repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/6223/6/13 BAB II.docx · Web view1)...
Transcript of repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/6223/6/13 BAB II.docx · Web view1)...
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Problem Possing
1. Pengertian model pembelajaran problem possing
Problem possing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan
peserta didik menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal
tersebut.1 Problem possing berasal dari bahasa inggris, yang terdiri dari kata
problem dan pose. Problem diartikan sebagai soal, masalah, atau persoalan
dan pose diartikan sebagai mengajukan (pengajuan). Istilah lain yang
digunakan untuk problem possing yaitu pembentukan soal, pembuatan soal,
dan pengajuan soal.2 Pembelajaran dengan problem possing adalah suatu
pembelajaran dengan cara peserta didik diminta untuk merumuskan,
membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situasi yang digunakan
dari situasi yang disediakan, situasi dapat berupa gambar, cerita, atau
1 I Wayan Guntara, I Nyoman Murda, and Ni Wayan Rati, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Matematika Di SD Negeri Kalibukbuk Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar , FIP Universitas Pendidikan Ganesha e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha’, 2014.
2 Sofiana Rahmiatun Hatmawati, Joni Rokhmat, and Kosim Kosim, ‘Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Dengan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016’, Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 2.1 (2017), 23
11
informasi lain yang berkaitan dengan materi pelajaran, dan selanjutnya peserta
didik sendiri yang harus mendesain cara penyelesaiannya.3
Model pembelajaran problem possing mulai dikembangkan ditahun
1998 oleh Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan pada mata pelajaran
matematika. Selanjutnya model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran
yang lain.4 Model pembelajaran problem possing dapat dikembangkan dengan
memberikan suatu masalah yang belum terpecahkan dan meminta peserta
didik untuk menyelesaikannya.
2. Tahapan-tahapan Kegiatan Model Pembelajaran Problem Posing
Tabel 2. Tahapan-tahapan Kegiatan Model Pembelajaran Problem Possing5
Kegiatan Pendidik Kegiatan Peserta DidikMenginformasikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar
Menginformasikan tentang kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran yang digunakan, dalam hal ini model pembelajaran problem possing
Mendengarkan dan memperhatikan informasi tentang tujuan pembelajaran
Mendengarkan dan memperhatikan informasi yang diberikan oleh pendidik
Pembagian kelompok peserta didikMembagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang
Memberikan sedikit penjelasan tentang materi yang akan dipelajari yaitu materi Pemanasan Global
Peserta didik membuat kelompok beranggotakan 5-6 orang
Memperhatikan penjelasan dari pendidik
Pemberian contoh pembuatan soal oleh pendidikMemberikan contoh pembuatan soal kepada siswa
Meminta peserta didik agar melakukan dan memperhatikan gambar dengan
Memperhatikan contoh pembuatan soal dari pendidik
Peserta didik melakukan dan memperhatikan gambar dengan cermat
3 Ibid,h. 234 I M Astra and M Jannah, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre-
Solution Posing Terhadap Hasil Belajar Fisika Dan Karakter Siswa SMA’, 8 (2012), 135–43.5 Hatmawati, Rokhmat, and Kosim. ‘Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing
Dengan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016’, Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 2.1 (2017), 2
12
cermat agar peserta didik dapat menemukan masalah yang akan diajukan dan juga dapat menjawabnya
Pembuatan Soal Oleh Peserta Didik Bersama KelompoknyaMeminta peserta didik berdiskusi bersama kelompoknya untuk membuat pertanyaan (pengajuan masalah)
Pendidik membimbing Peserta didik bersama kelompoknya untuk membuat pertanyaan
Peserta didik berdiskusi bersama kelompoknya untuk membuat pertanyaan (pengajuan masalah)
Peserta didik memperhatikan bimbingan dari pendidik
