BAB III EKSPLORASI DALAM PENELITIAN KONSEP SAUJANA · sejak periode Kerajaan Mataram Kuno sampai...

13
42 BAB III EKSPLORASI DALAM PENELITIAN KONSEP SAUJANA Saujana adalah interaksi manusia dengan lingkungan alam sebagai manifestasi dari kesatuan ruang, waktu dan kegiatan, yang dikenal dengan cultural landscape (Platcher dan Rossler, 1994). Disertasi ini bertujuan untuk mengekplorasi interaksi masyarakat terhadap alam dengan merumuskan konsep- konsep dari data tekstual dan empirik. Konsep tersebut dikaji dengan mempertimbangkan perkembangan ruang yang terjadi di setiap periode waktu sejak periode Kerajaan Mataram Kuno sampai saat ini yakni tahun 2010. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana alam menjadi inspirasi bagi masyarakat dalam mengembangkan ruang kota dan melihat keruangan serta konsep yang melatarbelakangi terbentuknya ruang-ruang tersebut. Penelitian ini masuk dalam ranah penelitian kualitatif dengan pengamatan ruang kota untuk memperlihatkan adanya interaksi manusia yang mengekplorasi konsep keruangan didasarkan keyakinan (a set of belief ) dari masyarakatnya. 3.1 Metode Kerja Penelitian dan Pemilihan Metode Penelitian Secara umum, terdapat tiga pendekatan dalam melakukan penelitian, yaitu positivistik, rasionalistik dan fenomenologi. Perbedaan yang sangat jelas pada ketiganya adalah saat memposisikan data dan analisis serta posisi teori dalam penelitian. Kebenaran teori, kebenaran empirik dan kebenaran filosofis menjadi dasar untuk memposisikan data, data yang kasat mata ataupun data yang tidak kasat mata. Metode kerja penelitian yang ada saat ini khususnya dikaitkan dengan penelitian ruang dalam bidang ilmu arsitektur dan perencanaan, menjelaskan bahwa ada tiga proses utama yaitu, (1) melihat ruang fisik dengan kegiatan yang ada secara sensual, (2) melihat ruang tersebut dengan konsep, teori, metoda yang bisa dieksplorasi dari tahap proses pertama dan (3) melihat ruang secara filosofis dan spiritual (Sudaryono, 1998). Penelitian ini dilakukan secara kualitatif, seperti yang dijelaskan Berg (2001) bahwa penelitian kualitatif berhubungan dengan pemaknaan, konsep,

Transcript of BAB III EKSPLORASI DALAM PENELITIAN KONSEP SAUJANA · sejak periode Kerajaan Mataram Kuno sampai...

42

BAB III

EKSPLORASI DALAM PENELITIAN KONSEP SAUJANA

Saujana adalah interaksi manusia dengan lingkungan alam sebagai

manifestasi dari kesatuan ruang, waktu dan kegiatan, yang dikenal dengan

cultural landscape (Platcher dan Rossler, 1994). Disertasi ini bertujuan untuk

mengekplorasi interaksi masyarakat terhadap alam dengan merumuskan konsep-

konsep dari data tekstual dan empirik. Konsep tersebut dikaji dengan

mempertimbangkan perkembangan ruang yang terjadi di setiap periode waktu

sejak periode Kerajaan Mataram Kuno sampai saat ini yakni tahun 2010.

Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana alam menjadi inspirasi bagi masyarakat

dalam mengembangkan ruang kota dan melihat keruangan serta konsep yang

melatarbelakangi terbentuknya ruang-ruang tersebut.

Penelitian ini masuk dalam ranah penelitian kualitatif dengan pengamatan

ruang kota untuk memperlihatkan adanya interaksi manusia yang mengekplorasi

konsep keruangan didasarkan keyakinan (a set of belief ) dari masyarakatnya.

