BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum …eprints.umm.ac.id/40935/4/BAB III.pdf ·...
Transcript of BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum …eprints.umm.ac.id/40935/4/BAB III.pdf ·...
44
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di dusun Sade, desa Rembitan, Kecamatan Pujut,
Kabupaten Lombok Tengah, NTB.
3.2 Sejarah Dusun Sade
3.2.1 Asal Usul penduduk
Dusun Sade pertama kali didiami pada tahun 1070 M. Dusun ini pertama
kali dihuni oleh 5 orang dari masing-masing rumpun keluarga yaitu :
a. Ame Sengaji diwilayah Sade Buluq Trah Datu SAMAR Katon
(Rembitan).
b. Ame Bongo diwilayah Sade Timuq Demung Rentung.
c. Ame Supatri diwilayah Sade LauqDemung Anyar.
d. Ame Swale diwilayah Sade Daye Trah Datu Pejanggik.
e. Jeru Ardike diwilayah Sade BatTrah Datu Prapen.
Kata Sade sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno yaitu Husade atau
Nursade yang berarti obat. Masyarakat zaman dulu mendatangi bukit Nursade
untuk menghilangkan hati dan jiwa dalam melakukan pemujaan pendekatan
kepada sang khaliq agar mereka menyadari sepenuhnya akan eksistensi diri
sebagai hamba Allah dalam bahasa sasaknya Panjak De Side Allah.
Kaitannya dengan hal ini seorang tokoh tertua atau dalam bahasa sasak
disebut Pelingsir/sentoaq yakni Ame Surye Nate mengatakan bahwa kata
45
Sade erat kaitannya dengan istilah jawa “Kalima Sade” yang mengandung arti
5 obat dari ketenangan jiwa, antara lain :
a. Senang Bagie (Syukur)
b. Bawaq Tarung (Tawaduq)
c. Kono’ah ( Merasa cukup atas paice)
d. Betertib
e. Saling periaq ( saling mengasihi)
Disisi lain Ame Surya Nate mengatakan bahwa ada 3 hal utama yang harus
diyakini oleh manusia sebagai makhluk sempurna agar didalam hidup dan
kehidupannya menjadi tenang yaitu :
1. Nurcahye menunjukkan cahaya agung sang ilahi yang senantiasa
menyinari semesta raya sepanjang masa.
2. Nursade menunjukkan agar kesejatiannya cahaya Rasulullah SAW yang
senantiasa berdampingan dengan Nur Allah SWT. Hal ini menunjukkan
bahwa Nurcahye dan Nursade senantiasa berdampingan setiap waktu.
3. Nursane, merupakan suatu wujud nyata dari Nurcahye dan Nursade yang
berada di alam semesta raya sebagai bukti kebesaran dan keagungan serta
kemuliaan Ilahi Robbi dalam wujud Alamsyahda dan alam metafisik.
Sade merupakan salah satu kolektivitas komunitas dalam bahasa sasak
disebut sebagai Punggilan dari beberapa komunitas suku sasak yang berada
diwilayah Desa Rembitan seperti Rembitan, Telok Bulan, Lentak, Selaq,
Penyalu, Peluk, Rebuk, dan Rumbi. Masyarakat dusun sade mempunayi
makam leluhur yakni Makam Sunting makam ini bercirikan makam pra aksara
46
(zaman Pra sajarah) yang menghadap ke Barat-Timur yang biasa disebut oleh
masyarakat sasak Penyerap Jelo dan penewoq jelo. Makam ini biasanya
diziarahi khusus pada hari sabtu, ketika para keturunannya memiliki hajat.
Mengacu pada ciri dan tipe makam leluhur, maka bisa dikatakan bahawa
masyarakat dusun Sade adalah salah satu dusun atau kelompok masyarakat
tertua di Lombok bagian selatan sejak zaman pra aksara/ pra sejarah yakni
pada masa bertani dan bercocok tanam pada masa Undahagi (Perundapian).
Leluhur masyarakat Sade konon berasal dari Jawa. Hal ini dapat dilihat dari
segi namanya yakni Ame Ratu Mas Sangaji denga julukan Ratu Mas
Penginding dan bertempat tinggal di Samar Khaton (Rembitan).
3.2.2 Bangunan Tradisional
Ada beberapa jenis bangunan tradisional yang masih dilestarikan dengan
baik oleh yaitu rumah atau Bale (bale Gunung Rate, Bale Bontar, Bale
Kodoq), lumbung atau Alang atau Berugaq (tempat pertemuan).
1. Rumah (Bale)
Menurut Masyarakat Sade, rumah merupakan alam mikromos
sehingga dalam pendirian sebuah rumah sebagai tempat tingga, tempat
kegiatan Ibadah, ritual adat keagamaan serta tempat berlindung dari
segala hawa panas dan dingin. Maka, dalam pembangn sebuah rumah
dijumpai berbagai persyaratan dan pantangan yang harus ditaati dan
dipatuhi agar pemilik rumah terhindar dari berbagai bala. Dalam tradisi
suku sasak Sade sebelum rumah mulai dihuni terlebih dahulu harus
diadakan acara roah atau selamatan. Tradisi roah menghuni rumah
47
baru disebut Roah Tangun Bale. Sebelum acara tahlil dan doa yang
dipimpin oleh Kyai terlebih dahulu akan menaburkan Moto Siung
kesekitar rumah/ Moto Sing tersebut dibuat dari beras, gula merah dan
parutan kelapa.
Rumah yang baru saja dihuni maka sesekali atau dalam kurun
waktu dua kali dalam sebulan harus dipel dengan kotoran sapi atau
kerbau yang biasa disebut sebagai Belulut agar dijauhi oleh makhluk
supranatural atau Selaq. Rumah tempat tinggal masyarajat Sade
disebut sebagai Bale Gunung Rate atau Bale Tani. Secara spesifik
bangunan Bale Gunung Rate terdiri dari beberapa bagian ruang yaitu :
a. Bagian Dalam
Dalem Bale Tempat Tidur dan Memasak.
Bale Dalem tempat melahirkan
b. Bagian Luar
Sesangkok Kawan tempat menerima tamu
Sesangkok Kiri tempat untuk kaum ibu.
Bale Gunung Rate mempunyai tiga anak tangga dan memiliki tiga
buah pintu atau Lawang yakni lawing sangkoq, Lawang Dalem Bale,
Lawangawing Dalam. Bentuk Lawang Bale Tania tau Bale Gunung
Rate adalah berbentuk Lawang Pelung dan lebih rendah ini
dimaksudkan bahwa setiap keluar masuk rumah kita akan menunduk
sebagai tanda salam atau hormat.
