BAB II.doc

16
BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus hemoroidalis. Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis, tetapi karena sering menyebabkan keluhan pada pasien sehingga memberikan manifestasi untuk diberikan intervensi. Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan ambeien. Sesuai tampilan klinis, hemoroid dibedakan menjadi hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna adalah pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat disebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus. Stadium Hemoroid Stadium Hemoroid Interna Stadium Kondisi Klinis I Hemoroid interna dengan

Transcript of BAB II.doc

Page 1: BAB II.doc

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus hemoroidalis.

Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis, tetapi karena sering

menyebabkan keluhan pada pasien sehingga memberikan manifestasi untuk diberikan

intervensi.

Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan ambeien. Sesuai tampilan

klinis, hemoroid dibedakan menjadi hemoroid interna dan hemoroid eksterna.

Hemoroid interna adalah pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis superior di atas

garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid eksterna yang merupakan

pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat disebelah distal garis

mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.

Stadium Hemoroid

Stadium Hemoroid Interna

Stadium Kondisi Klinis

I Hemoroid interna dengan perdarahan segar

tanpa nyeri pada waktu defekasi.

II Hemoroid interna yang menyebabkan

perdarahan dan mengalami prolapse pada saat

mengedan ringan, tetapi dapat masuk kembali

secara spontan.

III Hemoroid interna yang mengalami perdarahan

dan disertai prolaps dan diperlukan intervensi

Page 2: BAB II.doc

manual memasukkan ke dalam kanalis.

IV Hemoroid interna yang tidak kembali ke

dalam atau berada terus-menerus di luar.

(Thornton, Scott C, 2009)

2. Etiologi

Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis atau

penyakit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko

hemoroid seperti berikut ini.

a. Peradangan pada usus, seperti pada kondisi colitis ulseratif atau penyakit Crohn.

b. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.

c. Konsumsi makanan rendah serat.

d. Obesitas.

e. Hipertensi portal.

3. Tanda dan Gejala

a. Tanda

1) Perdarahan

Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feses yang

keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak berrcampur dengan

feses. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar

karena kaya akan zat asam, jumlahnya bervariasi.

2) Nyeri

Page 3: BAB II.doc

Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannnya dengan hemoroid interna

dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis dan

radang.

b. Gejala

1) Anemia

Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.

2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi

spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi

dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.

3) Keluarnya mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan cirri

hemoroid yang mengalami prolap menetap

4) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan

mucus.

4. Patofisiologi

Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya

menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan, dan prolapse.

Sebagian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk feses

menjadi kecil, yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan

tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan oleh

venous return. Kehamilan atau obesitas memberikan tegangan abnormal dari otot

sfingter internal juga dapat menyebabkan masalah hemoroid, mungkin melalui

mekanisme yang sama. Penelusuran venous return dianggap sebagai mekanisme aksi.

Kondisi terlalu lama duduk di tilet (atau saat membaca) diyakini menyebabkan

penurunan relatif venous return di daerah perianal (yang disebut dengan efek

tourniquet), mengakibatkan kongesti vena dan terjadilah hemoroid. Kondisi penuaan

menyebabkan melemahnya struktur pendukung yang memfasilitasi prolapse.

Page 4: BAB II.doc

Melemahnya struktur pendukung sudah dapat terjadi pada awal decade ketiga

(Thornton, 2009).

Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab dalam

pembentukan hemoroid. Kondisi ini mungkin benar, mungkin juga tidak (Johanson,

1994). Pasien yang melaporka hemoroid memiliki tonus kanal istirahat lebih tinggi

dri biasanya. Tonus istirahat setelah hemorrhoidektomi lebih rendah daripada

sebelum prosedur. Perubahan dalam tonus istirahat adalah mekanisme aksi dilatasi

(Gibbson, 1988).

Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubungannya dengan hemoroid.

