BAB II1

21
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN A. Definisi Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah (Tucker, 1998 : 633). Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan (Mansjoer, 2000;82). Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner dan Suddarth, 2000 : 496). Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri stapilokokus aureus, streptokokus grup Adan streptokokus piogenes. B. Etiologi Menurut Alpers Ann, (2006), penyebab selulitis antara lain Streptococcus grup B, Haemophylus influenza, Pneumokokus, Staphylococcus aereus dan Streptococcus grup A.

description

cuma test

Transcript of BAB II1

Page 1: BAB II1

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan

subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada

kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya

terjadi  pada ekstrimitas bawah (Tucker, 1998 : 633).

Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan

subkutan (Mansjoer, 2000;82).

Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan

(Brunner dan Suddarth, 2000 : 496).

Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri

stapilokokus aureus, streptokokus grup Adan streptokokus piogenes.

B. Etiologi

Menurut Alpers Ann, (2006), penyebab selulitis antara lain Streptococcus

grup B, Haemophylus influenza, Pneumokokus, Staphylococcus aereus dan

Streptococcus grup A.

Meskipun ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkab selulitis, penyebab

yang paling sering dijumpai adalah Staphylococcus dan Streptococcus, (Medicastore,

2010).

Selulitis terjadi manakala bakteri tersebut masuk melalui kulit yang bercelah

terutama celah antara selaput jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka,

bekas sayatan pembedahan (lymphadenectomy, mastectomy, postvenectomy).

Walaupun selulitis dapat terjadi di kulit bagian manapun, lokasi paling sering terjadi

adalah di kaki, khususnya di kulit daerah tulang kering dan punggung kaki. Pada

anak-anak usia di bawah 6 tahun, bakteri Hemophilus influenzae dapat menyebabkan

selulitis, khususnya di daerah wajah dan lengan.

Page 2: BAB II1

Rosfanty, (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang memperparah

resiko dari perkembangan selulitis, antara lain :

1. Usia

Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah

berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi

mengalami infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya

memprihatinka.

2. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)

Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah

terjadinya infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan

infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru

transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.

3. Diabetes mellitus

Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi

sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes

mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan potensial

membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri

penginfeksi.

4. Cacar dan ruam saraf

Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan

masuk bakteri penginfeksi.

5. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)

Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk

bagi bakteri penginfeksi.

6. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki

Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehingga menambah

resiko bakteri penginfeksi masuk

7. Penggunaan steroid kronik

Contohnya penggunaan corticosteroid.

Page 3: BAB II1

8. Gigitan & sengat serangga, hewan, atau gigitan manusia

9. Penyalahgunaan obat dan alkohol

Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi

berkembang.

10. Malnutrisi

Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran,

mempermudah timbulnya penyakit ini.

C. Patofisiologi

Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada

permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit

pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus

yang pengobatannya tidak adekuat.

Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada

ke dua ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang

karakteristi hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.

Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus

grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait

berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses

lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi

diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini

kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks.

Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran.

Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi

dan dapat mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil

perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.

D. Manifestasi Klinis

Page 4: BAB II1

Menurut  Mansjoer (2000:82) manifestasi klinis  selulitis adalah Kerusakan

kronik pada kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas, kelainan kulit

berupa infiltrat difus subkutan,  eritema local, nyeri yang cepat menyebar dan

infitratif ke jaringan dibawahnya, bengkak, merah dan hangat, nyeri tekan, supurasi

dan lekositosis.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan

rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi

bakteri.

b. BUN level

c. Kreatinin level

d. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga

e. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada

daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau

terdapat bula.

f. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum

memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak

terasa sakit, tidak ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea,

takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.

2. Pemeriksaan Imaging

a. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap

(seperti kriteria yang telah disebutkan)

b. CT (Computed Tomography)

Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan saat

tata klinis menyarankan subjucent osteomyelitis.

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis

infeksi selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing

Page 5: BAB II1

fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada

subkutaneus.

F. Komplikasi

1. Bakteremia

2. Nanah atau local Abscess

3. Superinfeksi oleh bakteri gram negative

4. Lymphangitis

5. Trombophlebitis

6. Ellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis

sebesar 8%.

7. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus

melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.

G. Penatalaksanaan

1) Pada pengobatan umum kasus selulitis, faktor hygiene perorangan dan

lingkungan harus diperhatikan.

2) Sistemik

Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan selulitis

a. Penisilin G prokain dan semisintetiknya

a) Penisilin G prokain

Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin

merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-

kota besr perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat

ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis

tinggi, dan semakin sering terjadi syok anafilaktik.

b) Ampisilin

Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-

100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.

Page 6: BAB II1

c) Amoksisilin

Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi

dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan

setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin

sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.

d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase

Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,

flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis

flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagi

dalam 4 dosis.

b. Linkomisin dan Klindamisin

Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik

karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis

linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis,

sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari

pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma

disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping

yang disebut di kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum

pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan

klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya

lebih sedikit, pada pemberian per oral tidak terlalu dihambat oleh adanya

makanan dalam lambung.

c. Eritromisin

Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan

dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase.

Sering memberi rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak

yaitu 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.

d. Sefalosporin

Page 7: BAB II1

Pada selulitis yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-

obatan tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang

berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV.

Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x

500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk

anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.

e. Topikal

Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan

selulitis. Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara

sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya

ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk

kuman negatif-gram. Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering

menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol

tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat

tersebut digunakan sebagai salap atau krim.

Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas

kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yang

dilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil

mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan

karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.

f. Pada kasus yang berat, dengan kematian jaringan 30 % (necrotizing

fasciitis) serta memiliki gangguan medis lainnya, hal yang harus dilakukan

adalah operasi pengangkatan pada jaringan yang mati ditambah terapi

antibiotik secara infuse, pengangkatan kulit, jaringan, dan otot dalam

jumlah yang banyak, dan dalam beberapa kasus, tangan atau kaki yang

terkena harus diamputasi.

H. Pencegahan

Jika memiliki luka,

a.    Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air

Page 8: BAB II1

b.    Oleskan antibiotic

c.    Tutupi luka dengan perban

d.   Sering-sering mengganti perban tersebut

e.    Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi

Jika kulit masih normal

a.    Lembabkan kulit secara teratur

b.    Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati

c.    Lindungi tangan dan kaki

d.   Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial

Page 9: BAB II1

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, sukubangsa,

pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan,alamat.

2. Riwayat Penyakit

a. Keluhan utama

Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam,

menggigil dan malaise

b. Riwayat penyakit dahulu

Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya

mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat

pemakaian obat.

c. Riwayat penyakit sekarang

Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna

merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan

mengilap

d. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis

atau penyekit kulit lainnya

3. Keadaan emosi psikologi

Pasien tampak tenang,dan emosional stabil

4. Keadaan social ekonomi

Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana

5. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Lemah

Page 10: BAB II1

TD                   : Menurun (< 120/80 mmHg)

Nadi                : Turun (< 90)

Suhu                : Meningkat (> 37,50)

RR                   : Normal

a.          Kepala     : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak

b.         Mata        : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)

c.          Hidung    : Tidak ada pernafasan cuping

d.         Mulut       : Kebersihan, tidak pucat

e.          Telinga     : Tidak ada serumen

f.          Leher       : Tidak ada pembesaran kelenjar

g.         Jantung    : Denyut jantung meningkat

h.         Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas

i.           Integumen   : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa

di suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan

bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange).

Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel)

atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik

jaringan.

2. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada

ekstrimitas.

3. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah

satu anggota tubuh.

C. Intervensi Keperawatan

1. Dx. 1 : Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit,

iskemik jaringan

Page 11: BAB II1

Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri

akut teratasi/terkontrol

Kriteria Hasil :

a. Klien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang.

b. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang.

c. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau

mengurangi nyeri.

d. Pergerakan penderita bertambah luas.

e. Tidak ada keringat dingin

f. tanda vital dalam batas normal.

S: 36-37,5 0C

N: 60 – 80 x /menit

T : 100-130 mmHg

RR : 18-20 x/menit.

