BAB II1

38
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Lansia A. Pengertian Lansia Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75 tahun (Potter &Perry, 2005). Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal danfisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksidan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugasdan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagimanusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalamsetiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya(Darmojo, 2004 dalam Psychologymania, 2013). B. BATASAN LANSIA

description

gerontik

Transcript of BAB II1

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Lansia

A. Pengertian Lansia

Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75

tahun (Potter &Perry, 2005).

Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan

akal danfisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup.

Sebagai mana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

mempunyai kemampuan reproduksidan melahirkan anak. Ketika kondisi

hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugasdan fungsi ini, dan memasuki

selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagimanusia yang normal,

siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalamsetiap fase

hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi

lingkunganya(Darmojo, 2004 dalam Psychologymania, 2013).

B. BATASAN LANSIA

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi :

1)      Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59

tahun.

2)      Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.

3)      Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.

4)      Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

C. PROSES MENUA

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa

dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara

biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami

kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan

kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan

memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas

emosional meningkat dan kurang gairah.

Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ,

tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus

sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:

1)      Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,

2)      Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari –

hari,

3)      Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat

(Rahardjo, 1996)

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan –

perubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus –

menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang

berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip

oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang

menyertai lansia yaitu:

1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang

lain

2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam

pola hidupnya,

3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah

meninggal atau pindah,

4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang

bertambah banyak dan

5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa.

Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa

perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat

terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin

berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta

terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung

menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut

untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik.

Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan

teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.

Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan

bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi

minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola

hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak

memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan

pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah

perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan,

ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992).

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri –

ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994)

adalah :

1)      Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.

2)      Penarikan diri ke dalam dunia fantasi

3)      Selalu mengingat kembali masa lalu

4)      Selalu khawatir karena pengangguran,

5)      Kurang ada motivasi,

6)      Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik

7)      Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain

adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial

luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat

ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.

D. TEORI - TEORI PROSES MENUA

1. Teori – teori biologi

a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk

spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan

biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel

pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas

adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan

fungsional sel).

b. Pemakaian dan rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah

(rusak).

c. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi

suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap

zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

d. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)

Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan

masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ

tubuh.

e.  Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan

tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel

tubuh lelah terpakai.

f. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya

radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen

bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini

dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

g.  Teori rantai silang

Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan

ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan

kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

h. Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang

membelah setelah sel-sel tersebut mati.

2. Teori - teori kejiwaan social

a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan

secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang

sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan

sosial.

Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari

lanjut usia.

Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar

tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia

b. Kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut

usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini

menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut

usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.

c. Teori pembebasan (disengagement theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,

seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari

kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial

lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga

sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :

1.      kehilangan peran

2.      hambatan kontak sosial

3.      berkurangnya kontak komitmen

E. PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian

kesejahteraan lanjut usia, antara lain : (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)

1)     Permasalahan umum

a. Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.

b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang

berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati

c. Lahirnya kelompok masyarakat industri.

d. Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan

lanjut usia.

e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia.

2)     Permasalahan khusus :

a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik

fisik, mental maupun sosial.

b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

c. Rendahnya produktifitas kerja lansia.

d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.

e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistik.

f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat

mengganggu kesehatan fisik lansia

F. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUAAN

1)      Hereditas atau ketuaan genetik

2)      Nutrisi atau makanan

3)      Status kesehatan

4)      Pengalaman hidup

5)      Lingkungan

6)      Stress

G. PERUBAHAN – PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA

1)      Perubahan fisik

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ

tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan,

kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro

intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.

2)      Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

a)     Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b)     Kesehatan umum

c)     Tingkat pendidikan

d)    Keturunan (hereditas)

e)     Lingkungan

f)     Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

g)     Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

h)     Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan

teman dan famili.

i)     Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri.

3)      Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya

(Maslow, 1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal

ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan

Zentner, 1970)

H. PENYAKIT YANG SERING DIJUMPAI PADA LANSIA

Penyakit-penyakit yang umum menjangkiti lansia adalah:

1. Defisit mental

2. Gangguan pendengaran

3. Bronkitis kronis

4. Gangguan tungkai/sikap berjalan

5. Gangguan koksa/sendi panggul

6. Anemia

7. Dimensia

8. Hipertensi

9. Stroke

10.Rematik

11.Asam urat

12.Katarak

2.2Konsep Asma

A. Pengertian

Asma didefinisikan sebagai suatu penyakit dari system pernafasan

yang meliputi peradangan jalan nafas dan gejala-gejala bronkospasme yang

bersifat reversible (Crackett, Antony. 1997).

