Bab III Aspek Kedua Perayaan...

72
85 Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatan Aspek Individual Berkat keselamatan yang menjadi bagian individu dalam gereja sebagaimana yang dirumuskan dalam credo ada tiga: pengampunan dosa, kebangkitan daging dan kehidupan yang kekal. Calvin mengelompokkan itu dalam dua kategori. Pertama, berkat yang sudah mulai direalisasikan pada masa kini, yakni sejak seseorang ambil bagian dan persekutuan tubuh Krustus. Berkat itu adalah pengampunan dosa (remisionem peccatorum). Kedua, yang baru akan dinyatakan kelak, yakni ketika Yesus Kristus datang kembali sebagai bagian orang-orang yang hidup dalam percaya kepada Yesus Kristus. Berkat itu adalah: kebangkitan daging (Resurrectionem carnis) dan kehidupan yang kekal (vitae aeternam). 79 Berkat ini disediakan Allah bagi semua manusia tanpa kecuali. Meskipun begitu demikian kata Calvin berkat itu hanya bisa diterima oleh orang-orang yang ambil bagian dalam persekutuan keselamatan. Calvin menegaskan itu dalam kalimat: “Mereka yang menahan dirinya dari persekutuan tubuh Kristus dan yang keluar 79 Karl Barth. The Faith of the Church. hlm. 122.

Transcript of Bab III Aspek Kedua Perayaan...

Page 1: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

85

Bab III

Aspek Kedua Perayaan Keselamatan

Aspek Individual

Berkat keselamatan yang menjadi bagian

individu dalam gereja sebagaimana yang dirumuskan

dalam credo ada tiga: pengampunan dosa, kebangkitan

daging dan kehidupan yang kekal. Calvin

mengelompokkan itu dalam dua kategori.

Pertama, berkat yang sudah mulai direalisasikan

pada masa kini, yakni sejak seseorang ambil bagian dan

persekutuan tubuh Krustus. Berkat itu adalah

pengampunan dosa (remisionem peccatorum). Kedua, yang baru akan dinyatakan kelak, yakni ketika Yesus

Kristus datang kembali sebagai bagian orang-orang yang

hidup dalam percaya kepada Yesus Kristus. Berkat itu

adalah: kebangkitan daging (Resurrectionem carnis) dan

kehidupan yang kekal (vitae aeternam).79

Berkat ini disediakan Allah bagi semua manusia

tanpa kecuali. Meskipun begitu demikian kata Calvin

berkat itu hanya bisa diterima oleh orang-orang yang

ambil bagian dalam persekutuan keselamatan. Calvin

menegaskan itu dalam kalimat: “Mereka yang menahan

dirinya dari persekutuan tubuh Kristus dan yang keluar

79 Karl Barth. The Faith of the Church. hlm. 122.

Page 2: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

86

dari persekutuan itu tidak mendapat bagian dari berkat

tadi.”80

Hal yang sama ditegaskan juga oleh Alkitab

tetapi dengan nada yang positif sebagaimana kita baca

dalam Yohanes 3:16: “Karena begitu besar kasih Allah

akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-

Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya

kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.81 Hanya orang-orang yang menjadi anggota tubuh

Kristuslah yang dapat menikmati berkat keselamatan di

dalam persekutuan Kerajaan Allah.

Ini tidak bermaksud untuk mempersempit ruang

lingkup keselamatan Allah. Keselamatan Allah itu lebih

besar dari ruang lingkup persekutuan kelihatan yang

bernama gereja. Penekanan pada keberadaan sebagai

anggota gereja untuk memperoleh keselamatan

dimaksud untuk menggarisbawahi pentingnya jawaban

dan penerimaan manusia kepada Allah. Allah bisa dan

mampu menyelamatkan manusia tanpa mendengar

jawaban manusia, tetapi itu sama sekali tidak sejalan

dengan hakikat Allah yang adalah kasih dan

bertentangan dengan isi perjanjian yang dicanangkan

Allah di dalam kekekalan.

80 Karl Barth. The Faith of the Church. hlm. 135. 81 Cetak miring merupakan tekanan yang dibuat penulis.

Page 3: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

87

Pengampunan Dosa

Mengawali pokok ini baiklah kami ingatkan hal

berikut. Perjamuan makan bersama (tafelgemeenschap)

bagi orang Timur Tengah Kuno mengandung pesan

yang sangat dalam. Ia mengisyaratkan keakraban dari

para pihak yang ambil bagian dalam perjamuan itu. Di

antara orang-orang yang makan bersama tidak ada

permusuhan, sikap curiga atau hal-hal yang tidak

berkenan.82 Selanjutnya, memakan sesuatu artinya

membuat makanan itu menyatu dengan kita. Makan roti

sama dengan membuat roti itu menjadi satu dengan

hidup kita atau sebaliknya.

Tafelgemeenschap yang dirayakan gereja adalah

moment di mana umat percaya makan roti dan minum

anggur yang secara figuratif menunjuk pada tubuh dan darah Kristus. Jadi yang terjadi dalam sakramen

perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi

satu dengan Yesus Kristus baik dalam hidup maupun

pada saat. Wolfhart Pannenberg menjelaskan itu

demikian: “Setiap kali orang-orang percaya bersekutu

menyatukan dirinya dengan yang kudus itu,

persekutuan yang intim itu punya hubungan dengan

pengampunan dosa. Itu merupakan konsekwensi

langsung dari penyatuan mereka dengan Kristus. Ia

membuat keseluruhan hidup orang-orang percaya

dimurnikan.”83

82 D.J. Baarslag. Gelijkenissen des Heeren. hlm. 115. 83 Wolfhart Pannenbrg. De geloofsbelijdenis. Een uitleg

van de apostolische geloofsbelijdenis door mensen van nu. Baarn: Ten Have. 1976. hlm. 160.

Page 4: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

88

Pengampunan dosa merupakan kenyataan

konkret dari berdiamnya keselamatan Allah yang

dikerjakan Yesus di dalam diri manusia yang

menyatukan hidupnya dengan Yesus Kristus. Inilah

kenyataan terindah yang menjadi bagian dari tiap orang

yang menyatakan diri menerima Yesus Kristus di dalam

hidupnya dan terus-menerus ambil bagian dalam

tafelgemeenschap dengan sikap yang benar dan kudus.

Selain pengampunan dosa ada lagi dua berkat

keselamatan, yakni: kebangkitan daging dan kehidupan

yang kekal.

Tiga berkat keselamatan yang mengarah kepada

individu orang percaya bukan tiga hal yang berdiri

sendiri dan terpisah satu sama lain. Tidak. Ketiganya

merupakan tiga aspek keselamatan yang menjadi milik

tiap orang percaya yang menjawab YA kepada Allah dan

menyatukan hidupnya sebagai anggota tubuh Kristus. Hubungan ketiga aspek ini bercorak perichoresis.

Kalau dalam credo pengampunan dosa

ditempatkan mendahului kebangkitan daging dan hidup

yang kekal itu hanya mau menekankan hal berikut.

Pengampunan dosa adalah uang muka dari dua yang

akan menyusul. Calvin menjelaskan hal ini dengan

mengatakan pengampunan dosa sudah mulai terjadi

sekarang, sedangkan kebangkitan daging dan hidup

yang kekal baru akan terjadi kelak. Pannenberg

menegaskan hal yang sama. Menurut dia pengampunan

dosa mendahului kebangkitan daging dan hidup kekal

Page 5: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

89

sebagai jari yang menunjuk kita dua hal yang

menyusul.84

Pengampunan dosa memiliki dua arti. Pertama,

manusia dibebaskan dari hal-hal yang memisahkan dia

dari Allah. Kami sudah membicarakan tentang

dahsyatnya dosa. Ia mengasingkan manusia dari dirinya

sendiri dan dari Allah. Akibatnya ia menjadi hidup

dalam permusuhan dengan Allah dan kehidupannya

terus dijalani dalam kepalsuan. Berbagai upaya manusia

untuk mendekatkan diri dengan Allah dan sesama

membuat permusuhan dan kepalsuan itu makin

bertambah. Satu-satunya jalan untuk memulihkan

persekutuan manusia dengan Allah dan dengan

sesamanya tidak bisa dilepaskan dari pengampunan

dosa.

Kedua, pembebasan dari dosa juga berarti

manusia memiliki masa depan baru. Dosa membuat

manusia takluk pada maut (Rm. 6:23). Ia menjadi hamba

dosa (Yoh. 8:34). Dengan adanya pengampunan dosa

berarti bahwa manusia diberikan status baru yakni

menjadi hamba kebenaran (Rm. 6:18). Manusia lama

diganti dengan manusia baru.

Pembaharuan status manusia ini berhubungan

erat dengan baptisan. Dalam kekristenan purba

pengampunan dosa dihubungkan secara erat dengan

sakramen baptisan yang menunjuk kepada penyatuan

hidup penerima baptisan dengan Yesus Kristus.85

84 Wolfhart Pannenbrg. De geloofsbelijdenis. hlm. 160. 85 Wolfhart Pannenbrg. De geloofsbelijdenis. hlm. 161.

Page 6: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

90

Baptisan menyatukan hidup seseorang dengan kematian

dan kebangkitan Yesus Kristus. Status semula dari

manusia yakni sebagai budak dosa berakhir, mati. Budak

dosa itu dikuburkan bersama-sama dengan Kristus dan

sebagaimana Kristus yang dikuburkan itu bangkit dari

antara orang mati sebagai yang sulung dari mereka yang

meninggal manusia lama tadi ikut pula dibangkitkan

untuk hidup yang baru selaku kebenaran (Rm. 6:3-4).

Baptisan adalam moment di mana kemanusiaan

kita yang lama diganti. Penerima baptisan itu hidup,

tetapi bukan lagi dia yang hidup melainkan Kristus yang

hidup di dalamnya (Gal. 2:20). Ia bukan lagi milik maut

tetapi milik Kristus. Tanda untuk itu adalah nama baru

yang dia terima, nama yang dimasukkan ke dalam

namanya. Atau lebih tepat, namanya dimasukkan ke

dalam nama Allah.

Itulah yang terjadi dengan Abram dan Sarai.

Nama keduanya diperbaharui. Abram menjadi

Abraham, Sarai menjadi Sarah. Nico Ter Linden

menunjukan adanya penambahan huruf H dalam nama

mereka. H menunjuk pada nama Yahwe (Ibr: ehyeh

asyer ehyeh).86 Abraham dan sarah hidup tetapi bukan

lagi mereka yang hidup melainkan Allah yang hidup di

dalam mereka.

Ini juga yang melatarbelakangi terjadinya

pergantian nama dari banyak orang ketika mereka

memutuskan untuk menerima baptisan. Dalam sebuah

86 Nico Ter Linden. Het verhaal gaat I. Kampen: J.H. Kok.

1997. hlm. 61.

Page 7: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

91

buku kecil berjudul Bastian: de kleine Timorese, Ds.

Dukstra, ketua sinode GMIT pertama menunjukkan

bahwa pergantian nama penting karena nama semula

diperoleh dari berhala. Nama itu harus diganti karena

dengan baptisan yang bersangkutan menjadi milik Allah

di dalam Kristus.87 Ia bukan lagi hamba dosa. Ia telah

hidup dalam pengampunan.

Betapapun pengampunan dosa berhubungan

erat dengan sakramen baptisan, tetapi gereja menyadari

bahwa pengampunan dosa tidak dibatasi hanya pada saat

seseorang menerima sakramen baptisan. Tidak! Baptisan

sebagai akta pencangkokan hidup seseorang kepada

Yesus Kristus adalah sebuah kiasan (I Pet. 3:21) untuk

kehidupan seluruhnya dari penerima baptisan. Baptisan

hanya terjadi sekali tetapi pengampunan dosa yang

diterima dari Kristus berlangsung sampai yang

bersangkutan meninggal.

Kesimpulan kita akan arti pengampunan dosa

adalah sebagai berikut. Seseorang yang diampuni dosa

oleh Allah ia dibebaskan dari maut dan menerima

jaminan sebagai pewaris kehidupan baru di dalam

kerajaan Allah. Manusia itu berpindah dari kematian

kepada kehidupan. Itu sebabnya dalam credo, segera

setelah rumusan tentang pengampunan dosa menyusul

rumusan kebangkitan daging dan hidup yang kekal.

87 Ds. Durkstra. Bastian: de kleine Timorese. Baarn: Bosch

en Keuning. 1949. hlm. 61.

Page 8: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

92

Kebangkitan Daging

Orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus

akan mati. Tetapi kematian tidak akan membuat mereka

binasa, habis atau lenyap (Yoh. 3:16). Mereka akan

dibangkitkan. Akan ada kebangkitan orang mati pada

saat Yesus Kristus datang kembali. Alkitab: PL dan PB

menegaskan hal itu. Penegasan itu tidak hanya berasal

dari para nabi dan rasul. Yesus Kristus sendiri

membenarkan pengajaran itu. (Mt. 22:24-30, Yoh. 5:25,

6:39, 40,44-54; 11:24-24).

Menurut Alkitab kebangkitan adalah peristiwa

yang konkret. Tubuh dan daging yang akan

dibangkitkan. Kalau dunia non-kristen mengajarkan

tentang kehidupan setelah kematian dalam bentuk

kekekalan jiwa, Injil mengajarkan adanya kebangkitan orang mati.88 Plato mengajarkan tentang kehidupan

kekal sebagai pembebasan dari tubuh. Injil

memberitakan tentang kehidupan kekal sebagai

pembebasan tubuh dari maut.89

Kebangkitan bukan sekedar bersifat spiritual

seperti yang diajarkan Himeneus dan Filetus (2 Tim.

2:18). Tubuh dan daging yang dimakamkan dan yang

hancur di dalam tanah itu akan dicari dan ditemukan

Allah (Pkh. 3:15) untuk dibangkitkan (Yes. 26:19). Allah

tidak akan membiarkan perbuatan tanganNya

88 Wolfhart Pannenbrg. De geloofsbelijdenis. hlm. 169. 89 C.A. Van Peursen. “Shepping en Lichamelijkheid.”

Dalam: Kerk en Theologie 9e Jaargang. No.2. April 1975. Wageningen: H. Veenman & Zonen. hlm. 104.

Page 9: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

93

menghilang (Mz. 138:8). Ia tetap setia untuk selamanya

(Mz. 146:6).

Tentang bagaimana keadaan tubuh pada saat

dibangkitkan? Moltmann mengatakan bahwa keadaan

manusia saat kebangkitan orang mati adalah seperti

malaikat.90 Tetapi tubuh kebangkitan itu dapat kita lihat

pada kebangkitan Yesus Kristus karena Ia adalah yang

sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati.

Kebangkitan manusia akan menyusul (I Kor. 15:20,

23).91

Ada diskontinutas pada tubuh Yesus Kristus

yang bangkit itu. Tubuh itu sama sekali baru. Tetapi toh

ada juga kontinutas. Tubuh Yesus yang bangkit itu

masih sama.92 Fletcher mengatakan: “Kristus yang

bangkit itu adalah tetap Yesus dari Nazaret, sebagaimana

Ia pernah hidup, mengajar, berkarya dan menderita.93

Yesus menampakkan diri kepada murid-murid dalam

rupa yang baru. Itu sebabnya murid-murid ragu-ragu

(Mt. 28:17). Dua murid yang ke Emaus tidak mengenal

Dia (Lk. 24:16,41). Yesus tiba-tiba hadir dan tiba-tiba

90 J. Moltmann. God in Creation. London: SCM Press.

1985. hlm. 138. 91 Luis Berkhof. Systematic Theology. hlm. 722. 92 M.E. Brinkman. “ Voorbij de Dood.” Dalam:

Gereformeerd Theologisch Tijdschrift. No. 1. 1996.

