BAB III · 2019. 7. 18. · BAB III GAMBARAN UMUM GEREJA PROTESTAN MALUKU (GPM) Bagian ini akan...

57
39 BAB III GAMBARAN UMUM GEREJA PROTESTAN MALUKU (GPM) Bagian ini akan memberi gambaran tentang GPM secara umum, dari sisi medan pelayanan GPM, dinamika sosial dan kultur jemaat, struktur GPM, dan sejarah panjang yang sejak GPM zaman Hindia-Belanda sebagai gambaran GPM masa kini dan masa depan. Dengan gambar ini akan memberikan penjelasan dinamika sosial jemaat- jemaat dan dukungan struktur GPM. Secara khusus, sejarah GPM akan memberi eksplanasi tekait dengan tahapan-tahpan pentung dalam sejarahnya, untuk memperlihatakan hubungan-hubungan eksternal yang mempengaruhi GPM, kemunculan aktor dan dinamika GPM secara internal. 3.1 Gambaran Keadaan Wilayah Pelayanan 3.1.1 Kondisi Geografis Secara gergrafis, wilayah pelayanan GPM berada pada dua propinsi besar, yaitu: Maluku dan Maluku utara. 70 Itu berarti, kondisi atau medan pelayanan GPM 70 Telah terjadi pemekaran wilayah setalah masa konflik. Hal ini terjadi sebagai upaya otonomisasi berdasarkan keputusan pemerintah. Sebagian besar, jemaat-jemaat GPM lebih banyak menghuni wilayah Propinsi Maluku, sebagian kecil di Propinsi Maluku Utara.

Transcript of BAB III · 2019. 7. 18. · BAB III GAMBARAN UMUM GEREJA PROTESTAN MALUKU (GPM) Bagian ini akan...

  • 39

    BAB III

    GAMBARAN UMUM GEREJA PROTESTAN MALUKU (GPM)

    Bagian ini akan memberi gambaran tentang GPM secara umum, dari sisi

    medan pelayanan GPM, dinamika sosial dan kultur jemaat, struktur GPM, dan

    sejarah panjang yang sejak GPM zaman Hindia-Belanda sebagai gambaran GPM

    masa kini dan masa depan.

    Dengan gambar ini akan memberikan penjelasan dinamika sosial jemaat-

    jemaat dan dukungan struktur GPM. Secara khusus, sejarah GPM akan memberi

    eksplanasi tekait dengan tahapan-tahpan pentung dalam sejarahnya, untuk

    memperlihatakan hubungan-hubungan eksternal yang mempengaruhi GPM,

    kemunculan aktor dan dinamika GPM secara internal.

    3.1 Gambaran Keadaan Wilayah Pelayanan

    3.1.1 Kondisi Geografis

    Secara gergrafis, wilayah pelayanan GPM berada pada dua propinsi besar,

    yaitu: Maluku dan Maluku utara.70 Itu berarti, kondisi atau medan pelayanan GPM

    70 Telah terjadi pemekaran wilayah setalah masa konflik. Hal ini terjadi sebagai upayaotonomisasi berdasarkan keputusan pemerintah. Sebagian besar, jemaat-jemaat GPM lebih banyakmenghuni wilayah Propinsi Maluku, sebagian kecil di Propinsi Maluku Utara.

  • 40

    berada dalam konteks bentangan laut-pulau. Secara teritorial,71 perbatasan wilayah

    pelayanan GPM dibagi sebagai berikut:72

    1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Seram.

    2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Pulau Irian.

    3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Pulau Sulawesi.

    4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Lautan Indonesia dan Laut

    Arafuru.73

    GPM dalam tugas pelayanannya memiliki tantangan berdasarkan konteks

    geografis, sehingga tidak dapat dihindari musim-musim berdasarkan perubahan

    cuaca yang berada di daerah Propinsi Muluku dan Maluku utara. Hal ini sangat

    penting diperhitungan sebagai prediksi untuk merumuskan dan mengadaptasi

    perencanaan dan rencana pelayanan, sehingga keberlangsungan program dan agenda-

    agenda pelayanan gereja, baik di tingkat sinode, klasis, dan jemaat bisa bejalan baik.

    Daerah Maluku mengenal 2 musim yakni: musim barat atau utara dan tenggara

    atau timur yang di selingi oleh dua macam pancaroba yang merupakan transisi kedua

    musim tersebut. Musim barat di Maluku berlangsung dari bulan Desember sampai

    bulan Maret, sedangkan bulan April adalah masa transisi ke musim tenggara. Musim

    tenggara berlaku rata-rata 6 bulan berawal dari bulan Mei dan berakhir pada bulan

    Oktober. Masa transisi ke musim barat adalah pada bulan November. Keadaan

    71 Kata teritori merujuk pada definisi berdasarkan peraturan pokok GPM, (ketetapan sinodeGPM nomor: 11/sdn/37/20016. Dalam BAB I ketentuan umum, pasal 1, ayat 1 dan 2, menjelaskantentang; 1). jemaat adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus, pada suatu tempatdan lingkungan secara teritorial dan transteritorial tertentu dalam wilayah pelayanan gereja protestanmaluku. 2). Jemaat teritorial adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus padasuatu lingkungan pelayanan jemaat tertentu di dalam wilayah Gereja Protestan Maluku.

    72 Adaptasi berdasarkan data geografis Pemerintahan Propinsi Maluku.73 Adaptasi peta Maluku dan Maluku Utara. http://www.malukuprov.go.id/index.php/selayang-

    pandang, diakses pada 31 oktober 2017.

  • 41

    musim tidak homogen dalam arti setiap musim berlaku di daerah ini memberikan

    pengaruh yang berbeda-beda pada daratan maupun lautannya.

    Berikut adalah peta pelayanan GPM berdasarkan gambar 2, untuk memberi

    gambaran luas pelayanan gereja di Maluku, baik dari sisi teritori, batas wilayah,

    jangkauan pelayanan dan tantangan laut-pulau menjadi informasi mendasar untuk

    mengenal GPM dalam konteks.

    3.1.2 Pemetaan wilayah Pelayanan: Keadaan Jemaat dan Klasis dalamsatuan Pulau-pulau

    Wilayah pelayanan GPM merupakan wilayah kepulauan yang membentang

    dari Tifure di Maluku Utara sampai Liswatu di Wetar; meliputi gugusan pulau-pulau

    dari Kepulauan Sula, Bacan, Obi, Pulau Seram, Pulau Buru, Pulau Ambon dan Lease

    (Saparua, Nusalaut dan Haruku), Kepulauan Kei Besar dan Kei Kecil, Kepulauan

    Aru, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Leti-Moa-Lakor, Kepulauan Babar, Damer,

    Kisar dan Wetar.74

    74 PIP/RIP GPM 2016-2025, BAB I.

    Gambar 2. Peta Wilayah Pelayanan GPM

  • 42

    No. Klasis Jumlah Jemaat1. Ternate 32. Bacan 243. Pulau-pulau Sula 364. Pulau-pulau Obi 115. Buru Utara 176. Buru Selatan 307. Seram Utara 388. Seram Utara Barat 139. Taniwel 22

    10. Seram Barat 19

    11. Kairatu 3212. Masohi 3713. Teluti 2014. Seram Timur 515. Pulau-pulau Lease 27

    16. Kota Ambon 2017. Pulau Ambon 22

    18. Pulau Ambon Timur 26

    19. Pulau Ambon Utara 1720. Banda 321. Kei Kecil 1622. Kei Besar 4323. Pulau-pulau Aru 2924. Aru Tenagah 3425. Aru Selatan 3126. Tanimbar Utara 3127. Tanimbar Selatan 1728. Babar Barat 2929. Babar Timur 2530. Damer 831. Palau-pulau Kisar 1332. Wetar 2033. Lemola (Leti, Moa, Lakor) 18

    33 Klasis Jemaat 736Tabel.1 Jumlah Klasis dan Jemaat75

    Masing-masing gugus pulau merupakan wilayah teritorial dalam wilayah

    pelayanan GPM di dalam sinode, yang mencakup kecamatan dan kota kabupaten.76

    Klasis dibagi dalam gugus pulau dengan pertimbangan efektifitas pelayanan untuk

    menjangkau jemaat-jemaat, mengingat selain pemekaran wilayah-wilayah

    administratif pemerintahan, tetapi lebih berfokus pada kualitas pelayanan gereja.

    75 Diadaptasi berdasarkan data dan kode sinfo GPM. http://simgpm.net/daftar-kode-klasis-dan-jemaat-gpm. Diakses pada 10 November 2017.

    76 PERATURAN POKOK GEREJA PROTESTAN MALUKU (KETETAPAN SINODEGPM NOMOR:10/SND/37/2016) tentang Klasis. Bab II Pembentukan, Syarat Dan Batas Wilayah,pasal 2 ayat 1, pasal 4 ayat 1.

  • 43

    3.1.2.1 Dinamika Sosial Jemaat GPM

    Jemaat GPM merupakan jemaat-jemaat yang tumbuh di pedesaan dan

    perkotaan dengan corak homogen maupun heterogen, dengan beberapa corak khusus,

    sebagai beriku:77

    1) Jemaat homogen di pedesaan dan pegunungan, yang terbentuk di dalam satuan-

    satuan negeri adat. Beberapa di antaranya pernah hidup bersama komunitas

    muslim (suku Buton), namun karena konflik sosial tahun 1999 telah menjadi

    negeri dan jemaat yang homogen dari sisi pemeluk agama.78

    2) Jemaat heterogen di pusat perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan baru (kota

    orde kedua) yang dikembangkan sebagai akibat kepadatan di pusat perkotaan

    lama. Contoh jemaat-jemaat dimaksud misalnya Passo, Poka-Rumahtiga-

    Wayame, Pandan Kasturi, Tual, Ternate, Sanana, Bacan, Laiwui. Konflik

    sosial 1999 pun telah menciptakan permukiman yang segregatif di perkotaan,

    menghilangkan permukiman berbaur yang pernah ada dalam jangka waktu

    sangat lama.79

    3) Jemaat besar dan jemaat kecil menurut satuan jumlah kepala keluarga dan

    jumlah jiwa. Pada jemaat-jemaat besar ada yang dilayani oleh 2-5 (dua sampai

    77 PIP/RIP GPM 2016-2025, BAB I.78 PIP/RIP GPM 2016-2025, BAB I.79 Heterogenitas di perkotaan terbangun dalam segregasi permukiman. Khusus di beberapa

    jemaat pada Klasis Pulau Ambon Utara, terbangun kembali pemukiman berbaur (Nania, Negeri Lama,Waiheru, Hunut-Durian Patah, Poka, Rumahtiga, Wayame, Tawiri, Laha). Fenomena yang samatampak pula di Maluku Utara dan pada pusat-pusat Klasis (Ternate, Bacan, Obi dan Sula). Sementarabeberapa jemaat yang sama sekali tidak mengalami imbas konflik sosial (banyak di Klasis Pulau-pulau Sula) tetap hidup dalam konteks pembauran sosial. PIP/RIPP GPM.

  • 44

    lima) pendeta organik, sedangkan jemaat-jemaat kecil sampai saat ini ada yang

    ‘masih kosong’ dalam arti belum ada pendeta organik yang melayani di sana.80

    4) Jemaat-jemaat di kawasan industri dan perkebunan inti rakyat (PIR) dan Hak

    Pengelolaan Hutan (HPH). Fenomena ini telah menjadi fenomena lama yang

    muncul kembali. Klasis Pulau Obi dan Pulau Sula adalah salah satu klasis di

    kawasan HPH yang sudah lama ditinggalkan oleh pihak perusahaan (PT. Djati

    Group Timbre). Ironisnya ialah sejak perusahaan beroperasi, jalan hubung

    antardesa pun tidak terbangun sebagai jalan permanen/beton.

    80 Selain itu ada beberapa jemaat di pedalaman pulau Seram dan Buru yang terbangun dalamdua atau lebih kawasan atau Sektor Pelayanan dan dilayani oleh satu tenaga pendeta. Klasis pulau-pulau merupakan fenomena yang unik sekaligus menantang pada aspek koordinatif pelayanan.

    Ternate sebagai klasis pulau-pulau malah kini tersisa 3 (tiga) Jemaat yakni Kota Ternate dandua jemaat di pulau-pulau terkecil yakni Tifure dan Mayau (Pulau Batang Dua). Jemaat Kota Ternatedapat disebut sebagai ‘jemaat transisi’ dalam arti lebih banyak tidak menetap dalam waktu yangpanjang. Mereka adalah para pegawai atau personil TNI/Polri yang sewaktu-waktu dapat dimutasikanke tempat lain. Bacan, Obi dan Sula juga merupakan kawasan Klasis pulau-pulau yang unik. Jemaat dipusat-pusat klasis ini kini kembali hidup membaur dengan ‘basudara Muslim’, kecuali pusat KlasisObi dan Sula yang karena konflik masih ada di luar pusat klasis lama.80 Pada klasis-klasis ini, di manatidak terdapat sarana perhubungan darat (jalan raya), pada keadaan cuaca ekstrim akan sulit untukperhubungan antarjemaat.

    Seram Barat dan Seram Timur adalah dua klasis di dataran pulau Seram dengan tipikal klasispulau-pulau. Uniknya ialah jemaat-jemaat di pulau-pulau kecil yang terpisah dari dataran pulau Seramadalah jemaat-jemaat yang terbangun dalam riwayat konflik sosial Maluku 1999 dan kini kembaliserta hidup dalam pembauran dengan ‘basudara Muslim’.