Asma Bronkhial adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

peningkatan respon dari saluran napas, terhadap bermacam-macam

rangsangan yang ditandai dengan penyempitan saluran napas disertai

keluarnya lendir yang berlebihan dari kelenjar-kelenjar di dinding saluran

napas, sehingga menimbulkan gejala batuk, mengi dan sesak. Penyempitan

saluran napas dapat sembuh dan kembali seperti semula secara spontan

dengan atau tanpa obat.

Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

reversibel dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

tertentu.

Asma dapat didefinisikan sebagai kondisi yang bercirikan

penyempitan saluran pernafasan atau sementara waktu yang biasanya

tercermin pada penderita dalam bentuk nafas berbunyi yang terjadi sewaktu-

waktu (Sinclair, Chris. 1995).

Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya

respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi

adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah

baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan ( The American Thoracic

Society ).

Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara

(wikipedia.com).

Asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik saluran napas

menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala

episodik berulang berupa mengi (nafas berbunyi ngik-ngik), sesak nafas, dada

terasa berat dan batuk-batuk terutama malam menjelang dini hari. Gejala

tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi

dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.

B. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan

menjadi 3 tipe, yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor

pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-

obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. asma ekstrinsik sering

dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh

karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di

atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap

pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau

bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.

Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan

berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan

emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. asma ini mempunyai karakteristik

dari bentuk alergik dan non-alergik.

C. Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi

timbulnya serangan asma bronkhial.

a. Faktor predisposisi

Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun

belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.

Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga

dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi

ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika

terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran

pernafasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi

Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.

ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri

dan polusi.

2. Ingestan, yang masuk melalui mulut.

ex: makanan dan obat-obatan

3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.

ex: perhiasan, logam dan jam tangan

Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering

mempengaruhi asma Atmosfir yang mendadak dingin merupakan

faktor pemicu terjadinya serangan asma.Kadang-kadang serangan

berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim

kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin

serbuk bunga dan debu.

Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan

asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah

ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati

penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi

nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika

stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya

serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.

Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri

tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada

waktu libur atau cuti.

Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan

jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari

cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma

karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas

tersebut.

D. Patofisiologi

asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus

yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah

hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi

yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut :

seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah

antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan

reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody

ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang

berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang

menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen

bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan

sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat

anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor

kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-

faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil

maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme

otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi

sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama

ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru

selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus

sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari

tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama

ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan

baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan

dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat

meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara

ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

E. Manifestasi Klinik

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan

gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan

dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot

bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini

adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada

yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai

bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul

makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,

hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma

seringkali terjadi pada malam hari

F. Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal

eosinopil.

Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari

cabang bronkus.

Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus

Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat

mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus

plug.

2. Pemeriksaan darah

Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula

terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH

Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3

dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E

pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

G. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada

waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni

radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta

diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka

kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah.

Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran

radiolusen akan semakin bertambah.

Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen

pada paru-paru.

2. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen

yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat

dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi

pada empisema paru yaitu :

Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis

deviasi dan clock wise rotation.

Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya

RBB ( Right bundle branch block).

Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,

dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4. Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa

redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

5. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara

yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon

pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan

sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau

nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak

lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol

bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting

untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat

obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi

pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

H. Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :

1. Status asmatikus

2. Atelektasis

3. Hipoksemia

4. Pneumothoraks

5. Emfisema

6. Deformitas thoraks

7. Gagal nafas

I. Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.

2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan

serangan asma

3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya

mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang

perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan

penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau

perawat yang merawatnnya. Pengobatan pada asma bronkhial terbagi

2, yaitu:

a. Pengobatan non farmakologik:

Memberikan penyuluhan

Menghindari faktor pencetus

Pemberian cairan

Fisiotherapy

Beri O2 bila perlu.

b. Pengobatan farmakologik :

Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas

Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan

obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk

penderita asma alergi terutama anak- anak. Kromalin

biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain,

dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma

seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali

1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika

secara oral.

2.3 Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:

1. Riwayat kesehatan yang lalu:

Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru

sebelumnya.

Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor

lingkungan.

Kaji riwayat pekerjaan pasien.

2. Aktivitas

Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas

Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan

melakukan

aktivitas sehari-hari.

Tidur dalam posisi duduk tinggi.

3. Pernapasan

Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau

latihan.

Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat

tidur.

Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan

bahu, melebarkanhidung.

Adanya bunyi napas mengi.

Adanya batuk berulang.

4. Sirkulasi

Adanya peningkatan tekanan darah.

Adanya peningkatan frekuensi jantung.

Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.

Kemerahan atau berkeringat.

5. Integritas ego

Ansietas

Ketakutan

Peka rangsangan

Gelisah

6. Asupan nutrisi

Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.

Penurunan berat badan karena anoreksia.

7. Hubungan sosal

Keterbatasan mobilitas fisik.