3.1 Metode Kerja Penelitian dan Pemilihan Metode Penelitian

Secara umum, terdapat tiga pendekatan dalam melakukan penelitian, yaitu

positivistik, rasionalistik dan fenomenologi. Perbedaan yang sangat jelas pada

ketiganya adalah saat memposisikan data dan analisis serta posisi teori dalam

penelitian. Kebenaran teori, kebenaran empirik dan kebenaran filosofis menjadi

dasar untuk memposisikan data, data yang kasat mata ataupun data yang tidak

kasat mata. Metode kerja penelitian yang ada saat ini khususnya dikaitkan dengan

penelitian ruang dalam bidang ilmu arsitektur dan perencanaan, menjelaskan

bahwa ada tiga proses utama yaitu, (1) melihat ruang fisik dengan kegiatan yang

ada secara sensual, (2) melihat ruang tersebut dengan konsep, teori, metoda yang

bisa dieksplorasi dari tahap proses pertama dan (3) melihat ruang secara filosofis

dan spiritual (Sudaryono, 1998).

Penelitian ini dilakukan secara kualitatif, seperti yang dijelaskan Berg

(2001) bahwa penelitian kualitatif berhubungan dengan pemaknaan, konsep,

43

definisi, karakteristik, analogi atau metafora, simbol dan deskripsi suatu benda

yang mengacu pada pertanyaan apa, bagaimana, kapan dan di mana. Terdapat

beberapa klasifikasi terkait dengan penelitian kualitatif, namun seperti

dikemukakan antara lain oleh Denzin dan Lincoln (1994 dan 2005), Miles dan

Huberman (1991) serta Cresswel (2007) bahwa dalam perjalanan waktu,

pendekatan penelitian dimungkinkan mengalami perkembangan dari proses yang

sudah dilakukan sebelumnya.

Kota Magelang didukung dengan setting ruang Kabupaten Magelang

menjadi daerah amatan dalam penelitian ini. Penelitian untuk merumuskan

konsep saujana Kota Magelang, dengan data yang tersedia, sangat memungkinkan

dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain pendekatan rasionalistik

maupun fenomenologi, dengan pertimbangan pada penekanan yang ingin dicapai.

Rasionalistik dilakukan dengan mengacu pada teori dan meletakannya

sebagai alat ukur dalam kebenaran teori di lapangan dan atau menggunakan teori

sebagai kekayaan pemahaman sebagai dasar dalam mengeksplorasi fenomena

yang terjadi dan meletakkan beberapa sumber data selain empirik ke dalam

penggalian atau yang sering disebut dengan verifikasi data. Sementara

fenomenologi lebih akan berfokus pada penggalian data di lapangan tanpa adanya

interfensi dari sumber lainnya, sehingga data primer tidak bisa dipadukan dengan

data-data yang lainnya.

Lebih lanjut, penelitian ini tidak hanya sekedar untuk melihat kondisi

empirik Kota Magelang dengan melihat fenomena yang terjadi saat ini sebagai

kebenaran empirik, namun juga memposisikan perjalanan sejarah perkembangan

ruang sebagai proses yang sangat penting dalam perkembangan kota.

Seperti dijelaskan di atas, penelitian ini dapat dilakukan dengan

pendekatan fenomenologi yang mengekplorasi fakta empirik, dengan temuan data

lebih berfokus pada kondisi saat ini. Pendekatan ini dianggap lemah, karena

dukungan pendekatan sejarah akan mampu menjelaskan konsep perkembangan

ruang. Ruang-ruang pada masa lalu sebagai bagian dari proses kajian akan hilang,

sementara salah satu fokus dalam penelitian ini adalah menggali konsep yang

terjadi dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga bisa

44

dilakukan dengan pendekatan sejarah. Namun ketersediaan data yang lebih

banyak terpisah dan belum dalam rangkaian sejarah yang mempunyai tingkat

kebenaran yang tinggi, akan mempersulit pada tingkat analisis. Belum banyaknya

penelitian sejarah Kota Magelang yang melihat sejarah perkembangannya sejak

periode kerajaan Mataram Kuno menjadi salah satu hambatan dalam pendekatan

sejarah, termasuk dengan adanya beberapa perbedaan pendapat tentang posisi

Kota Magelang sebelum periode kolonial. Fakta-fakta sejarah yang belum

lengkap tersebut akan memperlemah pada saat analisis, sehingga diperlukan

pendalaman data sejarah yang mempunyai tingkat validitas dan didukung dengan

rangkaian sejarah yang mengikat satu periode dengan periode yang lain.