    Pada Klasis Pulau-pulau Lease, keberadaan tiap jemaat pun terbilang unik di semua pulaunya.Pulau Saparua lebih banyak merupakan jemaat homogen dalam satuan negeri adat yang memilikihubungan genealogis dengan negeri-negeri Salam, misalnya Sirisori, Iha dan Ihamahu.

    Di Pulau Haruku keunikannya ada pada jemaat-jemaat yang juga memiliki pertalian genealogisdan kultural dengan negeri-negeri Muslim. Kariuw sebagai jemaat yang mengalami konflik sosial puntelah kembali dan membangun hidupnya di negerinya. Relasi dengan ‘basudara Salam’ terus dibangundalam kesadaran kultural. Pulau Nusalaut memiliki keunikan yang telah terbangun sejak zamandahulu sampai saat ini, yakni di ketujuh negeri yang ada semuanya merupakan Jemaat GPM.

    Klasis pulau-pulau di Kepulauan Aru Tenagah dan Aru Selatan, Tanimbar Selatan, TanimbarUtara, Pulau Babar, Babar Timur, Damer, Kisar, Wetar, Leti-Moa-Lakor adalah pulau-pulau dengantingkat tantangan transportasi yang sangat tinggi selain oleh faktor cuaca tetapi lebih banyak padaterbatasnya sarana perhubungan laut. Hal mana sangat berdampak pada koordinasi pelayanan. Klasis-klasis ini dan juga Klasis Kei Besar, Buru dan Buru Selatan, di mana tidak terbangun saranaperhubungan darat (dalam hal ini jalan raya) maka dalam keadaan cuaca ekstrim, perhubungan antarjemaat yang harus menempuh laut pun akan sulit dilakukan.

  • 45

    5) Jemaat khusus dan jemaat kategorial. Kedua ciri jemaat yang terakhir itu

    bersifat transteritorial. Khusus yakni jemaat khusus Hok Im Tong dan jemaat

    kategorial yang berbasis dalam Kesatuan TNI/Polri.81

    6) Jemaat teritorial dalam lokasi transmigrasi lokal (translok) dan nasional erat

    terkait dengan etos kerja (aspek ekonomi). Jemaat-jemaat tersebut ada di Klasis

    GPM Seram Utara, Masohi, Seram Barat Piru, Kairatu, Tanimbar Selatan dan

    Buru.

    7) Jemaat baru yang terlembaga akibat Pemekaran Wilayah. Pemekaran Beberapa

    Kabupaten baru di Maluku seperti Kabupaten Buru Selatan serta Kabupaten

    Maluku Barat Daya ternyata berimplikasi terhadap pelembagaan jemaat baru di

    pusat kabupaten tersebut (Namrole, Tiakur). Jemaat-jemaat ini malah

    belakangan bertumbuh menjadi yang besar seiiring dengan hadirnya Pegawai

    Negeri dan keluarga, Pelaku usaha, Pelajar dan lain-lain.

    3.1.2.2 Dinamika Kultural Jemaat GPM

    Corak budaya merupakan ciri tersendiri pada jemaat-jemaat GPM, dan penting

    diperhatikan dalam perencanaan pelayanan mengingat pendekatan kultural

    merupakan salah satu cara gereja melakukan kontekstualisasi teologi dan pelayanan.

    Selain itu dalam konteks masyarakat multikultural di Maluku dan Maluku Utara,

    paradigma kebudayaan menjadi aspek yang tidak bisa diabaikan. Gereja

    81 Hok IM Tong, pada dasarnya merupakan gereja Etnis tionghoa, namun tidak tertupkemungkinan bagi anggota jemaat-jemaat GPM di luar etnis tionghoa menjadi bagian dari jemaat danpelayanannya.

  • 46

    bertanggungjawab membentuk kesadaran persaudaraan dan koinonia transformatif

    dalam konteks beragama, bermasyarakat dan berbangsa.82

    Dalam wilayah pelayanan GPM terdapat beragam kebudayaan masyarakat

    antara lain masyarakat Halmahera, Lease, Ambon, Pulau Seram, Maluku Tenggara

    (Kei Besar dan Kei Kecil), Lemola, Babar, Kisar, Aru, Banda, Ternate, Sula, Tobelo,

    Bacan, Obi, Buru. Selain itu terdapat pula etnis Tionghoa, Jawa, Batak, Menado,

    Toraja, dan lainnya. Keragaman budaya (multikulturalisme) menjadi ciri kebudayaan

    masyarakat di GPM hingga tentunya terdapat cara pandang kebudayaan yang

    berbeda antara satu jemaat dengan lainnya.83

    Selain itu, satuan suku dan sub suku di Maluku dan Maluku Utara merupakan

    komunitas yang memiliki lebih dari 1000-an unit bahasa etnik (bahasa tanah, native

    language). Berbagai pranata sosial-budaya, ritus, simbol budaya masing-masing. Ide

    persaudaraan seperti pela-gandong, kaka-wait, larvul-ngabal, atau pranata

    kebudayaan yang berkaitan dengan fungsi pemeliharaan lingkungan dan keutuhan

    ciptaan seperti sasi, masohi, maren, babalu, sosoki, dapat menjadi kekuatan bagi

    gereja dalam mendorong pelayanan dalam perspektif ‘keluarga Allah’ dan ‘keutuhan

    ciptaan’. Kearifan lokal seperti persekutuan soa, mata rumah, tiga batu tungku,

    mengandung nilai bersama yang penting. 84

    82 PIP/RIP GPM 2016-2025, BAB I.83 PIP/RIP GPM 2016-2025, BAB I.84 PIP/RIP GPM 2016-2025, BAB I.

  • 47

    Hubungan pela dan gandong antarnegeri Sarane (Jemaat GPM) dan Salam juga

    menjadi salah satu ciri kultural jemaat-jemaat GPM, selain adanya hubungan

    genealogis antar marga dari komunitas negeri yang satu dengan negeri lainnya.85

    Selain itu, jemaat-jemaat yang adalah Suku Asli86 di Buru dan Seram Utara

    masih memiliki hubungan dengan saudara-saudara mereka yang masih tetap dalam

    sistem suku/agama suku dan masih hidup dalam pola nomaden. Saudara-saudara

    yang masih dalam ikatan agama suku itu sering menjadi salah satu subjek pekabaran

    Injil.

    3.1.2 Dinamika Pembangunan Daerah

    Pemekaran wilayah dan otonomi daerah telah memacu pertumbuhan

    pembangunan daerah dan kawasan di Maluku dan Maluku Utara. Jemaat-jemaat

    GPM di pusat pemerintahan Propinsi dan kabupaten merupakan jemaat dalam

    kawasan tumbuh cepat pada seluruh aspek kehidupan masyarakat. Pada kawasan

    tumbuh cepat ini, corak masyarakat kota menjadi dominan dan karena itu

    memerlukan manajemen perencanaan gereja yang cermat dalam menanggapi

    dinamika pembangunan dengan segala eksesnya.87

    Pada pusat pertumbuhan di luar ibu kota propinsi dan kabupaten yang lebih

    berorientasi pada pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan, perlu pula

    manajemen perencanaan yang relevan dengan kemampuan masyarakat mengakses

    perkembangan pembangunan.

    85 Misalnya persekutuan ‘anak cucu marlou’ atau persaudaraan empat marga, masing-masingBakarbessy (Waai) dengan marga Tawainella, Ohorela dan Umarella di Tulehu.

    86 Dalam nomenklatur Pemerintah pada Kementrian Sosial, disebut sebagai ‘Suku Terasing’.87 PIP/RIP GPM 2016-2025, BAB I.

  • 48

    Dalam rangka itu, peran klasis sangat vital untuk mengkoordinasi irama

    pertumbuhan pelayanan untuk merangsang pertumbuhan jemaat melalui mekanisme

    kemitraan antarjemaat dalam klasis atau dengan klasis di kawasan tumbuh cepat.

    Itulah sebabnya dokumen perencanaan gereja harus juga menjadi dokumen

    konsensus dengan stakeholders lain dalam masyarakat.

    Di samping kawasan tumbuh cepat dan tumbuh lambat dalam konteks wilayah

    pelayanan GPM, muncul pula konsep baru tentang kawasan terluar/perbatasan.

    Banyak jemaat-jemaat GPM berada pada kawasan terluar/perbatasan NKRI seperti

    jemaat-jemaat di Klasis Pulau-pulau Aru, MTB, MBD, Ternate yang kini diberi

    perhatian khusus oleh pemerintah dalam bentuk intervensi program pengembangan

    kawasan perbatasan.88

    3.2 Pemetaan Oraganisasi

    3.2.1 Struktur/Pola Organisasi GPM

    Pada bagian ini akan dijelaskan realitas struktur organisasi dan wilayah

    pelayanan sebagai pemahaman umum dalam menentukan prioritas pelayanan GPM

    2015-2025. Sesuai Tata Gereja GPM Bab VI Pasal 16, maka perangkat kepengurusan

    gereja adalah:

    a. Perangkat Kepengurusan Jemaat

    b. Perangkat Kepengurusan Klasis

    c. Perangkat Kepengurusan Sinode

    Dalam sistem perencanaan, setiap perangkat kepengurusan adalah unsur

    kelembagaan yang di dalamnya terdapat Badan Pembantu Pelayanan Gereja dan

    88 PIP/RIP GPM 2016-2025.

  • 49

    secara teknis bertugas untuk menjalankan program pelayanan gereja sebagai

    implementasi amanat panggilan dan pelayanan GPM.

    Secara garis besar berdasarkan pola organisasi GPM, struktur sinode diatur di

    dalam peraturana organiasi, BAB I ketentuan umum, pasal 1, sebagai berikut:89

    1. GEREJA adalah Gereja Protestan Maluku, yang disingkat GPM.

    2. SINODE adalah badan pengambilan keputusan tertinggi dalam jenjang

    kepemimpinan Gereja Protestan Maluku.

    3. MAJELIS PEKERJA LENGKAP SINODE, selanjutnya disebut MPL Sinode

    adalah badan pengambilan keputusan di bawah Sinode.

    4. MAJELIS PEKERJA HARIAN SINODE, selanjutnya disebut MPH Sinode

    adalah majelis pelaksana harian pelayanan dalam Gereja Protestan Maluku.

    5. MAJELIS PERTIMBANGAN MPH SINODE, selanjutnya disingkat MP MPH

    Sinode adalah penasehat Majelis Pekerja Harian Sinode GPM.

    6. PIP/RIPP adalah ketetapan gereja yang memuat pola pengembangan pelayanan

    dan seksi-seksi pelayanan Gereja.

    7. SEKRETARIAT UMUM, adalah unsur staf perangkat pelaksana dari Majelis

    Pekerja Harian Sinode yang dipimpin oleh Sekretaris Umum.

    8. DEPARTEMEN, adalah unsur pelaksana program-program MPH Sinode yang

    berada di bawah koordinasi Sekretaris Umum.

    9. BADAN NON DEPARTEMEN, adalah unsur pembantu dari Majelis Pekerja

    Harian Sinode yang setingkat dengan Departemen, dibentuk oleh Majelis

    Pekerja Harian Sinode untuk menangani seksi-seksi tertentu yang

    89 Peraturan Organik, GEREJA PROTESTAN MALUKU, Tentang Pola Organisasi Dan TugasKelembagaan GPM, Ketentuan Umum, pasal 1.

  • 50

    kedudukannya dapat bersifat sementara atau permanen di bawah koordinasi

    Sekretaris Umum.

    10. BAGIAN berkedudukan sebagai pelaksana teknis di lingkungan sekretariatan

    Sinode.

    11. SUB BAGIAN adalah sebagai pelaksana teknis yang berkedudukan di bawah

    bagian.

    12. BIRO adalah bagian dari Departemen dan merupakan unsur staf untuk

    pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan tertentu.

    Secara garis besar berdasarkan pola organisasi GPM, struktur klasis

    diatur di dalam peraturana organiasi, BAB I ketentuan umum, pasal 1,

    sebagai berikut:90

    1. KLASIS adalah kesatuan wilayah pelayanan GPM yang meliputi sejumlah

    jemaat yang terbentuk sebagai respons gereja terhadap tantangan geografis

    demi memperlancar penyelenggaraan pelayanan gereja.

    90 Peraturan Organik, GEREJA PROTESTAN MALUKU, Tentang Pola Organisasi Dan TugasKelembagaan GPM, Ketentuan Umum, pasal 1.

    Gambar 3. Struktur Sinode

  • 51

    2. PERSIDANGAN KLASIS adalah badan pengambilan keputusan tertinggi

    dalam jenjang kepemimpinan gereja di tingkat Klasis.

    3. MAJELIS PEKERJA KLASIS selanjutnya disingkat MPK adalah majelis

    gerejawi yang berkedudukan di bawah Persidangan Klasis.

    Secara garis besar berdasarkan pola organisasi GPM, struktur Klasis diatur di

    dalam peraturana organiasi, BAB I ketentuan umum, pasal 1, sebagai berikut:91

    1. JEMAAT adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus, pada

    suatu tempat dan lingkungan secara territorial dan transteritorial tertentu dalam

    wilayah pelayanan GPM.

    2. PERSIDANGAN JEMAAT adalah badan pengambilan keputusan tertinggi

    dalam jenjang kepemimpinan gereja di tingkat Jemaat.

    91 Peraturan Organik, GEREJA PROTESTAN MALUKU, Tentang Pola Organisasi Dan TugasKelembagaan GPM, Ketentuan Umum, pasal 1.

