BAB III DESKRISPSI WILAYAH DAN OBYEK PENELITIAN 3.1 3.1.1 ...

24
37 BAB III DESKRISPSI WILAYAH DAN OBYEK PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum 3.1.1 Sejarah Kota Malang Kota Malang adalah sebuah kota di 45 Provinsi di Jawa Timur Indonesia. Kota ini berada di dataran tinggi cukup sejuk terletak pada 90 km sebelah kota surabaya dan wilayahnya di kelilingi oleh Kabupaten Malang. Malang merupakan kota terbesar kedua di utara timur dan di kenal dengan julukan kota pelajar. Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di indonesia pada umumnya, kota malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia belanda. Fasilitas umum di rencanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih membekas hinggan sekarang, misalnya “Ijen Boullevard” dan kawasan sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu sekarang menjadi monumen hidap dan sering kali dikunjungi oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang bermukim disana. Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan wilayah “gemente” (Kota). Sebelum tahun 1946, dalam lembaga kota malang terdapat tulisan “Malang namaku” terjemahan dari Malang nominor, sursur moveor. “Malang kucecwara”. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal-usul Kota Malang yang pada masa ken arok kira- kira abad ke 7 yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malang kucecwara. 1 1 http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/malang.pdf diakses pada tanggal 7 Juni 2016 Pukul 14.53 WIB.

Transcript of BAB III DESKRISPSI WILAYAH DAN OBYEK PENELITIAN 3.1 3.1.1 ...

37

BAB III

DESKRISPSI WILAYAH DAN OBYEK PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum

3.1.1 Sejarah Kota Malang

Kota Malang adalah sebuah kota di 45 Provinsi di Jawa Timur

Indonesia. Kota ini berada di dataran tinggi cukup sejuk terletak pada 90 km

sebelah kota surabaya dan wilayahnya di kelilingi oleh Kabupaten Malang.

Malang merupakan kota terbesar kedua di utara timur dan di kenal dengan

julukan kota pelajar. Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di indonesia

pada umumnya, kota malang modern tumbuh dan berkembang setelah

hadirnya administrasi kolonial Hindia belanda. Fasilitas umum di rencanakan

sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan

diskriminatif masih membekas hinggan sekarang, misalnya “Ijen Boullevard”

dan kawasan sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh keluarga Belanda

dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat

tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan

perumahan itu sekarang menjadi monumen hidap dan sering kali dikunjungi

oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang bermukim disana.

Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang

dijadikan wilayah “gemente” (Kota). Sebelum tahun 1946, dalam lembaga

kota malang terdapat tulisan “Malang namaku” terjemahan dari Malang

nominor, sursur moveor. “Malang kucecwara”. Semboyan baru ini diusulkan

oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat

hubungannya dengan asal-usul Kota Malang yang pada masa ken arok kira-

kira abad ke 7 yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau

dekat candi yang bernama Malang kucecwara.1

1 http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/malang.pdf diakses pada tanggal 7 Juni 2016 Pukul 14.53

WIB.

38

Kota Malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya

pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur

kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin

meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan.

Akibatnya terjadilah tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan

tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat,

seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan industri.

Sejalan perkembangan tersebut di atas, urbanisasi terus berlangsung

dan kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat diluar kemampuan

pemerintah, sementara tingkat ekonomi urbanis sangat terbatas, yang

selanjutnya akan berkibat timbulnya perumahan-perumahan liar yang pada

umumnya berkembang di sekitar daerah perdagangan, di sepanjang jalur hijau,

sekitar sungai, rel kereta api dan lahan-lahan yang di anggap tidak bertuan.

Selang beberapa lama kemudian daerah itu menjadi perkampungan dan

degradasi lingkungan hidup mulai terjadi dengan segala dampak bawaannya.2

Gejala-gejala itu cenderung terus meingkat, dan sulit dibayangkan apa yang

terjadi seandainya masalah itu diabaikan.

3.1.2 Pembagian Administratif

Kota Malang merupakan salah satu daerah otonom dan merupakan

kota besar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Sebagai kota besar,

malang tidak lepas dari permsalahan sosial dan lingkungan yang semakin

buruk kualitasnya, Kota yang pernah dianggap sebagai tata kota terbaik di

antara kota-kota Hindia Belanda ini, kini banyak dikeluhkan warganya seperti

kemacetan da kesemrawutan lalu lintas, suhu udara yang mulai panas, sampah

yang berserakan atau harus merelokasi pedagang kaki lima yang memenuhi

alun-alun kota. Namun terlepas dari berbagai permasalahan tata kotanya,

pariwisata Kota Malang mampu menarik perhatian tersendiri. Dari segi

geografis, malang diuntungkan oleh keindahan alam daerah sekitarnya seperti

Batu dengan agrowisatanya, pemandian selecta, Songgoriti atau situs-situs

2 http://malangkota.go.id/sekilas-malang/sejarah- diakses pada tanggal 15 Juni 2016 Pukul 16.32 WIB.

39

perbukala peninggalan kerajaan Singosari.3 Jarak tempuh yang tidak jauh dari

kota membuat para pelancong menjadikan kota ini sebagai tempat singgah dan

sekaligus tempat belanja. Perdagangan ini mampu mengubah konsep

pariwisata Kota Malang dari kota peristirahatan menjadi kota wisata belanja.