Jika penelitian ini dilakukan dengan pendekatan rasionalistik,

kecenderungan penelitian akan menggunakan teori dengan preposisinya.

Sementara posisi teori terkadang justru akan menghambat tergalinya data

lapangan dan dokumen yang ada. Dibutuhkan teori untuk memperkaya

pemahaman peneliti tanpa ada pembatasan ruang gerak pada saat mengeksplorasi

data tekstual dan empirik lapangan. Sehingga dalam penelitian ini, preposisi teori

tidak dibutuhkan karena fokus penelitian ini adalah mengeksplorasi konsep yang

ada tanpa ada pembatasan pada teori-teori tertentu. Kajian membangun teori

terfokus melalui penggalian data untuk memperkuat hasil temuan. Kedudukan

teori yang digunakan sebagai langkah awal hanya untuk memperkaya pemahaman

saat ke lapangan dan dijadikan landasan adanya teori yang mengikat dalam

meneliti interaksi manusia. Kebenaran yang ada dibangun dalam setiap tahapan

dengan teknik yang dibutuhkan secara holistik.

Setelah melakukan beberapa pertimbangan dalam penggunaan metode

tertentu, dalam penelitian ini diputuskan bahwa ada dua tahapan yang dilakukan

yaitu penggalian data dari lapangan untuk melihat kondisi saat ini yang ditarik ke

kondisi masa lalu untuk membandingkan dan melengkapi data perkembangan

ruang yang dilakukan dengan pendekatan historical reading. Historical reading

dilakukan dengan melihat perkembangan ruang sejak Kerajaan Mataram Kuno

sampai saat ini, yang mengacu pada dokumen dan artefak serta melihat fenomena

saat ini untuk mendukung penjelasan dokumen dan artefak saat ini. Verifikasi

45

data dilakukan untuk mendapatkan temuan yang dapat menjelaskan konsep yang

terjadi. Data lapangan dalam penelitian ini, mempunyai posisi yang sejajar

dengan data tekstual, bahkan data lapangan tersebut bisa diposisikan sebagai

bagian dari teks. Pendekatan secara tekstual tersebut mampu mengeksplorasi

makna ataupun pesan yang tersirat dengan kondisi yang rigid yang disebabkan

adanya pengulangan data (Berg, 2001).

3.2 Eksplorasi Data untuk Mendapatkan Konsep Saujana Kota Magelang

Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan konsep saujana Kota

Magelang ini, mempunyai beberapa tahapan penelitian yaitu :

(1) Tahap pertama, mengeksplorasi setting ruang dengan perkembangan fisik

bentuk Kota Magelang;

(2) Tahap kedua, mengekplorasi inspirasi alam dalam perkembangan fisik

ruang sejak periode Kerajaan Mataram Kuno sampai saat ini;

(3) Tahap ketiga, mengeksplorasi konsep saujana yang berkembang dengan

mengacu pada tahap pertama dan kedua.

Eksplorasi data dilakukan dalam tiga perkembangan ruang kota (gambar

3.1) dengan menggunakan pendekatan historical reading yaitu :

