bab II.doc

20
10 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif menurut Slavin (1995) adalah strategi pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen. Pengelompokan heterogenitas (Lie, 2004) merupakan ciri utama dalam metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogen bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender dan kemampuan akademis. Kelompok ini terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu

Transcript of bab II.doc

22

BAB II

KAJIAN TEORIA. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menurut Slavin (1995) adalah strategi pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen. Pengelompokan heterogenitas (Lie, 2004) merupakan ciri utama dalam metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogen bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender dan kemampuan akademis. Kelompok ini terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Penyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerjasama dan membantu dalam memahami suatu bahan ajar. Kegiatan dalam kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).

Pembelajaran kooperatif adalah suatu gaya belajar dengan teman sebaya dimana siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tanggung jawab bagi individu maupun kelompok . Pembelajaran kooperatif siswa dapat lebih menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit melalui diskusi dan dibandingkan dengan pembelajaran individual, pembelajaran kooperatif lebih dapat mencapai kesuksesan akademik dan sosial siswa. Siswa dapat bekerjasama dengan baik di dalam kelompok perlu diajarkan ketrampilan-keterampilan kooperatif pada peserta didik. Keterampilan kooperatif sebagai berikut (Borich, G.D. 1994.) :1. Tanggung jawab dengan melatih keterampilan, berada dalam tugas. Siswa tetap berada dalam kerja kelompok meneruskan tugas menyelesaikan tugas dalam waktu tepat dengan karakteristik yang lebih baik.

2. Pengambilan giliran dan berbagi tugas. Siswa bersedia menerima tugas dan membantu menyelesaikan tugas kegiatan akan terselesaikan pada waktu. Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar peserta didik membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok.

3. Peningkatan partisipasi. Memotivasi teman sekelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.

4.Proses pengaktifan, memperhatikan informasi yang disampaikan teman dan menghargai pendapat teman sehingga anggota kelompok yang menjadi pembicara akan merasa senang 5. Pertanyaan informasi atau penjelasan dari teman sekelompok. Penerapan pembelajaran kooperatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, pembelajaran kooperatif tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan belajar, meningkatkan kehadiran siswa dan kerja siswa yang lebih positif, menambah motivasi dan percaya diri serta menambah rasa senang berada di sekolah.Pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada peserta didik dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif peserta didik lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua peserta didik dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.

Menurut pendapat Arends (2001) terdapat 4 macam model pembelajaran kooperatif yaitu (1) Student Teams Achievement Division (STAD), (2) Group Investigation, (3) Jigsaw, dan (4) Structural Approach. Dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah; (1) Cooperative Integrated Reading and Compositio (CIRC) digunakan pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SD), dan Team Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk tingkat 3-6 (setingkat TK).2. Ciri ciri pembelajaran kooperatif

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah; (1) belajar bersama dengan teman, (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, (3) saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok, (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, (7) keputusan tergantung pada siswa atau mahasiswa sendiri, (8) siswa atau mahasiswa aktif (Stahl, 1994).

Ciri-ciri model pembelajaran lain dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (1984) yang menyatakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah; (1) terdapat saling ketergantungan yang positif diantar anggota kelompok, (2) dapat dipertanggungjawabkan secara individu, (3) heterogen, (4) berbagi kepemimpinan, (5) berbagi tanggung jawab, (6) menekankan pada tugas dan kebersamaan, (7) membentuk keterampilan sosial, (8) peran guru/dosen mengamati proses belajar peserta didik. (9) efektivitas belajar tergantung pada kelompok. Proses belajar terjadi dalam kelompok-kelompok kecil (3-4 orang anggota), bersifat heterogen tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan akademik, gender, suku, maupun lainnya. 3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajan Kooperatif

Menurut Sugiyono (Masdi, 2002), kelebihan model pembelajaran kooperatif adalah :a. Peningkatkan harga diri tiap individub. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.c. Konflik antar pribadi berkurangd. Sikap apatis berkurange. Pemahaman yang lebih mendalamf. Retensi atau penyimpanan lebih lama

g. Peningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

h. Model pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.

i. Peningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik)

j. Peningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif

k. Penambahan motivasi dan percaya diri

l. Penambahan rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman sekelasnya

m. Mudah diterapkan dan tidak mahal .

Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif :

a. Timbul kekacauan di kelas dapat diatasi dengan pembelajaran di luar kelas seperti di labortorium, aula dan tempat terbuka lainya.b. Siswa kurang dapat bekerja sama dengan orang lain.

c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakter pribadi karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. d. Siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. 4.Teori yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif

Aspek penting yang mendasari keberhasilan pembelajaran kooperatif yaitu teori motivasi dan teori kognitif (Slavin 1995)a. Teori Motivasi Menurut teori motivasi, motivasi siswa dalam pembelajaran kooperatif terutama terletak dalam bagaimana bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan siswa melaksanakan kegiatan. Diidentifikasikan tiga macam struktur pencapaian tujuan yaitu:

1) Kooperatif, orientasi tujuan masing-masing siswa turut membantu pencapaian tujuan siswa lain.