Penyelesaian soal oleh peserta didik bersama kelompoknyaPendidik meminta peserta didik berdiskusi bersama kelompoknya untuk menyelesaikan pertanyaan yang telah dibuatnya
pendidik membimbing peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang telah dibuatnya
Pendidik meminta peserta didik agar menyampaikan hasil diskusi bersama kelompoknya didepan kelas untuk ditanggapi dan dikritisi oleh kelompok lain
Meminta masing-masing kelompok peserta didik mempresentasikan dan mempertanggungjawabkan hasil diskusi kelompoknya
Pendidik memberikan penguatan dan penjelasan tentang hasil presentasi dari kelompok peserta didik
Pendidik membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk membuat kesimpulan berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
Peserta didik berdiskusi bersama kelompoknya untuk menyelesaikan pertanyaan yang telah dibuatnya
Peserta didik memperhatikan bimbingan dari pendidik
Peserta didik menyampaikan hasil diskusi yang dilakukan bersama kelompoknya di depan kelas
Peserta didik dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
Peserta didik memperhatikan penguatan dan penjelasan dari pendidik
Peserta didik bersama kelompoknya membuat kesimpulan
Adapun kelebihan dalam menggunakan model pembelajaran problem possing
adalah sebagai berikut :
1. Mendidik murid berfikir kritis
2. Peserta didik aktif dalam pembelajaran
13
3. Perbedaan pendapat antara peserta didik dapat diketahui sehingga mudah
dapat diarahkan pada diskusi yang sehat
4. Belajar menganalisis suatu masalah
5. Mendidik anak percaya pada diri sendiri.6
Berdasarkan pendapat para ahli, problem possing adalah bentuk model
pembelajaran yang menekankan pada pengajuan soal atau perumusan masalah oleh
peserta didik dan disertai jawaban dari permasalahan tersebut.
Keterlibatan peserta didik untuk turut belajar dengan cara menerapkan model
pembelajaran problem possing merupakan salah satu indikator keefektifan belajar.
Peserta didik tidak hanya menerima materi dari guru, melainkan siswa juga berusaha
menggali dan mengembangkan sendiri. Hasil belajar tidak hanya menghasilkan nilai
tetapi dapat meningkatan pengetahuan dan konsep fisika. Kemampuan siswa untuk
mengerjakan soal-soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model
pembelajaran problem possing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak
dengan jelas bila siswa mampu mengajukan soal-soal secara mandiri maupun
berkelompok. Kemampuan siswa untuk me-ngerjakan soal tersebut dapat dideteksi
lewat kemampuannya untuk menjelaskan penyelesaian soal latihan. Penerapan model
pembelajaran problem posing dapat melatih siswa belajar kreatif, disiplin, dan
meningkatkan konsep fisika.
Menurut Silver (1994) telah mengklasifikasikan problem posing seperti:
6 Elmisari Hasibuan,, “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Kognitif, “ (Universitas Pasir Pengaraian, 2016)’,
14
(1) Pre-Solution
Sebelum penyelesaian masalah, dimana beberapa masalah dihasilkan secara teliti dari
stimulus yang disajikan seperti sebuah gambar, kisah atau cerita, diagram, paparan
dan lain-lain.
(2) During (within-solution)
Selama penyelesaian masalah ketika siswa secara sengaja merubah suatu hasil dan
kondisi dari permasalahan.
(3) After Problem Posing (post-solution).
Setelah penyelesaian masalah, ketika pengalaman dari konteks penyelesaian masalah
diterapkan pada situasi yang baru.
Model pembelajaran problem posing dapat dikembangkan dengan memberikan
suatu masalah yang belum terpecahkan dan meminta siswa untuk menyelesaikannya
(Silver,1994) menjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat diaplikasikan dalam 3
bentuk aktivitas kognitif matematika yakni sebagai berikut:
(1) Problem Posing tipe Pre-Solution Posing
Siswa membuat pertanyaan dan jawaban berdasarkan pernyataan yang dibuat
oleh guru. Jadi, yang diketahui pada soal itu dibuat guru , sedangkan siswa membuat
pertanyaan dan jawabannya sendiri.
(2) Problem Posing tipe Within Solution Posing
Siswa memecahkan pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan
yang relevan dengan pertanyaan guru.