a. Perkembangan ruang saat beberapa desa menjadi bagian dari kerajaan,

yang terbagi dalam beberapa periode waktu berdasar masa pemerintahan

kerajaan. Eksplorasi pada periode masa kerajaan menggunakan sumber-

sumber tertulis dalam bentuk catatan prasasti yang sudah diterjemahkan

oleh beberapa peneliti sebelumnya dengan melihat interaksi yang

terbentuk dalam menyikapi potensi alamnya. Data yang sudah ada

diintepretasi untuk melengkapi data-data yang ada dengan tetap

mengedepankan validasi data melalui cross check data sejarah di beberapa

kasus yang lebih kuat. Eksplorasi pada periode ini menghasilkan deskripsi

terbentuknya beberapa ruang pada periode kerajaan. Hasil temuan

menjadi dasar pada eksplorasi tahap berikutnya

46

b. Perkembangan pada saat pemerintah kolonial membentuk ruang kota,

tahun 1810 sampai dengan tahun 1945, yang terbagi dalam beberapa

periode berdasar pemerintahan kolonial yang berkuasa. Periode yang

berkembang yaitu saat Kota Magelang dikuasai Inggris (1810 – 1813),

Belanda (1813-1942) yang terbagi dalam beberapa periode kecil serta

periode pada saat Magelang dikuasai oleh pemerintahan Jepang (1942-

1945). Eksplorasi pada periode ini bersumber dari data tertulis yang

dikompilasikan dengan kondisi saat ini. Ruang-ruang yang terbentuk

dieksplorasi dari peta, dokumen sejarah dan rekam jejak kondisi saat ini.

Untuk kasus-kasus yang sudah tidak dapat ditemui saat ini, namun tetap

bisa dilakukan penelusuran sejarah, maka akan didukung dengan

intepretasi sejarah. Pendekatan tersebut akan sangat membantu

menjelaskan konsep-konsep pembentukan ruang Kota Magelang.

c. Perkembangan ruang kota setelah Indonesia merdeka

Eksplorasi data setelah Indonesia merdeka yakni tahun 1945 dilakukan

dengan membaca dokumen sejarah baik dalam bentuk beberapa surat

keputusan, majalah, koran, buku dan peta. Buku-buku sejarah

memberikan gambaran tentang perkembangan Kota Magelang. Perbedaan

periode ini dengan periode sebelumnya adalah penggunaan data lapangan

yang digunakan untuk melihat secara langsung untuk tahun 2007 – 2010.

47

Gambar 3.1 Perkembangan ruang kota yang digunakan dalam Penelitian

Seperti dijelaskan di atas, data tekstual diawali untuk melihat setting ruang

kota, saat masyarakat mulai mendiami lembah Magelang dan mempercayai bahwa

tujuh gunung dengan sungai, bukit dan perbukitannya menjadi bagian dari

kehidupannya. Data tekstual tersebut dieksplorasi di setiap periode waktu dengan

menekankan pada proses pembentukan ruang didasarkan setting alamnya.

Prasasti, catatan sejarah, buku-buku yang mengeksplorasi kehidupan masyarakat

pada masa lalu dijadikan dasar untuk melihat terbentuknya ruang-ruang fisik.

Pada saat mengeksplorasi, fenomena lapangan digunakan sebagai pendukung data

pada masa lalu dengan tetap mempertimbangkan validitas tekstualnya. Hal ini

seperti dijelaskan bahwa suatu penelitian bisa dibuat dengan melakukan inferensi

pesan dengan cara membangun konstruksi analisis dari fenomena yang ada dan

menjadikan fenomena sebagai teks untuk menghubungkan data lapangan dengan

data tekstual agar tercipta keseimbangan dan kekuatan analisis. Metode kerja

seperti itu, diharapkan akan lebih maksimal dilakukan dibandingkan jika

menggunakan satu pendekatan saja, baik itu fokus data lapangan, ataupun fokus

dokumentasi dengan tetap menjalani proses verifikasi antar tekstual. Verifikasi

1. Kerajaan Mataram Kuno

2. Kehancuran Mataram Kuno

3. Kerajaan Demak

4. Kerajaan Mataram Baru

Perkembangan Ruang Kerajaan

1. Inggris

2. Belanda

a. Ibu Kota Kadipaten

b. Ibu Kota Karesidenan

c. Kota Praja

3. Jepang

Perkembangan ruang Kolonial

1. Perjuangan Fisik

2. Perbaikan Fisik

3. Kota Jasa dan Transit

4. Kota Perekonomian

Perkembangan ruang Setelah

Kemerdekaan

48

antar data tekstual yang tergali di setiap tahap penelitian mempunyai kedudukan

yang berbeda, tergantung dari fokus dan tujuan verifikasi.

