BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan...

25
Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cer minan proses alam yang dipengaruhi s erta dibentuk o leh proses e ksogen da n e ndogen yang membentuk r elief muka bumi. Proses endogen bersifat konstruktif yang hadir dalam bentuk struktur geologi seperti pe rlipatan, pe nsesaran, da n pe ngangkatan; s edangkan pr oses eks ogen bersifat destruktif yang hadir sebagai proses erosi dan pelapukan yang terjadi di permukaan. 3.1.1 Morfologi Umum Seperti yang sudah d ibahas sebelumnya, Rosidi dkk. (1996) menjelaskan bahwa secara fisiografi da erah pe nelitian t ermasuk dalam zo na Dataran R endah dan B erbukit, dimana z ona ini didominasi o leh da taran rendah d an pe rbukitan bergelombang yang sangat dikontrol oleh proses erosi yang sangat intensif pada daerah tropis ini. Daerah penelitian secara umum tersusun atas morfologi perbukitan bergelombang disertai pu nggungan da n lembah d engan po la k ontur ya ng bervariasi. Perbukitan da n punggungan ini secara umum memanjang dengan arah relatif utara–selatan dan timurlaut- baratdaya. Perbukitan yang terdapat pada daerah penelitian antara lain Bukit Laban (426 m), Bukit B igau ( 406 m), Bukit K ancah (457 m), Bukit C ibedak ( 476 m) dan Bukit Kandangkambing (694 m). Adapun s ungai utama y ang m engalir pa da da erah pe nelitian a dalah Sungai Ampingparak yang mengalir da ri ut ara ke s elatan. S ecara u mum sungai Ampingparak memiliki bentuk lembah sungai V yang mengindikasikan intensifnya proses erosi vertikal Cabang dari Sungai Surantih antara lain Sungai Batuajung, Sungai Lubukkambulau, dan Sungai K ambayang. Elevasi t ertinggi p ada da erah pe nelitian terdapat pa da Bukit Kandangkambing dengan ketinggian sekitar 690 m dpl, sedangkan hilir Sungai Surantih menjadi tempat dengan elevasi terendah dengan ketinggian sekitar 50 m dpl.

Transcript of BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan...

Page 1: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

13

BAB III

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.1 GEOMORFOLOGI

Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses a lam yang

dipengaruhi s erta dibentuk o leh proses e ksogen da n e ndogen yang membentuk r elief

muka bumi. Proses endogen bersifat konstruktif yang hadir dalam bentuk struktur geologi

seperti pe rlipatan, pe nsesaran, da n pe ngangkatan; s edangkan pr oses eks ogen bersifat

destruktif yang hadir sebagai proses erosi dan pelapukan yang terjadi di permukaan.

3.1.1 Morfologi Umum

Seperti yang sudah d ibahas s ebelumnya, Rosidi dkk. (1996) menjelaskan bahwa

secara fisiografi da erah pe nelitian t ermasuk dalam zo na Dataran R endah dan B erbukit,

dimana z ona ini didominasi o leh da taran rendah d an pe rbukitan bergelombang yang

sangat dikontrol oleh proses erosi yang sangat intensif pada daerah tropis ini.

Daerah penelitian secara umum tersusun atas morfologi perbukitan bergelombang

disertai pu nggungan da n lembah d engan po la k ontur ya ng bervariasi. Perbukitan da n

punggungan ini secara umum memanjang dengan arah relatif utara–selatan dan timurlaut-

baratdaya. Perbukitan yang terdapat pada daerah penelitian antara lain Bukit Laban (426

m), Bukit B igau ( 406 m), Bukit K ancah (457 m), Bukit C ibedak ( 476 m) dan Bukit

Kandangkambing (694 m).

Adapun s ungai utama y ang m engalir pa da da erah pe nelitian a dalah Sungai

Ampingparak yang mengalir da ri ut ara ke s elatan. S ecara u mum sungai Ampingparak

memiliki bentuk lembah sungai V yang mengindikasikan intensifnya proses erosi vertikal

Cabang dari Sungai Surantih antara lain Sungai Batuajung, Sungai Lubukkambulau, dan

Sungai K ambayang. Elevasi t ertinggi p ada da erah pe nelitian terdapat pa da Bukit

Kandangkambing dengan ketinggian sekitar 690 m dpl, sedangkan hilir Sungai Surantih

menjadi tempat dengan elevasi terendah dengan ketinggian sekitar 50 m dpl.

