BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui...

45
11 BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis 1. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar berpikir untuk dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. Pembelajaran berasal dari kata belajar. Belajar berarti proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang difikirkan dan dikerjakan serta memeganag peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia. 6 ”Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang bisa disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”. 7 6 Catharina Tri Anni. Psikologi Belajar (Semarang: Universitas Negeri Semarang Press, 2006), hal. 2 7 Abdurrahman. Pendidikan Bagi Anak Yang Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 28

Transcript of BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui...

Page 1: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

11

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar berpikir untuk dapat

mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari.

Pembelajaran berasal dari kata belajar. Belajar berarti proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang difikirkan dan dikerjakan serta memeganag peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia.6

”Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya

mencapai tujuan belajar atau yang bisa disebut hasil belajar, yaitu suatu

bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”.7 Berdasarkan pendapat

tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kata lain dari

belajar yang berarti sebuah kegiatan untuk mencapai sebuah perubahan

perilaku.

”Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi

antara guru dengan siswa, baik langsung seperti kegiatan tatap muka maupun

tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran”.8

6 Catharina Tri Anni. Psikologi Belajar (Semarang: Universitas Negeri Semarang Press, 2006), hal. 2

7 Abdurrahman. Pendidikan Bagi Anak Yang Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 28

8 Rusman. Model-model Pembelajaran. (Bandung: Mulia Mandiri Press, 2010), hal. 134

Page 2: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

12

”Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah yang sudah

dirancang menurut aktivitas dan kreativitas guru sesuai dengan rencana yang

telah diprogramkan secara aktif”.9 Berdasarkan pendapat tersebut, penulis

menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru

dengan siswa sebagai implementasi kurikulum di sekolah.

”Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan

pada penyediaan sumber belajar”.10 Berdasarkan pendapat tersebut, penulis

menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang

direncanakan yang terjadi di sekolah dimana dalam pembelajaran terdapat

interaksi yaitu antara guru dengan siswa dan sebaliknya.

Tujuan pembelajaran dalam desain instruksional dirumuskan oleh guru

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yang juga merupakan

sasaran bagi siswa menurut pandangan dan rumusan guru.”Terdapat enam

tujuan pembelajaran yaitu: tujuan umum, tujuan khusus, tujuan tidak lengkap,

tujuan sementara, tujuan intermediet dan tujuan insidental”. 11

Tujuan umum merupakan tujuan yang dicapai pada akhir proses

pembelajaran. Tujuan khusus yang merupakan pengkhususan tujuan umum

atas dasar usia, jenis kelamin, sifat, bakat, dan sebagainya. Tujuan tidak

lengkap yang merupakan tujuan yang menyangkut sebagian aspek manusia,

tujuan sementara yang merupakan tujuan yang ketika berhasil akan diganti

dengan tujuan lain. Tujuan intermediet yang merupakan tujuan perantara bagi

9 Ibid, h. 322-32310 Dimyati dan Mudjiono. Belajar Pembelajaran (Jakarta: Rhineka Cipta, 2009), hal. 29711 Wiji Suwarno. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2006), hal. 34

Page 3: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

13

tujuan lainnya. Tujuan insidental yang berupa tujuan yang sifatnya seketika

dan spontan dan dicapai pada saat-saat tertentu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan proses dalam memanusiakan manusia melalui bimbingan dan

pelatihan, maupun yang berkaitan dengan perkembangan manusia mulai dari

perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan,

sosial, dan iman. Sehingga diharapkan bisa memacu manusia menjadi lebih

sempurna, meningkatkan kehidupannya menjadi berbudaya dan bermoral serta

mengembangkan berbagai pengetahuan. Pembelajaran sendiri bertujuan

memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa atau subjek belajar,

setelah menyelesaikan atau memperoleh pengalaman belajar.

2. Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil

belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya,

yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjukkan pada suatu

perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses. Sedangkan belajar

adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan

perilaku pada individu yang belajar. Dari pengertian dua kata tersebut maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa, ”hasil belajar merupakan perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam bersikap dan bertingkah laku”.12

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil dari suatu aktivitas belajar sehingga terjadi perubahan rsikap

dan tingkah laku.12 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 44-45

Page 4: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

14

”Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan skor yang

diperoleh dari tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.13 Dimyati dan

Mudjiono mendefinisikan hasil belajar sebagai ”hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar”. 14 Berdasarkan pendapat tersebut, penulis

menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang

dimiliki oleh siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Oleh

karena itu hasil belajar mempunyai hubungan erat dengan belajar. Hasil

belajar mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif.