48
2. Lumbung (Alang)
Lumbung atau Alang secara umum berfungsi sebagai tempat untuk
menyimpan hasil pertanian (padi). Alang sebagai salah satu bagian dri
bangunan tradisional, bahwa ketika pembengunannaya juga harus
dilakukan dan mengikuti syarat-syarat ritual. Hal ini dimaksud agar
lumbung sebagai tempat persediaan pangan tidak diganggu oleh
makhluk halus yang disebut sabul serta persediaan pangan menjadi
lebih irit dan berkat.
3. Berugaq
Pembangunan sebuah berugaq harus diikuti dengan penyembelihan
hewankurban seperti kerbau atau kambing. Didusun sade dapat
dijumpai dua jenis berugaq yakni Berugaq Sekepat (berugaq dengan
tiang empat dan berugaq sekenam (berugaq dengan tiang enam).
Adapun fungsi berugaq yaitu :
a. Sebagai tempat pertemuan
b. Sebagai tempat upacara khitanan
c. Sebagai tempat istirahat.
3.3 Kondisi Geografis
Kondisi geografis Desa Rembitan Berada diantara :
a. Ketinggian Tanah dari Permukaan Laut : 250-300 DPL
b. Banyak Curah Hujan : 1250 mm/TahunTipe D
49
c. Topografi dataran rendah, tinggi, pegununggan, pantai : Datar dan
Bergelombang
d. Suhu udara rata-rata : 34 – 180c
Orbitrasi atau jarak dari pusat pemerintahan yaitu :
a. Jarak dari Kota Kecamatan : 3 Km
b. Jarak dari Kota Kabupaten/ Kodya : 18 Km
c. Jarak dari Kota Provinsi : 45 Km
d. Jarak dari Ibu Kota Negara : -
Dusun Sade merupakan salah satu dusun yang berada di desa Rembitan,
kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Dusun Sade berbatasan
dengan :
a. Sebelah Utara Dusun Rembitan
b. Sebelah Timur Dusun Selat
c. Sebelah Selatan Dusun Peluq
d. Sebelah Barat Dusun Penjalu
Luas wilayah Desa Rembitan 1.475 Ha. Secara administratif desa
Rembitan terbagi atas Dusun Rembitan I, Dusun Rembitan II, Dusun Rembitan
III, Dusun Rembitan IV, Dusun Teloq Bulan Daye, Dusun Teloq Bulan Lauq,
Dusun Lentek I, Dusun Lenteg II, Dusun Selemang Timuq, Dusun Selemang Bat,
Dusun Selat, Dusun Kukun, Dusun Rebuk I, Dusun Rebuk II, Dusun Sade, Dusun
Sade Timuq, Dusun Sade Lauq, Dusun Penjalu, Dusun Peluq, Dusun Kukun,
Dusun Bontor Lauq, Dusun Bontor Daye. Jarak dari ibu kota Provinsi adalah 45
50
km, kota kabupaten 18 km, kota kecamatan 3 km. Secara administratif desa
Rembitan berbatasan dengan beberapa desa sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sengkol
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Prabu
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kute
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukadana
51
Gambar 3.1 Peta Desa Rembitan
Sumber : Hasil Dokumentasi
Daratan desa Rembitan terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi,
perbukitan. Pada musim tanam penduduk desa biasanya menanam padi disawah.
Musim tanam padi bertepatan dengan musim hujan dikarenakan sawah desa
52
Rembitan merupakan sawah tadah hujan. Selain padi, penduduk desa Rembitan
juga menanam kedelai dan jagung untuk dikonsumsi sendiri dan tidak dijual.
Penduduk juga memelihara hewan ternak seperti ayam, sapi dan kerbau. Sapi dan
kerbau biasanya akan dipelihara di Ladang sedangkan ayam dipelihara disekitar
pekarangan rumah.
Luas pertahanan Desa yaitu :
a. Tanah Kas Desa : 50 are
b. Tanah bersertifikast : 250 persil atau 150 Ha
c. Tanah belum bersertifikat : 1350 Ha
Tabel 3.1 : Pemanfaatan Ruang Tata Guna Lahan
Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (Ha)
Luas Wilayah Keseluruhan 1.475
Hutan 450
Perkebunan / Sawah 40
Perikanan 5,5
Sumber : Profil Desa Rembitan
Penggunaan lahan di wilayah desa Rembitan terdiri dari hutan seluas 450
Ha, perkebunan seluas 40 Ha, dan perikanan seluas 5,5 Ha. Hal tersebut
menunjukkan bahwa mayoritas lahan digunakan untuk perhutanan dan
perkebunan guna kepentingan aspek mata pencaharian. Serta perlu digaris bawahi
bahwa daya dukung dan daya tamping lingkungan di desa Rembitan masih sangat
baik.
53
Desa Rembitan juga memiliki fasilitas umum penunjang yang terdiri 2 unit
taman kanak-kanak (TK), 6 gedung SD, 1 Gedung SMP, 1 Gedung Madrasah
Tsanawiyah, Gedung Madrasah Iftida’iyah (MI) dan 1 Gedung MA, yang dapat
menunjang pembentukkan pengetahuan masyarakat desa Rembitan secara formal.
Terdapat pula Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) 1 unit, Pndidikan
Anak Usia Dini (PAUD) 5 unit, serta dua jenis kursus yang dapat pula
membentuk pengetahuan masyarakat meskipun secara informal. Selain itu
terdapat pula fasilitas umum yang menunjang administrasi dan pemerintahan desa
serta pengembangan SDM seperti : sebuah kantor desa, 8 ruas jalan, 2 jenis
jambatan, 1 buah sarana olahraga, 7 buah sarana kesenian, 8 unit masjid, 13 unit
musholl, serta 2 unit Puskesmas pembantu.