TABLE 3.1

Luas Wilayah Kota Malang

Sumber : Litbang Kompass diolah dari BPS Kota Malang 2001

Orientasi wilayah secara geografis wilayah Kota Malang berada antara

07046’48’’ – 08046’42’’ Lintang Selatan dan 112031’42’’ – 112048’48’’ Bujur

Timur. Dengan Luas Wilayah 110, 06 Km2 dengan batas-batas sebagai

berikut:

Batas Utara : Kabupaten Malang

Batas Selatan : Kabupaten Malang

Batas Timur : Kabupaten Malang

Batas Barat : Kabupaten Malang

Kota Malang terdiri dari 5 kecamatan yaitu kedungkandang, Klojen,

Blimbing, Lowokwaru, dan Sukun serta 57 kelurahan. Daerah penyelidikan

mempunyai elevasi antara 300 – 1.694 m diatas muka air laut dan secara

3 Malang/http://cuerosbhelatos.blogspot.co.id/2012/04/sejarah-kota- diakses pada tanggal 6 Agustus 2016 Pukul

13.43 WIB.

No. Kecamatan Luas (Km2)

1. Kedung Kandang 39.140

2. Klojen 10.075

3. Blimbimg 17.770

4. Lowokwaru 21.858

5. Sukun 26.562

Total 115.405

40

morfologi dikelompokkan menjadi 3 (tiga) satuan morfologi, yaitu satuan

morfologi dataran yang menempati bagian tengah dan selatan, satuan

morfologi pegunungan menempati wilayah bagian barat, utara dan timur.

Karena letaknya ang cukup tinggi, Kota Malang memiliki udara yang sejuk

dengan suhu rata-rata 24,130C dan kelembaba udara 72% serta cerah hujan

rata-rata 1.883 milmeter per tahun. Secara geologi daerahnya disusun oleh

bantua hasil kegiatan gunung api yang terdiri dari tufa pasiran, breaksi gunung

api, aglomerat, dan lava. Secara hidrogeologi akumulasi air tanah di Cekungan

Malang dijumpai pada lapisan akuifer yang dapat dipisahkan menjadi 3 (tiga)

kelompok yaitu, yaitu kelompok akuifer dengan kedalaman antara 40 – 100 m,

dan kelompok akuifer dengan kedalaman antara 100 – 500 m, berdasarkan

kuantitas dan kualitas air tanahnya, potensi air tanah, yaitu :

Wilayah potensi air tanah besar ;

Wilayah potensi air tanah sedang ;

Wilayah potensi air tanah kecil ;

Wilayah potensi air tanah langka ;

Penggunaan lahan di daerah ini berupa hutan belukar yang menempati

bagian barat, utara, dan timur. Tanah pesawahan menepati bagian selatan yang

merupakan tanah pemukiman penduduk dan pedesaan.

3.1.3 Demografi

Kota Malang merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal

dengan Malang Raya (Wilayah Metropolitan Malang). Wilayah Malang Raya

yang berpenduduk sekitar 4 juta Jiwa, adalah kawasan metropolitan terbesar di

Jawa Tmur setalah Gerbang Kertosusilo. Kawasan Malang dikenal sebagai

salah satu daerah tujuan wisata utama di indonesia. Jumlah penduduk Kota

Malang 857.891 jiwa (2014), dengan tingkat pertumbuhan 3,9% per tahun.

Dengan luas Kota Malang yang mencapai 110,06 Km2, kepadata penduduk

Kota Malang 7800 jiwa Km2 .4

4 Malang//htmlhttps://dedaligeni.github.io/2016/05/01/data-kependudukan-kota-malang.html diakses pada

tanggal 19 Agustus 2016 Pukul 11.21 WIB.

41

Sebagian besar penduduk Kota Malang berasal dari suku jawa. Namun,

suku jawa di Malang dibanding dengan masyarakat jawa pada umumnya

memilki tempramen yang sedikit lebih keras dan egaliter. Salah satu

penyebabnya adalah jauhnya Malang dari “Kraton” yang dipandang sebagai

budaya jawa. Tedapat pula sejumlah suku-suku minoritas seperti Madura,

Arab, TiongHoa, dan lain-lain. Sebagai Kota Pendidikan, Malang juga

menjadi tempat tinggal mahasiswa dari berbagai daerah dari seluruh indonesia,

bahkan diantara mereka juga membentuk wadah komunitas tersendiri.

TABLE 3.2

Jumlah Penduduk Per Kecamatan Tahun 2010-2015

No. Kecamatan Tahun

2011

Tahun

2012

Tahun

2013

Tahun

2014

Tahun

2015

1. Klojen 118.472 110.816 107.792 109.000 109.426

2. Blimbing 198.040 188.387 187.001 191.631 193.229

3. Kedungkandang 201.040 193.784 194.071 199.506 202.259

4. Lowokwaru 169.238 161.603 162.591 166.633 168.308

5 Sukun 890.079 191.643 193.310 198.241 200.907

Kota Malang 890.079 846.233 844.702 865.011 874.129

Sumber : Tahun 2015 data bulan juni 2015

Sebaran dan kepadatan penduduk sepertu kondisi kota pada umumnya,

bahwa hunian terdapat berada di pusat kota yaitu di kecamatan Klojen

memilki hunian terdapat dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 13.867

jiwa per Km persegi. Sedangkan tingkat kepadatan peduduk terendah berada

di wilayah Kecamatan Kedungkandang dengan tingkat kepadatan penduduk

sebesar 3.459 jiwa Km persegi. 5

5 http://dispendukcapil.malangkota.go.id/wp-content/uploads/2012/04/kepadatan_penduduk.pdf Di akses pada

tanggal 12 Agustus 2016 Pukul 20.00 WIB

42

TABLE 3.3

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Malang

No Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Penduduk Penduduk

Jumlah Kepadatan

1. Kedungkandang 39.140 201.960 5.160

2. Klojen 10.075 118.415 11.753

3. Blimbing 17.770 198.037 11.144

4. Lowokwaru 21.858 169.151 7.739

5. Sukun 26.562 120.250 7.614

Total 115.405 807.813 43.410

Sumber : Kota Malang Dalam Angka 2002

3.1.4 Gambaran Umum Kelurahan Dinoyo

Kelurahan Dinoyo merupakan kelurahan yang terletak di wilayah

kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Kelurahan ini terdiri dari tujuh 7 RW

(Rukun Warga) dan lima puluh satu 51 RT (Rukun Tetangga). Secara

administratif, Memiliki luas wilayah kurang lebih 1.428 KM2, dengan jumlah

penduduk tahun 2010 sejumlah 12.208 jiwa, terdiri dari 3.588 Kepala Keluarga

(KK).6 Wilayah kerja kelurahan Dinoyo berbatasan langsung dengan kelurahan

Tunggulwulung, Kecamatan Lowokwaru. Sedangkan batas wilayah meliputi :

Di sebelah timur, kelurahan ini juga berbatasan langsung dengan

kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru.