    Gambar 4. Struktur Klasis

  • 52

    3. JEMAAT TERITORIAL adalah persektuan orang-orang percaya kepada Yesus

    Kristus ada suatu lingkungan pelayanan jemaat tertentu di dalam wilayah

    pelayanan GPM.

    4. JEMAAT KATEGORIAL adalah persekutuan orang-orang percaya kepada

    Yesus Kristus yang didasarkan pada kategori tertentu di dalam wilayah

    pelayanan GPM.

    5. JEMAAT KHUSUS adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus

    Kristus yang sejarah kelahirannya adalah sebagai hasil pekabaran Injil dari dan

    kepada etnis Tionghoa di wilayah pelayanan GPM.

    6. MAJELIS JEMAAT adalah adalah Badan Gerejawi yang berfungsi memimpin,

    mengarahkan pelayanan gereja, memperlengkapi warga jemaat, dan yang

    mewakili Jemaat berdasarkan Tata Gereja, Peraturan-peraturan dan Keputusan-

    keputusan Gereja Protestan Maluku.

    Gambar 4. Struktur Jemaat

  • 53

    Dalam Struktur Organisasi Badan Pembantu Pelayanan GPM terdapat unsur

    pelaksana program Gereja seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut ini.

    Badan Pembantu Pelayanan ini melakukan tugas pelayanan gereja yang

    diterjemahkan dalam bentuk program pelayanan pada Departemen, Bidang dan

    Komisi Pelayanan. Sesuai dengan Tata Gereja dan Peraturan Pokok tentang Sinode,

    Klasis dan Jemaat, maka setiap badan pembantu pelayanan terkoordinasi di bawahh

    Sekretaris Umum, Sekretaris Klasis dan PHMJ. Karena itu Badan Pembantu

    Pelayanan melakukan secara teknis seluruh program gereja sebagai penjabaran PIP-

    RIPP GPM.

    Dalam logika perencanaan, setiap Departemen, Bidang dan Komisi Pelayanan

    harus memiliki dokumen operasional program yang sama sebagai implementasi PIP-

    RIPP. Karena PIP-RIPP memberi roh ke dalam perencanaan secara bersama walau

    pada level organisasi yang berbeda.

    Gambar 5. Struktur organisasi Badan Pembantu Pelayanan GPM.Sumber: Salinan Ketetapan Hasil Persidangan XXXV Sinode GPM, 2005.

  • 54

    Pada logika itulah perlu didefinisikan secara tegas karakteristik program

    strategis pada aras sinode, program koordinatif pada aras klasis dan program

    implementatif pada aras jemaat.92

    3.2.2 Pola Induk Pelayanan dan Rencana Induk PenyelenggaranPelayanan (PIP/RIPP)

    Pola Induk Pelayanan dan Rencana Induk Penyelenggaraan Pelayanan (PIP-

    RIPP), diatur dalam peraturan organisasi, tentang sinode, sebagai berikut:

    Pola Induk Pelayanan dan Rencana Induk PengembanganPelayanan selanjutnya disebut PIP-RIPP adalah garis-garis besarkebijakan pelayanan 10 (sepuluh) tahunan.93

    Pola Induk Pelayanan dan Rencana Induk Pengembangan Pelayanan (PIP-

    RIPP) Gereja Protestan Maluku (GPM) mulai dipolakan pada tahun 1983 sebagai

    respons GPM terhadap kehidupan bergereja yang makin dinamis di kepulauan

    Maluku, di mana gereja merasa perlu ada sebuah perencanaan strategis.94

    Muncul dalam waktu itu apa yang dikenal dengan Sentralisasi Visi95 dan

    Desentralisasi Prakarsa. Konsep itu merupakan cara pandang GPM tentang

    perencanaan pelayanan gereja, di mana perencanaan umum dalam hal ini PIP-RIPP,

    merupakan kaidah penuntun atau visi sentral, yang selanjutnya dijabarkan dalam

    bentuk program pelayanan di tiap Badan Pembantu Pelayanan Gereja pada aras

    sinode, klasis dan jemaat (desentralisasi prakarsa).

    92 Hal ini akan dijelaskan dalam Bab III PIP/RIP GPM 2016-2025.93 Peraturan Pokok, GEREJA PROTESTAN MALUKU, Tentang Sinode, Ketentuan Umum,

    pasal 1, point k.94 PIP/RIP GPM 2016-2025, BAB I.95 Sentralisasi Visi dan Desentralisasi Prakarsa gagasan menjebatani orientasi pelayanan

    berbasis Visi besar GPM dalam 10 tahun rencana yang berbasis pada permasalahan jemaat, sekaligusjemaat memiliki ruang untuk menentukan arah dan kebijakan pelayanan berdasarkan kebutuhanjemaat sebagai prakarsa jemaat bersarkan pemasalah jemaat.

  • 55

    Sejalan dengan pemberlakuan rencana strategis terjadi perubahan siklus

    persidangan gereja sejak tahun 2012, di mana rangkaian persidangan dilakukan mulai

    dari Sidang Jemaat, Sidang Klasis, Sidang MPL dan Sidang Sinode GPM seperti

    yang digambarkan pada gambar 6 di bawah ini:

    Perubahan seperti yang digambarkan pada gambar. 6 berimplikasi pada

    penetapan dokumen perencanaan yang lebih simultan dan dapat dijadikan acuan

    bersama secara merata pada semua Badan Pembantu Pelayanan di semua jenjang

    pelayanan GPM.

    Gambar 6. Rotasi Sidang Gerejawi GPM

  • 56

    3.3 GPM Dalam Lintasan Sejarah: Era Kolonial dan Kemandirian, dalamkonteks Maluku dan Indonesia

    3.3.1 Pengaruh Calvin dalam Gereja Protestan Hindia Belanda: GerejaNegara

    Agama Kristen yang masuk dan diterima merupakan agama yang datang dari

    daratan Eropa. Sebagai agama import, di bawa oleh orang Portugis dan Belanda pada

    abad 16 dan 17. van den End menyebutkan, agama Katolik yang dianut oleh Portugis

    dalam abad pertenagahan bersifat hirarkis. Kaum awam tidak memiliki suara dalam

    gereja. Mereka berada di bawahh imam-imam, dan imam di bawah paus.96 Dengan

    begitu gereja mempunyai struktur organisasi yang rapih. Hal ini memungkinkan

    sebuah penyelenggaraan misi berjalan baik, bahkan untuk membangun keseragaman

    dalam ibadah-ibadah.97

    Kedatangan Potugis dan Belanda memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk

    melakukan monopoli dagang di daerah Asia, termasuk Indonesia. Perjalanan dan

    proses yang panjang dilakukan oleh Portugis dan Spanyol, kemudian hari, di usir

    oleh Ternate sebagai basis Islam. Hal ini bukan kebetulan, tetapi sesungguhnya

    dipengaruhi paham tempat asal mereka. Orang-orang Portugis dan Spanyol pada

    abad pertenagahan hanya mengenal dua agama, yaitu agama suku dan agama Islam.

    Pengetahuan semacam itu diperkuat dengan pengalaman sejarah yang panjang,

    setelah berabad-abad lamanya dijajah oleh Islam.98 Katolik dalam pandangan dan

    pengalaman di Barat, memiliki hubungan yang erat dengan gereja. Mereka merasa

    96 Bagian ini menjadi penting untuk melihat perbandingan Katolik dan Protestan ketikamemutuskan untuk otonom dari negara. Paham yang sangat erat dipisahkan oleh Protestan sebagaigereja mandiri, sehingga lebih bersifat teritori, sedangkan Katolik tetap mempertahankan pengaruhhirarki sebagai gereja bermental negara, dalam komando tepusat.

    97 Th. van den End, Ragi Carita Sejarah Gereja di Indonesia 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1985), 22.

    98 Ibid, 24.

  • 57

    terpanggil untuk mepertahankan agam Kristen Katolik. Yang harus dihadapi adalah

    Islam dan juga agama suku sebagai agama kafir.

    Secara bersamaan dengan kehadiran Portugis dan Spayol, orang-orang Belanda

    (VOC) pun membawah Protestan, walapun sama-sama Kristen, tetap terjadi

    perlawan dari Portugis. Alasan dibalik itu, adalah reformasi yang telah terjadi

    menghapus ordo-ordo kebiaraan, yang turut melemahkan hubungan gereja dan

    negara pada saat itu.99 Walupun begitu, Protestan pun sama, dalam pengertian ajaran

    gereja Calvin yang mewajibkan negara untuk mempertahankan iman dan melakukan

    pekabaran Injil.100

    Tahapan ini penting untuk dilihat. Pengaruh besar yang terjadi atas gereja

    bukan semata-mata persoalan politik dagang (ekonomi), imprealisme, imprealisme,

    tetapi agama, politik dan ekonomi saling berkelindang dalam satu dinamika global.

    Pengaruh terhadap pewarisan gereja setelah VOC bukan hal baru, tetapi merupakan

    sebuah pewarisan yang disebabkan oleh paham agama yang di bawa dari daerah

    Eropa.

    Secara historis, keberadaan GPM sangat dipengaruhi kolonialisme atas

    Indonesia, Maluku pada khususnya. Sebagai daerah rempah-rempah, terutama

    cengkeh pada zamannya, Maluku memiliki daya pikat untuk diperebutkan oleh

    bangsa-bangsa besar Eropa—Portugis dan Belanda sejak abad ke 16-17.101

    99 Ibid, 25.100 Ibid, 27.101 Elizabeth Marantika, dkk. Delapan Dekade GPM Menanam, Menyiram, Bertumbuh dan

    Bebuah: Teologi GPM dalam Praksis Bangsa dan Bermasyarakat (Salatiga: Universitas SatyaWacana Pres, 2015), 2.

    101Ibid, 56..

  • 58

    Embiro perkembangan GPM tidak bisa ditelusuri semata-mata dari latar

    belakang Gereja Protestan di Indonesia pada zaman Hindia-Belanda saja. Awal

    pekembangannya harus ditarik ke abad ke-19, sampai reorganisasi tahun 1935

    sebagai era kemandirian GPM dalam perjalananya.102 Namun demikian, tidak hanya

    GPM satu-satunya gereja dari hasil pekabaran Injil gereja protestan, ada Minahasa

    dan Timor yang menjadi bagian dari perjalanan gereja protestan pada massa itu.103

    Sejak tahun 1814, Josep Kam dan dua rekannya datang dari Belanda ke

    Indonesia, dianggap berhasil dalam pekerjaan pengInjilan. Sebagai perutusan

    Lembaga Pekabar Injil (NZG),104 setibanya di Indonesia, ia bekerja sejak zaman

    VOC sebagai lembaga negara, yang telah lebih dahulu melakukan pekabaran Injil,

    kemudian hari dinamakan sebagai Gereja Protestan di Indonesia pada zaman Hindia-

    Belanda.105

    Selain lembaga-lembaga PI yang melakukan Zendeling di sejumlah daerah,

    perlu bagi kita melihat struktur dan cara kerja GPI, meninjau kembali kebijakan

    pemerintah Hindia-Belanda dalam hal agama. Di bawah pengakuan Portugis dan

    VOC sebagai pemerintahan Kristen, mulai mengalami perubahan sejak tahun 1800.

    Sesudah VOC bubar pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai menerapkan

    kebijakan baru dengan azas pencerahan sesuai dengan fenomena perubahan di Eropa

    102Th. van den End dan J Weitjens, Ragi Carita Sejarah Gereja di Indonesia 2, (Jakarta: BPKGunung Mulia, 2011), 47.

    103 Jumlah Anggota GPI sekitar tahun 1815, kurang lebih 70.000 orang, di antaranya 50.000lebih orang Indonesia (Maluku Tenagah, Minahasa, Sangir dan NTT. Jumlah ini kemudian meningkatmenjadi 70.000 lebih pada tahun 1938....Ibid, 47.

    104 Lembaga pengInjilan yang di maksudkan adalah Zendeling, merupakan istilah yangdigunakan untuk Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG), sebagai lembaga misionris dariBelanda.

    105 Th. van den End, Ragi Carita Sejarah Gereja di Indonesia 1,…Ibid, 144.

  • 59

    saat itu.106 Negara tidak akan campur tangan lagi dalam soal-soal agama. Namun

    demikian, cita-cita pencerahan tidak cocok dengan kepentingan penjajah (politik-

    ekonomi).107 Akan tetapi, ada kenyataan yang tidak bisa ditinggalkan sebagai

    pewaris dari kekuasaan VOC sebelumnya. Dalam situasi tertentu yang alami oleh

    jemaat dan perlawanan Islam terhadap Hindia-Belada sebagai penjajah, maka

    lahirlah kebijakan untuk menata jemaat-jemaat.108

    Pada tahun 1844-1854, setelah Inggris mengembalikan derah jajahan

    Indomesia kepada Hindia Belanda,109 terjadi penggabungan semua jemaat Protestan

    di Indonesia menjadi satu badan, yang diberi nama sebagai GPI dengan ketetapan

    aturan yang berlaku.110

    Secara garis besar, peraturan-peraturan tersebut sebagi berikut:

    Anggota GPI ialah semua orang Protestan. GPIdipimpin oleh suatu pengurus yang diangkat olehGubernur-Jenderal, berkedudukan di Batavia. Ketuaharus seorang yang menjabat pangkat tinggi dalam

    106 Ada penekanan untuk melakukan pembedaan anatara dua istilah yang digunakan untukmenjelaskan fenomena perubahan Barat, yaitu “pencerahan” dan reformasi. Istilah “pencerahan”digunakan oleh para sejarawan untuk menjelaskan zaman-zaman sejarah umat manusia pada masa“renaisance”. Penggunaan istilah “reformasi” umum dimaksudkan sebagai kesan terhadap sesuatuyang terjadi dengan Kekristenan di Eropa Barat. Kedua istilah tersebut memang berbeda, akan tetapisama-sama digunakan sebagai penanda atas peristiwa penting yang terjadi. Kalau demikian, makarujukan tahun terjadi pembubaran VOC pada tahun 1799, masuk pada abad ke-18. Artinya,pencerahan yang dimaksudkan adalah berkaitan dengan reformasi gereja di Eropa Barat. Alister EMcGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, terj, Liem Sien Kie (BPK.Gunung Mulia: Jakarta, 1999), 2.