Zesennegentigste Jaargang. Februari. Kampen: Uitgeverij Kok. hlm. 15.

93 Verne H. Fletcher. Lihatlah Sang Manusia. Suatu Pendekatan Pada Etika Kristen Dasar. Jakarta: BPK Gunung

Mulia. 2007. hlm. 506.

Page 10: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

94

menghilang dari mereka (Lk. 24:32,36). Dia dapat masuk

ke dalam ruangan sekalipun pintu dan jendela tertutup

rapat (Yoh. 20:19, 26).

Apa yang terjadi pada Yesus yang bangkit, akan

terjadi juga pada kebangkitan manusia.94 Tubuh yang

baru itu masih bisa dikenal tetapi tidak lagi terikat

dengan hal-hal jasmani seperti makan dan minum,

kawin dan dikawinkan (Mt. 22:30). Tubuh yang baru itu

tidak lagi takluk pada hukum-hukum biologis dan tata

ruang. Ia bisa masuk ke dalam ruangan tertutup dan bisa

menghilang begitu saja.95 Origenes menggambarkan

tubuh kebangkitan itu adalah baru, tubuh spiritual (I

Kor. 15:40). Perubahan sifat dan kualitas itu tidak akan

mengubah bentuk fisik dari tubuh itu. Perubahan itu

justru mempertinggi fungsi dan kegunaan dari

keadaanya semula.

Nico Syukur Dister menjelaskan perubahan itu

sebagai berikut. “Dalam hidup sekarang ini di dunia,

dalam hidup yang belum diubah oleh kematian, roh

ditentukan oleh badan, khususnya sejauh badan

membuat roh kita (dalam derajat tertentu) terikat pada

waktu dan tempat, dan dibatasi olehnya. Akan tetapi

dalam kebangkitan, sebaliknya badan ditentukan oleh

roh.”96 Van Peursen menulis begini: “Adam pertama

94 Stanley J. Grenz. Theology for the Community of God.

United Kingdom: The Paternoster Press. 1994. hlm. 763. 95 Ebenhaizer Nuban Timo. Arsip Untuk Sorga.

Kumpulan Khotbah Kematian. Kupang 2010. hlm. 83. 96 Nico Syukur Dister. Teologi Sistematika 2. Ekonomi

Keselamatan.Yogyakarta. 2004. hlm. 578.

Page 11: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

95

menjadi makhluk yang hidup, sedangkan Adam terakhir

adalah roh yang memberi kehidupan.”97

Kebangkitan tubuh itu berlaku bagi semua orang

tanpa kecuali dan berlangsung serentak.98 Orang benar

dan fasik, yang percaya dan yang tidak percaya akan

mengalami kebangkitan tubuh (Kis. 24:15). Orang benar

dan orang fasik akan sama-sama dibangkitkan untuk

menjalani penghakiman (Why. 20:13-15). Bagi orang

benar dan yang percaya kebangkitan itu adalah

memperoleh upah dari Allah, yakni kehidupan kekal.

Sedanngkan bagi orang fasik dan mereka yang menolak

Kristus kebangkitan adalah saat penghukuman (Yoh.

5:29). Mereka yang menolak Kristus dan hidup dalam

kefasikan akan mengalami kematian kedua (Why. 20:

14-15).

Kebangkitan orang mati akan terjadi pada saat

kedatangan kembali Yesus Kristus. Tentang hari H

kedatangan itu tidak ada seorang pun yang tahu. Juga

bukan tugas manusia untuk menghitung hari H

kedatangan kembali. Tugas manusia adalah menjalani

hidup dalam percaya kepada Yesus, supaya pada saat

kedatangan Yesus Kristus mereka dibangkitkan untuk

dipermuliakan. Moment itu terjadi dalam bentuk

pembacaan nama-nama dari dalam kitab kehidupan oleh

Kristus.

97 C.A. Van Peursen. “Schepping en Lichamelijkheid.”

hlm. 100. 98 Wolfhart Pannenbrg. De geloofsbelijdenis. hlm. 170.

Page 12: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

96

Maria dari Magdala adalah teladan untuk itu.

Bersama dengan para perempuan lain, ia pergi ke kubur

Yesus pagi-pagi sekali ketika hari masih gelap di hari

pertama minggu itu. Setelah mendengar kabar dari dua

laki-laki berpakaian putih bahwa Yesus tidak di situ

tetapi sudah bangkit, perempuan lain pulang ke kota.

Maria tetap berdiri di kubur sambil menangis. Sesekali

matanya melihat ke dalam kubur (Yoh. 20:12 dst).

Yesus sudah bangkit. Dia tidak lagi ada di situ.

Tetapi Maria tetap berada di kubur itu. Dia bukan

sekedar ingin bertemu dengan Tuhan yang bangkit. Ia

tetap di situ untuk mendapat kepastian dari Tuhan

bahwa namanya berada dalam daftar orang-orang yang

akan dibangkitkan. Kerinduan Maria itu terwujud. Ia

bukan hanya menjadi orang pertama yang bertemu

Tuhan yang bangkit. Ia juga menjadi orang pertama

yang dipanggil namanya oleh Tuhan yang bangkit.

Kedatangan kembali Yesus Kristus adalah adalah paskah

yang tidak akan berakhir.99

Pandangan Kristen tentang Kematian

Kebangkitan orang mati terjadi pada saat

kedatangan kembali Yesus Kristus. Adanya kebangkitan

mengandaikan adanya kematian. Kalau bagitu apa itu

kematian? Kehidupan dan kematian adalah dua bagian

tak terpisahkan dari keberadaan sebagai ciptaan.

Manusia pada hakikatnya akan mati. Kematian bukan

99 G.C van Niftrik & B.J. Boland. Dogmatika Masa Kini.

Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1958. hlm. 237.

Page 13: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

97

sesuatu yang baru akan terjadi nanti di akhir hidup

seseorang. Tidak! Sejak seseorang lahir bahkan seluruh

masa hidupnya diwarnai oleh kematian. Kirchberger

berkata bahwa hidup manusia bukan kenyataan yang

tidak akan berakhir. Hidup dari mulanya diwarnai oleh

kematian.100 Kematian dalam pengertian ini adalah

peristiwa natural. Ia merupakan sebuah kenyataan

medis-biologis. Semua manusia akan mengalami

kematian dalam arti ini, tidak peduli apakah dia orang

benar atau orang fasik.

Luis Berkhof mengatakan bahwa Alkitab

mengajarkan kepada kita tiga bentuk kematian:

Kematian fisik, kematian spiritual dan kematian

kekal.101 Pertama, kematian fisik. Itu akan dialami setiap

orang dan juga semua ciptaan. Kematian seperti ini tidak

punya hubungan dengan dosa. Jadi adalah keliru kalau

manusia berpikir akan kematian sebagai akibat dari

dosa. Manusia pasti mati dan harus mati entah dia

berdosa atau pun tidak. Kematian adalah hal yang alami,

wajar dan normal bagi ciptaan.102 Sebagai sebuah

kenyataan yang normal dan alami kematian bukan

hukuman melainkan injil. Ia adalah panggilan kepada

manusia untuk masuk dalam persekutuan yang

sungguh-sungguh dengan Kristus. Memperhatikan

100 Georg Kirchberger. Allah Menggugat. hlm. 289. 101 Luis Berkhof. Systematic Theology. hlm. 668. 102 Dieter Becker. Pedoman Dogmatika.Suatu Kompedium

Singkat. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2001. hlm. 195.

Page 14: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

98

aspek ini Dieter Becker menyebut kematian sebagai

penebusan.103

Dosa tidak mendatangkan kematian. Dosa

mendatangkan maut (Rm. 6:23). Dosa membuat

kematian dialami bukan lagi sebagai injil dan penebusan

melainkan sebagai sebuah pengalaman yang

menakutkan, hukuman dan ancaman yang

mengerikan.104 Oleh karena dosa manusia takut

berhadapan dengan kematian sebab dia melihat

kematian sebagai keterpisahan dengan Allah dan

terjatuh dalam genggaman maut. Puisi berjudul

Kematian Rangkap Tiga yang ditulis oleh Victor E. van

Vriesland berikut kiranya memberi gambaran tentang

bagimana kematian itu.105

Kali pertama aku mati secara fisik

Tubuhku menghilang dari pandangan

Daging dan tulang-tulangku berangsur-angsur lapuk

di dalam tanah

Orang tidak bakal menemukan sedikitpun sisa di

dalam kubur

Aku berasal dari debu dan harus kembali kepada

debu

Selanjutnya, aku mati di dalam hati kekasih-

kekasihku

103 Dieter Becker. Pedoman Dogmatika. hlm. 196. 104 M.E. Brinkman. “ Voorbij de Dood.” hlm. 12. 105 Baers & Henau. God is Groot. Kampen: J.H. Kok. 985.

hlm.497.

Page 15: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

99

Memang kenangan terhadapku masih bertahan

beberapa lama

Tetapi seperti sebuah luka, kalau sudah sembuh

Masih ada bekasnya. Tetapi lama-kelamaan hilang

juga

Juga dalam hati mereka, aku tidak lagi ditemukan

Akhirnya, aku mati dalam ingatan dan kenangan

mereka

Inilah kuburanku yang ketiga, yang terakhir dan

yang paling dingin

Pada saat kuburan ketiga ini ditutup, habislah sudah

cerita hidupku

Kadang-kadang, pada waktu pemakaman namaku

memang disebut

Tetapi tidak lebih dari sekedar sebutan

Ada yang melambaikan tangan sebagai tanda

perpisahan

Begitu aku tiba di jalan menikung, tidak ada lagi yang

melihatku

Demikianlah aku tergusur dari pandangan

Dari cinta dan juga dari ingatan mereka

Dosa berujung kepada maut yang terwakili

dalam puisi tadi. Sebaliknya, orang berdosa yang telah

mempersilahkan Kristus hidup di dalam dirinya dan

membuat dirinya berada di dalam Kristus kematian

baginya adalah sebuah pintu gerbang yang membawa

dia ke dalam persekutuan abadi dengan Kristus, leluhur

mula-mula dari semua manusia. Alkitab menggunakan

ungkapan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya. (Kej.

Page 16: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

100

25: 8, 17, 35:29, 49:33, Bil. 20:24, 27:13). Inilah yang

dimaksud oleh Becker dengan kematian sebagai

penebusan.

Kedua, kematian spiritual. Pandangan Kristen

tentang kematian tidak hanya berhenti pada kematian

fisik. Selain kematian dalam arti medis-biologis, Alkitab

juga mendefinisikan kematian sebagai sebuah kenyataan

etis-teologis, yaitu satu keadaan di mana manusia

memutuskan hubungan dengan Allah dan sesama.

Dimensi etis-teologis dari kematian menunjuk kepada

sikap pemberontakan manusia terhadap Allah dan

menolak tunduk pada firman, ketetapan dan perintah-

perintah Allah. Kematian dalam arti inilah yang

disebabkan oleh dosa. Alkitab menamakan kematian ini

maut. Secara medis-biologis seseorang berada dalam

keadaan hidup, tetapi karena dia menjauhkan diri dari

Allah dan tidak memperhatikan hukum, ketetapan dan

perintah Allah dalam hidup individu dan masyarakat,

orang itu sesungguhnya mati, yakni dia sudah berada

dalam kuasa maut. Ia masih hidup secara biologis tetapi

secara teologis, spiritual ia sudah mati.106

Ketiga, kematian kekal. Itu baru akan terjadi

nanti ketika Kristus datang kembali. Kematian tipe ini

berlaku bagi mereka yang menolak percaya kepada

Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya.

Sebagai lawan dari kematian kekal, ada kehidupan kekal

106 Alfred A. Glenn. Taking Your Faith to Work. Twelve

Practical Doctrines. Grand Rapids: Baker Book House. 1980. hlm. 95.

Page 17: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

101

yang disediakan Allah bagi mereka yang percaya kepada

Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat.

Jadi kesaksian Alkitab tentang kematian dapat

kita rampung dalam butir-butir berikut. Pertama, kematian bukan akibat dosa. Kematian menurut Alkitab

adalah masa selang, waktu antara di mana manusia

beroleh kesempatan untuk diperbaharui oleh Allah bagi

kehidupan baru, kehidupan yang lebih sempurna.

Waktu antara yang bernama kematian dapat kita

pahami kalau melihat seekor ulat yang berubah menjadi

kupu-kupu. Perubahan itu tidak serta-merta. Si ulat

perlu menjalani waktu sebagai kepompong. Ilustrasi ini

secara implisit disebutkan Paulus dalam I Korintus 15:35

dst.

Kedua, dosa membuat kematian menjadi

pengalaman yang berat dan menakutkan. Sebab ia

menyebabkan terjadinya perpisahan bukan hanya

dengan keluarga dan karib kerabat, tetapi dengan Allah

sumber hidup. Dosa membuat manusia bukan hanya

mati, tetapi terbuang ke dalam kekuasaan maut, yakni

terputus dari perhatian dan pengasihan Allah.

Ketiga, bagi orang yang percaya kepada Yesus

Kristus kematian tidak lagi menjadi saat yang

menakutkan, karena maut sudah dikalahkan. Mereka

yang mati di dalam Kristus boleh beristrahat dengan

tenang karena mereka tidak jatuh ke tangan maut tetapi

akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia (I

Tes. 4:14). Keberadaan bersama-sama Allah baru akan

terjadi nanti, pada kedatangan kembali Yesus Kristus,

tetapi ketika yang bersangkutan mati ia tetap berada

Page 18: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

102

dalam jangkauan kuasa keselamatan dan kasih Allah.

Selama masa itu belum tiba, mereka yang mati di dalam

Kristus menjalani masa reparasi untuk menerima tubuh

yang baru, tubuh sorgawi yang cocok untuk menerima

kemuliaan yang disediakan Allah sejak kekal bagi

mereka.107

Keempat, bagi orang-orang yang percaya kepada

Kristus kematian adalah akhir dari kehidupan saat ini,

tetapi bukanlah akhir dari segala-galanya. Mereka yang

mati akan dikuburkan, kembali kepada debu tanah dan

menjadi debu tetapi mereka tidak habis, hilang dan

lenyap di dalam tanah.108 Yesus Kristus sudah masuk ke

dalam kubur untuk menganulir kutuk dosa atas tanah

(Kej. 3:17) dan menguduskan kuburan bagi orang-orang

tebusanNya sehingga maut tidak akan menguasai

mereka. Tidak peduli kapan manusia mati, juga tidak

peduli karena apa dan di mana seseorang mati. Juga

tidak peduli cara pemakaman apa yang dibuat bagi si

mati. Kalau ia selama hidupnya percaya kepada Yesus

Kristus maka ia akan dibangkitkan untuk mewarisi

hidup yang kekal.

Kematian tidak boleh kita pahami dalam

pengertian berhenti berada. Paham itu sangat statis.