Hasil belajar merupakan perubahan input secara fungsional yang

diakibatkan oleh suatu aktivitas atau proses mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hasil

belajar merupakan pencapaian bagi setiap orang yang belajar dengan

mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan kegemaran

sehingga terbentuk suatu sikap yang termodifikasi dan berkembang secara

fungsional.

Hasil belajar terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelektual,

keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif. Hasil belajar juga

tergantung oleh beberapa faktor. Tidak semua faktor mempunyai pengaruh

yang sama besar, ada yang peranannya sangat penting, namun ada juga yang

13 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 22

14 Dimyati dan Mudjiono, Op.Cit, hal. 3-4

Page 5: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

15

kecil pengaruhnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa agar belajar

dikatakan baik, faktor-faktor pendukung belajar perlu dikerahkan sebanyak

mungkin dan sejauh mungkin. Jika siswa yang belajar lebih aktif dalam proses

belajar, maka hasil belajarnya akan lebih baik daripada siswa pasif. ”Faktor

yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari faktor internal dan faktor

eksternal”.15

Faktor internal merupakan faktor-faktor yang terletak dalam diri siswa

diantaranya: Kurangnya kemampuan dasar yang merupakan wadah bagi

kemungkinan tercapainya hasil belajar. Kurangnya bakat khusus untuk situasi

belajar tertentu. Kurangnya motivasi atau faktor pendorong untuk belajar agar

anak tidak mengalami kesulitan belajar. Situasi pribadi yang dialami dalam

dirinya situasi kekecewaan (frustrasi), dalam kesedihan, dan sebagainya yang

dapat menimbulkan kesulitan belajar. Faktor-faktor bawaan (herediter) seperti

buta warna, kidal dan sebagainya.

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang terletak diluar diri

siswa itu sendiri (faktor eksternal) diantaranya: Faktor lingkungan sekolah

yang kurang memadai bagi situasi belajar anak, seperti cara mengajar, sikap

guru, kurikulum atau materi yang dipelajari, perlengkapan belajar yang kurang

tepat, situasi social di sekolah dan sebagainya. Situasi dalam keluarga yang

kurang mendukung untuk situasi belajar seperti kekacauan rumah tangga

(broken home), kurang perhatian orang tua, kurangnya perlengkapan belajar,

kurangnya kemampuan orang tua dalam hal pembiayaan. Situasi lingkungan

15 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 5

Page 6: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

16

social yang mengganggu keadaan anak, seperti pengaruh negatif dari

pergaulan, situasi masyarakat yang kurang memadai, gangguan kebudayaan

(film, bacaan-bacaan), dan sebagainya.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu biasanya berasal dari dalam atau

dari luar (internal atau eksternal). Dari dalam diri siswa sendiri faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah: faktor fisiologi (kondisi

fisiologis atau fisik, kondisi panca indera), psikologis (minat, bakat, motivasi,

dan kemampuan kognitif). Sedangkan faktor dari luar dipengaruhi oleh faktor

lingkungan (alami dan sosial budaya) dan faktor instumental, kurikulum,

program, sarana dan fasilitas). Oleh karena itu kemampuan guru dalam

memlilih dan menggunakan model atau strategi pembelajaran sangat penting

demi meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh seseorang setelah

mengikuti proses belajar. Dalam kaitannya dengan hasil belajar, ”terdapat lima

kemampuan yang dapat diperoleh seseorang sebagai hasil belajar yaitu:

informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan

motorik dan sikap”.16

Informasi verbal merupakan kemampuan mengungkapkan

pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan

intelektual merupakan kemampuan aktivitas kognitif bersifat khas. Strategi

kognitif merupakan kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitif sendiri. Keterampilan motorik merupakan kemampuan melakukan 16 Nana Sudjana, Op.cit, hal. 22

Page 7: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

17

serangkaian gerak jasmani. Sikap merupakan kemampuan menerima atau

menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap

merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Terdapat tiga macam hasil belajar yaitu ”keterampilan dan kebiasaan,

pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita”.17 Masing-masing hasil

belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditentukan dalam kurikulum.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan hasil belajar dari Bloom.

”Secara garis besar, Bloom membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu

ranah kognitif, afektif dan psikomotor”.18

Ranah kognitif. Hasil belajar ranah kognitif dibagi menjadi beberapa

tingkatan. Tingkat hasil belajar kognitif dimulai dari yang paling rendah dan

sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu

evaluasi. Semakin tinggi tingkatnya maka semakin kompleks.

Ranah afektif. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari

lima aspek yaitu: Penerimaan adalah kesediaan menerima rangsangan dengan

memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang. Partisipasi adalah

kesediaan memberikan respons. Penilaian adalah kesediaan untuk menentukan

pilihan sebuah nilai dari rangsangan. Organisasi adalah kesediaan

mengorganisasi nilai-nilai yang dipilih untuk menjadi pedoman dalam

berperilaku. Karakterisasi adalah menjadikan nilai yang diorganisasi untuk

dijadikan bagian dari pribadi dalam berperilaku.