Page 2: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

14

3.1.2 Pola Aliran dan Tipe Genetika Sungai

Sungai-sungai pa da da erah pe nelitian yaitu Sungai A mpingparak, Sungai

Surantih, S ungai B atuajung, Sungai L ubukkambulau, da n Sungai K ambayang secara

genetik termasuk dalam sungai subsekuen, sungai obsekuen, dan sungai konsekuen. Pola

aliran sungai pada daerah penelitian dibagi menjadi dua tipe (Gambar 3.1) yaitu :

• Pola al iran sungai dendritik yang berarti p ola ini me miliki karakteristik pola

pengaliran membentuk percabangan menyebar.

• Pola a liran sungai radial yang berarti po la ini memiliki karakteristik po la pengaliran

yang menyebar ke arah titik pusat.

Gambar 3.1 Peta pola aliran sungai daerah penelitian.

Page 3: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

15

3.1.3 Satuan Geomorfologi

Pembagian satuan geomorfologi pada daerah pe nelitian d ilakukan berdasarkan

analisis p eta t opografi serta di bantu de ngan pengamatan d i lapangan. Dengan

menggunakan klasifikasi menurut van Zuidam ( 1985), daerah pe nelitian dapat d ibagi

menjadi empat satuan ge omorfologi yaitu Satuan P erbukitan Relief T inggi, S atuan

Perbukitan Bergelombang, Satuan P erbukitan Lereng C uram, da n S atuan D ataran

Aluvial.

3.1.3.1 Satuan Perbukitan Relief Tinggi

Satuan ini meliputi 30% daerah penelitian dan ditandai dengan warna coklat muda

pada Peta Geomorfologi (Lampiran E-1). Satuan ini d icirikan o leh ke hadiran perbukitan

dengan relief t inggi. Pola kontur relatif rapat dengan elevasi berkisar dari 400-690 m dpl

dengan kemiringan lereng 21o - 40° (Foto 3.1).

Litologi y ang membentuk satuan ini d isusun do minan o leh batupasir dan sedikit

batulempung dan b atubara. S ecara umum s atuan ini d ihasilkan o leh p erlapisan batuan

dengan kemiringan relatif ke arah utara.

Sungai pada satuan ini umumnya bertipe obsekuen dan konsekuen dengan bentuk

lembah s ungai “ V”. Bentuk tersebut m engindikasikan i ntensifnya erosi ve rtikal

ketimbang erosi l ateral. Secara u mum satuan ini berada p ada t ahapan g eomorfik muda

yang dicirikan oleh bentuk lembah sungai ”V”.

Foto 3.1 Satuan perbukitan relief tinggi.

N S

Page 4: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

16

3.1.3.2 Satuan Perbukitan Bergelombang

Satuan ini meliputi 40 % dari daerah penelitian dan ditandai dengan warna coklat

tua pada P eta G eomorfologi ( Lampiran E-1). Satuan ini d icirikan o leh pe rbukitan

memanjang relatif da ri baratdaya ke t imurlaut dengan po la ko ntur y ang r elatif sedang

dengan elevasi berkisar dari 300-530 mdpl. Relief pada satuan ini relatif bergelombang-

berbukit dengan kemiringan lereng berkisar dari 14o - 20o (Foto 3.2).

Litologi yang terdapat pa da s atuan i ni u mumnya ada lah dominan batulempung,

batulempung karbonan, batubara dan sedikit b atupasir. Secara u mum satuan ini

dihasilkan oleh perlapisan batuan dengan kemiringan relatif ke arah utara.

Sungai pada satuan ini umumnya bertipe subsekuen dan konsekuen. Secara umum

lembah sungai pa da s atuan i ni be rbentuk ”U”. Bentuk tersebut m engindikasikan

intensifnya erosi lateral dibandingkan erosi vertikal. Secara umum satuan ini berada pada

tahapan geomorfik dewasa yang diindikasikan oleh bentuk lembah sungai ”U”. Pada saat

ini proses eksogen yang berlangsung berupa pelapukan dan erosi.