Perdarahan massif dari hemoroid pada pasien dengan hipertensi portal biasanya

bersifat massif (Hosking, 1989). Varises anorektal merupakan kondisi umum pada

pasien dengan hipertensi portal. Varises terjadi di midrektum, di antara system portal

dan vena inferior rektal. Varises terjadi lebih sering pada pasien yang nonsirosis, dan

mereka jarang mengalami perdarahan (Chawla, 1991).

Kondisi hemoroid dapat memberikn berbagai manifestasi klinis berupa nyeri dan

perdarahan anus. Hemoroid internal tidak menyebabkan sakit karena berada di atas

garis dentate dan tidak ada inervasi saraf. Namun, mereka mengalami perdarahan,

prolapse, dan sebagai hasil dari deposisi dari suatu iritasi ke bagian sensitif kulit

perianal sehingga menyebabkan gatal dan iritasi. Hemoroid internal dapat

menghasilkan rasa sakit perianal oleh prolapse dan menyebabkan spasme sfingter di

sekitar hemoroid. Spasme otot ini mengakibatkan ketidaknyamanan sekitar anus

(Duthie, 1960). Hemoroid internal juga dapat menyebabkan rasa sakit akut ketika

terjadi inkarserata atau strangulasi (Dodi, 1986). Kondisi stragulasi dengan nekrosis

dapat menyebabkan ketidaknyamanan lebih mendalam. Ketika kondisi ini terjadi,

sering menyebabkan kejar sfingter eksternal seiring dengan thrombosis. Trombisis

eksternal menyebabkan nyeri akut.

Hemoroid internal yang paling sering menyebabkan perdarahan tanpa rasa sakit

pada saat buang air besar. Perdarahan umunya merupakan tanda pertama hemoroid

interna akibat trauma feses yang keras dan vena mengalami rupture. Dengan

Page 5: BAB II.doc

meningginya spasme sfingter, perdarahan dapat bersifat muncrat. Darah yang keluar

berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, mungkin hanya berupa garis

pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau

mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar

berwarna merah segar karena kaya akan zat asam. Pendarahan luas dan intensif di

pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan darah arteri.

Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbul anemia berat.

Hemoroid internal dapatmendepositkan lendir ke jaringan perianal. Lendir pada

feses dapat menyebabkan dermatitis local, yang disebut pruritus ani.

Hemoroid eksternal menyebabkan gelaja dalam dua cara. Pertama, trombosit akut

yang mendasari vena hemoroid eksternal dapat terjadi. Trombosit akut biasanya

berkaitan dengan peristiwa tertentu, seperti tenaga fisik, berusaha dengan mengejan,

diare atau perubahan dalam diet. Nyeri dan inervasi sarafoleh adanya distensi dan

edema. Rasa sakit berlangsung selama 7-14 hari sesuai dengan resolusi trombosit.

Kondisi hemoroid eksternal memberikan manifestasi kuran higienis akibat

kelembapan dan rangsangan akumulasi mukus. Keluarnya mukus da terdapat feses

pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolapse menetap.

5. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit dan adanya

anemia.

b. Pemeriksaan anoskopi

Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid internal yang tidak

menonjol ke luar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat

kuadran. Hemoroid internal terlihat sebagai struktur vaskular yang menonjol ke

dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan

membesar dan penonjolan atau prolapse akan lebih nyata.

Page 6: BAB II.doc

c. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan

disebabkan oleh prows radang atau prows keganasan di tingkat yang lebih tinggi,

karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.

6. Penatalaksanaan Medis

a. Konservatif

Terapi hemoroid interna yang simtomatik harus ditetapkan secara

individual. Hemoroid adalah kondisi fisiologis dan karenanya tujuan terapi bukan

untuk menghilangkan pleksus hemorodial, tetapi untuk menghilangkan keluhan.

Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan

tindakan lokal yang sederhana disertai nasihat tentang makan. Makanan sebaiknya

terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus

besar, namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan

mengedan secara berlebihan. Supositoral dan salep anus diketahui tidak

mempunyai efek yang bermakna kecuali efek anestesik dan astrigen.

