Bab II.doc

9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Pendahuluan Pityrosporum Ovale Folliculitis (malassezia folliculitis ) merupakan penyakit yang sudah cukup lama dikenal didunia kedokteran, khususnya dikalangan para ahli kulit oleh karena klinis yang mirip akne vulgaris. Di daerah tropis penyakit ini menarik perhatian para dokter kulit setelah dipublikasikan di Korea, Filipina, dan Indonesia. Di Indonesia telah diteliti oleh Harjandi dkk (2000) dan Indrarini (2001). 1 Pityrosporum folliculitis adalah kelainan inflamasi kulit yang khususnya sebagai pruritus, erupsi folikular papulopustular yang tersebar di bagian badan atas dari remaja hingga dewasa usia pertengahan. Weary,dkk pertama kali mendiskripsikan pada tahun 1969 dan kemudian 1973 potter,dkk mengidentifikasi pityrosporum folliculitis sebagai diagnosis klinis. 2 II. Definisi Pitirosporum follikulitis adalah penyakit kronis pada folikel pilosebasea yang disebabkan oleh spesies pitirosporum, berupa papul dan pustule 8

Transcript of Bab II.doc

Page 1: Bab II.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan

Pityrosporum Ovale Folliculitis (malassezia folliculitis)

merupakan penyakit yang sudah cukup lama dikenal didunia

kedokteran, khususnya dikalangan para ahli kulit oleh karena klinis

yang mirip akne vulgaris. Di daerah tropis penyakit ini menarik

perhatian para dokter kulit setelah dipublikasikan di Korea, Filipina,

dan Indonesia. Di Indonesia telah diteliti oleh Harjandi dkk (2000) dan

Indrarini (2001).1

Pityrosporum folliculitis adalah kelainan inflamasi kulit yang

khususnya sebagai pruritus, erupsi folikular papulopustular yang

tersebar di bagian badan atas dari remaja hingga dewasa usia

pertengahan. Weary,dkk pertama kali mendiskripsikan pada tahun

1969 dan kemudian 1973 potter,dkk mengidentifikasi pityrosporum

folliculitis sebagai diagnosis klinis.2

II. Definisi

Pitirosporum follikulitis adalah penyakit kronis pada folikel

pilosebasea yang disebabkan oleh spesies pitirosporum, berupa papul

dan pustule folikular, yang biasanya gatal dan terutama berlokasi

dibatang tubuh, leher dan lengan bagian atas.1

III.Sinonim

Sinonim dari Pityrosporum Folliculitis adalah Malasezia

Folliculitis. 1

8

Page 2: Bab II.doc

IV. Epidemologi

Pityrosporum ovale terdapat pada 90-100% permukaan kulit

yang sehat dan jumlah yang lebih banyak dari ragi berada di dada dan

punggung. Pengaruh iklim juga mempengaruhi jumlah presentase

orang dengan pityrosporum ovale dan jumlah orang dengan

pityrosporum folikulitis. Orang yang tinggal di iklim hangat dan lembab

memiliki insiden yang lebih tinggi untuk kejadian ini. Orang yang

tinggal di iklim hangat dan lembab memiliki insiden yang lebih tinggi

terhadap Pityrosporum ovale folikulitis. Laporan Pityrosporum Ovale

Folliculitis bervariasi dari rasio laki-laki : wanita adalah 1:1 dan paling

sering terjadi pada mereka yang berusia 13-45 tahun. Salah satu

klinik di Filiphina di dokumentasikan bahwa 16% dari seluruh

kunjungan pasien akibat dari Pityrosporum ovale folliculitis. Pada

tahun 2008 dari China menyebutkan bahwa 1,5% dari semua pasien

kulit di diagnosis dengan Pityrosporum Ovale Folliculitis, sebagian

besar dari mereka sehat, dan rata-rata dewasa muda.3

V. Etiologi

Seperti namanya, Malassezia folikulitis disebabkan oleh invasi

Malassezia pada folikel rambut. Meskipun ragi Malassezia adalah

bagian dari mikroflora tubuh manusia normal, dalam kondisi tertentu

mereka dapat menyebabkan keadaan infeksi jamur superfisial.

Biasanya ragi Malassezia hadir bersamaan dengan staphylococci dan

propionibacteria di folikel rambut.4

Malassezia furfur adalah agen patogenik di Pityrosporumovale

folliculitis. Malassezia furfur telah dikaitkan dengan beberapa penyakit

kulit ,termasuk dermatitis seborhoik, follikulitis, ptriasis versicolor dan

dermatitis atopik. Pada 1874, Malassez pertama kali menemukan

budding yeast bentuk bulat dan oval dari spesimen pasien dermatitis

seboroik. Ia menciptakan suatu ungkapan “botol basil dari Unna”

untuk menggambarkan sel-sel oval kecil dan “spora dari Malassez”