Susah bicara atau bicara terbata-bata.

Adanya ketergantungan pada orang lain.

8. Seksualitas

Penurunan libido

K. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1 : Tak efektif bersihan jalan nafas b/d bronkospasme.

Hasil yang diharapkan: mempertahankan jalan nafas paten dengan

bunyi bersih dan jelas.

Intervensi Rasional

MandiriAuskultasi bunyi nafas, catat

Beberapa derajat spasmebronkus terjadi dengan

adanya bunyi nafas, ex: mengi obstruksi jalan nafas dandapat/tidak dimanifestasikanadanya nafas advertisius.

Kaji / pantau frekuensipernafasan, catat rasio inspirasi /ekspirasi.

Tachipnea biasanya ada padabeberapa derajat dan dapatditemukan pada penerimaanatau selama stress/ adanyaproses infeksi akut.

Catat adanya derajat dispnea,ansietas, distress pernafasan,penggunaan obat bantu.

Disfungsi pernafasan adalahvariable yang tergantung padatahap proses akut yangmenimbulkan perawatan dirumah sakit.

Tempatkan posisi yang nyamanpada pasien, contoh :meninggikan kepala tempat tidur,duduk pada sandara tempat tidur

Peninggian kepala tempattidur memudahkan fungsipernafasan denganmenggunakan gravitasi.

Pertahankan polusi lingkunganminimum, contoh: debu, asap dll

Pencetus tipe alergipernafasan dapat mentrigerepisode akut.

Tingkatkan masukan cairansampai dengan 3000 ml/ harisesuai toleransi jantungmemberikan air hangat.

Hidrasi membantumenurunkan kekentalansekret, penggunaan cairanhangat dapat menurunkankekentalan sekret,penggunaan cairan hangatdapat menurunkan spasmebronkus.

KolaborasiBerikan obat sesuai denganindikasi bronkodilator.

Merelaksasikan otot halus danmenurunkan spasme jalannafas, mengi, dan produksimukosa.

Diagnosa 2: Malnutrisi b/d anoreksia

Hasil yang diharapkan : menunjukkan peningkatan berat badan menuju

tujuan yang tepat.

Intervensi Rasional

Mandiri Pasien distress pernafasan akut

Kaji kebiasaan diet, masukanmakanan saat ini. Catat derajatkerusakan makanan.

sering anoreksia karenadipsnea.

Sering lakukan perawatan oral,buang sekret, berikan wadahkhusus untuk sekali pakai.

Rasa tak enak, bau menurunkannafsu makan dan dapatmenyebabkan mual/muntahdengan peningkatan kesulitannafas.

Berikan oksigen tambahanselama makan sesuai indikasi.

Menurunkan dipsnea danmeningkatkan energi untukmakan, meningkatkan masukan.

Diagnosa 3 : Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai

oksigen(spasme bronkus)

Hasil yang diharapkan ; perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan edukuat.

Intervensi Rasional

MandiriKaji/awasi secara rutin kulitdan membrane mukosa.

Sianosis mungkin periferatau sentral keabu-abuandan sianosis sentral mengindikasikan beratnyahipoksemia.

Palpasi fremitus Penurunan getaran vibrasididuga adanya pengumplancairan/udara.

Awasi tanda vital dan iramajantung

Tachicardi, disritmia, danperubahan tekanan darahdapat menunjukan efekhipoksemia sistemik padafungsi jantung.

KolaborasiBerikan oksigen tambahansesuai dengan indikasi hasilAGDA dan toleransi pasien.

Dapat memperbaiki ataumencegah memburuknyahipoksia

Diognasa 4: Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas.

Hasil yang diharapkan :

mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah atau menurunkan

resiko infeksi.

Perubahan ola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman.

Intervensi Rasional

MandiriAwasi suhu.

Demam dapat terjadi karenainfeksi dan atau dehidrasi.

Diskusikan kebutuhan nutrisiadekuat.

Malnutrisi dapat mempengaruhikesehatan umumdan menurunkan tahananterhadap infeksi.

KolaborasiDapatkan specimen sputumdengan batuk atau pengisapanuntuk pewarnaangram,kultur/sensitifitas.

untuk mengidentifikasiorganisme penyabab dankerentanan terhadapberbagai anti microbial.

Diagnosa 5: Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti.

Hasil yang diharapkan :

• menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Intervensi Rasional

Jelaskan tentang penyakitindividu

Menurunkan ansietas dan dapatmenimbulkan perbaikanpartisipasi pada rencanapengobatan.

Diskusikan obat pernafasan,efek samping dan reaksi yangtidak diinginkan.

Penting bagi pasien memahamiperbedaan antara efek sampingmengganggu dan merugikan.

Tunjukkan tehnik penggunaaninhakler.

Pemberian obat yang tepatmeningkatkan keefektifanya.