Tabel 3.2 : Fasilitas Umum Penunjang
No. JENIS /NAMA FASILITAS JUMLAH/LUAS
1. Kantor Desa 120 M
2. Taman Kanak-Kanak /TK 2 buah
3. Gedung SD 6 Lokal
4. Gedung SMP 1
5. Gedung MI 1
6. Gedung MA 1
7. PKMB 1
8. PAUD 5
9. Jalan Desa 8 ruas
10. Sarana Olahraga 1 unit
54
11. Sarana Kesenian 7 group
12. Masjid 8 unit
13. Musholla 13 unit
14. Jembatan 2 jenis
15. Perpustakaan pembantu 2 buah
Sumber : Profil Desa Rembitan
3.4 Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Desa Rembitan berdasarkan hasil sensus pada tahun
2013 adalah sebanyak 7.461 jiwa dengan menganut agama Islam, terdiri dari
3.582 jiwa penduduk laki-laki dan 3.879 jiwa penduduk perempuan, masuk
kedalam 2.146 Kepala Keluarga. Struktur kependudukan menurut mata
pencaharian menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk menggantungkan
sumber kehidupannya disektor pertanian, sektor lain yang menonjol dalam
penyerapan tenaga kerja adalah buruh tani, sektor industry rumah tangga dan
pengolahan dan swasta, dan sektor lainnya seperti pegawai negeri, karyawan
sastra dan berbagai sektor lainya. Dusun Sade memiliki jumlah penduduk 758
jiwa. sekitar 187 kk. Struktur kependudukan bermata pencaharian petani, peternak
dan juga industry rumah tangga dengan membuat berbagai jenis kerajinan tangan
seperti gelang, kalung, menenun kain.
Jumlah penduduk berdasarkan atas kelompok tenaga kerja yaitu :
a. 20-26 tahun : 2.225 jiwa
b. 27-40 Tahun : 2.146 Jiwa
c. 40-60 Tahun : 5 Jiwa
55
Jumlah penduduk menurut pendidikan yaitu :
a. Lulus Pendidikan Umum : 2.156 Orang
b. Lulusan : -
c. Pendidikan Khusus : 33 Orang
Jumlah Penduduk menurut mobilitas penduduk :
a. Lahir : 387 Orang
b. Mati : Orang
c. Datang : 37 Orang
d. Pindah : -
3.4.1 Pendidikan dan Kesehatan
a. Pendidikan
Ketersediaan sarana dan prasaran pendidikan guna mendukung
program wajib belajar 9 tahun di desa Rembitan bisa dikatakan cukup
memadai disamping pemerintah juga mendukung dengan biaya pendidikan
melalui program BOS yang dikelola secara partisipatif dengan melibatkan
masyarakat melaui komite sekolah.
Tebel 3.3. Sarana dan Prasarana di Desa Rembitan
NO. SARANA DAN
PRASARAN
PENDIDIKAN
VOLUME
(BUAH)
LOKASI KETERANGAN
(Kondisi)
56
Pendidikan Umum / Formal
1. Taman Kanak-kanak 2 unit
2. SD 5 unit
3. SMP 1 unit
4. MTs 1 Unit
5. MI 1 unit
6. MA 1 unit
Jumlah 11 unit
Pendidikan Non-Formal
1. PKMB 1 unit
2. Sarana Olahraga 1 unit
3. Sarana Kesenian 7 group
4. PAUD 5 unit
5. Kursus 2 Jenis
Jumlah 16 Unit
Sumber :Profil Desa Rembiitan 2013-2014
Berdasarkan data tabel diatas diketahui terdapat TK serta PAUD sehingga
masyarakat bisa memilih untuk menyekolahkan anaknya pada usia dini. Selain
pendidikan formal juga terdapat pendidikan nonformal yang dapat membantu
untuk menambah pengetahuan serta keahlian. Berdasarkan dengan tingkat
pendidikan penduduk di desa Rembitan dapat dilihat sebagai berikut :
57
Tabel 3.4 : Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Rembitan
Jenis
Pendidikan
Volume Guru/ Tutor Murid/Warga
Belajar
Keterangan
TK 2 unit 15 Jiwa 70 Jiwa
SD 5 unit 83 jiwa 886 Jiwa
SMP 1 Unit 32 Jiwa 454 Jiwa
MTs 1 Unit - -
MI 1 Unit 11 Jiwa 75 Jiwa
MA 1 Unit 24 Jiwa 59 Jiwa
PKMB 1 Unit 14 Jiwa 104 Jiwa
PAUD 5 Unit 20 Jiwa 209 Jiwa
KURSUS 2 Jenis 6 Jiwa 30 Jiwa
Sumber : Profil Desa Rembitan
b. Kesehatan
Berbicara tentang sistem pengetahuan dan pengembangan SDM tentunya
tidak akan lepas dari bidang pendidikan dan kesehatan. Dengan kesehatan yang
baik masyarakat dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik, belajar maupun
bekerja. Di bidang kesehatan pemerintah telah menyediakan sarana dan prasarana
kesehatan dan tenaga medis dalam rangka untuk mempermudah masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan. Secara rinci sarana dan prasarana kesehatan
yang ada di Desa Rembitan disajikan pada table dibawah ini.
58
Tabel. 3.5 Sarana dan Prasarana Kesehatan Desa Rembitan
NO. SARANA DAN PRASARANA
KESEHATAN
VOLUME
(Buah)
KETERANGAN
(Kondisi)
1. Rumah sakit pemerintah / Pustu 1 Unit Baik
JUMLAH 1 Unit
3.4.2 Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian penduduk desa Rembitan terdiri atas petani, Peternak,
penenun, pelayan restoran, pemandu wisata, penjual aksesosir, nelayan,
pegawai negeri, tukang, buruh tani dan sebagainya. Mayoritas kaum laki-laki
bekerja di Sawah sedangkan perempuan bekerja sebagai penenun. Begitu juga
dengan penduduk dusun Sade yang mayoritas penduduk laki-laki bekerja
sebagai petani dan perempuan sebagai penenun. Lading penduduk biasanya
berada diluar dusun. Tanaman yang ditananm yaitu jenis padi dan kedelai.
Ada juga masyarakat bekerja sebagai pelayan restoran, yang berada di luar
dusun dengan jarak kira-kira 7 km dari dusun Sade.