Foto 3.2 Satuan Perbukitan Bergelombang.

S N

Page 5: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

17

3.1.3.3 Satuan Perbukitan Lereng Curam

Satuan ini meliputi 20 % dari daerah penelitian dan ditandai dengan warna merah

pada P eta G eomorfologi ( Lampiran E-1). Satuan ini d icirikan o leh pe rbukitan

memanjang relatif da ri utara ke selatan dengan pola ko ntur y ang r elatif rapat dengan

elevasi berkisar da ri 30 -350 mdpl. Relief pada satuan ini merupakan perbukitan dengan

kemiringan lereng berkisar dari 40o - 50o (Foto 3.3).

Litologi yang terdapat pada satuan ini adalah batuan beku. Batuan beku umumnya

hadir s ebagai singkapan yang terkekarkan secara i ntensif da n muncul da lam suatu

lembah, punggungan dan puncak perbukitan.

Sungai pa da satuan ini u mumnya memiliki bentuk lembah sungai “ V”. B entuk

tersebut m engindikasikan intensifnya e rosi ve rtikal dibandingkan erosi l ateral. Secara

umum s atuan i ni b erada pada tahapan geomorfik muda yang dicirikan o leh bentuk

lembah sungai ”V”.

Foto 3.3 Satuan Perbukitan Lereng Curam.

N S

Page 6: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

18

3.1.3.4 Satuan Dataran Rendah

Satuan ini me nempati sekitar 10 % daerah penelitian de ngan pe nyebaran berada

di bagian barat dan baratlaut daerah penelitian dengan ketinggian 30 – 50 mdpl, ditandai

dengan warna abu-abu pada Peta Geomorfologi (Lampiran E-1). Ciri satuan ini memiliki

relief berupa dataran rendah dengan kemiringan lereng datar hingga hampir datar yaitu 2o

– 6o. L itologi pe nyusun satuan ini a dalah e ndapan-endapan hasil e rosi da n t ransportasi

dari hu lu s ungai be rupa fragmen batulempung dan batupasir, breksi t ufaan da n batuan

beku yang berukuran kerikil hingga bongkah. Lembah sungai yang berbentuk huruf “U”

mengindikasikan terjadinya erosi la teral y ang in tensif. Secara umum s atuan in i b erada

pada tahapan geomorfik muda hingga dewasa.

Foto 3.4 Satuan Dataran Aluvial.

E W

Page 7: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

19

3.2 STRATIGRAFI

Pembagian satuan batuan di daerah penelitian didasarkan pada sistem pembagian

satuan l itostratigrafi tidak resmi, y aitu penggolongan l apisan b atuan secara b ersistem

menjadi s atuan bernama berdasarkan c iri-ciri l itologinya (SSI 1996) , meliputi jenis da n

kombinasi batuan, serta kesamaan c iri at au gejala litologi batuan yang dapat d iamati d i

lapangan. Pembagian s atuan batuan juga d idasarkan pa da do minasi batuan yang

tersingkap di daerah penelitian

Berdasarkan c iri – ciri l itologi yang dominan, perbedaan antara batuan yang satu

dengan batuan lainnya, serta posisi stratigrafi yang diamati di lapangan, maka stratigrafi

daerah penelitian dapat d ibagi menjadi 5 satuan batuan tak resmi (Gambar 3.2). Urutan

satuan ba tuan t ersebut da ri t ua ke muda adalah Satuan Batulempung, Satuan Batupasir,

Satuan Breksi Tufaan, Satuan Lava Andesit dan Satuan Endapan Aluvial.

Gambar 3.2 Kolom stratigrafi daerah penelitian

Page 8: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

20

3.2.1 Satuan Perselingan Batulempung dan Batupasir

3.2.1.1 Penyebaran dan Ketebalan

Satuan Perselingan B atulempung da n B atupasir merupakan s atuan t ertua di

daerah penelitian dan ditandai dengan warna hijau tua pada Peta Geologi (Lampiran E-3).

Satuan ini t erletak di bagian t engah, menempati s ekitar 65 % dari daerah penelitian dan

tersebar pa da da erah Kototinggi dan beberapa bukit s eperti B . L aban da n B Kancah.

