BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Tempat Eks...
Transcript of BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Tempat Eks...
52
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Tempat Eks Lokalisasi Gang Dolly Di Kelurahan Putat Jaya Kecamatan
Sawahan Kota Surabaya
Seringkali orang-orang beranggapan bahkan kebanyakan dari mereka tempat
lokalisasi atau prostitusi adalah suatu tempat yang sangat tidak lazim untuk
dikunjungi bagi orang-orang yang mengerti begitu buruknya tempat lokalisasi
tersebut. Sehingga dapat menjadi ukuran jika seseorang sudah mengunjungi tempat
lokalisasi tersebut adalah seseorang yang tak baik atau buruk dalam aspek norma
dan nilai kehidupan dalam masyarakat. Sejatinya orang-orang yang mengunjungi
tempat lokalisasi tersebut adalah orang-orang terutama kaum laki-laki yang
menginginkan suatu hiburan untuk memuaskan hawa nafsu dengan melakukan
hubungan badan atau seks dengan wanita-wanita (pelacur) di lokalisasi tersebut.
Tentunya ini sebuah batas anggapan kewajaran seseorang untuk mengetahui atau
memahami lokalisasi prostitusi, tanpa terkecuali bagi kaum remaja ataupun anak-
anak yang dapat memberikan pengaruh perubahan tingkah laku atau nilai sosial
bagi beberapa pihak atau masyarakat yang hidup di lingkungan lokalisasi tersebut.
Lokaliasi yang terletak di jantung Kota Surabaya ini merupakan salah satu
wilayah padat penduduk yang aktivitas masyarakatnya sama wajarnya seperti
penduduk yang ada di Kota Surabaya. Akan tetapi, masyarakat yang hidup di
lingkungan lokalisasi ini secara ekonomi sangat menggantungkan kehidupan akan
adanya lokalisasi. Semenjak pasca penutupan lokalisasi Dolly ini dampak yang
53
lebih dominan adalah terhadap ekonomi masyarakat di lingkungan lokalisasi
tersebut.
Lokalisasi yang konon katanya terbesar se-Asia Tenggara telah ditutup dan
di alokasikan menjadi suatu tempat yang produktif positif bagi warga Kota
Surabaya dan memperbaiki citra Kota Surabaya sebagai kota metropolitan terbesar
ke-dua se-Indonesia yang sebagian besar masyarakat yang tinggal di lingkungan
lokalisasi masih menjadi mayoritas agama Islam dengan pengetahuan lokal
masyarakatnya Kota Surabaya masih kental dengan kebudayaan jawa dan agama
Islam terutama soal tata krama dalam kehidupan bermasyarakat dan bahkan agama
selain Islam juga yang sangat menjunjung nilai-nilai, norma dan syariat masing-
masing agama, memandang tempat lokalisasi tersebut adalah suatu tempat yang tak
lazim ada di lingkungan yang sangat padat penduduk dan akan aktivitas keseharian
warga masyarakat.
Letak akuratnya secara administratif Gang Dolly eks lokalisasi ini berada di
Kupang Gunung Timur 1 diantara 2 RW (Rukun Warga) yaitu, RW 12, RW 10 dan
RW 06, Gang Dolly ini bisa dikatakan gang yang cukup lebar karena RT dalam RW
12 yang terletak di kawasan eks lokalisasi adalah RT 09, RT 10, RT 11 dan RT 12.
Sedangkan RT dalam RW 06 yang terletak di kawasan eks lokalisasi adalah RT 04,
RT 05 dan RT 07 Kelurahan Putat Jaya, Kecamata Sawahan, Kota Surabaya dengan
luas keseluruhan kelurahan adalah 1,36 KM2.