Memang secara biologis manusia berhenti berada ketika

ia mati, tetapi secara teologis orang yang dianggap telah

tiada itu ternyata berada secara baru. Dalam kematian

manusia lahirah menghilang seluruhnya, tetapi

bersamaan dengan itu berkembanglah manusia batiniah,

107 Ebenhaizer Nuban Timo. Arsip Untuk Sorga. hlm. 49. 108 Luis Berkhof. Systematic Theology. hlm. 668.

Page 19: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

103

sebagimana yang ditulis Paulus: “Meskipun manusia

lahiriah kami semakin merosot, namun manusia

batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari” (2 Kor.

4:16).

Percakapan Yesus dengan seorang penjahat di

atas salib juga menegaskan bahwa kematian tidak

membuat si mati berhenti ada. Ia ada secara baru:

“Bersama-sama Yesus di Firdaus” (Lk. 23:43). Dalam

kisah Yesus tentang Lazarus, orang kaya dan Abraham

(Lk. 16) menjadi jelas bahwa kematian bukan

pembinasaan. Juga dalam beberapa kisah nyata tentang

orang yang mati untuk beberapa waktu kemudian hidup

realita kematian disingkapkan bagi kita, yakni mati

bukan berarti berhenti ada, melainkan berada dalam

cara yang baru.

Kematian adalah kehidupan dalam cara yang

baru, berbeda dengan kehidupan yang kita alami

sekarang. Bentuk baru dari kehidupan itu Yesus

namakan tidur (Mt. 9:24; Mk. 5:39; Lk. 8:52; Yoh. 11:11-

13). Ini adalah satu masa antara, masa di mana manusia

itu beristrahat sambil menantikan kebangkitan (I Raja

2:10, 11:43). Rahner menulis: “Kematian adalah puncak

pasivitas manusia yang menyangkut seluruh

eksistensinya.”109 Ini membuat manusia itu menderita

sebagai person. Aktivitas manusia dalam kematian

terletak dalam pengharapannya akan tindakan Allah.

Di masa antara itu si mati tidur (Dan. 12:2).

Tidur yang disebut kematian itu perlu karena ini

109 Nico Syukur Dister. Teologi Sistematika 2. hlm. 577.

Page 20: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

104

merupakan masa di mana baju kehormatan dari jiwa,

yaitu tubuh dibuka, direparasi dan diformat ulang untuk

cocok bagi kemuliaan sorgawi yang akan dikaruniakan

kepada manusia itu waktu Kristus datang kembali.110

Kebangkitan adalah moment di mana baju yang

direparasi itu dikenakan kembali kepada manusia tadi

untuk satu kehidupan yang sempurna (2 Kor. 5:1). Luis

Berkhof menulis: “Bagi orang percaya, kematian bukan

akhir tetapi permulaan bagi kehidupan yang

sempurna.”111

Keberadaan Manusia Pada Saat Kematian

Ada empat pendapat tentang keberadaan

manusia pada saat kematian.112 Pertama, diskontinutas

yang berkembang antara tubuh dan jiwa. Pengalaman

menunjukkan bahwa ada perbedaan perkembangan

antara tubuh dan jiwa. Perkembangan tubuh makin

melemah seiring bertambahnya usia seseorang,

sementara jiwa menjadi makin kuat. Pada saat kematian

terjadi anima separate, yakni terpisahnya jiwa dari

tubuh. Kematian hanya berlaku pada tubuh dan tidak

pada jiwa. Keberadaan jiwa pada saat mati adalah

tersembunyi dalam Allah. Kesatuan tubuh dan jiwa

tidak disangkali dan penting, tetapi itu tidak merupakan

condition sine qua non bagi kelanjutan eksistensi jiwa.

110 Dieter Becker. Pedoman Dogmatika. hlm. 195. 111 Luis Berkhof. Systematic Theology. hlm. 671. 112 M.E. Brinkman. “ Voorbij de Dood.” hlm. 18-19.

Page 21: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

105

Kesatuan itu juga dipahami sebagai yang dirancang

untuk berlangsung selama-lamanya.113

Para anthropolog memperkuat pendapat ini.

Mereka berkesimpulan bahwa kematian hanya berlaku

bagi tubuh sedangkan jiwa bersifat kekal. Jiwa manusia

itu immortal, tidak takluk pada kematian. Pada saat

tubuh mati, jiwa masih berada di sekitar tubuh. Ia baru

akan pergi ke negeri para leluhur jika diantar melalui

satu upacara.114 Kematian adalah sebagai saat di mana

tubuh dan jiwa yang semua adalah satu berpisah. Tubuh

yang fana ini kembali ke tanah yang adalah asalnya.

Sementara jiwa kembali kepada Allah yang daripadanya

dia berasal.

Suku Dayak Ngaju memandang kematian

sebagai pintu gerbang bagi manusia untuk masuk ke

negeri yang sangat luhur, yakni negeri para nenek

moyang mereka.115 Suku Tetun di Belu (Timor)

kehidupan digambarkan seperti bulan; muncul di Barat

menjadi purnama dan berangsur-angsur hilang, tetapi

tidak habis dan lenyap. Ia akan muncul kembali. Di

kalangan suku Meto di Timor roh si mati dianggap

sebagai pergi ke belakang kayu dan belakang batu (hau

113 M.E. Brinkman. “ Voorbij de Dood.” hlm. 18. 114 L.P. van den Bosch. “Dood en religie.” hlm. 211. 115 Isabell Jeniva & David Samiyono. Tiwah.

Penyelenggaraan Upacara Mengantar Arwah Menurut Budaya Masyarakat Dayak Ngaju. Seri Kebudayaan Fakultas

Teologi UKSW. 2008. hlm. 3.

Page 22: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

106

bian fatu bian). Bentuk hidup dan tempatnya saja yang

berbeda. Si mati tidak habis lenyap.116

Manusia tidak mati dalam pengertian habis,

hilang secara total dan definitif. Pada saat mati manusia

tidak menghilang dalam masa lampau. Ia hanya

berpindah saja ke tempat lain dalam ruang besar atau

kosmos ini. Komunikasi dengan si mati sekali-kali

dimungkinkan, meskipun pada umumnya tidak bisa

dilakukan dengan setiap manusia melainkan melalui

medium-medium khas untuk maksud itu. 117

Pendapat ini dianggap bertentangan dengan

kesaksian Alkitab karena mengandaikan adanya

dualisme antara tubuh dan jiwa. Alkitab tidak mengenal

adanya pemisahan antara tubuh dan jiwa pada manusia.

Yang Alkitab katakan tentang manusia ialah bahwa

manusia itu adalah tubuh yang berjiwa atau jiwa yang

bertubuh. Tubuh dan jiwa menunjuk pada manusia

secara utuh.118

Kedua, kontinutas yang berkelanjutan dan

parmanen antara tubuh dan jiwa. Kematian adalah akhir

dari kehidupan. Kematian membuat manusia tidak ada

lagi. Kematian terjadi atas tubuh dan jiwa atau roh.119

Dalam pengakuan iman yang dirumuskan pada tahun

116 Eben Nuban Timo. Sidik Jari Allah Dalam Budaya.

Maumere: Penerbit Ledalero. 2005. hlm. 41. 117 Olaf Schuuman. Agama-Agama, Kekerasan dan

Perdamaian. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2011. hlm. 105. 118 J.L.Ch. Abineno. Pokok-Pokok Penting dari Iman

Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1989. hlm. 240. 119 M.E. Brinkman. “ Voorbij de Dood.” hlm. 18.

Page 23: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

107

1981 Gereja Toraja mencantumkan rumusan: manusia mati seutuhnya.120 Rumusan ini didasarkan pada

Kejadian 2:7 yang menegaskan bahwa manusia yang

diciptakan Allah adalah nefesy hayah. Manusia adalah

satu totalitas: tubuh dan jiwa atau roh. Karena itu tubuh

dan jiwa takluk pada kematian. Hanya Tuhan Allah saja

yang tidak takluk pada maut (I Tim. 6:16). Karena

kematian berhubungan dengan tubuh dan roh sekaligus.

Padangan tentang kesatuan yang parmanen

antara tubuh dan jiwa menurut Brinkman dalam sejarah

gereja dianggap sebagai bidat.121 Keberatan kami ialah

kalau memang kesatuan ini bersifat kekal, tidaklah perlu

Allah membentuk manusia dari tanah dan

menghembuskan nafas hidup ke dalam hidung manusia.

Proses penciptaan manusia dari tanah dan ada nafas

yang ditiup Allah menunjukan bahwa sebelum itu

kesatuan tubuh yang dari tanah dan nafas belum

terwujud. Kesatuan tubuh dan jiwa adalah penting,

tetapi tidak parmanen.122

Ketiga, kontinutas yang positif akan kesatuan

tubuh dan jiwa. Kesatuan tubuh dan jiwa mendapat

perhatian untuk berbicara tentang kehidupan. Kalau

tidak ada tubuh maka tidak ada jiwa, karena itu jiwa

membutuhkan sesuatu tempat dia menetap. Dengan

120 Andarias Kabanga. Formulasi “Manusia Mati

Seutuhnya.” Dalam: A.A. Yewangoe, et.al. Kontekstualisasi Pemikiran Dogmatika di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung

Mulia. 2004. hlm. 222. 121 M.E. Brinkman. “ Voorbij de Dood.” hlm. 18. 122 Alfred A. Glenn. Taking Your Faith to Work. hlm. 99.

Page 24: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

108

binasanya tubuh, jiwa mencari tempat tinggal yang

baru. Kesetiaan Allah terletak dalam hal kemurahannya

untuk menjamin adanya tempat tinggal yang baru bagi

jiwa. Allah bertindak untuk mencarikan rumah baru

bagi jiwa. Rumah baru itu adalah dari kenyataan ciptaan

yang ada. Pandangan ini membawa kita pada ajaran

tentang reinkarnasi.123 Gagasan ini jelas tidak sejalan

dengan kesaksian Alkitab.

Keempat, kontinutas yang transformatif dari

kesatuan tubuh dan jiwa. Pendangan ini hampir sejajar

dengan pendapat pertama. Tapi kalau pendapat pertama

hanya mengatakan tentang menurunnya perkembangan

tubuh sementara perkembangan jiwa terus meningkat

serta mengabaikan adanya kebangkitan, pandangan

keempat berbicara transformasi tubuh yang menurun

itu ke dalam bentuk baru yang mulia, sehingga layak

untuk penyatuan kembali di masa depan dengan jiwa

pada saat kebangkitan orang mati.

Kita berhadapan dengan empat pandangan tadi.

Dari keempat pandangan tadi tinggal tiga yang patut

kita gumuli. Padangan ketiga kita tolak karena kurang

serius memperhatikan kesaksian Alkitab tentang

kebangkitan daging. Mana dari ketiga pendapat ini yang

Alkitabiah?124 Sebelum mendiskusikan pertanyaan ini

123 M.E. Brinkman. “ Voorbij de Dood.” hlm. 19. 124 Buku-buku dogmatika berbahasa Indonesia yang saya

periksa mengambil sikap terhadap masalah ini. Buku J.L.Ch.

Abineno. Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen. Jakarta:

BPK Gunung Mulia. 1989 dengan tegas mengatakan bahwa

manusia mati seutuhnya. Buku G. van Niftrik & B.J. Boland:

Page 25: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

109

kami menunjukkan dua kisah nyata yang kami sendiri

alami sehubungan dengan kematian.

November 1994 bersama istri saya berangkat ke

negeri Belanda untuk program studi paskah sarjana di

Theologische Universiteit di Kampen. Kami baru

selesai menikah. 10 April 1996 putri pertama kami

lahir. Kami beri dia nama Fini Tetus. Istri saya

menelpon ibunya di Kupang. Dia berjanji membawa

Fini untuk dipangku Oma setahun kemudian, waktu

saya selesai program magister. Awal Januari 1997

jadwal ujian thesis saya keluar yakni 28 Februari

1997. Empat hari sebelum jadwal ujian tiba, datang

berita dari Kupang bahwa ibu istri saya yang adalah

Oma dari Fini meninggal dunia (24 Februari 1997).

Kesedihan memenuhi hati kami. Saya

mendorong istri untuk terbang ke Indonesia

menghadiri pemakaman ibunya sementara saya

mempersiapkan diri untuk ujian magister. Setelah

menimbang usul itu istri saya memutuskan

menunggu satu bulan lagi supaya pulang bersama

saya. Terlalu berat baginya untuk pulang lebih

dahulu bersama Fini yang baru berumur 10 bulan.

Perjalanan terlalu jauh. Ia juga mempertimbangkan

jadwal ujian magister saya yang sudah begitu dekat.

Ia tidak ingin saya sendiri menghadapi moment yang

menegangkan itu. Kami memberi kabar ke Kupang

Dogmatika Masa Kini terkesan menghindar masuk dalam

diskusi tentang pokok ini. Buku Dieter Becker: Pedoman

Dogmatika menyebutkan ada pihak yang menolak dan ada

pihak yang menerima pendapat bahwa manusia mati

seutuhnya.

Page 26: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

110

bahwa bulan Maret 1997 baru kami kembali ke

Kupang, pulang untuk seterusnya. Kami mohon maaf

karena tidak dapat menghadiri pemakaman mama.

Istri saya sedih karena ibunya tidak pernah melihat

dan mengeding cucu dari anak bungsunya.

Usai ujian magister dan dinyatakan lulus tanpa

perbaikan thesis saya ditawari supervisor untuk

melanjutkan program doktoral. Pihak universitas

sebagai pemberi beasiswa mengijinkan kami pulang

ke Indonesia selama 3 bulan untuk menumpahkan

semua kerinduan dan berbagai kesedihan serta

airmata karena peristiwa duka itu. Kami berangkat ke

Indonesia 1 minggu sebelum peringatan 40 hari

kematian ibu kandung istri saya.

Sebelum berangkat seorang teman di Belanda

menghadiahkan Fini sebuah boneka cantik dan lucu.

Kalau tangan boneka itu ditekan maka boneka itu

akan berkata: “Ik hou van jou mamie!” (Mama, Aku

Cinta Padamu). Fini suka sekali boneka itu terutama

kalau sedang bicara. Kami selalu terus-menerus

menekan tombol di tangan boneka itu untuk

mendengar suara merdu dari mulutnya.

Setelah kurang lebih 29 jam bertolak dari

Amsterdam kami tiba di Kupang. Waktu kira-kira

pukul 15 petang. Semua keluarga menyambut kami di

bandara El Tari. Pertemuan kembali sangat

emosional. Airmata mengalir begitu saja dalam isak

tangis yang syahdu. Malam itu kami menginap di

rumah tua tempat istri saya dibesarkan. Karena

kelelahan kami sudah terlelap saat jarum jam baru

menunjukan pukul 21.00. Boneka kesayangan Fini

kami taruh di atas kofer di sudut kamar tidur yang

Page 27: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

111

berjarak kira-kira 2 meter. Tidak ada apa-apa di dekat

boneka itu.

Waktu menunjukkan kira-kira jam 5.00 pagi.

Suasana masih sunyi sepi. Tiba-tiba ada suara yang

sudah akrab di telinga kami: “Ik hou van jou, mamie!”

Itu suara boneka. Kalimat itu diucapkan boneka itu

tiga kali. Saya bangun dari tidur. Tidak ada siapa-

siapa di sekitar boneka itu. Tapi mengapa boneka itu

berbicara? Harusnya ada seseorang yang pergi

menekan tangan boneka tersebut. Boneka itu diam

sejenak. Lalu dia berbicara, kalimat yang sama tiga

kali. Itu berarti tangan boneka itu ditekan lagi untuk

kali kedua. Tetapi tidak ada siapa-siapa di sekitar

boneka itu.