Table 3.6 Penduduk Desa Rembitan Berdasarkan Mata Pencaharian
Hidup
JENIS PEKERJAAN JUMLAH (Orang)
Pegawai/ Karyawan 60 Jiwa
Wiraswasta 200 Jiwa
59
Petani 4.670 Jiwa
Buruh Tani 2.334 Jiwa
Tukang 75 Jiwa
Pensiunan 2 Jiwa
Nelayan 15 Jiwa
Pemulung -
Jasa 105 Jiwa
Sumber: Profil Desa Rembitan
3.4.2.1 Industri
a. Jenis Industri : 2 Jenis (Kain tenun dan tempe)
b. Jumlah Usaha Industri : 2 Buah
3.4.2.2 Pariwisata
a. Jumlah sarana pariwisata : 3 Buah
3.4.2.3 Pengairan
a. Jumlah sarana irigasi : 3 buah
3.4.2.4 Pertanian
a. Padi : 882 Ha : 4750 Kg/ Ha
b. Palawija : 1197 Ha : 1400 Kg / Ha
c. Sayur sayuran : 175 Ha : Kg / Ha
d. Buah – buahan : 50 Ha : 1000 Kg / Ha
3.4.2.5 Perikanan
a. Luas usaha perikana : 5,5 Ha
b. Jumlah hasil usaha perikanan : 833,3 Ton
60
3.4.2.6 Peternakan
a. Jumlah binatang ternak : 8.185 ekor
b. Jenis usaha ternak : 10 Jenis
3.4.2.7 Kehutanan
a. Luas Hutan : 450 Ha
b. Jumlah jenis tanaman hutan : 11 Jenis
3.4.2.8 Pertambangan Bahan Galian
a. Jumlah jenis pertambangan bahan galian : 1 Jenis
b. Jumlah hasil pertambangan bahan galian : 6.500 M3
3.4.2.9 Perdagangan dan Jasa
a. Perdagangan
1. Jumlah jenis sarana perdagangan : 4 jenis
2. Jumlah sarana perdagangan : 3 Buah
b. Jasa
1. Jumlah jenis sarama bidang jasa : 30 jenis
2. Jumlah sarana jasa : 13 jenis
3.5 Pemerintahan Desa Rembitan
Tabel 3.7 Jumlah Perangkat Desa
Perangkat Desa Jumlah
Kepala Desa 1 orang
Kepala Dusun 15 Orang
Sekretaris Desa 1 Orang
Kepala Urusan 5 Orang
61
Jumlah RT 50 Orang
3.5.1 Jumlah Pelayanan Masyarakat
a. Pelayanan Umum : -
b. Pelayanan Kependudukan : 7 buah
c. Pelayanan Legalisasi : -
3.5.2 Pajak Bumi dan Bangunan
a. Jumlaah Pajak : 2.122
b. Jumlah SPPT : 2. 122
c. Jumlah Ketetapan : -
d. Jumlah Realisasi : -
3.5.3 Badan Permusyawaratan Desa
a. Tanggal/ tahun pembentukkan : 10 Agustus2016
b. Jumlah Anggota : 11 Orang
c. Jumlah LKMD : 15 Orang
3.5.4 Keputusan Desa
a. Jumlah keputusan desa yang ditetapkan : 20 Buah
b. Jumlah keputusan Desa yang di Sahkan : 8 Buah
3.5.5 keputusan Kepala Desa
a. Jumlah keputusan Kepala Desa : 5
Buah
b. Jumlah keputusan yang merupakan kebijakan kepala desa : 2
Buah
62
3.5.6 Keuangan dan sumber pendapatan Desa
a. Pendapatan asli Desa (PAD) :Rp. 123.610.00,-
b. Bantuan Pemerintah : Rp. 561.905.616,-
3.5.7 Keamanan Desa
Tabel 3.8 Pembinaan Hansip
Pembinaan Hansip Jumlah
Anggota Hansip 22 Orang
Hansip terlatih 22 Orang
Alat pemadam kebakaran -
Pam Swakarsa 2 Kelompok
3.6 Kondisi Sosial Masyarakat Sade
3.6.1 Sistem Kemasyarakatan
3.6.1.1 Sistem Kekerabatan
Tuntunan kehidupan masyarakat dusun sasak Sade dikenal beberapa
macam ikatan keluarga besar (kekerabatan) yang merupakan satu keturunan.
Sistem kekerabatan dalam bentuk keluarga ini adalah :
a. Koran (Keluarga) yang terdiri atas : Inaq, Amaq, Anak ( Ibu, Bapak,
dan anak).
b. Punggilan ( Rumpun) yaitu satu kesatuan dalam ikatan emosional,
baik secara material atau moral.
c. Sekuh Hadas yaitu satu ikatan kedekatan emosional
63
Dalam mempererat tali kekerabatan masyarakat sasak dusun Sade
melakukan perkawinan dominan dilakukan dengan sistem indogami.
Perkawinan inilebih cenderung dilakukan atas sesame keluarga terutama
keluarga dekat. Sistem perkawinan disebut dengan nama “Merarik kance
diri’/ saling mbait” ini semua dimaksudkan untuk lebih mempererat
kekeluargaan dan menghindari kemungkinan lain yang akan terjadi dalam
keluarga, seperti biaya perkawinan yang relative mahal ketika harus kawin
dengan keluarga lain atau diluar dari dusun atau desa itu sendiri. Dalam
sistem Merarik kance diri’ ditemui beberapa sebutan sebagai upaya
melestarikan hubungan kekerabatan antara lain :
a. Merariq Banjar Beliling yaitu perkawinan yang dilakukan dengan
sesamakeluarga seperti misan atau sepupu (bahasa sasak Pisaq,
sampu).
b. Merariq Berempung Puntiq yaitu perkawinan yang dilakukan dimana
laki-laki atau Terune memngambil gadis atau dedare pada satu
keluarga.
c. Merariq Beseloq Elong Basung yaitu perkawinan yang dilakukan
dengan saling mengambil antara keluarga laki-laki dengan keluarga
perempuan.
Contoh : Pemuda Pak Hasim menikahi gadis pak Hasan, sebaliknya
pemuda pak Hasan menikahi gadis pak Hasim.
Sistem perkawinan ini menurut adat istiadat di dusun Sade pada
prinsipnya tidak dibenarkan dan diperbolehkan dalam bahasa sasak
Maliq Lengat karena perkawinan ini akan berimplikasi negative
64
terhadap kedua belah pihak yaitu keluarga laki-laki atau perempuan.
jika perkawinan ini terjadi maka pelakunya akan diberikan sangsi
dengan menyembelih satu ekor binatang ternak kerbau atau sapi
sebagai hewan kurban (Perbie).
d. Merariq Genting Karang Ulu yaitu perkawinan yang dilakukan
dimana seseorang yang menikahi mantan istri kakak atau adik yang
ditinggalkan karena meninggal dunia.