Disebelah selatan, kelurahan Dinoyo, berbatasan dengan kelurahan

ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru.

Disebelah barat, kelurahan ini berbatasan dengan kelurahan Tlogomas

dan kelurahan merjosari, Kecamatan Lowokwaru.

Sedangkan dilihat dari orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan)

Kelurahan Merjosari berjarak kurang lebih 3 Km dari pemerintahan

kecamatan, berjarak kurang lebih 6 Km dari pusat pemerintahan kota. Kondisi

6 http://ngalam.co/2016/05/20/profil-kelurahan-dinoyo-kecamatan-lowokwaru-kota-malang/ Diakses pada

tanggal 12 Agustus 2016 Pukul 20.00 WIB

43

geografis Kelurahan Dinoyo terletak pada ketinggian 440 m diatas permukaan

laut. Bentuk wilayah Kelurahan Dinoyo berupa dataran dengan kontur

berombak. Kelurahan Dinoyo memiliki suhu maksimum 35oC, dan suhu

minimum 26oC.

3.1.5 Lokasi Sekretariat Encompass Indonesia Wilayah Malang

Lokasi penelitian bertempat di jalan Sunan Muria Selatan, Kelurahan

Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.

Sekretariat Encompass Indonesia terletak di Jalan Sunan Muria Selatan

Kelurahan Dinoyo (daerah perumahan sigura-gura) Malang. secara umum,

kondisi geografis wilayah ini mempunyai suhu udara berkisar antara 22,7

derajat celcius sampai 25,1 derajat celcius dengan kelembaban udara sekitar

79% - 86%.

Pada umumnya lembaga swadaya masyarakat adalah sebuah organisasi

yang didirikan baik secara perorangan maupun secara kelompok dimana

organisasi tersebut tidak berorientasi pada hasil atau laba melainkan karena

adanya tujuan tertentu di dalam masyarakat. Lembaga swadaya masyarakat

(LSM) merupakan pengembangan dari sebuah organisasi non pemerintah

(omop) atau juga disebut sebagai lembaga non government organization

(NGO). Berikut Data LSM yang peneliti ambil di Malang sebagai salah satu

bentuk acuan penelitian meneliti LSM Encompass Indonesia yang ada di

Malang, Jawa Timur sebagai berikut:

TABLE 3.4

Profil Organisasi Masyarakat atau (LSM) Di Kota Malang

No. Nama Alamat

1. LSM Golongan Nasional Kebangsaan Indonesia

(BNKI)

Jl. Taman Agung 22

2. LSM Forum Komunikasi & Solidaritas Guru Jl. D. Kerinci VII E/B.8

3. Komunitas Hindu Pengembang Tekonologi Jl. Brigjen S. Riadi XI/ 303

44

Informasi (Acintya Community) Mlg

4. Yayasan Pemberdayaan Masy. Indonesia

(YPMI)

Jl. Bango 46 Malang

5. Lembaga Hukum dan HAM Keadilan Indonesia

(LHKI)

Jl. Ranu Grati 24 Mlg

6. Forum Independen Masyarakat Malang Jl. Danau Sentarum I E5A

No.05 Sawojajar

7. Organisasi Maniculture Socializing Action

(Mars Action)

Jl. Bunga Widara I No.1

Mlg

8. Lembaga Swadaya Masyarakat Sinar Bangsa

(LSMSB)

Jl. Candi Panggung Permai

No.21 Malang

9. Serikat Buruh Sejahtera Indo. Malang

Kucecwara (SBSI-M)

Jl. Raya Bandulan 6b

Malang

10. Lembaga Center For Religius And Social

Studies (Resist)

Perum Griya Shanta L-238

11. Lembaga Pendidikan Sosial “Ibu Pertiwi” Perum Griya Shanta Blok K

No.324 Malang

12. Kelompok Kajian dan Pengembangan Masy.

(KKPM)

Jl. Mutiara No. 4 Malang

13. Institut 4 Strenght Hening Transition Society

Studies (IN-TRANS Intitute)

Jl. Perum Tata Surya I/3

Dinoyo

14. LSM “Jaringan Kemnusiaan jatim” Jl. Blitar 12 Malang

15. Yayasan Pusat Pemberdayaan Manusia

Indonesia (YPPMI)

Jl. Cakalang Kav. AURI

No.16 Polowijen Malang

16. Lembaga perberdayaan Perlindungan Perempuan

dan Anak “FARHANA”

Jl. Ir. Rais 1/24

17. Malang Corruption Wacth (MCW) Jl. Joyosuko Metro

18. Komunitas Indonesia Untuk Demokrasi Jl. Pulosari I No. 30 Malang

19. Lembaga Pemberdayaan Masy. Kel. (LPMK)

Mlg

Jl. Borobudur 41 Malang

20. Paguyuban Budaya Leluhur Jl. Kolonel Sugiono I/2

Malang

21. LSM “Satuan Komunikasi Sosial Jl. Kolonel Sugiono 8

45

Kemasyarakatan RJT” Gadang, Mlg

22. Persekutuan Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI)

Malang

Jl. S. Parman I/ 42 Malang

23. Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG)

Malang

Jl. Dirgantara II C. 2/30

Lesanpuro K.kandang

24. Gerakan Pemuda Ansor Jl. KH. Hasyim Ashari 21

25 Muslimat Nadlatul Ulama Jl. KH. Hasyim Ashari 21

26 Forum peduli lingkungan Jl. Mayjen Sungkono Gg.6

No.1

Sumber : http://bakesbangpol.malangkota.go.id/wp

content/uploads/sites/14/2014/05/DATA-LEMBAGA.pdf

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang

penanganan konflik sosial secara umum keanekaragaman suku, agama, ras,

dan budaya Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa, pada

suatu sisi merupakan suatu kekayaan bangsa yang secara langsung ataupun

tidak langsung dapat memberikan kontribusi positif bagi upaya menciptakan

kesejahteraan masyarakat. Namun pada satu sisi lain, kondisi tersebut dapat

membawa dampak buruk bagi kehidupan nasional apabila terdapat

ketimpangan pembangunan, ketidakadilan dan kesenjangan sosial dan

ekonpmi, serta ketidakkendalian dinamika kehidupan sosial.7 Sebagai lembaga

non-profit atau LSM Encompass Indonesia di Malang, Jawa TImur peneliti

ingin mencamtumkan sebagian daftar konflik SARA di berbagai daerah di

Indonesia.