Saya pergi ke arah boneka itu dan memperbaiki

letaknya. Boneka itu diam. Istri saya memperhatikan

apa yang saya lakukan. Saya kembali ke tempat tidur

untuk berbaring. Begitu saya akan berbaring, boneka

tadi berbicara lagi untuk kali ketiga. Istri saya bangun

dan melihat ke arah boneka itu. Sambil menangis ia

berkata dalam dialek Kupang yang kental: “Mama.

Kotong su datang bawa mama pung cucu. Itu dia di

tempat tidur. Minta maaf mama karena kami tidak

datang waktu mama dikuburkan. Beta sedih sekali

karena mama sonde sempat gendong Fini.” Selesai

istri saya berkata disela-sela tangisannya, ruangan

tempat kami tidur dipenuhi dengan bau harum yang

menyenangkan hati. Istri saya berkata: “Mama,

terima kasih karena sudah datang lihat cucu.” Setelah

bau harum itu pergi, saya mengajak istri saya berdoa.

Pengalaman kedua terjadi sekitar bulan

September 2006. Ibu kandung saya meninggal 3

Agustus 2005. Selama hidupnya, mama memberi

Page 28: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

112

perhatian khusus kepada saya. Sejak saya jadi pendeta

apa saja yang saya minta pasti mama penuhi. Kalau

saya memberi kabar akan berkunjung, mama sudah

menyediakan makanan kesukaan saya. Kematian

mama menyebabkan duka yang hebat dalam

keluarga. Itu kematian pertama yang kami alami di

dalam keluarga.

Kira-kira satu tahun setelah mama dimakamkan,

kami memperbaiki kuburan mama. Istilah yang

dipakai di Timor adalah Metzel Kubur, yakni

kuburan dibuat permanen dan dihiasi keramik atau

marmer. Sebulan setelah selesai metzel kubur, saya

mengajak istri mampir ke kuburan mama sebelum

berangkat ke kantor. Kunjungan itu tidak

direncanakan. Ide untuk mampir ke kubur baru

muncul saat kami di perjalanan. Itu sebabnya kami

tidak membawa sapu dan air untuk bersih-bersih

kuburan mama seperti yang biasa kami lakukan.

Begitu tiba di makam, ada kotoran anjing tepat di

atas makam mama. Agaknya ada anjing yang

membuang kotoran di makam mama sehari yang lalu.

Saya melihat kotoran itu, tetapi karena tidak

membawa air dan sapu lidi jadi kami tidak

membersihkan atau membuang kotoran itu. Saya

bilang kepada istri: “Ayo cepat. Kita harus segera ke

kantor karena sudah ada janjian bertemu tamu.”

Kami bergegas ke mobil. Kotoran anjing tetap di atas

makam mama.

Mesin mobil saya hidupkan dan siap berangkat.

Pada saat itu bau tidak sedap, yakni bau kotoran

anjing memenuhi mobil yang kami tumpangi. Saya

menghentikan mobil dan memeriksa sepatu, jangan-

jangan saya menginjak kotoran anjing. Istri saya juga

Page 29: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

113

berbuat demikian. Tapi tidak ada apa-apa. Kami

kembali ke mobil dan meneruskan perjalanan. Bau

itu tetap saja ada. Saya menyalakan AC tapi tdak ada

pengaruh. Saya menurunkan semua kaca jendela

mobil. Tapi bau itu tetap mengikuti kami.

Sampai di kantor saya minta sopir untuk mencuci

mobil dan membersihkan seluruh bagian dalam

mobil karena ada bau tak sedap. Waktu jam kantor

usai dan saya kembali ke mobil, bau busuk itu tetap

saja ada di dalam mobil. Sopir melaporkan bahwa dia

sudah mencuci mobil luar dan dalam. Dia juga heran

karena dia tidak merasakan adanya bau tak sedap.

Tetapi istri saya, kedua anak kami dan saya terus

merasakan bau itu. Bau itu bertahan dalam mobil

selama tiga hari.

Tiga hari setelah bau tak sedap itu ada di dalam

mobil, istri saya meminta agar dalam perjalanan ke

kantor singgah di kuburan mama. Diam-diam istri

saya sudah menyediakan sapu lidi, satu jergen air dan

minyak wangi odok lonyo. Dia berniat

membersihkan kuburan mama. Sepanjang perjalanan

ke kuburan bau tak sedap itu tetap mengikuti kami.

Sampai di kuburan, saya melihat kotoran anjing tadi

masih tetap di atas makam. Istri saya membuang

kotoran itu, mengepel dan mengeringkan tempat itu

lalu memercikan minyak di atas kubur, sambil

berkata: “Pak, kotong buru-buru ko tidak bersihkan

kubur mama dari kotorang anjing itu. Bau busuk di

dalam mobil selama tiga hari karena kotoran ini.”

Saya termenung mendengar kata-kata istri dan

membantu dia membersihkan rumput yang tumbuh

di situ. Usai membersihkan kubur saya mengajak istri

untuk berdoa di situ. Usai berdoa kami bernyanyi

Page 30: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

114

bersama di sisi makam mama: “Ada Kota Yang Indah

Cerah.” Hubungan saya dengan mama tidak berakhir

karena kematian. Hubungan itu tetap. Tetapi saya

tidak ingin memahami hubungan itu lepas dari iman

saya dengan Allah sebagaimana yang mama ajarkan

kepada kami selama hidupnya. Saya membingkai

hubungan kami itu dalam iman kepada Kristus yang

menjanjikan bagi saya dan mama pertemuan kembali

di Rumah Bapa, Kota Allah yang kudus (Ibr. 13:14).

Itulah yang terpikir dalam benak saya ketika kami

mendendangkan kalimat: Indahnya saatnya kita

jumpa di kota permai” yang terkandung dalam lagu

itu. Usai bernyanyi kami kembali ke mobil untuk

berangkat kerja. Bau tak sedap yang ada dalam mobil

selama tiga hari tidak ada lagi. Bau itu hilang seiring

kami membuang kotoran anjing dan membersihkan

kuburan mama.

Sambil mengendarai mobil ke kantor saya

berpikir, mama sudah meninggal kurang lebih satu

setengah tahun. Tubuhnya pasti sudah mulai keropos

di dalam tanah. Kalau jiwa atau roh juga mati

bersama-sama tubuh, bagaimana menerangkan dua

pengalaman tadi? Mengapa boneka kesayangan Fini

berbicara tanpa ada orang yang menekan tangannya

dan berhenti berbicara ketiga istri saya

memberitahukan kedatangan kami kepada ibunya

yang sudah meninggal dua bulan lalu? Kalau jiwa juga

ikut mati, penjelasan apa yang pas untuk bau busuk

dalam mobil selama tiga hari dan baru berhenti

setelah makam mama dibersihkan?

Bagaimana keberadaan manusia pada saat mati?

Jawaban pertama: tubuh manusia berhenti ada dan

Page 31: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

115

lenyap, tetapi jiwanya tetap ada. Ia kembali kepada

Allah atau masuk ke satu tempat khusus, si mati

menjalani waktu antara untuk menanti penyatuan

kembali dengan tubuh yang lenyap itu pada hari

kedatangan kembali Yesus kristus untuk menjalani

penghakiman. Pada waktu itu ditetapkan secara definitif

kehidupan selanjutnya: mati kekal atau hidup kekal.

Jawaban kedua: sejajar dengan yang pertama.

Yang membedakan keduanya, ialah pendapat kedua,

menekankan transformasi tubuh untuk siap menerima

kemuliaan yang baru pada saat kebangkitan. Tubuh

yang ditransformasi itu kembali bersatu dengan jiwa.

Masa antara adalah kesempatan yang dipakai Allah

untuk transformasi tubuh untuk menerima kemuliaan

dalam kesatuan kembali dengan jiwa.

Jawaban ketiga: manusia mati seutuhnya; tubuh

dan jiwa. Tidak ada yang disebut waktu antara. Adanya

roh atau jiwa si mati yang sering muncul lagi atau

menampakan diri kepada keluarga adalah sesuatu yang

asing. Bahkan ada yang mengatakan bahwa roh dan jiwa

itu adalah iblis yang menyamar dalam rupa si mati

untuk mengganggu iman keluarga.125

Pertanyaan berikut menjadi penting dan

mendesak: “Manakah pandangan yang patut kita

125 Disebutkan dalam Wilfrid Fini Ruku. Reading of the

Fifth Commandment Contextually (Exodus 20:12). An Indonesian-Atoni Meto Contextual Hermeneutics. Amsterdam: Vrije Univesiteit. 2008. hlm. 37.

Page 32: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

116

pegang? Apakah kematian itu hanya terjadi pada tubuh

ataukah manusia itu mati seutuhnya?”

Alkitab tentang keadaan jiwa pada saat kematian

Manakala kita berpaling pada kesaksian Alkitab

kita menemukan jawaban yang pasti dalam hal berikut:

kematian menandai berakhirnya kehidupan kekinian

manusia sekaligus berakhir pula tubuh alami kita.

Tubuh alami itu akan diperbaharui. Kualitas-kualitas

baru akan diberikan kepadanya. Kami sudah

menunjukkan itu di sub bab terdahulu.

Mengenai pertanyaan: bagaimana dengan jiwa?

Apakah kematian tubuh menyebabkan kehidupan

berakhir ataukah jiwa tetap ada dan hidup? Alkitab juga

memberi petunjuk yang kuat. Yang kekal itu hanya

Allah saja, dalam arti Allah tidak takluk pada maut.

Demikian kata Alkitab (I Tim. 6:15-16). Allah yang

kekal itu tidak ingin memiliki kekekalan itu bagi

diriNya sendiri. Ia berkenan memberikan kekekalan itu

bagi ciptaan.

Di dalam Kristus Ia memberikan kekekalan itu

kepada manusia, yakni orang-orang yang percaya

kepadaNya (Pkh. 3:11, Yoh. 3:16). Jadi makhluk ciptaan

Tuhan juga dapat memiliki hidup yang kekal dari Allah.

Kekekalan makhluk tidak berdiri sendiri. Ia adalah

pemberiaan Allah. Malaikat-malaikat yang adalah

ciptaan atas perkenanan Allah tidak mengalami

kematian. Jiwa adalah kenyataan ciptaan. Karena ia

Page 33: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

117

tidak ilahi ia memang harus mati.126 Tetapi jiwa bisa

tidak mati jika Allah berkenan seperti yang terjadi

dengan malaikat. Ini adalah kedaulatan Allah. Kita patut

bersyukur untuk itu.

Pada waktu mendiskusikan karya penciptaan

Allah, kami tegaskan bahwa realita ciptaan Allah itu

tampil berpasang-pasangan. Salah satu yang mau kami

tekankan karena sangat sering diabaikan adalah realita

ciptaan itu kelihatan dan tidak kelihatan. Selain

manusia dan makhluk-makhluk di bumi, Allah juga

adalah pencipta makhluk-makhluk yang tidak kelihatan

di angkasa: malaikat, roh-roh dan penguasa-penguasa

semesta yang tidak kasat mata. Allah memberikan

kehidupan kepada mereka dalam bentuk yang berbeda

dengan yang yang diberikan kepada manusia, yakni

mereka ini tidak mengalami kematian. Apa yang Tuhan

berkenan diberikan kepada ciptaan yang tidak

kelihatan, berlaku juga bagi aspek yang satu ini dari

manusia, yakni jiwa. Oleh kehendak Allah jiwa tetap

hidup. van der Woude menulis: ”Imoratalitas jiwa

bukanlah kualitas yang dimiliki manusia, tetapi melalui

kematian dan atas penetapan Allah imortalitas

126 Pada posisi ini saya sependapat dengan Andarias

Kabanga‟ yakni jiwa adalah kenyataan ciptaan. Allah

menciptakan tubuh dan jiwa kemudiannya menyatukan

keduanya menjadi satu, yakni manusia. Jadi manusia adalah

satu totalitas, tubuh dan jiwa. Lihat, Andarias Kabanga‟.

Manusia Mari Seutuhnya. Yogyakarta: Madia Pressindo. 2002.

hlm. 200.

Page 34: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

118

merupakan pemberian yang berasal karya keselamatan

Kristus.”127

Bahwa jiwa bisa tetap ada atau tidak ikut mati

pada saat tubuh mati mengemuka dalam berbagai

fragmen kesaksian Alkitab. Dalam I Samuel 28.

Dikatakan bahwa Samuel sudah mati. Dalam keadaan

terjepit karena harus menghadapi peperangan Saul

bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak

menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim,

baik dengan perantaraan para nabi. Maka Saul memilih

jalan yang bertentangan dengan kehendak Allah. Dia

bertemu seorang perempuan yang sanggup memanggil

arwah untuk memanggil Samuel. Sekalipun sudah mati,

tetapi Samuel tetap ada. Dikatakan dalam cerita itu

Samuel muncul.

Andarias Kabanga‟ menegaskan bahwa yang

muncul untuk berbicara itu bukan jiwa (nefesy atau

ruakh) Samuel, tetapi Samuel sendiri. “Aku”-nya Samuel

itulah yang berbicara dengan Saul.128 Kami sepaham

dengan Kabanga‟. Tetapi penegasan berikut dari

perempuan ini: “Aku melihat sesuatu yang ilahi muncul

dari dalam bumi” membuat persoalan menjadi

kompleks. Yang berbicara dengan Saul adalah Samuel,

tetapi dalam wujud yang ilahi. Bentuk Ibraninya: olim

dari olam yang artinya hidup dalam satu rentang waktu

127 A.S. van der Woude. “Onsterfelijkheid, leven en

dood.” Dalam: Kerk en teologie. 22e jaargang no. 4. Oktober 1971. „S-Gravenhage. Boekencentrum. hlm. 315.

128 Andarias Kabanga‟. Manusia Mari Seutuhnya. Yogyakarta: Madia Pressindo. 2002. hlm. 203.

Page 35: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

119

yang lama. Samuel sudah mati, tetapi dia tidak lenyap.

Dia tetap hidup dalam wujud yang baru.

Mengatakan bahwa manusia mati seutuhnya

(tubuh, jiwa atau roh) akan menimbulkan banyak

kesulitan dalam menjelaskan teks Alkitab tadi. Selain itu

ada lagi beberapa fragmen yang patut mendapat

perhatian. Pertama, kesaksian Alkitab mengenai

kematian Yesus. Matius, Markus, Lukas dan Yohanes

memberitakan hal yang sama tentang detik-detik

terakhir kehidupan Yesus. Lukas secara eksplisit

menulis: “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya

Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan

sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya”

(Mt. 27:50, Mk. 15:37, Lk. 23:46, Yoh. 19:30).Yesus

menyerahkan nyawa kepada Allah Bapa pada saat Ia

mati. Ini memberi kesan kuat bahwa hanya tubuh saja

yang mati. Tubuh itu yang kembali ke tanah. Nafas

hidup pulang kepada Allah karena dia berasal dari Allah

(Kej. 2:7).

Origenes juga berpendapat demikian. Dengan

melihat kepada kematian Yesus Kristus di salib Origenes

percaya bahwa tubuh, jiwa dan roh Yesus Kristus

terpisah untuk sementara waktu ketiga Yesus mati.

Tubuh Yesus dimakamkan, jiwaNya pergi ke dunia

orang mati (hades) sedangkan roh Kristus kembali

kepada Allah Bapa. Bertolak dari situ Origenes berkata

bahwa jiwa manusia tidak mengalami kematian.