Istilah-Istilah yang berhubungan dengan sistem kekerabatan dalam masyarakat
Sade secara hirarkis disebutkan sebagai berikut :
a. Amaq
b. Papuq
c. Baloq
d. Tate
e. Toker
f. Gonder
g. Goner
h. Keletiq
i. Keletaq
j. Mbiq
k. Penggantung
l. Penggaet
m. Keluburan
65
3.6.1.2 Sistem Kesatuan Hidup dan Perkumpulan
a. Sistem Kesatuan Hidup
Yang menjadi dasar pokok masyarakat suku sasak Sade dalam membina
dan memelihara sistem kesatuan dalam kehidupan sehari-hari adalah sitem
gotong royong. Jiwa dan semangat kebersamaan ini dipupuk suburkan dengan
melakukan aktivitas sosial dalam bentuk antara lain :
1. Metajen yaitu membantu sebuah pekerjaan dengan tanpa mengharap
upah atau imbalan. Bantuan ini biasanya dilakukan kepada para tokoh
atau Sentoaq seperti Kyai, Keliang, kepala atau tokoh lainnya yang
dianggap memiliki andil ditengah-tengah masyarakat.
2. Betulung, yaitu membantu pada sebuah pekerjaan tanpa upah.
Biasanya dilakukan pada temen-teman dekat.
3. Besiru, yaitu tolong menolong dalam pekerjaan secara bergiliran.
4. Betangko, yaitu menghadiri undangan atau Pengolem pada suatu acara
hajat / pesta keluarga, sahabat. Barang bawaan disebut Penangko.
5. Belangar, yaitu melayat atau hadir dirumah orang yang meninggal
dunia. Barang bawaan disebut Pelangar.
Kebiasaan-kebiasaan lain yang erat hubungannya dengan kehidupan sosial
untuk mempertahankan tali persaudaraan antara sesama adalah
1. Nginding, yaitu meminta barang-barang atau keperluan hidup dalam
tukar barang yang tidak terlalu mahal. Misalnya meminta cabe, garam,
kepada tetangga.
66
2. Mentanje, yaitu memberikan barang atau sesuatu kepada saudara atau
teman.
3. Nyinggak, yaitu meminjam barang atau sesuatu kepada teman/ saudara.
4. Nempil, yaitu membeli barag dengan harga murah dibawah harga
pokok suatu barang.
5. Berutang, Yaitu meminjam barang atau uang.
6. Nalet, yaitu saling membantu dengan barang atau uang untuk
keperluan pesta perkawinan, khitanan, kematian.
7. Bedie, yaitu tukar menukar barang dengan barang ( Barter).
b. Sistem Asosioasi (Kumpulan)
Jenis asosiasi atau kumpulan tradisional yang masih kental dilakukan
masyarakat Sade adalah Bebanjar. Bebanjar merupakan wujud tolong
menolong pada kegiatan kehidupan seperti Upacara begawe, khitanan,
ataupun kematian. Tolong menolong ini biasanya dilakukan dalam bentuk
material baik barang atau uang (finansial). Wadah perkumpulan ini biasanya
disebut Banjar. Pengurus Banjar disebut Inen Banjar. Inventaris banjar terdiri
dari :
a. Peralatan memasak
b. Alat makan minum
Secara tradisional komposisi banjar yang ada di dusun Sade adalah
1. Inen Gawe (Sane Krane)
2. Inen Beras yaitu orang yang diberi mandat oleh sane krane untuk
menangani persediaan beras atau nasi.
67
3. Ran yaitu orang yang diberi mandate oleh sane krane untuk menangani
persediaan laupk pauk ayau sayur mayur. Pembantu Ran dalam dalam
melaksanakan tugas disebut Agan.
4. Inen Lekas yaitu orang yang diberi tugas untuk mengurusi tentang
persediaan rokok tembakau dan sirih atau disebut ngudut mamaq.
5. Inen Senganan yaitu orang yang mengurus masalah konsumsi seperti kopi
dan jajan.
6. Peladen, yaitu kelompok atau orang yang diberi kepercayaan untuk
mengurus atau mengatur jalannya pelayanan kepada para tamu atau
undangan yang telah hadir dalam sebuah gawe atau pesta. Untuk
membantu kelancaran tugas peladen dibantu oleh Anangin.
7. Anggota Banjar, Yaituterdiri dari anggota masyarakat yang secara
langsung berpartisipasi kepada Sane Krane (Ipin Gawe).
3.6.2 Sistem Pemerintahan dan Agama
3.6.2.1 Sistem Pemerintahan
Pemerintahan tertinggi di susun Sade dipegang oleh kepala dusun yang
disebut sebagai Jeru Keliang yang biasanya dipilih berdasarkan garis
keturunan dari kepala dusun sebelumnya. Jeru Keliang memiliki dwi fungsi
yaitu :
1. Sebagai pelaksana birokrasi dan administrasi ditingkat dusun artinya
sebagai pembantu pemerintah dibawah kepala desa (Jeru Kepale).
2. Sebagai pengemban adat atau Ketua adat.
68
Penasehat jeru keliang disebut sebagai Sentoaq (Pengelinsir) yaitu tokoh
tertua yang dianggap sebagai tetuah untuk memberikan saran atau nasehat
kepada jeru Keliang.sebagai pembantu dalam pemerintahan adat jeru keliang
dibantu oleh Jeru Arah (Ketua RT). Masing-masing jeru arah membawahi 40
kepala keluarga. Saat ini dusun Sade emiliki 7 buah jeru arah.
3.6.2.2 Sistem Keagamaan
Kegiatan keagaaman di Sade dipimpin oleh Kyai (Inen Pemole). Tugas
kyai adalah :
a. Memimpin upacara pernikahan
b. Memmimpin upacara kematian
c. Ikut serta dalam kegiatan-kegiatan adat ritual keagamaan.
Disamping kyai juga tokoh-tokoh yang berperan dalam memimpin ritual
keagamaan adalah Mangku atau belian. Ini berarti bahwa kyai, mangku atau
dan belian selalu ikut serta memgambil peran dalam kegiatan ritual.
3.6.2.3 Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi yang digunakan oleh masyarakat suku sasak Sade
untuk berkomunikasi dengan sesame adalah bahasa sasak. dialek bahasa sasak
Sade ada dua jenis bahasa sasak yaitu :
a. Bahasa sasak kasar (Base jamaq). Bahasa ini dipergunakan untuk
berkomunikasi sehari-hari dengan sesama warga.
b. Bahasa Sasak Halus. Bahasa ini dipergunakan untuk orang-orang yang
lebih dewasa, orang tua, tokoh-tokoh tertua, dalam bahasa sasak
69
disebut dengan toaq. Selain itu bahasa ini dipakai pada saat upacara
perkawinan terutama saat sorong serah Aji Krame.