Hasil rekonstruksi pada penampang geologi memperlihatkan ketebalan satuan batuan ini

berkisar 550 – 600 m.

3.2.1.2 Ciri Litologi

Litologi ya ng menyusun satuan ini didominasi oleh perselingan batulempung

dengan batupasir sisipan batulanau, serpih karbonan, dan batubara.

» Batulempung

»

, abu-abu terang hingga kehitaman, getas, non karbonatan, pada umumnya

masif, s etempat memiliki struktur s edimen pe rlapisan ( Foto 3. 5). K etebalan lapisan

batulempung 0,2 -2 meter. Pada beberapa lokasi, terdapat batulempung dengan nodule

batu lempung ( Foto 3.6).

Batupasir

Melalui pengamatan mikroskopis yang dilakukan pada conto batupasir dari lokasi

SLB L12 dan SCB L1, diperoleh hasil bahwa batupasir pada satuan ini berkomposisi

Quartzwacke, berdasarkan klasifikasi Gilbert (1954) (Lampiran A-2 dan A-3)

, putih keabu-abuan, ukuran butir halus - sedang, me mbundar – membundar

tanggung, fragmen kuarsa dan f eldspar, porositas sedang - baik, non-karbonatan,

pemilahan baik, ko mpak, de ngan struktur sedimen: laminasi sejajar ( parallel

lamination) (Foto 3.7), silang-siur (cross bedding) (Foto 3.8) dan lapisan mengkasar ke

atas (Foto 3.9). Ketebalan lapisan batupasir 20 -80 cm.

» Batulanau

»

, coklat kekuningan, getas, non ka rbonatan, menunjukan struktur s edimen

laminasi sejajar. Ketebalan lapisan 0,2 - 1 meter.

Serpih ka rbonan

»

, coklat - abu ke hitaman, ge tas, lunak, (Foto 3.10) umumnya s ebagai

batuan atap (roof) dan alas (floor) lapisan batubara. Ketebalan lapisan 0,05 – 0,2 meter.

Batubara, hitam, kilap l ogam – tanah, ko mpak, pe cahan sub c onchoidal (Foto 3.11),

setempat mengandung pirit (Foto 3.12), terdapat pengotor berupa batulempung berkisar

10 – 30 cm, ketebalan bervariasi dari 0, 3 – 3,16 meter. Lapisan batubara hadir sebagai

sisipan dan berjumlah 2 lapisan.

Page 9: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

21

Foto 3.6

Batulempung dengan nodule

batulempung. (Lokasi : BCB L1)

Foto 3.7

Batupasir dengan struktur

sedimen parallel lamination. (Lokasi : SKC L3)

Foto 3.5

Batulempung dengan struktur

perlapisan. (Lokasi : SLB L1)

Page 10: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

22

Foto 3.8

Batupasir dengan struktur sedimen

cross bedding. (Lokasi : SLB L3)

Foto 3.9

Batupasir dengan struktur sedimen mengasar ke atas.

(Lokasi : SKC L8)

Page 11: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

23

Foto 3.10

Singkapan serpih karbonan.

(Lokasi : SLB L8)

Foto 3.11

Batubara dengan pengotor

batulempung. (Lokasi : BBG L1)

Foto 3.12

Batubara dengan pirit sebagai

pengotor. (Lokasi : BKC L6)

Pirit

Page 12: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

24

3.2.1.3 Lingkungan Pengendapan

Berdasarkan ciri litologinya da n s truktur s edimen yang t ampak pa da beberapa

singkapan ya ng berupa laminasi bersusun, laminasi paralel dan silang-siur menunjukkan

bahwa satuan batuan ini d iendapkan da lam sistem t raksi. H al ini d itambah de ngan

asosiasi ba tuan yang memperlihatkan perkembangan v ariasi b utiran y ang m engasar ke

atas serta munculnya lapisan batubara, menunjukkan bahwa lingkungan satuan batuan ini

adalah lingkungan transisi mengarah ke darat di bagian atasnya.

Selain itu, didukung analisis granulometri pada conto batupasir pada lokasi SLB

L5 da n S CB L 1 (Lampiran B), menyatakan bahwa k edua c onto ba tuan mempunyai

karakteristik besar butir yang sesuai dengan lingkungan delta plain (Visher, 1969; op. cit.