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi

nyeri yang dialami pasien.

2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-

sebab timbulnya nyeri.

3. Ciptakan lingkungan yang tenang.

4. Ajarkan teknik distraksi dan

relaksasi.

5. Atur posisi pasien senyaman

mungkin sesuai keinginan pasien.

6. Lakukan massage dan perawatan

luka dengan teknik aseptic saat

rawat luka.

1. Untuk mengetahui berapa berat nyeri

yang dialami pasien.

2. Pemahaman pasien tentang

penyebab nyeri yang terjadi akan

mengurangi ketegangan pasien dan

memudahkan pasien untuk diajak

bekerjasama dalam melakukan

tindakan. 

3. Rangsangan yang berlebihan dari

lingkungan akan memperberat rasa

nyeri.

4.  Teknik distraksi dan relaksasi dapat

Page 12: BAB II1

7. Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian analgesic

mengurangi rasa nyeri yang

dirasakan pasien.

5. Posisi yang nyaman akan membantu

memberikan kesempatan pada otot

untuk relaksasi seoptimal mungkin.

6. Massage dapat meningkatkan

vaskulerisasi dan pengeluaran pus

sedangkan perawatan luka dengan

teknik aseptic dapat mempercepat

penyembuhan

7. Obat –obat analgesik dapat

membantu mengurangi nyeri pasien.

2. Dx. 2 : Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren

pada ekstrimitas.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam mulai

tercapainya proses penyembuhan luka

Kriteria hasil :

a.    Berkurangnya oedema sekitar luka.

b.    pus dan jaringan berkurang

c.    Adanya jaringan granulasi.

d.   Bau busuk luka berkurang.

Intervensi Rasional

1. Kaji luas dan keadaan luka serta

proses penyembuhan.

2. Rawat luka dengan baik dan benar :

membersihkan luka secara abseptik

menggunakan larutan yang tidak

1. Pengkajian yang tepat terhadap

luka dan proses penyembuhan

akan membantu dalam

menentukan tindakan selanjutnya.

2. Merawat luka dengan teknik

Page 13: BAB II1

iritatif, angkat sisa balutan yang

menempel pada luka dan nekrotomi

jaringan yang mati.

3. Kolaborasi dengan dokter

pemeriksaan kultur pus dan

pemberian anti biotik.

aseptik, dapat menjaga

kontaminasi luka dan larutan

yang iritatif akan merusak

jaringan granulasi tyang timbul,

sisa balutan jaringan nekrosis

dapat menghambat proses

granulasi.

3. Pemeriksaan kultur pus untuk

mengetahui jenis kuman dan anti

biotik yang tepat untuk

pengobatan, pemeriksaan kadar

gula darah untuk mengetahui

perkembangan penyakit

3. Dx. 3 : Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk

salah satu anggota tubuh.

Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya

secara positif

Kriteria hasil :

a. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa

malu dan rendah diri.

b. Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.

Intervensi Rasional

1. Kaji perasaan/persepsi pasien

tentang perubahan gambaran diri

berhubungan dengan keadaan

1. Mengetahui adanya rasa negatif

pasien terhadap dirinya.

2. Memudahkan dalm menggali

Page 14: BAB II1

anggota tubuhnya yang kurang

berfungsi secara normal.

2. Lakukan pendekatan dan bina

hubungan saling percaya dengan

pasien.

3. Tunjukkan rasa empati, perhatian

dan penerimaan pada pasien.

4. Bantu pasien untuk mengadakan

hubungan dengan orang lain.

5. Beri kesempatan kepada pasien

untuk mengekspresikan perasaan

kehilangan.

6. Beri dorongan pasien untuk

berpartisipasi dalam perawatan diri

dan hargai pemecahan masalah yang

konstruktif dari pasien.

permasalahan pasien. 

3. Pasien akan merasa dirinya di

hargai. 

4. Dapat meningkatkan

kemampuan dalam mengadakan

hubungan dengan orang lain dan

menghilangkan perasaan

terisolasi.

5. Untuk mendapatkan dukungan

dalam proses berkabung yang

normal.

6. Untuk meningkatkan perilaku

yang adiktif dari pasien.