15
(3) Problem Posing tipe Post Solution Posing
Siswa membuat soal yang sejenis dan menantang seperti yang dicontohkan oleh
guru. Jika guru dan siswa siap maka siswa dapat diminta untuk mengajukan soal yang
menantang dan variatif pada pokok bahasan yang diterangkan guru. Siswa harus bisa
menemukan jawabannya. Tetapi ingat, jika siswa gagal menemukan jawabannya
maka guru merupakan narasumber utama bagi siswanya, sehingga guru harus benar-
benar menguasai materi.
Problem posing tipe pre-solution posing merupakan salah satu model
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Model pembelajaran ini mewajibkan siswa membuat pertanyaan dan
jawaban sendiri berdasarkan soal yang diberikan guru. 7
B. Kemampuan Berpikir Kreatif
Secara umum berpikir merupakan suatu proses kognitif, suatu aktifitas mental
untuk memperoleh pengetahuan. Proses berpikir dihubungkan dengan pola prilaku
yang lain dan memerlukan keterlibatan aktif pemikir melalui hubungan kompleks
yang dikembangkan melalui kegiatan berpikir.8
1. Pengertian kemampuan berpikir kreatif
Berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan dari pikiran yang dilatih
dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan
7 I M Astra and M Jannah, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre-Solution Posing Terhadap Hasil Belajar Fisika Dan Karakter Siswa SMA’, 8 (2012), 136.
8 Yulvinamaesari, dkk. “Analisis Kemampuan Berfikir Kreatif Mahasiswa Fisika Ditinjau Dari Perbedaan Multipple Inteleggence.” (Jurnal Dinamika, 2017)
16
kemungkinan-kemungkinan baru, membuat sudut pandang yang menakjubkan
dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.9
2. Indikator-Indikator Berpikir Kreatif
Munandar mengemukakan bahwa terdapat empat komponen kemampuan
berpikir kreatif, yaitu :
1. Fluency (Berpikir lancar) yaitu ketika peserta didik mampu
menjawab pertanyaan dengan memikirkan suatu cara untuk
menyelesaikan permasalahan dengan cepat.
2. Flexibility (Berpikir luwes) yaitu ketika peserta didik mampu
menyelesaikan dari berbagai sudut pandang serta memikirkan
lebih dari satu ide untuk menyelesaikan masalah tersebut.
3. Orisinalitas (Berpikir orisinil) yaitu ketika peserta didik mampu
memikirkan gagasan untuk suatu masalah.
4. Elaborasi (Berpikir merinci) yaitu ketika peserta didik mampu
menjabarkan sebuah hal sederhana menjadi definisi yang lebih
luas.10
Tabel 3. Indikator Berpikir Kreatif Peserta Didik11
No.
Aspek kemampuan berpikir kreatif
Indikator kemampuan berpikir kreatif
1. Berpikir lancar(fluency)
1. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, dan penyelesaian masalah.
2. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.
3. Memberikan lebih dari satu jawaban.2. Berpikir luwes 1. Menghasilkan jawaban, gagasan atau
9 Jayanti Putri Purwaningrum, ‘Kreatif Matematis Melalui Discovery Learning’, 149.10 Utami Munadar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (jakarta: Rineka Cipta,
2009).Cet, III, h.1011 Ibid
17
(fleksibility) pertanyaan yang bervariasi.2. Dapat melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda.3. Mencari banyak alternatif atau arah yang
berbeda-beda.4. Mampu mengubah cara pendekatan atas
pemikiran.3. Berpikir orisinil
(originality)1. Mampu melahirkan ungkapan yang baku dan
unik.2. Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk
mengungkapkan diri.3. Mampu membuat kombinasi yang tak lazim
dari bagian-bagian atau unsur-unsur.4. Berpikir elaborasi
(elaboration)1. Mampu memperkaya atau mengembangkan
suatu produk atau gagasan.2. Menambahkan atau memperinci detail-detail
dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
3. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif
Biasa nya anak yang kreatif memiliki ciri-ciri selalu ingin tahu, percaya