Koesoemadinata, 1985), maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan satuan

batuan ini merupakan upper delta plain - fluvial.

3.2.1.4 Hubungan Stratigrafi

Hubungan s tratigrafi dengan s atuan d i bawahnya t idak diketahui ka rena t idak

tersingkap di daerah penelitian, sedangkan hubungan stratigrafi dengan Satuan Batupasir

yang berada d i atasnya ada lah selaras. Pada p engamatan d i lapangan t idak d itemukan

adanya bukti ke tidakselarasan da n berdasarkan arah jurus da n ke miringan pe rlapisan

batuan pa da s atuan batuan ini da n s atuan ba tuan diatasnya r elatif s ama, me nunjukkan

bahwa Satuan Perselingan Batulempung – Batupasir dan Satuan Batupasir adalah selaras.

3.2.1.5 Umur

Pada satuan ini t idak ditemukan fosil, o leh karena itu penentuan umur satuan ini

mengacu pada ke sebandingan dengan p eneliti t erdahulu maka da pat d iinterpretasikan

bahwa satuan ini termasuk dalam Formasi Painan yang memiliki kisaran umur Oligosen –

Miosen Akhir (Rosidi dkk. 1996).

Page 13: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

25

3.2.2 Satuan Batupasir

3.2.2.1 Penyebaran dan Ketebalan

Satuan Batupasir ditandai dengan warna kuning pada Peta Geologi (Lampiran E-

3). Satuan ini terletak di bagian t imur dan menempati sekitar 15 % dari daerah penelitian

dan tersebar pa da da erah Sungai Air Keruh da n B ukit Kandangkambing. Hasil

rekonstruksi pa da p enampang ge ologi memperlihatkan ke tebalan s atuan batuan i ni

berkisar antara 350 – 400 m.

3.2.2.2 Ciri Litologi

Litologi ya ng menyusun Satuan Batupasir ini didominasi o leh batupasir dengan

sisipan batulempung, batulanau, dan konglomerat.

» Batupasir

Melalui analisis petrografi yang d ilakukan pada conto batupasir dari lokasi SBG

L6 dan SKB L 1, diperoleh h asil b ahwa b atupasir pada satuan i ni adalah Tuffaceous

Sandstone, berdasarkan klasifikasi Pettijohn (1975) (Lampiran A).

, kuning keabu-abuan, ukuran butir halus - kasar, me mbundar – membundar

tanggung, fragmen kua rsa da n feldspar, porositas sedang - baik, non=karbonatan,

pemilahan ba ik, ko mpak, de ngan s truktur sedimen : masif ( Foto 3.13), lapisan

menghalus ke at as (Foto 3.14), silang-siur ( cross bedding) (Foto 3.15). Terdapat

beberapa n odul endapan b esi y ang memberikan warna kemerahan pada l apisan

batupasir d i beberapa t empat. Setempat t erdapat konglomeratan de ngan fragmen

berukuran 0, 2 - 8 cm, t erdiri da ri batupasir, litik, dan batuan be ku (Foto 3 .16).

Ketebalan lapisan batupasir 0,1 – 2,5 meter.

» Batulempung

»

, abu-abu t erang, getas, non-karbonatan. Ketebalan l apisan b atulempung

10 - 30 cm (Foto 3.17).

Batulanau

, coklat kekuningan, getas, menunjukkan struktur sedimen masif (Foto 3.18).

Ketebalan lapisan 20 – 80 cm.

Page 14: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

26

Foto 3.13

Batupasir masif.

(Lokasi : SMN L1)

Foto 3.15

Batupasir dengan struktur sedimen cross bedding.

(Lokasi : SBG L6)

Foto 3.14

Batupasir dengan struktur

sedimen menghalus ke atas. (Lokasi : SKC L8)

Page 15: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

27

Foto 3.18

Singkapan batulanau.

(Lokasi : SAK L1)

Foto 3.16

Konglomerat sebagai sisipan

dalam batupasir. (Lokasi : SKB L2)

Foto 3.17

Singkapan batulempung.