Hemoroid internal yan mengalami prolapse oleh karena edema umumnya

dapat dimasukkan kembali serta perlahan disusul dengan istirahat tirah baring dan

kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan

hangat dengan juga dapat meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus

besar yang mendasarinya, misalnya penyakit Chron, terapi medis harus diberikan

apabila hemoroid menjadi simtomatik.

b. Skleroterapi

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya

5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam

jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid internal dengan tujun

menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic dan

meninggalkan jaringan parut.

Page 7: BAB II.doc

c. Ligasi

Pada hemoroid besar dan mengalami prolapse dapat ditangani dengan

ligase gelang karet. Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang

menonjol dijepit dan ditarik atau diisap ke dalam tabung ligatir khusus. Gelang

karet di dorong dari ligator dan ditempatkan secara tepat di sekeliling mukosa

pleksus hemoroidalis tesebut (Peng, 2004).

d. Hemoroidektomi

Intervensi ini dilakukan pada pasien dengan keluhan kronis dan dengan

stadium III dan IV.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hemororid

1. Pengkajian

a. Aktivitas/ istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise,cepat lelah, insomnia, tidak tidur

semalaman karena diare, gelisah, ansietas, penbatasan aktivitas/ kerja sehubungna

dengna efek proses penyakit

b. Sirkulas

Tanda : takipnea( respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri,

kemerahan, ekimosis)

c. Eliminasi

Gejala : perubahn pola defekasi, defekasi berdarah/ pus / mukosa dengan atau

tanpa keluar feses perdarahan perectal

Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi, menurunnya bising usus, tidak ada

peristaltik

Page 8: BAB II.doc

d. Makanan/cairan

Gejala : anoreksia, mual muntah, penurunan BB, nyeri ulu hati

Tanda : muntah, berat urin meningkat, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit

buruk

e. Higiene

Tanda : ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri

f. Nyeri / kenyaanan

Gejala :  rasa ketidaknyaman, nyeri saat defekasi.

Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, berkeringat

g. Sirkulasi

Tanda : hipotensi, takikardi, disritmia, kelemahan, warna kulit lambat

2. Diagnose Keperawatan

a. Pra bedah

1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perdarahan saat BAB

2) Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus

3) Gangguan integritas kulit anal berhubungan dengan kelembabpan meningkat

4) Nyeri berhubungan dengan peradangan pada jaringan kulit

b. Post bedah

1) Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan respons pembedah.

2) Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit pada anal

Page 9: BAB II.doc

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan luka operasi

4) Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan

3. Rencana Keperawatan

a. Pre Bedah

No.

DxTujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

b. Post Bedah

No

DxTujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama … x 24

jam, diharapkan nyeri pasein

berkurang dengan criteria

hasil:

- Adanya penurunan

intensitas nyeri

- Ketidaknyamanan

akibat nyeri

- Kaji skala nyeri

- Beri posisi

tidur yang

menyenangkan

- Menentukan

tingkat nyeri,

untuk

menentukan

tindakan yang

tepat

- Dapat

menurunkan

tegangan

Page 10: BAB II.doc

berkurang

- Anjurkan

tehnik napas

dalam dan

pengalihan

perhatian

- Berikan posisi

supine

abdomen dan

meningkatkan

rasa control.

- Untuk

mengurangi

rasa nyeri

4. Implementasi

5. Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai

berikut.

a. Informasi kesehatan terpenuhi.

b. Tidak mengalami injuri pasca prosedur bedah reseksi kolon.

c. Nyeri berkurang atau teradaptasi.

d. Asupan nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu.

Page 11: BAB II.doc

e. Infeksi luka operasi tidak terjadi.

f. Kecemasan berkurang.

g. Peningkatan konsep diri atau gambar diri.

h. Peningkatan aktivitas.