17 ? Ibid18 Purwanto, Op.cit, hal. 50

Page 8: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

18

Ranah psikomotor. Hasil belajar pada ranah psikomotor berkaitan

dengan keterampilan dan kemampuan bertindak, yaitu peniruan (meniru

gerak), penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), ketepatan

(melakukan gerak dengan benar), perangkaian (melakukan beberapa gerakan

sekaligus dengan benar), naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara

ketiga ranah tersebut ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh guru di

sekolah, karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi

bahan pengajaran dan dapat diukur melalui tes hasil belajar. Hasil belajar yang

mencakup ranah afektif dan psikomotor, salah satunya dapat diukur melalui

pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

Hasil belajar siswa yang diperoleh secara menyeluruh, yaitu mencakup

ranah kognitif, pengetahuan, wawasan, ranah afektif yang berkaitan dengan

sikap siswa, dan ranah psikomotor atau keterampilan yang dicapai siswa

melalui proses pembelajaran akan menunjukkan kepuasan dan kebanggan

yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Motivasi

intrinsik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri

siswa itu sendiri. Hasil belajar yang baik dapat mendorong siswa untuk

meningkatkan dan mempertahankan yang telah dicapainya.

Selain itu hasil belajar juga dapat menambah keyakinan terhadap

kemampuan dirinya, artinya siswa tahu akan kemampuan dirinya dan percaya

bahwa siswa mempunyai potensi yang tidak kalah dengan orang lain apabila

Page 9: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

19

siswa berusaha sebagaimana mestinya. Hasil belajar yang dicapai bermakna

bagi dirinya seperti akan tahan lama diingat membentuk perilakunya,

bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk

memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang

biasanya diukur dengan nilai tes diberikan oleh guru dalam penguasaan materi

pelajaran tertentu diperoleh dari hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk

skor setelah mengikuti kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan tolak ukur

berhasil atau tidaknya seorang subyek didik dalam menyelesaikan program

belajar yang dibebankan kepada siswa, sehingga terlihat adanya perubahan

tingkah laku secara keseluruhan. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh

berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu

sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar secara menyeluruh, yaitu mencakup

ranah kognitif yang merupakan pengetahuan serta wawasan siswa, ranah

afektif atau sikap, serta ranah psikomotor yang berkaitan dengan keterampilan

dan kemampuan bertindak siswa. Jadi secara umum, hasil belajar berarti suatu

hasil yang dicapai dengan perubahan tingkah laku yaitu melalui proses

membandingkan pengalaman masa lampau dengan apa yang sedang diminati

oleh siswa dalam bentuk angka yang bersangkutan hasil evaluasi dari berbagai

aspek pendidikan yang biasanya diberikan dalam bentuk laporan.

3. Hakikat Metode Jigsaw

Page 10: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

20

Metode jigsaw merupakan satu jenis pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab

atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian

tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw sangat membantu

memotivasi siswa untuk menerima tanggung jawab mempelajari sesuatu

dengan cukup baik untuk diajarkan kepada teman teman mereka. Dengan

demikian, siswa saling tergantung dengan yang lain dan harus bekerjasama

secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Metode jigsaw dikembangkan oleh Aronson, Louissel dan Descamp.

Jigsaw merupakan sebuah strategi pembelajaran yang dirancang agar siswa

mempelajari informasi-informasi divergen dan tingkat tinggi melalui kerja

kelompok. Pembelajaran dirumuskan sebagai organisasi belajar maka “guru

pada hakikatnya adalah merupakan seorang organisator, tugas organisator

adalah memungkinkan kelompok dan individu-individu di dalamnya untuk

berfungsi bersama”.19 Dari pendapat tersebut penulis menarik kesimpulan

bahwa dalam metode jigsaw peran guru hanyalah sebagai organisator dimana

guru hanya menjadi penyedia kegiatan yang melibatkan interaksi siswa dalam

kelas.

Metode jigsaw terbagi menjadi tiga ketegori yaitu jigsaw I, jigsaw II,

dan jigsaw III. Pertama kali Jigsaw I dikembangkan oleh Aronson, dimana

“siswa ditempatkan dalam kelompok kelompok kecil yang terdiri dari lima

anggota”.20 Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik

19 J. Mursel, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) hal. 920 Miftahul Huda. Cooperative Learning. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2011) , hal. 120

Page 11: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

21

dari materi pelajaran saat itu. Dari informasi yang diberikan pada setiap

kelompok, masing masing anggota harus mempelajari bagian bagian yang

berbeda dari informasi tersebut. Setelah mempelajari informasi tersebut dalam

kelompoknya masing masing, setiap anggota yang mempelajari bagian bagian

ini berkumpul dengan anggota anggota kelompok dari kelompok kelompok

yang lain.