    107 Th. van den End, Ragi Carita Sejarah Gereja di Indonesia 1, Ibid,145.108 Tahapan perubahan kebijakan Pemerintah Hindia-Belanda terkait dengan kondisi, tidak

    sesuai dengan azas reformasi yang dibawa dari Eropa dengan keadaan jemaat-jemaat yang telahdiasuh oleh VOC sebelumnya. Hal ini membuat pemerintah Hindia-Belanda tidak konsiten sesuaidengan semangatnya. Yang perlu dilihat adalah dampak perubahan dari kebijakan selanjutnya.

    109 Dikatakan oleh Lockher, pada tahun 1816 Belanda menerima kembali kekuasaan atasIndonesia dari tangan Inggiris, menurut UU Dasar Belanda tahun 1815, Raja berdaulat penuh atasjajahan-jajahan negaranya. Raja berkeinginan untuk menyatuhkan gereja-gereja menjadi satu sebagaicita-cita yang tidak bisa dilaksanakan di Belanda. Ini sebagai wujud pengabdian di bidang gerejawi,tetapi sayangnya tidak begitu membuakan hasil. Dr. G.P.H Locher, Tata Gereja Protestan DiIndonesia, (Bpk. Gunung Mulia: Jakarta, 1995), 44.

    110 Th. van den End, Ragi Carita Sejarah Gereja di Indonesia 1, Ibid, 146.

  • 60

    apartur negara. Pengurus lainnya ialah pendeta-pendeta jemaat protestan.111

    Selain jabatan struktural, ada juga aturan tugas pokok gereja:

    Tugas gereja ialah “memelihara kepentingan agamaKristen pada umumnya dan Gereja Protestan secakhusus”, “menambahkan pengetahuan religius danmemajukan kesusilaan Kristen”, dan memupukcintah kasih kepada pemerintah dan tanah air.112

    Hirarki kepengurusan terdiri atas; ketua (president) dan khusus pendeta di

    Batavia, satu wakil ketua (vice precident), satu sekretaris (secretaris), dan tiga orang

    anggota (leden) dari Gereja Protestan di pusat (Batavia).113 Kepengurusan gereja

    bekerja dengan keputusan raja sebagai legitimasi dengan surat keputusan (Koninklijk

    Besluit) tertanggal 28 Oktober 1840 No. 57). Keputusan raja antara lain:114 hubungan

    pengurus Gereja Protestan dengan komisi untuk urusan gereja-gereja protestan di

    Hindia Belanda Timur dan Barat (Haagsche Commisie), berpusat di Den Haag, harus

    dilakukan di bawah pengawasan Gubernur Jenderal.115

    Kepengurusan gereja mulai melaksanakan tugasnya dengan menerapkan sistem

    pelayanan gereja berdasarkan hirarki pemerintahan gereja yang berlaku. Dalam

    melakukan tugas, pengurus gereja negara merupakan pelaksana dari instruksi

    pemerintah. Tugas wajib harus dilakukan, yaitu berhubungan dengan pemerintah

    Belanda melalui surat menyurat menyangkut perkembangan gereja yang berlangsung

    di Hindia Belanda.116

    111 Ibid,.112 Ibid,.113 Elizabeth Marantika, dkk. Delapan Dekade GPM Menanam, Menyiram, Bertumbuh dan

    Bebuah: Teologi GPM dalam Praksis Bangsa dan Bermasyarakat...........Ibid, 3.114 Raja yang dimaksudkan adalah Raja Willem I.115 Ibid,.116 Ibid,.

  • 61

    Wewenang Gubernur Jenderal mengangkat anggota-anggota Kollegie (Dewan)

    pengurus Gereja Protestan di Hindia Belanda sesuai dengan peraturan raja. Pengurus

    gereja pengurus gereja (Kerbestuur), mengangkat Majelis Gereja yang akan dipilih

    oleh warga jemaat, tetapi tidak terlepas dari pengawasan kepengurusan gereja.117

    Suasana gereja dalam kendali pemerintah sangat terasa dalam kehidupan

    bergereja di Maluku. Dengan pusatnya di Ambon, gereja di Maluku menerapkan pola

    bergereja dalam model sentralisasi sebagai satu kesatuan dalam Indische Kerk.

    Semua aktivitas gereja berpusat pada Majelis Gereja di kota Ambon yang bertangung

    jawab kepada Pengurus Gereja di Batavia.118 Bukti yang menunjukkan sentralisasi

    dan pengawasan ini, yaitu pada tahun 1891 Residen Amboina mengeluarkan

    keputusan kepada pendeta pribumi,119 C Habibu, di Soya untuk mengarahkan atau

    memperhatikan kesusilaan orang-orang Kristen setempat.120

    GPI yang bekerja bekerja sama dengan NZG memutuskan hubungan kerja

    sama pada tahun 1984. Namun demikian, tenaga Zendeling masih tetap dipakai.

    Mereka diberi status resmi sebagai tenaga pekerja GPI untuk tugas pendeta

    pembantu. Perubahan ini membawah dampak yang cukup besar, selain para

    misionaris yang tertampu, tetapi juga gagasan tentang “perhatian tehadap orang-

    orang Indonesia secara tersendiri”, sehingga secara resmi pada tahun 1867 penyedian

    117 Ibid, 4.118 Ibid,.119 Pendeta Pribumi merupakan terjemahan inlands leraar. Terjemahan harafihanya ialah:

    “guru pribumi”, namun kami “pendeta pribumi” untuk mencegah salah paham seakan-akan inlandslearaar itu seorang guru sekolah (kendati ada yang memang menjadi guru sekolah). Terjemahan guruInjil tidak akan salah, karena merupakan istilah GPI, sedangkan Guru Injil merupakan tokoh serupadalam lembaga-lembaga Zending. Th. van den End dan J Weitjens, Ragi Carita Sejarah Gereja diIndonesia 2. Ibid, 3.

    120 Elizabeth Marantika, dkk. Delapan Dekade GPM Menanam, Menyiram, Bertumbuh danBebuah: Teologi GPM dalam Praksis Bangsa dan Bermasyarakat...........Ibid, 4.

  • 62

    tenaga khusus orang-orang Indonesia termasuk di Maluku. Kebijakan ini yang

    menjadi peluang berdirinya Gereja Protestan Maluku (GPM) pada tahun 1935.121

    Van den End menyebutkan istilah “Maluku” berkaitan dengan sejarah GPM harus

    mengingat beberapa hal, sebagai berikut: 122

    1) Gereja Protestan di Maluku sampai 1935 merupakan gereja negara. Karena

    itulah, batas wilayah gereja bertindih dengan batas-batas administratif

    pemerintah. Daerah sebelum tahun 1866 dan sesudah 1926 disebut

    “Gubernemen Maluku”, lebih luas dari propinsi yang sekarang. Lebih luas,

    mencakup daerah Papua Barat dan Papua Barat, juga daerah Minahasa.

    2) Tidak semua juga daerah batas resort pendeta Ambon bertindih dengan batas

    wilayah administrasi negara. Dalam abad ke-20, daerah Ternate termasuk

    resort Manado, dan pulau-pulau Barat daya dari Wetar sampai Sermata

    digabungkan dengan Resort Kupang.

    3) Di bidang ekonomi, Maluku telah kehilagan kedudukan yang ditempati daerah

    itu dalam abad-abad sebelumnya. Pada Zaman Hindia Belanda, daerah pusat

    ialah pulau Jawa dan Sumatera; Maluku telah menjadi daerah pinggiran. Hanya

    Banda, Ambon, dan pulau-pulau Lease (khusus Saparua) tetap merupakan

    pusat penting.

    Setelah perkembangan organisasi gereja di Maluku, ada beberapa faktor yang

    turut menentukan perkembangannya:123 1). GPI makin banyak mencurahkan

    perhatian pada pemerliharaan anggotanya yang berkebangsaan Indonesia. 2).

    Sekolah dipisahkan dari gereja, sehingga guru-guru sekolah tidak bisa lagi

    121 Th. van den End dan J Weitjens, Ragi Carita Sejarah Gereja di Indonesia 2,....64122 Ibid, 62.123 Ibid, 65.

  • 63

    merangkap guru jemaat. 3). Sejak tahun 1890-an, wilayah GPI di Maluku bertambah

    luas dan jumlah anggota jemaatnya di daerah mulai semakin besar.

    Hubungan antara gereja dan negara sebagaimana Portugis dan Belanda sejak

    awal tidak dapat dipisahkan dengan alasan ekonomi dan politik, bahkan secara

    mentalitas. Selain itu sangat dipengaruhi ajaran gereja sendiri. Pewarisan terjadi

    sampai pada zaman Hindia-Belanda. Kondisi ini disebabkan oleh adanya pengaruh

    global menyentuh secara langsung. Artinya, perubahan paham hubungan gereja dan

    negara di Barat belum benar-benar berdampak perubahan sampai pada zaman

    Hindia-Belanda, gereja tetap sangat bersifat hirarki dan terpusat.124

    Gejolak besar sebelum terjadinya keinginan menjadi gereja mandiri, pengaruh

    global dari revolusi Prancis telah terjadi di Nederland.125 Pengaruh ini disebutkan

    dipengaruhi oleh pemikiran Free-mason.126 Tidak ada penjelasan tentang seperti apa

    124 Tantangan itu datang dari keinginan Raja Willem ingin mempersatukan semua gerejaProtestan. Awalnya gereja di Hindia-Belanda merupakan cabang dari gereja di Nederland. Pada masaVOC pemisahan sudah dilakukan dengan mendirikan Deputat (kalsis dan sinode) Gereja HervormdNederland untuk urusan masalah di wilayah VOC, pemerintah mendirikan komisi untuk urusangereja-gereja protestan di Hindia-Belanda Timur dan Barat. Komisi diangkat oleh raja, jadi komisi inibukan komisi gerejawi. Hanya saja yang menjabat komisi tersebut adalah Sekretaris sinode am GerejaHervormd. Untuk lebih jelasnya tugas gereja, sinode am Gereja Hervormd meminta raja memberikanstatus gerejawi, agar permasalahan gereja di Hindia-Belanda Timur dan Barat diurus oleh gereja indukmasing-masing. Namun demikian, raja tidak menyetujuinya. Seandainya raja menyetujui, maka upayamenyatukan Gereja Protestan menjadi satu tidak akan terjadi. Upaya menjadikan gereja menjadi satuketika tahun 1853, Gereja Hervorm dan Lutheran dijadikan satu merupakan gagasan raja kemudiangagal, karena di luar gereja telah terbentuk jemaat-jemaat baru sebagai hasil karya Zendeling. G.P.HLocher, Tata gereja Protestan di Indonesia, terj. Jonthans dan Evie Item, (Bpk Gunung Mulia:Jakarta, 1995), 40.

    125 Pengalihan pemerintahan Hindia-Belanda di masa pemerintahan Herman Willem Daendels,tahun 1808-1811. Hal ini terkait dengan kemerosotan sosial berkepanjangan, sehingga Inggris berhasilmerebut pulau jawa di bawahh kekuasaan Letnan Gubernur Thomas Raffles, Pada tahun 1811 Rafflesdiangkat sebagai Letnan Gubernur Jawa, ketika Kerajaan Inggris mengambil alih jajahan-jajahanketika Kerajaan Belanda diduduki oleh Napoleon Bonaparte dari Prancis. Kemudian pada tahun 1815dikembalikan kepada Belanda, setalah terjadi perdamaian di Eropa pada akhir perang Napoleon. Th.Stevens, Tarekat Mason Bebas di Hinida Belanda dan Indonesia 1764-1962, (Pustaka Sinar Harapan:Jakarta, 2004), 50-52.

    126 Secara harafiah istilah free mason berasal dari dua suku kata, Free artinya bebas, Masonberasal dari bahasa Prancis yaitu Macon, artinya tukang batu. Nama ini merupakan nama kelompokasosiasi (organisasi rahasia). Tujuannya adalah berpihak kepada sesama manusia (philanthropic) dan

  • 64

    pengaruhnya, tetapi bahwa ide gereja harus mandiri telah tejadi seiring dengan

    perubahan pemerintahan di Belanda sejak raja Willem I.127 Hal ini dilakukan dengan

    upaya pemisahan secara administratif dalam upaya reorganisasi.128 Terjadi proses

    tarik menarik yang panjang dan tidak mudah dalam waktu singkat untuk mandiri

    dengan alasan hubungan gereja dan negara telah membudaya dan pertimbangan

    jemaat-jemaat belum proaktif untuk memelihara pelayanan.129

    3.3.2 Perjuangan Awam dan Gereja, Menuju Kemandirian GerejaProtestan Di Maluku, 6 September 1935

    Dalam catatan penelitian F. Ukur dan F. L Cooley perlu dipaparkan tentang

    perkembangan gerakan oikumenis dan nasionalisme. Dua tahapan ini penting untuk

    melihat gereja di Indonesia lebih khusus juga gereja di Maluku dalam konteks

    nasional menuju kemandirian gereja dan kemerdekaan 1745.