2) Kompetitif, upaya siswa untuk mencapai tujuan akan menghalangi siswa lain dalam pencapaian tujuan.

3) Individualistik, upaya siswa untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatif menciptakan situasi dimana satu-satunya cara agar tujuan tiap anggota kelompok tercapai adalah kelompok tersebut berhasil, untuk mencapai tujuan pribadi mereka, anggota kelompok harus membantu teman sekelompoknya dalam hal yang dapat membuat kelompok berhasil dan lebih penting mendorong teman kelompoknya untuk berusaha secara maksimal. Penghargaan kepada kelompok berdasarkan pada kemampuan kelompok dalam menciptakan struktur penghargaan antar perorangan anggota kelompok akan saling memberi penguatan sosial sebagai respon terhadap upaya-upaya pengerjaan tugas teman sekelompoknya.

b. Teori Kognitif

Teori ini mengukur efek-efek dari bekerjasama dalam diri individu.

Teori ini dikelompokkan dalam dua kategori:

a. Teori Perkembangan

Asumsi dasar teori perkembangan adalah interaksi siswa diantara tugas-tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit. Vygotsky mendefinisikan Zone of Proximal Development sebagai jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih mampu.

b. Teori Elaborasi kognitif

Teori ini menjelaskan. Penelitian dalam psikologi kognitif telah menemukan bahwa supaya informasi dapat disimpan di dalam memori dan terkait dengan informasi yang sudah ada dalam memori, siswa terlibat dalam kegiatan restruktur atau elaborasi kognitif atas suatu materi, antara lain membuat ikhtiar dari suatu kuliah merupakan kegiatan yang lebih baik, karena membuat ikhtisar menghendaki siswa berorganisasi dan memilih materi yang penting. Salah satu elaborasi kognitif yang paling efektif adalah menjelaskan materi pada orang lain. 5. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Metode TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri empat sampai lima siswa yang dipilih secara heterogen baik dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. TGT digunakan turnamen akademik, berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim lain yang mencapai hasil atau prestasi serupa pada waktu lalu. Komponen-komponen dalam TGT adalah penyajian materi, tim, game, turnamen dan penghargaan kelompok (Dasna, I.Wayan.2005)a. Penyajian Materi

TGT, Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian materi Siswa harus memperhatikan selama penyajian materi karena akan membantu mengerjakan tugas kelompok, menjawab soal pada Tournament dan menjawab Posttest dengan baik; .kor pada tugas kelompok dan Tournament akan menentukan skor kelompok. (Slavin. 1995) b.Teams Teams terdiri atas 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dengan prestasi akademik (tinggi, sedang, rendah), jenis kelamin, ras, dan etnis yang bervariasi. Fungsi utama kelompok adalah untuk meyakinkan bahwa semua anggota kelompok belajar dapat berhasil dalam Posttest . Guru menyampaikan materi, kelompok bertemu untuk mempelajari lembar kerja atau materi lain. Pembelajaran tersebut melibatkan siswa untuk mendiskusikan yang di tugaskan dalam lembar kerja. Pemberian lembar kerja yang ditugaskan oleh guru baik mengerjakan soal maupun unjuk kerja. Anggota kelompok ditekankan untuk menjadi yang terbaik bagi teamnya dan team melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Team memberikan dukungan untuk pencapaian prestasi akademik yang tinggi c. GameGame dalam TGT dapat berupa kuis dan berupa unjuk kerja. Game dimainkan oleh seluruh siswa, setiap teams mengirim utusan kemeja Game dan Tournament. Pengiriman utusan berdasarkan hasil pemilihan dari guru, dimana anggota teams yang terdiri dari timgkatan akademik (tinggi, sedang , rendah) akan menuju kemeja Game dan Tournament seperti pada gambar 1.1. Game ini berpungsi untuk melihat keaktifan siswa, dimana siswa yang akademik tinggi akan bertemu dengan siswa yang berakademik tinggi yang berasal dari teams yang lain. Sama halnya dengan siswa yang berakademik sedang dan rendah. Penilaian keaktifan siswa berdasarkan hasil unjuk kerja. d.TournamentTournament disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang isinya relevan dan didesain untuk menguji pengetahuan siswa dari penyajian materi dan latihan teams. Tournament dimainkan oleh dua siswa dari tiap teams masing-masing siswa mewakili tim yang berbeda yang dipilih secara acak. Tournament berupa sejumlah pertanyaan bernomor pada lembar-lembar khusus. Siswa mengambil kartu bernomor dan berusaha menjawab pertanyaan yang bersesuaian dengan nomor tersebut. Penilian diberikan bagi siswa yang mampu menjawab. Setiap teams yang terdiri dari dua siswa akan tereliminasi menjadi satu siswa yang mewakili teams. Pengeliminasi ini dilakukan bila salah satu siswa tidak mampu menjawab soal yang diberikan. Langkah selanjutnya setelah pengeliminasi dilakukan pengambilan soal kembali teams yang tidak bisa menjawab akan tereliminasi dan teams yang mampu menjawab akan bertahan didapat pemenang.Secara skematis model pembelajaran TGT untuk game dan tournament dapat digambarkan sebagai berikut (Ibrahim, Muslim. 2004) :