diri, mandiri, berani mengambil resiko tetapi dengan perhitungan spontanitas,
kepetualangan yang luar biasa sering tampak pada orang kreatif. Mempunyai
rasa humor yang tinggi, dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang,
memiliki kemampuan bermain dengan ide, konsep, atau kemungkinan-
kemungkinan yang dihayalkan, mempunyai keterampilan anallitis yang kuat,
mampu membaca tata letak, pandai bersosialisasi. Selain itu anak kreatif
memiliki karakteristik negatif merupakan dapat mendominasi diskusi, suka
ribut, menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu, melanggar aturan,
keras kepala, menarik diri, egosentris, kurang sopan dan tidak sabar untuk
maju ketingkat selanjutnya.12
12 Hamzah & Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), Cet. II, h. 9-10
18
C. Pemanasan Global
1. Efek Rumah Kaca
Di atmosfer Bumi terdapat banyak gas-gas rumah kaca alami. Siklus air,
karbon dioksida (CO2), dan metana adalah beberapa bagian penting yang ada
di dalamnya. Tanpa adanya gas-gas rumah kaca tersebut, kehidupan di Bumi
tidak akan terjadi. Seperti halnya planet Mars, Bumi juga akan menjadi sangat
dingin apabila tidak terdapat gasgas rumah kaca di atmosfernya. Sebaliknya,
jika jumlah gas-gas rumah kaca terus bertambah di atmosfer, maka suhu Bumi
akan terus meningkat. Coba pikirkan, manakah yang akan kamu pilih?
Meskipun CO2, siklus air, dan gas-gas rumah kaca lainnya di atmosfer adalah
transparan untuk radiasi cahaya Matahari, namun gas-gas tersebut masih
mampu menangkap dan menyerap radiasi cahaya yang memancar ke Bumi
dalam jumlah banyak. Radiasi yang terserap sebagian juga akan direfleksikan
kembali oleh Bumi. Pada keadaan normal, jumlah radiasi panas yang diserap
dengan yang direfleksikan kembali sama. Saat ini semakin tingginya polusi
udara menyebabkan efek rumah kaca berubah. Sering kita dengarkan istilah
efek rumah kaca, sebenarnya apakah efek rumah kaca tersebut? Efek rumah
kaca adalah proses pemanasan alami yang terjadi ketika gas-gas rumah kaca
di atmosfer Bumi memerangkap radiasi panas Prosesnya, yaitu ketika radiasi
sinar Matahari mengenai permukaan Bumi, maka akan menyebabkan Bumi
menjadi panas. Radiasi panas Bumi akan dipancarkan lagi ke atmosfer. Panas
yang kembali dipantulkan oleh Bumi terhalang oleh polutan udara sehingga
terperangkap dan dipantulkan kembali ke Bumi. Proses ini akan menahan
19
beberapa panas yang terperangkap kemudian menyebabkan suhu Bumi
meningkat. Akibatnya, Bumi tetap menjadi hangat dan suhunya semakin
meningkat.
Gas rumah kaca tersebut membiarkan cahaya Matahari masuk ke dalam Bumi,
akan tetapi gas tersebut memantulkannya kembali ke permukaan Bumi.
Dengan demikian, kondisi di Bumi tetap hangat. Seperti halnya rumah yang
dindingdindingnya terbuat dari kaca. Sebagai gambarannya, lihatlah Gambar 1
berikut ini.
Sumber: https://truthmove.orgGambar 1. The Greenhouse effect (Efek dri rumah kaca)
Radiasi Matahari melewati atmosfer yang jelas Kebanyakan radiasi yang
diserap oleh permukaan Bumi dan menghangatkan Radiasi inframerah
dipancarkan dari permukaan Bumi Beberapa radiasi inframerah melewati
atmosfer, dan beberapa diserap dan dipancarkan kembali ke semua arah oleh
molekul gas rumah kaca. Efek dari ini adalah untuk menghangatkan
20
permukaan Bumi dan atmosfer yang lebih rendah. Beberapa radiasi Matahari
tercermin dari Bumi dan atmosfer.
Para ilmuwan telah mempelajari efek rumah kaca sejak tahun 1824. Joseph
Fourier menyatakan bahwa Bumi akan jauh lebih dingin jika tidak memiliki
atmosfer. Adanya gas-gas rumah kaca inilah yang membuat iklim Bumi layak
huni. Tanpa adanya efek rumah kaca, permukaan Bumi akan berubah sekitar
60 oF atau 15,6 oC lebih dingin.