    Perkembangan Hindia-Belanda pada abad ke-19 sampai abad awal abad ke-20

    mengakibatkan jemaat-jemaat Protestan di Indonesia bermunculan secarah terpisah-

    pisah dalam konteks suku-suku di daerah. Tidak aneh bahwa GPM pun menjadi

    bagian dari gereja suku atau teritorial.

    progresif. Kelompok ini sering disebut sebagai kelompok persaudaraan. Berdiri di Inggris sekitar abad16-17, tepatnya pada tahun 1717. Vicomte Leon De Poncins, Freemasonry and Judaism: SecretPower Behaind Revolution, (Omni/Christian Book Club: France, 1996), 21-22.

    127 Dikatakan, Mason Bebas di Hindia Timur (Indonesia) sudah ada sejak tahun 1756. Th.Stevens, Tarekat Mason Bebas di Hinida Belanda dan Indonesia 1764-1962...Ibid,. 13.

    128 G.P.H Locher, Tata gereja Protestan di Indonesia, terj. Jonthans dan Evie Item.....Ibid,. 50-53.

    129 Aksentuasi lain dari kemandirian telah terjadi sejak tahun 1854. Pemerintah Belanda yangmemiliki pengaruh langsung terhadap negera jajahanya, melalui sidang parlemennya menyatakankeinginan tidak berkuasa atas Gereja Hervormd atau gereja lain mana pun yang terdapat di Hindia-Belanda. Sejak saat itu pihak Nederland maupun Indonesia berulang kali melakukan kemandirianlebih besar kepada Gereja Protestan. Gereja Protestan di Indonesia sendiri rupanya belum benar-benarsiap. Hal ini didukung oleh ketetapan Regeeringsreflement vor Nederlandsch-Indie (PeraturanPemerintah untuk Hindia Belanda). Dalam pasal 122, menyatakan bahwa tidak ada perubahanterhadap kepengurusan Gereja Kristen yang ada, kecuali dengan persetujuan pihak, yakni Raja danPengurus Gereja....Ibid,. 50.

  • 65

    Dasawarsa ketiga dalam abad ke-20, jemaat-jemaat masih berserakan sebagai

    sebagai hasil penyebaran Injil, sebelum menjadi gereja yang berdiri sendiri. Baru di

    tahun tiga puluhan terjadi penyatuan jemaat-jemaat menjadi gereja-gereja mandiri

    dengan tata gereja dan liturginya dan nyanyiannya.

    Faktor-faktor yang menyebabkan dan telah mempengaruhi serta mendorong

    percepatan proses kemandirian, yaitu:130

    1) Pengaruh pergerakan oikumene

    Sejak permualaan abad ke-20 telah lahir suatu pergerakan oikumene yang

    modern, sebagai hakekat melaksanakan pembaharuan dan kesatuan dalam dukungan

    gereja-gereja di seluruh dunia. Selain itu, perkembangan pemikiran oikumenis telah

    merubah pemahaman dan pandangan pekabaran Injil, sehingga badan-badan

    pekabaran Injil berubah menjadi daerah-daerah pekabaran Injil yang membentuk

    gereja sendiri.131

    2) Pengaruh pergerakan kebangsaan

    Penggalangan pergerakan nasional yang tercetusnya Budi Utomo di tahun

    1908. Inti pergerakan ini adalah kemerdekaan dan persatuan Indonesia.132

    130 F. Ukur dan F. L Cooley, Jerih dan Juang: Laporan Nasional, (Lembaga Penelitian danStudi DGI: Jakarta, 1979), 496-497.

    131 Gerakan Oikumene ini sendirinya masuk dari kalangan Zendelingsconsulaat Batavia. Salahsatu kegiatannya adalah melakukan penginjilan di kalangan mahasiswa. Terutama pada tokoh-tokohbekas Nederlandsche Christien Studenten Vereniging (NSCV). Oikumene sering diartikan sebagaiavision that commits atau suatu kesadaran yang bertangungjawab. Oikumen secara latin diartikansebagai “dunia yang dihuni manusia”, tetapi kemudian mendapat arti teologis. Organisasi ini terbentukpada tanggal 29 Agustus 1926 di Jakarta. Lihat..Kewarganegaraan yang bertangungjawab:Mengenang Dr. Johannes Leimena, 9-10.

    132 Tentang pergerakan Budi Utomo, sebagian besar adalah parah kaum bangsawan yangmemiliki latarbelakang pendidikan Belanda, dan bergabung bersama kelompok free mason padaZaman Hindia-Belanda. Tokoh pendiri sekaligus pemimpin organisasinya, yaitu: Dr. RadjimanWedyodiningrat, Mas Boediardjo, Raden Adipati Tirtokoesoemo, Pangeran Ario Notodirodjo dan Dr.Soetomoigus. Merekalah yang membawahkan ide-ide nasionalisme di dalam pidato-pidato dalammomen pertemuan organisasi dan aktif membangun lembaga-lembaga studi untuk kepentinganpribumi. Lihat: Artiwijaya, Gerakan Theosofi di Indoensiea: Menelusuri Jejak Aliran Kebatinan

  • 66

    Sejak penjajahan Portugis, kemudian sampai pada masa peralihan kekuasaan

    dari Inggris kembali ke Belanda, orang-orang pribumi (di Jawa dan Maluku)

    sebenarnya sudah memiliki keterlibatan dalam militer. Orang pribumi juga diizinkan

    menikmati pendidikan dari bangsa barat (kolonial), khusus kristen untuk

    memperkuat gereja Calvinis.

    Unjung tombak gerakan oikumenis dan pergerakan nasionalisme sebenarnya

    terletak pada tokoh-tokoh yang telah menikmati pendidikan Belanda. Tidak disadari,

    bahwa pemerintah Belanda memberi izin kepada warga pribumi menikmati

    pendidikan merupakan kesalahan yang dilakukan oleh mereka. Ini terlihat dari

    gencarnya perlawanan para tokoh intektual Indonesia, yang sudah memahami konsep

    Barat tentang “demokarsi dan persamaan” sebagai senjata perlawanan.133

    Peralihan abad ke-20, para intelektual Maluku di Jawa merasa sehati-sepikir

    dengan gerakan nasionlis yang baru muncul dalam iklim politik yang berubah. Orang

    Ambon yang terdidik ini termasuk yang pertama menyadari bahaya yang

    ditimbulkan karena terlalu dekat dengan hubunganya dengan Belanda.134

    Di Ambon, perlawanan aktif terjadi sejak 1910-1920-an. Awal pergerakan ini

    tidak bersifat anti terhadap Belanda atau juga sebagai nasionalis Indonesia atau

    Ambon yang berjuang untuk kemerdekaan. Gerakan ini tidak loyal kepada

    pemerintah Hindia-Belanda, tetapi bercita-cita memperjuangkan persamaan hak dan

    ras sebagai manusia secara damai, sebagai kelompok non-politik.135

    Yahaudi sejak Zaman Hindia Belanda hing era Reformasi, (Pustaka AL-KAUTSAR: Jakarta, 2010),161.

    133 Dieter Bartels, Di bawahh Naungan Gunung Nunu Saku: Muslim Kristen Bedampingan diMaluku Tenagah Jilid II, terj. Frans Rijoly, (Kepustaan Populer Gramedia: Jakarta, 2017), 652.

    134 Ibid,.135 Ibid, 653.

  • 67

    Organisasi-organisasi pergerakan sebenarnya telah mucul di Ambon pada

    tahun 1909, yaitu: Ambonsch Studiefonds (Dana Beasiswa Ambon), yang didirikan

    oleh Dr. W.K. Tehupeiory. Tujuannya adalah untuk menggalang dukungan finansial

    bagi para pemuda Ambon Kristen yang akan melanjutkan studi di Hindia-Belanda

    atau Eropa.136 Kemudian muncullah sejumlah generasi kedua yang berpandangan

    Nasionalis, seperti Dr. J.B Sitanala137, ahli penyakit lepra, dan Johanis Latuharhary,

    seorang ahli hukum yang kemudian menjadi gubernur pertama Propinsi Maluku.

    Keduanya belajar di Leiden-Belanda, dan aktif terlibat dalam organisasi Mahasiwa

    Nasionalis yaitu Perhimpunan Indonesia.138

    Dari embiro perjuangan para kaum intelektual ini, munculah tokoh-tokoh

    nasional Maluku lainnya, seperti A.J Patty yang mendirikan Sarekat Ambon, sebagai

    partai politik Ambon. Tujuannya untuk memperjuangkan kepentingan moral dan

    matreial rakyat Ambon dan ekonomi. Kelanjutan sarekat ini di pimpin oleh Johanis

    Latuharhary, Dominggus Ajawaila dan E.U. Pupella. Muncul Dr. G. A Siwabessy,

    yang aktif membangun asosiasi budaya, dan produktif memproduksi drama Maluku,

    asosiasi ini di bangun di Pulau Jawa.139 Pergerakan mereka, sampai pada pendudukan

    jepang, dan kemerdekaan Indonesia.

    Dalam catatan Leirissa, ada juga organisasi Yong Ambon (biasa disebut Jong

    Ambon), yang terbentuk pada tahun 1917, oleh pelajar Stovia. Ketua pertamanya

    adalah Stoviaan J. Kayadu, yang juga menjadi anggota Sarekat Ambon. Tahun 1924,

    136 Ibid,.137 Dr. J.B Sitanala menjadi tokoh pendidikan di Maluku, berjasa mendirikan Univesita

    Pattimura (UNPATI) dan Pendidikan YPPK, Gereja Protestan Maluku. Kini nama Sitanala menjadiabadi di dalam dunia pendidikan milik pemerintah dan swasta di Maluku.

    138 Ibid, 654.139 Ibid, 154-159.

  • 68

    muncul juga Vereninging Amboneshe Studenten (VAS), Toule Salehuwey menjadi

    ketuanya. Tokoh kedua kedua yang muncul adalah, Rechts Hogeschool (RHS), yang

    meneruskan tradisi lama, yaitu persepakbolaan.140 Organisasi lainyang disebut juga,

    yaitu: Moluks Politiek Verbond, yang diketuai oleh Dr. Tehupeiory, dan Dr. Apituley

    adalah wakilnya.

    Berikutnya muncul tokoh-tokoh sepeti Dr. Johannes Leimena pendiri GMKI,

    berkaitan dengan kehadiran Mahasiswa Kristen di Indonesia, sebagai akibat dari

    masuknya gereja Protestan. Johannes Leimena sangat menjiwai kedua pemikiran

    antara oikumene dan nasionalisme, yaitu agama Kristen gerakan oikumene dan

    nasionalisme yang disadarinya sejak mahasiswa. 141

    Di kalangan orang Maluku, keinginan untuk berdiri sendiri setelah gereja

    sudah timbul berbarengan dengan gerakan nasional. Ada keinginan untuk berdiri

    sendiri terlepas dari perwalian Pengurus di Batavia. Pada sidang raya I, dilakukan

    dalam rangka berkumpulnya wakil-wakil dari berbagai jemaat pada pertama kalinya.

    Prakondisi dan tahapan penting kemandirian GPM, berbarengan juga dengan

    kesiapan sumber daya manusia (SDM), yang disiapkan sendiri sejak zaman VOC.

    Dengan perubahan di Prancis, kebijakan ini terhenti di masa kepemimpinan Dandels

    sebagai gubernur jenderal.

    Kehadiran Zending sejak 1864, ini adalah tahapan penting sebagaimana cerita

    tentang keberhasilan Josep Kam. Dalam tuntutan kebutuhan pelayanan jemaat-jemaat

    di Maluku, pada tahun 1870 pemeritntah mengeluarkan keputusan untuk mengangkat

    140 Kewarganegaraan Yang Yertangungjawab, biografi Dr. Johannes Leimena yang ditulisOleh Drs. R.Z. Leirisaa, MA. 7.

    141 Ibid, 12-15.

  • 69

    jabatan baru yaitu pendeta pembantu dan pendeta pribumi untuk jemaat-jemaat yang

    berbahasa Melayu. Di tahap ini merupakan tahap di mana sumberdaya gereja dari

    sumberdaya jemaat disiapkan.

    Pendeta pembantu merupakan pejabat gerejawi baru yang melakukan tugas di

    bawah pengawasan seorang pendeta, sekaligus menjadi ketua dari konperensi

    pendeta-pendeta. Tugas mereka adalah untuk mengadakan ujian akhir bagi murid-

    murid sekolah pendeta pribumi.142

    Zendeling pada tahun 1835 mendirikan sekolah guru di Ambon, pendeta Kam

    kemudian Roskott. Mula-mula sekolah di bawahh pengawasan pendeta-pendeta

    zendeling, yang kemudian di percayakan kepada kepala-kepala desa. Yang dididik

    bukan saja guru, tetapi juga pemimpin jemaat.143 Mula-mula maksud gereja untuk

    mendidik pendeta pribumi adalah mereka di tempatkan langsung sebagai pemimpin

    jemaat dengan hak untuk memberitakan firman dan melayani sakramen. Namun

    demikian, sebelum pendeta pribumi diangkat sebagai pemimpin jemaat, ada

    pergantian peraturan, di mana mereka menjalani tiga tahun dinas, baru bisa melayani

    sakramen. Hak itu diberikan oleh Kerkbestur sesudah mendengarkan pendapat dari

    perdikant-voorzitter dan pendeta-pedeta pembantu terkait.144

    Pada akhir abad ke 19, pendeta-pendeta pembantu diperkenankan untuk

    melakukan pekabaran Injil, malahan juga pendeta pribumi diberi izin untuk

    menempati jemaat-jemaat baru, yang lahir dari hasil pekabaran Injil. Terutama pada

    142 J.L.Ch Abineno, Garis-garis Besar HUKUM GEREJA, (Bpk. Gunung Mulia: Jakarta,1997), 110.

    143 Ibid,.144 Ibid, 111.

  • 70

    pada pulau-pulau kecil seperti Aru, Selatan Daya.145 Keputusan terkait dengan masa

    dinas untuk dipersiapkan melayani sakramen dipegang dengan baik sampai pada

    tahun 1962 dalam Sidang Agung Gereja Protestan di Hindia-Belanda, setelah itu

    sampai tahun 1935.