Jigsaw II diadopsi dan dimodifikasi kembali oleh Slavin. Dalam model

ini, setiap kelompok berkompetisi untuk mendapatkan penghargaan kelompok

(group reward). Penghargaan ini diperoleh berdasarkan performa individu

masing masing anggota. “Setiap kelompok akan memperoleh poin tambahan

jika masing masing anggotanya mampu menunjukkan peningkatan performa

saat ditugaskan mengerjakan kuis”.21

Jigsaw III dikembangkan oleh Kagan. Dari Jigsaw III ini tidak ada

perbedaan yang menonjol antara jigsaw I, jigsaw II, dan jigsaw III dalam tata

laksana dan prosedurnya masing masing. Hanya saja, dalam jigsaw III, Kagan

lebih memfokuskan pada penerapannya di kelas kelas bilingual. Sehingga

berbeda dengan dua model jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan untuk

semua materi pelajaran, “model jigsaw III khusus diterapkan untuk kelas

bilingual yang pada umumnya menggunakan bahasa Inggris untuk materi,

bahan, lembar kerja, dan kuis”.22 Dari pendapat tersebut penulis menarik

kesimpulan bahwa meskipun metode jigsaw terdiri dari tiga kategori, namun

intinya dalam pembelajaran jigsaw siswa dikumpulkan dalam kelompok yang

21 Ibid, hal. 11822 Ibid, hal. 122

Page 12: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

22

mana dalam setiap kelompok terdiri dari siswa yang mempunyai latar

akademis yang berbeda.

Tujuan dari metode jigsaw adalah “untuk mengembangkan kerja tim,

keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam

yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba mempelajari materi

secara individual”.23 Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar

mengajar semakin berkurang. Guru berperan sebagai fasilitator yang

mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta

menumbuhkan rasa tanggung jawab sehingga siswa akan merasa senang

berdiskusi tentang matematika dalam kelompoknya.

Siswa dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan

gurunya sebagai pembimbing. Dalam metode pembelajaran biasa atau

tradisional guru menjadi pusat semua kegiatan kelas. Sebaliknya didalam

metode jigsaw, meskipun guru tetap mengendalikan aturan, ia tidak lagi

menjadi pusat kegiatan kelas. Selain itu, siswa bekerjasama dengan sesama

siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan

untuk mengolah informasi dan untuk meningkatkan keterampilan

berkomunikasi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode jigsaw merupakan

suatu ketrampilan belajar yang diharapkan mampu meningkatkan ketrampilan

kooperatif. Dan dalam teknik mengajar jigsaw guru memperhatikan skema

23 Khoirul Anam, Implementasi Cooperatif Learning dalam Pembelajaran Geografi Adaptasi Model Jigsaw dan Fild Study. (Buletin Pelangi Pendidikan, Vol. 3. No.2 A)

Page 13: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

23

atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa dalam

mengaktifkan skema ini agar bahan ajar lebih bermakna.

Pada metode jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.

Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan

kemampuan, asal, dan latar belakang yang beragam. Kelompok asal

merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa

yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk

mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas tugas

yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada

anggota kelompok asal. Adapun langkah langkah model pembelajaran jigsaw

menurut Lie terdiri dari “tahap pembagian kelompok, tahap diskusi, tahap

presentasi dan tahap evaluasi”. 24

Pada tahap pembagian kelompok, siswa dikelompokkan ke dalam

kelompok asal dimana tiap orang diberi materi yang berbeda. Pada tahap

diskusi anggota bertemu dengan kelompok baru (kelompok ahli) untuk

mendiskusikan materi mereka. Pada tahap presentasi, tiap anggota kembali ke

kelompok asal dan bergantian mengajarkan teman satu kelompok mereka tiap

dan tiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi. Pada tahap evaluasi

guru memberikan penilaian terhadap hasil presentasi tiap kelompok.

Adapun fase fase dalam pembelajaran dengan menggunakan metode

jigsaw adalah pendahuluan, pembentukan kelompok ahli, pelaporan dan

penajaman, integrasi dan evaluasi.25

24 Anita Lie. Cooperative Learning (Jakarta: Grasindo, 1994), hal. 3425 Ibid, hal. 16-18

Page 14: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

24

Pendahuluan. Pada fase ini guru membagi siswa kedalam kelompok

kelompok yang dinamakan kelompok asal dan memberikan materi dengan

topik tertentu. Kemudian setiap siswa diberi tugas untuk menguasai dan

memahami bagian tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Pembentukan kelompok ahli. Anggota dari kelompok ahli ini berasal

dari anggota kelompok asal dan bertugas mendiskusikan materi. Dalam

mendiskusikan materi masing-masing anggota harus berani mengutarakan

idenya sebagai bentuk klarifikasi dari materi yang telah dikuasainya.