Gambar 1.1 Skema Pertandingan TGTKeterangan (Ibrahim, Muslim:2004) :A1,B1,C1 = Siswa berkemampuan tinggiA(2,3,) B(2,3,) C(2,3,) = Siswa berkemampuan sedang A4,B4,C4 = Siswa berkemampuan rendah MT1,MT2,MT3,MT4, = Meja Turnamen (1,2,3,4,)e. Penghargaan kelompok

Teams dimungkinkan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melebihi kriteria tertentu. Menurut Slavin (1995) penghargaan yang diberikan kepada kelompok adalah dengan kriteria sebagai berikut: untuk juara teams disebut Super team, Gried team dan terakhir Good team.6. Koloida. Sistem Dispersi

Suatu zat dicampurkan dengan zat lain, penyebaran suatu zat dalam zat lain disebut sistem dispersi. Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu larutan, koloid dan suspensi. Secara sepintas perbedaan antara suspensi (disebut suspensi kasar) dengan larutan (disebut larutan sejati) akan tampak jelas dari homogenitasnya, tetapi akan sulit dibedakan antara larutan dengan koloid atau antara koloid dengan suspensi kasar (Sudarsoma,Unggul: 2005).1. SuspensiSuspensi merupakan sistem dispersi dengan partikel yang berukuran relatif besar tersebar merata di dalam medium pendispersinya. Umumnya suspensi merupakan larutan yang heterogen, antara lain suspensi campuran air dengan pasir. Sistem dispersi tersebut partikel- partikel terdispersi dapat diamati dengan mikroskop. Suspensi merupakan sistem dispersi yang tidak stabil, sehingga bila tidak diaduk terus-menerus akan mengendap karena adanya pengaruh gravitasi bumi. Kecepatan suspensi mengendap tergantung besar kecilnya ukuran partikel zat terdispersi. Memisahkan suspensi dapat dilakukan penyaringan (filtrasi) sehingga akan dihasilkan residu dan filtrat.2. LarutanLarutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil, tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun menggunakan mikroskop. Tingkat ukuran partikel yang sangat kecil sehingga larutan merupakan campuran yang homogen yang susah dipisahkan dengan penyaringan dan sentrifuge.3. KoloidKoloid berasal dari kata kolia yang dalam bahasa Yunani berarti lem. Istilah koloid pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal tetapi sukar mengalami difusi. Koloid merupakan partikel antara 1nm sampai dengan 100 nm. Beberapa koloid tampak jelas secara fisik dan beberapa koloid mirip larutan sejati. Partikel dispersinya kecil maka partikel koloid tidak dapat dilihat dengan mata langsung tetapi dapat diamati dengan mikroskop ultra (Verliany, 2008).b. Perbedaan umum sistem dispersi suspensi, koloid dan larutanTabel 2.1 Perbedaan Umum Sistem Dispersi Suspensi, Koloid dan

Larutan

NoPerbedaanSuspensiKoloidLarutan

1Ukuran Partikel 100nm1-100nm100nm

2Penampakan fisisDapat dilihat dengan mata langsungDapat dilihat dengan mikroskop ultraTidak dapat dilihat dengan mikroskop maupun mata langsung

3KestabilanMudah dipisahSukar terpisah Tidak dapat dipisah

4Cara pemisahanDisaring--

5Bila disinari cahayaSukar ditembus cahayaMenghamburkan cahayaMeneruskan cahaya

Sumber : (Sukri.1999)B. Kerangka pikir

Model pembelajaran Team, Game, Tournament (TGT) bukan model pembelajaran yang baru pada SMAN 1 Sungai Ambawang model pembelajaran ini belum pernah diterapkan, peneliti tertarik melakukan penelitian model TGT di sekolah.Hasil observasi diperoleh data hasil belajar siswa kelas XI di SMAN I Sungai Ambawang pada materi koloid rendah sehingga peneliti ingin menggunakan model pembelajaran TGT untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI di SMAN I Sungai Ambawang.C. Hipotesis Tindakan

Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas XI di SMAN I Sungai Ambawang yang menggunakan model pembelajaran Team, Game, Tornament (TGT) pada materi koloid