TABLE 3.5

Judul : Konflik SARA

No. Peristiwa Waktu dan Tempat Persoalan

1. Konflik Ambon

sebagai suatu rangkaian

peristiwa Pertentangan antar

kelompok yang melibatkan

Tanggal 19 s/d 20 januari

1999 Pukul 15.00 WIB –

09.00 WIB

Di desa Hative besar

Kerusuhan di Ambon

(Maluku) di awali dengan

terjadinya perkelahian salah

seorang pemuda Kristen asal

7 https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/42/UU-7-2012.pdf Di akses pada tanggal 05 Februari 2017 Pukul 20.00 WIB

46

sentimen agama sebagai isu

berakibat pada meletusnya

kerusushan pada tanggal 19

hingga 23 Januari 1999.

Sebagai suatu kondisi

psikologis maupun yang

pernah mengemuka menjadi

konflik terbuka antar

kelompok agama memang

realitas yamg rupanya telah

lama terdapat di dalam

masyarakat. Bukti-bukti

untuk hal ini adalah

kejadian-kejadian yang

sebelum peristiwa kerusuhan

bulan Januari ini terjadi.

Yakni misalnya pertikaian

yang terjadi pada tanggal 3

Maret 1995 antar warga desa

Kelang Asaude dan warga

desa Tumalehu, peristiwa

serupa terjadi juga pada

tanggal 21 Februari 1996.

1. Pada tanggal 15 Januari di

kecamatan Dobo telah

terjadi perkelahian antar

kelompok yang

mengatasnamakan agama.

Hal serupa terjadi juga di

wilayah Wailete dan Bak

Air.

2. pada pertengahan bulan

Januari telah berkembang

isu konflik antar agama dan

bahaya saling menyerang,

penyebaran isu melalui

beredarnya selebaran di

kalangan kelompok-

kelompok yang

Kotamadya Ambon

(Maluku).

Ambon yang bernama J.L,

yang sehari-hari bekerja

sebagai sopir angkot dengan

seorang pemuda Islam asal

Bugis, NS, pengangguran

yang sering mabuk-mabukan

dan sering melakukan

pemakalan (Istilah Ambon

patah) terhadap setiap sopir

angkot yang melewati jalru

Pasar mardika – Batu Merah.

Kerusuhan dicetus (trigering

factor) ditiga wilayah

sekaligus : Simpang Tiga

antara Batu Merah-Amantelu

dan Galunggung, Jalan depan

Gereja Silo dandaerah Rajali.

Peristiwa perkelahian

antara seorang sopir dan

preman di Simpang Tiga

antara Batu Merah, Amantelu

dan Galunggung justru

adalah sebuah peristiwa yang

sama sekali tidak

berhubungan dengan apa

yang secara sangat cepat

berubah menjadi pertikaian

antar kelompok agama. Pada

saat yang sama ditempat

yang berbeda-beda, ternyata

konsentrasi massa terjadi

pula dengan isu pertikaian

agama, dan dugaan akan

terjadinya penyerangan oleh

kelompok lain, seperti

dikalangan Kristen beredar

isu bahwa ada sebuah gereja

dibakar, sementara

dikalangan Islam juga telah

beredar bahwa masjid Al-

47

bertikai.selebaran berisi

berbagai informasi yang

mempertajam sentimen

agama.

3. adanya mobilisasi

kelompok-kelompok massa

tertentu dari luar daerah

Ambon menjelang dan

ketika kerusuhan.

Fatah juga telah dibakar.

Padahal, pada saat itu apa

yang diberitakan tersebut

tidak terjadi kebakaran pada

obyek yang disebutkan.8

2. Peristiwa Konflik di

Way Panji Lampung Selatan

antara Etnik Bali dan Etnik

Lampung pada 27 Oktober

sampai 29 Oktober 2012

tercatat menimbulkan

dampak kerugian paling

besar dan menyita perhatian

berskala nasional dari

berbagai konflik - konflik

sosial yang terjadi di

Provinsi Lampung selama

tiga tahun terakhir.

Kejadian bermula

pada hari Sabtu tanggal 27

Oktober 2012 pukul 17.30

WIB. Saat itu dua gadis

berboncengan sepeda motor

melintas jalan raya patok

sidoharjo, kedua gadis

tersebut adalah Nurdiyana

Dewi umur 18 tahun, warga

Desa Agom, Kecamatan

Kalianda, dan Emiliya Elisa

umur 17 tahun warga Desa

Negeri Pandan, Kecamatan

Kalianda. Sabtu 27 Oktober

2012 sekitar pukul 17.00

WIB, keduanya hendak

Tanggal 27 Oktober 2012

s/d 29 Oktober 2012 Pukul

Pukul 17.30 WIB

Persoalan Kecelakaan

lalu lintas kemudian

berkembang menjadi Isu

SARA yang tidak hanya

melibatkan kedua desa

tersebut, namun melibatkan

banyak desa dari kedua etnik

yang ada, Etnik Lampung

dan Etnik Bali. Konflik

bermula pada tanggal 27

Oktober 2012, kemudian

berlanjut pada hari

berikutnya, dan memuncak

pada tanggal 29 Oktober

2012. Peristiwa penyerbuan

dan bentrok berdarah oleh

ribuan warga Desa Agom

serta desa-desa sekitarnya

yang berpenduduk Etnik

Lampung terhadap warga

Desa Balinuraga (Etnik Bali)