9

Page 3: Bab II.doc

untuk menamai budding yeast yang dia amati. Saborouraud

mengusulkan genus pityrosporum pada tahun 1904 untuk

menggambarkan buddingyeast tanpa unsur-unsur hypa dari kulit

normal. Kemudian, ditahun 1900-an, Castellani dan Chalmers dan

Gordon berhasil mengisolasi pityrosporum ovale dan pityrosporum

orbiculare.3

VI. Patogenesa

Spesies Malassezia merupakan penyebab Pityrosporum

Ovale Folliculitis dengan sifat dimorfik, lipofilik, sacrophytic, budding,

unipolar, gram positif, bulat-oval yeast.1,3. Adanya invasi Malassezia

menyebabkan papula folikuler menjadi papula eritematus dan

kadang–kadang pustula, yang dapat bersifat asimptomatik atau

gatal.5 Bila pada hospes terdapat faktor predisposisi spesies

Malassezia yang tumbuh berlebihan dalam folikel sehingga folikel

dapat pecah. Dalam hal ini reaksi peradangan terhadap produk,

tercampur dengan lemak bebas yang dihasilkan melalui aktivitas

lipase.1 Faktor predisposisi antara lain adalah suhu dan kelembaban

udara yang ringgi, penggunaan bahan–bahan berlemak untuk

pelembab badan yang berlebihan, antibiotik, kortikosteroid lokal /

sistemik, sitostatik dan penyakit tertentu, misalnya diabetes mellitus,

keganasan, keadaan imunokompremais dan Aquired

Immunodeficiency Syndrome(AIDS).1

VII. Gejala klinis

Pityrosporum folikulitis memberikan keluhan gatal pada

tempat predileksi. Klinis morfologi terlihat papul dan pustule

perifolikular, berukuran diameter 2-3 mm, dengan peradangan

minimal. Tempat predileksi adalah dada, punggung dan lengan atas.

Kadang-kadang dapat dileher dan jarang di wajah 1

10

Page 4: Bab II.doc

VIII. Diagnosa

Kriteria untuk menegakan diagnosa Pityrosporum Ovale

Folliculitis meliputi karakteristik morphologi, dengan pemeriksaan

lampu wood’s terdapat fluoressensi berwarna kuning kehijauan pada

papul atau terdapatnya gambaran jamur pityrosporum pada hapusan

atau biopsy dan berespon baik dengan terapi anti jamur.4 Tidak

terdapatnya komedo pada Pityrosporum Ovale Folliculitis dapat

membantu membedakan dengan acne vulgaris.5 Untuk

mengidentifikasi bentukan jamur Malassezia dilakukan pemeriksaan

dengan pengambilan spesimen kulit yang kemudian hasil specimen

diletakan diatas objek glass yang telah diberi KOH 10% atau dengan

alternative lain, bisa menggunakan selotip yang bisa digunakan untuk

visualisasi yang lebih baik. Dengan penglihatan menggunakan

mikroskop akan didapatkan jamur yang sering diistilahkan sebagai

“spaghetti and meatballs”.6 Pityrosporum folikulitis ini memiliki

beberapa diagnosa banding seperti Acne vulgaris dan Folikulitis

bakterial. 1

Gambar 1.1 Pityrosporum Ovale Folliculitis pada pengecatan KOH

IX. Diagnosa Banding

- Akne vulgaris

- Folikulitis bakterial

- Erupsi akneformis

- Bedbug Bites

11

Page 5: Bab II.doc

- Candidiasis, Cutaneous

- Contact Dermatitis Allergic

- Drug Eruptions

- Eosinophilic Pustular Folliculitis

- Lymphomatoid Papulosis

- Milia

- Miliaria

- Papulopruritic eruption of HIV

- Pseudomonas Folliculitis

- Urtikaria, Cholinergic 3

X. Pengobatan

Malassezia folikulitis memiliki kecenderungan untuk

kambuh, pengobatan harus dua-cabang. Terapi harus langsung

ditunjukan baik pada ragi menahan pertumbuhan yang berlebihan

serta mengatasi faktor predisposisi, untuk menghindari

pengulangan.4

Pengobatan khusus untuk pityrosporum folikulitis dapat

dibagi menjadi:

1. Pengobatan antimikotik topikal yang meliputi;

- Selenium sulfide 2,5% dioleskan pada malam hari

- Anti jamur topikal agen, misalnya ketokonazole krim

- Propylene glycol 30%-50%.4

2. Pengobatan Oral

- Ketokonazole 200 mg selama 2-4 minggu

- Itrakonazole 200 mg sehari selama 2 minggu

- Flukonazole 150 mg seminggu selama 2-4 minggu. 1

Baik antifungal oral dan topikal adalah agen yang efektif

dalam pengobatan pityrosporum folikulitis. Antifungal oral mempunyai

keuntungan pada pembersihan lesi dan merupakan terapi paling

12

Page 6: Bab II.doc

efektif. Pasien berhasil diterapi dengan itraconazole oral dan

fluxonazole mingguan.3

Kerokonazole oral dan topikal dalam shampo

direkomendasikan dalam terapi. Terapi oral sebaiknya dihentikan

ketika lesi sembuh karena kekambuhan selalu terjadi ketika terapi

with drawn. Ketokonazole topikal dilanjutkan setelah terapi awal

berhasil dengan terapi oral. Obat topikal lainnya yang digunakan

untuk terapi pada pityrosporum ovale folliculitis adalah ciclopirox

olamine cream, econazole cream, alkohol, dan larutan asam salicylic

( dengan / tanpa 5% asam benzoik), propylene glycol 50% dalam air,

dan shampo selenium sulfide. Pada kasus yang berhubungan

dengan penggunaan antibiotika, penghentian antibiotika mungkin

berguna. Retinoids yang digunakan untuk komedo pada jerawat tidak

mempunyai efek karena tidak ada komedo yang muncul pada

pityrosporum folliculitis ovale.3

Tetrasiklin tidak membantu dalam pityrosporum folliculitis

dan mungkin memperparah kondisi dengan merusak flora normal

kulit dan menyebabkan penyebaran malassezia yeast.3

XI. Prognosis

Prognosis dalam pityrosporum folikulitis adalah baik.1

13