54
Gambar 3.1
Peta lokasi penelitian
Sumber: Dokumentasi Penelitian
Pada mulanya lokalisasi Dolly hanya sebuah kawasan pemakaman Cina di
Kembang Kuning, daerah pinggiran kota yang sepi. Nama Dolly sendiri diambil
dari nama seorang wanita berdarah Belanda yang bernama Dolly Khavit, yang
dianggap sebagai perintis lahirnya lokalisasi prostitusi di wilayah Kelurahan Putat
Jaya. Keberadaan lokalisasi prostitusi Dolly memiliki banyak keunikan yaitu
membentang di sela-sela pemukiman padat penduduk yang berada di kawasan Putat
Jaya C Timur dan kawasan Jarak sehingga menjadikan tempat ini pada siang hari
sekilas terlihat pemukiman biasa seperti lainnya di Kota Surabaya.48
Keberadaan eks lokalisasi ini menjadi daya tarik tersendiri, dikarenakan
tempat yang dulunya hingar bingar gemerlap dunia hiburan prostitusi sekarang
seakan menjadi tempat yang sangat sunyi tak berpenghuni, karena bentuk bangunan
48 Agustianingsih, Diana. April 2014. Jurnal Ketahanan Sosial No. XX: Pengaruh Sikap Masyarakat Terhadap
Keberadaan Lokalisasi Prostitusi Dolly dan Maraknya Prostitusi Online Melalui Jejaring Sosial Facebook Serta Implikasinya pada Ketahanan Sosial Budaya (studi di masyarakat Kota Surabaya). Kodam V Brawijaya.
55
dalam Gang Dolly berupa wisma-wisma yang kebanyakan dimiliki oleh warga di
luar masyarakat eks lokalisasi atau di luar Kota Surabaya dan hanya 2 wisma yang
dimiliki oleh salah satu warga masyarakat eks lokalisasi Dolly. Tempat lokalisasi
ini dulunya sangat ramai pengunjung bahkan dari luar Kota Surabaya untuk
menikmati jajakan pelacur di lokalisasi prostitusi ini. Setelah adanya penutupan
yang dilakukan oleh Walikota Surabaya Ibu Tri Rismaharini untuk merubah
pandangan masyarakat khususnya masyarakat Indonesia tentang lokalisasi prostitusi
di Kota Surabaya dan memberikan dampak positif dalam kestabilan nilai dan norma
sosial kehidupan masyarakat dan termasuk dapat menjaga moral bangsa.
Pada dasarnya peneliti ingin memberikan pemaparan deskriptif tentang
kondisi perubahan nilai sosial atau moral perilaku masyarakat di eks lokalisasi
Dolly kesehariannya pasca penutupan lokalisasi. Pada saat peneliti turun ke lokasi
penelitian di eks lokalisasi Dolly yang terletak di Gang Dolly, masyarakat di
lingkungan tersebut seakan mempunyai nafas baru dalam kehidupannya dan apa
yang perlu ditata dan diperbaiki demi menjadikan lingkungan yang baik dan positif
bagi warga masyarakat eks lokalisasi khususnya yang dapat mempengaruhi pola
kehidupan masyarakat eks lokalisasi Dolly.
Menurut informasi yang telah dihimpun oleh peniliti dalam sejarahnya,
sebelum adanya penghuni masyarakat di lingkungan lokalisasi Dolly, lokalisasi
prostitusi ini sudah ada sejak jaman prasejarah kemerdekaan Indonesia, tidak ada
yang tahu persis bagaimana mulai berdirinya kawasan lokalisasi Dolly untuk
pertama kalinya. Namun, sejumlah literatur menyebutkan Dolly sudah ada sejak
abad 19 masa colonial Belanda. Bahkan, sejak dulu sudah beroprasi menjadikan
56
lokalisasi Dolly yang didirikan oleh seseorang yang bernama Dolly Khavid dan
ketika mulai penduduk berdatangan menempati sekitaran lokalisasi Dolly ini,
mereka yaitu penduduk dari luar kawasan lokalisasi Dolly sepertinya memaklumi
dan sudah memahami dengan adanya lokasi keadaan seperti itu. Tentunya dengan
kondisi yang nantinya tanpa disadari melemahkan pola kehidupan yang positif.
Komplek kawasan lokalisasi ini awalnya merupakan pemakaman Tionghoa
yang meliputi wilayah Girilaya yang berbatasan dengan makam Islam Putat Gede.
Kisah itu disebutkan pada buku berjudul Dolly: “Membedah Dunia Pelacuran
Surabaya, Kasus Kompleks Pelacuran Dolly oleh Tjahjo Purnomo dan Ashadi
Siregar, yang diterbitkan oleh Grafiti (1982)”.