mengakibatkan jatuhnya

korban jiwa sebanyak 14

orang tewas, puluhan orang

luka-luka, 166 unit rumah

warga di Desa Balinuraga

dan Sidoreno dibakar massa,

27 unit rumah mengalami

rusak berat, sebelas unit

8 http://sejarah-kelam-indonesia.blogspot.co.id/2015/01/kerusuhan-ambon-dan-poso-1999.html diakses pada

tanggal 13 oktober 2016 Pukul 12.30 WIB

48

pulang ke rumahnya usai

membeli peralatan makeup

di sebuah minimarket di

Desa Patok Sidoharjo

Kecamatan Way Panji. Laju

sepeda motor yang dinaiki

Diana dan Emi itu melaju

perlahan. Saat melintas di

perempatan jalan terdapat

para pemuda Balinuraga

yang mengendarai sepeda

yang berjumlah sekitar 10

orang tersebut, berusaha

mengganggu Diana dan Emi.

Karena pemudanya lebih

banyak, konsentrasi Diana

mengendarai sepeda motor

pun buyar sehingga sepeda

motorpun terjatuh. Warga

Desa sekitar tempat kejadian

datang dan berusaha

menolong. Para pemuda

yang mengendarai sepeda itu

juga mencoba menolong

dengan mengangkat kedua

gadis kepinggir jalan. Dalam

peristiwa tersebut warga

suku Bali memberikan

pertolongan terhadap

Nurdiana Dewi dan Eni.

Namun entah darimana

kabar dan berita yang

menyebar kepada warga

suku Lampung bahwa warga

suku Bali telah melakukan

pelecehan kepada Nurdiana

Dewi dan Emi. Saat kejadian

sepeda motor dibakar, dan

dua gedung sekolah juga ikut

dibakar massa. Selain itu satu

unit mobil Isuzu Panther

milik Dit Shabara Polda

Lampung, satu unit mobil

Honda CRV, dan Strada juga

ikut dirusak massa, serta

ribuan orang dari Desa

Balinuraga harus di

evakuasi.9

9 (http://dutaonline.com/korban-lampung-14-tewas-bentrok-laindi3daerah/downloa ad.04/01/2013). diakses pada

tanggal 13 oktober 2016 Pukul 13.50 WIB

49

Diana menelepon

keluarganya, tak lama

kemudian kakak Diana

datang dan membawanya

pulang. Sesampai di rumah,

gadis yang mengalami luka

memar di siku dan lutut,

kedua orang tua gadis itu

membawanya untuk diobati

oleh bidan setempat.

3. Konflik 2001 bermula

dari pembunuhan seorang

putra tokoh informal Dayak,

Sendung, di Kereng

Pangipada 16 Desember,

2001. Karena pembunuhan

ini warga Dayak menyerang

warga Madura sambil

mencari pembunuh Sendung

yang belum tertangkap.

Sejak peristiwa ini terjadi

eskalasi ketegangan antara

Madura dan Dayak, terutama

sejak meledaknya bom di

rumah salah seorang warga

Madura di Sampit. Warga

Dayak beranggapan warga

Madura menyimpan bom

untuk bersiap perang.

Setelah peristiwa ini

kemudian konflik tidak

terelakan lagi, terutama

setelah para “warior” Dayak

dari pedesaan (pedalaman)

masuk ke kota Sampit pada

19 Februari. Pada 20 Febuari

2001, Sampit sepenuhnya

berada dalam kontrol Dayak

dan pembantaian terhadap

Madura mulai berlangsung.

Tahun 1999 s/d 2001

Tanggal (17 s/d 20 Februari

2001) s/d (25 Februari 2001)

Kalimantan Tengah (Kota

Palangka Raya)

Tahun 1999, di

Palangka Raya, kembali

terjadi seorang Dayak

dikeroyok oleh beberapa

orang suku Madura karena

masalah sengketa tanah. Dua

orang Dayak dalam

perkelahian tidak seimbang

itu mati semua. Sedangkan

pembunuh lolos, malahan

orang Jawa yang bersaksi

dihukum 1,5 tahun karena

dianggap membuat kesaksian

fitnah terhadap pelaku

pembunuhan yang melarikan

diri itu.

Tahun 2000, di Pangkut,

Kotawaringin Barat, satu

keluarga Dayak mati dibantai

oleh orang Madura, pelaku

pembantaian lari, tanpa

penyelesaian hukum. Tahun

2000, di Palangka Raya, 1

satu orang suku Dayak di

bunuh oleh pengeroyok suku

Madura di depan gedung

Gereja Imanuel, Jalan

Bangka. Para pelaku lari,

tanpa proses hukum.

50

Menghindari pengejaran

Dayak, warga Madura

kemudian mengungsi ke

rumah Bupati, dan kemudian

dipindahkan ke kantor

Bupati. Dengan inisiatif

pejabat setempat guna

menghindari pembantaian

lebih banyak lagi,

pemindahan pengungsi dari

Sampit ke Surabaya dan

Madura kemudian

berlangsung hingga

mencapai angka sekitar

70.000 – 80.000 orang.10

Tahun 2001, di

Palangka Raya (17 s/d 20

Februari 2001) seorang

warga Dayak terbunuh

diserang oleh suku Madura.

Belum terhitung kasus warga

Madura di bagian Kalimantan

Barat, Kalimantan Timur dan

Kalimantan Selatan. Suku

Dayak hidup berdampingan

dengan damai dengan Suku

Lainnya di Kalimantan

Tengah, kecuali dengan Suku

Madura. Kelanjutan peristiwa

kerusuhan tersebut (25

Februari 2001) adalah

terjadinya peristiwa Sampit

yang mencekam.

10 http://pda-undp.tripod.com/backriset-kalteng.pdf diakses pada tanggal 13 oktober 2016 Pukul 14.50 WIB

51

3.2 Obyek Penelitian

3.2.1 Sejarah Berdirinya LSM Encompass Indonesia

Encompass bermula dari peristiwa Bom Bali I yang menewaskan

Daniel Braden, seorang pemain rugby asal Inggris. Untuk mengenang

mendiang Daniel Braden, keluarga Braden mendirikan organisasi Encompass.