3.7 Konsep Kepercayaan Masyarakat Sasak dusun Sade
3.7.1 Kepercayaan Pra-Islam (Klasik)
Kepercayaan Pra-islam atau klasik merupakan kepercayaan yang diantut
masyarakat Sade yang secara turun temurun dilaksanakan sebagai bagian
integral dari warisan leluhur dalam bahasa sasak disebut Pengadiq dengan
toaq laeq. Kepercayaan ini sampai sekarang masih tetap dipelihara dengan
baik oleh masyarakat dusun Sade, karena jika kepercayaan ini ditinggalkan
maka masyarakat akan divonis sebagai suatu pengingkaran diri terhadap hal-
hal yang telah menjadi wasiat atau Pematah dari para leluhur yang akan
berdampak negative bagi masyarakat itu sendiri atau dlaam bahasa sasak
disebut Tule manuh/kualat.
Secara umum bentuk atau jenis kepercayaan Klasik (Pra-islam) yang
masih diakui oleh masyarakat sade adalah :
1. Kepercayaan Terhadap Para Leluhur (Animisme)
Kepercyaaan terhadap kesucian para leluhur merupakan bagian
kepercayaan yang wajib dijaga dan dipelihara dengan baik pada setiap
waktu dan zaman. Selain keyakinan hakiki yang menduduki peringkat
paling atas yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa ( sasak Allah Ta’ale).
Keyakinan terhadap leluhur muncul karena adanya anggapan bahwa
leluhur adalah sakral dan suci yang memiliki kapasitas dan intensitas
spiritual (rohani) yang tinggi dan mampu berkomunikasi atau
70
menyampaikan segala hajat niat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Allah
SWT. Terkait dengan kesucian para leluhur itu maka masyarakat dusun
Sade menyebutnya dengan nama Penambahan Agung Dewe Betare.
Para leluhur diyakini tidak meninggal duniatapi Ia hanya menghilang
(moksa) dan selalu melindungi paraanak turun dari berbagai kemungkinan
buruk yang akan terjadi. Kemudian tempat hilang (moksa) dinamakan
Pendewaan atau kemaliq yang akhirnya tempat suci yang harus dijaga
kesuciannya.
Tempat yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya para leluhur agung
adalah :
a. Diatas Batu Bukit Dinding (Sebelah barat Sade 6 km).
b. Diatas bukit Kiyangan (Sebelah selatan Sade 1 km)
Kedua bentuk pendewaan ini sama dengan bentuk pendewaan berundak
pada zaman megalitikum dimana arahnya menghadap barat (kiblat). Didalam
menjaga dan menghormati para leluhur masyarakat sade memiliki suatu
tradisi Ritual dengan nama Tradisi Ngayu-ayu (Taeq). Tradisi ini dipimpin
oleh Mangku dan biasanya dilaksanakan pada hari sabtu. Dalam tradisi
Ngayu-ayu (Taeq) yang dipimpin oleh mangku ini memiliki rangkaian tata
cara antara lain :
a. Membaca Naskah Lontar (Puspe Karme)
b. Bejambeq (Ngaturang sesaji)
c. Besembeq
d. Labuh sembeq di sumur (Buwun Tune)
71
e. Nyelamet dipimpin Kyai
2. Kepercayaan Dinamisme
Disamping kepercayaan terhadap leluhur, masyarakat Sade juga
mempercayai bahwa alam dan benda memiliki kekuatan. Alam semesta yang
merupakan ciptaan Allah SWT sesungguhnya didalamnya terdapat kehebatan-
kehebatan yang luar biasa dan agar alam semesta ini tidak murka maka
keharmonisan alam dan manusia harus tetap dijaga dengan baik. dengan
demikian manusia sebagai khalifah di dunia harus bertingkah laku yang wajar
dan tidak boleh sewenang-wenang terhadap alam.
Menurut keyakinan lokal masyarakat sasak Sade bahwa secara umum alam
semesta ini terdapat adanya empat kekuatan gaib dalam bahasa sasaknya
Empat padun Gumi. Empat padun gumi ini senantiasa dijaga setiap saat oleh
kekuatan gaib, agar dunia ini tidak mengalami kegoyahan (tidak stabil).
Keempat padun gumi ini masing-masing dijaga oleh suatu kekuatan ghaib
yang disebut Naga Raksasa Petala Bumi. Sedangkan kekuatan gaib (kekuatan
meta fisik) yang lain berkedudukan di dua tempat atau arah yaitu :
a. Penjage Penewoq Jelo (Matahari terbit) berada diufuk timur.
b. Penjaga Penyerap Jelo (Matahari terbenam) berada diufuk barat.
Kepercayaan lain yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
kepercayaan ini bahwa benda-benda buatan manusia pun dianggap memiliki
kekuatan atau kehebatan mistik, seperti keris, tombak, pedang, cincin, lading
kuning, gelang, dan benda-benda lain seperti “gong Toaq” yang mrupakan
peninggalan sang leluhur. Kaitan dengan kepercayaan dinamisme masyarakat
72
sasak Sade, mempercayai ada tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat
(sakral). Untuk menjaga keramatannya pada saat-saat tertentu tempat itu akan
diziarahi atau dikunjungi untuk melakukan Bejambeq atau Penyembahan
dengan tujuan agar terjadi keharmonisan dengan alam, sehingga alam tidak
akan murka terhadap penduduk umat manusia.
Gangguan-gangguan yang terjadi pada manusia sebagai konsekuensi
ketidakharmonisan antara alam dengan manusia biasanya disebut Ngenemuk
atau Memeram Rodan. Adapun tempat-tempat yang dianggap keramat tersebut
seperti :
a. Gunung Rinjani (Gunung Saq Beleq)
b. Makam Kiyangan
c. Makam Datu dinding
d. Makam Sunting
e. Masjid Kuno Rembitan
f. Pedewaan Lingsar
g. Dan tempat-tempat lain yang dianggap tempat bersemayamnya Jin.
3. Kepercayaan Terhadap Makhluk Supra Natural
Kepercayaan masyarakat Sade terhadap supranatural masih sangat.