Pada tahun 1960-an, makam-makam tersebut dibongkar dan sebagian besar
dijadikan pemukiman. Sekitar tahun 1966, muncullah para pendatang yang
kemudian menetap di kawasan itu. Tercatat pada 1967, datang seorang mantan
pelacur berdarah Jawa-Filipina bernama Dolly Khavit atau yang lebih dikenal
dengan sebutan Tante Dolly. Ia menikah dengan pelaut Belanda dan mendirikan
rumah bordil pertama di jalan yang sekarang bernama Kupang Gunung Timur 1.
Kawasan itu kemudian dikenal dengan sebutan Gang Dolly yang juga bersebelahan
dengan kawasan prostitusi Jarak. Namun, nama Dolly yang lebih terkenal. Puluhan
wisma bermunculan mulai dari sisi jalan sebelah barat hingga meluas ke timur,
sampai mencapai sebagian jalan Jarak.49
49 Purnomo, Tjahjo dan Siregar, Ashadi. 1982. Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks Pelacuran Dolly. Grafiti.
57
Demi memperoleh informasi yang lebih mendalam, peneliti mencoba untuk
mencari informan yang berpengaruh salah satumya bapak Bambang selaku ketua
RW 06 yang berada di kawasan eks lokalisasi. Bapak Bambang selaku informan
memberikan keterangan mengenai kondisi lokasi kepada peneliti, bahwa:
Keterangan bapak Bambang:
“Dulu sebelum lokalisasi ini ditutup oleh pemerintah mas, keadaan
disini sangat ramai, di rumah-rumah warga ada kos-kosan untuk para
pekerja di lokalisasi ini mas. Tapi wisma-wisma yang ada di lokalisasi
kebanyakan bukan warga sini, cuma ada 2 wisma yang dipunya sama salah
satu warga sini mas. Di kawasan sini ada 1 masjid dan 2 mushollah mas, pas
lokalisasi masih beroprasi, masjid dan mushollah yang ada disini masih aktif
seperti masjid dan mushollah yang lainnya di luar kawasan lokalisasi ini
mas”.50
Masjid tersebut adalah hasil hibah dari seseorang dari kalangan orang-orang
yang membuka usaha di lokalisasi kecuali mushollah yang didirikan oleh warga
sendiri dan indikasi lokasi di kawasan lokalisasi tidak sepenuhnya berpengaruh atas
beroprasinya bisnis atau usaha di Gang Dolly terutama jalannya prostitusi sebelum
penutupan lokalisasi. Setelah peneliti sedikit mengetahui gambaran yang belum
memuaskan maka peneliti mendapatkan informan yang sudih memberika
keterangan, yaitu Ibu Wijayanti yang mengetahui dan terbiasa dalam kehidupan di
kawasan lokalisasi dikarenakan Ia selaku ketua RT 06 RW 06 sekaligus membuka
usaha laundry tepat di Gang Dolly kawasan lokalisasi, berikut:
Keterangan Ibu Wijayanti:
“Disini ada 10 wisma yang sudah dari dulu aktif sampai sebelum
ditutup mas, 3 wisma besar yaitu Barbara 1 dan Barbara 2, satu lagi depan
rumah saya ini, Barbara 2 itu ada 6 lantai kalo luasnya sampean lihat sendiri
50 Wawancara dengan Bapak Bambang selaku ketua RW 06 pada 25 Mei 2017 pukul 10.30 WIB
58
ke dalam, di depan wisma situ ada yang jaga dari orang LinMas mas,
Barbara 2 yang paling besar disini, ada 60 kamar kalo nggk salah di dalam
wisma Barbara 2 itu mas. Dulu pas belum ditutup usaha kayak gini mas,
arek-arek (anak kecil) itu masih main-main, ya kayak biasa e, pagi, siang
sore. Tapi kalau sudah jam 4 sore anak-anak wes ndak bisa main atau
sembarangan lewat sini mas”.51
Sekarang 3 wisma yang ada di Gang Dolly yaitu wisma Barbara 1 dan 2 dan
satu wisma yang diambil alih atau dibeli oleh pemerintah Kota Surabaya sebagai
tempat produksi kerajinan sepatu dan tas untuk wisma Barbara 1 dan 2, kemudian
satu wisma dijadikan tempat belajar mengajar khususnya anak berkebutuhan khusus
tapi seiring berjalannya proses di kawasan eks lokalisasi, maka tempat belajar
mengajar “Nusantara Kita” diperuntukkan untuk semua anak-anak di kawasan eks
lokalisasi bagi yang berminat dan banyak juga dari kalangan anak-anak di kawasan
eks lokalisasi.