    Munculah pemikiran Gereja Protestan di Maluku berdiri sendiri dari seorang

    yang bernama Van Oostrom Soede. Walaupun demikian, keinginan dia adalah

    mempertahankan sistem pemerintahan gereja yang hirarki. Orang-orang di Maluku

    mendapat tempat lebih besar sebagai pemimpin gereja.146

    Kebijakan Van Oostrom Soede mendapat perlawanan dari kelompok yang

    bernama “Autonome Moluksche Kerk” (Perhimpunan Gereja Maluku Otonom).

    Kelompok ini menganggap reorganisasi berjalan terlalu lambat dan keberatan

    terhadap hiraki hubungan dengan GPI. Perlawanan ini sangat tajam, sampai GPI

    meninggalkan Maluku.147

    Pada tahun 1932, seorang pendeta, Van Herderden menyusun konsep tata

    gereja bagi bakal GPM. Kemudian konsep itu dirundingkan dalam rapat-rapat resost

    (sekarang klasis) dan kemudian dalam proto-sinode. Setelah naskah itu disetujui

    Pengurus GPI, pada bulan September 1935 berkumpullah Sidang Sinode pertama

    Gereja Protestan Maluku, dan GPM dinyatakan berdiri sendiri pada 6 September

    1935.148

    Dua hal yang mendasar dari perjalanan dan pengaruh kontes dalam era

    kemandirian, berjalan bersama-sama dengan pengaruh yang saling menguntungkan,

    145 Ibid,.146 G.P.H Locher, Tata gereja Protestan di Indonesia, terj. Jonthans dan Evie Item.....Ibid, 74-

    75.147 Ibid,.148 Ibid,.

  • 71

    yaitu pengaruh pergerakan kemanusiaan, kesetaraan dan kemerdekaan, dari para

    tokoh-tokoh terpelajar Maluku di Batavia. Sejalan dengan itu, gereja secara internal

    telah berproses ke arah kemandirian dengan penyiapan sumberdaya gereja (internal),

    yaitu pendeta. Keduanya saling terkait, karena basis sumberdaya bentukan oleh kaum

    kolonial, sengaja maupun tidak, bahwa pendidikan (sekolah) telah menjadi solusi

    bagi satu kemandirian, baik awam maupun pendeta di dalam gereja saat itu.

    Membedakan kedua pergerakan ini menurut Antonio Gramsci, perkembangan

    besar aktivitas dan organisasi pendidikan dalam makna di masyarakat yang

    bergabung dari dunia abad pertenagahan adalah sebuah indeks kepentingan yang

    diasumsikan dunia modern oleh fungsi-fungai sosial dan kategori intelektual. Dunia

    modern berupaya untuk memperluas intelektual sebagai upaya melakukan

    spesialisasi.149 Membentuk sumberdaya-sumberdaya sebagai kekuatan gereja.

    3.3.3 Kemerdekaan Indonesia 1945, sampai GPM di tahun 1960.

    Arena pertarungan tahun 1945 dikuasai oleh pergulatan antara diplomasi dan

    pertarungan militer untuk mempertahankan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

    1945 sebagai realisasi perjuangan yang telah terjadi dari seluruh rakyat Indonesia

    dalam merebut kemerdekaan.

    J.C.T Simorangkir menyatakan, barang siapa mempelajari sejarah pergerakan

    atau sejarah politik di Indonesia, baik sebelum atau pun sesudah, pasti akan

    menemukan nama-nama orang Kristen yang mengambil bagian dalam kelompok atau

    perorangan. Nama-nama itu ditulis oleh M. Abednego, dalam bukunya suatu

    149 Antonio Gramsci, Sejarah dan Budaya, terj, Ira Puspitoni, dkk (Narasi-Pustaka Promethea:Yogyakarta, 2017), 137-138.

  • 72

    partisipasi. Nama-nama itu antara lain: Latuharhary dan Leimena, dkk. Mereka

    dikenal masyarakat Indonesia dan turut mengambil bagian di dalam Sumpah Pemuda

    tahun 1928.150

    Perkembangan di tanah Jawa, dua hari sebelum kemerdekaan Indonesia, Mr.

    Latuharhary diangkat menjadi gubernur Maluku oleh BPKI.151 Latuharhary dikenal

    di kalangan Pergerakan Nasional dan sidang-sidang BPKI gigih menghadapi

    keingingan untuk mendirikan Negara Islam dan sistem otonomi, sistem federal bagi

    wilayah Maluku.152

    Latuharhari meskipun dalam aktivitasnya tidak pernah sampai ke Maluku,

    tugas-tugasnya dikerjakan oleh Pupella. Kondisi ini disebabkan ia menjalani tugas

    gubernurnya di Jakarta. Meskipun begitu, Latuharhary, aktif membimbing

    kelompok-kelompok pemuda di sekitarnya (Angkatan Pemuda Indonesia-Maluku).

    Mereka aktif didalam awal perjuangan, melalui surat kabar, pamflet yang

    memperlihatkan orang Ambon mendukung republik Indonesia dan bersedia

    mempertahankannya.153

    Penyuaraan ini terdokumentasi didalam surat kabar Merdeka, 5 Oktober 1945,

    antara lain:

    Persekutuan pemuda Ambon membentuk barisan aktif sertamembantu barisan-barisan Indonesia lainnya untuk membeladan mempertahankan Pemerintah RI. Selanjutnya ditegskan didalam sikap pemuda Ambon ini bahwa Angkatan PemudaIndonesia Ambon berdaya upaya sekeras-kerasnya

    150 R.M.S Gultom, dkk., Tangungjawab Warga Negara, (Bpk Gunung Mulia-Yayasan BinaDarma: Jakarta, 1992), 61-62.

    151 John. Chr Ruhulessin, Mencari Cita Kemanusiaan Bersama: Pergulatanan Keambonan danKeindonesiaan, (Satya Wacana University Pres: Salatiga, 2016), 120.

    152 Ibid,.153 Ibid, 120-121.

  • 73

    menginsafkan sebagian dari pada golongannya yangdipergunakan sebagai alat pihak Belanda.154

    Pamflet-pamflet yang muncul sebagai komitmen kepada Negara Republik

    Indoensia, tertanggal 6 Oktober 1945, menyatakan:

    1. Kami orang Ambon bertanah air Indonesia.

    2. Kami berjuang bersama-sama saudara-saudara lain, golongan bangsa Indonesia

    untuk membela dan mempertahankan Republik Indonesia.

    3. Kami tidak mau saudara-saudara kena tipu muslihat Belanda, maka itu kami

    minta supaya:

    a. Jangan saudara-saudari dipakai sebagai alat Belanda.

    b. Bekas-bekas militer Belanda, almarhum dan juga yang sekarang

    bekerja dalam tentara Belanda, janganlah menghalang-halangi

    kemerdekaan Indonesia.

    Ingat bahwa RI menjamin keselamatan Rakyat Indonesia pada umumnya dan

    golongan Ambon pada khususnya. Siapa diantara saudara-saudara yang belum dapat

    mengerti dan turut dengan cita-cita kita Indonesia-Ambon untuk membentuk

    Indonesia merdeka, baiklah diam saja asal jangan turut Belanda.

    Jika saudara-saudari tidak memperhatikan yang tersebut di atas, maka saudara-

    saudara sendiri membawah bahaya atas 30.000 jiwa orang Ambon di Jawa dan

    Madura. Atas nama Angkatan Pemuda Indonesia-Ambon-Jakarta. Ketua: N.

    Tanasale Wakil: J. De Fretes, Penyurat: J. Patty155

    Di Surabaya, para pemuda Maluku mempertahankan kemerdekaan, Mereka

    bersama-sama dengan pemuda lain dengan perantaraan tokoh PRI (Pemuda Republik

    154 Ibid,.155 Ibid, 121-122.

  • 74

    Indonesia) pada tanggal 24 September para pemuda Maluku yang beranggotakan

    sekitar 150 orang, seperti: M Sapya, Telusa, Manuputty, Saimima, Waas, dipimpin

    oleh G.A Siwabessy dan dr. Pattiradjawane.156 Pergerakan mereka untuk mewajibkan

    anggota PRIM (Pemuda Republik Indonesia Maluku) menyarankan orang-orang

    Ambon tidak ikut terlibat dalam perkelahian di situ dan tidak meluas di Surabaya.

    Partisipasi Dr. Johannes Leimena pung tidak dapat diragukan dan ikut serta

    dalam kabinet/pemerintahan sebagai menteri dan sebagainya. Ketika Presiden

    Soekarno berkunjung ke luar negeri, bahkan Leimena bertindak sebagai Pejabat

    Presiden. Leimena menunjukan peran dan loyalitas sebagai tokoh Kristen.157

    Reputasi Dr. Leimena sebagai diplomat kawakan. Ini dicatat dalam

    dokumentasi tajuk sinar Harapan, sebagai berikut:

    Prestasi Dr. Leimena sebaga politikus republikan ulung,ditunjukkan ketika bersama-sama dengan tokoh-tokoh RIlainnya berjuang di bidang diplomasi, berhadapan dengankolonialis Belanda, baik di perundingan Linggarjati, Renvilemaupun KMB.158

    Dalam ingatan sejarah GPM, tahun 1960 merupakan bagian peristiwa penting,

    yang turut menentukan perjalanan gereja di Maluku ke masa depan. Situasi pasca

    kolonial, dilanjutkan di era kemerdekaan 1945, masyarakat Maluku dengan latar

    sejarah kolonial perlu menegaskan sikap secara tepat. Walaupun secara nasional,

    pergerakan sudah muncul dari berbagai kalangan intelektual (khusus Kristen), tetapi

    secara lokal, sebagai lembaga rohani harus mampu memberi posisi secara sosial-

    156 Ibid, 128.157 R.M.S Gultom, dkk., Tangungjawab Warga Negara,....71158 John. Chr Ruhulessin, Mencari Cita Kemanusiaan Bersama: Pergulatanan Keambonan dan

    Keindonesiaan,...129.

  • 75

    politik. Setelah 1945, masih banyak sekali terjadi polarisasi dan pengelompokan

    pergerakan pro dan kontra pada masa peralihan kekuasan berlangsung.

    Gonjang ganjing politik, Maluku dalam klaim Republik Maluku Selatan (RMS)

    menjadi fenomena baru bagi masyarakat Maluku. Lebih khusus GPM dalam

    menentukan sikap profetik terkait dengan masa depan gereja dan umatnya dalam

    konteks peralihan kekuasaan, sungguh merupakan sesuatu masa baru. Situasi ini

    memiliki pengaruh penting secara internal, bagaimana sikap gereja, baik

    pandangannya dan pilihan menetapkan langkah.159

    Pecahnya peristiwa Republik Maluku Selatan (RMS), 25 April 1950, tidak bisa

    dipisahkan dengan sejarah kolonial sebelumnya. Dalam bagian ini penulis ingin

    memperlihatkan dinamika sosial-politik dan sikap GPM sebagai satu gereja mandiri,

    menegaskan posisi dalam hakikatnya sebagai gereja dan struktur sosial dalam

    menaungi entitasnya.

    Selain pergerakan nasional yang gencar dilakukan oleh kalangan intektual

    Maluku, berbanding terbalik, ada rangkaian pergerakan mobilisasi Belanda yang

    melakukan organisir untuk mendirikan Negara Federal. Organisasi seperti NIT

    (Negara Indonesia Timur) dan RIS (Republik Indoensia Serkat) merupakan

    organisasi yang gencar melakukan adaptasi dan reorganisasi KNIL sebagai lembaga

    militer peninggalan Belanda, pasca kemerdekaan Indoensia.160

    159 Steve Gaspersz, dalam catatannya tentang kerkristenan yang mengindonesia, RMSdiidentikkan dengan komunitas Kristen oleh pemerintah atau komunitas lain, belum dilihat sebagaipersoalan teologi. Pada hal ini merupakan bagian perjalanan gereja dan keumatan yangmemilikipengaruh dan berdampak sosial-politik di Maluku. Menjadi kohesi sosial di jemaat-jemaat, danmengalami kerasan identitas yang dikonstruksi politik negara, ini bisa mengakibatkan provokasikonflik laten. Nyantri bersama John Titaley: Menakar Teks, Menilai Sejarah dan MembangunKemanusiaan Bersama......197.