Historical reading pada tahap mengeksplorasi konsep ruang dengan

melakukan analisis diakronik yang didukung analisis sinkronik untuk melihat

kondisi ruang. Analisis diakronik dilakukan pada periode kolonial, saat ruang-

ruang sudah mulai dapat dikenali dengan didukung ruang yang berkembang pada

periode kerajaan. Melihat skala ruang lebih besar dengan analisis sinkronik

membantu secara detil mendeskripsikan ruang dengan konsep yang terbentuk.

Gambar 3.2. Tahapan Proses Pencarian Data

3.3 Sumber Data untuk Mengeksplorasi Konsep Saujana Kota Magelang

Semua data diekplorasi isi dan maknanya sehingga bisa menghasilkan

konsep. Oleh karena itu data yang digunakan bersumber dari data tekstual baik

dari data lapangan maupun dokumen. Data tersebut diekplorasi satu persatu

dengan tetap didukung validitasnya. Informasi didapatkan dari beberapa

perpustakaan dan badan arsip yang ada di Indonesia, antara lain adalah

Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional, Arsip Daerah khususnya Jawa Tengah,

Arsip daerah dan perpustakaan yang ada di Kota Magelang serta beberapa

perpustakaan dan lembaga yang ada di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sementara

sebagai salah satu kota yang sempat dikuasai Belanda, maka beberapa sumber

49

data didapatkan dari beberapa perpustakaan yang ada di Belanda, baik dalam

bentuk peta, buku maupun artikel/majalah, serta beberapa buku-buku yang

diunduh dari internet yang diterbitkan pada masa kolonial Belanda.

Untuk sumber data setelah kemerdekaan banyak mengeksplorasi dari

beberapa dokumen yang ada di setiap periodisasi pembangunan dan

mengeksplorasi dari penelitian-penelitain yang sudah terlebih dahulu dilakukan

serta menganalisis peta dari setiap perkembangannya. Foto, lukisan dan gambar

yang mampu menjelaskan kondisi yang ada pada setiap periodisasi dijadikan

sumber data dengan membandingkan dan mengklarifikasi terhadap sumber

lainnya untuk mendukung analisis data. Sementara itu, foto-foto yang dihasilkan

sejak tahun 2007 dianalisis untuk menggambarkan kondisi empiris Kota

Magelang dan sekitarnya pada saat ini. Foto terbaru dengan didukung foto lama

dianalisis untuk komparasi bangunan dan kondisi ruang kota.

Cerita masyarakat atau yang dikenal dengan legenda digunakan apabila

secara essensial legenda tersebut bisa diterima logika dan juga ada keterkaitan

dengan dokumen atau rekaman visual, yaitu gambar atau foto. Kondisi empiris

menjadi sumber data yang sangat penting untuk mendukung keberadaan dokumen

yang ada dan untuk mengekplorasi kondisi-kondisi yang ada saat ini.

3.4 Sumber Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa :

a. Buku-buku yang mampu menceritakan kondisi pada periode tertentu

b. Dokumen atau arsip berupa majalah, iklan, artikel dan koran

c. Foto yang menggambarkan situasi dan kondisi pada periode tertentu

d. Peta yang sudah direkonstruksi tahun 2001, peta terbitan kolonial

belanda (khususnya koleksi KIT), peta setelah kemerdekaan

e. Gambar yang mampu menceritakan kondisi pada periode tertentu

f. Lukisan yang mampu menceritakan kondisi pada periode tertentu

g. Rekaman audio visual

h. Foto-foto kondisi saat ini tahun 2007 – 2010 yang didukung google

earth dan peta

50

3.5 Langkah-Langkah Penelitian

Dibawah ini merupakan langkah penelitian yang telah dilakukan dengan

dikelompokkan dalam tiga tahap, tiga pertanyaan utama penelitian, yakni

menggeksplorasi setting ruang, mengeksplorasi inspirasi alam yang mendasari

perkembangan kota dan mengekplorasi konsep saujana yang menunjukkan

adanya interaksi manusia terhadap alam dalam mengembangkan ruang kota.