Mereka mempercayai bahwa alam semesta ini hanya dialami oleh manusia
tapi juga oleh makhluk-makhluk halus dalam bahasa sasak disebut
Makhluk minuk-manik atau ipin paer. Ada beberapa contoh makhluk halus
yang hidup disekitaran manusia adalah :
a. Begembnek g. Sabul
73
b. Bakik-berak h. Lindur ( naga raksaasa)
c. Tau Selaq-leaq i. Ipin Mare
d. Jim j. Beboro
e. Siluman k. Bebai/Tuyul
f. Karun l. Gegenduk
3.7.2 Kepercayaan Islam
3.7.2.1 Islam Watu Telu
Ketika raja-raja di Jawa berhasil di Islamkan oleh para Wali Songo
maka islampun menyebar dan berkembang ketimur dengan tujuannnya
adalah Gumi Sasak Lombok. menurut catatan lama Islam masuk ke
Lombok (sasak) sekitar abad ke 17 Masehi. Islam diperkirakan masuk
mellaui dua jalur yakni Jalur Dayen Gunung Beleq daerah Bayan dan Jalur
Segare lauq daerah Kute Pujut dan tempat berlabuhnya dinamakan
pelabuhan Tonjang. Kemudian menuju Samar Khaton desa Rembitan yang
diperkirakan datang hari senin. Dan didesa ini konon yang menyebarkkan
agama islam adalah seoarang ulama tanah jawa yang bernama Haji Duta
Semu dan masyarakat menyebutnya Deside Wali Nyatok.
Sebelum mendirikan masjid beliau terlebih dahulu mendirikan
sebuah tempat ibadah sederhana atau santren yang kemudian disebut
Mensigit Jawe yang letaknya disekitar Sade. Beberapa tahun kemudian
baru mendirikan sebuah masjid di bukit samar Khaton (Rembitan).
Ditempat ini Deside Wali memulai misi keagamaannya untuk
mengajarkan dan menyebarkan syiar-syiar islam kepada penduduk. Desa
Samar Khaton menyadarai akan keberadaan dan dan karakteristik
74
masyarakat samar khaton yang sangat kuat memeluk budaya dan tradisi-
tradisi peninggalan para leluhur. Maka penyaluran sistem
islamisasidilakukan melalui pendekatan budaya.
Konteks pendekatan budayaini inti ajarannya lebih dititik beratkan
kepada riga pola dasar pembentukkan kepribadian spiritual manusia yaitu :
a. Aqidah yaitu ketaatan kepada Allah SWT / Nenek Alah Ta’ala yang
meliputi Taat pada Allah SWT, Tunduk Kepada Rasulullah dan
berbakti kepada kedua orangtua.
b. Akhlaq
c. Budaya (Ritual Mole Monte)
Dalam hal agama mula-mula beliau mengajarkan tentang dua
kalimat syahadat dalam bahasa jawa kuno (Bahasa Jejawan). Sholat, zakat
dan puasa. Shalat dan puasa hanya ilakukan oleh kyai saja sedangkan
masyarakat hanya diwajibkan melakukan kegiatan-kegiatan kebudayaan
yang disebut Mole monte yang dianggap sebagai bagian internal dari
ibadah dalam konteks islma aliran watu telu. Khususnya bagi masyarakat
Rembitan Sade tradisi ini dianggap memiliki posisi paling esensial dan
pentig dalamkehidupan sehari-hari.
Aliran islam waktu telu merupakan suatu aliran lokal dalam islam
yang pernah mengalami kejayaan di Desa Rembitan khususnya dusun
Sade. Dalam berbagai perspektif bahwa Islam waktu telu ini muncul atau
di Ilhami oleh adanya tiga aliran yang ada dalam kehidupan masyarakat
75
yang terkombinasi menjadi satu kesatuan yang utuh. Ketiga aliran tersebut
antara lain :
a. Aliran Lokalisme (Kepercayaan Dengan Toaq/leluhur).
b. Aliran Hinduisme ( Pengaruh kepercayaan Hindu)
c. Aliran Sufisme (Pengaruh Islam dalam Ilmu Sufi.
Terkait dengan pelaksanaan syariat-syariat Islam dalam konteks
aliran Islam waktu telu ini yang isinya kesyariatan isla, seperti Sholat,
puasa adalah tugas dan kewajiban para kyai. Kyai adalah orang suci yang
dianggap mampu untuk melaksanakan syariat-syariat agam Allah SWT,
karena kesuciannyaitu dalam perspektif masyarakat sade para kyai dijuluki
Inen Pemole atau Penjauq Aik Meneng. Dalam hal ini masyarakat biasa
hanya diharuskan untuk bisa mengucapakan dua kalimat syahadat yaitu
dalam bahasa Jawa. Disamping itu harus melaksanakan ritual Mole monte
tadi.
Terminologi aliran Islam waktu Telu dalam perspektif masyarakat
Rembitan Sade ada tiga hal mendasar yang amat terpuji yang harus
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari ayng dianggap sebagai inti sari
atau nilai esensial dari ritual Mole monte yaitu :
a. Solah Perateq yakni berhati mulia, berbudi pekerti luhur
b. Solah Penuniq yakni memiliki bahasa yang halus, benar dan jujur
c. Solah Pegawean yakni bertingkah laku terpuji, berakhlakul karimah.
76
Adapaun jenis ritual mole monte yang dianggap bagian dari ibadah
penting dalam konteks aliran islam waktu telu Sade, secara umum
diklarifikasikan menjadi dua bagian antara lain :
1. Pemole menurut hitungan bulan seperti :
a. Bubur Putiq dilaksanakan tanggal 10 Muharram.