2. Pengertian Pemanasan Global
Aktivitas manusia selalu menghasilkan berbagai zat sisa buangan yang
salah satunya berupa gas. Sebagian besar orang berpikir bahwa atmosfer dapat
menyerap gas-gas buangan tersebut secara tidak terbatas dan tidak
menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan.
Pemanasan global adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
peningkatan suhu rata-rata atmosfer Bumi dan lautan secara bertahap, serta
sebuah perubahan yang diyakini secara permanen mengubah iklim Bumi.
Akan tetapi, saat ini diketahui bahwa banyaknya gas-gas buangan tersebut
dapat menyebabkan perubahan mendasar di atmosfer dan juga kondisi
kehidupan di Bumi.
Berbagai aktivitas manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil, penebangan
dan pembakaran hutan untuk pengalihfungsian menjadi lahan pertanian,
pemukiman dan industri akan menyumbangkan CO2 ke atmosfer dalam
jumlah yang banyak. Lebih dari beberapa periode, CO2 di atmosfer meningkat
sekitar 20%. Meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca seperi CO2 akan
21
memengaruhi kadar panas di Bumi. Banyak dari radiasi Matahari yang
menyinari permukaan Bumi, kemudian direfleksikan kembali ke angkasa.
Meningkatnya kadar CO2 di atmosfer selama 150 tahun terakhir membuat para
ilmuwan prihatin karena hal tersebut berkaitan erat dengan meningkatnya
suhu global. Lebih dari satu abad, ilmuwan telah mempelajari bagaimana gas-
gas rumah kaca menghangatkan Bumi dan bagaimana pembakaran bahan
bakar fosil berkontribusi terhadap pemanasan suhu Bumi.
Sumber: https://segitiga8.files. wordpress.comGambar 2. Ilustrasi pemanasan global
Sebagian besar ilmuwan meyakini bahwa pemanasan global telah dimulai dan
akan meningkat cepat di abad ini. Lebih dari 100 tahun yang lalu, temperatur
rata-rata suhu di permukaan Bumi meningkat sekitar 0,6 oC. Peningkatan
temperatur inilah yang disebut dengan pemanasan global. Pemanasan global
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan peningkatan suhu rata-
rata atmosfer Bumi dan lautan secara bertahap, serta sebuah perubahan yang
diyakini secara permanen mengubah iklim Bumi.
22
3. Penyebab Pemanasan Global
Segala bentuk aktivitas manusia selalu berdampak bagi lingkungan,
baik itu membawa dampak positif ataupun dampak negatif. Begitu pula
dengan kondisi atmosfer Bumi saat ini yang mengalami perubahan akibat
aktivitas manusia. Pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan dapat
meningkatkan kadar CO2 di atmosfer. Dikarenakan CO2 adalah salah satu gas
rumah kaca, maka meningkatnya kadar CO2 di atmosfer akan berkontribusi
terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu, setiap tahun kadar CO2 di
atmosfer terus menerus meningkat.
Sumber:Gambar 3. Penyebab terjadinya pemanasan global
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pemanasan global di
antaranya, adalah sebagai berikut:
23
1) Emisi CO2 yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil sebagai
pembangkit tenaga listrik.
2) Emisi CO2 yang berasal dari pembakaran gasoline sebagai bahan bakar alat
transportasi.
3) Emisi metana dari hewan, lahan pertanian, dan dari dasar laut Arktik.
4) Deforestation (penebangan liar) yang disertai dengan pembakaran lahan
hutan.
5) Penggunaan chlorofluorocarbons (CFCs) dalam refrigator (pendingin).
6) Meningkatnya penggunaan pupuk kimia dalam pertanian.
4. Dampak Pemanasan Global
Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa aktivitas manusia telah
mengubah kealamian dari gas rumah kaca di atmosfer. Konsekuensi dari
perubahan gas rumah kaca di atmosfer sulit diprediksi, tetapi beberapa
dampak yang telah nampak, yaitu sebagai berikut:
1) Temperatur Bumi menjadi semakin tinggi, di beberapa wilayah mungkin
temperaturnya menjadi lebih tinggi dan di wilayah lainnya mungkin tidak.