Tahap pertama terkait dengan pertanyaan penelitian inspirasi alam seperti

apakah yang mendasari pembentukan dan perkembangan Kota Magelang. Pada

tahap ini, secara tekstual kondisi alam menjadi dasar utama dalam

mengembangkan data sekunder yang didapatkan dari penelusuran informasi dari

artefak ataupun prasasati, catatan sejarah dan intepretasi sebagai bagian dari

historical reading serta diakhiri dengan merekonstruksi peta dari analisis data.

Gunung, sungai dan lembah menjadi bagian terpenting dalam mengeksplorasi

setting ruang kota. Keterikatan elemen alam satu persatu dieksplorasi dengan

mendudukkan ruang lingkup yang lebih luas yaitu dalam ranah perencanaan kota.

Pada tahap pertama, diawali dengan pengamatan lapangan dan diakhiri dengan

melakukan rekonstruksi peta yang menunjukkan tujuh gunung dengan sistem

yang mendukungnya (sungai, bukit, kaki bukit dan lembah) menjadi setting ruang

Kota Magelang yang diyakini oleh masyarakat dan dijadikan inspirasi dalam

mengembangkan kota. Rekonstruksi peta menjadi bagian dari proses kedua dan

ketiga dan dijadikan konsep dasar dalam melihat perkembangan Kota Magelang.

Gambar 3.3 Langkah Kerja Tahap Pertama Penelitian

Lapangan

Kajian

Tekstual

Rekonstruksi

Peta

Setting ruang Kota Magelang

Terhadap Lingkungan Alam sekitarnya

Kajian tekstual - Sejarah

51

Tahap kedua dengan pertanyaan bagaimana alam telah memberi inspirasi

dalam pembentukan dan perkembangan Kota Magelang. Pada tahap ini, peta

sebagai hasil rekonstruksi dikompilasi dengan peta-peta yang ada untuk melihat

lebih detil baik melalui data lapangan maupun dokumen yang ada. Data tekstual

tersebut mampu menggambarkan kecenderungan orang (masyarakat, penguasa

dan lainnya) dalam menempatkan alam sebagai bagian penting dalam menentukan

tata letak dan membentuk ruang budayanya. Catatan sejarah, bangunan serta

intepretasi ruang dan bangunan digunakan untuk mendapatkan konsep ruang yang

terbentuk. Bangunan dan ruang-ruang yang terbentuk pada masa lalu dan masih

bisa dilihat pada saat ini menjadi salah satu contoh ruang yang menunjukkan

adanya kemenerusan. Sementara di satu sisi, untuk beberapa ruang yang selalu

mengalami perubahan akan dieksplorasi konsep kemenerusan yang terjadi. Pada

tahap ini, peta menjadi data yang sangat mendukung dalam dalam mengeksplorasi

ruang dan perletakan bangunan. Peta, dokumen dan lapangan mempunyai

kedudukan yang sama untuk menerangkan konsep-konsep keruangannya yang

didukung dengan verifikasi antara tekstual. Ruang-ruang arsitektur dibahas lebih

detil yang memperlihatkan adanya interaksi manusia terhadap alam. Skala ruang

lebih besar dari pada pada tahap yang pertama dengan makna keruangannya.