b. Bubur beaq dilaksanakan tanggal 9 syafar
c. Mulud pitangan tanggal 12 Rabi’ul awal
d. Roah bulan dilaksakan tanggal 10 Sya’ban
e. Roah bungkatan yaitu roah menyambut bulan puasa dalam
bahsa sasak disebut Bulan berat dilaksanakan tanggal 30
sya’ban
f. Puasa- diikuti dengan tradisi maleman pada setiap tanggal
ganjil pada bulan Ramadhan 21, 23, 25, 27, dan 29
g. Lebaran nine yaitu pada hari raya Idul Fitri
h. Lebaran Mame pada hari raya Idul Adha
2. Pemole menurut Hari
a. Tradisi roah rasul (Ngelemaq) hari senin
b. Ngatung Sadi ( Nyerabi) hari rabu
c. Ziarah ke makam wali nyatoq hari rabu
d. Roah sedekah hari jum’at
e. Roah Bukur / roah tanam batu nisan hari jum’at
f. Ngayu-ayu (Ziarah ke makam leluhur ) hari sabtu
g. Roah perak dapuh hari sabtu
77
3.7.2.2 Islam Waktu Lima
Syariat islam waktu lima terkait dengan pelaksanaan rukun-rukun
islam seperti mengucapkan dua kalimat syahadat, sholat, puasa, zakat,
mulai dilakukan oleh masyarakat sejak tahun 1965 artinya bahwa urusan
syari’at islam tidak hanya menjadi kewajiban atau tugas kiyai tetapi
masyarakat juga sadar untuk melaksanakannya sesuai dengan perintah
Allah SWT dan Sunnah Rasulullah Saw. Menurut informasi salah satu
ulama bernama TGH. Muhammad Muttawali dari Desa Jeru Waru, Kec.
Keruak, Lombok Timur. Beliau adalah seoarang tuan guru pertama yang
membimbing masyarakat Sade-Rembitan untuk melaksanakan ajaran-
ajaran islam yang semestinya. Sebagai salah satu manifestasi akan
kesadaran terhadap agama islam didirikanlah tempat ibadah sederhana
yang disebut santren.
Setiap bulan Ramadhan santren digunakan sebagai tempat
melaksanakan ibagadah shalat tarawih yang dipimpin oleh Kyai.baru
kemudian pada tahun 1989 berdirilah sebuah masjid ditengah-tengah
penduduk. Masjid ini didirikan atas bantuan dari Deparpostel RI
(Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi). Terkait dengan
keberadaan Sade sebagai sebuah desa wisata masjid ini diberi nama
“Masjid Nursyahada”. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan
kepala dusun Sade yaitu Mirakse dengan gaya arsitektur Klasik Hindu
(Tumpag tiga) sebagai tempat sholat jum’at. Padamasa pemerintahan
kepala dusun Sade Kurdap Selake pada bulan Oktober 2010 masjid
78
Nursyahada direnovasi total selama tiga bulan dan bangunan ini tetap
menjaga kekhasan asritektur tradisiona; dengan gaya tumpang telu (meru).
3.7.3 Kepercayaan Terhadap Ilmu Ghaib
Kaitannya dengan kepercayaan terhadap ilmu, masyarakat Sade
mengenal ada bebberapa macam istilah antara lain :
1. Ilmu Sentaguh (kekebalan) ilmukejayaan semacam ilmu yang
dapat membuat seseorang menjadi kebal dan tidak terkena
senjata tajam. Disanping itu dapat membuat lawan atau musuh
tak berdaya.
2. Mentra-mentar seperti
a. Mantra sakit kepala : Mentere sakit perut dan mentere sakit
mata.
b. Sengadang-ngadang atau sentulak ( Ilmu penolak Balak)
seperti Sentulaq Dewe betare, Sentulak dewe mas ratu,
sentulaq jelu pituq/sentulaq Nabi Adam.
3.8 Norma-Norma Adat (Awiq-Awiq)
Norma-norma atau aturan-aturan adat dalam kehidupan sosial
masyarakat tradisional dusun Sadelebih dikenal dengan istilah tata krame
atau awiq-awiq. Awiq-awiq ini bertujuan untuk mengatur dan mengikat
hubungan dan komuniksi sosial agar berjalan secara terarah dan tertib
yang pada gilirannya akan tercipta suasan hidup dan kehidupan yang
beradab dan berbudaya. Konon Ame Suryenate mengatakan bahwa sumber
79
inspirasi dari norma, awiq-awiq yang dianut oleh masyarakat Sade adalah
bersumber dari kitab Lontar kuno yaitu Kitab atau Takepan Puspe Karme.
Puspe Krame memiliki arti puspa asrinya bunga /kembang dimana
bunga dikonotasikan dengan kaum wanita dan etika moral serta akhlak
manusia, Karme (Karomah) artinya suci/ keramat. Jadi Puspe Karme
adalah bunga (wanita) adalah simbol kesucian atau kekeramatan yang
tidak boleh dipermainkan atau diganggu gugat dan harus tetap dihargai
sebagai salah satu wujud apresiasi keagungan Tuhan. Jika awiq-awiq
tersebut dilanggar maka akan dikenakan beberapa sanksi diantaranya
1. Tedose ( tedende)
Biasanya sanksi yag dibebankan berupa finansial (uang). Jenis-jenis
perbuatan yang biasanya dikenakan denda yaitu :
a. Dende Gile bibir ( Memfitnah)
b. Dende ngeraya ( Menggunjing diluar batas)
c. Dende Ngambe raying ( Melecehkan kewibawaan orang lain)
d. Dende Ngampessaken (Mencemooh dan memukuli orang lain)
e. Dende Ngereaken (Berbuat onar dan menyinggung perasaan orang
lain).
Besarnya denda yang harus dibayar sesuai dengan perbuatan diatas adalah
a. Dende Pati (denda utama) besarnya sket kurang siyu (49.000).
b. Dende Madie besarnya empat likur (24.000) dan due olaas (12.000
kepeng).
80
c. Dende Niste yaitu pituq (7000 kepeng)
2. Dende binurun denda atau sanksi yang dibebankan kepada seseorang
yang melakukan fitnah secara terus menerus minimal 4 kali sehingga
ia harus dikenakan sanksi sosial dengan cara dikucilkan dari
keluarganya.
3. Tesediq atau Tekeduah
Tesediq atau Dende sedarse warse merupakan denda sosial. orang
yang melanggar akan di kucilkan dari masyarakat selama sepuluh
tahun ketempat-tempat yang jauh dari tempat sosial. Ia dapat kembali
diterima di tengah kehidupan sosial masyarakat melalui tradisi ritual
Roah rafah. Roah ragah merupakan suatu tradisi ritual dengan
membuat anak aji (Sesaji dari anyaman bambu ) sebanyak 44 buah
sesaji yang disaksikan oleh para bini sesepuh yakni para tetuah serta
tokoh-tokoh seperti kepala desa, ketua adat, kyai pemangku adat.
4. Tematiq
Tematiq atau dibunuh merupakan hukuman bagi anggota masyarakat
yang melakukan perselingkuhan terutama dengan perempuan yang
telah menikah atau mengambil istri orang.