(Lokasi : SAK L2)

Page 16: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

28

3.2.2.3 Lingkungan Pengendapan

Berdasarkan de skripsi litologi yang memuat s truktur s edimen laminasi pa ralel,

laminasi s ilang-siur da n pe rlapisan bersusun yang b erkembang p ada s atuan batuan ini

menunjukkan mekanisme arus traksi

Analisis lebih jauh menggunakan granulometri pada conto batupasir pada lokasi

SKB L1 (Lampiran B), menyatakan bahwa conto batuan mempunyai karakteristik besar

butir yang s esuai d engan lingkungan fluvial (Visher, 1969 ; op. cit. Koesoemadinata,

1985), m aka dapat disimpulkan b ahwa l ingkungan pengendapan satuan b atuan i ni

merupakan fluvial.

3.2.2.4 Hubungan Stratigrafi

Kontak s atuan ini diperkirakan merupakan ko ntak s elaras de ngan s atuan d i

bawahnya yaitu Satuan Perselingan Batulempung - Batupasir yang diindikasikan dengan

arah jurus da n ke miringan pe rlapisan yang relatif sama, s edangkan k ontak satuan ini

dengan satuan d i at asnya, Satuan Breksi, a dalah selaras berdasarkan pe ngamatan

singkapan di l apangan y ang m enunjukkan b ahwa satuan i ni selaras oleh satuan di

atasnya.

3.2.2.5 Umur

Berdasarkan ciri l itologinya yang secara megaskopis, maupun m ikroskopis yang

menunjukkan sebagai batupasir tufaan, maka satuan ini masih termasuk di dalam batuan

- batuan s edimen d ari Formasi P ainan dengan k isaran u mur O ligosen – Miosen A khir

(Rosidi dkk. 1996).

3.2.3 Satuan Breksi

3.2.3.1 Penyebaran dan Ketebalan

Satuan Breksi ditandai de ngan w arna coklat pada Peta Geologi (Lampiran E-3).

Satuan ini terletak di bagian timur laut dan menempati sekitar 7 % dari daerah penelitian,

tersebar pada daerah Sungai Harimau dan sekitarnya. Hasil rekonstruksi pada penampang

geologi memperlihatkan ketebalan satuan batuan ini berkisar antara 500 – 550m .

Page 17: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

29

3.2.3.2 Ciri Litologi

Litologi y ang terdapat pada satuan i ni h anya m erupakan b reksi. Di l apangan,

satuan i ni terlihat l ebih m enonjol dari pada satuan l ainnya y ang m enunjukkan b ahwa

Satuan Breksi ini lebih resisten terhadap pelapukan.

» Breksi

Melalui pengamatan mikr oskopis yang d ilakukan pa da c onto b reksi da ri lokasi

AMP L3 , diperoleh h asil b ahwa b reksi pada s atuan i ni m erupakan breksi tufaan

berdasarkan klasifikasi (Fisher, 1966, op. cit. McPhie dkk., 1993) (Lampiran A).

, abu-abu ge lap hingga t erang, s etempat a bu-abu ke merahan, polimik, terpilah

buruk, massadasar pasir halus – kasar, non-karbonatan, fragmen berupa b. beku, kuarsa,

gelas, da n litik, dengan bentuk b utir membundar t anggung – menyudut ( Foto 3 .19),

pada u mumnya memperlihatkan s truktur s edimen masif ( Foto 3.20) da n s etempat

menebal ke bawah. Ketebalan lapisan 1 – 3 m.

Foto 3.19

Breksi dengan bentuk butir

membundar tanggung – menyudut.

(Lokasi : SHM L7)

Foto 3.20

Singkapan breksi masif.

(Lokasi :SHM L5)

Page 18: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

30

3.2.3.3 Lingkungan Pengendapan

Satuan i ni m erupakan endapan h asil sedimentasi pa ska aktivitas e ksplosif da ri

gunung api. Dengan adanya ke selarasan de ngan s atuan ba tuan sebelumnya, maka dapat

ditafsirkan ba hwa pe ngendapannya masih berhubungan er at de ngan media t ransportasi

klastika. Berdasarkan da ta-data di a tas, maka da pat di simpulkan bahwa lingkungan

pengendapan satuan ini adalah darat.