Gambar 3.4 Langkah Kerja Tahap Kedua Penelitian

Lapangan

Kajian Tekstual

-masa lalu -masa kini

Peta

Inspirasi Alam Kota Magelang

Kajian setting

Ruang Kota

Magelang

terhadap

Lingkungan

Alamnya

52

Tahap ketiga terkait dengan pertanyaan penelitian konsep saujana yang

bisa dikaji dalam perkembangan Kota Magelang. Pada tahap ini dilakukan

eksplorasi konsep ruang yang terbentuk dengan dasar pada tahap pertama yakni

inspirasi alam yang mendasari manusia. Tekstual masa lalu dan masa kini dibuat

dalam satu rangkaian yang pada akhirnya mampu menggambarkan adanya

kemenerusan dengan perubahan pada konsepnya.

Gambar 3.5 Langkah Kerja Tahap Ketiga Penelitian

Adanya ruang yang terbentuk merupakan salah satu wujud yang bisa

terlihat dari adanya interaksi yang digunakan untuk menjawab pertanyaan ke

empat, sementara pemintakatan ruang yang terjadi antar periode menjadi

pembahasan yang menunjukkan adanya keunikan pada interaksi manusia terhadap

alam dan digunakan untuk menjawab pertanyaan ke lima. Pada tahap ke tiga

penelitian ini akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian ke tiga yaitu

konsep saujana, pertanyaan ke empat yaitu wujud saujana dan pertanyaan ke lima

tentang kemenerusan dalam perubahan dair konsep saujana Kota Magelang. Peta

menjadi data utama dalam mengeksplorasi konsep saujana.

Pada tahap ini, ruang tidak hanya dilihat dari aspek fisiknya, namun dieksplorasi

konsep serta nilai filosofis yang melatar belakangi konsep tersebut. Nilai-nilai

filosofis masyarakat di setiap periode mempengaruhi konsep yang terbentuk dari

adanya keseimbangan interaksi manusia terhadap alamnya.

Lapangan

Peta

Ruang Kota

Konsep Saujana Kota Magelang

Kajian Tekstual

-masa lalu -masa kini

53

Pada tahap akhir, dilakukan wawancara ke beberapa narasumber, yakni ke

tokoh masyarakat (juru kunci Bukit Tidar), pegawai pemerintahan (pegawai

Bappeda, Pegawai Pemda) dan pelaku kegiatan dari masyarakat khususnya yang

melakukan beberapa ritual dan kegiatan di Kota Magelang. Wawancara dilakukan

dengan pertanyaan bebas tidak terikat dengan tujuan memperkuat konsep yang

telah diketemukan. Wawancara tidak dilakukan pada saat pencarian data, karena

hanya bertujuan untuk memperkuat konsep yang telah ditemukan.

Pada akhirnya, penelitian ini bertujuan untuk merumuskan konsep saujana

Kota Magelang dalam ranah ilmu arsitektur dan perencanaan untuk membangun

teori lokal empirik. Teori lokal tersebut akan sangat bermanfaat dalam

membangun teori saujana yang sedang berkembang di Indonesia, dengan tetap

mengacu pada bidang arsitektur dan perencanaan. Perkembangan ruang yang

disertai dengan penggalian konsep yang melatarbelakangi perkembangan ruang

tersebut bermanfaat untuk memperkuat teori saujana. Oleh karena itu, pendekatan

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif rasionalistik

dengan memposisikan teori sebagai salah satu usaha memperkaya peneliti saat ke

lapangan dan analisa.

54

3.6 Kerangka Pemikiran Penelitian

Gambar 3.6. Kerangka Pemikiran Penelitian

TEORI – TEORI

Teori budaya

Teori embrio da

perkembangan kota

Teori kota pusaka

Teori saujana

Latar Belakang Penelitian

Hasil temuan Utami, 2001

Magelang sebagai kota

bersejarah dengan keunikan

pada alam dan elemen

dominannya

Pemugaran bangunan pusaka

dan rusaknya nilai pusaka di

beberapa kawasan di

Magelang (2007)

Pembangunan kota yang tidak

berfokus pusaka saujana yang

dimiliki (2007)

Setting Terhadap Alam

DATA 2007 - 2010

Empirik lapangan Dokumen bersejarah Peta perkembangan ruang kota

Inspirasi Alam

Konsep Saujana