Kematian hanya berlaku bagi tubuh. Pada saat tubuh

mati, jiwa menjalani kehidupan dalam satu dimensi

Page 36: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

120

yang baru, berbeda dengan pada saat ia masih berdiam

dalam tubuh.129

Kedua, Yesus Kristus hidup jauh hari setelah

Abraham mati. Dalam salah satu pengajaranNya Yesus

bercerita tentang Lazarus dan seorang kaya. Kedua

orang ini mati. Tubuh mereka dikuburkan menurut

kebiasaan orang Yahudi. Yang menarik dari cerita Yesus

Lazarus ada di sorga dan orang kaya tadi di alam maut.

Yesus juga mengatakan bahwa Lazarus ada di pangkuan

Abraham, padahal Abraham sudah mati ribuan tahun

sebelumnya (Lk. 16). Tidaklah mungkin Abraham,

Lazarus dan orang kaya itu bertemu dan berbincang-

bincang di alam yang lain, kalau manusia mati

seutuhnya. Dalam Matius 10:28 Yesus mengatakan

bahwa jiwa tidak dapat dibunuh.

Stanley J. Grenz menegaskan bahwa kisah ini

bukan sebuah kejadian historis tetapi sebuah

perumpamaan. Karena itu tidak bisa dipakai sebagai

dasar bagi keberlanjutan jiwa pada saat kematian.130

Keberatan kami, kalau benar ini perumpamaan,

mengapa Yesus menggunakan nama pribadi dari orang-

orang yang pernah hidup? Kalau kita perhatikan semua

perumpamaan, Yesus tidak pernah menyebut nama

pribadi. Cerita Yesus tentang Lazarus, orang kaya dan

Abraham bukan perumpamaan, tetapi kisah historis.

129 Geoffrey W. Bromiley. Historical Theology. An

introduction. Edinburgh: T&T Clark. 1994. hlm. 47-48. Calvin

juga menganut paham tentang keabadian jiwa. 130 Stanley J. Grenz. Theology for the Community of God.

hlm. 771.

Page 37: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

121

Liem Khiem Yang mengkategorikan kisah ini dalam

perumpamaan yang bersifat exemplum, yakni

perumpamaan yang mengetengahkan peri kehidupan

berbagai orang secara langsung menjadi satu contoh

yang jelas.131

Ketiga, ada satu peristiwa dalam kisah hidup

Yesus yang juga menarik untuk mendapat perhatian,

yakni mengenai penampakan Musa dan Elia untuk

berbincang-bincang dengan Yesus beberapa waktu

sebelum kematianNya (Mt. 17:3). Menurut Ulangan 34:5

Musa mati pada usia 120 tahun dan dikuburkan di Bet-

Peor di satu lembah di tanah Moab. Musa yang sudah

mati ini bersama Elia menjumpai Yesus.

Andarias Kabanga‟ menjelaskan masalah ini

dengan menunjuk pada rahasia Allah dan

kedaulatanNya. Bahwa Allah berdaulat menghadirkan

Musa untuk berbincang-bincang dengan Yesus.132 Kami

tidak keberatan dengan penjelasan ini. Tetapi itu berarti

setiap kali ada hal serupa kita akan memberi penjelasan

yang sama, yakni itu adalah kedaulatan Allah seperti

untuk dua fenomena dalam pengalaman pribadi penulis.

Jawaban seperti itu baik tetapi menyangkali peran akal

dan rasio dalam upaya mencari pemahaman terhadap

realitas iman.

131 Liem Khiem Yang. Mendengarkan Perumpamaan

Yesus. Suatu Pedoman. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.

Cetakan keempat. 2009. hlm. 56. 132 Andarias Kabanga‟. Manusia Mari Seutuhnya.

Yogyakarta: Madia Pressindo. 2002. hlm. 209.

Page 38: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

122

Keempat, dalam PL Allah melarang Israel untuk

melakukan kontak dengan arwah (Im. 19:31, 20:27, Ul.

18:11). Ini mengandaikan bahwa orang yang sudah mati

tidak lenyap. Ia tetap ada dalam satu cara baru. Allah

sendiri mengakui itu. Selain itu beberapa ayat Alkitab

jelas menunjukan adanya perpisahan antara tubuh dan

jiwa (roh) pada saat kematian (Yoh. 19:30, Kis. 7:59, Yak

2:26). Pengkhotbah 12:7 mengatakan: “Debu kembali

menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada

Allah yang mengaruniakannya.” Penegasan ini

mengingatkan kita kepada Kejadian 2:7 yang

menegaskan tentang tubuh dari debu dan nafas hidup

dari Allah bersatu sehingga manusia itu hidup.

Kelima, Alkitab berbicara tentang ada sheol, dunia orang mati sebagai tempat ke mana manusia pergi

(Pengk. 9:10). Di sana si mati tidur. Mengatakan bahwa

jiwa juga mati sama artinya dengan mengabaikan

kesaksian Alkitab tentang adanya sheol.

Kalau alur kesaksian ini kita ikut secara

konsisten sampailah kita pada kesimpulan bahwa jiwa

tidak mati. Itu bukan karena jiwa bersifat ilahi. Juga

bukan karena jiwa itu kekal. Tidak! Jiwa juga adalah

ciptaan, tetapi Allah berkenan memberi sifat immortal kepada jiwa untuk mempertahankan kontinutas

identitas personal masa kini si mati sampai ke masa

depan di mana ia dibangkitan dari kematian untuk

menerima hukuman ataupun pujian.133 Bagi yang

menerima hukuman pada parousia, ia akan mengalami

133 Wolfhart Pannenbrg. De geloofsbelijdenis. hlm. 170.

Page 39: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

123

kematian kekal yang berlaku atas tubuh dan jiwa. Hal

ini secara implisit disinyalir dalam Roh 4:17: “Allah

yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan

dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.”

Tetapi perlu juga dicatat bahwa

keberlangsungan hidup jiwa yang telah berpisah dari

tubuh tidak memiliki eksistensi yang penuh. Orang-

orang yang pernah dinyatakan mati oleh dokter tetapi

setelah 30-45 menit hidup kembali bercerita bahwa

pada saat mati mereka keluar dari tubuh dan berjalan,

mereka bertemu dan berbicara dengan orang-orang

yang mereka kenal tetapi orang-orang itu tidak

mempedulikan mereka, mereka meraih tangan orang-

orang itu tetapi tak berhasil memegang apa-apa. Cerita-

cerita ini menunjukkan dengan jelas bahwa jiwa yang

telah berpisah dari tubuh tidak memiliki eksistensi yang

penuh.134

Itulah sebabnya, kata Pannenberg sejak awal

mula para pemikir Kristen merasa perlu menegaskan

bahwa tubuh dan jiwa satu adanya. Demi memelihara

keberlangsungan identitas personal si mati sampai ke

saat kebangkitan orang mati, gereja Katholik sejak 1513

mengumumkan dogma tentang kontinutas kehidupan

jiwa pada saat seseorang meninggal dunia. 135 Orang mati

tetap memiliki kesadaran tetapi tidak lagi ikut terlibat

134 George C. Ritsche. “Return from Tomorrow.” Dalam:

Life After Death. A Reprint From Guidepost Magazine. hlm.

11-12. 135 Wolfhart Pannenbrg. De geloofsbelijdenis. hlm. 170.

Page 40: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

124

dalam peristiwa-peristiwa di bumi, juga dalam

kehidupan keluarga yang ditinggalkan.136

Keberadaan jiwa pada saat kematian adalah

tetap. Jiwa tidak mati tetapi ia tidak memiliki eksistensi

penuh. Ayat-ayat Alkitab yang menegaskan bahwa di

dunia orang mati tidak akan ada yang menaikan syukur

dan memuliakan Tuhan (Mz. 6:6, 88:11, 115:17) dapat

kita pahami dari realita ini.

Wujud Kehidupan Baru Pada Saat Kematian

Memang tidak disebutkan secara eksplisit dalam

Alkitab tentang keberlangsungan hidup jiwa. Tetapi

indikasi-indikasi untuk itu cukup banyak seperti sudah

kita lihat. Kematian seperti yang nampak dalam kisah-

kisah Alkitab tadi bukan berhenti berada atau hilang

lenyap tetapi berada secara baru. Bagaimanakah wujud

dari cara berada yang baru itu? Dalam episode yang

menegangkan tadi dikatakan bahwa perempuan itu

melihat sesuatu yang ilahi muncul dari dalam bumi (I

Sam. 28:13). Dia itu tidak lain adalah Samuel.

Kehidupan dalam bentuk baru yang dialami manusia

pada saat kematian adalah masuk dalam kehidupan yang ilahi atau menjalani hidup dalam modus sebagai yang ilahi.

Memperhatikan prinsip thinking before the Bible dan thinking inside-out people own context

136 Stanley J. Grenz. Theology for the Community of God.

hlm. 777.

Page 41: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

125

patutlah kita katakan bahwa kematian bukan berarti

manusia berhenti ada. Kematian berarti manusia itu

menjalani hidup dalam satu cara berada yang baru yang

berbeda dengan cara berada sebelumnya. Tubuhnya

mati, terbaring tanpa daya dan gerak di satu tempat

tetapi si mati itu hidup. Kalau di atas kita berkata bahwa

seseorang dianggap sudah mati (dalam arti teologis)

sekalipun badannya, tubuhnya masih berjalan dan

melakukan aktivitas rutinnya, mengapa hal yang sama

tidak berlaku dengan kematian? Yakni sekalipun badan

dan tubuh manusia itu sudah mati, tetapi manusia itu

ternyata hidup. Kehidupan yang dijalani orang itu pada

saat kematian mengambil bentuk yang baru.

Memang sulit untuk menerangkan bentuk

kehidupan baru yang dijalaninya pada saat kematian.

Yang biasa dan lazim dikatakan tentang keberadaan

seseorang pada saat kematian ialah tubuhnya mati.

Tubuh yang mati itu menjalani masa transformasi. Jiwa

tidak mati. Jiwanya ada dalam bentuk bayang-bayang,137

ada tetapi tidak berpribadi.138

137 George E. Ladd. The Last Things. hlm. 32. 138 Sewaktu masih SMP dan SMA ada beberapa buku

kesaksian iman kisah nyata tentang kematian yang saya baca.

Kurang lebih ada lima buku, dua di antaranya masih saya

ingat: “Sejenak di Alam Baka dan Aku Pernah Mati. Buku-

buku itu menceritakan dengan jelas bahwa pada saat mereka

menghembuskan nafas terakhir jiwa mereka keluar dari

tubuh dan mulai melakukan perjalanan ke satu tempat yang

suasananya berbeda dengan yang mereka alami di dunia.

Kisah-kisah itu mau menunjukkan bahwa jiwa tidak mati.

Page 42: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

126

Jadi apakah kematian itu hanya berlaku pada

tubuh ataukah manusia itu mati seutuhnya? Jawabannya

bergantung pada bagaimana kita memahami kesatuan

antara tubuh dan jiwa. Manakalah kesatuan keduanya

kita pahami hanya dari logika keilmuan, maka

jawabannya adalah pada opsi kedua (kontinutas

berkelanjutan dan parmanen). Posisi memang dapat juga

dikonstruksi dari perspektif Alkitab dan makin memiliki

dukungan yang cukup kuat dari berbagai teolog. Tetapi

benturan dengan pengalaman manusia dalam berbagai

masyarakat dan masa tidak bisa dihindari. Tidak sedikit

pula orang yang menolak hal ini.139

Kalau kita melihat kesatuan itu dalam perspektif

kebangkitan orang mati, dalam arti tubuh kebangkitan

itu akan memperoleh kualitas-kualitas yang baru, maka

posisinya tidak bisa lain pada pandangan pertama dan

keempat (diskontinutas yang berkembang dan

diskontinutas yang transformatif).

Posisi ini berseberangan jauh dengan communis opinio di kalangan para ilmuan, baik teologi maupun

ilmu pengetahuan modern sebab dua opsi tadi

mengandaikan bahwa ada sesuatu dari manusia yang

tetap ada sampai kedatangan kembali Yesus Kristus.

Pandangan bercorak paradoksal, tetapi memberikan

kontribusi yang tidak bisa didiamkan bagi ilmu

pengetahuan dan teologi dalam memikirkan keadaan

manusia pada fase terakhir kehidupan duniawinya.140

139 M.E. Brinkman. “ Voorbij de Dood.” hlm. 19. 140 M.E. Brinkman. “ Voorbij de Dood.” hlm. 19.

Page 43: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

127

Kembali kepada di atas: “Apakah kematian itu

hanya berlaku pada tubuh ataukah manusia itu mati

seutuhnya? Pertama, kami akui bahwa keadaan manusia

pada saat mati memang merupakan sebuah misteri

karena senyata-nyatanya manusia itu mati, berhenti ada.

Tetapi pada saat yang sama dan juga senyata-nyatanya

manusia yang mati itu tidak hilang atau habis. Manusia

itu tetap ada hanya dalam cara yang baru.141

Tanpa mengurangi misteri itu kami melihat

bahwa pandangan diskontinutas yang berkembang dan

diskontinutas yang transformatif memperlihatkan

banyak persesuaian dengan kesaksian Alkitab tentang

kehidupan dan kematian manusia. Dan atas dasar itu

kami memilih opsi keempat, pandangan yang bercorak

diskontinutas yang transformatif mengenai kesatuan

tubuh dan jiwa.

Kematian adalah fase di mana manusia memulai

satu kehidupan dalam cara baru. Manusia tidak lenyap

dan habis. Ia pulang kepada Allah atau seperti yang

diungkapkan PL dikumpulkan kepada kaum leluhurnya.

Hidup dalam bentuk yang baru itu, sebagaimana kita

lihat pada kasus Samuel, Lazarus, orang kaya dan

Abraham adalah menjalani hidup dalam modus sebagai

141 Secara pribadi kami tidak setuju dengan Suh Sung Min

yang mengatakan bahwa immortalitas jiwa yang ditekankan

juga dalam beberapa pengakuan iman gereja adalah karena

pengaruh filsafat. Itu bukan konsep Alkitab. Kami juga tidak

setuju dengan kesimpulannya bahwa manusia mati

seutuhnya. Lihat: Suh Sung Min. Injil dan Penyembahan Nenek Moyang. Yogyakarta: Media Pressindo. 2001. hlm. 267.

Page 44: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

128

yang ilahi. I Petrus 3:20 menyebut orang yang sudah

mati sebagai roh.

Manusia hidup dalam wujud roh pada waktu

kematian. Relasi antara si mati dengan keluarganya

tetap ada. Relasi itu tidak dalam ingatan, dalam perasaan

atau dalam kesadaran.142 Relasi itu nyata dan konkret.

Itu yang juga ditunjukan dalam kisah Samuel dan juga

cerita Yesus dengan orang kaya yang merasa prihatin

dengan keselamatan lima orang saudaranya (Lk. 16).

Keberadaan hidup dalam wujud ilahi bukan berarti

bahwa yang bersangkutan menjadi Allah, tetapi itu

diperkenankan Allah untuk menjaga kelangsungan

identitas personal si mati sampai saat penghakiman.

Sebagai yang berwujud roh si mati tidak memiliki

independent substansial existence.143

Tempat Tinggal Jiwa Sebelum Kebangkitan

Kalau kita kembali memeriksa kesaksian Alkitab

tentang tempat tinggal wujud rohani seseorang pada saat

kematian, kita bertemu dengan dua alur kesaksian.