3.2.3.4 Hubungan Stratigrafi

Kontak s atuan ini merupakan ko ntak s elaras d engan s atuan d i bawahnya yaitu

Satuan Batupasir yang teramati pada lokasi SHM L1 (Foto 3.25) dan juga diindikasikan

dengan arah jurus dan kemiringan perlapisan yang relatif sama, sedangkan kontak satuan

ini dengan satuan di atasnya, Satuan Lava Andesit, adalah tidak selaras.

3.2.3.5 Umur

Satuan ini masih termasuk di dalam batuan - batuan hasil gunung api dari Formasi

Painan (Rosidi dkk., 1996). S atuan ini t erendapkan s ecara s elaras menutupi S atuan

Batupasir, maka da pat di simpulkan b ahwa u mur s atuan i ni berada da lam k isaran

Oligosen – Miosen Akhir.

Foto 3.21

Kontak selaras antara batupasir

dan breksi. (Lokasi : SHM L1) Bx

Bps

Page 19: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

31

3.2.4 Satuan Lava Andesit

3.2.4.1 Penyebaran dan Ketebalan

Satuan Lava Andesit ditandai dengan warna merah pada Peta Geologi (Lampiran

E-3). Satuan ini t erletak di bagian barat, memanjang dengan ar ah ut ara – selatan, da n

menempati s ekitar 10 % dari daerah penelitian. Satuan ini t ersebar pada kaki-kaki b ukit

bagian barat da ri B ukit L aban. H asil r ekonstruksi pa da pe nampang ge ologi

memperlihatkan ketebalan satuan batuan ini berkisar antara 200 – 250 m.

3.2.4.2 Ciri Litologi

Litologi yang terdapat pada satuan ini hanya merupakan andesit.

» Andesit

, masif, berwarna abu – abu sampai abu – abu kemerahan, berbutir halus sampai

sedang, a fanitis de ngan mineral – mineral p lagioklas, ge las, h ornblende da n mineral

mafik (Foto 3.22). Melalui pengamatan mikroskopis yang dilakukan pada conto batuan

LKB L3 dan BKB L3, diketahui bahwa komposisi mineral batuan terdiri dari plagioklas

dengan ko mposisi andesin sampai o ligoklas, piroksen, ge las, da n mineral o pak

(Lampiran A-7 dan A-8). Berdasarkan komposisi tersebut, batuan ini merupakan batuan

andesit.

Foto 3.22

Kenampakan lava

andesit. (Lokasi : LKB L3)

Page 20: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

32

3.2.4.3 Hubungan Stratigrafi

Hubungan satuan ini dengan seluruh satuan di bawahnya merupakan tidak selaras,

dan menutupi seluruh satuan di bawahnya.

3.2.4.4 Umur

Berdasarkan karakterisitik litologi ba tuan yang teramati, maka satuan ba tuan ini

merupakan bagian da ri batuan - batuan hasil gu nung api da ri Formasi P ainan ( Rosidi

dkk., 1996).dan dapat disimpulkan bahwa umur satuan ini berada dalam kisaran Oligosen

– Miosen Akhir.

3.2.4 Satuan Endapan Aluvial

Satuan ini terdapat di sepanjang tepi Sungai Surantih (Foto 3.23). Menempati 2 %

dari luas daerah penelitian, ditandai dengan warna abu-abu pada Peta Geologi. Ketebalan

satuan ini t idak lebih dari 2 meter, terdiri d ari material-material l epas b erukuran

lempung-kerakal ha sil e ndapan dari s ungai. Proses pengendapan satuan i ni m asih

berlangsung s ampai saat ini, maka u mur da ri s atuan ini adalah Resen da n d iendapkan

secara tidak selaras di atas seluruh satuan di bawahnya.

Foto 3.23

Endapan aluvial

pada tepi S. Surantih

E W

Page 21: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

33

3.2 STRUKTUR GEOLOGI

Struktur geologi daerah pe nelitian dapat dikenali dari pola ke lurusan kontur dan

sungai serta pengamatan di lapangan. Bukti-bukti keberadaan struktur yang berkembang

di da erah penelitian seperti l ipatan, ke kar ge rus dan breksiasi diolah de ngan perangkat

lunak untuk kemudian di analisis kinematikanya untuk mengetahui pergerakan dari sesar

yang bekerja pada daerah penelitian.