    160 John. Chr Ruhulessin, Mencari Cita Kemanusiaan Bersama: Pergulatanan Keambonan danKeindonesiaan,... 195-204.

  • 76

    Setelah situasi yang tidak menentu, pergunjingan yang tidak menemukan

    keputusan dengan bebagai kelompok, terutama Andi Azis di Makasar dan

    kurangnya dukungan dari basis daerah di Timur, walaupun upaya konsolidasi

    politik gencar dilakukan. Gerakan ini di prakarsai oleh tokoh-tokoh seperti Dr.

    Christiaan Robbert Steven Soumokil, Dr. Ir. Johannes Alvarez Manusama dan

    Johannes Hermanis Manuhutu, tidak membuahkan hasil. 161

    Pergunjingan politik yang terjadi di Makasar ternyata berpengaruh di Ambon.

    Ketika KNIL ingin kembali ke masyarakat, upaya pengambil alihan militer sebagai

    gerakan dilakukan oleh tokoh politik RMS. Upaya ini sangat penting untuk

    mendukung pergerakan RMS dengan memanfaatkan kebingungan yang terjadi pasca

    ketidakjelasan status KNIL di Makasar. Secara tiba-tiba RMS di proklamirkan di

    Ambon, pada tanggal 25 April 1950.162 Rupanya ini bukan menjadi solusi atas situasi

    anomali pasca penjajahan sampai kemerdekaan Indonesia bagi masyarakat Maluku.

    Pada tanggal 30 April 1950, pemerintah Indonesia mengirimkan Dr. Johannes

    Leimena dalam upaya misi damai, walaupun ternyata gagal. Sesudah gagalnya misi

    damai Leimena, pemerintah Indonesia berusaha menyelesaikan masalah Ambon

    dengan jalan damai dengan mencoba berhubungan dengan orang-orang yang

    berkuasa di Ambon.163

    Sikap GPM dalam menghadapi RMS ketika itu, GPM berhasil bersikap netral

    secara resmi di dalam proses tersebut. Walupun secara internal mengalami

    ketegangan atas peristiwa ini. Peristiwa ini berlangsung saat GPM mengalami situasi

    dan kehancuran ekonomi yang sangat parah. Pemberontakan RMS membuat

    161 Ibid, 205-208.162 Ibid, 210.163 Ibid, 231.

  • 77

    perjuangan GPM lebih sulit. Peristiwa RMS membuat permasalahan politik bagi

    GPM. RMS menyatakan membela hak-hak dan kedudukan umat Kristen dan Gereja.

    RMS didukung dan dipimpin oleh orang-orang Kristen. GPM berada dalam

    kegalauan, dalam pertimbangan nasionalisme Indonesia dan keberadaan badan-badan

    Kristen yang ada di Indonesia.164

    GPM tidak mendukung RMS, dan menyatakan sikap sebagai bagian dari

    Indonesia dan menyatakan ketidaksetujuannya. Ketua Sinode GPM saat itu, Pendeta

    Mataheru, mengatakan bahwa pemikiran untuk diproklamasikan RMS adalah sesuatu

    yang sangat bodoh. Hal ini diungkapkan pada sidang Sinode I, dua tahun setelah

    RMS.165

    Situasi ini menantang GPM untuk menunjukkan sikap tegasnya, karena

    keberadaan RMS juga berdampak pada kehidupan masyarakat dan kehidupan gereja

    di Maluku. Hal ini berhubungan dengan banyaknya warga GPM yang menjadi

    petinggi RMS. Para petinggi ini bahkan merasa bahwa mereka memiliki tangung

    jawab untuk melindungi hak-hak gereja dan orang Kristen di Maluku.166

    Meskipun demikian, GPM tidak melihat hal ini sebagai sebuah keuntungan

    bagi posisi gereja melainkan, justru menantang GPM untuk berani mengkritik atau

    bersikap tegas terhadap warga gereja yang tindakannya menimbulkan

    ketidaktenangan dalam hidup masyarakat. Sikap ini dinyatakan dengan tegas dalam

    164 Ibid, 237.165 Ibid,.166 Ibid,.

  • 78

    “Pesan Tobat” 167 yang ditandatangani oleh Pdt. P de Fretes dan Pdt. D

    Louhanapessy sebagai Ketua dan Skretaris Majelis Sinode GPM, tahun 1960.168

    3.3.4 GPM Dalam Konteks Relasi Islam dan Kristen

    Salah satu aspek penting untuk membantu upaya pemetaan terhadap terhadap

    konteks GPM dalam dinamika sosial di Maluku adalah relasi Islam dan Kristen

    dalam sejarah. Ia mencakup bagaimana perjumpaan keduanya dengan

    masyarakat di Maluku sejak pertama kali berjumpa (abad ke-13 dan abad ke-16)

    hingga perkembangan kontemporer.169 Diakui bahwa proses itu telah

    menghasilkan pengetahuan historis yang turut mempengaruhi penciptaan kesan dan

    persepsi satu terhadap yang lain.

    Perjumpaan antar agama (Islam dan Kristen) di Maluku sangat sarat dengan

    kepentingan politik, ekonomi, dominasi budaya, dan hegemoni kuasa dari

    pendatang (pengabar Islam dan Kristen) dengan masyarakat setempat. Konteks

    perjumpaan keduanya berlangsung sejak abad ke-16 sejak kekuasaan Islam

    berhadapan dengan kepentingan Portugis dan Belanda di Maluku.170

    Orang-orang Kristen di Ambon dan Lease telah menujukan kesetiaannya kepada

    agama baru. Pada tahun 1557, masa krisis ketika kapal-kapal angkatan laut sultan

    Ternate datang ke Ambon. Terjadi segmentasi penduduk antara kepentingan Ternate

    dan Portugis. Muncullah perang gerilya di daerah Leitimur dan Hitu, Haruku dan

    167 Baca lampiran pesan tobat GPM 1960.168 Elizabeth Marantika, dkk. Delapan Dekade GPM Menanam, Menyiram, Bertumbuh dan

    Bebuah: Teologi GPM dalam Praksis Bangsa dan Bermasyarakat(Salatiga: Universitas Satya WacanaPres, 2015), 40.

    169 Th. van den End, Ragi Carita Sejarah Gereja di Indonesia 1,…Ibid, 20.170 Ibid, 32.

  • 79

    Saparua. Pertempuran ini saling memberangus dengan kepentingan hegemoni dan

    penundukan.171

    Konflik makin menguat ketika kekuasaan VOC di tahun 1605 melakukan

    Protestantisasi secara intensif terhadap penduduk yang beragama Katolik, yang

    diikuti pengkristenan penduduk lain di pulau Ambon serta bagian-bagian lain di

    Maluku. VOC dengan kebijakan strategi perang menguasai jalur perdagangan

    rempah-rempah serta posisi-posisi Bandar dan perkebunan cengkeh dan pala yang

    pada waktu itu cukup penting dalam jalur perdagangan di wilayah Maluku–

    teristimewa jalur menuju ke Ternate dan sekitarnya–yaitu, Banda, Hitu di pulau

    Ambon dan Huamoal di Seram Barat.172

    Ketegangan yang mengeras makin nampak eksplisit ketika pedagang Belanda,

    memanfaatkan para penduduk setempat yang telah dikristenkan–menempuh

    kebijakan monopoli tidak saja pembelian, tetapi juga mengarah ke pemilikan kebun

    cengkeh dan pala dengan menggunakan hongitochten sebagai mekanismenya.

    Terlihat dalam konflik antara Hitu dan VOC (1634-1646) yang berakibat

    banyak pemimpin Hitu dibuang ke Leitimor (Hatukau/Batumerah). Terjadi

    pemisahan antara anak dari orang tua, istri dari suami. Mereka yang berdiam di

    gunung (Kapahaha) dikejar dan dibunuh. Sisanya diturunkan dari sana untuk

    menetap di pesisir agar mudah dikontrol dan diperintah secara langsung oleh VOC

    dari ‘New Victoria’.173

    171 Ibid, 60-61.172 Ibid, 65.173 Jack Mauputty dan Daniel Wattimanela, Potret Retaknya Nusantara: Studi Konflik Di

    Indonesia, edited: Lambang Trijono, M, dkk. (Center for Security and Peace Studies UniversitasGadjah Mada: Yogyakarta 2004), 88.

  • 80

    Konflik dengan Hoamual (hegemoni Islam) di Seram Barat (1620-1655).

    Perang ini melibatkan semua kekuatan Islam yang merata tersebar di Seram Timur,

    Buano, Manipa, Buru. Untuk menghabisi kekuatan Islam di sini, VOC melakukan

    pengosongan seluruh Jazirah (sekitar 12.000 orang). Mereka kemudian dipindahkan

    ke daerah-daerah/pulau yang berpenduduk Kristen agar mudah diawasi.Peperangan

    ini secara relatif telah menghancurkan seluruh peradaban Islam yang telah

    berkembang sebelumnya.174

    Jika ditelusuri ingatan historis itu dalam bentuk sejarah lisan masyarakat

    Leihitu dan Hoamual (serta persebarannya di seluruh Maluku Tenagah), nampak

    sebuah kenangan pahit yang begitu mendalam. Kebencian yang muncul tidak saja

    terhadap VOC, tetapi lebih jauh mereka sebenarnya merasa dihancurkan oleh para

    pendayung kora-kora yang juga sekaligus berfungsi sebagai ‘tentara’. 175

    Di tangan merekalah, perkebunan cengkeh yang besar di Hoamual, serta

    masyarakat yang berkembang maju di Hitu, dihancurkan. Ingatan mereka terhadap

    sejarah Kerajaan Iha di Saparua, Hoamual di Seram Barat, dan Bandar Dagang Hitu

    adalah sekaligus ingatan tentang kepedihan mengalami penghancuran oleh penduduk

    (Kristen dan alifuru) Leitimor, Uliase dan Seram. VOC yang dibantu penduduk

    Leitimor/Uliaser berhasil mengakhiri kekuatan dagang dan politik Islam di Maluku

    dengan bayaran yang sangat mahal. Masyarakat Islam tercabik-cabik dari akar

    kulturalnya. Akibat konflik itu adalah terjadinya keretakan yang sungguh parah

    hubungan Islam dan Kristen di Maluku Tenagah.176

    174 Ibid, 89.175 Ibid,.176 Ibid,.

  • 81

    Sisa-sisa “malapetaka” pada masa kolonialisme masih kuat terlihat dengan

    posisi negeri/negroij (atau desa) yang berselang-seling Islam dan Kristen. Pemetaan

    ini seringkali mengecoh ketika dianggap seolah-olah hubungan Islam dan Kristen

    begitu apik tertata di Maluku karena mereka seolah-olah dapat hidup

    berdampingan tanpa adanya potensi konflik yang bernuansa sentimen yang peyoratif,

    Islam dan Kristen.177

    Dengan posisi semacam itu, gerakan masyarakat Islam yang bertujuan

    mengganggu kemapanan kekuasaan VOC akan mudah diawasi dan ditumpas. Satu

    hal yang juga penting adalah, pengaturan tersebut telah mengakibatkan kekuatan

    Islam yang merentang ke seluruh Jazirah Leihitu perlahan-lahan digerogoti dengan

    mengontrol mereka dari negeri-negeri sekitar yang telah dikristenkan.

    Secara ekonomis, politis, budaya, baik Islam maupun Kristen mengalami

    keterpurukan yang sangat dalam. Makna dari politik Devide et Impera begitu nyata

    dipraktikkan di sini. Ia mampu meruntuhkan ekspektasi orang Maluku tentang Baileo

    yang mempertemukan perbedaan dan mempersatukan.178

    Di era Soeharto, persetujuannya atas pembentukan Ikatan Cendikiawan

    Muslim Indonesia (ICMI) yang mewadahi para sarjana dan intelektual Islam, pada

    Desember 1990 mampu melakukan mobolisasi, kampus, birokrasi pemerintahan,

    lembaga suadaya masyarakat (LSM) dan dunia pengusaha.179 Usaha ini memiliki

    dampak yang sangat siknifikan di Indonesia, terkhusus Maluku.

    177 Ibid,.178 Ibid, 90.179 Richard M Daulay, Agama dan Politik di Indoensia: Umat Kristen di Tenagah Kebangkitan

    Islam, (BPK Gunung Mulia: Jakarta, 2015), 142-143.

  • 82

    Konglomerasi politik Islam dari pada kekuatan intelektual, lebih banyak

    menunjukkan pergeseran itu. Merupakan rahasia kekuasaan bahwa untuk dapat

    menjadi pemimpin di masyarakat (pejabat daerah hingga birokrat) harus banyak

    berkecimpung dan menjadi bagian dari proses ICMI. Proses ini lebih menampilkan

    proses-proses kekuasaan.