Pelaporan dan penajaman. Para siswa kembali kepada kelompoknya

semula. Dalam kelompoknya ini dia melaporkan hasil penguasaan materi dari

masing masing anggota kelompok ahli dan meminta rekan rekan lainnya untuk

menanyakan atau meminta penjelasan tentang materi yang telah berhasil

dikuasainya.

Integrasi dan Evaluasi. Dalam fase ini guru menyusun tugas atau tes

yang diberikan kepada setiap kelompok dengan fokus utama mengingatkan

mereka pada materi yang telah dikuasai secara kelompok.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fase fase dalam

pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw adalah pendahuluan,

pembentukan kelompok baik kelompok asal maupun kelompok ahli, pelaporan

hasil penguasaan materi dam evaluasi.

“Permasalahan utama dalam penerapan metode jigsaw di kelas adalah

kecenderungan dominasi siswa yang aktif”.26 Artinya siswa yang aktif akan

lebih mendominasi diskusi dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. 26 Miftahul Huda, Cooperative Learning. Op.Cit, hal. 99

Page 15: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

25

Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah

akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai

tenaga ahli.

Bila dibandingkan dengan model pembelajaran tradisional, metode

jigsaw memiliki kelebihan utma yaitu “dapat meningkatkan sikap kerja sama

secara kooperatif untuk mempelajari materi yang disampaikan”.27 Hal ini akan

mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena pemerataan

penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat. Selain itu

metode pembelajaran ini dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajarannya sendiri dan pembelajaran orang lain.

4. Hakikat Metode Ekspositori

Salah satu metode pembelajaran yang paling sering digunakan dalam

pembelajaran adalah metode ekspositori. Metode ekspositori dianggap sebagai

salah satu metode mengajar yang paling mudah dilaksanakan. Dalam penerpan

metode ekspositori guru hanya menyajikan materi di depan kelas dan

memperhatikan penjelasan guru kemudian membuat catatan untuk materi yang

dianggap penting.

Metode ekspositori sendiri merupakan ”strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang

guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi

pelajaran secara optimal”.28 Peran siswa dalam strategi adalah menyimak

untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Metode ekspositori

27 Ibid, hal. 10128 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:

Kencana, 2007), hal. 179

Page 16: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

26

identik dengan pembelajaran konvensional yang masih dipakai sampai saat

ini.

Metode ekspositori dikenal dengan istilah strategi pembelajaran

langsung. Hudoyo mengatakan bahwa ekspositori adalah ”suatu cara untuk

menyampaikan gagasan atau ide dalam memberikan info dengan lisan atau

tulisan”.29 Berdasarkan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa

metode ekspositori hampir sama dengan metode ceramah yaitu menyampaikan

pembelajaran secara lisan atau tulisan.

Selanjutnya Dimyati dan Mujiono menyatakan bahwa “metode

ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterangan dan nilai kepada

siswa”.30 Berdasarkan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa

metode ekspositori merupakan salah satu strategi pembelajaran dimana guru

hanya memindahkan pengetahuan kepada siswanya.

Metode ekspositori adalah ”metode mengajar dengan cara

menyampaikan ide atau gagasan dengan lisanatau tulisan”.31 Cara memberikan

suatu informasi kepada peserta didik sebelumnya telah diolah tuntas oleh guru.

Dalam proses pembelajaran, komunikasi hanya berpusat pada guru, siswa

hanya sekali-sekali dapat bertanya. Metode ekspositori pada umumnya sama

dengan metode ceramah bila ditinjau dari cara memberikan informasi dan

pembelajarannya yang berpusat pada guru. Namun yang membedakan antara

keduanya adalah dengan melihat dominasi guru.

29 Herman Hudoyo. Teori Dasar Belajar Mengajar. (Jakarta: Depdikbud, 1979), hal. 13330 Dimyati dan Mudjiono. Op.Cit, hal. 17231 Ruseffendi. Pendidikan Matematika 3. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Pembinaan Tenaga Kependidikan Tinggi, 1989), hal. 289

Page 17: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

27

Soemantri mengatakan bahwa”dalam metode ekspositori dominasi

guru banyak dikurangi dimana guru tidak terus bicara, informasi diberikan

pada saat atau bagian-bagian yang diperlukan, seperti awal pelajaran

menjelaskan konsep dan prinsip baru pada saat memberikan contoh kasus di

lapangan”.32 Jadi, pada metode ekspositori dominasi guru banyak dikurangi.