Pola kelurusan yang dihasilkan menunjukkan arah ya ng dominan berkembang d i

daerah penelitian adalah : timurlaut – baratdaya

Gambar 3.3 Pola kelurusan dari daerah penelitian

Page 22: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

34

3.3.1 Pola Struktur Geologi

Berdasarkan b ukti – bukti yang d itemukan d i lapangan, s truktur ge ologi yang

berkembang p ada da erah p enelitian t erdiri da ri pe rlipatan, sesar, s erta s truktur ke kar.

Perlipatan ini melibatkan seluruh satuan batuan sedimen yang berada di daerah penelitian

yang berupa A ntiklin Kototinggi, s edangkan s truktur s esar berupa sesar naik dan s esar

mendatar yang terdiri at as S esar Normal Lubukkambulau dan S esar M endatar

Kambayang.

3.3.1.1 Antiklin Kototinggi

Merupakan s truktur lipatan y ang menunjam k e ba wah, sumbunya melewati

bagian t engah da erah pe nelitian, da n merupakan a ntiklin besar yang yang melibatkan

semua s atuan batuan sedimen pa da da erah pe nelitian. D ata yang menunjukkan a danya

lipatan ini adalah arah ke miringan yang berbeda pada bagian baratdaya da n t imur pada

litologi yang sama di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil a nalisis terhadap da ta jurus da n ke miringan d engan

menggunakan stereonet, Antiklin Kototinggi memiliki bidang sumbu : N197° E / 68° NW

(Gambar 3.5), arah penunjaman : 22°, N 197° E, dengan bentuk antiklin diklasifikasikan

sebagai inclined fold (Rickard, 1971 op. cit. Pedoman Praktikum Geologi Struktur ITB,

2006).

Gambar 3.4 Pola kelurusan dari daerah penelitian

Page 23: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

35

3.3.1.2 Sesar Normal Lubukkambulau

Sesar Naik Lubukkambulau merupakan sesar normal yang dapat diamati disekitar

S. L ubukkambulau, d imana struktur pe nyerta s esar selalu hadir, yang dicirikan o leh

kehadiran beksiasi de ngan a rah N 304o E dan ke hadiran shear fracture (Foto 3. 24)

sepanjang l intasan SLB L 2 – L3. Berdasarkan a nalisis t erhadap da ta s trukur yang a da,

Sesar Lubukkambulau merupakan sesar normal dengan kedudukan bidang sesar : N 298o

E/ 46o dan arah tegasan utama relatif vertikal (Gambar 3.6).

Foto 3.24

a. Breksiasi pada andesit berarah baratlaut (Lokasi : LKB L2). b. Pengukuran shear fracture pada andesit (Lokasi : LKB L3).

(a) (b)

Gambar 3.5 Analisis dinamika Antiklin Kototinggi memperlihatkan bidang sumbu N197° E / 68° NW.

Page 24: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

36

3.3.1.2 Sesar Mendatar Kambayang

3.3.1.3 Sesar Mendatar Kambayang

Sesar Mendatar Kambayang merupakan sesar mendatar yang dapat diamati pada

bagian t engah S . K ambayang, d imana s truktur pe nyerta s esar yang hadir berupa sesar

minor dengan pergerakan menganan yang memiliki arah kelurusan N 178o E (Foto 3.25)

dan s ejumlah s hear fracture pada lintasan SKB L 1. B erdasarkan a nalisis t erhadap data

struktur y ang ada, S esar Kambayang merupakan s esar mendatar m enganan dengan

kedudukan bidang s esar : N 178o E/ 79o dan ar ah t egasan ut ama r elatif baratdaya –

timurlaut (Gambar 3.7).

Gambar 3.6 Analisis kinematika sesar menunjukan nilai σ1 = 80°, N 172° E.

Page 25: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat 13 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Kondisi

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Surantih Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat

37

Sesar minor dengan pergerakan menganan (Lokasi : SKB L1).

Gambar 3.7 Analisis kinematika sesar menunjukkan nilai σ1 = 30°, N 251° E.

Foto 3.25