Lembaga “Nusantara Kita” tersebut menjadi wadah pembelajaran setelah
jam sekolah formal yaitu pada pukul 14.00 sampai 16.00 dan memberikan fasilitas
untuk anak-anak bagi yang ingin ikut sertakan program kejar paket ijazah
kesetaraan. Lembaga belajar “Nusantara Kita” diasuh dibawah naungan oleh Dinas
Pendidikan Kota Surabaya dan sekaligus pengajarnya dari orang-orang Dinas
Pendidikan Kota Surabaya yang ditugaskan di kawasan eks lokalisasi. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Sukarmiati, tenaga pengajar dari dari Dinas Pendidikan
PemKot Surabaya yang ditugaskan untuk mengurus “Nusantara Kita”. Berikut
seperti ini:
Keterangan Ibu Sukarmiati:
51 Wawancra denga Ibu Wijayanti selaku ketua RT 06 RW 06 pada 25 Mei 2017 pukul 14.00 WIB
59
“Nusantara Kita adalah suatu lembaga Pendidikan dan pengajaran
bagi ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang sesuai dengan kurikulum
sekolah di lingkungan eks lokalisasi yang didirikan oleh PemKot Surabaya
akan tetapi dengan berjalannya implementasi di lingkungan masyarakat eks
lokalisasi, akhirnya anak-anak yang ingin saja (anak-anak warga masyarakat
eks lokalisasi dan anak-anak dari eks pekerja seks komersial) yang mau
diajarkan pengetahuan atau pelajaran sekolah yang nantinya akan diikutkan
program paket untuk ijazahnya”.52
Fasilitas lain selain rumah produksi dan tempat pembelajaran anak-anak,
ada satu tempat yang menarik yaitu taman bermain. Dulu tempat ini adalah rumah
warga yang ada di Gang Dolly, sebelumnya lembaga “Nusantara Kita” menempati
tempat bermain untuk media pembelajaran anak-anak. Akan tetapi, tempat bermain
tersebut lebih diprioritas menjadi fasilitas tempat bermain untuk anak-anak di
kawasan eks lokalisasi seperti ayunan, perosotan dll.
Di tengah kawasan eks lokalisasi Gang Dolly juga ada tempat lapangan
futsal untuk menambah fasilitas warga di kawasan ini, tujuannya menjadikan
kawasan yang sehat bagi anak-anak atau warga yang hobi olahraga terutama
bermain futsal. Semua titik lokasi penambahan fasilitas bagi warga dan anak-anak
di kawasan eks lokalisasi ini dibangun pasca penutupan lokalisasi Gang Dolly dua
tahun yang lalu.
Gambar 3.2
Fasilitas Lap. Futsal di Gang Dolly
52 Wawancara dengan Ibu Sukarmiati pada 26 Mei 2017 pukul 15.30 WIB
60
Sumber: Dokumentasi Penelitian
Perubahan secara fisik di kawasan eks lokalisasi masih terus berbenah dan
masih proses membentuk masyarakat atau warga dan anak-anak di sekitar kawasan
eks lokalisasi. Dengan adanya fasilitas lapangan futsal untuk warga kawasan
tersebut dan juga taman bermain untuk anak-anak bisa menikmati tumbuh
kembangnya tanpa melihat latar belakang kawasan yang dulunya gudang prostitusi.
Taman bermain untuk anak-anak kawasan eks lokalisasi ini didirikan oleh
Pemerintah Kota Surabaya yang sebelumnya adalah rumah warga yang dijual ke
Pemerintahan Kota Surabaya paska penutupan lokalisasi tersebut.