2) Tingginya temperatur Bumi dapat menyebabkan lebih banyak penguapan
dan curah hujan secara keseluruhan, tetapi masingmasing wilayah akan
bervariasi, beberapa menjadi basah dan bagian lainnya kering.
3) Mencairnya glasier yang menyebabkan kadar air laut meningkat. Begitu
pula dengan daratan pantai yang landai, lama kelamaan akan mengalami
peningkatan akibat penggenangan air.
24
4) Hilangnya terumbu karang. Sebuah laporan tentang terumbu karang yang
dinyatakan bahwa dalam kondisi terburuk, populasi karang akan hilang
pada tahun 2100 karena meningkatnya suhu dan pengasaman laut.
Sebagaimana diketahui bahwa banyak spesies lain yang hidupnya
bergantung pada terumbu karang.
5) Kepunahan spesies yang semakin meluas. Menurut penelitian yang
dipublikasikan dalam majalah Nature, peningkatan suhu dapat
menyebabkan kepunahan lebih dari satu juta spesies. Sampai saat ini
hilangnya spesies semakin meluas dan daftar spesies yang terancam
punah terus berkembang dan bertambah.
6) Kegagalan panen besar-besaran. Menurut penelitian terbaru, terdapat 90%
kemungkinan bahwa 3 miliar orang di seluruh dunia harus memilih antara
pergi bersama keluarganya ke tempat yang beriklim baik atau kelaparan
akibat perubahan iklim dalam kurun waktu 100 tahun.
7) Penipisan lapisan ozon. Lapisan ozon adalah salah satu lapisan atmosfer
yang berada di dalam lapisan stratosfer, yaitu sekitar 17-25 km di atas
permukaan Bumi. Lapisan inilah yang melindungi Bumi dari bahaya
radiasi sinar ultra violet (UV).
5. Usaha-usaha Menanggulangi Pemanasan Global
Penyebab terbesar pemanasan global adalah karbon dioksida (CO2)
yang dilepaskan ketika bahan bakar fosil seperti minyak dan batu bara yang
dibakar untuk menghasilkan energi. Besarnya penggunaan bahan bakar fosil
untuk aktivitas manusia akan menyumbangkan peningkatan CO2 di udara.
25
Kerusakan lapisan ozon adalah salah satu contoh dampak dari aktivitas
manusia yang mengganggu keseimbangan ekosistem dan biosfer. Kondisi
tingginya gas polutan di udara menyebabkan terjadinya pemanasan global.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pemanasan
global, di antaranya sebagai berikut.
1) Menggunakan energi terbarukan dan mengurangi penggunaan batu bara,
gasoline, kayu, dan bahan bakar organik lainnya.
2) Meningkatkan efisiensi bahan bakar kendaraan.
3) Mengurangi deforestation.
4) Mengurangi penggunaan produk-produk yang mengandung
chlorofluorocarbons (CFCs) dengan menggunakan produk-produk yang
ramah lingkungan.
