pengolahan menunjukkan

di daerah Cipanjalu, lokasi GK 52, terjadi sesar menganan turun. Di daerah Girimekar, lokasi

LG5, terjadi sesar mendatar mengiri. Di daerah Palintang 1, lokasi Pa 96, terjadi sesar menganan

naik. Didaerah Palintang 2, lokasi PA 94, terjadi sesar mendatar mengiri (Gambar III.6).

Lokasi : PA24

Strike/dip = N 2300

E/530

Trend = 2400 Plunge = 140 Pitch = 50

Lokasi : PA96

Strike/dip = N 200

E/800

Trend = 1740 Plunge = 310 Pitch = 600

Lokasi : LG1

Strike/dip = N 800 E/660 Trend = 450 Plunge = 340 Pitch = 250

Foto III.14 : Singkapan cermin sesar di lokasi PA24, PA96, dan LG1

Page 18: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-18

Gambar III.6 : Hasil analisa struktur di lapangan.

Page 19: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-19

III.4 Sejarah Geologi

III.4.1 Sejarah Regional

Sejarah geologi regional daerah penelitian erat kaitannya dengan aktifitas gunungapi

kompleks Gunung Sunda. Aktifitas vulkanik tersebut dibagi oleh van Bemmelen (1949) menjadi

delapan tahapan, yaitu :

1. Pembentukan komplek Gunungapi Sunda

2. Pembumbungan (doming up).

3. Keruntuhan komplek Gunungapi Sunda yang pertama mengakibatkan terbentuknya Sesar

Lembang

4. Fase erupsi periode A Gunung Tangkubanperahu.

5. Keruntuhan komplek Gunungapi Sunda yang kedua mengakibatkan terbentuknya retakan

berbentuk bulan sabit (cresentic rifts)

6. Fase erupsi periode B Gunung Tangkubanperahu.

7. Fase ketiga Pensesaran yang mengakibatkan terjadinya penurunan sebesar 40 m di

sepanjang Sesar Lembang.

8. Fase erupsi periode C Gunung Tangkubanperahu.

Komplek Gunungapi Sunda terbentuk pada Plistosen Tengah. Pembentukan tersebut ditandai

dengan munculnya beberapa gunungapi, diantaranya adalah Gunung Burangrang, Gunung

Sunda, Gunung Bukit Tunggul, dan Gunung Manglayang (Koesoemadinata dan Hartono (1981),

memasukkan Gunung Palasari dan Gunung Cagak pada tahapan ini). Keruntuhan Gunungapi

Sunda yang pertama, sebelumnya didahului aktifitas pembumbungan (doming up),

mengakibatkan terbentuknya Sesar Lembang. Pada tahap keempat, erupsi fase A merupakan

ledakan kataklismik dari Gunung Sunda yang mengakibatkan terbentuknya kaldera Sunda dan

Gunung Tangkubanperahu. Dalimin (1988) dalam Dam (1994), melakukan uji radiokarbon pada

beberapa kayu di endapan vulkaniklastik. Berdasarkan data tersebut, diketahui terjadi aliran

piroklastik katastropik sekitar 40.000 tahun yang lalu. Dam (1994) memperkirakan aliran

tersebut merupakan hasil erupsi besar yang menghancurkan kerucut Gunungapi Sunda. Material

hasil fase erupsi ini sebanding dengan Formasi Cibeureum (Koesoemadinata dan Hartono, 1981).

Keruntuhan komplek Gunungapi Sunda yang kedua mengakibatkan terbentuknya retakan

berbentuk bulan sabit (cresentic rifts).

Page 20: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.id · diameter ukuran fragmen (bongkah) andesit bisa mencapai hingga 2 m (pengamatan mikroskopis, lihat Lampiran V-1). Konglomerat,

III-20

Fase erupsi periode B Gunung Tangkubanperahu terjadi pada Holosen. Material hasil erupsi

Gunung Tangkuban perahu fase B mengakibatkan terbendungnya Ci Tarum sehingga terbentuk

Danau Bandung (Koesoemadinata dan Hartono, 1981). Pensesaran kembali Sesar Lembang

mengakibatkan terjadinya penurunan sebesar 40 m di sepanjang Sesar Lembang. Fase erupsi

periode C Gunung Tangkubanperahu ditandai endapan lapisan debu tebal (antara 30 – 40m).

Akan tetapi Koesoemadinata dan Hartono (1981) memperkirakan pensesaran Sesar Lembang

terjadi setelah erupsi fase C, dimana fase erupsi periode C menghasilkan aliran lava yang melalui

Ci Kapundung dan aliran lava besar – besaran ke arah utara. Material hasil fase erupsi B dan C

sebanding dengan Formasi Cikidang.

III.4.1 Sejarah Geologi Daerah Penelitian.

Pada Kala Plistosen Bawah diendapkan Satuan Breki Piroklastik (Formasi Cikapundung).

Pengendapan Satuan Breksi Piroklastik bersamaan dengan pengendapan Satuan Lava Andesit I.

Pada akhir Plistosen Tengah, terjadi keruntuhan komplek Gunungapi Sunda yang pertama

mengakibatkan terbentuknya Sesar Lembang di daerah penelitian. Aktifitas Sesar Lembang

memotong Satuan Breksi Piroklastik dan mengakibatkan terbentuknya sesar – sesar minor di

daerah Cipanjalu, Girimekar, dan Palintang. Pada kala Plistosen Atas, diendapkan Satuan Tuf

(Formasi Cibeureum) bersamaan dengan pengendapan Satuan Lava Andesit II.