Guru tidak terus berbicara, tetapi guru memberikan informasi pada saat atau

pada bagian-bagian yang diperlukan. Misalnya pada permulaan pengajaran,

menerangkan materi, waktu memberikan contoh-contoh soal, dan sebagainya.

Karena itu dilihat dari dominasi guru dalam kegiatan pembelajaran metode

ceramah lebih terpusat kepada guru dibanding metode ekspositori.

Menurut Ausebel dalam Russefendi, ”metode ekspositori yang baik

adalah cara mengajar yang efektif dan efesien dalam menanamkan konsep

belajar bermakna”.33 Jadi bila metode ekspositori dipergunakan sebagaimana

mestinya, dan sesuai dengan situasi dan kondisinya maka akan menjadi

metode yang paling efektif. Ini tidak berarti bahwa bila metode ini

dipergunakan untuk semua topik, semua kelas dan kondisi dan situasi apapun,

akan menjadi metode terbaik.

Karakteristik yang membedakan metode ekspositori dengan metode

yang lain adalah bahwa pada metodee ekspositori guru lebih dominan, yaitu

guru mengontrol alur pembelajaran dalam memberikan informasi/materi.

Adapun langkah-langkah pembelajaran metode ekspositori ada 5 yaitu,

32 Mulyani Soemantri, Strategi belajar Mengajar (Bandung: CV Maulana, 2001), hal. 4533 Ruseffendi, Pendidikan Matematika 3. Op.Cit, hal. 290

Page 18: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

28

”persiapan, penyajian, korelasi, penyimpulan dan penerapan”.34 Berikut

penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut.

a) Persiapan

Langkah ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk

menerima pelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan

persiapan adalah mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang positif,

membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar, merangsang dan

menggugah rasa ingin tahu siswa, dan menciptakan suasana dan iklim

pembelajaran yang terbuka.

b) Penyajian

Langkah ini merupakan penyampaian materi pelajaran sesuai

dengan persiapan yang telah dilakukan agar materi pelajaran mudah

dipahami sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Beberapa hal perlu

diperhatikan dalam langkah ini, diantaranya penggunaan bahasa yang

komunikatif dan mudah dipahami, intonasi suara untuk menjaga perhatian

siswa.

c) Korelasi

Langkah ini menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman

siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat

menangkap keterkaitannya dalam struktur-struktur pengetahuan yang telah

dimilkinya.

d) Penyimpulan

34 Wina Sanjaya. Op.Cit, hal. 185

Page 19: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

29

Penyimpulan dalam tahap untuk memahami inti dari materi

pelajaran yang telah disampaikan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai

cara, diantaranya mengulang kembali inti materi yang menjadi pokok

masalah, memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi

yang telah disampaikan.

e) Penerapan

Penerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa

setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa.

Metode pembelajaran ekspositori merupakan metode pembelajaran

yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan metode ini memiliki

beberapa keunggulan. Adapun keunggulan utama metode ekspositori adalah

”dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa

cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas”. 35 Hal

ini akan membantu guru untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa

menguasai bahan pelajaran yang disampaikan dengan waktu yang terbatas

pada bahasan yang luas.

Di samping memiliki kelebihan, metode ekspositori juga memiliki

kelemahan. Adapun kelemahan utama metode ekspositori adalah ”tidak

mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan

kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya

35 Farmady Lutfi, Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Ekspositori, diakses dari http://farmady4four.blogspot.com/2013/02/metode-pembelajaran-ekspositori.html. (Minggu 27 Juni 2015, Jam 13:45)

Page 20: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

30

belajar”.36 Hal ini akan mengakibatkan metode ekspositori hanya mungkin

dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan

menyimak secara baik dan keberhasilan metode ekspositori sangat tergantung

kepada apa yang dimiliki guru, seperti pengetahuan, rasa percaya diri,

semangat, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan mengelola kelas.

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

metode ekspositori merupakan metode pembelajaran yang digunakan dengan

memberikan keterangan lebih dahulu, definisi, prinsip dan konsep materi

pembelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan masalah dalam bentuk

ceramah, demonstrasi, penugasan dan tanya jawab sedangkan siswa mengikuti

pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori

merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi

pelajaran kepada siswa secara langsung.

5. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran

yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,

sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang

cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD

1945. Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah yang

sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan Moral

Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang terakhir

pada Kurikulum 2004 berubah namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan.36 Ibid

Page 21: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

31

Secara teoritis, Pendidikan Kewarganegaraan ”merupakan seleksi dan

adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, dan

kegiatan dasar manusia yang disajikan secara psikologis untuk mencapai salah

satu tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial”.37 Berdasarkan pendapat tersebut,

penulis menyimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah

satu cabang Ilmu Pengetahuan Sosial.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara warga Negara dengan Negara serta pendidikan bela Negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.38

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan cabang ilmu yang bertujuan untuk

membekali pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan

antara warga negara dengan negara dan bela negara kepada siswa agar

menjadi generasi yang dapat diandalkan.