Gambar 3.3
Taman Bermain di Kawasan Eks Lokalisasi
61
Sumber: Dokumentasi Penelitian
Jauh sebelum penutupan lokalisasi dan adanya fasilitas taman bermain ini,
anak-anak dari warga kawasan di lokalisasi terbatasi oleh jam oprasional prostitusi
mulai pukur 16.00 WIB sampai pagi menjelang shubuh sekitar pukur 05.00 WIB.
Karena pada masa kawasan lokalisasi itu masih buka atau aktif beroprasi sebagai
tempat prostitusi, anak-anak yang tinggal di kawasan Gang Dolly hanya bisa
bermain di depan rumah bagi rumahnya yang masuk di gang-gang kawasan Gang
Dolly bahkan setiap gang atau RT mempunya pagar keluar masuk tujuan mungkin
banyak diantaranya nanti terjadi curanmor atau maling yang masuk rumah-rumah
atau dengan alasan keamanan dan juga salah satu tujuannya adalah kekhawatiran
warga pada anak-anaknya yang keluyuran di kawasan lokalisasi pada waktu itu dan
apabila ada anak-anak yang belum dewasa mungkin orang tuanya atau warga
menganjurkan melewati jalur lain dan tentunya, ada pengontrolan yang lebih intens.
Tentunya, keadaan atau kondisi kawasan eks lokalisasi saat ini jauh lebih
sepi dari sebelumnya, jauh lebih damai bagi warganya yang tinggal di kawasan eks
lokalisasi saat ini tanpa melihat aktivitas prostitusi yang sehari-hari beroprasi
dengan hingar bingar keramaian kondisi di kawasan lokalisasi sebelum penutupan
62
tersebut. Wisma-wisma bagi para pekerja di Gang Dolly masih berdiri dan salah
satunya wisma yang di beli dan sekarang dikelola oleh Pem Kota Surabaya yaitu
wisma Barbara 2 berwarna putih menjulang tinggi 6 tingkat yang sekarang
dijadikan sebagai sentral industri pengrajin sepatu, tas dan dompet dll. Wisma-
wisma selain Barbara 2 masih dalam tahap renovasi dan dalam tahap
mengfungsikan wisma-wisma yang sudah diambil alih atau dibeli oleh PemKot
Surabaya.
Gambar 3.4
Wisma Barbara 2 Gang Dolly
Sumber: Dokumentasi Penelitian
63
Mengingat perubahan masyarakat yang lebih baik dan kondisi lingkungan
yang menuju pada proses lingkungan positif bebas prostitusi yang saat ini dijalani
atau dialami oleh warga atau masyarakat eks lokalisasi Gang Dolly dan sinegeritas
dengan masyarakat atau peran yang dilakukan PemKot Surabaya atas nama
tanggungjawab bagi warganya khusunya warga di kawasan tersebut memberikan
kebutuhan masyarakat berupa fasilitas paska penutupan lokalisasi Gang Dolly dan
demi merubah sudut pandang terhadap ketergantungan akan prostitusi yang ada di
Gang Dolly dan menanamkan kembali nilai-nilai atau norma yang ada di
masyarakat dengan cara fasilitas atau program PemKot Surabaya tersebut untuk
masyarakat eks lokalisasi dan kesadaran masyarakat itu sendiri akan memberikan
dampak kembali kepada masyarakat di kawasan eks lokalisasi Gang Dolly.
Pada proses perjalanannya, keadaan atau kondisi masyarakat dan lingkungan
eks lokalisasi saat ini masih dalam tahap pemulihan citra Gang Dolly itu sendiri
dengan menghadapi semua warga atau masyarakat khususnya yang tinggal di
kawasan tersebut dengan kebutuhan dan problema yang berbeda. Meski
perkembangannya tidak intens terlihat akan tetapi masyarakat yang tinggal di
kawasan eks lokalisasi Gang Dolly optimis dan yakin bahwa Gang Dolly akan
menjadi tolak ukur bagi masyarakat yang hidup di kawasan eks lokalisasi terutama
bagi warga Surabaya lainnya.
64