Dengan berdirinya organisasi ini, diharapkan dapat mengahapus segala SARA

dan menyebarluaskan pemahaman akan toleransi kepada semua kelompok

masyarakat. Organisasi Encompass Indonesia bisa dikatakan sebagai pelopor

yang pertama satu-satunya organisasi di Indonesia yang menggunakan basis

multikultural dalam berorganisasi baik dalam berkegiatan yang sifatnya

terapan, juga kegiatan guna menciptakan kesadaran.

Karena terapan strategi yang hendak dijalankan merupakan bentukan

adaptasi, maka pergerakan ini perlu diketahui dan disetujui langsung oleh

Encompass Trust london mendapat dukungan sangat baik, LSM Encompass

Indonesia sejak 2010, kini resmi berdiri dan tercatat sebagai organisasi yang

legal, didirikan oleh alumni program journey of uderstanding yang bergerak

di bidang sosial, terutama masalah pendidikan multikultural yang

menumbuhkembangkan sikap dan nilai-nilai multikultural, antara lain

toleransi, solidaritas, empati, musyawarah, egaliter, pengungkapan diri atau

identitas.

Hasil dari dokumentasi sebuah video profil LSM Encompass Indonesia

yang biasa di putar setiap mensoialisasikan kegiatan yang ditunjukkan kepada

peserta terekam dengan jelas perjalanan awal kegiatan, peneliti meminta bapak

Bambang Sarasno selaku pembina menjelaskan asal usul kegiatan awal

mulanya sebagai berikut

“Program-program Encompass Indonesia merupakan adaptasi

program-program Encompass Trust, adaptasi program di sesuaikan

agar tidak bertentangan dengan budaya Indonesia. Pembelajaran

multikultural tidak diberikan secara formal, melainkan pendekatan

persuasif dan praktis yang dapat menghindarkan pertikaian saat

bersinggungan dengan persoalan – persoalan yang sangat sensitif,

edukasi menyangkut sikap dan nilai-nilai multikultural di wujudkan

dalam program Encompass Award atau program terapan. Melalui

kompetisi di bidang seni ditumbuh kembangkan kesadaran tentang

bagaimana menyikapi perbedaan dengan bijak penghargaan (Award)

juga diberikan perorangan atau lembaga yang memilki kepedulian

52

dalam persoalan-persoalan multikultural, bentuk komunikasi yang

dibangun anggota selain melalui media sosial (internet) mereka

mengadakan pertemuan (sarasehan) secara berkala antar anggota juga

mengundang orang-orang yang tertarik pada pemahaman dan

persoalan multikultural. Encompass Indonesia berperan aktif dalam

mengadakan dialog (sarasehan) dengan tema multikultural,

mengundang nara sumber dari berbagai keahlian memberikan

pemahaman terhadap penyikapan atas perbedaan. Encompass

Indonesia juga berkontribusi dan berpartisipasi dalam acara-acara

dialog sarasehan atau acara lain yang di selenggarakan organisasi,

lembaga, atau institusi lain berkaitan dengan penyampaian Visi

Misinya. Radio siar merupakan media efektif bagi para alumnus untuk

menyampaikan pesan multikultural kepada para remaja (pemuda)

dalam bentuk dialog interaktif.”11

3.2.2 Basecamp LSM Encompass Indonesia / House Of Understanding

Sekretariat Encompass Indonesia merupakan salah satu sekretariat

yang ada di wilayah Kota Malang, Sekretariat ini didirikan pada tahun 2011

yang berperan mengoperasikan program LSM Encompass Indonesia mulai

dari kegiatan Bhinneka Camp dan kegiatan yang lain.

Selain itu Mas Adamry Muis Anggota (pengurus) LSM Encompass

Indonesia sebagai menceritakan peran sebuah sekreatriat atau basecamp

(house of understanding) dalam mengoperasikan program-program kegiatan

yaitu :

“House of understanding adalah basecamp dari

Encompass Indonesia di mana terletak di Malang, Jawa Timur.

keragaman dari orang-orang latar belakang yang berbeda

dalam hal memahami dan mentoleransi perbedaan. House Of

understanding menjadi tempat untuk melakukan beberapa

aktivitas yang diikuti oleh banyak orang, seperti diskusi,

sharing, pertemuan, lokakarya, dan belajar bersama.

Pembahasan merupakan sebuah pembagian yang digelar

berkaitan dengan isu-isu membawa organisasi, toleransi dan

memahami perbedaan. Beberapa workshop diadakan bertujuan

untuk mengundang orang untuk datang di house of

understanding. Ini adalah promosi lembut untuk memberitahu

orang-orang yang ada di LSM Encompass Indonesia sebagai

organisasi dalam pendidikan multikultural.”12

11 Sumber di ambil dari rekaman video profile LSM yang dipromosikan oleh pembina Encompass Indonesia di

akses pada tanggal 31 Oktober 2016 Pukul 15.00 WIB 12 Sumber di ambil dari hasil wawancara anggota delegasi daerah sulawesi selatan di akses pada tanggal 30

Oktober 2016 Pukul 13.00 WIB

53

Gambar 3.1 : Halaman depan basecamp LSM Encompass Indonesia (House Of

Understanding)

Sumber : Dokumentasi pribadi peneliti diambil tanggal 16 Juni 2016

Gambar 3.2 : Halaman dalam Basecamp LSM Encompass Indonesia dipakai untuk

pertemuan rapat pengurus (anggota) wilayah malang

Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti diambil tanggal 16 juni 2016

54

Salah satu srategi membangun organisasi, LSM Encompass Indonesia

memberikan Training dan Workshop untuk menambah keterampilan bagi para

alumni (alumnus) dan para anggota lain menjadi fasilitator dan motivator,

pelatihan diberikan secara teori dan praktek di lapangan, setahun dua kali

Encompass Indonesia melalukan open recrutment pemuda-pemudi dan

memberikan kesempatan untuk program Journey Of Understanding di

(United Kingdom), bekerja sama dengan team pendaki gunung dan penjelajah

alam, calon peserta diberikan pembekalan serta di latih secara fisik dan

keterampilan kegiatan di luar (outdoor) untuk kesiapan mengikuti kegiatan

tersebut. LSM Encompass Indonesia terus berusaha untuk mengembangkan

diri dengan melakukan peningkatan secara kesinambungan, dengan

berkembangnya program-program Encompass Indonesia diharapkan dapat

memberikan kontribusi bagi proses pembangunan bangsa Indonesia.