    Munculnya wacana diskusi yang berpusat pada gagasan pembaharuan dan

    revitalisasi Islam yang makin menguat pada pertenagahan tahun 1990-an telah

    mempengaruhi proses politik lokal di Maluku. Salah satu yang kuat terasa adalah

    setting birokrasi menurut latar belakang agama. ICMI di Maluku merupakan

    bagian dari elite kekuasaan maupun tempat untuk membina elite kekuasaan yang

    baru.180

    Perhatian terhadap dinamika politik dan proses-proses kekuasaan yang

    terdapat di dalamnya turut menjadi isu yang hangat dibicarakan. Dalam beberapa

    diskusi yang pernah diselenggarakan di Ambon, alur pikir yang dikemukakan adalah

    juga mengenai dominasi orang-orang Kristen dalam birokrasi dan lembaga-lembaga

    pendidikan di Maluku. Hal ini dianggap karena alasan historis; pada masa

    kolonialisme kelompok ini yang lebih dulu disiapkan karena faktor kesamaan

    agama, yang sekaligus diartikan sebagai kesamaan kepentingan.181

    Untuk itu maka dilakukan gagasan perimbangan yang lebih banyak sebagai jalan

    keluar mengatasi kondisi Islam yang marjinal secara kuantitatif, bukan kualitatif. Hal

    180 Jack Mauputty dan Daniel Wattimanela, Potret Retaknya Nusantara: Studi Konflik DiIndonesia, edited: Lambang Trijono, M, dkk....105

    181 Ibid,.

  • 83

    itu dipengaruhi pemikiran bahwa Islam harus mengejar ketertinggalannya dalam

    proses kekuasaan karena secara kuantitatif mereka dominan.182

    3.4 Corak Warisan Ajaran GPM

    Bagian ini tidak mengkaji sisi kedalaman sebuah teologi. Berdasarkan

    perkembangan sejarah gereja, pemikiran Calvin yang dibawa masuk oleh Belanda

    dengan kepentingan kolonial perlu dibingkai ulang untuk melihat maksud dan tujuan

    sebuah pemahaman baru. Selanjutnya, perubahan bisa dimengerti dengan perjalanan

    waktu dan peristiwa sebagai fase-fase perubahan yang turut mempengaruhi cara

    berpikir. Bagaimana paham-paham tersebut beradaptasi, menjadi pemikiran corak

    teologi dan penghayatan atas peristiwa berkaitan dengan hakekat dan kehadiran

    gereja.

    3.4.1 Perkembangan dan Pengaruh Corak pemikiran Calvinis dalamOrganisasi serta perlayanan di GPM

    Perhelatan sejarah panjang GPM tentunya tidak dimulai dengan satu basis

    teologi yang benar-benar mandiri. Bisa diikuti dari sejarah kedatangan gereja Barat.

    Belanda hanya berkepentingan mengatur masyarakat untuk tujuan ekonomi-politik.

    Hubungan peristiwa gereja dengan kebijakan Hindia-Belanda secara dikotomis tidak

    memiliki dampak kontributif bagi pertumbuhan teologi dan kehidupan gereja. Gereja

    dikontrol untuk melanggengkan kekuasaan.

    Orang-orang Barat, Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda merupakan sama-

    sama orang Kristen, tetapi masing-masing memberi pengaruh berbeda dari sisi

    agama, walaupun semuanya memiliki kepentingan yang satu, datang sebagai

    182 Ibid,.

  • 84

    imperialis.183 Protestan adalah penganut paham Reformasi Luther dan Calvinis

    menjadi bagian dari sikap kemerdekaan dari gereja Katolik. Secara khusus, GPM

    dalam tata gereja, BAB III Tentang Pengakuan Iman Gereja, pasal 7 yang

    menjelaskan tentang Pengakuan Iman GPM, dalam ayat 3 menyatakan, sebagai

    berikut:

    Sebagai Gereja Bagian Mandiri dari Gereja Protestan Indonesia(GPI) yang berlatar belakang Calvinis, GPM menerimapemahaman iman GPI.184

    Protestantisme yang masuk ke Indonesia dan mendapat tempat dalam posisi

    GPM sebagaimana pokok tata gereja. GPM merupakan bagian gereja yang

    bertumbuh dalam tradisi Calvinis. Calvinisme sendiri merupakan ajaran tentang

    suatu iman setelah ada perjuangan besar dalam bidang politik dan budaya abad ke-16

    dan ke-17 yang dilakukan di negara-negara seperti Belanda, Inggris dan Prancis.185

    Kembali kepada pertanyaan apa itu Calvin? Hal ini penting untuk melihat pada

    pokok isi dan pengertiannya.

    Ajaran Calvin merupakan buah pemikiran Johannes Calvin di Jenewa. Seorang

    intelektual dari Perancis Utara sebagai kaum berpendidikan dengan latar belakang

    ilmu hukum (di Orleans 1528-1529, kemudian di Bourges 1529-1531), pendidikan

    teologinya menganut tradisi abad pertenagahan.186

    Istilah kata Calvinis merupakan kata sifat yang dipakai oleh orang-orang

    Lutheran sebagai nama ejekan untuk orang-orang Reformed (termasuk orang-orang

    Luther yang menganut Calvinis). Sering kali digunakan sebagai konotasi negatif

    183 Th. van den End, Ragi Carita Sejarah Gereja di Indonesia 1..24-25.184 Tata Gereja Protestan Maluku, tahun 2017.185 Max Weber, Etika Protestantisme dan Spirit Kapitalisme, terj. TW Utomo dan Yusuf Priya

    Sudiarja, (Pustaka Pelajar Offset: Yogyakarta, 2006), 85.186 Christiaan de Jonge, Apa Itu Calvinis? (BPK Gunung Mulia: Jakarta, 2011), 8.

  • 85

    untuk orang-orang yang dianggap terlampau setia kepada ajaran Calvin.187

    Keterangan semacam ini mungkin saja bagian dari dinamika eksklusifisme ajaran-

    ajaran yang muncul saaat itu, termasuk klaim Luther dan Calvin.

    Calvin seumur hidupnya menaruh perhatian pada perkembangan Reformasi di

    tanah airnya, Perancis. Sejak awal tahun 40-an abad 16 Reformasi di Perancis

    langsung dipengaruhi oleh Calvins di Jenewa. Banyak surat-surat pengkhotbah dan

    kiriman buku, ia mencoba untuk memberi semangat kepada gereja yang dianiaya.

    Jemaat-jemaat kaum “Hugenot” (nama ejekan untuk kaum Protestan). Walaupun

    raja-raja Perancis mencoba untuk membasmi Reformasi, kaum Protestan didukung

    oleh anggota kaum bangsawan yang berpengaruh.188 Sejarah gereja di Perancis

    adalah sejarah penganiayaan, sehingga banyak orang Protestan yang melarikan diri

    ke Belanda, Inggris, dan Jerman.

    Setelah sejarah panjang di Perancis, pengaruh Calvin di Belanda pada tahun

    40-an abad ke-16 mulai bertumbuh di bagian selatan berbatasan dengan Perancis,

    jemaat-jemaat inilah yang meletakan dasar gereja Protestan di Belanda. Pengaruh

    ajaran Calvin berjalan seiring dengan dinamika sosial-politik kekuasaan Gereja

    Katolik Roma dan Spanyol.189 Rangkaian pemberontakan terjadi sebagai respons

    kekuasaan-kekuasan di tanah Belanda, berjalan bersamaan dengan kemerdekaan

    Negeri Belanda.

    Sejarah Gereja reformasi di Belanda secara erat berkaitan dengan Belanda,

    bukan berarti gereja ini menjadi gereja negara. Gereja menerima dukungan negara,

    tetapi tidak mau diatur oleh negara. Dukungan itu dalam hal material. Dukungan itu

    187 Ibid, 11.188 Ibid, 12.189 Ibid,.

  • 86

    diatur dalam berdasarkan pasal 36 pengauan Iman Belanda yang mengajarkan sesuai

    pemahaman Calvin, menyatakan sebagai berikut:

    Bahwa pemerintah mendukung ibadah yang benar, pemerintahmembiayai gereja. Pegawai-pegawai negeri wajib menjadianggota gereja Gereformed.190

    Setelah Belanda merdeka 1813, Raja Willem I mulai mereorganisasi Gereja

    Hervomd. Pada Tahun 1816 ditetapkan “Peraturan Umum” untuk gereja. Tata gereja

    disusun oleh pemerintah, bukan gereja sendiri, tetapi tidak menentukan pengakuan

    umum gereja, secara formal dipertahankan.191 Bersamaan gereja menerima

    masuknya pemahaman liberal. Pada tahun 1848, kerajaan Belanda menjadi kerajaan

    konstitusional dengan undang-undang liberal (politik). Peran raja diperkecil dan

    pemerintah menjadi netral di bidang agama, sehingga gereja medapat kembali

    mengatur diri sendiri.192

    Berikut, perlu diidentifikasi corak perkembangan Calvin macam apa yang

    berkembang dalam proses dinamika yang hampir mirip-sama dengan dinamika

    gereja di Belanda, dalam situasi politik.

    1. Dinamika Eropa Barat Dalam Warisan VOC-Hindia Belanda di Indonesia.

    Klaim corak Calvinisme sebagai ajaran/aliran gereja merupakan dampak dari

    sebab perubahan sosial-politik masyarakat Eropa Barat. Bersamaan dengan revolusi

    industri dan revolusi Perancis, terkhusus di negeri Belanda membawa pengaruh ke

    Indonesia.

    Sejarah Calvinisme di Indonesia mulai ketika orang-orang Belanda datang

    pada tahun 1596, mendarat di Banten bersamaan dengan kepentingan dagang pada

    190 Ibid, 25.191 Ibid, 26.192 Ibid, 27.

  • 87

    zaman VOC. Setelah Portugis diusir, Belanda mulai mulai mendirikan pusat

    pemerintahan di Ambon 1605.193

    VOC memiliki hak untuk bertindak sebagai pemerintah, menyiratkan

    pemahaman Calvinis yang tercantum sebagaimana dalam pasal 36 Pengakuan Iman

    Belanda,194 wajib dilakukan oleh pemerinta Kristen: melindungi gereja dan

    memajukan agama yang benar, yaitu agama Gereformeerd.195

    Gereja Gereformeed di Indoensia, sebagai anak gereja Belanda mencerminkan

    dalam ajaran dan kehidupan gereja Belanda. Naskah-naskah pengakuan yang berlaku

    di Belanda, juga berlaku di Indonesia, yaitu Pengakuan Iman Belanda, pasal-pasal

    Dordrecht dan Katekismus Heidelberg. Tata Ibadah, Khotbah ketekismus, bahkan

    sampai jam ibadah kebaktian pun sama.196

    Tata Gereja yang digunakan juga sama dengan yang dipakai di Belanda, yaitu

    tata gereja presbiter-sonode yang terakhir pada Sinode di Dordrecth (1618-1619).

    Dengan alasan kondisi geografis dan keadaan politik, tata gereja tidak sepenuhnya

    digunakan. Numun demikian, dalam prakteknya majelis gereja Batavia bertindak

    sebagai pemimpin untuk gereja, melakukan fungsi administratif dengan gereja induk

    dibawah pengawasan VOC.197

    Perlu diingat bahwa struktur tata gereja dalam perkembangan, gereja pertama

    yang mengatur diri menurut tata gereja yang di susun oleh Calvin adalah gereja di

    tanah airnya, Perancis. Tata gereja ini meletakkan dasar pada gereja Presbiterial-

    193 Ibid, 30-31.194 Secara lengkap akang dilampirkan berdasarkan uraian pengakuan iman Gereja Belanda,

    berdasarkan catatan Th van den End.195 Ibid,.196 Ibid,32.197 Ibid,.

  • 88

    Sinodal.198 Amanat ini terwujud dalam pengakuan Iman Gereja Belanda, pada pasal

    30 dan pasal 31, tentang pemerintahan gereja oleh jabatan gerejawi dan para Pelayan,

    Penatuan dan Diaken.199 Organisasi pada prinsipnya didasarkan pada prinsip bahwa

    semua jemaat dan jabatan mempunyai status yang sama, sehingga tidak ada hirarkis,

    susunan pangkat, seperti gereja Katolik Roma (sistem episkopal-keuskupan).

    Jemaat-jemaat di satu wilayah dikumpulkan dalam satu collaque (sidang),

    kemudian di sebut classis (klas), sedangkan jemaat-jemaat di satu propinsi

    membentuk satu sinode untuk mengatur semua hal menyangkut gereja provinsi.

    Kalau memungkinkan satu tahun sekali diadakan sinode nasional yang mengatur hal-

    hal bersifat umum.200 Tata gereja ini mencari jalan tenagah antara gereja kesatuan,

    yang mengutamakan keseragaman semua jemaat dalam hal menurut apa yang

    ditetapkan oleh pimpinan tertinggi dalam gereja (sinode-bentuk

    kongregasionalisme).201 Demi keseragaman itu, untuk menjawab tata gereja dan

    pengakuan iman, jemaat-jemaat setempat menyerahkan kebebasan kepada sidang-

    sidang atas wakil-wakil jemaat dalam pengambilan keputusan.

    Perubahan-perubahan tata gereja dipengaruhi dengan dinamika sosial, yang

    berpengaruh pada relasi negara dengan agama. Revolusi Perancis dalam dinamika

    sistem pemerintahan monarki, tidak hanya mempengaruhi Belanda, tetapi juga

    mempengaruhi gereja Belanda, dalam unsur-unsur hukum liberal pada satu

    masyarakat.

    198 Ibid, 116.199 Th van den End, Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, (BPK Gunung Mulia: Jakarta,

    2001), 46.200 Christiaan de Jonge, Apa Itu Calvinis?...116.201 Ibid,.

  • 89

    Kembali ke konsep “Reformasi”, istilah ini memiliki unsur-unsur dalam

    definisi memiliki keterkaitan dengan Lutheranisme dan Calvinisme. Dalam artian

    “Reformasi Protestan”. Istilah ini digunakan juga sebagai “Reformasi Magisterial”

    sebagai hubungan gereja-gereja Lutheran dan Calvin.202

    Argumentasi reformasi melihat para penguasa sebagai sebagai pihak yang tidak

    mempunyai hak apa pun di dalam gereja. Sebaliknya, tokoh reformator

    berargumentasi dalam arti tertentu—gereja berada dibawah pemerintahan badan-

    badan sekular.203 Katolik