Pertama, pada saat kematian jiwa atau roh seseorang

yang percaya akan kembali kepada Allah sedangkan

mereka yang memberontak terhadap Allah akan berada

di alam maut. Ini nampak dalam cerita Yesus tentang

Lazarus dan orang kaya (Lk. 16:22-24). Kesaksian ini

sejalan dengan roh Yesus (Yoh. 19:30) dan Stefanus (Kis.

142 Lihat penjelasan rinci tentang itu dalam Luis Berkhof.

Systematic Theology. hlm. 677. 143 Luis Berkhof. Systematic Theology. hlm. 676.

Page 45: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

129

7:59) pada saat mati. Penegasan Yesus kepada penjahat

yang disalibkan bersamaNya juga menunjuk pada

kesimpulan yang sama (Lk. 23:43).

Persoalan yang muncul, kalau jiwa langsung

pergi kepada Allah atau alam maut pada saat kematian,

apa perlunya lagi kebangkitan daging? Alkitab

menyediakan jawaban berikut. Mereka yang percaya

rohnya pulang kepada Allah untuk menjalani istrahat

(Why. 14:13). Kebahagiaan yang sempurna itu baru

akan diberikan kepada mereka pada saat kebangkitan

tubuh, tetapi mereka sudah mulai mengalami riak-riak

awal dari kebahagiaan itu. Mereka yang tidak percaya

langsung meluncur ke alam maut (Bil. 16:30, Mz. 49:15-

16). Penghukuman terakhir belum terjadi, tetapi mereka

sudah mulai mengalami hukuman dan penderitaan di

alam maut. Api yang dahsyat dan menghanguskan

orang-orang durhaka belum dinyalakan (Ibr. 10:27),

tetapi mereka sudah mulai merasakan penderitaan

akibat api itu.144

Alur kesaksian kedua berkata tentang sheol atau

hades sebagai tempat tinggal sementara dari jiwa pada

saat kematian. Kebanyakan teks Alkitab yang menyebut

tempat ini sebagai tempat tinggal sementara dari orang-

orang yang tidak percaya kepada Allah (Ay. 21:13, Mz.

9:18, Ams. 5:5, 7:27, 9:18, 15:24). Keberadaannya di

sheol adalah untuk menunggu kebangkitan tubuh. Di

situ ia sudah mulai merasakan dahsyatnya kehidupan

yang terpisah dari Allah, tetapi tidak lagi tersedia

144 Alfred A. Glenn. Taking Your Faith to Work.. hlm.

101.

Page 46: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

130

baginya kesempatan untuk bertobat dan memperoleh

pengampunan (Lk. 9:27, 2 Kor. 6:2, Ibr. 9:27).

Meskipun demikian ada teks menarik, dalam

Pengkhotbah 9:10. Di sana disebutkan bahwa manusia,

siapapun dia akan pergi ke dunia orang mati. Di sana tak

ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat.

Dunia orang mati merupakan tempat di mana manusia

hidup dalam peristrahatan. Ya seperti tidur.

Atas dasar ini, dikembangkan berbagai spekulasi

tentang sheol.145 Ada yang berpendapat bahwa sheol adalah tempat jiwa manusia beristrahat selama menanti

saat kebangkitan. Kaum Anabaptist dan Socianian

adalah penganut gagasan ini. Ini bukan tempat

penghukuman atau pun penghormatan. Sheol merupakan tempat tanpa pembedaan moral. Jiwa orang

baik dan orang jahat masuk ke sana dalam keadaan tak

sadar.

Justinus Martir, Irenaeus, Tertulianus, Origenes,

Ambrosius dan Augustinus menggambarkan sheol sebagai yang terdiri dari dua bagian: untuk jiwa orang

jahat dan untuk jiwa orang baik. Di sana sudah mulai

terjadi proses penghukuman dan penghormatan, tentu

saja dalam kadar yang lebih rendah dari penghukuman

dan penghormatan yang bakal diterima pada saat

penghakiman terakhir.

Gereja Roma Katholik menyebutkan dua bagian

dari sheol. Mereka yang jahat langsung masuk ke bagian

145 Disarikan dari Luis Berkhof. Systematic Theology.

hlm. 681.

Page 47: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

131

untuk penghukuman. Mereka yang pergi bagian sheol untuk orang baik akan menjalani pemurnian iman

supaya berlayak untuk sorga. Orang-orang suci dan para

martir tidak membutuhkan pemurnian itu. Jiwa mereka

langsung ke sorga.

Apa pun juga sheol itu, Alkitab menunjukkan

bahwa wilayah itu tetap berada dalam kuasa dan

perhatian Allah. Mazmur 139:8 menegaskan hal itu

dalam kalimat berikut: “Jika aku menaruh tempat

tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau.”

Perang Terhadap Penyembahan Roh Leluhur

Karena kematian berarti manusia menjalani

hidup dalam modus baru, yakni sebagai yang ilahi atas

perkenanan Allah maka orang mati sering dijadikan

obyek ibadah dan penyembahan oleh mereka yang

masih hidup. Penyembahan terhadap orang mati inilah

yang tidak boleh manusia lakukan. Allah dengan keras

melarang manusia melakukan kontak dengan arwah

(Ibr: ov Im. 19:31). Pelarangan ini mengandaikan bahwa

ada sesuatu dari manusia yang tetap ada pada saat mati.

Orang yang sudah mati menjalani hidup dalam

wujud yang baru. Pendapat bahwa manusia mati

seutuhnya, sebagaimana dirumuskan oleh Gereja Toraja

dalam pengakuan imannya tidak boleh dipahami sebagai

penegasan bahwa manusia itu habis dan hilang.146 Ia

146 Andarias Kabanga. Formulasi “Manusia Mati

Seutuhnya.” hlm. 228.

Page 48: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

132

harus dipahami sebagai pernyataan perang (suara

kenabian) gereja terhadap pemahaman orang Toraja

bahwa manusia belum dianggap mati (to makula) apabila keluarga belum mengadakan baginya upacara

pemakaman. Rumusan ini juga berfungsi sebagai

penolakan terhadap penyembahan arwah atau

leluhur.147 Rumusan pengakuan iman manusia mati seutuhnya merupakan solusi yang ditawarkan Gereja

Toraja untuk memerangi dua hal tadi.

Kami setuju dengan pernyataan perang tadi.

Penyembahan terhadap leluhur dan arwah orang mati

ditolak karena bertentangan dengan firman pertama

dasa titah. J. Verkuyl menunjukkan kepada kita tiga

motif dari praktek penyembahan nenek moyang.148

Pertama, perasaan hormat dan cinta kasih. Verkuyl

memberi nilai positif untuk motif ini. Dua motif

lainnya: rasa takut dan keinginan untuk memperoleh

berkat serta perlindungan. Dua motif ini diberi nilai

negatif oleh Verkuyl.

Perang terhadap penyembahan orang mati dan

leluhur patut kita lakukan. Tapi kami tidak setuju jika

terjadi penyangkalan terhadap adanya keberlanjutan

hidup setelah mati. Kami perlu mengingatkan bahwa

kematian tidak berarti berakhirnya kehidupan,

melainkan si mati masuk dalam fase kehidupan yang

baru. Itu bararti hubungan si mati dengan keluarganya

147 Andarias Kabanga‟. Manusia Mari Seutuhnya. hlm.

295-7. 148 J. Verkuyl. Etika Kristen Kapita Selekta. Jakarta: BPK

Gunung Mulia. 1961. hlm. 27-8.

Page 49: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

133

masih terus berlanjut. Hubungan di antara mereka tetap

ada.

Dalam cerita tentang orang kaya dan Lazarus

Yesus jelas mengatakan bahwa orang kaya itu tetap

mengingat lima saudaranya yang masih hidup. Jadi

bukan hanya orang hidup yang mengingat si mati. Si

mati juga mengingat yang hidup. Hubungan yang tetap

ada antara orang yang hidup dengan yang sudah mati

menjadi tantangan iman bagi keluarga yang masih

hidup. Tanpa pemahaman yang benar tentang

bagaimana sepatutnya hubungan itu dibangun keluarga

yang ditinggalkan dapat jatuh dalam bahaya

penyembahan orang mati.

Gereja dan teologi yang dikerjakannya patut

menolong keluarga untuk tidak terjerumus dalam

praktek ini. Tetapi tidak juga dibenarkan jika karena

ketakutan pada bahaya penyembahan orang mati Gereja

lalu mengajarkan tentang kematian sebagai kematian,

yakni habislah semua hubungan cinta kasih. Kematian

menurut Alkitab adalah tidur.

Sikap penolakan banyak pihak di Toraja atas

rumusan pengakuan iman: manusia mati seutuhnya

sebagaimana yang dicatat oleh Kabanga‟ menurut

pendapat kami disebabkan oleh perhatian yang tidak

berimbang terhadap pemahaman lokal (thinking inside-out) dari pengalaman konkret manusia sekaligus

pengabaian kesaksian Alkitab tentang keberadaan

Page 50: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

134

manusia dalam wujud roh pada saat kematian (thinking after the Bible).149

Dalam hubungan ini van der Woude

menegaskan: “Pendapat modern bahwa kematian adalah kematian tidak memiliki dasar dalam Perjanjian Lama

demikian juga dalam sejarah agama-agama dan dalam

parapsychology.”150 Selanjutnya van der Wouden

menulis: “Tanpa terjebak dalam dualism anthropologi,

kontinutas kehidupan individu tetap diasumsikan dalam

Perjanjian Lama dan juga dunia Timur kuno. Dalam

dunia kuno manusia dianggap tetap hidup dalam wujud

roh setelah kematian tubuh.”

Waktu seseorang meninggal dunia, ia tidak

berhenti ada. Secara biologis dan fisik dia telah tiada.

Tetapi ia masih tetap hidup dalam ingatan dan kasih

keluarga yang ditinggalkan. Alkitab bahkan memberi

kesaksian bahwa mereka yang mati masih ada. Setidak-

tidaknya mereka ada dalam wujud roh (I Pet. 3:20).

Hubungan keluarga yang ditinggalkan dengan si mati

tetap ada dan mestinya tetap dijaga. Yang salah atau

yang tidak boleh dilakukan ialah hubungan itu berubah

menjadi hubungan penyembahan.

Sikap penyembahan adalah dosa, menurut

Verkuyl karena melangkahi hukum pertama dari

149 A.S. van der Woude. “Onsterfelijkheid, leven en

dood.” Dalam: Kerk en teologie. 22e jaargang no. 4. Oktober 1971. „S-Gravenhage. Boekencentrum. hlm. 314.

150 A.S. van der Woude. “Onsterfelijkheid, leven en

dood.” hlm. 314.

Page 51: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

135

sepuluh firman. Meminta perlindungan dan berkat dari

si mati adalah perbuatan yang bertentangan dengan

kehendak Allah. Wilfrid Fini Ruku menunjukkan

kepada kita bagaimana seharusnya sikap Kristen

berhadapan dengan tuntutan korban dari pihak roh-roh,

yakni memperhadapkan tuntutan roh-roh itu dengan

Yesus Kristus.151

Penghormatan Kepada Si Mati

Alkitab menolak penyembahan roh orang mati.

Praktek itu disamakan dengan perzinahan (Im. 20:6).

Perbuatan itu sama dengan berubah setia terhadap

Tuhan dan firmanNya.152 Lalu bagiamana dengan

penghormatan terhadap orang mati?

Di kalangan orang Kristen praktek mengunjungi

makam kekasih yang sudah meninggal merupakan gejala

yang terjadi secara masal pada saat-saat menjelang natal,

pergantian tahun dan juga paskah. Mereka pergi untuk

membersihkan makam, meletakkan bunga, menyalakan

lilin, membawa sedikit makanan bahkan ada juga

keluarga yang berkumpul untuk berdoa dan bernyanyi

151 Wilfrid Fini Ruku adalah dosen Perjanjian Lama

Fakultas Teologi UKAW Kupang yang menulis thesis tentang

kutuk orang tua terhadap anak. Pada waktu naskah buku ini

dipersiapkan dia sedang melakukan penelitian untuk disertasi

doktoralnya di Fak. Teologi UKDW Jogjakarta. Kami sudah

menguraikan solusi yang ditawarkan Fini Ruku dalam bab

terdahulu di bawah judul korban berdarah. 152 J. Verkuyl. Etika Kristen Kapita Selekta. hlm. 29.

Page 52: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

136

bersama di sisi makam orang-orang dekat mereka. Ada

kekosongam batin jika hari-hari raya keagamaan dijalani

tanpa menengok makam orang-orang yang dikasihi.

Selain mengunjungi makam pada hari-hari besar

gerejawi, tidak sedikit warga gereja yang membangun

makam yang megah dan mewah bagi orang-orang yang

mereka kasihi. Di makam itu ditaruh berbagai simbol

Kristen bahkan diberi keramik yang diukir wajah Yesus.

Bahkan cukup banyak warga gereja yang

menyelenggarakan ibadah syukuran memperingati

tahun ke sekian kematian orang yang mereka kasihi.

Leonardo Duil dalam penelitiannya menemukan

beberapa motivasi di balik praktek ini.153 Pertama,

sebagai ungkapan cinta dan hormat. Mereka ini percaya

bahwa masih ada hubungan batin antara mereka yang

hidup dan yang sudah mati. Mereka berpendapat bahwa

si mati mengetahui dan mengerti perasaan hati

mereka.154

Kedua, perbuatan itu hanya berguna bagi yang

hidup saja. Mereka yang sudah meninggal tidak tahu

apa-apa, sebab mereka telah dijemput malaikat-malaikat

ke sorga pada saat mati. Gunanya bagi yang hidup

adalah untuk mengenang dan mengingat cinta kasih

153 Leonardo Duil. Persekutuan Orang Kudus. Suatu

Tinjauan Dogmatis tentang Makna Persekutuan Orang Kudus

Dalam Pengakuan Iman Rasuli dan Implikasinya bagi Jemaat

GMIT Karmel Fatululi Klasis Kota Kupang. Skripsi. Kupang:

Fak. Teologi UKAW. 2011. hlm. 62. 154 Jublina Tefu, (jemaat), Wawancara, Fatululi, 15 April

2011.

Page 53: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

137

mereka yang sudah meninggal.155 Ketiga, perbuatan itu

dilakukan untuk mendapatkan berkat dan perlindungan

dari roh mereka yang sudah meninggal. Roh orang mati

masih hidup karena dilindungi serta diberkati oleh

Tuhan. Roh mereka itu seperti malaikat yang selalu

melindungi dan menjaga kita.156

Tidak sedikit pendeta yang menilai praktek ini

secara negatif karena itu mereka menolak melayani

permintaan syukuran. Di beberapa kelompok doa

praktek ini disamakan dengan penyembahan berhala.

Pemimpin kelompok doa itu melarang anggotanya

berpartisipasi dalam semua kegiatan yang berhubungan

dengan kematian, termasuk menjengguk jenazah,

menolong keluarga duka atau mendoakan keluarga duka

pasca pemakaman. Tubuh si mati dianggap sebagai najis

sehingga harus dijauhi.

Menurut kami penilaian itu perlu dipahami

ulang. Gereja memang menolak penyembahan orang

mati, tetapi tidak boleh serta-merta mengutuk praktek-

praktek penghormatan kepada si mati. Kita tidak boleh

sekedar melihat pada wujud yang kelihatan melainkan

juga pada motivasi dari praktek itu sebelum mengambil

sikap.