Sedangkan Visi dan Misi LSM Encompass Indonesia sebagai berikut :

Visi LSM Encompass Indonesia

1. Membentuk masyarakat Indonesia yang memiliki sikap dan

menerapkan nilai-nilai multikultural dengan berdasarkan pancasila

demi kesatuan dan kemajuan bangsa Negara Indonesia.

2. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mampu membuka mata

dunia Kebhinekaan Indonesia sebagai kekayaan.

Misi LSM Encompass Indonesia

1. Mewadahi pemuda-pemudi indonesia dalam membangun sikap dan

nilai-nilai multikultural dalam masyarakat melalui berbagai program

edukasi.

2. Mempromosikan multikultural demi tercapainya persatuan dan

kesatuan masyarakat Indonesia.

3. Mempresentasikan keragaman budaya indonesia saat mengikuti

program-program International.13

13 http://www.encompassindonesia.org/our-mission/ Sumber di ambil dari website Encompass Indonesia. Di

akses pada tanggal 31 Oktober 2016 Pukul 16.00 WIB

55

3.2.3 Deskripsi Kegiatan LSM Encompass Indonesia Wilayah Malang

3.1 Encompass Goes to School

Dunia pendidikan mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar

dalam pembentukan sikap, cara pandang dan alur pikir seseorang. Termasuk

dalam hal ini pembentukan sikap dan nilai-nilai multikultural yang dibutuhkan

oleh bangsa Indonesia yang multikultur ini. Sayangnya, pendidikan berbasis

multikultural di dunia pendidikan Indonesia hingga saat ini baru berupa wacana.

Persoalan pendidikan tentu tidaklah cukup hanya bergantung pada

kurikulum pendidikan formal disekolah. Oleh karenanya, Encompass Indonesia

berniat untuk berkontribusi dengan membantu peran para guru dalam rangkaian

upaya membangun sikap dan nilai-nilai multikultural pada para siswa. Bantuan

tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain kegiatan yang

mereka beri nama “Encompass Goes to School”.

Membantu peran guru menjadi program penting bagi Encompass

Indonesia, mengingat bahwa para guru adalah tokoh yang berdiri di garda

terdepan dalam proses pembelajaran. Mereka diharapkan dapat melakukan aksi-

aksi kreatif dan inovatif dengan mendesain cara pembelajaran yang menarik dan

menyenangkan. Dengan demikian, para guru juga dapat mengambil peran lebih

yaitu sebagai fasilitator dan motivator. Pada akhirnya, secara tidak langsung

siswa didik termotivasi dan bisa belajar untuk menerima perbedaan sekaligus

menjadikannya sebagai kekayaan budaya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan berbekal keterampilan yang mereka pelajari pada saat mengikuti

program Lintas Budaya, para alumni mengadakan kegiatan-kegiatan yang

diharapkan dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi para pendidik maupun

calon pendidik. Inspirasi dan motivasi menumbuh kembangkan sikap dan nilai-

nilai multikultural pada para siswa.

Kegiatan ini mendapat sambutan yang positif dari peserta. Hal ini nampak

dari antusias dan semangat mereka saat mengikuti kegiatan. Karena kegiatan ini

seringkali juga melibatkan para guru, maka secara tidak langsung juga menjadi

ajang berbagi ilmu dengan para guru. Dalam kegiatan ini, para alumni bertindak

selaku fasilitator.

56

Kegiatan ini akhirnya menjadi agenda rutin organisasi. Untuk

pengembangan kegiatan secara berkesinambungan, Encompass Indonesia

mengadakan kerjasama dengan Perguruan Tinggi di Malang dalam program

“Multicultural Understanding”.

3.2 Encompass Journey of Understanding

Secara reguler setiap tahun dua kali, Encompass Indonesia juga terus

melakukan rekrutmen pemuda/i Indonesia dan memberi kesempatan serta

pembekalan kepada mereka untuk mengikuti program internasional Lintas Budaya

di Inggris.

3.3 Encompass On Air

Radio menjadi salah satu media yang popular dan mendapat perhatian

masyarakat di daerah, khususnya para remaja. Dalam menjembatani pesan-pesan,

seorang penyiar radio bisa menyampaikan pesan tersebut baik secara satu arah

maupun dua arah (interaktif) dalam bahasa-bahasa yang popular dan mudah

dipahami oleh pendengarnya yaitu remaja. Seorang penyiar dalam hal ini bisa saja

berperan sebagai moderator dalam diskusi interaktif tersebut untuk membahas tema

yang didiskusikan dengan mengundang nara sumber untuk melakukan talkshow.

Harapan yang diinginkan adalah peran radio sebagai media komunikasi dan

penyiar sebagi pembawa pesan dapat membangkitkan motivasi para remaja atau

pendengar yang lain, kilas baliknya secara siklik terus menerus akan terjadi

perubahan dengan sendirinya baik bagi media itu sendiri , penyiar sebagai

pembawa pesan maupun para pendengarnya yang menjadi sasaran adalah remaja

itu sendiri. Dengan latar belakang pemikiran tersebut, maka Encompass Indonesia

juga acapkali menyelenggarakan talkshow antar para remaja dengan muatan

pembelajaran multikultural.

3.4 Encompass Awards

Kompetisi merupakan salah satu ajang untuk aktualisasi diri dengan karya

seni sebagai media yang efektif dan komunikatif untuk menyampaikan suatu pesan.