Hal tersebut juga sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Djahiri yang

menjelaskan lebih lanjut tentang makna Pendidikan Kewarganegaraan sebagai

berikut:

PPKN sebagai bagian pendidikan ilmu kewarganegaraaan atau PKn di manapun dan kapanpun sama atau mirip, yakni program dan rekayasa pendidkan untuk membina dan membelajarkan anak menjadi warga negara yag baik, iman, dan taqwa kepada Tuhan yang maha Esa, memiliki nasionalisme (rasa kebangsaan) yang kuat atau mantap, sadar serta mampu membina serta melaksanakan hak dan kewajiban dirinya sebagai manusia, warga masyarakat, dan bangsa negaranya, taat asas/ketentuan (rule of law), demokratis, dan partisipatif, aktif-kreatif-positif dalam kebinekaan kehidupan bermasyarakat bangsa madani yang menjungjung tinggi hak

37 M. N Somantri. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS (Bandung: Rosda Karya, 2001), hal. 159

38 Ibid, hal. 154

Page 22: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

32

azasi manusia serta kehidupan yang terbuka, mendunia (global) dan modern tanpa melupakan jati diri masyarakat bangsa dan negaranya.39

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan program pendidikan untuk membina

siswa menjadi warga negara yang berwawasan internasional tanpa melupakan

jati diri sebagai warga negara Indonesia.

Menurut UUN. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa ”Pendidikan

Kewarganegaraan ditujukan untuk membekali siswa pengetahuan dan

kemampuan dasar bela negara agar menjadi warga Negara yang diandalkan

oleh bangsa dan Negara”.40 Sementara dalam kurikulum 2004 disebutkan

bahwa ”Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan diri untuk menjadi warga negara Indonesia

yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai pancasila dan UUD 1945”.41

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan ditujukan untuk membentuk pribadi yang sadar akan

tugasnya terhadap warga negara sesuai dengan pancasila dan UUD 1945.

Adapun, tujuan Pendidikan Kewarganegaraan secara terperinci adalah

sebagai berikut:

Secara umum, tujuan PKn adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Secara khusus, tujuan PKn untuk

39 Ahmad Kosasih Djahiri. Dasar-dasar Umum Pengajaran Nilai Nilai Moral P.V.C.T (IKIP: Bandung, 2002), hal. 91

40 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Op. Cit, hal. 1241 Tim Penyusun Depdiknas, Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif (Jakarta: Depdiknas,

2003), hal. 7

Page 23: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

33

membina moral yang memancarkan iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat ataupun kepentingan dapat diatasi melalui musyawarah mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.42

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor

22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dam

menengah adalah sebagai berikut:

Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah: Befikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Berpartisipasi secara aktif dan betangungjawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi. Berkembang secara positif dan demokratis unutk membentuk diri berdasarkan karaktet-karakter masyarakat agar hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknolgi dan komunikasi.43

Sejalan dengan isi petikan peraturan permendiknas diatas, penulis

menyimpulkan bahwa tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah

untuk mendidik siswa agar bertanggung jawab, mampu memecahkan masalah,

memecahkan konflik dengan damai dan demokratis.

B. Penelitian Yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berbagai penelusuran terhadap

penelitian terdahulu dilakukan oleh peneliti, untuk mencari penelitian yang

relevan dengan penelitian ini. Berdasarkan penelusuran peneliti, ada beberapa

penelitian yang yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya:

42 Ahmad Kosasih Djahiri, Op.Cit, hal. 1043 Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasioanal Republik Indonesia Nomor: 22 Tahun

2006, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta: Depdiknas, 2006)

Page 24: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

34

Penelitian yang dilakukan oleh Fahmi Rosyad (2014) dengan judul

”Perbandingan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe NHT Dengan Tipe Jigsaw Di SMKN 1 Jetis Mojokerto”.

Skripsi Universitas Negeri Surabaya.

Penelitian tersebut bertujuan membedakan hasil kerja siswa antara

pembelajaran kooperatif Jigsaw dan NHT untuk menjawab permasalahan

kondisi proses pembelajaran yang masih menggunakan metode ceramah dan

demonstrasi. Penelitian tersebut merupakan penelitian Quasi Experimental

Design dengan menggunakan desain posttest equivalent group.