Praktek-praktek tadi umumnya didasari atas

penghormatan dan cinta kasih terhadap jasad. Ini

155 Thomas Nuhalawang (jemaat), Wawancara, Fatululi,

13 April 2011. 156 Noch Wabang (jemaat), Wawancara, Fatululi, 22 April

2011.

Page 54: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

138

motivasi pertama. Para penyembah berhala juga

memperlakukan jasad orang mati dengan perasaan

hormat.157 Alkitab mengajarkan bahwa tubuh yang

dibentuk Allah adalah baik. Ia memiliki nilai dan kudus

karena merupakan tiruan dari Allah (gambar Allah).

Juga pada saat mati tubuh itu tetap berharga. Pada

parousia nanti Allah akan membangkitkan kembali

tubuh itu untuk diberi mahkota kehidupan.

Kedua, keyakinan akan kehidupan kekal yang

diberikan Allah kepada manusia. Kehidupan kekal itu

bukan sesuatu yang baru akan diterima pada parousia,

atau ketika seseorang meninggal dunia tetapi sudah

mulai menjadi milik manusia semasa hidup, yakni saat ia

memberi diri kepada Yesus Kristus. Seseorang mati

tetapi sesungguhnya ia hidup (Yoh. 11:25).

Ketiga, sikap takut atau penyembahan. Praktek-

praktek tadi dijalani untuk menjaga agar roh si mati

tidak murka dan mencelakakan atau mengganggu

keluarga. Sebaliknya supaya si mati mengaruniakan

berkat dan melindungi keluarga dari berbagai bencana.

Untuk itu keluarga melakukan hal-hal tadi supaya

menyenangkan si mati.

Melarang penyembahan kepada si mati karena

anggapan bahwa roh si mati bisa mendatangkan celaka

atau memberi berkat dan perlindungan adalah hal yang

harus dilakukan gereja. Jelasnya, butir ketiga dari

motivasi yang mendasari perlakukan terhadap si mati

adalah kekeliruan. Sedangkan butir pertama dan kedua

157 Isabell Jeniva & David Samiyono. Tiwah. hlm. 92.

Page 55: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

139

sama sekali tidak bertolak belakang dengan iman

Kristen.

Para leluhur Israel yang oleh Alkitab disebut

sebagai teladan iman (Ibr. 11) juga memperlakukan

butir pertama dan kedua terhadap kekasih mereka yang

sudah mati. Abraham membangun makam bagi Sarah

istrinya (Kej. 23:17-20). Ia berpesan kepada Isak agar

dimakamkan di sana (Kej. 25:9). Isak, Lea, Yakub dan

Yusuf juga dikuburkan di makam yang dibangun

Abraham. Pemakaman mereka berlangsung dalam satu

ritus yang panjang, juga melalui masa perkabungan

selama 40 hari. Yakub bukan hanya memakamkan Rahel

secara baik. Ia bahkan mendirikan sebuah tugu di

makam Rahel sebagai tanda cinta kasih dan hormat (Kej.

35:20). Makam-makam itu masih ada sampai hari ini,

tentu saja karena dirawat dan dipelihara sebagai ingatan

dan penghormatan akan keteladanan iman mereka.

Penghormatan kepada si mati dan mengenang

kebaikan dan jasa-jasanya bukan dosa. Itu bahkan perlu

dalam rangka menghidupkan teladan yang mereka

tunjukan dalam kita. Paul Budi Kleden menulis dengan

sangat indah tentang hal ini: “Kita tidak menghormati

nenek moyang hanya karena mereka adalah nenek

moyang, namun karena mereka menjadi tanda historis

dari kasih Allah yang berdaya menghidupkan dan

menyembuhkan.”158

158 Dalam Alex Jebadu. Bukan Berhala! Penghormatan

Kepada Para Leluhur. Maumere: Penerbit Ledalero. 2009.

hlm. viii.

Page 56: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

140

Dalam Keluaran 20:12 Allah memerintahkan

Israel demikian: “Hormatilah ayahmu dan ibumu,

supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN,

Allahmu, kepadamu.” Tentang firman ini J. Verkuyl

mengatakan: “Tuhan juga meminta kita supaya kita

memperingati dengan hormat mereka yang telah

meninggal dunia. Tuhan menghendaki supaya kita

memperingati dengan hormat dan berterima kasih atas

segala kebaikan yang telah kita terima dari mereka yang

sudah mendahului kita ke alam baka (Ibr. 11 dan

12:1,2).159

Kita perlu menghormati bukan memperilah para

leluhur. Demi menjaga agar cinta dan hormat itu tidak

berubah menjadi penyembahan Gereja perlu

mendorong warganya agar menaruh praktek itu dalam

bingkai pengharapan akan kebangkitan dan pertemuan

kembali pada saat kedatangan kembali Yesus Kristus. Ini

artinya cinta dan sikap hormat kepada si mati

ditempatkan di bawah cinta dan hormat mereka kepada

Tuhan.

Lebih jauh itu, gereja juga perlu membimbing

warga agar menunjukkan cinta dan hormat kepada

orang tua dan saudara bukan hanya pada saat dia sudah

mati. Adalah lebih berguna jika cinta dan hormat itu

sudah dinyatakan ketika yang bersangkutan hidup.

Cinta dan hormat yang tunjukkan kepada seseorang

setelah dia meninggal dengan cara membawakan

makanan dan minuman, makam160 yang dimetzel tidak

159 J. Verkuyl. Etika Kristen Kapita Selekta. hlm. 28. 160 Isabell Jeniva & David Samiyono. Tiwah. hlm. 5.

Page 57: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

141

memberi nilai tambah apapun kepada si mati. Arwah

tidak makan dan minum, tidak membutuhkan ritus dan

upacara yang high cost, juga tidak membutuhkan

kuburan dan rumah.161 Ia dipelihara dengan lebih baik

oleh Allah. Alangkah baiknya, jika semua pengorbanan

itu diberikan ketika mereka masih hidup, sebagaimana

yang dilakukan oleh seorang perempuan yang

meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu.

Jadi menolak memimpin ibadah syukuran

berhubungan dengan ulang tahun kematian, mengutuk

kebiasaan mengunjungi makam dan merawat makam itu

bukan merupakan sikap yang bijak. Kita cenderung

mengharapakan hasil yang segera sehingga menyangka

sikap penolakan itu akan membuat praktek-praktek tadi

akan segera punah. Tidak! Yang terjadi justru

sebaliknya. Makin dilarang dan dikutuk, ia justru makin

bertambah subur malah akan makin dikuasai oleh

praktek penyembahan.

Yang perlu gereja buat adalah mendampingi

warganya dengan setia sambil memberi pemahaman

yang benar melalui pengajaran dan khotbah, juga pada

saat-saat mereka melakukan ritus-ritus dimaksud.

Perubahan pola pikir dan sikap dari penyembahan

kepada penghormatan kepada si mati memerlukan

waktu dan kesabaran. Allah yang berkuasa untuk

membaharui pola pikir dan pola tingkah laku. Tugas kita

ialah ambil bagian dalam proses ke arah itu.

161 Bandingkan uraian dalam bab ini di bawah judul Yesus

menampakan diri sebagai yang hidup.

Page 58: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

142

Kesurupan Roh Si Mati

Sebelum mengakhiri diskusi tentang kematian

fenomena berikut patut mendapat perhatian. Ini

mengemuka dalam diskusi terbatas yang kami lakukan

dengan beberapa kelompok ketika buku ini sedang

dalam proses editing. Fenomena itu adalah kesurupan.

Saat-saat menjelang pemakaman atau setelah

pemakaman sering terjadi bahwa salah seorang anggota

keluarga jatuh pingsan. Dalam keadaan tak sadar diri ia

berbicara dengan suara dan gaya bicara si mati. Isi dari

pembicaraannya adalah pemberitahuan tentang hal-hal

yang berhubungan dengan sebab-sebab kematiannya

atau hal-hal tertentu yang diperbuat si mati selama

hidup yang belum diketahui keluarga.

Inilah yang kami maksudkan dengan kesurupan.

Suku Timor menyebut fenomena ini niut sae, saat di

mana roh si mati menggunakan salah seorang kerabat

sebagai medium untuk mengisahkan hal-hal yang patut

diketahui keluarga yang ditinggalkan.

Sewaktu masih duduk di bangku sekolah

menengah pertama penulis melihat sendiri peristiwa ini.

Seorang bapak yang sudah meninggal berbicara melalui

salah seorang kerabat tentang sejumlah besar uang yang

dia sembunyikan di salah satu tempat di halaman

rumah. Ketika keluarga mengikuti petunjuk yang

disampaikan tadi, mereka menemukan uang-uang itu

tepat seperti yang disampaikan lewat si kerabat. Juga ada

cerita bahwa roh si mati suka memberi informasi

tentang sebab kematiannya, seperti dia diguna-guna

oleh seseorang.

Page 59: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

143

Umumnya para peserta diskusi berpendapat

bahwa si mati menyampaikan hikayat kematiannya

kepada keluarga supaya mereka mengambil tindakan-

tindakan yang perlu dalam rangka mencari keadilan.162

Ini juga merupakan pendapat umum di kalangan warga

masyarakat dan juga warga gereja di banyak tempat di

Indonesia.

Pertanyaan yang muncul ialah bagaimana

fenomena ini ditanggapi dari segi iman Kristen?

Benarkan si mati yang berbicara melalui medium yang

dipakai ataukah itu roh jahat yang menyamar?

Berhadapan dengan fenomena ini baiklah kita

memperhatikan beberapa hal berikut. Pertama, Alkitab

berkata bahwa setelah membunuh Habel, Kain

mengguburkan Habel secara diam-diam dan berlaku

seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tetapi darah Habel

berteriak kepada Allah dari tanah (Kej. 4:10). Darah

Habel memiliki suara dan dapat berbicara. Teriakan

darah Habel dialamatkan kepada Allah. Isi dari teriakan

itu adalah menuntut Allah melakukan pembalasan,

karena memang Allah saja yang pantas melakukan

pembalasan (Ibr. 10:30).

162 Pendapat ini diungkapkan oleh Soleman Baun,

Adriana Sole, Bernadus Leo, Yonathan Leobisa, Fenetson

Parikaes, Karmelia Tamonob. Mereka adalah mahasiwa pasca

sarjana Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Kupang dalam

diskusi dalam kuliah tanggal 22 Agustus 2012.

Page 60: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

144

Allah yang mendengarkan teriakan darah Habel

itu menjumpai Kain dan membawa berita itu. Kain

mengetahui teriakan darah Habel dari Allah. Darah

Habel mencari dan mengejar Kain melalui Firman dan

Allah juga menyampaikan suara darah Habel kepada

Kain melalui firman. Firman Allah yang membawa

suara darah Habel kepada Kain adalah firman yang

menuntut dan mendakwa. Firman Allah menuntut

pertanggung jawaban dari Kain. Firmanlah yang

mengejar Kain dan membuat dia menyadari diri bahwa

dia berdosa di hadapan allah dan harus siap menerima

hukuman dari Allah.

Kedua, Alkitab memberikan kita kesan yang

kuat bahwa lalulintas perjalanan dari dunia orang hidup

ke dunia orang mati adalah satu arah (one way traffic).

Orang hiduplah yang akan menyusul ke dunia orang

mati, sedangkan orang mati tidak mungkin kembali lagi

ke dunia orang hidup. Kesan ini kita temukan dalam

kisah kematian anak yang dilahirkan Batseba kepada

Daud (II Sam. 12:23) dan juga dalam kisah Lazarus dan

orang kaya, di mana si orang kaya meminta bapak

Abraham mengizinkan Lazarus untuk kembali ke dunia

untuk menjumpai kelima saudaranya yang masih hidup,

tetapi permintaan itu ditolak bapak Abraham.

Memperhatikan dua catatan tadi baiklah kita

menyikapi fenomena kesurupan secara bijak. Apakah

mungkin Allah mengijinkan roh si mati kembali ke

dunia orang hidup untuk memberi informasi tentang

misteri kematiannya, seperti yang dipahami oleh para

peserta diskusi dari cerita Kain dan Habel?

Page 61: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

145

Menurut pendapat kami meskipun ada semacam

kesejajaran antara kesurupan dan teriakan darah Habel, hal itu tidak dengan sendirinya menegaskan bahwa

kedua gejala itu identik. Darah Habel memang memiliki

suara. Dia berbicara setelah Habel mati dibunuh.

Tentang hal ini Baarlink berkata: “Darah Habel

berteriak kepada Allah untuk menuntut balas atau

untuk meminta Allah menghukum sang pembunuh.

Teriakan itu dialamatkan ke sorga, kepada Allah yang

berhak menuntut balas. Darah itu tidak berteriak

kepada siapa-siapa. Ia hanya berteriak kepada Allah.

Allah yang mendengarkan teriakan itu bertindak

menjumpai Kain. Allah meneruskan suara teriakan

darah Habel kepada Kain.”163

Suara teriakan dari darah Habel mencari

keadilan pada Allah. Lalu Allah menjumpai Kain untuk

memberitahukan dia bahwa ia harus siap untuk

mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Ini jelas

berbeda dengan gejala kesurupan, di mana si mati

mengalamatkan teriakannya bukan kepada Allah, tetapi

kepada keluarganya dan mendesak keluarganya untuk

melakukan pembalasan.

Kami lebih cenderung berpendapat bahwa

fenomena kesurupan lebih merupakan tipu muslihat si

jahat terhadap keluarga yang ditinggalkan. Ia menyamar

dengan menggunakan suara si mati. Betapapun yang dia

sampaikan itu benar, tetapi dia bermaksud membuat

163 H. Baarlink. De Stem van het Bloed. Dalam:

Gereformeerd Theologische Tijdschrift. Vierenzeventigste

Jaargang. Mei 1974. Kampen: J.H. Kok. hlm. 74.

Page 62: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

146

keluarga secara perlahan-lahan percaya kepada arwah

dan selanjutnya melakukan penyembahan kepada

arwah.

Baiklah untuk fenomena yang satu ini pun kita

tegaskan bahwa pada saat mati, jiwa manusia tetap ada.

Tetapi jiwa yang terus hidup itu sekarang berada pada

satu kawasan yang terpisah dari domain kehidupan kita.

Jiwa itu tidak boleh lagi diganggu karena dia sedang

menjalani masa istrahat yang diberikan Allah sambil

menanti saat kebangkitan. Semua hal yang berhubungan

dengan si mati menjadi urusan Allah. Si mati tidak lagi

berkata-kata kepada manusia. Ia berkata-kata kepada

Allah. Allah jugalah yang akan menyampaikan kepada

keluarga yang masih hidup mengenai hal-hal yang

terjadi pada si mati.

Pengalaman Berjumpa Si Mati

Lalu, bagaimana dengan adanya perjumpaan

dengan si mati? Tidak sedikit orang yang mengalami

perjumpaan dengan kekasih hati mereka yang

meninggal, entahkah itu dalam mimpi ketika tidur

ataukah juga dalam momen-momen tertentu, walau

hanya sesaat. Seorang ibu di GPIB Marantha Bandung

bertemu saya usai percakapan di bawah tema: Ke mana

kita pada waktu mati yang saya pandu (8 Des. 2012).