Dua hal itulah yang mendasari gagasan eksplorasi potensi dan kegiatan Encompass

Indonesia rangkaian pembelajaran Multikultural secara kreatif dan rekreatif.

Kegiatan tersebut diberi nama “Encompass Awards” dan mengangkat tema tunggal

57

yaitu “Harmonis dalam Keberagaman” atau “Harmony in Diversity”. Kegiatan

yang diharapkan bisa menjadi agenda tahunan, berupa Lomba mewarnai untuk

tingkat TK dan SD, Menggambar untuk tingkat SD dan SMP, Poster dan Animasi

untuk tingkat SMA dan Perguruan Tinggi. Encompass Awards kedua diadakan di

Malang. Tujuan diadakannya ajang kompetisi ini adalah memperkenalkan dan

mengajak peserta untuk belajar menyikapi suatu perbedaan dengan bijak,

menghormati dan menghargai perbedaan. Dimana penyikapan itu perlu ditanamkan

sejak usia dini.

3.5 Encompass Gathering

Disamping selalu mengadakan komunikasi antar anggota secara intens

melalui media internet, mereka juga menggadakan pertemuan-pertemuan atau

dialog-dialog antar anggota. Pada acara tersebut, sering juga dihadiri oleh orang-

orang yang mempunyai ketertarikan di persoalan pemahaman lintas budaya.

Berbagi pengalaman dalam persoalan belajar mengajar, utamanya yang

berkaitan dengan pembelajaran dan pemahaman multikultural biasanya menjadi

agenda utama. Kesemuanya ini dilakukan dalam rangkaian upaya pengembangan

teknis, kreatifitas dan wawasan, agar mereka dapat lebih berperan dalam proses

belajar mengajar berbasis multikultural. Pada kesempatan tersebut, kadang-kadang

juga diadakan workshop-worksop singkat kepada peserta yang berminat, utamanya

mereka yang berlatar bidang pendidikan keguruan dan juga guru-guru.

3.6 Bhinneka Camp

Bhinneka Camp merupakan salah satu kegiatan terapan dalam

pembelajaran / pembinanaan sikap dan nilai-nilai multikultural (Toleransi,

Solidaritas, Empati, Musyawarah, Egaliter, Pengungkapan Diri, Persamaan Nilai,

Universalitas, keunikan personil, dll) untuk kepada generasi muda.

Bentuk kegiatan berupa Workshop, simulasi-simulasi dan Outbound.

Kesemuanya dikemas secara menyenangkan ala remaja, sehingga pembahasan

ataupun diskusi-diskusi hal-hal yang peka dapat berjalan dengan lebih terbuka

tanpa prasangka negatif.

Kegiatan dilaksanakan dalam sebuah camp selama 7 s/d 8 hari. Pesertanya

berasal dari mereka yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik suku,

Agama, Ras dan Golongan / Kelompok.

58

3.7 Dialog Saresehan Multikultural

Merupakan pertemuan antara EI dan masyarakat umum yang dikemas

dalam diskusi maupun dialog/perbincangan ringan yang membahas tentang isu

multikultural yang sedang berkembang dan kegiatan sosialisasi / edukasi tentang

Multikultural.

Dalam kegiatan ini akan dihadirkan pula Tokoh tokoh Agama, Tokoh

Masyarakat dan mereka-mereka yang meliliki kompetensi yang relevan dengan

topik-topik diskusi / dialog yang diselenggarakan.

59

BAGAN 3.1

Sumber :

Hasil Rapat L

Sumber :

Hasil Rapat LSM Encompass Indonesia Jum’at 4 Juni Pukul 10-13.00 WIB di Sekretariat

SEKRETARIS

Silka Abyadati, mengatur surat administrasi

dan menjadi ‘perpanjangan tangan’ Ketua di

Malang

BENDAHARA

Bina Yuanita, mengatur keuangan organisasi

dan pelaporannya ke Inggris

KORWIL.

MALANG

Ahmad Khoirul

Prawiranegara,

mengkordinir

kegiatan alumni di

Malang & sebagai

jembatan

penguhubung

dengan Dvlpmnt

Mngr-Prjct

Coordntr.

Novika

(Asst.Korwil)

Membantu korwil &

bertanggung jawab

untuk menyebarkan

undangan

KORWIL.

SURABAYA

Tantri

KETUA UMUM

Heru Soeprapto, S.T mengatur jalannya

organisasi dan menjadi gate antara Indonesia

dan Inggris

Bambang Sarasno, S.H MANAGER

PENGEMBANGAN , sekaligus

bertindak sebagai PROJECT

MANAGER

KORWIL.

JAKARTA

Nadia Putri

S.

KORWIL.

BANDUNG

Raden

Sasnitya

STRUKTUR ORGANISASI ENCOMPASS

INDONESIA WILAYAH JAKARTA

WEBSITE

Hanifah (Pimpinan

Redaksi), mengatur

peta website dan

update berita

terutama dalam

Bahasa Indonesia

Hamka Rasufit

(Maintanance),

mengatur desain

penampilan website

Novika (Editor),

mengatur versi

bahasa Inggris dari

konten website &

Jurnal kegiatan

Silka (FAQ),

Mengatur prosedur

untuk bergabung

dengan Encompass

& JoU

60

BAGAN 3.2

STRUKTUR ORGANISASI ENCOMPASS INDONESIA

WILAYAH MALANG

Sumber : Data base dari Sekretariat LSM Encompass Indonesia Wilayah Malang

Manager

Pengembangan

Bambang

Sarasno, S.H

B

Ketua Umum

Heroe Soeprapto, S.T

Bendahara Umum

Yuvita Rohmasari

Sekretaris Wilayah

Dhika Kusumaranti

Kordinator Wilayah Malang

Ahmad Khoirul Prawiranegara

Kabinet Encompass

Indonesia

Divisi Khusus

Divisi Kreatif

Dan Dokumentasi

Divisi Operasional

(Seni Budaya &

Pendidikan)

Divisi Rumah

Tangga

(Keanggotaan)

Divisi Humas

(Hubungan

Masyarakat)