5) mendukung dan turut serta pada kegiatan penghijauan
D. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan model pembelajaran problem
posing dan berpikir kreatif peserta didik yaitu:
1. Penelitian ini yang dilakukan oleh Subagiya (2017) bahwa dari 240
pertanyaan yang diberikan oleh peserta didik, hanya 35% yang masuk
akal dan cukup masalah matematika. Dari 35% pertanyaan tersebut
menunjukkan bahwa 75% peserta didik ditingkat pemahaman
berdasarkan Bloom taksonomi. Dari 75% peserta didik yang merespon
tersebut menunjukkan bahwa mereka senang terhadap materi yang
26
menggunakan pendekatan problem possing matematika berbasis
komputer.13
2. Penelitian ini dilakukan oleh Muhammad Win Afgani, dkk (2016) bahwa
(1) peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang diajar
menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended
lebih baik daripada yang diajar dengan pembelajaran konvensional, (2)
peningkatan kemandirian belajar peserta didik yang diajar menggunakan
pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended lebih baik dari
pada yang diajar dengan pembelajaran konvensional, (3) tidak terdapat
interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika peserta didik terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kreatif peserta didik, dan (4) tidak terdapat interaksi antara pendekatan
pembelajaran dengan kemampuan awal matematika peserta didik
terhadap peningkatan kemandirian belajar peserta didik. Berdasarkan
temuan penelitian pendekatan Open-Ended dapat direkomendasikan
menjadi salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan di sekolah
utamanya untuk mencapai kompetensi berfikir kreatif dan kemandirian
belajar.14
3. Penelitian ini dilakukan oleh Suriyani, dkk (2015) adalah (1) Orientasi,
(2) Pembekalan materi, (3) Penyajian dan pengerjaan soal open ended, (4)
13 Muhammad Win Afgani, dkk. “ Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Problem Posing Berbasis Komputer Pada Siswa SMA Kelas X”. (Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung. 2016)
14 Suriyani, dkk. “Peningkatan Kemampuan Berfikir Kreatif dan Kemandirian Belajar Siswa MTs Negeri 2 Medan Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended”. (Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 2015)
27
Presentasi, (5) Kesimpulan. Kemampuan berfikir kreatif matematis
peserta didik meliputi: (a) fluency, kemampuan peserta didik lancar dalam
memberikan jawaban benar, (b) flexibility, kemampuan peserta didik
dalam menggunakan berbagai cara penyelesaian masalah, (c) novelty,
kemampuan peserta didik dalam memberikan jawaban yang baru dan
berbeda dengan peserta didik lain. Penelitian ini hasilnya, bahwa peserta
didik mempunyai kemampuan berfikir kreatif matematis.15
4. Penelitian ini dilakukan oleh Firdaus, dkk (2016) bahwa kemampuan
berpikir kreatif dan pemecahan masalah peserta didik setelah penerapan
model Project based learning lebih baik dari sebelum penerapan. Selain
itu, terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan
masalah peserta didik yang belajar melalui penerapan model project
based learning. Hubungan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan
masalah berada pada kategori cukup.16
5. Perbedaan dengan penelitian dari peneliti yaitu Kemampuan berpikir
kreatif matematis peserta didik meliputi: Aspek orisinil, lancar, luwes,
dan merinci.
E. Kerangka Berpikir15 Firdaus, dkk. “ Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Matematis Siswa SMA Melalui
Pembelajaran Open Ended Pada Materi SPLDV”. (Jurnal Pendidikan, 2016)16 Rahmazatullaili, dkk. “ Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Siswa
Melalui Penerapan Model Project Based Learning”. (Jurnal Tadris Matematika, 2017)
28
Berdasarkan latar belakang masalah serta mengacu pada kajian teori yang
telah peneliti kemukakan dapat disusun suatu kerangka pikir guna
menghasilkan hipotesis. Adapun kerangka berpikir yang peneliti akan
paparkan sebagai berikut:
Model Problem Possing Model Konvensional
Gambar 4.Bagan Kerangka Berpikir
Variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel bebas : Pengaruh Model problem possing2. Variabel terikat : Kemampuan Berpikir Kreatif
F. Hipotesis
Proses Pembelajaran
Materi Pembelajaran
Kelas KontrolKelas Eksperimen
TesTes
Ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif, dimana pembelajaran fisika dengan menggunakan model problem possing lebih berpengaruh dibandingkan model konvensional
29
1. Hipotesis Peneliti
Hipotesis peneliti merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu
masalah yang sedang dikaji.17 Hipotesis dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran problem posing berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kreatif peserta didik.
2. Hipotesis Statistik
Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho atau hipotesis statistic.
Ho : 𝛍1 = 𝛍2, tidak terdapat pengaruh model pembelajaran problem posing
Hipotesis kerja atau disebut juga hipotesis alternative,
disingkat Ha.
H1 : 𝛍1≠𝛍2, Terdapat pengaruh pembelajaran problem posing terhadap
kemampuan berpikir kreatif peserta didik.
17 Sofiyan Siregar,” Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS,” (Jakarta: Prenada Media Group,2013),h. 38