Dari hasil tes hasil belajar (postest) penerapan metode pembelajaran

kooperatif Jigsaw lebih baik dari pada metode pembelajaran kooperatif NHT

dengan rata-rata nilai siswa 77,19 untuk kelas yang diberi metode

pembelajaran Jigsaw dan nilai rata-rata 68,22 untuk kelas yang diberi metode

pembelajaran NHT. Analisis uji hipotesis mendapatkan nilai Thitung= 4,431 >

Ttabel= 1,67 (α=0,05), sehingga prioritas H1 diterima dan Ho ditolak, hal ini

berarti hasil belajar siswa yang menggunakan metode kooperatif Jigsaw

berbeda signifikan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode

kooperatif NHT.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Sulasni (2008) dengan judul

“Perbedaan Prestasi Belajar Antara Pembelajaran Metode Jigsaw Dan

Metode Tanya Jawab Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP

Negeri I Bogorejo Blora Tahun Ajaran 2007/2008”. Skripsi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Page 25: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

35

Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi

belajar antara pembelajaran dengan metode Jigsaw dan metode Tanya Jawab

kelas VIII SMP Negeri I Bogorejo Blora Tahun ajaran 2007/2008. Populasi

dalam penelitian tersebut adalah seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 230

siswa. Dalam penelitian tersebut, peneliti mengambil dua kelas sebagai sampel

dari empat kelas tersebut yaitu kelas VIII B untuk metode Jigsaw dan kelas

VIII D untuk metode Tanya Jawab. Tehnik analisis data yang digunakan

adalah analisis statistic ttest.

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai thitung 10,285, nilai ini

dikoreksikan dengan ttabel db (30-1 = 29) diperoleh 2,042, nilai thitung lebih besar

dari ttabel (10,285 > 2,042) maka dapat disimpulkan ada perbedaan prestasi

belajar antara metode Jigsaw dengan metode Tanya Jawab pada mata

pelajaran ekonomi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bogareja Kabupaten Blora

Tahun Ajaran 2007/2008.

C. Kerangka Berpikir

Hasil belajar merupakan penguasaan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya diukur dengan nilai tes

diberikan oleh guru dalam penguasaan materi pelajaran tertentu diperoleh dari

hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor setelah mengikuti kegiatan

belajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah

faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang disebut faktor internal

yang terdiri dari kondisi fsikologis serta kondisi fsiologis siswa serta faktor

Page 26: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

36

yang berasal dari luar diri peserta didik atau faktor eksternal yang terdiri dari

lingkungan sosial termasuk didalamnya lingkunagn sekolah yang terdiri dari

guru serta teman, lingkungan non sosial yang berupa sarana dan prasarana

pendukung pembelajaran dan faktor pendekatan belajar.

Metode jigsaw merupakan satu jenis pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab

atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian

tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Adapun langkah-langkah

metode jigsaw adalah sebagai berikut: siswa dikelompokkan ke dalam 4 – 6

anggota (kelompok asal), tiap orang dalam kelompok asal diberi materi yang

berbeda, tiap orang dalam kelompok asal diberi bagian materi yang

ditugaskan, anggota dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari

bagian atau sub bab yang sama bertemu dengan kelompok baru (kelompok

ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, setelah selesai diskusi kelompok

ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajarkan

teman satu kelompok mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap

anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, tiap kelompok ahli

mempresentasikan hasil diskusi dan guru memberikan evaluasi.

Metode ekspositori adalah suatu cara untuk menyampaikan gagasan

atau ide dengan memberikan keterangan lebih dahulu, definisi, prinsip dan

konsep materi pembelajaran dengan tujuan untuk memindahkan pengetahuan,

keterangan dan nilai kepada siswa. Adapun langkah pelaksanaan metode

ekspositori adalah guru menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang

Page 27: BAB IIeprints.unpam.ac.id/2983/3/BAB II.doc · Web viewPenerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

37

terbuka, guru mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif., guru

membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar, guru merangsang dan

menggugah rasa ingin tahu siswa, guru menyampaikan materi pelajaran yang

telah dipersiapkan, guru menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman

siswa sehari-hari, guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah diajarkan

dan mencatat kemimpulan materi tersebut, guru memberikan penilaian, guru

bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah diajarkan dan guru

memberikan tugas.

Berdasarkan uraian diatas, dua metode pembelajaran tersebut akan

diterapkan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen dengan menggunakan

metode jigsaw dan kelas kontrol dengan menggunakan metode ekspositori,

dimana nantinya hasil belajar kedua metode pembelajaran akan dibandingkan

untuk mengetahui metode manakah diantaranya yang menghasilkan hasil

belajar lebih tinggi.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah

“diduga hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa dengan Metode

Jigsaw lebih tinggi daripada hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa

dengan Metode Ekspositori di SMP Negeri 11 Kota Tangerang Selatan”.