Suami si ibu telah meninggal dunia 15 tahun lalu, tetapi

dia sering bermimpi bertemu suaminya, terutama saat-

saat berat dalam hidup. Dia bertanya kepada saya

siapakah sesungguhnya yang datang itu? Apakah itu

Page 63: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

147

suaminya ataukah iblis yang menyamar dalam rupa

suaminya?

“Perjalanan dari dunia orang hidup ke dunia

orang mati hanya satu arah,” demikian saya menjawab

ibu itu. Kita yang hidup yang akan pergi kepada mereka

yang sudah meninggal sedangkan mereka yang sudah

meninggal tidak akan kembali kepada kita. Hal itu

ditegaskan dalam dua teks yang sudah saya tunjukkan,

yakni: II Samuel 12:23 dan Lukas 16:26-31. Suami ibu

tidak datang menjumpai ibu. Dia sudah beristrahat

dengan tenang dalam Kristus. Apa yang ibu alami adalah

ingatan ibu tentang suami, suatu tanda bahwa kematian

ternyata tidak dapat memisahkan kita dari orang-orang

yang kita kasihi dan cintai.

“Satu hal patut diwaspadai,” begitu saya katakan

kepada ibu itu, “yakni agar kita jangan menjadikan

pengalaman itu sebagai titik tolak untuk melakukan

penyembahan terhadap arwah untuk minta berkat atau

perlindungan dari bahaya. Mintalah berkat dan

perlindungan dari Tuhan.”

Kesimpulan

Kematian membuat hidup menurut pengertian

biologis berakhir. Meskipun begitu relasi antara mereka

yang hidup dengan mereka yang sudah meninggal tidak

terputus. Begitu juga relasi antara si mati dengan Allah

tetap ada. Cara paling baik untuk memelihara relasi

dengan leluhur yang sudah meninggal tanpa jatuh dalam

penyembahan arwah sebagaimana yang sudah kami

Page 64: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

148

uraikan di atas adalah menempatkan relasi itu dalam

iman kepada Allah di dalam Yesus Kristus. Penolakan

Abraham untuk menyuruh Lazarus yang sudah mati

menjumpai lima saudaranya yang masih hidup sesuai

permintaan orang kaya dengan alasan pada mereka ada

kitab Taurat Musa dan para nabi (Lk. 18:28-31) hendak

menegaskan bahwa tidak ada guna bagi pertumbuhan

iman jika hubungan kita dengan si mati dilepaskan dari

iman kepada Allah. Di luar bingkai iman, relasi dengan

mereka yang sudah meninggal akan jatuh ke dalam

penyembahan berhala, di mana pihak yang satu

mengeksploitasi pihak lain demi kepentingannya.

Melarang penyembahan kepada leluhur adalah

tindakan yang tepat. Itu adalah dosa, pelanggaran

terhadap firman pertama dasa titah. Tetapi

penghormatan kepada leluhur adalah perlu. Allah

memerintahkan kita untuk hal itu dalam firman kelima

dasa titah, sejauh penghormatan itu melebihi atau

menggantikan penyembahan kita kepada Allah.164 Yang

perlu diperhatikan gereja ialah larangan kepada

warganya untuk mempraktekan penyembahan kepada

leluhur harus disertai kesiapan gereja menye-

lenggarakan bentuk ibadah atau liturgi alternatif yang

berfungsi sebagai pengganti. Jika ini tidak diperhatikan,

larangan gereja itu hanya akan membuat goncangan

batin yang timbul akibat kematian orang yang dikasihi

tidak dikelola dengan baik yang bisa membuat keluarga

kembali ke praktek-praktek lama. Ada tiga contoh yang

sudah kami tunjukan, masing-masing dari Choan-seng

164 J. Verkuyl. Etika Kristen Kapita Selekta. hlm. 28.

Page 65: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

149

Song, Wilfrit Fini Ruku dan pengalaman penulis kiranya

menunjukkan bahwa kematian merupakan moment

peralihan ke satu bentuk kehidupan yang berbeda

dengan sebelumnya.

Hidup yang kekal

Pada saat kedatangan kembali Yesus Kristus

(parousia) akan ada kebangkitan orang mati.

Penghakiman manusia akan segera menyusul.

Penghakiman itu akan menentukan tujuan akhir

kehidupan manusia. Mereka yang hidup dalam

perseteruan dengan Allah akan mengalami kematian

kedua, sementara mereka yang selama hidupnya

mencari dan merindukan persekutuan dengan Allah

akan menerima hidup yang kekal.165

Hidup yang kekal adalah berkat keselamatan

yang menjadi bagian dari individu yang memberi

dirinya menjadi anggota dari tubuh Kristus, yakni

gereja. Berkat ini baru akan manusia terima secara

penuh pada saat kedatangan kembali Yesus Kristus.

Meskipun begitu, berkat ini sudah mulai diterima

manusia dan dijalaninya pada masa kini bersamaan

dengan berdiamnya Kristus dalam hatinya dan

berdiamnya dia di dalam tubuh Kristus (Yoh. 17:3).

165 Soal tentang penghakiman serta tujuan akhir manusia

akan kami bicarakan dalam bab yang menyusul, di bawah

judul penghakiman manusia serta sorga dan neraka.

Page 66: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

150

Hidup yang kekal itu, sebagaimana disaksikan

oleh Alkitab bukanlah berarti kehidupan yang tidak berakhir tetapi kehidupan di dalam langit dan bumi yang baru.166 Berkhof menamakannya sebagai hidup

dalam segala kepenuhan tanpa ada lagi gangguan dan

ketidak sempurnaan.167 Kepenuhan hidup adalah ambil

bagian dalam persekutuan dengan Allah, yang sama

artinya dengan hidup yang kekal (Why. 21:3). Ada

hubungan erat antara kehidupan kekal dengan

penerimaan manusia akan Kristus (Yoh. 10:10).

Satu-satunya manusia yang layak ada di dalam

langit dan bumi yang baru adalah Yesus Kristus. Hidup

kekal itu pertama-tama adalah milik Kristus. Supaya

manusia bisa ikut ambil bagian di sana adalah perlu

manusia mengenakan Kristus. Baptisan disebut di dalam

Alkitab sebagai saat di mana manusia mengenakan

Kristus. Galatia 3:27 mengatakan itu demikian: “Karena

kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah

mengenakan Kristus.”

Manusia ibarat kertas yang mudah rusak.

Laminating adalah cara yang manusia tempuh untuk

melindungi dokumen-dokumen penting dari ke-

mungkinan rusak. Baptisan adalah saat di mana manusia

delaminating. Hidupnya yang fana, rentan terhadap

dosa dan kehancuran, terancam oleh berbagai kejahatan

166 Karl Barth. The Faith of the Church. hlm. 172. 167 Luis Berkhof. Systematic Theology. Michigan: W.M.B.

Eerdmans Publishing Co. 1941. hlm. 737.

Page 67: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

151

dan pemberontakan dibungkus dengan kehidupan Yesus

Kristus. Manusia itu dilayakkan untuk hidup yang kekal

dengan cara mengenakan Kristus.168

Hidup yang kekal itu bolehlah kita sebut juga

sebagai ciptaan baru atau secara khusus manusia baru.

Allah akan mengaruniakan manusia baru itu kepada

semua yang hidupnya berpadanan dengan Kristus. Arti

positif dari hidup baru atau kekal itu seperti kami

katakan adalah ambil bagian dalam persekutuan dengan

Allah. Sedangkan arti negatifnya adalah manusia bebas

dari dosa. Allah tidak hanya membersihkan manusia

dari tindakan dosa, Allah bahkan akan mencabut akar

dosa dari hatinya. Manusia itu memiliki hati yang baru

(Yeh. 36:26). Allah bahkan akan menghilangkan setiap

jejak kuasa asing yang saat ini menindas dan

membelenggu manusia.

Dalam persekutuan yang penuh dengan Kristen

manusia baru itu bebas dari berbagai ketidak

sempurnaan baik yang datang dari luar dirinya maupun

yang merupakan potensi internal dalam dirinya.

Manusia baru itu bebas dari ancaman, bencana,

penyakit, dan kematian. Semua yang berpotensi negatif

menjadi bagian dari masa lalu.

Semua yang kami sebutkan tentang kehidupan

kekal ini akan manusia alami bukan hanya secara batin

168 Ebenhaizer I Nuban Timo. Alam Belum Berhenti

Bercerita. hlm. 217.

Page 68: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

152

atau spiritual. Manusia seutuhnya dalam tubuh dan roh

akan mengalami kehidupan kekal itu, yakni

persekutuan yang sempurna dengan Allah.169

Arti Etika dari Dogma Pendamaian

KASIH adalah agenda etis yang harus manusia

jalani manakala dalam credenda ia mengakui Allah

sebagai pencipta. Kasih itu sebagaimana sudah kami

tunjukan dalam bab dua nyata dalam kesediaan manusia

untuk menaruh batas bagi keinginan dirinya sebagai

bentuk imitatio dei. Agenda etis yang melekat pada

credenda kita akan Allah sebagai pendamai dan

penyelamat tidak lain dari hidup dalam IMAN. Iman

artinya hidup dalam percaya kepada karya pendamaian

dan penyelamatan Allah.

IMAN sebagai agenda etika bukan sekedar

sebuah pernyataan menerima rumusan dogma dan

doktrin keagamaan, sebagaimana yang sudah kami

uraikan panjang lebar dalam dua bab ini dan bab

sebelumnya. Iman sebagaimana ditegaskan Helmut

Thielicke menunjuk kepada adanya perjumpaan dengan

Kristus. 170

Berjumpa dengan Kristus sebagaimana

disaksikan Alkitab berlangsung dalam dua bentuk yang

tidak terpisahkan satu sama lain, yakni doa dan

169 Luis Berkhof. Systematic Theology. hlm. 737. 170 Helmut Thielicke. The Evangelical Faith II.

Edinburgh: T&T Clark. 1997. hlm. 270.

Page 69: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

153

pengabdian kepada Tuhan dalam aktivitas sosial.171

Bentuk pertama terjadi dalam gedung ibadah. Kita

datang ke sana untuk berdoa dan berbakti. Di situ

Kristus hadir sebagai Tuhan yang mulia dan berkuasa.

Manusia datang ke hadapan Kristus sebagai abdi-abdi

yang memohon berkat, perlindungan dan pertolongan.

Tetapi doa kita kepada Allah dalam gedung

ibadah bukan saat untuk kita menutup mata terhadap

pekerjaan-pekerjaan, melainkan membuka mata kita

kepada pekerjaan-pekerjaan yang dipertanggungkan

Allah kepada kita dalam kehidupan sosial.172 Jadi berdoa

dan berbakti artinya memperlengkapi diri untuk masuk

dalam kehidupan kerja sebagai anak-anak kebenaran.

Bentuk kedua dari perjumpaan dengan Kristus

terjadi di luar gedung ibadah. Kristus yang manusia

jumpai dalam gedung ibadah sebagai yang mulia dan

berkuasa mengikuti perjalanan para peserta ibadah ke

tempat kerja mereka masing-masing. Ia hadir di sana

bukan lagi dalam wujud sebagai Tuhan yang berkuasa

dan penuh kemuliaan, melainkan sebagai seorang yang

hina dan membutuhkan perhatian.

171 Bandingkan Ebenhaizer I Nuban Timo. Membuat

Langit Tersenyum. Khotbah Sepanjang Tahun Gerejawi. Secara khusus khotbah yang berjudul Penampakan di Galilea. Maumere: Penerbit Ledalero. 2009. hlm. 417-426.

172 Malcolm Brownlee. Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-Faktor di Dalamnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

1985. hlm. 81.

Page 70: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

154

Itulah yang dialami tujuh murid di Tiberias

(Yoh. 21:1-14). Petrus dan teman-teman tidak mengenal

dia sebagai Tuhan karena Ia berada di tepi danau dengan

pakaian yang compang-camping bahkan sebagai seorang

pengemis yang meminta makanan dari mereka. Di

gedung ibadah kita berjumpa dengan Yesus untuk

memohon pengampunan dan pertolongan. Di tempat

kerja Kristus hadir dalam rupa yang miskin, hina dan

lemah. Ia berharap pertolongan dan pengasihan.

Hidup dalam IMAN sebagai agenda etis dari

penerimaan akan karya pendamaian dan penyelamatan

berwujud dalam kesediaan kita untuk bertemu dengan

Kristus dalam dua bentuk tadi. Berjumpa dengan Kristus

tidak berarti bahwa manusia kehilangan identitas dan

menjadi pasif. Manusia yang benar-benar berdoa dirinya

tidak hilang. Ia justru mengalami pembaharuan diri

untuk melakukan pekerjaan Allah dalam lingkungan

sosial.

Ada dua jenis mistik dalam kehidupan Kristen.

Pertama yang memadamkan kemauan dan hasrat

manusia saat berdoa dan beribadah. Dalam moment ini

manusia larut dalam yang ilahi. Ciri utama dari tipe

mistik ini adalah sikap pasif, manusia menunggu tanpa

usaha. Ini bukan paham mistik yang disaksikan Alkitab.

Jenis kedua lebih sejajar dengan Alkitab. Mistik

ini menekankan pertemuan dan kesatuan Allah dan

manusia dalam pengalaman doa, namun penyatuan itu

tidak menghilangkan diri manusia. Dalam pertemuan

itu manusia dibebaskan dan diubah. Diri manusia tidak

Page 71: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

155

dihapuskan melainkan dimurnikan dan dipenuhi Roh

Allah.173 Manusia itu dimampukan untuk masuk dalam

lingkungan sosial dan melakukan pekerjaan-pekerjaan

pendamaian dan penyelamatan.

Dalam arti ini, IMAN bukan sekedar ungkapan

percaya secara verbal, yakni mengucapkan sejumlah

kata-kata bagus, berseru: “Haleluyah” atau “Puji Tuhan”

tetapi juga ungkapan percaya dalam wujud perbuatan,

yakni berseru: “Hosanna” yang sebenarnya berarti:

“Tolonglah! Selamatkanlah! Percaya dan perbuatan

tidak bisa dipisahkan, percaya itu adalah perbuatan.174

Singkatnya, Orang-orang beriman tidak ber-

sembunyi di balik pakaian ibadah, tidak mengunci diri

di kamar doa, tidak hanya saleh waktu jam ibadah. Iman

kepada Allah dikenali waktu dia bekerja dalam dunia

yang jauh dari ruang doanya. Di tempat yang penuh

dengan godaan, bujukan, rayuan dan kesempatan untuk

kejahatan-kejahatan dia bercahaya seperti lilin dan

memberi cita rasa baru seperti garam. Dia menjadi

seperti yang dikatakan Niebuhr: the moral man in the immoral society.

Ijinkan kami mengakhiri bab ini dengan

mengajak orang-orang percaya dan juga gereja-gereja di

Indonesia untuk mengevaluasi diri dengan bertanya:

173 Malcolm Brownlee. Pengambilan Keputusan Etis. hlm.

83. 174 G.C van Niftrik & B.J. Boland. Dogmatika Masa Kini.

Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1958. hlm. 227, 230 dan 242.

Page 72: Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6285/4/BOOK_Ebenhaizer I... · perjamuan adalah moment di mana tiap peserta menjadi ... Kami sudah

156

“Sejauh manakah pengungkapan iman kita di tengah

masyarakat yang notabene bergelut dengan aneka rupa

permasalahan? Apakah baru sebatas Haleluya ataukah

sudah mencapai Hosanna?”